Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN RISIKO BUNUH DIRI

A. PENGERTIAN
Risiko bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja untuk mengakhiri
kehidupan (Herdman, 2012). Individu secara sadar berkeinginan untuk matisehingga melakukan
tindakan-tindakan untuk mewujudkan keinginan tersebut. Risiko bunuh diri terdiri dari 3
kategori,yakni:
1. Isyarat bunuh diri
2. Ancaman bunuh diri
3. Percobaan bunuh diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya risiko bunuh diri, meliputi:
a. Faktor Biologis
Faktor herediter, riwayat bunuh diri, riwayat penggunaan Napza, riwayat penyakit fisik,
nyeri kronik, dan penyakit terminal.
b. Faktor Psikologis
Mempunyai riwayat kekerasan masa kanak-kanak, riwayat keluarga bunuh diri,
homosekual saat remaja, perasaan bersalah, kegagalan dalam mencapai harapan,
gangguan jiwa.
c. Faktor Sosial Budaya
Perceraian, perpisahan, hidup sendiri dan tidak bekerja.
2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus risiko bunuh diri meliputi : perasaan terisolasi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti, kegagalan beradaptasi sehingga tidak
dapat menghadapi stress, perasaan marah/bermusuhan.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Data subjektif :
a. Merasa hidupnya tak berguna lagi
b. Ingin mati
c. Pernah mencoba bunuh diri
d. Mengancam bunuh diri
e. Bosan hidup
f. Merasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak berdaya
2. Data Objektif:
a. Ekspresi murung
b. Tak bergairah
c. Ada bekas percobaan bunuh diri
D. PENGKAJIAN RISIKO BUNUH DIRI
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga (pelaku
rawat).
1. Bagaimana perasaan pasien saat ini?
2. Bagaimana penilaian pasien terhadap dirinya?
3. Apakah pasien mempunyai pikiran ingin mati?
4. Berapa sering muncul pikiran ingin mati?
5. Kapan terakhir berpikir ingin mati?
6. Apakah pasien pernah mencoba melakukan percobaan bunuh diri? Sudah berapa kali? Kapan
terakhir melakukannya? Dengan apa pasien melakukan percobaan bunuh diri? Apakah saat
ini masih terpikir untuk meakukan perilaku bunuh diri?
7. Apa yang menyebabkan pasien ingin melakukan percobaan bunuh diri?
Tanda dan gejala risiko bunuh diri yang dapat ditemukan melalui observasi :
a. Pasien tampak murung
b. Pasien tidak bergairah
c. Pasien banyak diam
d. Ditemukan adanya bekas percobaan bunuh diri
E. DIAGNOSIS KEPERAWATAN RISIKO BUNUH DIRI
RISIKO BUNUH DIRI
F. INTERVENSI KEPERAWATAN RISIKO
1. Pengkajian, melindungi dan mengendalikan pikiran bunuh diri dengan berpikir aspek positif
diri
2. latihan mengendalikan dorongan bunuh diri dengan cara berpikir positif terhadap keluarga
dan lingkungan
3. Latihan merencanakan masa depan/harapan masa depan
4. Latihan merencanakan masa depan tahap 2

LAPORAN PENDAHULUAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara
fisik maupun psikologis (Keliat, dkk, 2011). Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
memperlihatkan individu tersebut dapat mengancam secara fisik, emosional dan atau seksual
kepada orang lain (Herdman, 2012). Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku kekerasan
merupakan:
1. Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan
dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
2. Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, keinginan tidak
tercapai, tidak puas).
3. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
faktor herediter mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan NAPZA.
b. Faktor Psikologis
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksternal,
internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi
frustrasi. Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui
kegagalan atau terhambat, seperti kesehatan fisik yang terganggu, hubungan social yang
terganggu. Salah satu kebutuhan manusia adalah “berperilaku”, apabila kebutuhan
tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka yang akan muncul
adalah individu tersebut berperilaku destruktif.
c. Faktor Sosiokultural
Fungsi dan hubungan sosial yang terganggu disertai lingkungan sosial yang mengancam
kebutuhan individu yang mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah.
Norma budaya dapat mempengaruhi individu untuk berespon asertif atau agresif.
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi (social
learning theory), merupakan proses meniru dari lingkungan yang menggunakan perilaku
kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah.
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor internal meliputi keinginan yang tidak terpenuhi, perasaan kehilangan dan
kegagalan akan kehidupan (pekerjaan, pendidikan, dan kehilangan orang yang dicintai),
kekhawatiran terhadap penyakit fisik.
b. Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian sosial yang berubah seperti serangan
fisik atau tindakan kekerasan, kritikan yang menghina, lingkungan yang terlalu ribut, atau
putusnya hubungan social/kerja/sekolah.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Data Subjektif:
a. Ungkapan berupa ancaman
b. Ungkapan kata-kata kasar
c. Ungkapan ingin memukul/ melukai
2. Data Objektif:
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
g. Mondar mandir
h. Melempar atau memukul benda/orang lain
D. PENGKAJIAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga (pelaku
rawat).
1. Apa penyebab perasaan marah?
2. Apa yang dirasakan saat terjadi kejadian/penyebab marah?
3. Apa yang dilakukan saat marah?
4. Apa akibat dari cara marah yang dilakukan?
5. Apakah dengan cara yang digunakan penyebab marah hilang?
Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dapat ditemukan melalui observasi adalah
sebagai berikut:
1. Wajah memerah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Bicara kasar
6. Mondar mandir
7. Nada suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Melempar atau memukul benda/orang lain
G. DIAGNOSIS KEPERAWATAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
H. INTERVENSI KEPERAWATAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
1. Pengkajian dan latihan nafas dalam dan memukul kasur atau bantal
2. Latihan patuh minum obat
3. Latihan cara sosial atau verbal
4. Latihan cara spiritual

Anda mungkin juga menyukai