Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

A. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi
tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan
dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan atau
perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan). Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang
lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari,
2015:137).
2. Tanda dan Gejala
Menurut Keliat et. al., (2011:181), tanda gejala perilaku kekerasan yaitu
antara lain :
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit dan berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah/mengontrol periaku kekerasan
3. Akibat
Menurut Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015 : 129-130), akibat perilaku
kekerasan adalah resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan adalah suatu keadaan
seseorang yang berusaha untuk melukai/merusak diri sendiri/orang lain
dalam keadaan yang lebih hebat atau berat dapat menimbulkan kematian.
Tanda dan gejala :
a. Pasien tampak murung
b. Tidak ada perhatian terhadap penampilan diri
c. Apatis
d. Sukar tidur atau sering terbangun
e. Gelisah, agitasi
f. Ada tanda-tanda atau syarat untuk merusak diri
g. Marah beresiko permusuhan
h. Menolak makanan
i. Perasaan cemas dan tidak berdaya
j. Menarik diri dari lingkungan sosial
k. Ada rencana untuk percobaan bunuh diri
l. Ada kecenderungan melukai diri sendiri
m. Merasa rendah diri
n. Merasa tidakpercayadiri dan merasa tidak berdaya
o. Rasa berdosa
p. Daya perhatian berkurang
q. Tidak mau mengontrol dorongan diri sendiri
r. Ada halusinasi dan waham
s. Tidak mampu membedakan antara kenyataan dengan khayalan
4. Penyebab
Menurut Stuart (2013), sebagaimana dikutip oleh Sutejo (2017 : 63-64),
masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh adanya faktor
predisposisi (faktor yang melatarbelakangi munculnya masalah) dan faktor
presipitasi (faktor yang memicu adanya masalah).
a. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
a) Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory), menyatakan
bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan
kebutuhan dasar yang kuat.
b) Teori psikomatik (Psycomatic theory), pengalaman marah
diakibatkan oleh respons psikologi terhadap stimulus eksternal
maupun internal.
2) Faktor psikologis
a) Teori agresif frustasi (Frustasion aggresion theory), perilaku
kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi. Hal ini terjadi
apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau
terhambat.
b) Teori perilaku (Behavioral theory), yaitu kemarahan merupakan
bagian dari proses belajar.
c) Teori eksistensi (Existential theory), salah satu kebutuhan dasar
manusia adalah bertindak sesuai perilaku. Apabila kebutuhan
tersebut tidak dipenuhi melalui perilaku konstruktif, maka individu
akan memenuhinya melalui perilaku destruktif.
3) Faktor sosiokultural
a) Norma, hal ini mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang
diterima atau tidak diterima akan menimbulkan sanksi.
b) Budaya asertif, budaya ini di masyarakat membantu individu untuk
berespons terhadap marah yang sehat.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi ini berhubungan dengan pengaruh stresor yang
mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu. Stresor dapat
disebabkan dari luar maupun dalam. Stresor yang berasal dari luar
berupa serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain. Stresor yang
berasal dari dalam berupa kehilangan keluarga atau sahabat yang
dicintai, ketakutan terhadap penyakit fisik, penyakit dalam dan lain-lain.
Selain itu, lingkungan yang kurang kondusif, seperti penuh penghinaan,
tindak kekerasan, dapat memicu perilaku kekerasan.
5. Proses Terjadinya Akibat dan Penyebab
Menurut Yosep dan Sutini (2014 : 256), proses terjadinya akibat dan
penyebab resiko perilaku kekerasan yaitu perilaku kekerasan biasanya
diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari seseorang karena
ditinggal oleh seseorang yang dianggap sangat berpengaruh dalam
hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak berakhir dapat menyebabkan perasaan
harga diri rendah sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila
ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini tidak diatasi akan timbul
halusinasi yang menyuruh untuk melakukan tindakan kekerasan dan ini
berdampak terhadap resiko tinggi menciderai diri, orang lain, dan
lingkungan.

C. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan


lingkungan (Akibat)

(Core problem)
Resiko perilaku kekerasan

Halusinasi
(Penyebab)

D. Masalah Yang Muncul dan Data Yang Perlu Dikaji


Menurut Keliat (2011 : 181), pengkajian pada pasien perilaku kekerasan
meliputi :
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengarupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda atau orang lain
10. Merusak barang atau benda
11. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan
Menurut Yosep dan Sutini (2014 : 256), daftar masalah yang mungkin muncul
pada perilaku kekerasan yaitu :
1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Harga diri rendah kronis
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
7. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
8. Koping keluarga inefektif

E. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015 : 133), diagnosa yang muncul
antara lain :
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan
2. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah

F. Rencana Tindakan
Menurut Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015 : 133-135), rencana tindakan
keperawatan untuk pasien harga diri rendah adalah :
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu
pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan masa lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang bisa dilakukan
pada saat marah secara :
a) Verbal
b) Terhadap orang lain
c) Terhadap diri sendiri
d) Terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara :
a) Fisik, misalnya pukul kasur dan bantal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Sosial atau verbal, misalnya menyatakan secara asertif rasa
marahnya
d) Spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan
nafas dalam dan pukul kasur/bantal, secara sosial atau verbal,
secara spiritual, dan patuh minum obat.
8) Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi mengontrol perilaku kekerasan.
2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
b. Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, serta perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku
tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain
4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang telah diajarkan perawat
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila
pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
5) Buat perencanaan pulang bersama keluarga

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan
a. Tujuan untuk pasien
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka
b. Tujuan untuk keluarga
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
4. Tindakan Keperawatan
SP 1
a. Tindakan untuk pasien
1) Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK yang dilakukan, akibat PK
2) Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat, verbal, spiritual
3) Latihan cara mengontrol PK secara fisik: tarik nafas dalam dan pukul
kasur dan bantal
4) Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik
b. Tindakan untuk keluarga
1) Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien
2) Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya PK
(gunakan booklet)
3) Jelaskan cara merawat PK
4) Latih satu cara merawat PK dengan melakukan kegiatan fisik: tarik
nafas dalam dan pukul kasur dan bantal
5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian

SP 2
a. Tindakan untuk pasien
1) Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol PK dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
3) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat
b. Tindakan untuk keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik. Beri
pujian
2) Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
3) Latih cara memberikan/membimbing minum obat
4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian
SP 3
a. Tindakan untuk pasien
1) Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol PK secara verbal (3 cara, yaitu:
mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar)
3) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik, minum obat dan
verbal
b. Tindakan untuk keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik dan
memberikan obat. Beri pujian
2) Latih cara membimbing: cara bicara yang baik
3) Latih cara membimbing kegiatan spiritual
4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian
SP 4
a. Tindakan untuk pasien
1)Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat & verbal. Beri pujian
2)Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan)
3) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik, minum obat,
verbal dan spiritual
b. Tindakan untuk keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik,
memberikan obat, latihan bicara yang baik & kegiatan spiritual. Beri
pujian
2) Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian

B. Strategi Komunikasi
SP1
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat samsul
, saya perawatn yang bertugas di ruang perkutut ini. Nama mas siapa ?
dan senang dipanggil apa ? ”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mas saat ini ? apa masih ada perasaan marah,
jengkel ?”
c. Kontrak
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai perasaan
marah yang saat ini mas rasakan ”. “Mari kita bercakap-cakap ke
taman !” “Atau mas ingin ke tempat lain ?”. “Berapa lama mas mau kita
berbincang-bincang ? bagaimana kalau 15 menit ?”.
2. Kerja
“Apa yang meyebabkan mas bisa marah, Nah ceritakan apa yang dirasakan
mas saat marah ?”, saat mas Arif marah apa ada perasaan
tegang ,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar mandir ?”.
“atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
“Apa ada tindakan saat mas Arif sedang marah
seperti,memukul,membanting?”...... “memukul ibu !”,
“terus apakah setelah melakukan tindakan tadi masalah yang dialami
selesai, apakah diberikan motor oleh orang tua mas Arif ?”.
“ Apa akibat dari Tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu saya
menangis dan kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !”.
Kalau mas merasa kesal dan ingin marah, coba Tarik nafas dalam,
kemudian hembuskan dan coba pukul-pukul bantal… diulang berkali-kali ya
mas !”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang tentang
perasaan marah yang mas rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mas bisa marah”
c. Kontrak
1) Topik
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
akibat dari perasaan marah yang mas rasakan ?”
2) Tempat
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”

SP2
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, mas arif? masih ingat nama saya ?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaaan mas arif saat ini? apakah ada penyabab marah
yang lain dan belum diceritakan kemarin ?
c. Kontrak
“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap cakap tentang
perasaan mas arif rasakan saat marah, yang bisa dilakukan saat marah
dan akibat dari tindakan yang telah dilakukan ?. “Seperti kesepakatan
kemarin kita bercakap cakap di taman ya !atau mungkin mas arif ingin
tempat lain ?. “Mas arif mau berapa lama kita bercakap cakap? 15 menit,
baiklah”
2. Kerja
“Kemarin mas arif sudah menceritakan penyebab marah, nah ceritakan apa
yang dirasakan mas arif saat marah atau saat memukul ibu !saat mas arif
marah apakah ada perasaan tegang, kesal, tegang, mengepalkan tangan,
mondar mandir? atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?” “Apakah mas
arif pernah melakukan tindakan lain selain memukul ibu saat marah ?
misalnya membanting piring memecahkan kaca, atau mungkin merusak
tanaman! memecahkan kaca! terus apakah setelah melakukan tindakan tadi
(memukul ibu dan memecahkan kaca)
“mas ini ada obat, 3 macam obat di minum 2 kali sehari ya, jika lupa nanti
saya akan ingatkan”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaannya setelah bercakap cakap tentang perasaan saat
marah dan yang bisa dilakukan saat marah dan akibatnya ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba sebutkan kembali tindakan yang bisa dilakukan saat marah!
“Bagus... lagi, kalau akibatnya apa ?”
c. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau besok kita mulai belajar mengungkapkan rasa
marah yang sehat ?”
2) Tempat
“Dimana kita belajar marah yang sehat? O…. diruang tamu baiklah”
3) Waktu
“Mas arif ingin berapa lama kita belajar marah yang sehat? O… 15
menit baiklah!
d. Rencana Tindak Lanjut
“Nah karena mas arif sudah tau tindakan yang telah dilakukan maukah
mas arif belajar mengungkapkan rasa marah yang sehat? nanti suster
ajari, bagaimana, bersedia?”
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna et. al. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN
(Basic Course). EGC, Jakarta

Sutejo. 2017. Keperawatan Jiwa. Pustaka Baru Press, Yogyakarta

Yosep, H. Iyus dan Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance
Mental Health Nursing. PT Refika Aditama, Bandung

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika, Jakarta

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans
Info MEdia.

Anda mungkin juga menyukai