Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA) : RESIKO PERILAKU


KEKERASAN
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku sebagai
respon marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman,
menciderai orang lain dan atau merusak lingkungan secara fisik
maupun psikologis. Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon
yang dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan
kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.
Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan
pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan
tepat oleh tenaga-tenaga profesional.

B. RENTANG RESPON
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Keterangan :
1. Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa
menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan
2. Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat
marah dan tidak dapat menemukan alternative
3. Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
4. Agresif : Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan
untuk menuntut tetapi masih terkontrol
5. Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta
hilangnya control.
C. PENYEBAB
Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
1. Genetik
a). Diturunkan melalui kromosom orangtua diduga
kromosom 4, 8, 15 dan 22.
b). Perubahan pada kromosom 5 dan 6 (Copel, 2007).
c). Kembar identik kemungkinan 40 - 55 %, dan kembar
nonidentik 10 – 15 % (Copel, 2007).
2. Status nutrisi
a). Sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang
dapt merusak metabolism tubuh dan menggangu
peedaran darah seperti junk food / pola hidup tidak
sehat.
b). Riwayat malnutrisi
3. Kondisi kesehatan secara umum
a). Menderita Skizofrenia tipe paranoid (Copel, 2007).
b). Kelemahan fisik / penyakit fisik swperti adanya tumor
otak
c). Gangguan fungsi pancaindera
d). Adanya riwayat penyakit yang mempengaruhi fungsi
wicara.
e). Faktor perkembangan terlambat
f). Adanya riwayat hospitalisasi, pembedahan dan
tindakan medic.
g). Tidak melaksnakan pemeriksaan rutin / general check
up terhadap kesehatan secara umum.
h). Pemeriksaan Magnetik resonance Imaging (MRI),
Positif Emission Tomography(PET) dan Tomografi
terkomputerisasi (CT) memperlihatkan abnormalitas
simetrisitas, kepadatan jaringan, atrofi sebagian
serebral, dan pelebaran ventrikel serebral lateral.
i). Scanning PET menunjukkan penurunan aliran darah
dan penurunan metabolism glukosa di lobus frontal.

b. Faktor Psikologis
1. Intelegensi
a). Kurang kosentrasi
b). Prestasi akademik menurun (Hefler, 1976 dalam
Patilimo, 2003)
2. Ketrampilan verbal
a). Ketidakmampuan Berkomunikasi secara optimal,
komunikasi cenderung dibesar-besarkan.
b). Kesulitan mengungkapkan / mengkronfotasikan
kemarahan secara verbal.
3. Moral
a). Moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan
b). Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki
dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan
denngan moral dan rasa tidak berdosa.
4. Kepribadian
a). Mudah putus asa / pesimis
b). Pemurung
c). Tertutup
d). Agresif
e). Mudah tersinggung
5. Pengalaman masa lalu
a). Masa kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasan
ditolak, dhina dan dianiaya atau saksi penganiayaan
b). Pernah melihat orangtua melakukan hal yang serupa,
sehingga ada proses copying (meniru) atau modeling
(mengidolakan) / sering mengobservasi kekerasan di
rumah atau diluar rumah.
c). Kelalaian orangtua dalam mendidik , sebagian muncul
dari niat baik, namun tetap salah karena ketidaktauan
cara menididk dan sebagian lagi timbul dari sikap
orangtua yang ditaktor, otoriter dan lain-lain (Dimas
2005 dalam Spesialis keperawatan jiwa FIK UI).
d). Keluarga yang penuh konflik, tidak bahagia.
e). Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang
bermakna di masa kanak-kanak.
f). Riwayat ditipu ( Madden dalam ernawati, 2007).
2. Konsep diri
a). Percaya diri kurang
b). Hilangnya harga diri
c). Peran tidak dapat dilakukan, kehilangan peran dalam
keluarga
d). Kehilangan fungsi seksualitas sehingga gambaran diri
terganggu.
e). Kebutuhan akan status dan pretise yang tidak terpenuhi.
f). Kebutuhan aktualisasi diri tidak tercapai sehingga
menimbulkan ketegangan dan membuat individu cepat
tersinggung
3. Pertahanan Psikologi
a). Sangat peka terhadap situasi kehilangan
b). Kebiasaan koping maladaftif
c. Faktor Sosial Budaya
1. Latar Belakang Budaya
a). Budaya permissive : Kontrol sosial yang tidak pasti
terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-
olah perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
perilaku kekerasan diterima.
2. Agama dan Kenyakinan
a). Keluarga yang tidak solid antara nilai kenyakinan dan
praktek, serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang
rusak.
b). Kenyakinan yang salah terhadap nilai dan kepercayaan
tentang marah dalam kehidupan. Misal Yakin bahwa
penyakit merupakan hukuman dari Tuhan.
3. Keikutsertaan dalam Politik
a). Terlibat dalam politik yang tidak sehat
b). Tidak siap menerima kekalahan dalam pertarungan
politik.
4. Pengalaman sosial
a). Sering mengalami kritikan yang mengarah pada
penghinaan.
b). Kehilangan sesuatu yang dicintai ( orang atau pekerjaan
).
c). Interaksi sosial yang provaktif dan konflik
d). Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
e). Sulit memperhatikan hubungan interpersonal.
5. Peran sosial
a). Jarang beradaptasi dan bersosialisasi.
b). Perasaan tidak berarti di masyarakat.
c). Perubahan status dari mandiri ketergantungan (pada
lansia)
d). Praduga negatif.
D. TANDA GEJALA
1. Fisik : Muka merah, Pandangan tajam/mata melotot,
tangan mengepal, otot tegang, rahang mengatup,
serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor,
berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus.
3. Perilaku : Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang
lain, merusak lingkungan, amuk/agresif
4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman,
merasaterganggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, ngamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut
5. Intelektual : Mendominasi, cerewet, cenderung suka
meremehkan, berdebat, kasar, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme
6. Spiritual : Merasa diri kuasa, merasa diri benar, keragu-
raguan, tak bermoral, kreativitas terhambat
7. Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan,
ejekan, sindiran, memperlihatkan permusuhan,
mendekati orang lain dengan ancaman,
memberikan kata-kata ancaman dengan rencana
melukai, menyentuh orang lain dengan cara yang
menakutkan, mempunyai rencana untuk melukai.

E. AKIBAT
1. Faktor Presipitasi
Ancaman terhadap biologis, psikologis dan sosial budaya yang
terjadi pada saat ini, seperti :
a. Ancaman terhadap fisik : pemukulan, penyakit fisik.
b. Ancaman terhadap konsep diri ; frustasi, harga diri rendah,
kegagalan
c. Ancaman terhadap psikologi : kehilangan perhatian dan kasih
sayang
d. Ancaman sosial ; Kehilangan orang/benda yang berarti

III. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


A. Data Mayor
DS : Mengancam, mengumpat, bicara keras dan kasar
DO : Agitasi, meninju, membanting dan melempar

B. Data Minor
DS : mengatakan ada yang mengejek dan mengancam,
mendengar suara yang menjelekkan, merasa orang lain
mengancam dirinya
DO : menjau dari orang lain, katatonia

IV. Diagnosa Keperawatan


Risiko Perilaku Kekerasan

V. Intervensi Keperawatan
1. Intervensi ditujukan ke klien
a. Tujuan
1). Pasien mampu mengenali penyebab, tanda gejala, perilaku dan
akibat marah
2). Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan fisik : tarik nafas
dalam dan pukul kasur/bantal
3). Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
menggunakan obat
4). Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
verbal.
5). Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
melakukan spiritual .
b. Tindakan Keperawatan
1). Mendiskusikan dengan pasien tentang penyebab marah, tanda
dan gejala yang dirasakan saat marah, perilaku yang dilakukan
saat marah dan akibat setelah melakukan perilaku kekerasan.
2). Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan fisik,
obat, verbal dan spiritual
3). Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan :
a. Fisik tarik nafas dalam, memukul kasur/bantal
Menjelaskan cara tarik nafas dalam,menjelaskan cara pukul
kasur /bantal yang dilanjutkan dengan merapikannya,
memperagakan cara tarik nafas dalam dan pukul
kasur/bantal, meminta pasien memperagakan ulang,
memantau penerapan cara ini, dan menguatkan perilaku
pasien.
b. Menggunakan obat secara teratur
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila
obat tidak digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila
putus obat, jelaskan cara mendapat obat/ berobat, jelaskan
cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar jenis,
guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
c. Mengungkapkan secara verbal
Menjelaskan cara mengungkapkan perasaannya saat marah,
meminta pada orang lain dan menolak keinginan orang lain
dengan baik. Memperagakan bersama dengan pasien,
memantau penerapan cara ini dan menguatkan perilaku
pasien
d. Meningkatkan kegiatan spiritual.
Menjelaskan pentingnya kegiatan spiritual untuk
mengontrol marah, mendiskusikan aktifitas spiritual yang
biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan
aktifitas spiritual, menyusun jadual aktifitas sehari–hari
sesuai dengan jadual yang telah dilatih, memantau jadual
pelaksanaan kegiatan, memberikan reinforcement.
2. Tindakan Keperawatan Halusinasi (Keluarga)
a. Tujuan
1. Keluarga mampu mengenal masalah merawat pasien di rumah.
2. Keluarga mampu menjelaskan perilaku kekerasan (pengertian,
penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan proses
terjadinya).
3. Keluarga mampu merawat pasien dengan perilaku kekerasan
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan
5. Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala kambuh ulang.
6. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow-
up pasien dengan perilaku kekerasan .
b. Tindakan keperawatan
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
2. Berikan penjelasan kesehatan meliputi : pengertian, penyebab,
tanda dan gejala perilaku kekerasan dan proses terjadinya perilaku
kekerasan .
3. Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang
mengalami perilaku kekerasan: fisik, minum obat, verbal dan
spiritual
4. Diskusikan cara menciptakan lingkungan yang dapat mencegah
terjadinya perilaku kekerasan.
5. Diskusikan tanda dan gejala kekambuhan.
6. Diskusikan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
untuk follow-up anggota keluarga dengan perilaku kekerasan.
STRATEGI PELAKSANAAN 1 RPK
1. KLIEN
a. Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK yang dilakukan, akibat PK
b. Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat, verbal, spiritual
c. Latihan cara mengontrol PK secara fisik: tarik nafas dalam dan pukul
kasur dan bantal
d. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik
2. KELUARGA
1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya PK (gunakan
booklet)
3. Jelaskan cara merawat PK
4. Latih satu cara merawat PK dengan melakukan kegiatan fisik: tarik nafas
dalam dan pukul kasur dan bantal
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian
DAFTAR PUSTAKA

Copel, Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri Pedoman Klinis
Perawat. Jakarta : EGC.
Dalami, Ernawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta : Penerbit Trans Info Media.
Fortinash, K.M. (2004). Psychiatric Mental Health Nursing. (3rd edition). St.
Louis: Mosby
Program Spesialis keperawatan Jiwa FIK UI. 2011. Draf Scanning. Unpublised.
Keliat, Budi Anna dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
(Basic Course). Jakarta : EGC.
Suliswati dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Stuart, G.W., (2009). Principles and practice of psychiatric nursing. (9th edition).
St Louis: Mosby.
Tim MPKP. (2006). Modul Model Praktik Keperawatan Jiwa Profesional. Badan
Pelayanan Kesehatan Jiwa Banda Aceh dan World Health Organization
Videbeck, S.L. (2006). Psychiatric Mental Health Nursing. (3rd edition).
Philadhelpia: Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai