Ditujukan untuk
Tingkat III A
Disusun Oleh :
Jl. Mahkota Raya 32-B, Komplek Pondok Duta, Tugu, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat
16451, Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah membimbing penulis
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan dan petunjuk-Nya, penulis
tidak akan menyelesaikan tugas ini dengan penuh kelancaran. Tugas ini penulis susun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I dengan judul LP dan SP 2 Pada Pasien
dengan Risiko Perilaku Kekerasan. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen Yulia Anggraeni H.P, S.Kep, M.Epid yang telah membimbing penulis dan semua
pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini. Semoga tugas ini dapat
memberi wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca. Penulis menyadari tugas ini
masih memiliki banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca.
Penulis
i
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
A. Masalah Utama
Risiko Perilaku Kekerasan
2
a. Kerusakan sistem limbic, lobus frontal, lobus temporal, dan
ketidakseimbangan neurotransmitter
b. Faktor hormonal
5. Paparan terhadap racun
a. Penyalahgunaan zat
b. Perokok berat
c. Polusi udara tinggi
d. Riwayat keracunan, terpapar mercury, insectisida, dll
B. Faktor psikologis
1. Intelegensi
2. Keterampilan verbal
3. Moral
4. Kepribadian
a. Mudah putus asa
b. Pemurung
c. Tertutup
d. Agresif
e. Mudah tersinggung
5. Pengalaman masalalu
a. Dianiaya atau saksi penganiayaan
b. Pernah melihat kekerasan orangtua
c. Keluarga yang penuh konfilk, tidak bahagia
6. Konsep diri
a. Percaya diri kurang
b. Hilangnya harga diri
c. Kehilangan peran dalam keluarga
d. Kebutuhan aktualisasi diri tidak tercapai sehingga menimbulkan
ketegangan dan membuat individu cepat tersinggung
7. Motivasi
a. Ketidak pedulian
b. Sikap meremehkan
c. Pesimis dalam menghadapi permasalahan
8. Pertahanan psikologi
a. Sangat peka terhadap situasi kehilangan
3
b. Kebiasaan koping maladaptif
c. Sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi permasalahan
9. Self kontrol
Fungsi kontrol diri terganggu, individu tidak mampu menahan diri
10. Pencapaian tujuan terhambat
C. Faktor sosial budaya
1. Latar belakang budaya
2. Agama dan keyakinan
3. Keikutsertaan dalam politik
4. Pengalaman sosial
5. Peran sosial
6. Adanya budaya atau norma yang menerima suatu ekspresi marah
2) Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis atau ancaman konsep diri.
Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam baik
internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lungkungan.
c. Lingkungan: panas, padat dan bising
4. Akibat
Akibat dari perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
4
C. Pohon Masalah
Halusinasi Causa
5
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan risiko perilaku kekerasan
a. Data subjektif
1) Klien mengancam
2) Klien mengumpat dengan kata-kata kasar
3) Klien mengatakan dendam dan jengkel
4) Klien mengatakan ingin berkelahi
5) Klien menyalahkan dan menuntut
6) Klien meremehkan
b. Data objektif
1) Mata melotot, pandangan tajam
2) Tangan mengepal
3) Rahang mengatup
4) Wajah merah dan tegang
5) Postur tubuh kaku
6) Suara keras
E. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perilaku kekerasan
2. Halusinasi
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah
6
2) TK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Intervensi :
a. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan marahnya
c. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal
d. Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa marahnya
e. Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan
3) TK 3 : Kien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
Intervensi :
a. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya
b. Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku
kekerasan terjadi
c. Motivasi klien menceritakan kondisi emosionalnya (tanda-tanda emosional)
saat terjadi perilaku kekerasan
d. Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi
perilaku kekerasan
4) TK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilakuk kekerasan yang biasa dilakukan
Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien prilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini
b. Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini
pernah di lakukannya
c. Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut
terjadi
d. Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan masalah yang di alami teratasi
5) TK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Intervensi :
a. Bicarakan akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien
b. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang dilakukan oleh klien
c. Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
6) TK 6 : klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan
Intervensi :
a. Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
7
b. Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa di lakukan
c. Diskusikan 2 cara fisik yang mudah dilakukan untuk mencegah perilaku
kekerasan : tarik nafas dalam, pukul bantal dan kasur
d. Diskusikan cara melakukan tarik nafas dalam dengan klien
e. Beri contoh kepada klien tentang cara menarik nafas dalam
f. Minta klien mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali
g. Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik
nafas dalam
7) TK 7 : klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku
kekerasan
Intervensi :
a. Diskusikan cara yang mungkin dipilih untuk mengungkapkan kemarahannya
b. Latih klien memperagakan cara yang dipilih
c. Jelaskan manfaat cara tersebut
d. Anjurkan klien menirukan perasaan yang sudah di lakukan
e. Beri penguatan kepada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
8) TK 8 : klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku
kekerasan
Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan
b. Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat di lakukan
c. Bantu klien memilih kegiatan yang akan dilakukan
d. Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang di pilih
e. Beri pujian atas keberhasilan klien
9) TK 9 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)
Intervensi :
a. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak
menggunakan obat
b. Jelaskan jenis obat, dosis, waktu minum obat, cara, dan efek dari minum obat
c. Anjurkan klien gunakan obat tepat waktu
d. Anjurkan klien melapor jika mengalami efek yang tidak biasa
e. Beri pujian kedisiplinan klien menggunakan obat
8
2. Dx 2 : Halusinasi
Tujuan umum : klien tidak terjadi halusinasi
Tujuan khusus :
1) TK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
a. Mengucap salam
b. Berkenalan dengan pasien
c. Buat kontrak asuhan yang jelas
d. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
e. Tidak menentang atau menyetujui ungkapan klien
f. Jujur dan tepat janji, dan penuhi kebutuhan dasar klien
2) TK 2 : bantu klien mengenal halusinasi
Intervensi :
a. Kontrak singkat dan sering
b. Jika klien sedang halusinasi :
1. Klarifikasi apa yang dialami
2. Katakan perawat percaya klien, namun tidak mengalami sensasi serupa
3. Katakan ada klien yang mengalami hal yang sama
4. Katakan perawat akan membantu klien
c. Jika klien tidak sedang mengalami halusinasi :
1. Diskusikan isi, waktu, frekuensi
2. Diskusikan hal yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi
d. Diskusikan apa yang dilakukan jika halusinasi timbul
e. Diskusikan dampak jika klien menikmati halusinasi
f. Diskusikan perasaan klien saat mengalami halusinasi (marah, sedih, senang)
beri kesempatan mengungkapkan perasaannya
3) TK 3 : melatih klien mengontrol halusinasi
Intervensi :
a. Identifikasi cara yang dilakukan klien untuk mengendalikan halusinasi
b. Diskusikan cara yang digunakan, bila adaptif berikan pujian
c. Diskusikan cara mengendalikan halusinasi :
1. Menghardik halusinasi
2. Berbincang dengan orang lain
3. Mengatur jadwal aktivitas
9
4. Menggunakan obat secara teratur
5. Membiarkan halusinasi
4) TK 4 : fasilitasi minum obat secara teratur
Intervensi :
a. Diskusikan manfaat obat, akibat jika tidak minum obat
b. Jelaskan jenis obat, warna, dosis, cara minum, efek terapi, efek samping
c. Pantau saat menggunakan obat
d. Diskusikan dampak putus obat dan anjurkan klien untuk berkonsultasi
10
tindakan :
a. rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
b. tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c. beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5) klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
tindakan :
a. beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. beri pujian atas keberhasilan klien
c. diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6) klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
tindakan :
a. beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b. bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d. beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
11
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 2)
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
(LATIHAN PATUH MINUM OBAT)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data subjektif :
Klien mengatakan ketika dirumah klien minum obat tidak teratur dan sesuai
kemauannya
b. Data objektif :
Pengobatan klien kurang berhasil karena klien putus obat di sebab kan minum obat
tidak teratur
2. Diagnosa Keperawatan :
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)
4. Tindakan keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat
c. membantu klien minum obat secara teratur disertai penjelasan guna minum obat
dan akibat berhenti minum obat
d. Menganjurkan klien memasukan ke dalam jadwal kegiatan har ian
12
2) Waktu : “Kita akan bercakap-cakap selama 15 menit, bagaimana bu?
3) Tempat : “Untuk tempatnya disini saja?”
2. Fase Kerja
Perawat : “Berapa jenis obat yang ibu Fitri minum tadi pagi ?”. “ya, bagus”.
Perawat : “Jadi begini ya bu, obat yang diminum tadi ada tiga macam, ini obatnya
saya bawakan”
Perawat : “Saya jelaskan satu persatu ya bu. Yang warna oranye ini namanya CPZ atau
chlorponazin, gunanya agar pikiran tenang mudah untuk tidur sehingga bu
Fitri bisa istirahat, minumnya 2x sehari pagi dan sore hari, pagi jam 07.00
dan sore jam 17.30. nanti ada efek sampingnya, efeknya ibu Fitri mudah
lemas dan keluar ludah terus menerus”.
Perawat : “Nah yang ini yang warna nya putih namanya THP agar ibu rileks dan tidak
tegang. Minum nya sama seperti CPZ bu 2x sehari yaitu pagi jam 07.00 dan
sore jam 17.30 bu.
Perawat : “dan yang warna pink ini namanya HLP agar rasa marah berkurang”
Perawat : “Jadi semua obat ini harus ibu minum dua kali sehari, jam 07.00 pagi dan
jam 17.30 sore”
Perawat : “Jika nanti setelah minum obat mulut ibu terasa kering, untuk membantu
mengatasinya ibu minum saja air putih yang banyak ya”
Perawat : “Dan jangan lupa bu sebelum minum obat ini, ibu lihat dulu lebel di kotak
apakah benar ini nama Ibu, dan lihat dosis yang di minum”
Perawat : “Bagaimana masih ada yang belum jelas. Jangan lupa kalau obat ini hampir
habis segera kontrol ya!”
3. Fase Teminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif : “Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap
tentang cara minum obat yang benar?”
2) Evaluasi objektif : “Coba ibu jelaskan lagi jenis obat yang ibu minum” “Bagus
sekali”
b. Rencana tindak lanjut
“Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat, jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya”
13
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik : “Baik, besok kita bertemu lagi untuk melihat sejauh mana Ibu
melakukan kegiatan yang telah dilatih, dan berlatih cara selanjutnya yaitu
latihan cara sosial/verbal”
2) Waktu : “Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap pukul 10.00 bu dan
waktunya 15 menit? Apakah ibu setuju?”
3) Tempat : “Ibu ingin bercakap-cakap dimana besok?”, “......... ooooo ditempat
ini lagi bu, baiklah”
14
DAFTAR PUSTAKA