Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPUTUSASAAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa


Program Profesi Ners Angkatan XI

DISUSUN OLEH :
Ajeng Sinta Nuryani
KHGD21061

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XI

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

Tahun Ajaran 2021


1. Pengertian
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang
melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang
tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA,
2005). Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang
melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang
tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA,
2005).
Keputusaasan merupakan perasaan seorang individu yang melihat
keterbatasan atau tidak adanya alternatif atau pilihan dalam menyelesaikan
masalahnya.
2. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala menurut, Keliat (2005) adalah:
a. Ungkapan kliententang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa
(”Saya tidak dapat melakukan sesuatu”)
b. Sering mengeluh dan nampak murung
c. Kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
d. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.
e. Menarik diri dari lingkungan
f. Kontak mata kurang
g. Mengangkat bahu tanda masa bodoh
h. Nampak selalu murung atau blue mood
i. Menurun atau tidak adanya selera makan
j. Peningkatan waktu tidur
k. Penurunan keterlibatan dalam perawatan
l. Bersikap pasif dalam menerima perawatan
m. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna
n. Dapat merupakan lanjutan ansietas
3. Faktor penyebab
Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu :
a. Faktor kehilangan
b. Kegagalan yang terus menerus
c. Faktor Lingkungan
d. Orang terdekat ( keluarga )
e. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
f. Adanya tekanan hidup
g. Kurangnya iman

4. Pohon masalah

Ketidakberdayaan

Keputusasaan

Harga diri rendah


(Keliat, 2005)
5. Penatalaksaan medis
a. Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan
keputusasaan.
b. Psikoterapi
adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah
diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan
menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi
ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan
untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa
putus asa dan semangat juangnya.
c. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak
tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita
selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi
obat psikofarmaka.
d. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan
jiwa. Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama
berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa
kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian
kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.
e. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan
kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga
(institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program
rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan
ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga,
keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada
umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala
dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita
mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan
dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat.
6. Intervensi Generalis Pada Pasien:
a. Tujuan:
1) Mampu mengenal masalah keputusasaannya
2) Mampu memberdayakan diri dalam aktivitas
3) Mampu menggunakan keluarga sebagai sumber daya
b. Tindakan Keperawatan
1) Diskusi tentang kejadian yang membuat putus asa,
perasaan/pikiran/perilaku yang berubah
2) Latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup
3) Latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan
makna hidup.
SP 1 Pasien : Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir positif
melalui penemuan harapan dan makna hidup
1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil
pasien sesuai nama panggilan yang disukai
b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian perasaan
putis asa agar proses penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan
pengendalian perasaan putus asa
3) Bantu pasien mengenal keputusasaan:
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaan sedih/ kesendirian/ keputusasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab putus asa
c) Diskusikan perbedaan antara perasaan dan pikiran klien
terhadap kondisinya dengan kondisi real kondisi klien
d) Bantu pasien menyadari akibat putus asa
e) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang
mendukung pikiran, perasaan dan perilaku positif
4) Latih restrukturisasi pikiran melalui latihan berpikir positif
dengan mengidentifikasi harapan dan penemuan makna hidup
SP 2 Pasien : Evaluasi keputusaan, manfaat berfikir positif, dan
latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan
makna hidup
1) Pertahankan rasa percaya pasien
a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b) Asesmen ulang keputusasaan dan kemampuan melakukan
restrukturisasi pikiran
2) Membuat kontrak ulang: cara mengatasi keputusaaan
3) Diskusikan aspek positif diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
4) Diskusikan kemampuan positif diri sendiri
5) Latih satu kemampuan positif
6) Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif
berguna untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup
7. Intervensi Generalis Pada Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu mengenal masalah keputusasaan pada anggota
keluarganya
2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
keputusasaan
3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami
keputusasaan
b. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan kondisi pasien: keputusaan, penyebab, proses terjadi,
tanda dan gejala, akibat
2) Melatih keluarga merawat pasien dengan ansietas
3) Melatih keluarga melakukan follow up
SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:
1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri
b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan
keputusasaan pasien dan cara merawat agar proses
penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara
merawat pasien dengan keputusasaan
3) Bantu keluarga mengenal putus asa pada pasien:
a) Menjelaskan keputusasaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan
gejala, serta akibatnya
b) Menjelaskan cara merawat pasien dengan putus asa:
menumbuhkan harapan positif melalui restrukturisasi pikiran
melalui penemuan harapan dan makna hidup serta melatih
kemampuan positif
c) Sertakan keluarga saat melatih restrukturisasi pikiran dan latihan
kemampuan positif
SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara
merawat dan follow up
a. Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam,
menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien
b. Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
c. Menyertakan keluarga saat melatih pasien melatih kemampuan positif
d. Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah follow up dan
kondisi pasien yang perlu dirujuk (muncul ide bunuh diri atau perilaku
pengabaian diri) dan cara merujuk pasien
DAFTAR PUSTAKA
Azis, R. (2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.
Keliat, B.A. (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, B.A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R.V., Wardani, I, Y., dkk. (2006).
Modul praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP Jiwa). Jakarta: FIK UI dan WHO
Stuart, G.W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai