Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu :

1. Dwi Ariani Sulistyowati, S.Kep.,Ns.,M.Kep


2. Siti Khadijah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Hafifah Refi Nabira

P27220021152

2BD4

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
2022/2023
KONSEP TEORI
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Muhith, 2015). Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi
kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-
tindakan yang dapat membahayakan atau mencederai diri sendiri, orang
lain bahkan merusak lingkungan (Prabowo, 2014).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut. Perilaku kekerasan ini dapat berupa muka
masam, bicara kasar, menuntut dan perilaku yang kasar disertai kekerasan
(Saragih,dkk, 2014).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan hilangnya kendali perilaku
seseorang yang diarahkan pada diri sendiri (dapat berupa melukai diri
sendiri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri), orang lain
(dengan melakukan tindakan agresif pada orang lain) atau lingkungan
seperti perilaku lingkungan (Yusuf, dkk, 2015).

B. Etiologi
Salah satu penyebab dari klien melakukan tindakan resiko perilaku
kekerasan adalah faktor sosial budaya. Pada umumnya individu akan
marah apabila dirinya merasa bahaya baik fisik, psikis maupun terhadap
konsep diri. Jika seorang individu dihadapkan dengan penghinaan,
kekerasan. kehilangan, terancam, masalah dengan keluarga atau teman
baik permasalahan eksternal maupun internal pada umumnya individu
mengalami peningkatan emosianal.(Kandar & Iswanti, 2019) Dalam buku
SDKI (PPNI, 2017) menyebutkan penyebab perilaku kekerasan sebagai
berikut:
1. Individu tidak mampu mengendalikan emosi atau marah
2. Stimulus lingkungan
3. Terdapat konflik interpersonal
4. Status mental berubah
5. Penggunaan obat dihentikan atau terputus
6. Penyalahgunaan zat atau alcohol

C. Proses Terjadinya Masalah


Proses terjadinya perilaku kekerasan berawal oleh adanya faktor
predisposisi dan faktor presipitasi
1. Faktor predisposisi
a. Faktor biologis
Faktor genetik merupakan hal yang terdapat dalam faktor biologis
yaitu keberadaan anggota keluarga yang selalu menunjukkan
perilaku kekerasan bahkan melakukan perilaku kekerasan,
keberadaan anggota keluarga yang memiliki gangguan atau
penyakit mental, memiliki riwayat peyakit atau cedera kepala, dan
riwayat penyalagunaan obat atau NAPZA.
b. Faktor psikologis
Adanya stimulus baik dari eksternal, internal maupun lingkungan
dapat menimbulkan respon psikologis berupa marah. Jika
keinginan individu untuk mencapai sesuatu mengalami hambatan
atau bahkan mengalami kegagalan maka dapat memicu individu
tersebut mengalami frustasi. Pengumpulan frustasi dapat
menyebabkan perilaku kekerasan. Berperilaku merupakan
kebutuhan manusia, jika kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi
melalui perilaku baik atau membina maka yang terjadi perilaku
individu itu merusak.
c. Faktor sosiokultural
Teori lingkungan sosial menyatakan bahwa sikap individu dalam
mengekspresikan amarah dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Sikap individu untuk merespon secara tegas atau positif dapat
didukung oleh budaya. Sehingga proses sosialisasi dapat
menentukan seseorang melakukan perilaku kekerasan
(Pembelajaran sosial teori).
2. Faktor presipitasi
Setiap orang itu tidak sama dan unik, hal itu mungkin pemicu stres
seorang individu di dalam dan di luar. Faktor dalam diriindividu
meliputi hilangnya hubungan antara orang lain, orang yang dicintai
atau bermakna (misalnya putus, perceraian, kematian), kekhawatiran
penyakit fisik, dll. Pada saat yang sama, faktor diluar individu
termasuk serangan fisik, lingkungan yang bising, kritik mengarah pada
penghinaan, dan kekerasan.(Nurhalimah, 2016).

D. Tanda dan Gejala


Menurut Muhith 2015 dalam (Malfasari et al., 2020) tanda dangejala
perilaku kekerasan meliputi tidak mampu mengontrol emosi, berteriak,
menatap dengan tatapan yang tajam, tampak tegang dan muka merah,
mengepalkan tangan, rahang mengatup dengan kuat, mencederai orang
lain/ lingkungan, merusak benda-benda sekitar, mengancam seseorang
baik secara verbal atau fisik.
Dalam buku SDKI (PPNI, 2017) menyebutkan bahwa tanda dan
gejala perilaku kekerasan sebagai berikut:
1. Subjektif
a. Mengancam baik secara lisan maupun fisik
b. Memaki/ mengumpat dengan kata yang tidak pantas
c. Berbicara dengan suara yang keras
d. Ketus saat diajak berbicara
2. Objektif
a. Mencederai dirinya sendiri maupun orang lain
b. Menyerang
c. Membanting barang-barang maupun lingkungan
d. Berperilaku agresif karena tidak bisa mengontrol emosi
e. Menatap dengan tatapan yang tajam
f. Mengepalkan tangan
g. Mengatupkan rahang dengan kuat
h. Postur tubuh tegang
i. Wajah memerah

E. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk


Keterangan:
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai
perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan
kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
3. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui
hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung
untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan
yang sama dari orang lain.
5. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain (Prastya & Arum 2017).

F. Mekanisme Koping
Menurut Prastya, & Arum (2017). Perawat perlu mengidentifikasi
mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk
mengembangkan koping yang konstruktif dalam mengekpresikan
kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi,
represif, denial dan reaksi formasi.
Perilaku yang berkaitan dengan risiko perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar Pada keadaan ini respon fisiologis timbul
karena kegiatan system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi
epinefrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi,
wajah marah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik
gaster menurun, kewaspadaan juga meningkat, tangan mengepal, tubuh
menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif Resiko Perilaku yang sering ditampilkan
individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku
pasif, agresif dan perilaku asertif adalah cara yang terbaik, individu
dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain
secara fisik maupun psikologis dan dengan perilaku tersebut individu
juga dapat mengembangkan diri.
3. Memberontak Perilaku muncul biasanya disertai kekerasan akibat
konflik perilaku untuk menarik perhatian orang lain.
4. Resiko perilaku kekerasan tindakan kekerasan atau amuk yang
ditujukan akibat konflik perilaku untuk menarik perhatian orang lain
G. Pohon Masalah
Effect Resiko mencederai
diri sendiri orang lain
dan lingkungan

Core problem Resiko perilaku


kekerasan

Causa Halusinasi

(Keliat, 2019)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Pengkajian
1. Agitasi motoric:
a. Mondar-mandir
b. Tidak bisa diam
c. Menggertakkan rahang
d. Nafas cepat
e. Tiba-tiba diam (katatonia)
2. Respon verbal:
a. Mengancam obyek yang nyata atau imajinasi
b. Minta perhatian secara berlebihan
c. Bicara keras
d. Isi pebicaraan: waham curiga
3. Afek:
a. Marah
b. Bermusuhan
c. Ansietas berat
d. Mudah tersinggung
e. Euforia aneh
f. Afek labil
4. Kesadaran
a. Bingung
b. Status mental berubah tiba-tiba
c. Disorientasi
d. Gangguan memori
e. Tidak mampu diarahkan
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan: resiko perilaku kekerasan

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Resiko 1. Pasien mampu Tindakan keperawatan
perilaku mengenali 1. Klien
kekerasan penyebab, SP 1
tanda gejala, a. Membina hubungan saling
perilaku dan percaya
akibat marah b. Mengidentifikasi tanda gejala
2. Pasien mampu perilaku kekerasan
mengontrol c. Mengidentifikasi perilaku yang
perilaku dilakukan
kekerasan d. Menjelaskan cara mengontrol
fisik: tarik perilaku kekerasan
nafas dalam e. Membantu klien
dan pukul mempraktikkan latihan cara
bantal mengontrol fisik: tarik nafas
3. Pasien mampu dalam, memukul bantal
mengontrol f. Menganjurkan klien
perilaku memasukkan dalam kegiatan
kekerasan harian
dengan cara SP 2
menggunakan a. Mengevalusi jadwal kegiatan
obat harian klien
4. Pasien mampu b. Menjelaskan cara mengontrol
mengontrol perilaku kekerasan dengan
perilaku minum obat
kekerasan  Menjelaskan pentingnya
dengan cara penggunaan obat,
verbal jelaksan akibat bila
5. Pasien putus obat, jelaskan cara
mmampu mendapat obat/berobat,
mengontrol jelaskan cara
perilaku menggunakan 6 benar
kekerasan obat
dengan cara c. Menganjurkan klien
melakukan memasukkan dalam jadwal
spiritual kegiatan harian
SP 3
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
b. Melatih klien mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara
verbal
 Meminta pada orang lain
dan menolak keinginan
orang lain dengan baik
c.Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP 4
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
b. Melatih klien mengontrol pk
dengan cara spiritual
 Menjelaskan pentingnya
kegiatan spiritual untuk
mrngontrol emosi,
mendiskusikan aktifitas
spiritual yang biasa pasien
lakukan, melatih pasien
melakukan aktifittas
spiritual
c. Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

Keluarga
1. Keluarga
SP
mampu
a. Mendiskusikan masalah
mengenal
yang dirasakan keluarga dalam
masalah
merawat klien
keperawatan
b. Menjelaskan pengertian
2. Keluarga
perilaku kekerasan , tanda dan
mmampu
gejala serta proses terjadinya
menjelaskan
c. Menjelaskan cara-cara
PK
merawat klien dengan perilaku
3. Keluarga
kekerasan
mampu
a. Melatih keluarga
merawat
mempraktekan cara merawat klien
pasien dengan
dengan pk
PK
a. Melatih keluarga melakukan
4. Keluarga
cara merawat langsung kepada klien
mampu
perilaku kekerasan
menciptakan
b. Membantu keluarga
lingkungan
membuat jadwal aktifitas dirumah
5. Keluarga
termasuk minum obat (discharge
mampu
planning)
mengenal
c. Menjelaskan follow up klien
tanda dan
setelah pulang
gejala kambuh
6. Keluarga
mampu
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan
untuk follow-
up pasien PK

D. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini
(Damaiyanti, 2012).
Selain itu, salah satu hal yang penting dalam pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan adalah teknik komunikasi terapeutik. Teknik ini dapat
digunakan dengan verbal; kata pembuka, informasi, fokus. Selain teknik
verbal, perawat juga harus menggunakan teknik non verbal seperti; kontak
mata, mendekati kearah klien, tersenyum, berjabatan tangan, dan
sebagainya. Kehadiran psikologis perawat dalam komunikasi terapeutik
terdiri dari keikhlasan, menghargai, empati dan konkrit (Yusuf, 2019).

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
Tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respon klien atau keluarga terhadap Tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi dilakukan setiap selesai melakukan tindakan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP sebagai pola
pikirnya. (Keliat, 2011).
S : Respon subjektif terhadap intervensi keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif terhadap intervensi keperawatan yang telak
dilaksanakan
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap muncul atau masalah baru atau masalah
teratasi
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil Analisa pada
respon.
Evaluasi kemampuan pasien mengatasi risiko perilaku kekerasan
berhasil apabila pasien dapat :
a. Menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan,
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, dan akibat dari perilaku
kekerasan

b. Mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai jadwal : Secara


fisik : (tarik nafas dalam dan pukul bantal/Kasur), Secara
sosial/verbal : meminta, menolak, dan mengungkapkan perasaan
dengan cara baik, Secara spiritual : (sholat, berdoa), terapi
psikofarmaka
c. Mengidentifikasi manfaat latihan yang dilakukan dalam mencegah
perilaku kekerasan

Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) risiko perilaku


kekerasan berhasil apabila keluarga dapat :

a. Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien

(pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya risiko perilaku


kekerasan)
b. Mencegah terjadinya perilaku kekerasan

c. Menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien


d. Memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perasaan
marah
e. Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
pasien mengontrol perasaan marah
f. Mengevaluasi manfaat asuhan keperawatan dalam mencegah
perilaku kekerasan pasien
g. Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tAnda kambuh dan
melakukan rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Aswitasi, I. 2021. “Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Resiko Periaku


Kekerasan”. Laporan Pendahuluan. Despasar: profesi ners Politeknik
Kemenkes Denpasar

Keliat, B. A. & Akemat. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta : EGC

Musmini, S. 2019. “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Resiko Perilaku


Kekerasan Terintergasi Dengaan Keluarga Di Wilayah Kerja
Puskesmas”.Karya Tuis Imiah .Sempaja Samarinda”. prodi D. 3
Keperawatam Politeknik kemenks saamarinda.
.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Data subjektif:
1) Pasien mengatakan dendam pada tetangganya
2) Pasien mengatakan akan melukai tetangga yang dia benci
3) Pasien mengatakan suka marah-marah tanpa sebab
4) Pasien mengatakan sering melukai dirinya sendiri
5) Pasien mengatakan sering emosi
b. Data objektif:
1) Pasien tampak wajah merah
2) Mata melotot
3) Pasien tampak menggengan kedua tangganya
4) Pasien tampak bersuara keras dan kasar
5) Pasien melempar semua benda disekitarnya
2. Diagnosa keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Pasien mampu menerapkan cara adaptif untuk mengontrol perilaku
kekerasan
b. Tujuan khusus
1) Pasien mampu mengenali penyebab, tanda gejala, perilaku, dan
akibat marah
2) Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan fisik: tarik napas
dalam dan pukur kasur/bantal
3) Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
menggunakan obat
4) Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
verbal
5) Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
melakukan spiritual

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


SP 1
Pasien perilaku kekerasan: Latihan fisik

1. Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya pak?” “wahhh benar sekali
bapak masih ingat dengan saya.”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Bapak merasa marah ya. Apa yang
bapak lakukan untuk mengatasi rasa jengkel? lalu apakah berkurang
perasaan marah itu?”
c. Kontrak
Topik: “Baiklah Bapak kita akan berbincang-bincang tentang
perasaan marah dan jengkel yang bapak rasakan dan kita lakukan
latihan pukul bantal untuk meluapkan marahnya ya”
Waktu: “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?”
“Bagaimana kalau 10 menit? Baik”
Tempat: “Di mana tempat yang nyaman untuk berbincang-bincang
Pak? Bagaimana kalau di ruang tamu? Baik”
2. Kerja
“Apa yang Bapak rasakan?” “Apa yang menyebabkan bapak marah?” “O
iya, apakah ada penyebab lain yang membuat bapak marah” “Pada saat
penyebab marah itu ada apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada
bapak berdebar-debar, mata melotot dan tangan mengepal?” “Setelah itu
apa yang Bapak lakukan? o..iya, jadi Bapak marah-marah membanting
pintu dan memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini rasa marah
dan jengkel Bapak hilang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak
lakukan? Betul, istri dan anak jadi takut, barang-barang menjadi rusak dan
parahnya lagi bakap bisa saja melukai diri bapak sendiri.”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan Pak. Salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah
melalui tarik nafas dalam dan juga memukul kasur atau bantal.”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka
bapak dapat meluapkan pada hal yang tidak bersifat merusak”. “Sekarang
mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi
kalau nanti bapak kesal dan ingin marah,langsung ke kamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur atau bantal.”
“Saya akan mempraktikkan seolah olah saya sedang marah coba bapak
perhatikan” “pertama-tama kita tarik nafas dalam terlebih dahulu lalu
hembuskan nafas sambil memukul bantal ke kasur ya pak, lakukan
kegiatan tersebut saat bapak merasakan marah. Apakah bapak mengerti?”
Nah, coba sekarag bapak coba lakukan, pukul kasur dan bantal.Ya,bagus
sekali bapak melakukannya”. “Nah cara ini pun dapat dilakukan secara
rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat
tidurnya lagi saat hati dan perasaan sudah mulai tenang.
3. Terminasi
a. Kesimpulan
“Baik bapak kita sudah mencoba berlatih cara mengontrol marah dengan
latihan fisik yaitu dengan cara tarik nafas dalam sambil memukul bantal
atau kasur”
b. Evaluasi
Subjektif: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap
tentang cara mengontrol perasaan marah dengan memukul bantau atau
kasur?”
Objektif: “Coba bapak prakrikkan kembali cara melampiaskan marah
dengan memukul bantal atau kasur!, bagus...tapi jangan lupa untuk
merpikan tempat tidurnya lagi ya pak”
c. RTL
“Sekarang kita masukkan latihan pukul bantal atau kasur ke dalam jadwal
harian. Kita buat daftar latihan saat bangun tidur jam 07.00 dan saat marah
itu muncul ya. Nanti jika bapak melakukan secara mandiri isi dengan M
artinya mandiri, jika melakukan tapi dibantu oleh perawat atau oleh teman
maka di isi B artinya dibantu, jika tidak melakukanya maka di isi T artinya
tidak melakukannya. Apakah bisa dimengerti bapak?”
d. Kontrak
Topik: “Baik bapak besuk kita akan bertemu lagi untuk berlatih cara
mengontrol perasaan marah dengan cara minum obat yang benar”
Waktu: “Besuk kita akan bertemu lagi jam 09.00 yak Pak”
Tempat: “Untuk tempatnya dimana Pak? baik disini lagi ya” Sampai
jumpa dan selamat istirahat ya Pak”
SP 2

Latihan patuh minum obat

1. Orientasi
a. Salam
“Selamat pagi Pak? Apakah bapak masih ingat dengan saya? Iya batul saya
perawat H ”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini” “Bagaimana pak, sudah dilakukan
latihan tarik nafas dalam sambil pukul kasur bantal? bagaimana kalau kita
praktikkan lagi latihan pukul bantal nya yang telah kita pelajari bersama-
sama? bapak siap? wah luar biasa sekali bapak”
c. Kontrak
Topik: “Sekarang kita akan diskusi tentang pentingnya minum obat dan
latihan cara minum obat yang benar untuk mengontrol perilaku kekerasan
yang Bapak alami.”
Waktu: “Kita mengobrol sekitar 15 menit ya pak ”
Tempat: “Kita ngobrol disini saja? baiklah”

2. Kerja
“Bagaimana pak perasaannya apakah masih merasa jengkel dan ingin
marah?”
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?” “Berapa macam obat yang Bapak
minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum?” “Obatnya
ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang.
Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam7 pagi, jam 1 siang, dan
jam 7 malam”.
“Dalam meminum obat ada hal-hal yang harus diperhatikan ya pak, ini
biasanya disebut dengan 6 benar obat yaitu benar jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara , dan kontinuitas minum obat”
“Nanti sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah
benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Bapak tidak boleh meminum obat in dengan kopi,
susu, atau soda. Bapak bisa minum dengan air putih atau teh.”
“Bapak tidak usah takut nanti biasanya saat minum obat akan dibantu
perawat” “yang terpenting bapak mau meminum nya secara teratur dan tidak
membuang atau melepehnya. Apakah bapak mengerti?” “Bila nanti setelah
minum obat mulut bapak terasa kering untuk membantu mengatasinya bapak
bias minum air putih yangt tersedia di ruangan mungkin itu efek dari obatnya
jadi bapak tidak perlu cemas.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya pak.”

3. Terminasi
a. Kesimpulan
“bapak kita sudah mengobrol tentang patuh minum obat dan cara tepat
minum oba dengan 6 benar obat yaitu benar jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara , dan kontinuitas minum obat.”
b. Evaluasi
Subjektif: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara mengontrol perasaan marah dengan cara minum obat yang benar?”
Objektif: “Coba sekarang ulangi apa saja yang perlu diperhatikan saat
minum obat? Bagus”
c. RTL
“Kita masukkan minum obat ke dalam jadwal harian bapak. Kita buat jam
07.00, 13.00 dan 19.00 ya. Nnanti jika bapak minum obat secara mandiri
isi dengan M artinya mandiri, jika minum tapi dibantu oleh perawat atau
oleh teman maka di isi B artinya dibantu, jika tidak meminumnya maka di
isi T artinya tidak melakukannya. Apakah bisa dimengerti pak?”
d. Kontrak
Topik: “Kita lanjut bertemu besuk lagi bagaiman pak ? Oke pak kita akan
membahas mengontrol perilaku kekerasan dengan verbal yaitu dengan
bicara yang baik”
Waktu: “bagaimana jika besuk kita berbincang-bincang seprti tadi jam
09.00 pagi? baik pak”
Tempat: “bapak mau dimana pak tempatnya? baik disini lagi ya pak
diruang tamu.”
SP 3
Latihan verbal: latihan bicara yang baik

1. Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya? Ya pak saya perawat H
yang berlatih bersama bapak kemarin.”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini” “apakah bapak masih merasa marah?
Pada saat marah apakah bapak sudah melakukan kegiatan tarik nafas
dalam dan pukul bantal pak?” “wahh bagus sekali bapak.” “Bagaimana
pak, sudah minum obatnya?Baik sudah ya.” “Ada berapa obatt yang bapak
minum? warnanya? apa yang dirasakan setelah minum obat secara
teratur?” “Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.” “ bagus sekali ya
bapak sudah minum obat sesuai jadwal.”
c. Kontrak
Topik: “Sekarang kita akan berbincang-bincang tentang latihan bicara
yang baik untuk mengontrol rasa marah/jengkel yang bapak alami. nanti
ada 3 cara yaitu meminta, menolak, dang mengungkapkan rasa kesal yang
baik”
Waktu: “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?”
Tempat: “Kita mengobrol disini atau ditempat lain? ” baik disini”

2. Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah perilaku
kekerasan. Kalau marah sudah disalurkan melalui pukul kasur dan bantal serta
dicegah dengan patuh minum obat, dan sudah lega, maka kita perlu bicara
dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab
marahnya karena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta
uang dengan baik: ”Bu,saya perlu uang untuk membeli rokok apakah ada
uangnya? .” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan
lain-lain. Coba bapak praktekkan.Bagus pak.”
b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakana “Maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan” . Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan:‟ Saya jadi ingin marah karena
perkataan mu itu lebih baik jangan berkata seperti itu ya ‟Coba
praktekkan. Bagus”

3. Terminasi
a. Kesimpulan
“Baik kita sudah berlatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
bicara dengan menggungkapkan perasaan kesal, menolak dengan baik, dan
meminta dengan baik”
b. Evaluasi
Subjektif: “Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang?
Objektif: “Coba bapak praktikkan cara bicara yang baik!” “wahhh bagus
sekali.”
c. RTL
“Kita tambahakan latihan bicara yang baik ke dalam jadwal harian. Mau
latihan jam berapa baik 09.00 dan 14.00 ya. Nanti jika bapak melakukan
secara mandiri isi dengan M artinya mandiri, jika melakukan tapi dibantu
oleh perawat atau oleh teman maka di isi B artinya dibantu, jika tidak
melakukanya maka di isi T artinya tidak melakukannya. Apakah bisa
dimengerti pak?”
d. Kontrak
Topik: “Baik Bapak, besuk kita bertemu lagi saya akan melatih cara
mengontrol perasaan marah dengan cara spiritul ya Pak”
Waktu: “Bapak mau jam berapa ? Baik jam 10.00 pagi ya pak?
Tempat: “Untuk tempatnya bapak mau dimana? baik disini saja ya.”

SP 4
Latihan mengontrol prilaku kekerasan dengan spiritual

1. Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi pak, masih ingat dengan saya?” “iya, benar saya perawat
H.”
b. Validasi
“Bagaimana pak perasaannya hari ini ?” “Apakah sudah melakukan latihan
cara berbicara yang baik ya pak? wah sudah” “bapak latihan sendiri? oh
dibantu teman untuk diajak mengobrol ya.” “sekarang coba bapak
praktikkan lagi yang sudah bapak bicarakan kemarin.”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah
perilaku kekerasan yaitu dengan ibadah?”
Waktu: “Berapa lama kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?
Tempat: “Disini saja ya pak maunya” “tidak coba pindah ke tempat yang
lebih nyaman mungkin di tempat lain? O disini saja ya.”

2. Kerja
“Bapak beragama islam? baik” “Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa
bapak lakukan! Bagus bapak solat 5 waktu ya” “Coba sebutkan solatnya jam
berapa saja? benar pak” “Bagiaman kalau beribadah dengan berdoa?” “bisa di
praktekkan bagaimana kalau bapak sedang berdoa?” bagus sekali ya pak. “jadi
ibadah itu ditunjukkan kepada allah dan allah pasti akan membantu bapak
dalam maslah apapun terutama ketika mbak marah” “untuk melatih kesabaran
bapak juga bisa lakukan dengan berzikir, caranya yaitu mengucapkan
astagfirullah, allahuakbar, alhamdulillah, subuhanallah, masing- masing bisa
bapak lakukan sebanyak banyak nya pak. misal bapak mau mengucapkan
astagfirullah sebnayak 50 kali, 100 kali itu gak papa ya pak.” “sekarang coba
bapak praktikkan dengen mengucapkan kalimat allahuakbar, bagu sekali.
sekarang coba kalimat subuhallah..(sampai mencoba semua walaupun sedikit
dikit).

3. Terminasi
a. Kesimpulan
“ Baik kita sudah berlatih cara mengontrol perasaan marah dengan cara
spiritual yaitu dengan sholat, berodoa, dan zikir ya Pak.”
b. Evaluasi
Subjektif: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbicara tentang cara
mengontrol dengan beribadah?”
Objektif: “Coba bapak lafalkan lagi bacaan berzikir yang kita pelajari tadi?
bagus sekali”
c. RTL
“Bapak sudah melakukan solat 5 waktu sekarang kita tambahakan kegiatan
berdoa dan berzikir ke dalam jadwal harian. kita buat daftarnya jadi berdoa
setelah selesai solat dan berzikir kita buat 3x sehari saat jam 06.00, 11.00,
dan 18.30 .nanti jika bapak melakukan sendiri isi dengan M artinya
mandiri, jika melakukan tapi dibantu oleh perawat atau oleh teman maka
di isi B artinya dibantu, jika tidak melakukanya maka di isi T artinya tidak
melakukannya. Apakah bisa dimengerti Bapak?”
d. Kontrak
Topik: “Baik pak besuk kita akan mengevalusi jadwal harian bapak
apakah sudah melakukan latihan-latihan secara teratur apa belum”
Waktu: “Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 09.00 ya?”
Tempat: “bapak mau dimana untuk berbincang-bincang lagi? apakah ada
tempat yang membuat bapak merasa nyaman? baik di ruang tamu ya.”
“ Saya permisi dulu ya pak? sampai jumpa lagi”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA
KELUARGA DENGAN GANGGUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Data subjektif:
1) Keluarga pasien mengatakan bingung dengan apa yang dialami
pasien
2) Keluarga pasien mengatakan tidak tahu cara merawat peasien
b. Data objektif:
1) Keluarga pasien tampak gelisah
2) Keluarga pasien tampak cemas dan bingung
2. Diagnosa keperawatan
Keluarga pasien dengan anggota keluarga mengalami resiko perilaku
kekerasan
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Keluarga mampu mengenali resiko perilaku kekerasan pada pasien dan
mampu merawatnya.
b. Tujuan khusus
1) Keluarga mmapu mengenali masalah merawat pasien di rumah
2) Keluarga mmapu menjelaskan perilaku kekerasan (pengertian,
penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan proses
terjadinya)
3) Keluarga mampu merawat pasien dengan perilaku kekekrasan
4) Keluarga mampu menciptakan lingkungan
5) Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala kambuh ulang
6) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow-
up pasien dengan perilaku kekerasan
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Menjelaskan keluarga mengenai: pengertian, tanda dan gejala, cara merawat,
tanda kekambuhan, follow up secara teratur pada pasien resiko perilaku kekerasan
serta melatih cara merawat pasien secara langsung

1. Orientasi
a. Salam
“Selamat pagi Ibu, perkenalkan saya perawat H yang bertugas pada pagi
hari ini.”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu D hari ini?” “Apakah ada keluhan atau
kendala selama merawat bapak B?” “Apa yang Ibu D lakukan selama ini?
c. Kontrak
Topik: “Baik ibu kita akan mengobrol mengenai masalah yang dialami
suami ibu, bagaimana tanda gejalnya dan cara merawatnya”
Waktu: “Berapa lama kita berbincang-bincang bu? baik selama 30 menit
ya.”
Tempat: “ibu mau berbincang-bincang dimana? diruang tamu sini saja ya.”

2. Kerja
“Bagaimana perasaan Ibu selama merawat bapak B?“ “Apa ada kesulitan
selama merawat pasien?” “Apa yang ibu lakukan selama ini?” “Apa yang ibu
ketahui tentang keadaan yang dialami oleh suami ibu ?” “Baik saya akan
menjelaskan menegnai masalah yang dialami bapak B”
“Jadi bapak B mengalami resiko perilaku kekerasan atau perilaku dari marah
diekspresikan dengan melakukan ancaman, menyakiti diri sendiri atau orang
lain dan merusak lingkungan”. Tanda gejalanya seperti melempar barang-
barang saat marah, mengatakan akan melukai diri sendiri atau orang lain
mudah tersinggung, mengamuk, mata melotot dan merah, suara keras dan
kasar, tidak sabaran, mengepalkan kedua tangan ketika marah”.
“Apakah Ibu D sudah memhaminya?” “baik, seperti yang Ibu D sampaikan
merasa bingung saat merawat pasien maka saya akan menjalaskan sedikit
mengenai perawatanya ya ibu agar bapak B dapat mengontrol perilaku
kekerasannya .”
a. Ibu harus bisa menjadi teman bagi suami Ibu tanyakan apa yang dirasakan,
apa yang membuatnya marah, mengapa marah. Tujuannya agar suami Ibu
sedikit bisa mengurangi emosi dengan bertukar perasaan.
b. Pertama cara fisik, cara ini dilakukan dangan tarik nafas dan pukul bantal
maupun kasur, jadi ketika suami ibu marah, Ibu ajarkan pada suami ibu
untuk meluapkanya dengan pukul bantal / kasur agar tidak melempar
barang barang yang berbahaya yang dapat melukai diri sendiri atau orang
lain. Ibu juga perlu memperhatikan menjauhkan barang-barang yang dapat
membahayaka seperti pisau, silet, tongkat, vas bunga, kalau bisa dalam
ruangan suami ibu jauhkan itu dari sana.
c. Kedua cara minum obat, ibu harus memastikan suami ibu minum obat
secara teratur, ajarkan dan ingatkan suami ibu untuk minum obat selain itu
Ibu juga perlu memastikan bahwa obat itu benar untuk bapak B, benar
dosis dan waktu minumnya. Sebelum ibu meninggalkan bapak B ibu harus
benar benar memastikan jika bapak B sudah menelan obatnya yaitu
dengan minta bapak B untuk buka mulut dan menjulurkan lidah
d. Ketiga cara verbal, cara ini dilakukan dengan bicara yang baik, misalnya
“saya tidak suka kamu bicara seperti itu...nanti saya bisa marah” atau
“jangan ambil buku itu. nanti saya marah..” “ atau “ saya menolak untuk
dipilih sebagai perwakilan lomba...nanti saya marah” atau sebagainya.
Intinya ibu ajarakan suami ibu supaya mengontrol kesabaran dan berbicara
yang baik.”
e. Keempat cara spiritual, Ibu bisa mengajarkan bapak B untuk mendekatkan
diri pada allah seperti mengajari untuk sholat, berdoa, zikir,dan kegiatan
keagamaan lainya. Jika suami ibu mungkin suka menyanyi lagu religi ajak
suami menyanyi jika itu sebagai bentuk ungkapan marahnya.
“Itu cara merawat bapak B yang dapat Ibu D lakukan, apakah sudah
mengerti? “baik dan hal terpenting dalam merawat bapak B jangan lupa
selalu beri dukungan dan pujian atas keberhasilan yang telah dilakukan
oleh bapak B” “apakah Ibu D ingin melakukan perawatan secara
langsung pada bapak B supaya tidak bingung?”
(Perawat dan Ibu dian merawat bapak vian secara langsung)
“Selain cara tadi Ibu D juga harus mencegah kekambuhan pada suami ibu
dengan memantau jadwal harian suami ibu, jadwal minum obat, dan
jadwal kontrol secara teratur. pada prinsipnya jadwal minum obat ini tidak
boleh terputus Ibu tanpa anjuran dari dokter apakah Ibu memhami nya?”
“baik Bu D, dan nanti jika terjadi kekambuhan seperi tanda dan gejala
yang kita bahas tadi saat psien pulang segera bawa keklinik lagi ya Bu.”

3. Terminasi
a. Kesimpulan
“Baik ibu kita sudah berbincang-bincang mengenai pengertian, tanda dan
gejala, cara merawat, tanda kekambuhan serta sudah melakukan perawatan
secara langsung pada bapak B yang mengalami resiko perilaku kekerasan
dengan nafas dalam sambil memukul bantal/kasur, minum obat tertaur,
bicara yang baik dna cara spiritual”
b. Evaluasi
Subjektif : “Bagaimana perasaan Ibu D setelah kita berbincang-bincang
tadi?”
Objektif: (Ibu D mampu merawat pasien secara langsung dengan cara
yang dijelaskan perawat)
c. Rencana tindak lanjut
“Untuk pertemuan selanjutnya kita akan mengevaluasi apa yang sudah Ibu
lakukan dalam merawat bapak B dan Ibu juga harus memperhatikan
jadwal harian, jadwal minum obat dan jadwal kontrol pasien ketika pasien
diperbolehkan pulang nanti.”
“Ibu D bisa membuat catatan kecil agar Ibu tidak lupa dan dapat
mengoptimalkan proses penyembuhan pada bapak B”
d. Kontrak
Topik: “Baik ibu bagaimana jika besuk kita mencoba mempraktikkan
perawatan secara langsung pada bapak B sekali lagi agar ibu tidak
mengalami kesulitan dalam merawat apalagi ketika suami ibu sudah
dibolehkan pulang?”
Waktu: “Pukul 08.30 WIB ya Bu”
Tempat: “Kita bertemu di ruang tamu ini lagi.”

Anda mungkin juga menyukai