Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) DAN STRATEGI PELAKSANAAN (SP 2)

PADA PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Ditujukan untuk

Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I

Dosen Pembimbing : Yulia Anggraeni H.P, S.Kep, M.Epid

Tingkat III A

Disusun Oleh :

1. Fanisa Wardan (1440118023)

STIKes RAFLESIA DEPOK


2020/2021

Jl. Mahkota Raya 32-B, Komplek Pondok Duta, Tugu, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat
16451, Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah membimbing penulis
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan dan petunjuk-Nya, penulis
tidak akan menyelesaikan tugas ini dengan penuh kelancaran. Tugas ini penulis susun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I dengan judul LP dan SP 2 Pada Pasien
dengan Risiko Perilaku Kekerasan. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen Yulia Anggraeni H.P, S.Kep, M.Epid yang telah membimbing penulis dan semua
pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini. Semoga tugas ini dapat
memberi wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca. Penulis menyadari tugas ini
masih memiliki banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca.

Bogor, 06 Oktober 2020

Penulis

i
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

A. Masalah Utama
Risiko Perilaku Kekerasan

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku sebagai respon marah yang
diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain dan atau merusak
lingkungan secara fisik maupun psikologis.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku
kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang
berlangsung kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan
lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015:137).
2. Data penunjang
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan: (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97)
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot atau pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang
f. Postur tubuh kaku
g. Pandangan tajam
h. Jalan mondar mandir
Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukan adanya (Kartika Sari, 2015:
138):
a. Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam
b. Klien menguungkapkan perasaan tidak berguna
c. Klien mengungkapkan perasaan jengkel
d. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebardebar, rasa
tercekik dan bingung
e. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya
3. Penyebab
1) Faktor predisposisi
A. Faktor Biologis
1. Genetik
a. Diturunkan melalui kromosom orangtua diduga kromosom 4,8,15 dan
22
b. Perubahan pada kromosom 5 dan 6 (Copel, 2007)
c. Kembar identik kemungkinan 40-55%, dan kembar non identik 10-15%
2. Status nutrisi
a. Sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat merusak
metabolisme tubuh dan mengganggu peredaran darah seperti junk food
b. Riwayat malnutrisi
3. Kondisi kesehatan secara umum
a. Menderita Skizofrenia tipe paranoid (Copel,2007)
b. Kelemahan fisik / penyakit fisik seperti adanya tumor otak
c. Gangguan fungsi pancaindera
d. Adanya riwayat penyakit yang mempengaruhi fungsi wicara
e. Faktor perkembangan terlambat
f. Adanya riwayat hospitalisasi, pembedahan dan tindak medik
g. Tidak melaksanakan pemeriksaan rutin / general check up terhadap
kesehatan secara umum
h. Pemeriksaan MRI, positif emission tomography (PET) dan Tomografi
terkomputerisasi (CT) memperlihatkan abnormalitas simetrisitas,
kepadatan jaringan, atrofi sebagian serebral, dan pelebaran ventrikel
serebral lateral
i. Scanning PET menunjukan penurunan aliran darah dan penurunan
metabolisme glukosa di lobus frontal
4. Sesitivitas biologi

2
a. Kerusakan sistem limbic, lobus frontal, lobus temporal, dan
ketidakseimbangan neurotransmitter
b. Faktor hormonal
5. Paparan terhadap racun
a. Penyalahgunaan zat
b. Perokok berat
c. Polusi udara tinggi
d. Riwayat keracunan, terpapar mercury, insectisida, dll
B. Faktor psikologis
1. Intelegensi
2. Keterampilan verbal
3. Moral
4. Kepribadian
a. Mudah putus asa
b. Pemurung
c. Tertutup
d. Agresif
e. Mudah tersinggung
5. Pengalaman masalalu
a. Dianiaya atau saksi penganiayaan
b. Pernah melihat kekerasan orangtua
c. Keluarga yang penuh konfilk, tidak bahagia
6. Konsep diri
a. Percaya diri kurang
b. Hilangnya harga diri
c. Kehilangan peran dalam keluarga
d. Kebutuhan aktualisasi diri tidak tercapai sehingga menimbulkan
ketegangan dan membuat individu cepat tersinggung
7. Motivasi
a. Ketidak pedulian
b. Sikap meremehkan
c. Pesimis dalam menghadapi permasalahan
8. Pertahanan psikologi
a. Sangat peka terhadap situasi kehilangan

3
b. Kebiasaan koping maladaptif
c. Sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi permasalahan
9. Self kontrol
Fungsi kontrol diri terganggu, individu tidak mampu menahan diri
10. Pencapaian tujuan terhambat
C. Faktor sosial budaya
1. Latar belakang budaya
2. Agama dan keyakinan
3. Keikutsertaan dalam politik
4. Pengalaman sosial
5. Peran sosial
6. Adanya budaya atau norma yang menerima suatu ekspresi marah
2) Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis atau ancaman konsep diri.
Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam baik
internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lungkungan.
c. Lingkungan: panas, padat dan bising
4. Akibat
Akibat dari perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.

4
C. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri, Effect


orang lain, dan lingkungan

Risiko Perilaku kekerasan Core problem

Halusinasi Causa

Harga diri rendah

Koping individu tidak


efektif

Faktor predisposisi dan


presipitasi

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Risiko perilaku kekerasan
b. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
c. Halusinasi
d. Gangguan harga diri : harga diri rendah
e. Koping individu tidak efektif

5
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan risiko perilaku kekerasan
a. Data subjektif
1) Klien mengancam
2) Klien mengumpat dengan kata-kata kasar
3) Klien mengatakan dendam dan jengkel
4) Klien mengatakan ingin berkelahi
5) Klien menyalahkan dan menuntut
6) Klien meremehkan
b. Data objektif
1) Mata melotot, pandangan tajam
2) Tangan mengepal
3) Rahang mengatup
4) Wajah merah dan tegang
5) Postur tubuh kaku
6) Suara keras

E. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perilaku kekerasan
2. Halusinasi
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah

F. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Dx 1 : Risiko perilaku kekerasan
Tujuan umum : perilaku kekerasan tidak terjadi
Tujuan khusus :
1) TK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
a. Beri salam setiap berinteraksi
b. Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
c. Jelaskan maksud hubungan interaksi
d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
e. Beri rasa aman dan sikap empati
f. Lakukan kontak singkat tapi sering
g. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

6
2) TK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Intervensi :
a. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan marahnya
c. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal
d. Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa marahnya
e. Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan
3) TK 3 : Kien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
Intervensi :
a. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya
b. Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku
kekerasan terjadi
c. Motivasi klien menceritakan kondisi emosionalnya (tanda-tanda emosional)
saat terjadi perilaku kekerasan
d. Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi
perilaku kekerasan
4) TK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilakuk kekerasan yang biasa dilakukan
Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien prilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini
b. Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini
pernah di lakukannya
c. Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut
terjadi
d. Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan masalah yang di alami teratasi
5) TK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Intervensi :
a. Bicarakan akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien
b. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang dilakukan oleh klien
c. Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
6) TK 6 : klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan
Intervensi :
a. Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien

7
b. Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa di lakukan
c. Diskusikan 2 cara fisik yang mudah dilakukan untuk mencegah perilaku
kekerasan : tarik nafas dalam, pukul bantal dan kasur
d. Diskusikan cara melakukan tarik nafas dalam dengan klien
e. Beri contoh kepada klien tentang cara menarik nafas dalam
f. Minta klien mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali
g. Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik
nafas dalam
7) TK 7 : klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku
kekerasan
Intervensi :
a. Diskusikan cara yang mungkin dipilih untuk mengungkapkan kemarahannya
b. Latih klien memperagakan cara yang dipilih
c. Jelaskan manfaat cara tersebut
d. Anjurkan klien menirukan perasaan yang sudah di lakukan
e. Beri penguatan kepada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
8) TK 8 : klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku
kekerasan
Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan
b. Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat di lakukan
c. Bantu klien memilih kegiatan yang akan dilakukan
d. Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang di pilih
e. Beri pujian atas keberhasilan klien
9) TK 9 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)
Intervensi :
a. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak
menggunakan obat
b. Jelaskan jenis obat, dosis, waktu minum obat, cara, dan efek dari minum obat
c. Anjurkan klien gunakan obat tepat waktu
d. Anjurkan klien melapor jika mengalami efek yang tidak biasa
e. Beri pujian kedisiplinan klien menggunakan obat

8
2. Dx 2 : Halusinasi
Tujuan umum : klien tidak terjadi halusinasi
Tujuan khusus :
1) TK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
a. Mengucap salam
b. Berkenalan dengan pasien
c. Buat kontrak asuhan yang jelas
d. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
e. Tidak menentang atau menyetujui ungkapan klien
f. Jujur dan tepat janji, dan penuhi kebutuhan dasar klien
2) TK 2 : bantu klien mengenal halusinasi
Intervensi :
a. Kontrak singkat dan sering
b. Jika klien sedang halusinasi :
1. Klarifikasi apa yang dialami
2. Katakan perawat percaya klien, namun tidak mengalami sensasi serupa
3. Katakan ada klien yang mengalami hal yang sama
4. Katakan perawat akan membantu klien
c. Jika klien tidak sedang mengalami halusinasi :
1. Diskusikan isi, waktu, frekuensi
2. Diskusikan hal yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi
d. Diskusikan apa yang dilakukan jika halusinasi timbul
e. Diskusikan dampak jika klien menikmati halusinasi
f. Diskusikan perasaan klien saat mengalami halusinasi (marah, sedih, senang)
beri kesempatan mengungkapkan perasaannya
3) TK 3 : melatih klien mengontrol halusinasi
Intervensi :
a. Identifikasi cara yang dilakukan klien untuk mengendalikan halusinasi
b. Diskusikan cara yang digunakan, bila adaptif berikan pujian
c. Diskusikan cara mengendalikan halusinasi :
1. Menghardik halusinasi
2. Berbincang dengan orang lain
3. Mengatur jadwal aktivitas

9
4. Menggunakan obat secara teratur
5. Membiarkan halusinasi
4) TK 4 : fasilitasi minum obat secara teratur
Intervensi :
a. Diskusikan manfaat obat, akibat jika tidak minum obat
b. Jelaskan jenis obat, warna, dosis, cara minum, efek terapi, efek samping
c. Pantau saat menggunakan obat
d. Diskusikan dampak putus obat dan anjurkan klien untuk berkonsultasi

3. Dx 3 : Harga diri rendah


Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan
dengan orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus :
1) klien dapat membina hubungan saling percaya
tindakan :
a. bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri
b. jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang
c. buat kontrak yang jelas : waktu, tempat, dan topik pembicaraan
d. beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
e. sediakan waktu untuk mendengarkan klien
f. katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2) klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
tindakan :
a. diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. hindari memberi penilaian negatif setiap bertemu klien
c. utamakan memberi pujian yang realistis
d. klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
tindakan :
a. diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4) klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki

10
tindakan :
a. rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
b. tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c. beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5) klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
tindakan :
a. beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. beri pujian atas keberhasilan klien
c. diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6) klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
tindakan :
a. beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b. bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d. beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

11
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 2)
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
(LATIHAN PATUH MINUM OBAT)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data subjektif :
Klien mengatakan ketika dirumah klien minum obat tidak teratur dan sesuai
kemauannya
b. Data objektif :
Pengobatan klien kurang berhasil karena klien putus obat di sebab kan minum obat
tidak teratur
2. Diagnosa Keperawatan :
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)
4. Tindakan keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat
c. membantu klien minum obat secara teratur disertai penjelasan guna minum obat
dan akibat berhenti minum obat
d. Menganjurkan klien memasukan ke dalam jadwal kegiatan har ian

B. Proses Strategi Pelaksanaan


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, Bu Fitri. Masih ingat dengan saya?” “ ................. Bagus!”
b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan Bu Fitri saat ini ? apakah sudah lebih rileks?”
“ Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur dan
bantal. Apa yang dirasakan setelah latihan secara teratur?”
c. Kontrak
1) Topik : “Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap
tentang latihan minum obat yang benar dan manfaatnya bagi ibu Fitri.”

12
2) Waktu : “Kita akan bercakap-cakap selama 15 menit, bagaimana bu?
3) Tempat : “Untuk tempatnya disini saja?”

2. Fase Kerja
Perawat : “Berapa jenis obat yang ibu Fitri minum tadi pagi ?”. “ya, bagus”.
Perawat : “Jadi begini ya bu, obat yang diminum tadi ada tiga macam, ini obatnya
saya bawakan”
Perawat : “Saya jelaskan satu persatu ya bu. Yang warna oranye ini namanya CPZ atau
chlorponazin, gunanya agar pikiran tenang mudah untuk tidur sehingga bu
Fitri bisa istirahat, minumnya 2x sehari pagi dan sore hari, pagi jam 07.00
dan sore jam 17.30. nanti ada efek sampingnya, efeknya ibu Fitri mudah
lemas dan keluar ludah terus menerus”.
Perawat : “Nah yang ini yang warna nya putih namanya THP agar ibu rileks dan tidak
tegang. Minum nya sama seperti CPZ bu 2x sehari yaitu pagi jam 07.00 dan
sore jam 17.30 bu.
Perawat : “dan yang warna pink ini namanya HLP agar rasa marah berkurang”
Perawat : “Jadi semua obat ini harus ibu minum dua kali sehari, jam 07.00 pagi dan
jam 17.30 sore”
Perawat : “Jika nanti setelah minum obat mulut ibu terasa kering, untuk membantu
mengatasinya ibu minum saja air putih yang banyak ya”
Perawat : “Dan jangan lupa bu sebelum minum obat ini, ibu lihat dulu lebel di kotak
apakah benar ini nama Ibu, dan lihat dosis yang di minum”
Perawat : “Bagaimana masih ada yang belum jelas. Jangan lupa kalau obat ini hampir
habis segera kontrol ya!”

3. Fase Teminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif : “Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap
tentang cara minum obat yang benar?”
2) Evaluasi objektif : “Coba ibu jelaskan lagi jenis obat yang ibu minum” “Bagus
sekali”
b. Rencana tindak lanjut
“Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat, jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya”

13
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik : “Baik, besok kita bertemu lagi untuk melihat sejauh mana Ibu
melakukan kegiatan yang telah dilatih, dan berlatih cara selanjutnya yaitu
latihan cara sosial/verbal”
2) Waktu : “Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap pukul 10.00 bu dan
waktunya 15 menit? Apakah ibu setuju?”
3) Tempat : “Ibu ingin bercakap-cakap dimana besok?”, “......... ooooo ditempat
ini lagi bu, baiklah”

14
DAFTAR PUSTAKA

Murkhripah Damaiyanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarida : Refka Aditama


Sari, K. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans info
media.
Lp-Sp-RPK. https://id.scribd.com/doc/306865835/LP-SP-RPK-edit. Diakses pada 6 Oktober
2020 pukul 13.00 WIB.
Strategi Pelaksanaan 2 RPK. https://id.scribd.com/document/328092017/Strategi-
Pelaksanaan-2-rpk-obat-docx. Diakses pada 6 Oktober 2020 pukul 17.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai