Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

KEPUTUSASAAN

Di susun oleh :

LATIFAH ITSNANI KURNIA SARI

PROGRAM STUDI SARJANA SAINS KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

2021
A. Pengertian
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau
tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang
dimilikinya (NANDA, 2005).
Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa kehidupannya terlalu
berat untuk dijalani (dengan kata lain mustahil). Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak
melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan solusi
untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa
membantunya. Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan,
keraguan duka cita, apati, kesedihan, depresi, dan bunuh diri. Keputusasaan merupakan kondisi
yang dapat menguras energi. Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan
dan bersifat subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain atau
pilihan pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang diiginkan
serta tidak dapat mengerahkan energinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

B. Tanda dan Gejala


1. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya tidak
dapat melakukan”)
2. Sering mengeluh dan Nampak murung.
3. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
4. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.
5. Menarik diri dari lingkungan.
6. Kontak mata kurang.
7. Mengangkat bahu tanda masa bodoh.
8. Nampak selalu murung atau blue mood.
9. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu)
10. Menurun atau tidak adanya selera makan
11. Peningkatan waktu tidur.
12. Penurunan keterlibatan dalam perawatan.
13. Bersikap pasif dalam menerima perawatan.
14. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna
C. Faktor Penyebab
Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu :
1. Faktor kehilangan
2. Kegagalan yang terus menerus
3. Faktor Lingkungan
4. Orang terdekat ( keluarga )
5. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
6. Adanya tekanan hidup
7. Kurangnya iman
D. Pohon Masalah

E. Penatalaksaan medis
1. Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan keputusasaan.
2. Psikoterapi
adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi
psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah
kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacammacam bentuknya
antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan
motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.
3. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada
orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi
psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka
4. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa. Dari penelitian
didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di
bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,
berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb
5. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali kekeluarga
dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya
di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara
lain; terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi
fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi,
dsbnya. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan..
F. Rencana tindakan keperawatan
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
a) Membina hubungan saling percaya
b) Mengenal masalah keputusasaannya
c) Berpartisipasi dalam aktivitas
d) Menggunakan keluarga sebagai system pendukung
3. Tindakan Keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya
1) Ucapkan salam
2) Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai
3) Jelaskan tujuan pertemuan
4) Dengarkan klien dengan penuh perhatian
5) Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya.
b) Klien mengenal masalah keputusasaannya
1) Beri kesempatan bagi klien mengungkapkan perasaan
sedih/kesendirian/keputusasaannya.
2) Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kondisinya dengan
cara pandang perawat terhadap kondisi klien.
3) Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung putus asa
: pembicaraan abnormal/negative, menghindari interaksi dengan kurangnya
partisipasi dalam aktivitas. d) Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan
untuk mengatasi masalah, tanyakan manfaat dari cara yang digunakan.
4) Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini digunakan oleh
klien.
5) Beri alternative penyelesaian masalah atau solusi.
6) Bantu klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap alternative.
7) Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah factor risiko
terbesar dalam ide untuk bunuh diri) : tanyakan tentang rencana, metode dan
cara bunuh diri
c) Klien berpartisipasi dalam aktivitas
1) Identif ikasi aspek positif dari dunia klien (“keluarga anda menelepon RS setiap hari
untuk menanyakan keadaanmu ?”
2) Dorong klien untuk berpikir yang menyenangkan dan melawan rasa putus asa.
3) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran
dan perasaan yang positif.
4) Berikan penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap usaha klien dalam mencapai
tujuan, memulai perawatan diri, dan berpartisipasi dalam aktivitas.
d) Klien menggunakan keluarga sebagai system pendukung
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
 Ucapkan salam.
 Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai.
 Tanyakan nama keluarga, panggilan yang disukai, hubungan dengan klien.
 Jelaskan tujuan pertemuan.
 Buat kontrak pertemuan
2) Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asa klien
3) Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien mengatasi
masalah dan bagaimana hasilnya.
4) Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien mengatasi masalahnya.
5) Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan :
 Arti, penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi.
 Psikofarmaka yang diperoleh klien : manfaat, dosis, efek samping, akibat bila
tidak patuh minum obat.
 Cara keluarga merawat klien
 Akses bantuan bila keluarga tidak dapat mengatasi kondisi klien (Puskesmas,
RS).
DAFTAR PUSTAKA

Azis, R. (2013). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.

Keliat, B.A. (2015). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, B.A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R.V., Wardani, I, Y., dkk. (2016). Modul

praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP Jiwa). Jakarta: FIK UI dan WHO

Stuart, G.W. (2017). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 6. Jakarta: EGC
STRATEGI PELAKSANAAN KEPUTUSASAAN PASIEN
SP 1
Mendiskusikan kegiatan positif yang dulu pernah dilakukan dan menulis kegiatan positif
yang sudah didiskusikan.
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat Pagi. Ibu, perkenalkan nama saya Latifah, Ibu bisa memanggil saya Mbak
Latifah. Saya mahasiswa Poltekkes Surakarta yang bertugas pada pagi hari ini dari
jam 07.00-14.00. Saya disini akan membantu menyelesaikan masalah yang Ibu
hadapi. Kalau boleh tau nama Ibu siapa ya?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini ?”
c. Kontrak
1. Topik
“Baiklah bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan sedih
yang ibu rasakan. Apakah ibu bersedia?”
2. Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 5 menit saja?”
3. Tempat
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bu ? Bagaimana kalau
di ruang tamu saja ?”

2. Fase Kerja
“Coba ibu ceritakan kepada saya tentang perasaan sedih yang ibu rasakan saat ini”
“Yaa,saya mengerti perasaan ibu,sudah berapa lama perasaan itu ibu rasakan ?”
“kalau saya boleh simpulkan,ibu saat ini mengalami hal yang disebut dengan
keputusasaan” “Apa ibu tau keputusasaan itu?” “Keputusasaan adalah suatu keadaan
dimana seseorang itu merasa tidak ada pilihan lagi untuk menyelesaikan masalahnya
walaupun sebenarnya dia masih memiliki potensi/kemampuan untuk menyelesaikan
masalah” “Ibu,bagaimana kalau saya memberitahu tentang cara yang baik untuk
menyelesaikan masalah yang ibu hadapi?” “Ada beberapa hal yang ibu bisa
lakukan,misalnya menceritakan masalah ibu kepada orang lain yang ibu percaya,dengan
demikian beban yang ibu rasakan setidaknya bisa berkurang” “Selain itu,ibu juga bisa
mengingat atau menuliskan kemampuan atu aspek positif yang dulu pernah ibu lakukan”
“Nah,coba ibu ingat kembali apa saja hal yang dulu pernah ibu lakukan,Wah bagus ibu
bisa memasak kan?” “Sekarang kita buat daftar sebanyak-banyaknya tentang
kemampuan lainya ya bu” ini akan membuktikan bahwa ibu masih punya banyak
kemampuan yang ibu miliki dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita mendiskusikan masalah ibu tadi?“
2) Evaluasi Obyektif
“Sekarang coba ibu sebutkan apa sebenarnya yang ibu alami saat ini?”
“Coba ulangi,hal baik apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah?”
“Wah bagus sekali bu”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah ibu.sesuai dengan janji kita telah berdiskusi selama 5 menit dan ibu tadi
sudah mengetahui cara untuk menyelesaikan masalah yang ibu hadapi.”
“Bagaimana kalau besuk kita bertemu lagi untuk membahas masalah yang ini lagi
bu?
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Baiklah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
memasak sayur bu. Apakah ibu bersedia?”
2) Waktu
“Kapan kita akan berbincang-bincang? bagaimana kalau besok jam 08.00 Pagi
selama 15 menit?”
3) Tempat
“Dimana kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang tamu saja?”
“Baiklah sampai jumpa besok bu, Selamat Pagi, Terimakasih”
SP 2
Mendiskusikan kemampuan pasien dalam kegiatan sehari hari
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat Pagi. Ibu,apakah masih ingat dengan saya?” “Yaa,bagus sekali saya mbak
latifah yang kemarin ya bu” “Sesuai dengan janji saya,hari ini kita akan
melanjutkan diskusi yang kemarin ya bu”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini ?” “Apakah daftar kemampuan hal positif ibu
yang kemarin sudah selesai?” “Wah bagus sekali”
c. Kontrak
1. Topik
“Baiklah bu, bagaimana kalau kita sekarang berlatih satu kemampuan ibu yang
senang memasak? “Apakah ibu bersedia?”
2. Waktu
“Berapa lama kita akan berlatih? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
3. Tempat
“Dimana enaknya kita berlatih bu ? Bagaimana kalau disini saja ?”

2. Fase Kerja
“Coba ibu ceritakan kepada saya bagaimana kegiatan atau aktifitas ibu sekarang pasca
suami ibu tidak bekerja dan selingkuh dan sudah tidak memberi nafkah ibu lagi?” “
Waah bagus,sekarang sudah banyak hal positif yang bisa ibu tuliskan ya. Baguss,nah
saat ini kita akan membantu ibu untuk berlatih aktifitas misalnya mengoptimalkan
kemampuan ibu memasak sayur” “Nah ibu harus optimis ya agar bisa melakukanya”
“Nah pertama ibu ambil peralatan terlebih dahulu yaitu panci yang berisi air dan sayur
serta kita pakai bumbu instan ya bu agar cepat” “Kemudian cuci sayur terlebih dahulu
bu,selanjutnya kita rebus sayur ya bu, tunggu beberapa menit kita kasih bumbunya”
“Wah bagus ibu sudah bisa melakukanya”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih memasak tadi?“
2) Evaluasi Obyektif
“Sekarang coba ibu sebutkan alat untuk memasak tadi?”
“Coba ulangi tahapan memasak tadi bu” “Wah bagus sekali ibu pintar” “Apa
ibu senang?”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah ibu.sesuai dengan janji kita telah berlatih selama 15 menit dan ibu tadi
sudah mengetahui cara untuk memasak dan mempersiapkan alat.” “Bagaimana
kalau besuk kita bertemu lagi untuk melatih kegiatan positif lainya bu?”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Baiklah ibu bagaimana kalau besok kita berlatih memasak air? Apakah ibu
bersedia?”
2) Waktu
“Kapan kita akan berlatih lagi bu? bagaimana kalau besok jam 08.00 Pagi selama
15 menit?”
3) Tempat
“Dimana kita akan berlatih untuk memasak? Bagaimana kalau di dapur?
“Baiklah sampai jumpa besok bu, Selamat Pagi, Terimakasih”
STRATEGI PELAKSANAAN KEPUTUSASAAN KELUARGA
SP 1
1. Fase Orientasi
a. Salam
“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan saya Latifah Saya adalah perawat yang
bertugas pada pagi hari ini. sebelumnya boleh tau nama bapak/ibu siapa ?
biasanya dipanggil apa ?. Disini saya yang bertugas merawat anggota keluarga
bapak/ibu yang mengalami masalah keputusasaan.”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah menjenguk anak ibu?”
c. Kontrak
“ Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang keadaan anggota
keluarga bapak/ibu ?
“ bapak/ibu mau berbincang-bincang dimana ?”
“ berapa menit ?”
2. Fase Kerja
“Apa yang bapak/ibu Ketahui tentang penyakit yang diderita anak bpk/ibu?”
“Anak bpk ibu mengalami keputusaaan” “apa sudah tau arti dari keputusaaan? Ya
benar Keputusasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang itu merasa tidak ada
pilihan lagi untuk menyelesaikan masalahnya walaupun sebenarnya dia masih
memiliki potensi/kemampuan untuk menyelesaikan masalah” “Tanda-tanda seperti
memurung diri, dan putus asa tidak ada semangat untuk hidup “Baik nanti kita
berdiskusi lebih lanjut tentang masalah yang dialami anak ibu/bapak ya”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita berdiskusi tentang pengertian
keputusaan” “Dan cara mengatasi keputusaaan yang dialami anak bapak/ibu?”
b. Evaluasi objektif
“Sekarang coba bapak/ibu sebutkan kembali cara megatasi keputusaan terhadap
anak ibu. Bagus sekali pak/bu”
c. Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara
mengatasi keputusaasan yang dialami oleh anak bpk/ibu? Mau jam berapa kita
bertemu pak/bu? Tempatnya mau dimana pak/bu? Baik, sampai jumpa. Selamat
pagi”
SP 2
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Assalamualaikum,Salamat pagi Bapak/Ibu, masih ingat ya dengan Saya ? iya
betul saya latifah perawat yang merawat anak Bapak/Ibu”
b. Evaluasi/Validasi
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu Pagi ini? Bagaimana kemarin sudah faham
tentang apa yang saya jelaskan tentang cara merawat anak ibu dengan cara
bagaimana pak/bu? Iya bagus
c. Kontrak
1) Topik
“ sesuai dengan perjanjian kita kemarin bagaimana nanti kita akan
mempraktikkan cara menghadapi anak ibu yang mengalami keputusaab
dihadapan anak bapak/ibu.”
2) Tempat
“kita mempraktekkannya di kamar anak bapak/ibu ya?”
3) Waktu
“bagaimana jika 20 menit apakah bapak/ibu bersedia?”
“ mari kita datangi anak bapak/ibu”
2. Fase Kerja
“Ibu/bpk,apa yang kita bicarakan pada pertemuan pertama kita kemarin, anak
ibu/bpk selalu merasa putus asa Nah,saya akan mengajarkan cara mengurangi
keputusaan anak ibu pertama kita menanyakan kepada anak ibu hobi yang dia sukai
dan aktifitas positif yang bisa kita kerjakan dirumah sakit ini,seperti kemarin saya
sudah mengajarkan cara memasak sayur dan anak ibu sudah bisa” “Kalau anak ibu
bisa melalukan segera beri pujian agar anak bpk/ibu senang dan bersemangat kembali
untuk menjali hidu” “bagus pak/bu berikan pujian yang terbaik untuk anak bpk/ibu”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Ibu/bpk, bagaiamana perasaan bpk/ibu setelah kita berdiskusi dan berlatih
menghadapi sikap keputusaan anak bpk/ibu?”
b. Evaluasi obyektif
“Bpk/Ibu,coba praktikkan apa yang kita lakukan tadi. Bagaimana sepertinya
bpk/ibu sudah bisa melakukanya?” “Kalau begitu kita terus berlatih ya? Supaya
bpk ibu bisa mengajarkan ke suami anaknya”
c. Kontrak
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk mengerjakan Keluarga merujuk anak
ibu yang sedang mengalami keputusaan?” “Ibu/bpk mau kita lakukkan dimana?
“Bagaimana kalau ditempat yang sama lagi pak/bu? “Kita akan bertemu besuk
jam berapa pak/bu?” “Bagaimana kalau jam 10 pagi” “Apa masih ada yang
ditanyakan pak/bu?”
a. Topik
“Baik bu sekarang bincang bincangnya sudah selesai, kita bertemu lagi
untuk membahas masalah anak ibu/bpk ya?
b. Tempat
“Tempatnya di mana pak/bu ? baiklah di taman ya pak/bu”
c. Waktu
“Waktunya berapa lama pak/bu ? baiklah 10 menit saja”
d. Rencana tindak lanjut
“Ibu/bpk jangan lupa untuk memberikan dukungan atau motivasi kepada
anaknya ya” “Dan jangan lupa untuk memberikan pujian kepada anak
bpk/ibu bila melakukan hal positif”

Anda mungkin juga menyukai