Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Oleh :
NUR FADILAH
201903100

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah keperawatan jiwa
ini tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Masalah Isolasi Sosial”.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Jiwa. Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Dr. Lilik Ma’rifatul Azizah S.Kep.Ns., M.Kes. selaku dosen pembimbing
mata kuliah Keperawatan Jiwa.
2. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu memberikan dorongan moril
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
perkembangan pendidikan khususnya keperawatan. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita, aamiiin.

Mojokerto, Juni 2020

Penulis
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Trigger Case


Nn. R usia 23 tahun masuk RSJ dengan alasan karena sering menyendiri,
berdiam diri di kamar dan merasa ditolak di lingkungan keluarganya, semenjak
dia diberhentikan dari pekerjaanya di Surabaya. Klien adalah anak paling tua
dan sebagai tulang punggung di keluarganya semenjak ayahnya meninggal
karena sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Sejak saat itu banyak biaya
perawatan yang harus dikeluarkan. Hal tersebut membuat klien merasa
bersalah dan tidak berguna di keluarganya. Selain itu keluarga juga
mengatakan klien tidak mau bergaul dengan orang lain, sering melamun, tidak
banyak bercakap-cakap (komunikasi berkurang), mengurung diri di kamar dan
kurang bersosialisasi baik dengan orang yang berada di rumahnya maupun
tetangga sekitarnya. Saat diajak komunikasi oleh perawat, klien hanya
menjawab singkat tanpa adanya kontak mata, sedih, apatis, dan menolak
berinteraksi dengan orang lain.
Klien juga sering berbicara sendiri dan mendengar bisikan-bisikan halus
untuk lari dari RSJ, selain itu didapatkan rambut acak-acakan dan pakaian tidak
tertata rapi, klien tampak kotor, kulit kusam, gigi kuning, kuku hitam dan
panjang, TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,5 0C,
BB : 50 kg.

3.2 Peran dan Fungsi Perawat


1. Pencegahan Primer
Adalah intervensi biologi, sosial, dan psikologiyang bertujuan
meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, dan menurunkan angka
insiden penyakit dengan mengubah faktor faktor penyebab sebelum
membahayakan, yang meliputi :
a. Health education
b. Memodifikasi lingkungan
c. Identifikasi stessor kelompok resiko
d. Dukungan sistem sosial
e. Konsultasi kesehatan jiwa pada pelayanan kesehatan kelompok
f. Kelas persiapan menjadi orangtua
2. Pencegahan Sekunder
Aktifitas pencegahan untuk menurunkan angka kelainan penemuan
kasus dini, deteksi dini, skrinning dan tindakan tindakan efektif yang cepat,
meliputi :
a. Psikoterapi
b. Intervensi krisis
c. Penemuan kasus dan rujukan
d. Pelayanan kedaruratan
e. Pengkajian dan pemeriksaan
f. Pengobatan
3. Pencegahan Tersier
Aktifitas untuk mengurangi keparahan, menurunkan gangguan dan
kecacatan, yang meliputi :
a. Rencana pulang klien
b. Rehabilitasi
c. Memantau perawatan rumah
d. Perawatan mandiri
e. Advocate klien terhadap hak-aknya
f. Rujuk self group

3.3 Model Keperawatan


a. Model komunikasi
Nn. R tidak dapat mengungkapkan pesan dengan baik ke orang lain,
sehingga terjadi kesalahan atau ketidaksesuaian dalam mengapresiasikan
informasi yang didapat dalam bentuk perilaku. Peran perawat dalam kasus
ini adalah mengklarifikasi masalah yang berfokus pada permainan dan
belajar untuk berkomunikasi secara langsung tanpa sandiwara.
b. Model sosial
Nn. R tidak mau bersosialisasi dengan keluarga maupun orang
disekitarnya, sehingga peran perawat menggali sistem sosial klien dan
membantu menggunakan sumber yang tersedia serta menciptakan sumber
yang baru.
c. Model interpersonal.
Nn. R merasa dirinya mendapatkan peran perawat sendiri memberi
kepuasan interpersonal dan mengurangi ansietas.

1.4 Terapi Modalitas Keperawatan untuk Kasus Isolasi Sosial


1. Terapi Individual
Dengan terapi individual, perawat menjalani hubungan saling
percaya dengan klien agar tercipta rasa trust kepada perawat. Sehingga,
klien dapat dengan leluasa menceritakan sesuatu yang ia rasakan, dengan
demikian klien merasa aman, nyaman, klien dapat menggembangkan
kemampuannya dalam menjelaskan konflik, meredakan penderita
emosional, dan klien dapat memenuhi kebutuhan dirinya serta
mempermudah proses asuhan keperawatan juka sudah terjalin rasa saling
percaya klien terhadap perawat. Terapi individual untuk TUK 1, 2, 3, 4, 5.
2. Terapi kognitif
Terapi dengan memodifikasi sikap yang mempengaruhi perasaan dan
perilaku klien, membantu mempertimbangkan stressor dan
mengidentifikasi pola berpikir dan keyakinann yang tidak adekuat. Tujuan
terapi ini untuk mengembangkan pola pikir yang rasional, membentu
perilaku dengan pesan internal, dan klien dapat bersikap dengan baik.
Terapi kognitif untuk TUK 2, 3.
3. Terapi kelompok
Dengan adanya terapi kelompok klien akan dibimbing dengan
petugas psiko terapi dengan tujuan : Klien dapat berkembang dengan sadar
dari apa yang dipikirkan, dirasakan dan perilaku perasaan lainya, umpan
balik kelompok akan mampu mendorong klien untuk dapat merubah
perilaku sehingga hubungan interpersonal lebih efektif. Terapi individual
untuk TUK 1, 3, 4, 5, 6.

3.5 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Terapi aktivitas yang cocok untuk klien isolasi sosial yaitu terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (TAKS). Hal tersebut dikarenakan klien sering
menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi berkurang (bicara
apabila ditanya, jawaban singkat), berdiam diri di kamar dalam posisi
meringkuk, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, wajah tampak sedih dan
lebih sering menunduk yang nenunjukkan bahwa klien mengalami masalah
dalam hubungan sosial (isolasi sosial). Oleh karena itu, terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (TAKS) cocok memfasilitasi kemampuan klien dengan
masalah hubungan sosial agar klien dapat bersosialisasi kembali dengan orang
lain maupun lingkungannya serta dapat meningkatkan hubungan interpersonal
dan kelompok. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) dilakukan dalam
7 sesi dengan indikasi klien menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu
berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik.
1) Sesi 1 : Kemampuan memperkenalkan diri (TUK 1)
Tujuan :
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
nama panggilan, asal dan hobi.
2) Sesi 2 : Kemampuan berkenalan (TUK 4)
Tujuan :
Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok :
a. Memperkenalkan diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal dan
hobi.
b. Menanyakan diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama
panggilan, asal dan hobi.
3) Sesi 3 : Kemampuan bercakap-cakap (TUK 3)
Tujuan :
Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok :
a. Menanyakan kehidupan pribadi kepada 1 orang anggota kelompok
b. Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi
4) Sesi 4 : Kemampuan bercakap-cakap dengan topik Tertentu (TUK 2, 3)
Tujuan :
Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota
kelompok :
a. Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan
b. Memilih topik yang ingin dibicarakan
c. Memberi pendapat tentang topik yang dipilih
5) Sesi 5 : Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi (TUK 2, 5)
Tujuan :
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan
orang lain :
a. Menyampaikan masalah pribadi
b. Memilih satu masalah untuk dibicarakan
c. Memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih
6) Sesi 6 : Kemampuan bekerjasama (TUK 4, 6)
Tujuan :
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok :
a. Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain
b. Menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan permintaan
7) Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi (TUK 3, 5)
Tujuan :
Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan
kelompok yang telah dilakukan.
3.6 Proses Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Nn.R
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Surabaya
Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa
Rekam Medik : 77788
Tanggal masuk :-
Tanggal pengkajian :-

2. Alasan Masuk
Klien masuk RSJ dengan alasan sering menyendiri dan merasa di
tolak di lingkungan keluarganya, semenjak dia diberhentikan dari
pekerjaanya di Surabaya.

3. Faktor Predisposisi
1) Riwayat Gangguan Jiwa
Klien belum pernah dirawat di rumah sakit jiwa. Klien
dimasukan ke RSJ karena klien sering menyendiri, berdiam diri di
kamar dan tidak bersosialisasi baik dengan keluarga maupun
tetangga disekitarnya. Klien tidak mau bergaul dengan orang lain,
tidak banyak bercakap-cakap (komunikasi berkurang), sering
melamun, mengurung diri di kamar.
2) Riwayat Pengobatan
Klien belum pernah dirawat maupun berobat ke RSJ
3) Riwayat Penganiayaan
Keluarga klien tidak pernah mengalami penganiayaan fisik,
seksual dan tindakan kriminal.
4) Riwayat Anggota Keluarga yang Gangguan Jiwa
Keluarga klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada
yang mengalami gangguan jiwa.
5) Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan
Keluarga klien mengatakan dari masa sekolah hingga sekarang
ia tidak pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.

4. Penilaian Primer dan Sekunder


a. Penilaian Primer
Klien menganggap stressor yang mempengaruhi keadaan klien
saat ini sangat berarti untuk klien. Karena semua stressor tersebut
membuat keadaan klien terganggu yang ditandai dengan klien sering
menyendiri dan merasa ditolak di lingkungan keluarganya, semenjak
dia diberhenti dari pekerjaanya di Surabaya. Keluarga klien juga
mengatakan klien tidak mau bergaul dengan orang lain, tidak banyak
bercakap-cakap (komunikasi berkurang), sering melamun, mengurung
diri di kamar dan tidak bersosialisasi baik dengan keluarga maupun
tetangga sekitarnya.
b. Penilaian Sekunder
Motivasi dalam diri klien sangat rendah karena klien sudahh tidak
memperdulikan diri dan penampilannya. Hal ini dibuktikan dengan
personal hygiene yang sangat buruk yaitu rambut dan pakaian tidak
tertata rapi, klien tampak kotor, gigi kuning, kuku hitam dan panjang.
Selain itu klien juga sering berbicara sendiri dan mendengar bisikan-
bisikan halus untuk lari dari RSJ. Dari sisi dukungan sosial keluarga
klien adalah orang yang mengerti dan memahami klien.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang digunakan klien yaituklien tidak mau
bergaul dengan orang lain, tidak banyak bercakap-cakap (komunikasi
berkurang), sering melamun, sering menyendiri, mengurung diri di
kamar dan kurang bersosialisasi baik dengan orang yang berada di
rumahnya maupun tetangga sekitarnya.

6. Pemeriksaan Umum
1. Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 0C .
RR : 19 x/menit.
2. BB : 40 kg
3. Keluhan Fisik : tidak ada

7. Psikososial

1. Genogram

50 4 4

23 13
Keterangan :
: Perempuan : Laki-laki

: Klien :Telah meninggal

: tinggal : Serumah

2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan tubuhnya terlalu kurus dan merasa jelek,
klien juga mengatakan kalau wanita berbadan kurus itu merasa
tidak menarik
b. Identitas Diri
Nn. R usia 23 tahun, berjenis kelamin perempuan. Klien
belum menikah dan klien merupakan anak pertama dari dua
bersaudara.
c. Peran
Peran klien dalam keluarga adalah klien anak pertama dari
dua bersaudara. Klien merupakan tulang punggung dalam
keluarga, namun semenjak dirawat di RSJ, klien merasa sangat
bersalah.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan
segera pulang, karena klien ingin bekerja kembali seperti
layaknya orang sehat.
e. Harga Diri
Klien merasa sedih ketika ia diberhentikan dari pekerjaan
sehingga klien merasa tidak berharga karena tidak mampu
membantu orang tuanya setelah ayahnya meninggal. Klien
menyendiri di kamar, tidak berinteraksi dengan orang lain.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya
adalah keluarganya. Keluarga klien adalah orang yang mengerti
dan memahami klien.
b. Peran serta dalam Kegiatan Kelompok/Masyarakat
Klien mengatakan bahwa ia tidak ikut dalam organisasi
masyarakat yang ada di lingkungan tempat tinggalnya karena
klien merasa di kucilkan disekitar rumahnya.
c. Hambatan dalam Hubungan dengan Orang Lain.
Klien mengatakan ia malas berhubungan dengan orang lain,
karena menurut klien tidak ada hal yang perlu dibicarakan atau
diceritakan kepada orang lain. Klien sering diam, jarang
bercakap-cakap dengan klien lain di ruangan. Klien mengatakan
di rumah klien termasuk orang yang pendiam, malas bicara
dengan orang lain, tidak ada teman dekat dengan klien dan klien
tidak nyaman di lingkungan banyak orang dan ramai.

4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan bahwa ia dimasukkan ke RSJ karena klien
sering menyendiri di kamar, berdiam diri, namun klien tidak
mengetahui bahwa klien mengalami gangguan jiwa, klien
meyakini dirinya sehat.
b. Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan sebelum masuk RSJ, klien jarang
melakukan ibadah sholat.
8. Status mental
a. Penampilan
Rambut acak-acakan dan pakaian tidak tertata rapi, klien
tampak kotor, kulit kusam, gigi kuning, kuku hitam dan panjang.
b. Pembicaraan
Klien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu
pada lawan bicara. Klien menjawab pertanyaan dengan singkat atau
seperlunya saja, terkadang pembicaraan inkoheren dengan
pertanyaan yang diajukan.
b. Aktifitas motorik
Ketika berbincang-bincang, kontak mata klien kurang atau
tidak ada, klien lebih banyak diam ketika tidak ditanya, terkadang
malah pergi ke kamar.
c. Afek dan Emosi
a) Alam perasaan
Klien mengatakan ia putus asa karena takut tidak bisa
membantu keluarganya karena ia sudah tidak bisa bekerja lagi.
b) Afek
Afek datar, karena selama interaksi klien banyak diam,
menjawab pertanyaan dengan singkat dan seperlunya saja.
Terkadang klien langsung pergi ke kamar.
e. Interaksi selama wawancara
Klien kurang kooperatif saat diwawancarai, tidak ada kontak
mata. Klien berbicara hanya saat diberi pertanyaan oleh perawat,
setelah itu klien kembali diam.
f. Persepsi - Sensori
Perawat pernah melihat tanda-tanda klien berhalusinasi
auditori seperti berbicara sendiri, tertawa sendiri.
g. Proses Pikir
1). Proses pikir
Proses pikir blocking. Ketika diajak bicara Nn. R susah
untuk mengucapkan kata dan kadang berhenti ditengah tengah
pertanyaan.
2). Isi fikir
a. Social isolation : Nn. R merasa bersalah dan selalu berdiam
diri dan tidak mau bersosialisasi, baik dengan keluarga
maupun orang disekitarnya.
b. Rendah diri : Nn. R tampak menyalahkan dirinya terhadap
hal yang dilakukannya.
h. Tingkat Kesadaran
a. Waktu : klien dapat mengetahui kapan klien masuk RSJ,
dan dia tidak mengerti kapan saja waktu ia harus mandi
b. Tempat : klien mengetahui saat ini klien berada di RSJ
c. Orang : klien dapat mengenali seseorang, jarang memulai
perkenalan, di dalam ruangan pun klien hanya hafal nama
orang 2-4 orang saja.
i. Memori
Nn. R tidak ada gangguan daya ingat jangka panjang dimana
Nn. R masih ingat saat Nn. R dibawa ke rumah sakit jiwa. Tidak
ada gangguan daya ingat jangka pendek dimana Nn. R masih ingat
nama orang yang sudah diajak berkenalan, dan tidak ada gangguan
daya ingat saat ini dimana Nn. R ingat nama perawat yang
mengajaknya bicara.
9. Proses Terjadinya Masalah
1. Faktor Predisposisi :
a. Klien diberhentikan dari pekerjaannya
b. Klien anak paling tua dan ia menjadi tulang punggung keluarga
2. Faktor Presipitasi :
a. Klien suka menyendiri dan jarang keluar rumah cenderung
berdiam diri di kamar
b. Tidak mempunyai teman dekat, tidak ada anggota keluarga
yang dianggap teman dekat klien.

Analisa Data

No Data Problem
1. DS : Isolasi Sosial
 Keluarga klien mengatakan klien tidak mau
bergaul dengan orang lain, tidak banyak
bercakap-cakap (komunikasi berkurang),
sering melamun, mengurung diri dan sering
menyendiri.
 Keluarga klien mengatakan kurang
bersosialisasi baik dengan orang yang berada
di rumahnya maupun tetangga sekitarnya.
DO :
 Klien banyak diam dan tidak mau bicara
 Banyak berdiam diri di kamar
 Klien tampak sedih
 Kontak mata kurang, apatis
 Postur tubuh klien meringkuk

2. DS : Harga Diri Rendah


Klien merasa tidak berguna (minder) karena klien
sudah diberhentikan dari pekerjaannya dan tidak
bisa menjadi tulang punggung keluarga lagi.
DO :
 Klien lebih sering menunduk
 Klien berdiam diri di kamar

3. DO :
Klien sering berbicara sendiri dan mendengar Risiko Perubahan
bisikan-bisikan halus untuk lari dari RSJ Sensori / Persepsi :
Halusinasi

4. DO : Defisit Perawatan
Klien tidak mau mandi, rambut tampak kotor, Diri
kulit kusam, gigi kotor dan kuning, kuku hitam
dan panjang

5. DS : Ketidakefektifan
Klien mengatakan ia putus asa karena takut tidak koping individu
bisa membantu keluarganya karena ia sudah tidak
bisa bekerja lagi.
DO :
Klien tampak sedih

Masalah Keperawatan / Daftar Diagosa Keperawatan


1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gagguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Risiko Perubahan Sensori / Persepsi : Halusinasi
4. Defisit perawatan diri
5. Ketidakefektifan koping individu
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pohon Masalah
Akibat : Resiko Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi
(Effect)

Masalah utama : Isolasi Sosial : Menarik diri


(Core Problem)

Penyebab : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


(Causa)

Penyebab lain : Koping keluarga Koping individu


tidak efektif tidak efektif

b. Prioritas Diagnosa
1. Isolasi sosial : Menarik diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

3. Resiko Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi


3. Nursing Care Planing (NCP)
Rencana Keperawatan Klien dengan Isolasi Sosial
Perencanaan
Diagnosa
Tgl. Intervensi Rasional
keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Isolasi sosial TUM : Setelah 3x pertemuan
Klien dapat klien dapat menerima
berinteraksi kehadiran perawat
dengan orang
lain sehingga
tidak tejadi
halusinasi

TUK 1 : Kriteria hasil : 1.1. Bina hubungan saling percaya Hubungan


Klien dapat Klien dapat menggunakan prinsip komunikasi saling percaya
membina mengungkapkan terapiutik merupakan
hubungan perasaan dan a. Sapa klien dengan ramah, baik langkah awal
saling pecaya keberadaannya secara verbal maupun nonverbal untuk
verbal. b. Perkenalkan diri dengan sopan menentukan
a. Klien mau menjawab c. Tanyakan nama lengkap dan nama keberhasilan
salam panggilan yang disukai klien rencana
b. Klien mau berjabatan d. Jelaskan tujuan pertemuan selanjutnya
tangan e. Jujur dan tepati janji
c. Ada kontak mata f. Tunjukkan sikap empati dan
d. Klien mau duduk menerima klien apa adanya
berdampingan dengan g. Beri perhatian pada klien dan
perawat perhatikan kebutuhan klien
TUK 2 : Kriteria hasil : 2.1. Kaji pengetahuan klien tentang Dengan
Klien dapat Klien dapat menyebutkan perilaku menarik diri dan tanda- mengetahui
menyebutkan penyebab menarik diri tandanya tanda-tanda
penyebab yang berasal dari: 2.2. Berikan kesempatan pada klien dan gejala
menarik diri. a. Diri sendiri untuk mengungkapkan peasaan menarik diri
b. Orang lain penyebab menarik diri atau tidak akan
c. Lingkungan mau bergaul menentukan
2.3. Diskusikan bersama klien tentang langkah
perilaku menarik diri, tanda dan intervensi
gejala selanjutnya
2.4. Berikan pujian terhadapap
kemampuan klien mengunkapkan
perasaannya
TUK 3 : Kriteria hasil : 3.1. Kaji pengetahuan klien tentang Reinforcement
Klien dapat  Klien dapat keuntungan dan manfaat bergaul dapat
menyebutkan menyebutkan dengan orang lain. meningkatkan
keuntungan keuntungan 3.2. Beri kesempatan pada klien untuk harga diri
berhubungan berhubungan dengan mengungkapkan perasaannya tentang
dengan orang orang lain, missal keuntungan berhubungan dengan
lain dan banyak teman, tidak orang lain
kerugian tidak sendiri bisa diskusi, 3.3. Diskusikan bersama klien tentang
berhubungan dll manfaat berhubungan dengan orang
dengan orang  Klien dapat lain
lain. menyebutkan 3.4. Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian tidak kerugian bila tidak berhubungan
berhubungan dengan dengan orang lain
orang lain misal : 3.5. Beri kesempatan pada klien untuk
sendiri tidak punya mengungkapkan perasaan tentang
teman, sepi, dll kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
3.6. Diskusikan bersama klien tentang
kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
3.7. Beri reinforcement positif terhadap
kemampuan mengungkapkann
perasaan tentang kerugian
tidakberhubungan dengan orang lain

TUK 4 : Kriteria hasil : 4.1. Kaji kemampuan klien membina Mengetahui


Klien dapat Klien dapat hubungan dengan orang lain sejauh mana
melaksanakan mendemonstrasikan 4.2. Dorong dan bantu klien untuk pengetahuan
hubungan hubungan social secara berhubungan dengan orang lain klien tentang
social secara bertahap: melalui: berhubungan
bertahap a. Klien-perawat a. Klien-perawat dengan orang
b. Klien-perawat- b. Klien-perawat-perawat lain lain
perawat lain c. Klie-perawat-perawat lain-klien
c. Klien-perawat- lain
perawat lain-klien lain d. Klien-kelompok kecil
d. Klien-kelompok kecil e. Klien keluarga/kelompok/
e. Klien-keluarga/ masyarakat
kelompok/ 4.3. Beri reinforcement terhadap
masyarakat keberhasilan yang telah dicapai
dirumah nanti
4.4. Bantu klien mengevaluasi manfaat
berhubungan dengan orang lain
4.5. Diskusikan jadwal harian yang dapat
dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
4.6. Motivasi klien untuk mengikuti
kegiatan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
4.7. Beri reinforcement atas kegiatan
klien dalam kegiatan ruangan
TUK 5: Kriteria hasil : 5.1. Dorong klien untuk mengungkapkan Agar klien
Klien dapat Klien dapat perasaannya bila berhubungan lebih percaya
mengungkapka mengungkapkan dengan orang lain diri untuk
n perasaannya perasaan setelah 5.2. Diskusikan dengan klien manfaat berhubungan
setelah berhubungan dengan berhubungan dengan orang lain dengan orang
berhubungan orang lain untuk: 5.3. Beri reinforcement positif atas lain.
dengan orang a. Diri sendiri kemampuan klien mengungkapkan
lain b. Orang lain perasaan manfaat berhubungan Mengetahui
dengan orang lain sejauh mana
pengetahuan
klien tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang

TUK 6: Kriteria hasil : 6.1. BHSP dengan keluarga Agar klien


Klien dapat Keluarga dapat : a. Salam, perkenalan diri lebih percaya
memberdayaka a. Menjelaskan b. Sampaikan tujuan diri dan tahu
n sistem perasaannya c. Membuat kontrak akibat tidak
pendukung b. Menjelaskan cara d. Explorasi perasaan keluarga berhubungan
atau keluarga merawat klien 6.2. Diskusikan dengan anggota keluarga dengan orang
atau keluarga menarik diri tentang: lain
mampu c. Mendemonstrasikan a. Perilaku menarik diri Mengetahui
mengembangk cara perawatan klien b. Penyebab perilaku menarik diri sejauh mana
an kemampuan menarik diri c. Cara keluarga menghadapi klien pengetahuan
klien untuk d. Berpartisipasi dalam yang sedang menarik diri klien tentang
berhubungan perawatan klien 6.3. Dorong anggota keluarga untuk membina
denga orang menarik diri memberikan dukungan kepada klien hubungan
lain berkomunikasi dengan orang lain dengan orang
6.4. Anjurkan anggota keluarga untuk lain
secara rutin dan bergantian
mengujungi klien minimal 1x
seminggu
6.5. Beri reinforcement atas hal-hal yang
telah dicapai oleh keluarga
4. Implementasi

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. R


DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Nn. R
Pertemuan : Ke-1
Hari / Tanggal :
Jam : 09.00 WIB

Proses Keperawatan
1. Fase Prainteraksi
 Kondisi Klien :
Klien sering menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi
berkurang (bicara apabila ditanya, jawaban singkat), berdiam diri di kamar
dalam posisi meringkuk, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, wajah
tampak sedih dan lebih sering menunduk.
 Diagnosa Keperawatan: Isolasi sosial
 TUK :
1). Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2). Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
3). Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4). Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
 Tindakan keperawatan
SP 1 (Pasien)
1). Identifikasi penyebab :
a. Siapa yang satu rumah dengan pasien?
b. Siapa yang dekat dengan pasien? Apa sebabnya ?
c. Siapa yang tidak dekat dengan pasien? Apa sebabnya ?
2). Keuntungn dan kerugian berinteraksi dengan oraang lain.
3). Latih berkenalan.
4). Masukkan jadwal kegiatan pasien.

2. Fase Orientasi
 Salam Terapeutik
Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya perawat “…..”. mbak bisa
panggil saya perawat “…..”. Saya mahasiswi dari Stikes Bina Sehat
PPNI Mojokerto. Kalau boleh tau, nama mbak siapa? mbak senang
dipanggil apa?
 Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan mbak pagi ini? Bagaimana tidurnya semalam? Ada
masalah apa mbak kok dibawa kesini?
 Kontrak
- Topik : Mbak. Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman mbak?
- Waktu : Mbak mau kita bercakap-cakap berapa lama? Bagaimana
kalau 15 menit?
- Tempat : Mbak mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau
di taman ?

3. Fase Kerja
 Siapa saja yang tinggal serumah dengan mbak? Siapa yang paling dekat
dengan mbak? Siapa yang jarang berinteraksi dengan mbak? Apa yang
membuat mbak jarang berinteraksi dengannya?
 Kegiatan apa saja yang biasa mbak lakukan dengan teman mbak?
 Apa yang menghambat mbak dalam berteman atau berinteraksi dengan
pasien lain?
 Menurut mbak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman?
Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apalagi mbak? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa). Nah kalau kerugiannya tidak mempunyai
teman apa ya mbak? Ya mbak apa lagi? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya kalau tidak punya teman
ya. Kalau begitu inginkah mbak belajar bergaul kembali dengan orang
lain?
 Bagus. Bagaimana kalau kita belajar berkenalan dengan orang lain?
 Begini lo mbak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu
nama kita dan nama panggilan yang kita suka, asal dan hobi kita. Contoh :
nama saya “….”, senang dipanggil “….”. Asal saya dari “….” hobi ”….”.
 Selanjutnya mbak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya begini : nama mbak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya
darimana? Hobinya apa?
 Ayo mbak dicoba! Misal, saya belum kenal dengan mbak. Coba
berkenalan dengan saya!
 Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali.
 Setelah mbak berkenalan dengan orang tersebut, mbak dapat melanjutkan
percakapan tentang hal-hal menyenangkan untuk dibicarakan. Misal,
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.

4. Fase Terminasi
 Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan :
- Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan R setelah kita latihan berkenalan?
- Evaluasi obyektif
Mbak tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali.
Coba mbak ulangi lagi, bagaimana cara berkenalan dengan orang lain?
 Rencana tindak lanjut
Selanjutrnya, mbak dapat mengingat apa yang kita pelajari tadi selama
saya tidak ada, sehingga mbak siap untuk berkenalan dengan orang lain.
 Kontrak akan datang
- Topik
Nanti mbak bisa mencoba berkenalan dengan orang lain (perawat
atau pasien).
- Waktu
Mbak mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada
jadwal kegiatan harian mbak. Nanti pukul 4 sore saya akan datang kesini
untuk mengajak mbak berkenalan dengan teman saya, perawat “….”.
Baiklah mbak sampai jumpa.
- Tempat
Nanti mbak mau dimana? Bagaimana kalau disini saja?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. R
DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Nn. R
Pertemuan : Ke-2
Hari / Tanggal :
Jam : 16.00 WIB

Proses Keperawatan
1. Fase Prainteraksi
 Kondisi Klien :
Klien sudah mampu mempraktikkan cara berkenalan dengan baik, klien
masih nampak menunduk dan menyendiri, ada kontak mata saat
berinteraksi tetapi hanya sekilas.
 Diagnosa Keperawatan: Isolasi sosial
 TUK :
4). Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
5). Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain.
 Tindakan Keperawatan :
SP 2 (Pasien)
1). Evaluasi SP 1.
2). Latihan berhubungan sosial secara bertahap (pasien dan keluarga).
3). Masukkan jadwal kegiatan pasien.

2. Fase Orientasi
 Salam terapeutik
Selamat sore mbak, masih ingat dengan saya? saya perawat “…...”. Saya
mahasiswi dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya yang tadi
membuat janji dengan mbak.
 Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan mbak sore ini?
 Kontrak
- Topik
a). Sudah diingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba
sebutkan lagi sambil bersalaman.
b). Bagus sekali, mbak masih ingat. Nah seperti janji saya, saya
akan mengajak mbak mencoba berkenalan dengan teman saya.
- Waktu
Mbak mau kita bercakap-cakap berapa lama? Bagaimana kalau
10 menit?
- Tempat
Mbak mau bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau di taman
seperti yang kita sepakati tadi pagi ?

3. Fase Kerja
 Selamat pagi perawat “……”, ini mbak S ingin berkenalan anda.
 Baiklah mbak, mbak dapat berkenalan dengan perawat “……” seperti
yang kita praktikkan tadi pagi. (Pasien mendemonstrasikan cara
berkenalan dengan perawat “…….” Memberi salam, menyebutkan nama,
menanyakan nama perawat, dan seterusnya).
 Ada lagi yang mbak tanyakan kepada peeawat “……”?
 Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, mbak dapat sudahi perkenalan
ini. Lalu mbak dapat buat janji bertemu lagi, mis: bertemu lagi pukul 6
sore nanti. (R membuat janji untuk bertemu kembali dengan perawat
“…..”).
 Baiklah perawat “….”, karena mbak R sudah selesai mencoba berkenalan
anda, anda bisa kembali ke ruangan.

4. Fase Terminasi
 Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan :
- Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mbak setelah berkenalan dengan perawat “….”?
- Evaluasi obyektif
Dibandingkan tadi pagi, mbak tampak baik saat berkenalan dengan
perawat“…..”
 Rencana tindak lanjut
Pertahankan apa yang mbak lakukan tadi ya, sehingga mbak dapat
berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap
 Kontrak akan datang
1. Topik
Selanjutnya, bagaimana jika kita besok latihan malakukan kegiatan
sehari-hari?
2. Waktu
Mbak besok mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00 seperti tadi
pagi? Baiklah mbak, sampai jumpa.
3. Tempat
Besok mbak mau dimana? Bagaimana jika di kamar saja?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. R
DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Nn. R
Pertemuan : Ke-3
Hari/ Tanggal :
Jam : 09.00 WIB

Proses Keperawatan
1. Fase Prainteraksi
 Kondisi Klien:
Klien sudah mampu mempraktikkan cara berkenalan dengan baik. Klien
tampak lebih baik saat berkenalan dengan perawat. Kontak mata klien saat
berinteraksi dengan perawat lebih lama dari sebelumnya, sudah tidak
menunduk ketika diajak berinteraksi.
 Diagnosa Keperawatan: Isolasi sosial
 TUK :
4). Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
5). Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain.
 Tindakan Keperawatan
SP 3 (Pasien)
1). Evaluasi kegiatan SP 1,2.
2). Latih ADL (Kegiatan sehari–hari), cara bicara.
3). Masukkan jadwal kegiatan pasien.

2. Fase Orientasi
 Salam terapeutik
Selamat pagi mbak!
 Evaluasi/validasi
a. Bagaimana perasaan mbak pagi ini?
b. Apakah kegiatan yang kita latih kemarin sudah dilakukan ? Bagus
sekali.
c. Coba kita lihat jadwalnya, nah kita beri tanda disini (di jadwal) bahwa
mbak telah melakukannya.
 Kontrak
- Topik
Nah, sekarang kita akan latihan melakukan kegiatan sehari-hari.
- Tempat
Mbak maunya dimana? Bagaimana jika di kamar saja?
- Waktu
Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?

3. Fase Kerja
 Apa yang biasa mbak lakukan di rumah? Dari kamar tidur dulu deh,
terus apa lagi? di kamar tamu, di dapur dan di halaman. Wah bagus
sekali (sambil dibuat daftar).
 Sekarang yang biasa dilakukan di sekolah?
 Baiklah mbak, ini daftar kegiatan yang mbak biasa lakukan.
 Nah, coba kita lihat satu per satu apakah dapat dilakukan di rumah
sakit. Yang pertama ini (sebutkan). Bagaimana mbak? Bagus.
 Mbak, kita dapat melakukan…………….(sebutkan beberapa kegiatan
sehari-hari) di RS. Sekarang coba mbak pilih yang mana yang bisa kita
latih sekarang. Bagaimana kalau yang ini?
 Mari kita coba (perawat mendemonstrasikan sambil mendorong klien
melakukannya langkah demi langkah).
 Nah, sekarang sudah selesai, mari kita duduk lagi.

4. Fase Terminasi
 Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan :
- Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mbak setelah melakukan kegiatan tadi
(sebutkan kegiatannya)? Bagus sekali.
- Evaluasi obyektif
Coba sebut ulang cara melakukannya! Bagus, ya benar (bantu klien).
 Rencana tindak lanjut
- Bagaimana kalau mbak lakukan terus selama di RS agar nanti di
rumah sudah lancar.
- Nah, mau jam berapa mbak melakukannnya? Kita buat jadwalnya
ya, biar mbak tidak lupa.
- Oke, jadi mau dilakukan setiap pagi setelah bangun tidur, jadi pada
jam 5.30 pagi.
 Kontrak akan datang
- Topik
Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti kita coba melakukan kegiatan
yang lain sambil tetap melatih kegiatan yang tadi.
- Waktu
Mbak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 4 sore? Mari kita
masukkan pada jadwal kegiatan harian mbak. Baiklah mbak sampai
jumpa.
- Tempat
Mau dimana? Bagaimana kalau di taman lagi?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. R
DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Nn. R
Pertemuan : Ke-4
Hari / Tanggal :
Jam : 16.00 WIB

Proses Keperawatan
1. Fase Prainteraksi
 Kondisi Klien :
Klien telah mengetahui kegiatan yang dapat dilakukan di RS dan telah
melatih satu kegiatan yang telah masuk jadwal kegiatan harian (ADL).
Klien tampak mampu melakukan kegiatan yang telah diajarkan, kontak
mata klien saat berinteraksi semakin membaik, klien mulai kooperatif,
sudah tidak menunduk dan menyendiri.
 Diagnosa Keperawatan: Isolasi sosial
 TUK :
4). Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
5). Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain.
 Tindakan Keperawatan
SP 4 (Pasien)
1). Evaluasi SP 1,2,3.
2). Latihan ADL (Kegiatan sehari-hari), cara bicara.
3). Masukkan jadwal kegiatan pasien

2. Fase Orientasi
 Salam terapeutik
Selamat sore mbak!!
 Evaluasi/validasi
- Bagaimana perasaan mbak sore ini?
- Coba kita lihat jadwalnya, nah kita beri tanda di sini (di jadwal)
bahwa anda telah melakukan.
 Kontrak
- Topik
Nah, sekarang kita akan latihan lagi kegiatan yang lain. Bagaimana
mbak?
- Waktu
Mau berapa lama mbak? Bagaimana kalau 15 menit?
- Tempat
Mau dimana mbak? Bagaimana kalau di taman lagi?

3. Fase Kerja
 Nah, ini daftar kegiatan yang dapat dilakukan di rumah sakit. Yang ini
telah mbak coba tadi. Sekarang mbak pilih yang mana? Bagus.
 Mari kita praktikkan lagi. Ikuti saya. Dan nanti mbak coba sendiri.
(perawat memberi contoh langkah-langkah pelaksanaannya, sambil
memotivasi klien mengikutinya).
 Sekarang coba mbak lakukan sendiri sambil saya bantu. Bagus, ya
benar, nah mbak bisakan.

4. Fase Terminasi
 Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
- Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mbak setelah mencobanya sendiri?
- Evaluasi obyektif
Jadi sudah berapa kegiatan yang mbak lakukan? Bagus jadi sudah
tiga kegiatan.
 Rencana tindak lanjut
- Bagaimana kalau kegiatan barusan juga dilakukan secara teratur?
- Bagaimana kalau kita masukkan di jadwal kegiatan harian mbak?
Bagus.
- Nah, mau jam berapa melakukannya (bawa jadwal dan tetapkan
bersama klien).
 Kontrak akan datang
- Topik
Sudah 3 kegiatan yang mbak lakukan. Bagaimana kalau untuk
pertemuan selanjutnya kita berkumpul bersama dengan keluarga
mbak.
- Waktu
Mbak mau jam berapa? Bagaimana kalau seperti biasa jam 09.00?
baiklah mbak, sampai jumpa.
- Tempat
Besok tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di taman?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. R
DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Keluarga Nn. R


Pertemuan : Ke-5
Hari / Tanggal :
Jam : 09.00 WIB

Proses Keperawatan
1. Fase Prainteraksi
 Kondisi Klien :
Klien sudah mampu mempraktikkan cara berkenalan dengan baik. Klien
tampak lebih baik saat berkenalan dengan perawat. Klien telah mengetahui
kegiatan yang dapat dilakukan di RS dan telah melatih dua kegiatan yang
telah masuk jadwal kegiatan harian (ADL). Klien tampak mampu
melakukan kegiatan yang telah diajarkan perawat, kontak mata klien saat
berinteraksi membaik, klien mulai kooperatif, sudah tidak menunduk dan
menyendiri.
 Diagnosa Keperaatan: Isolasi sosial
 TUK :
6). Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga atau
keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk
berhubungan denga orang lain
 Tindakan keperawatan
SP 1 (keluarga)
1). Identifikasi masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2). Penjelasan isos.
3). Cara merawat isos.
4). Latih (simulasi).
5). RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien.
2. Fase Orientasi
 Salam terapeutik
Selamat pagi Bu, boleh saya berbicara dengan Ibu? perkenalkan nama saya
perawat “...”. Ibu bisa panggil saya perawat “…”. Saya mahasiswi dari
Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya adalah perawat yang bertugas
merawat anak ibu. Kalau boleh tau, nama ibu siapa? Apa hubungannya
dengan pasien?
 Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan Ibu pagi ini? Menurut Ibu, bagaimana keadaan anak
Ibu sekarang? Bagaimana ceritanya kok bisa “......” dibawa kesini?
 Kontrak
- Topik
Bagaimana kalau kita diskusi tentang masalah anak Ibu dan cara
perawatannya?
- Waktu
Ibu mau diskusi berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?
- Tempat
Ibu mau kita diskusi dimana? Bagaimana kalau di taman?

3. Fase Kerja
 Apa masalah yang Ibu hadapi dalam merawat mbak R? Apa yang sudah di
lakukan?
 Masalah yang dialami oleh mbak R disebut isolasi sosial. Ini adalah salah
satu gejala penyakit yang juga di alami pasien-pasien gangguan jiwa lain.
 Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain,
mengurung diri, kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah
menunduk.
 Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang
mengecewakan saat berhubungan dengan orang lain, seperti ditolak, gagal
dalam pendidikan/pekerjaan, tidak dihargai atau berpisah dengan orang-
orang terdekat.
 Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seorang dapat
mengalami halusinasi yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang
sebetulnya tidak ada.
 Untuk menghadapi keadaan yang demikian Ibu dan anggota keluarga
lainnya harus bersabar menghadapi mbak R. Dan untuk merawat mbak R,
keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina
hubungan saling percaya dengan mbak R yang caranya adalah sikap peduli
pada mbak R dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan
semangat dan dorongan kepada mbak R untuk dapat melakukan kegiatan
bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan
mencela kondisi pasien.
 Selanjutnya jangan biarkan mbak R sendirian. Buat rencana atau jadwal
bercakap-cakap dengan mbak R. Misal, sholat bersama, makan bersama,
rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama.
 Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara
itu?
 Begini cara komunikasinya, bu “Ibu lihat sekarang kamu sudah dapat
bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangannya juga lumayan lama
Ibu senang sekali atas perkembangan kamu, nak. Cobak kamu bincang-
bincang dengan saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang
kamu sholat berjemaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat di mana?
Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersama-sama keluarga atau di
mushola kampung. Bagaimana nak kamu mau cobak kan?”
 Nah, cobak sekarang Ibu peragakan cara komunikasi seperti yang telah
saya contohkan.
 Bagus Bu. Ibu telah memperagakan dengan baik sekali, sampai sini ada
yang ingin ditanyakan Bu?

4. Fase Terminasi
 Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
- Evaluasi subyektif
Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Ibu setelah kita
latihan tadi?
- Evaluasi obyektif
a. Coba Ibu ulangi lagi apa yang di maksud dengan isolasi sosial dan
tanda-tanda orang yang mengalami isolasi sosial.
b. Selanjutnya dapat Ibu sebutkan kembali cara-cara merawat anak
ibu yang mengalami masalah isolasi sosial.
c. Bagus sekali Bu, Ibu dapat menyebutkan kembali cara-cara
perawatan tersebut.
 Rencana tindak lanjut
Nanti kalau ketemu mbak R coba Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan
kepada semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama.
 Kontrak akan datang
- Topik
Bagaimana kalau kita bertemu lagi besok untuk latihan langsung
kepada mbak R?
- Waktu
Ibu besok mau berlatih jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00?
Baiklah bu, sampai jumpa.
- Tempat
Besok ibu mau berlatih dimana? Bagaimana kalau di taman?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. R
DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Keluarga Nn. R


Pertemuan : Ke-6
Hari / Tanggal :
Jam : 09.00 WIB

Proses Keperawatan
1. Fase Prainteraksi
 Kondisi
1). Kondisi klien : Klien sudah mampu mempraktikkan cara berkenalan
dengan baik. Klien tampak lebih baik saat berkenalan dengan perawat.
Klien telah mengetahui kegiatan yang dapat dilakukan di RS dan telah
melatih dua kegiatan yang telah masuk jadwal kegiatan harian (ADL).
Keluarga tampak tenang ketika menjelaskan cara-cara merawat
anaknya yang mengalami isolasi social, keluarga tampak senang
dengan perkembangan yang dialami oleh klien.
2). Kondisi keluarga : Keluarga telah mengetahui cara merawat klien dan
telah berlatih dengan perawat.
 Diagnosa Keperawatan: Isolasi sosial
 TUK :
6). Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga atau
keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk
berhubungan denga orang lain
 Tindakan keperawatan
SP 2 (keluarga)
1). Evaluasi SP 1.
2). Latih (langsung ke pasien).
3). RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien.
2. Fase Orientasi
 Salam terapeutik
Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya? saya perawat “...” bu. Saya
mahasiswi dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya adalah perawat
yang bertugas merawat anak ibu. Saya yang kemarin membuat janji
dengan ibu.
 Evaluasi/validasi
- Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?
- Ibu masih ingat latihan merawat anak Ibu seperti yang telah kita
pelajari kemarin?
 Kontrak
- Topik
Pagi ini bisa Ibu praktikkan langsung ke mbak R.
- Waktu
Ibu mau berapa lama? Bagaimana jika 20 menit? sekarang mari kita
temui mbak R di taman.
- Tempat
Dimana Ibu mau mempraktikkannya? Bagaimana jika di taman?

3. Fase Kerja
- Selamat pagi mbak R!! Bagaimana perasaan mbak R hari ini?
- Ibu, mbak R ingin bercakap-cakap. Beri salam! Bagus, tolong mbak R
tunjukkan jadwal kegiatannya.
- [kemudian anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut].
- Nah, Ibu sekarang dapat mempraktikkan apa yang sudah kita latihkan
kemarin.
- [anda mengobservasi keluarga mempraktikkan cara merawat pasien seperti
yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya].
4. Fase Terminasi
 Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
- Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mbak R setelah berbincang-bincang dengan Ibu?
Baiklah sekarang saya dan Ibu mbak ke ruang perawat dulu.
- Evaluasi obyektif
Mulai sekarang Ibu sudah dapat melakukan cara merawat tadi kepada
mbak R.
 Rencana tindak lanjut
- Topik
Bagaimana kalau kita bertemu lagi besok untuk latihan lagi ?
- Waktu
Ibu besok mau berlatih jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00?
Baiklah bu, sampai jumpa.
- Tempat
Besok ibu mau berlatih dimana? Bagaimana kalau di taman?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. R
DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Keluarga Nn. R


Pertemuan : Ke-7
Hari / Tanggal :
Jam : 09.00 WIB

Proses Keperawatan
1. Fase Prainteraksi
 Kondisi
1). Kondisi klien :
Klien sudah mampu mempraktikkan cara berkenalan dengan baik.
Klien tampak lebih baik saat berkenalan dengan perawat. Klien telah
mengetahui kegiatan yang dapat dilakukan di RS dan telah melatih
dua kegiatan yang telah masuk jadwal kegiatan harian (ADL).
Keluarga tampak tenang ketika menjelaskan cara-cara merawat
anaknya yang mengalami isolasi social, keluarga tampak senang
dengan perkembangan yang dialami oleh klien.
2). Kondisi keluarga :
Keluarga telah mengetahui cara merawat klien dan telah berlatih
dengan perawat dan pasien serta sudah mampu merawat pasien.
 Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial
 TUK :
6). Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga atau
keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk
berhubungan denga orang lain
 Tindakan keperawatan
SP 3
1). Evaluasi SP 1 dan 2.
2). Latih (langsung ke pasien).
3). RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat pasien.

2. Fase Orientasi
 Salam terapeutik
Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya? Saya yang kemarin
membuat janji dengan ibu.
 Evaluasi/validasi
a. Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?
b. Ibu masih ingat latihan merawat anak Ibu seperti yang telah kita
pelajari kemarin?
 Kontrak
- Topik
Pagi ini bisa Ibu praktikkan lagi langsung ke mbak R.
- Waktu
Ibu mau berapa lama? Bagaimana jika 20 menit? sekarang mari
kita temui mbak R di taman.
- Tempat
Dimana Ibu mau mempraktikkannya? Bagaimana jika di taman?

3. Fase Kerja
 Selamat pagi mbak R!! Bagaimana perasaan mbak R hari ini?
 Ibu, mbak R ingin bercakap-cakap. Beri salam! Bagus, tolong mbak R
tunjukkan jadwal kegiatannya.
 [kemudian anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut].
 Nah, Ibu sekarang dapat mempraktikkan apa yang sudah kita latihkan
kemarin.
 [anda mengobservasi keluarga mempraktikkan cara merawat pasien
seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya].
4. Fase Terminasi
 Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
- Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mbak R setelah berbincang-bincang dengan
Ibu? Baiklah sekarang saya dan Ibu mbak ke ruang perawat dulu.
[anda dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan
terminasi dengan keluarga]
- Evaluasi obyektif
Mulai sekarang Ibu sudah dapat melakukan cara merawat tadi
kepada mbak R.
 Rencana tindak lanjut
- Topik
Bagaimana kalau kita bertemu lagi besok untuk mengevaluasi
kemampuan pasien dan keluarga Ibu dan akan mengajarkan
rencana tindak lanjut keluarga.
- Waktu
Ibu besok mau berbincang-bincang jam berapa? Bagaimana kalau
jam 09.00? Baiklah bu, sampai jumpa.
- Tempat
Besok ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di
taman?
5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan yaitu klien isolasi sosial mampu mencapai TUM
yaitu dapat berinteraksi dengan orang lain dan mampu mencapai TUK :
1. Klien dapatmembina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain.
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga atau
keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan
dengan orang lain.
DARTAR PUSTAKA

Anna Keliat & Akemat, dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta : EGC.

Anna Keliat, Budi, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC.

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa - Teori
dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta : Indomedia Pustaka.

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik


Klinik edisi 9. Jakarta : EGC.

Dalami dkk, Ermawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Jiwa. Jakarta : Trans Info Media.

Fitri, Nita. 2009. Laporan Pendahuluan dan Strategi Selaksanaan. Jakarta :


Salemba Medika.

Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada


Keperawatan Psikiatri Pedoman Dan Pembuatan Rencana Keperawatan
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai