E
DENGAN KOMPRES AIR HANGAT DI TENGKUK UNTUK
MENURUNKAN INTENSITAS NYERI DI PERUM JATI TAROGONG AREA
PKM TAROGONG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Hipertensi
2.1.1Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik> 140
mmHg dan tekanan darah diastolik> 90mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu
lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Widyarani, 2017).
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala terus
menerus pada organ sasaran, seperti stroke pada otak, penyakit jantung koroner pada
pembuluh darah dan otot jantung. Hipertensi adalah kondisi tekanan sistolik sama dengan atau
lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg.
Hipertensi terjadi akibat penurunan elastisitas arteri akibat proses penuaan pada lansia
(Asmaravan et al., 2018)
Hipertensi adalah penyakit yang mematikan. Seringkali penderita tidak mengetahui
gejalanya. Kalaupun muncul, gejala-gejala tersebut tergolong kelainan normal sehingga tidak
jarang penderitanya terlambat menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit tersebut sebelum
memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi datang begitu saja. Oleh karena itu, hipertensi
disebut sebagai (silent killer) (Trisnawan, 2019).
Dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik> 140
mmHg dan tekanan diastolik> 90 mmHg. Yang dapat memicu gejala untuk bertahan di organ
target seperti stroke pada otak, penyakit jantung koroner, untuk pembuluh darah dan otot
jantung. Sehingga hipertensi bisa dikatakan penyakit yang mematikan, karena penderita
hipertensi tidak menyadari gejala yang ditimbulkan oleh penderita hanya menganggap gejala
kelainan biasa.
2.1.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu. Hipertensi
Primer (Esensial) dan Hipertensi Sekunder (Ginjal). Menurut (Trisnawan, 2019):
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak jelas.
Menurut penelitian, sebagian besar orang (90%) mengalami hipertensi jenis ini. Ada
berbagai faktor yang diduga berperan dalam menyebabkan hipertensi ini. Berbagai
faktor yang dimaksud meliputi:
a) Faktor lingkungan.
b) Bertambahnya usia.
c) Faktor psikologis.
d) Keturunan.
e) Gangguan metabolisme intraseluler.
f) Obesitas.
g) Konsumsi alkohol.
h) Merokok.
i) Gangguan darah (polycythemia)
b. Hipertensi Sekunder (Renal)
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat dikatakan
diketahui secara jelas. Penyebab hipertensi ini antara lain:
a) Gangguan hormonal.
b) Penyakit jantung.
c) Diabetes.
d) Gangguan fungsi ginjal.
e) Penyakit pembuluh darah.
f) Penggunaan kontrasepsi oral atau gangguan yang berhubungan dengan kehamilan.
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Menurut WHO ( World Health Organization) dan ISH ( International
Socoety of Hypertension ) Mengelompokan Hipertensi Sebagai berikut.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH
Menurut (Nurafif & Kusuma, 2015). Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala.
Tidak ada gejala khusus yang dapat dikaitkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksanya. Artinya,
hipertensi arteri tidak akan pernah terdiagnosis jika tekanan arteri tidak diukur.
b. Gejala biasa.
Sering dikatakan bahwa gejala paling umum yang menyertai hipertensi
termasuk sakit kepala dan kelelahan. Faktanya ini adalah gejala paling umum yang
mempengaruhi kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa penderita
hipertensi adalah:
a) Mengeluh sakit kepala, pusing.
b) Lunglai, lelah.
c) Sesak napas.
d) Gelisah.
e) Mual.
f) Muntah.
g) Epistaksis.
h) Kesadaran menurun.
2.1.5 Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol penyempitan dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, di medula otak. Dari pusat vasomotor ini memulai jalur saraf simpatis, yang
berlanjut ke sumsum tulang belakang dan keluar dari tulang belakang di dada dan perut.
Stimulasi vasomotor sentral diberikan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglionik melepaskan
asetilkolin, yang menstimulasi serabut saraf pasca-ganglion ke dalam pembuluh darah.
Dimana dengan keluarnya noreepineprin menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsangan vasokonstriksi. Orang dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak jelas mengapa hal ini terjadi.
Pada saat yang sama sistem saraf simpatis menstimulasi pembuluh darah sebagai
respons terhadap rangsangan emosional, kelenjar adrenal mengeluarkan epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mengeluarkan kortisol dan steroid lain, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi menyebabkan
penurunan aliran ke ginjal, yang menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II. Vasokonstriktor
yang kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskular. Semua faktor tersebut cenderung memicu hipertensi. (Ice, 2018)
Penurunan tonus otot vaskular merangsang saraf simpatis untuk diturunkan ke sel
jugularis. Sel jugularis ini menyebabkan peningkatan tekanan darah, jika sel jugularis ini
diteruskan ke ginjal maka akan mempengaruhi ekskresi renin yang berhubungan dengan
angiotensin, perubahan angiotensin II mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah dan
dapat meningkatkan hormon aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Ini akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Tekanan darah yang meningkat akan
menyebabkan kerusakan pada organ seperti ginjal, mata, jika hipertensi tidak ditangani
dengan baik dapat mengakibatkan stroke, gagal jantung, gagal ginjal dan gangguan
penglihatan (Lumi et al., 2018).
2.1.6 Diagnosis
Untuk mengukur tekanan darah, dokter atau tenaga ahli biasanya akan memakaikan
manset lengan tiup di sekitar lengan dan mengukur tekanan darah dengan menggunakan alat
pengukur tekanan.
Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum
a. Tekanan darah normal, yaitu di bawah 120/80 mmHg.
b. Tekanan darah tinggi, bila tekanan sistolik berada di kisaran 120-129 mmHg dan
tekanan diastolik berada di bawah 80 mmHg. Q2 Hipertensi stadium 1, bila tekanan
sistolik berada di kisaran 130-139 mmHg dan tekanan diastolik berkisar antara 80-89
mmHg.
c. Hipertensi stadium 2. Ini adalah kondisi hipertensi yang lebih parah. Hipertensi tahap
adalah ketika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih tinggi atau tekanan diastolik 90
mmHg atau lebih tinggi.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Nurafif & Kusuma, 2015).
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Hb / Ht: untuk menilai hubungan sel dengan volume cairan (viksostas) dan dapat
menunjukkan faktor risiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b) BUN / kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c) Glukosa: Hiperglikemia (DM merupakan pemicu hipertensi) bisa disebabkan oleh
pelepasan kadar ketokolamin.
d) Urinalisis: darah, protein, glukosa, menunjukkan disfungsi ginjal dan
diabetes.
2. CT Scan: menilai keberadaan tumor otak, encelopathy.
3. EKG: dapat menunjukkan pola regangan, di mana gelombang P yang lebar dan
meninggi adalah salah satu tanda awal penyakit jantung hipertensi.
4. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan ginjal.
5. Radiografi dada: menunjukkan kerusakan kalsifikasi di area katup, jantung membesar.
2.1.8 Komplikasi Hipertensi
Menurut (Nelwan & Sumampouw, 2019). Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan komplikasi sebagai berikut:
a. Arteriosklerosis (pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutris lain ke organ
tubuh mengeras dan menjadi lebih sempit) Arteriosklerosis dapat menyebabkan
penyakit serius, seperti penyakit jantung dan stroke.
b. Aneurisma : hipertensi yang tidak terkontrol (pembengkakan pembuluh darah) dapat
menyebabkan pembuluh darah menipis dan mengembang, sehingga terjadi
aneurisma. Ini bisa berakibat fatal jika aneurisma pecah.
c. Gagal jantung: peningkatan tekanan darah akan meningkatkan resistensi pembuluh
darah, memberikan tekanan tambahan pada jantung, dan akan mengakibatkan gagal
jantung.
d. Stroke: pecahnya aneurisma di otak dapat menyebabkan stroke. Hipertensi yang tidak
terkontrol juga dapat menyebabkan pembekuan darah di arteri karotis (arteri di
leher). Bekuan darah juga bisa menyebabkan stroke emboli saat masuk ke otak.
e. Gagal ginjal: hipertensi yang tidak terkontrol akan mempengaruhi arteri di ginjal
sehingga menyebabkan kerusakan fungsi ginjal.
f. Retinopati (kerusakan pembuluh darah di jaringan peka cahaya di bagian belakang
mata): hipertensi yang tidak terkontrol akan mempengaruhi arteriol (cabang arteri) di
mata sehingga menimbulkan lesi.
2.1.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala yang khas. Sedangkan tekanan darah
yang tinggi secara terus menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan komplikasi.
Sehingga penyebab hipertensi belum dapat diketahui, namun ditemukan beberapa faktor
risiko (Yonata & Pratama, 2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
secara umum yaitu:
a. Bertambahnya usia
Bertambahnya usia seseorang dapat menyebabkan regulasi metabolisme
khususnya kalsium atau kalsium terganggu. Ini ditunjukkan dengan jumlah kalsium
atau kalsium yang bersirkulasi dengan darah (hiperkalsidemia). Jika sudah demikian
maka darah akan menjadi lebih padat sehingga darah juga akan bertambah. Begitu
juga jika kalsium mengendap di dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) maka
akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Akibatnya aliran darah menjadi
terganggu yang menyebabkan tekanan darah meningkat (Trisnawan, 2019)
b. Gaya Hidup Modern
Gaya hidup modern dapat mengakibatkan berkurangnya kesempatan atau
waktu untuk melakukan olahraga dan aktivitas untuk menjaga kesehatan pribadi
(Trisnawan, 2019).
c. Makanan cepat saji
Perlu diperhatikan bahwa dibalik manfaat fast food, mungkin saja tersimpan
beberapa zat yang kurang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Misalnya, sering
mengonsumsi makanan yang ditambah dengan bumbu (monosodium glutamat/msg)
dalam jumlah tinggi dianggap dapat meningkatkan atau meningkatkan tekanan darah
seseorang. Hal ini dikarenakan jumlah natrium yang berlebihan dan dapat menahan
air (retensi) sehingga jumlah volume darah meningkat. Akibatnya jantung harus
bekerja keras untuk memompa dan hal ini menyebabkan tekanan darah meningkat
(Trisnawan, 2019).
d. Berat badan berlebih atau obesitas
Pola makan yang salah atau tidak terkontrol dapat menyebabkan seseorang
menjadi kelebihan berat badan atau obesitas, obesitas cenderung terjadi karena
seseorang mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh
(Trisnawan, 2019).
e. Keturunan
Penyebab hipertensi karena faktor keturunan adalah hipertensi yang rawan
terjadi pada orang dari keluarga yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi
f. Kekurangan kalium
Faktor penyebab hipertensi adalah terlalu sedikit mengonsumsi makanan
yang mengandung kalium. Hal ini rupanya juga menyebabkan natrium tinggi dalam
darah, sehingga cairan tertahan dan meningkatkan tekanan pada pembuluh darah
g. Kurangnya aktivitas fisik dan olah raga
Penyebab hipertensi adalah kurangnya aktivitas tubuh. Hal ini akan
mengakibatkan peningkatan detak jantung, sehingga jantung harus bekerja lebih
keras untuk memompa darah. Kurangnya aktivitas dan olahraga juga dapat
menyebabkan penambahan berat badan, yang merupakan faktor risiko hipertensi
h. Merokok
Penyeba
Intervensi
SDKI SLKI SIKI
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
keperawatan selama 1x24 jam
1. Observasi
diharapkan rasa nyeri berkurang
o lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil :
durasi, frekuensi, kualitas,
o Keluhan nyeri
intensitas nyeri
berkurang
o Identifikasi skala nyeri
o Tidak tampak
o Identifikasi respon nyeri
meringgis
non verbal
o Tidak gelisah
o Identifikasi faktor yang
o Frekuensi nadi
memperberat dan
normal
memperingan nyeri
o Tekanan darah
o Identifikasi pengetahuan
menurun
dan keyakinan tentang
nyeri
o Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
o Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
o Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
o Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2. Terapeutik
o Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
o Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
o Fasilitasi istirahat dan
tidur
o Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
o Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
o Jelaskan strategi
meredakan nyeri
o Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
o Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
o Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
meningkat menumbuhkan
kepercayaan
o Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan ,
jika memungkinkan
o Pahami situasi yang
membuat anxietas
o Dengarkan dengan penuh
perhatian
o Gunakan pedekatan yang
tenang dan meyakinkan
o Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
o Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
3. Edukasi
o Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
o Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
o Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
o Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
o Anjurkan
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
o Latih kegiatan
pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
o Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
o Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
obat anti anxietas, jika
perlu
A.PENGKAJIAN
Identitas
1. Nama : NY.E
2. Tempat tanggal lahir : 05 – 06 – 1960 (62 Tahun)
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Status perkawinan : Janda ( ditinggal meninggal)
5. Agama : Islam
6. Suku : Sunda
Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
1. Pekerjaan saat ini : Berjualan
2. Pekerjaan sebelumnya : Berjualan
3. Sumber pendapatan :-
4. Kecukupan Pendapatan : Cukup
Lingkungan tempat tinggal
Rumah klien bersih terdapat banyak fentilasi udara klien mempuyai wc di dalam
rumah yang cukup bersih. Klien memouyai warung yang cukup rapih. Halaman rumah
klien di tanami bunga bunga.
Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Pusing
2. Gejala yang dirasakan : sakit kepala
3. Faktor pencetus : hipertensi
4. Timbul keluhan : tiap makan yang berlemak atau makanan manis
5. Upaya mengatasi : kompres air hangat
6. Pergi ke RS/KLINIK/DOKTER/BIDAN/PERAWAT
7. Mengkonsumsi obat obatan sendiri atau Tradisional
Riwayat kesehatan masa lalu
1. Penyakit yang pernah di derita : Hipertensi
2. Riwayat alergi (obat, makananan) : tidak ada
3. Riwayat kecelakaan : belum pernah
4. Riwayat pernah di rawat di RS : belum pernah
5. Riwayat pemakaian obat : belum pernah
Riwayat kesehatan
-Keluhan utama
Klien mengatakan sakit kepala, nyeri kaki dan batuk pilek.
-Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan sakit kepala, nyeri kaki dan batuk pilek.
-Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan belum pernah memiliki penyakit apapun selain hipertensi sepertei
sekarang.
= perempuan = klien
a. Pemeliharaan kesehatan
Hasil kajian :
b. Nutrisi metabolik
c. Pola eliminasi
NO JENIS 0 1 2 3 4
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Eliminasi
4. Mobolitas ditempat tidur
5. Berpindah
6. Berjalan
7. Memasak
8. Naik tangga
9. Pemeliharaan rymah
10. Berbelanja
AFGAR KELUARGA
Jawab : 2022
Jawab : 05-06-1966
Jawab : 1 orang
Jawab : diki
Jawab : 1945
Jawab : jokowi
15.A
16.P
17.A
18.B
4. MENINGAT
Meminta klien mengulang objek diatas
19. air minral
20. buku
21. pulpen
5. BAHASA
1. Tunjukan 2 benda daan meminta klien untuk meletakan dibawah
22. jam
23. pensil
b.pengulangan
minta klien mengulang 3kalimat berikut
24. tak ada jika atau tetapi
c.perontah 3 langkah
25. ambil kertas
26. lipat dua
27. taruh dilantai
d.Turuti hal brikut
28.tutup mata
29.tulis satu kalimat
30.salin gambar
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL (Indeks kemandirian katz)
NO LANGKAH
1. Meminta klien berdiri di sisi tembok dan merentangkan tangan kedepan
2. Beri tanda letak 1 tangan
3. Meminta klien condong kedepan tanpa melangkah selama 1-2 menit dengan yangan di
rentangkan kedepan
4. Beri tangan di letak 11 pada posisi condong
5. Ukur jarak antara tangan 1 ke 2
Hasil pemeriksaan :
PEMERIKSAAN FISIK
a.Tekanan darah :150/90 MMHG
b. Nadi : 96X/menit
c. Respirasi : 29X/menit
d. Suhu : 36,6°C
e. Spo2 : 98
Kesadaran : Composmentis
Intragumen : Kulit terlihat keriput, warna kulit sawo matang, tidak ada luk,a tidak ada
edema.
Kepala : bentuk kepala bulat,rambut merata, warna rambut hitam.
Mata : simetris kiri kanan, sklera putih konjungtiva tidak anemis.
Telinga : tampak simetris tidak ada benjolan,tidak ada cairan yang keluar tidak ada
tampak nyeri tekan fungsi pendengaran baik.
Hidung : hidung tampak simetris, tidak ada cupping hidung, tidak ada secret.
Mulut : mulut bersih, tidak ada caries, lidah tidak kotor.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Dada : bentuk dada normal, bentuk dada simetris, tidak ada alat bantu.
Kardiovskuler : Tekanan darah 150/90 mmhg.
Abdomen : tampak simetris tidak ada luka BAB 1X Sehari.
Ekstremitas : tidak ada edema, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Kronis
2.Gangguan Pola Tidur
3. Defisit Pengetahuan
INTERVENSI KEPERAWATAN
EVALUASI
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini membandingkan antara teori dengan kasus pada Ny. E dengan
diagnosa Hipertensi , pada tanggal 2022 di Area Perumahan jati tarogong kaler PKM
Tarogong 2022. Berikut akan diuraikan pelaksanaan keperawatan pada Ny. E dengan
diagnosa Hipertensi fase dalam tahapan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
1. Pengkajian
Pengkajian pada Ny. E dengan diagnosa hipertensi dilakukan dengan cara anamnesa
(keluhan utama, riwayat yang berhubungan dengan keluhan utama, pengkajian psikososial,
spiritual, observasi, wawancara pada keluarga klien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
diagnostik). Pengkajian adalah suatu usaha yang dilakukan perawat dalam menggali
permasalahan dari klien meliputi pengumpulan data tentang status kesehatan klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan (Novi, 2019). Pada
pengkajian tidak semua pemeriksaan fisik yang diteori timbul pada kasus. Tidak ada kendala
berarti selama melakukan pengkajian karena semua pihak dapat bekerja sama yang baik dan
saling mendukung satu sama lainnya. Data yang terdapat pada tinjauan teori sesuai dengan
data yang ditemukan penulis saat melakukan pengkajian. Tahap – tahap pengkajian dalam
tinjauan teori sudah di aplikasikan oleh penulis. Data keluhan utama yang di temukan di
tinjauan teori yaitu nyeri akut pada hipertensi nyeri dikepala sama dengan yang di temukan
dengan kasus, pengkajian pada tanggal ..... 2022 didapatkan hasil Ny. E mengatakan bahwa
nyeri pada Kepala , nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk , skala nyeri 5, nyeri dirasakan
lebih saat beraktifitas, klien juga mengatakan nyeri hilang timbul, Ny. E juga mengatakan
bahwa ketidak nyaman dengan kondisinya saat ini, pada saat diobservasi tampak meringis,
lemas dan mengantuk. Hasil Tanda-Tanda Vital : TD : 150/90 mmHg Nadi : 96 x/i Suhu :
Diagnosa Keperawatan
Untuk diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan pustaka ada 7 diagnosa
1) Nyeri akut
2) Intoleransi aktivitas
3) Defisit pengetahuan
4) Cemas
1. Nyeri akut
3. Kurang pengetahuan
4. Intervensi Keperawatan
keperawatan yang mengacu pada teori yang ada, namun disesuaikan dengan
kasus yang ada dan lebih banyak melihat dari kondisi klien, sarana dan
prasarana serta sumber daya dari tim kesehatan. Rencana keperawatan untuk
Pada teori dan kasus intervensi yang akan dilakukan sebagai berikut :
Manajemen nyeri :
Observasi :
Terapeutik :
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
Kolaborasi :
Dukungan tidur
- Terapeutik
- Modifikasi lingkungan
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
3. Kurang Pengetahuan
5. Implementasi Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan dengan susunan perencanaan serta
asuhan keperawatan yang diberikan pada klien difokuskan dan penanganannya bersifat
menyeluruh. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini, penulis melibatkan klien, keluarga
dan tim kesehatan lain sehingga dapat bekerjasama dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien. Implementasi yang diberikan untuk tiap diagnosa pada pasien yaitu disesuaikan dengan
kondisi pasien kelolaan yang diberikan asuhan keperawatan oleh kelompok berdasarkan
intervensi keperawatan yang telah ditentukan. Implementasi keperawatan dilakukan selama tiga
hari.
Implementasi diberikan pada pasien berdasarkan intervensi yang telah ditentukan dengan
berpedoman pada panduan SDKI, SLKI, SIKI, namun implementasi di fokus pada tindakan
relaksasi tarik napas dalam, respon yang ditunjukkan setelah dilakukan relaksasi tarik napas
dalam untuk mengurangi nyeri terlihat pengaruhnya, dibuktikan dengan penurunan skala nyeri,
6. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah menilai keberhasilan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Dari tiga diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan,
implementasi yang telah dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan maka