Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN JIWA : RISIKO PERILAKU


KEKERASAN

DISUSUN OLEH :

Yola
NS2014901154

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STELLA MARIS MAKASSAR
T.A 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian
Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang
menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau
lingkungan, baik secara fisik, emosional, seksual dan verbal (NANDA, 2016). Risiko
perilaku kekerasan terbagi menjadi dua yaitu risiko perilaku terhadap diri sendiri (risk
for self-directed violence) dan risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for
other-directed violence). NANDA 2016, menyatakan bahwa risiko perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri merupakan perilaku yang rentan dimana seorang individu bisa
menunjukkan atau mendemonstrasikan tindakan tindakan yang membahayakan
dirinya sendiri, baik secara fisik, emosional, maupun seksual. Hal yang sama juga
berlaku untuk risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain, hanya saja ditujukan
langsung kepada orang lain.
Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan
untuk melukai atau membunuh orang lain. Klien yang dibawah kerumah sakit jiwa
sebagian besar akibat melakukan kekerasan dirumah.

B. Respons perilaku
Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai bagian dari rentang respons marah yang
paling maladaptive, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respon trhadap ansietas (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan
sebagai ancaman. Amuk merupakan respon kemarahan yang paling maladaptif yang
ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan merupakan bentuk
perilaku destruktif yang tidak dapat dikontrol. Hal ini disertai dengan hilangnya
control dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
Berikut ini merupakan beberapa istilah perilaku kekerasan :
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat
Pasif : Respons lanjut klien tidak mampu ungkapkan perasaan
Agresif : Perilaku dekstruksi masih terkontrol
Amuk/kekerasan : Perilaku dekstruksi dan tidak terkontrol
C. Pengkajian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat dilakukan
secara verbal yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Perilaku kekerasan mengacu pada dua bentuk, yaitu perilaku kekerasan saat sedang
berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart (2013), masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh adanya
faktor predisposisi (faktor yang melatarbelakangi) munculnya masalah dan faktor
presipitasi (faktor yang memicu adanya masalah).
Didalam faktor predisposisi, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya masalah perilaku kekerasan, seperti faktor biologis, psikologis dan
sosiokultural.
a. Faktor biologis
1) Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2) Teori psikomatik (Psycomatic theory)
Pengalaman marah dapat diakibatkan oleh respon pskologi terhadap
stimulus eksternal maupun internal. Sehingga, sistem limbic memiliki
peran sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa
marah.
b. Faktor Psikologis
1) Teori agresif frustasi (Frustasion aggression theory)
Teori ini menerjemahkan perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
skumulasi frustasi. Hal ini dapat terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan frustasi dapat
mendorong individu untuk berperilaku agresif karena perasaan frustasi
akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2) Teori perilaku (Behaviororal theory)
Kemarahan merupakan bagian dari proses belajar. Hal ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement
yang diterima saat melakukan kekerasan sering menimbulkan kekerasan
di dalam maupun diluar rumah.
3) Teori eksistensi (Existential theory)
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bertindak sesuai perilaku.
Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi melalui perilaku konstruktif,
maka individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.

2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ini berhubungan dengan pengaruh stressor yang mencetuskan
perilaku kekerasan bagi setiap individu. Stressor dapat disebabkan dari luar
maupun dari dalam. Stressor yang berasal dari luar dapat berupa serangan fisik,
kehilangan, kematian dan lain-lain. Stressor yang berasal dari dalam dapat berupa
kehilangan keluarga atau sahabat yang dicintai, ketakutan terhadap penyakit fisik,
penyakit dalam, dan lain-lain. Selain itu, lingkungan yang kurang kondusif,
seperti penuh penghinaan, tindak kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.

3. Faktor risiko
Nanda (2016) menyatakan faktor-faktor resiko dari resiko perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri (risk for self-directed violence) dan resiko perilaku
kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed violence).
a. Risiko dari resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-
directed violence)
1) Usia >45 tahun
2) Usia 15-19 tahun
3) Isyarat tingkah laku (menulis catatan cinta yang sedih, menyatakan
pesan bernada kemarahan kepada orang tertentu yang telah menolak
individu tersebut,dll)
4) Konflik mengenai orientasi seksual
5) Konflik dalam hubungan interpersonal
6) Pengangguran atau kehilangan pekerjaan (masalah pekerjaan)
7) Terlibat dalam tindakan seksual autoeroik
8) Sumber daya personal yang tidak memadai
9) Status perkawinan (sendiri, menjanda,bercerai)
10) Isu kesehatan mental (depresi psikosis, gangguan kepribadian,
penyalahgunaan zat)
11) Pekerjaan (professional, eksekutif, administrator, atau pemilik bisnis,dll
12) Pola kesulitan dalam keluarga (riwayat bunuh diri, sesuatu yang bersifat
kekerasan atau konfliktual)
13) Isu kesehatan fisik
14) Gangguan psikologis
15) Isolasi social
16) Ide bunuh diri
17) Rencana bunuh diri
18) Riwayat rencana bunuh diri berulang
19) Isyarat verbal (membicarakan kematian, menayakan tentang dosis
mematikan suatu obat,dll)
b. Risiko dari resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-
directed violence)
1) Akses atau ketersediaan senjata
2) Alterasi (gangguan fungsi kognitif)
3) Perilaku kejam terhadap binatang
4) Riwayat kekerasan masa kecil,baik secara fisik, psikologis maupun
seksual
5) Riwayat penyalahgunaan zat
6) Riwayat menyaksikan kekerasan dalam keluarga
7) Impulsife
8) Pelanggaran atau kejahatan kendaraan bermotor (pelanggaran lalu lintas,
penggunaan kendaraan bermotor untuk melampiaskan amarah)
9) Bahasa tubuh negative (seperti kekakuan, mengepalkan tinju/pukulan,
hiperaktivitas, dll)
10) Gangguan neurologis (trauma kepala, gangguan serangan, kejang,dll)
11) Intoksikasi patologis
12) Riwayat melakukan kekerasan tidak langsung (kencing dilantai,
menyobek-obek didinding, melempar barang,memecahkan kaca,
membanting pintu, dll)
13) Pola perilaku kekerasan terhadap orang lain (menendang, memukul,
menggigit, mencakar, upaya memperkosa, pelecehan seksual,
mengencingi orang, dll)
14) Pola ancaman kekerasan (ancaman secara verbal terhadap objek atau
orang lain, menyumpah serapah, gesture atau catatan mengancam,
ancaman seksual, dll)
15) Pola perilaku kekerasan antisosial (mencuri, meminjam dengan
memaksa, penolakan terhadap medikasi, dll)
16) Komplikasi perinatal
17) Komplikasi prenatal
18) Menyalakan api
19) Gangguan psikosis
20) Perilaku bunuh diri

4. Tanda dan gejala


Tanda dan gejalaperilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan
didukung dengan hasil observasi
a. Data subjektif
1) Ungkapan berupa ancaman
2) Ungkapan kata-kata kasar
3) Ungkapan ingin memukul/melukai
b. Data objektif
1) Wajah memerah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Bicara kasar
6) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7) Mondar-mandir
8) Melempar atau memukul benda/orang lain

5. Mekanisme koping
Perawat perlu mempelajari mekanisme koping untukmembantu klien
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan
marahnya. Secara umum, mekanisme koping yang sering digunakan antara lain
mekanisme pertahanan ego, seperti displacement, sublimasi, proyeksi, depresi,
denial dan reaksi formasi.

6. Perilaku
Klien dengan gangguan perilaku kekerasan memiliki beberapa perilaku yang
perlu diperhatikan. Perilaku klien dengan gangguan perilaku kekerasan dapat
membahayakan bagi dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar.
Adapun perilaku yang harus dikenali dari klien gangguan resiko perilaku
kekerasan antara lain:
a. Menyerang atau menghindari
Pada keadaan ini respons fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL
meningkat, peristaltic gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan meningkat, disertai ketegangan otot,
seperti rahang terkatup, tangan mengepal tubuh menjadi kaku dan disertai
reflex yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu perilaku pasif agresif dan asertif. Perilaku asertif
merupakan cara terbaik individu untuk mengekspresikan rasa marahnya
tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Dengan perilaku
tersebut, individu juga dapat mengembangkan diri.
c. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku
untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan

7. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan risiko perilaku kekerasan dirumuskan jika klien saat ini
tidak melakukan perilaku kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan
dan belum mampu mengendalikan perilaku kekerasan tersebut.

Gambar. Pohon masalah diagnosis risiko perilaku kekerasan

Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Risiko perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan
DAFTAR PUSTAKA
Putri, V. S., Mella, R., Fitrianti, S., Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi:

Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Terhadap Resiko

Perilaku Kekerasan Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jambi. Vol.7 No 2, September 2018

Suryenti, V., Jurnal Psikologi Jambi: Dukungan Dan Beban Keluarga Dengan

Kemampuan Keluarga Merawat Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di Klinik

Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi Tahun 2017. Volume 2, No 2, Oktober

2017.

Sutejo, 2019. Keperawatan jiwa : Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan

Kesehatan Jiwa : Gangguan Jiwa dan Psikososial. Pustaka Baru Press

Wardani, A., 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. W Dengan Perilaku

Kekerasandiruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Wardani, A., 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. W Dengan Perilaku

Kekerasandiruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.
KASUS
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Tn. P usia 35 tahun jenis kelamin laki-laki, pendidikan SD, beragama Islam, status

belum menikah, pekerjaan petani, pasien rujukan dari IGD dibawa kebangsal Melati,

dengan diagnosa medis skizofrenia ,tanggal masuk 25 januari 2020. Klien datang ke IGD,

dengan keluhan 10 hari yang lalu klien tampak bingung, sering mengamuk dan

marah-marah. Kakak klien mengatakan bahwa akhir-akhir ini klien merasa bingung,

sering mengamuk, membanting dan melemparkan barang-barang hingga rusak, bahkan

melemparkan barang-barang ke orang lain dan memukul sang kakak, sering berbicara kacau

dengan nada keras, membentak dan mondar-mandir. Keluarga sudah berusaha untuk

menenangkan pasien serta memberikan obat yang diberikan dari rumah sakit sebelumnya,

tetapi klien tidak mau minum obat sehingga keluarga memutuskan untuk membawa klien

lagi ke RSJ. Klien tidak pernah mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik dan

tindakan kekerasan, tetapi klien pernah mengalami kegagalan yang tidak menyenangkan

yaitu tidak dapat melanjutkan sekolah kejenjang lebih tinggi sehingga sering menerima

penghinaan oleh teman-teman dan orang lain disekitarnya. Klien merupakan anak ke-7 dari

7 bersaudara. Klien tinggal serumah dengan orang tua dan kedua kakaknya.

Hasil pemeriksaan klien keadaan umum composmentis, tanda –tanda vital Tekanan

darah 112/66 mmHg, Nadi 103menit/menit, Suhu 36° C, RR 20 menit/ menit.Tinggi badan

161cm, Berat badannya 60 kg. Tampak rambut hitam lurus, pendek, tampak

konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik. Hidung mancung simetris dan

bersih, mulut simetris, tidak ada sariawan. Telinga simetris kanan kiri dan bersih. Ektremitas

lengkap, tidak ada fungsi alat gerak yang terganggu. klien tampak mondar - mandir,

tampak melotot, tampak kesal, tampak jengkel, namun saat melakukan pengkajian klien

dalam kondisi mulai stabil dan kooperatif. Klien sudah tidak tampak marah-marah seperti
saat dibawa ke RSJ 1 minggu yang lalu. Selain itu, klien menunjukkan sikap mudah

tersinggung saat penulis menanyakan sesuatu mengenai gangguan jiwa yang dialami klien.

Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya. Klien selama di rumah

mengatakan paling dekat dengan ayahnya. Klien mengatakan ingin cepat sembuh karena

ingin pulang ke rumah dan bertemu ayahnya. Klien dapat memulai pembicaraan, klien

berbicara berbelit-belit tetapi sampai pada tujuan pembicaraan. Aktivitas motorik pasien

normal. Saat dilakukan wawancara, klien menunjukkan perubahan roman muka, seperti

tersenyum. Respon klien tepat, dan sesuai dengan pertanyaan maupun jawaban. Interaksi

klien selama wawancara kooperatif, kontak mata baik. Klien tidak mengalami waham.

Orientasi terhadap orang sedang, orientasi waktu baik, orientasi tempat baik, orientasi situasi

baik. Klien sering terlihat diam dan lebih suka di kamar, Klien mengatakan terkadang merasa

malu dengan tindakannya dan sepertinya orang takut dengan dirinya.

Daya ingat jangka panjang klien baik, terbukti saat ditanya tentang keluarganya klien

dapat menjawab. Daya ingat jangka pendek klien juga baik terbukti dengan saat klien di

tanya mengapa masuk ke rumah sakit klien dapat menjawabnya, klien mengatakan klien

mengamuk di rumah. Konsentrasi kllien mudah dialihkan dan perhatian klien mudah berganti

dari satu objek ke objek lain. Pasien dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan

bantuan oranglain. Klien mngetahui saat ini berada di rumah sakit tetapi klien tidak

menyadari penyakitnya.

Klien dapat makan/minum sendiri, makan sehari, klien dapat menempatkan alat makan

dan minum secara mandiri. Klien mampu mengontrol BAB/BAK di tempatnya yang sesuai.

Klien mampu membersihkan diri dan merapihkan pakaian secara mandiri, mampu mandi,

sikat gigi, keramas secara mandiri dan dapat berpakaian dengan baik. Klien mengatakan tidak

dapat tidur siang, tetapi dapat tidur dengan nyenyak saat malam hari. Klien dapat merapihkan

tempat tidurnya secara mandiri. Ketika ada masalah klien biasanya menceritakan kepada
orang lain walaunpun terkadang klien mudah marah-marah dan mengamuk. Keluarga tidak

mau menerima jika klien masih mengamuk dan marah-marah pada orangtuanya. Klien tidak

mengetahui tentang faktor penyebab kekambuhan dan manajemen koping yang baik.Terapi

obat yang diberikan Persidal 2 mg 1 – 0 – 1, THP 2 mg 1 – 0 – 1 dan CPZ 25 mg 0 – 0 – 1


FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Nama Mahasiswa yang Mengkaji : Yola NIM : NS2014901154

RUANG PERAWATAN : Bangsal Melati


TANGGAL DIRAWAT : 25 januari 2020
TANGGAL PENGKAJIAN : 04 february 2020

I. IDENTITAS KLIEN
Nama Inisial : Tn. P
Umur : 35 Tahun
No RM :

II. ALASAN MASUK


Klien datang ke IGD, dengan keluhan 10 hari yang lalu klien tampak bingung,
sering mengamuk dan marah-marah. Kakak klien mengatakan bahwa akhir-
akhir ini klien merasa bingung, sering mengamuk, membanting dan melemparkan
barang-barang hingga rusak, bahkan melemparkan barang-barang ke orang lain dan
memukul sang kakak, sering berbicara kacau dengan nada keras, membentak dan
mondar-mandir. Keluarga sudah berusaha untuk memberikan obat yang diberikan
dari rumah sakit sebelumnya, tetapi klien tidak mau minum obat. Klien dibawa
lagi ke RSJ dengan keadaan bingung, mengamuk, membanting barang, berbicara kacau
dengan nada keras dan mondar-mandir tidak jelas.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
A. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
R Ya £ Tidak
B. Pengobatan sebelumnya
□ Berhasil R Kurang berhasil R Tidak berhasil
C. Pernah melakukan/mengalami/menyaksikan:
Korban/usia Pelaku/usia Saksi/usia
1. Aniaya fisik □ ............... □ .............. □ .............
2. Aniaya seksual □ ............... □ .............. □ .............
3. Penolakan R............... □ .............. □ ..............
4. Kekerasan □ ............... □ .............. □ ..............
5. Tindakan kriminal □ ............... □ .............. □ ..............

Jelaskan Point A, B dan C :

POIN A : Pasien sudah pernah masuk ke rumah sakit sebelumnya dengan


gangguan yang sama.

POIN B : Pengobatan sebelumnya kurang berhasil dikarenakan keluarga sudah


berusaha untuk memberikan obat yang diberikan dari rumah sakit sebelumnya,
tetapi klien tidak mau minum obat dan kemudian klien dibawa lagi ke RSJ karena
akhir-akhir ini klien bingung, sering mengamuk, membanting dan melemparkan
barang-barang hingga rusak, bahkan melemparkan barang-barang ke orang lain dan
memukul sang kakak, sering berbicara kacau dengan nada keras, membentak dan
mondar-mandir tidak jelas.

POIN C : Klien tidak pernah mengalami atau menyaksikan penganiayaan


fisik dan tindakan kekerasan, tetapi klien pernah mengalami kegagalan yang
tidak menyenangkan yaitu tidak dapat melanjutkan sekolah kejenjang lebih
tinggi sehingga sering menerima penghinaan oleh teman-teman dan orang lain
disekitarnya.

Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

D. Adakah anggota keluarga yang pernah menderita gangguan jiwa


□ Ya R Tidak
Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan
E. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien pernah mengalami kegagalan yang tidak menyenangkan yaitu tidak


dapat melanjutkan sekolah kejenjang lebih tinggi sehingga sering dihina oleh
teman-teman dan orang lain disekitarnya. Teman temannya sering mengejek dan
menghinanya saat bertemu.

Masalah keperawatan : HDR

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 112/66mmHg
Suhu : 36 C
Nadi : 80x/menit
Pernapasan :20.x/menit
B. Badan :
Tinggi : 161 Cm
Berat : 60 Kg
IMT : 18,6
Kesimpulan : Normal
C. Keluhan fisik -

V. STATUS PSIKOSOSIAL
A. Genogram (gambar dan jelaskan isi genogram)

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Klien

= Tinggal bersama

= Laki-laki meninggal

= Perempuan meninggal

Jelaskan : Klien merupakan anak ke-7 dari 7 bersaudara. Klien tinggal serumah

dengan orang tua dan 2 kakaknya, sedangkan kakaknya yang lain sudah menikah

dan tinggal berbeda tempat.


B. Konsep diri
1. Gambaran diri :
Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya,
2. Identitas diri :
Klien mengatakan dirinya seorang pria berumur 35 tahun dan belum menikah,
klien adalah anak ketujuh dari 7 bersaudara.
3. Peran diri :
Klien berperan sebagai adik dan anak bungsu dalam keluarga.
4. Ideal diri :
Klien berharap agar bisa cepat sembuh, dan kembali kerumah karena klien ingin
betemu dan tinggal dengan ayahnya karena klien sangat dekat dengan ayahnya.
5. Harga diri :
Klien mengatakan terkadang merasa malu dengan tindakannya dan mengatakan
sepertinya orang takut dengan dirinya. Klien juga tampak mengkritik diri
sendiri: saya jahat.
Masalah keperawatan : HDR
C. Hubungan sosial :
1. Orang yang berarti :
Klien mengatakan dirinya sangat dekat dengan ayahnya.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien mengatakan tidak berperan serta dalam kegiatan kelompok manapun.
Klien mengatakan bahwa ia akan mengamuk karena ia tidak suka dilihat atau
diperhatikan oleh orang asing, karena bila itu terjadi ia merasa sedang dihina
oleh mereka.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan terkadang klien marah-marah dan mengamuk jika terpancing
emosi, diganggu dan tersinggung, sehingga menghindari orang lain.
Masalah keperawatan : Hambatan interaksi sosial
D. Spritual
1. Nilai dan keyakinan :
Klien mengatakan jika dirinya menganut kepercayaan agama islam.
2. Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan jarang beribadah, kecuali dipaksa oleh ayahnya.
VI. STATUS MENTAL
A. Penampilan
□ Tidak rapih □ Pakaian tidak sesuai □ Cara berpakaian tidak seperti
biasanya
Jelaskan : Klien dapat berpakaian dengan rapi.
B. Pembicaraan
□ Cepat R Keras □ Gagap □ Apatis
□ Lambat □ Inkoheren □ Membisu □ Tidak mampu memulai
□ Logorheus □ Perseverasi
Jelaskan :
Klien dapat memulai pembicaraan, klien berbicara berbelit-belit dengan nada agak
keras tetapi alur sampai pada tujuan pembicaraan.
C. Aktivitas Motorik
□ Lesu □ Tegang □ Gelisah □ Agitasi
□ TIK □ Grimace □ Tremor □ Kompulsif
Jelaskan : Aktivitas motorik klien Normal.
D. Alam Perasaan
R Sedih □ Ketakutan □ Putus asa
□ Khawatir □ Gembira berlebihan/euforia
Jelaskan : Klien sering terlihat diam dan suka di kamar, klien mengatakan malas
berinteraksi dengan orang sekitar, klien mengatakan sepertinya orang takut dengan
dirinya.
E. Afek
□ Datar □ Tumpul □ Labil □ Tidak sesuai
Jelaskan : Klien menunjukkan perubahan roman muka yang sesuai, seperti
tersenyum. Respon klien tepat, dan sesuai dengan pertanyaan maupun jawaban.
F. Interaksi Selama Wawancara
□ Bermusuhan □ Tidak kooperatif R Mudah tersinggung
□ Kontak mata kurang □ Defensif □ Curiga
Jelaskan : Saat di kaji, klien menunjukkan sikap mudah tersinggung saat penulis
menanyakan sesuatu mengenai gangguan jiwa yang dialami klien.
G. Persepsi : Halusinasi
□ Pendengaran □ Penglihatan □ Perabaan
□ Pengecapan □ Penghiduan
Jelaskan : Klien tidak mengalami gangguan halusinasi apapun.
H. Proses Pikir
R Sirkumtansial □ Tangensial □ Kehilangan asosiasi
□ Flight of ideas □ Blocking
Jelaskan :
Ketika diajak bicara tampak klien berbicara berbelit-belit tetapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
I. Isi Pikir
□ Obsesi □ Fobia □ Hipokondria
□ Depersonalisasi □ Pikir Magis □ Ide terkait
Waham :
□ Agama □ Somatik □ Kebesaran
□ Curiga □ Nihilistik □ Sisip pikir
□ Siar pikir □ Kontrol pikir
Jelaskan :
J. Tingkat Kesadaran
R Bingung □ Sedasi □ Stupor
Disorientasi :
□ Waktu □ Tempat □ Orang
Jelaskan : Tingkat kesadaran klien composmentis namun masih sedikit bingung ,
orientasi terhadap orang sedang, orientasi waktu baik, orientasi tempat baik,
orientasi situasi baik.
K. Memori
□ Gangguan daya ingat jangka panjang
□ Perubahan proses pikir pendek
□ Gangguan daya ingat saat ini
□ Konfabulasi
Jelaskan : Daya ingat jangka panjang klien baik, terbukti saat ditanya tentang
keluarganya klien dapat menjawab. Daya ingat jangka pendek klien juga baik
terbukti dengan saat klien di tanya mengapa masuk ke rumah sakit klien dapat
menjawabnya, klien mengatakan klien mengamuk di rumah.
L. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
R Mudah beralih
□ Tidak mampu berkonsentrasi
□ Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Konsentrasi kllien mudah dialihkan dan perhatian klien mudah berganti dari satu
objek ke objek lain serta mudah tersinggung.
M. Kemampuan Penilaian
R Gangguan ringan □ Gangguan bermakna
Jelaskan :
Pasien dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan oranglain tetapi
jika marah dan hilang kontrol klien tidak dapat berfikir jernih serta tidak dapat
mengambil keputusan yang baik.
N. Daya Tilik Diri (Insight)
□ Mengingkari penyakit yang diderita
□ Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan : Klien mngetahui saat ini berada di rumah sakit tetapi klien tidak
menyadari penyakitnya.

VII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
□Bicara dengan orang lain □ Minum alkohol
□ Mampu menyelesaikan masalah £ Reaksi lambat/berlebihan
□ Tenik relaksasi □ Bekerja berlebihan
□ Aktivitas konstruktif □ Menghindar
□ Olahraga □ Menciderai diri
□ Lain-lain
Jelaskan :
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang bagaimana manajemen koping yang baik
serta mengatakan mudah tersinggung dan marah hingga melempar atau meneriaki
orang lain.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


Bantuan minimal Bantuan total
A. Makan R □
B. BAB dan BAK R □
C. Mandi R □
D. Berpakaian dan berhias R □
E. Penggunaan Obat £ R
F. Istirahat dan Tidur
□ Tidur siang : Klien mengatakan tidak dapat tidur siang
□ Tidur malam : Klien mengatakan tidur dengan nyenyak saat malam hari.
□ Kegiatan sebelum/setelah tidur : Tidak ada kegiatan khusus sebelum/sesuadah
tidur
G. Pemeliharaan Kesehatan
1. Perlu perawatan lanjutan R Ya □ Tidak
2. Sistem pendukung R Ya □ Tidak
H. Kegiatan di dalam rumah
1. Mempersiapkan makanan □ Ya R Tidak
2. Menjaga kebersihan rumah □ Ya R Tidak
3. Mencuci pakaian R Ya □ Tidak
4. Pengaturan keuangan □ Ya R Tidak
I. Kegiatan di luar rumah
1. Belanja keperluan sehari-hari □ Ya R Tidak
2. Transportasi R Ya □ Tidak
Jelaskan : Klien dapat melakukan kegiatan sederhana.

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


A. Masalah dengan dukungan kelompok :
Pasien tampak tidak suka berkumpul dengan banyak orang
B. Masalah berhubungan dengan lingkungan:
Pasien mengatakan dirumah pasien biasanya keluar namun dilarang kakaknya.
C. Masalah dengan pendidikan:
Pasien mengatakan dulu ia putus sekolah sehingga sering diejek teman dan orang
lain.
D. Masalah dengan perumahan :
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan tempat tinggal
E. Masalah dengan ekonomi :
Pasien mengatakan suka menghabiskan uang
F. Masalah dengan pelayanan kesehatan:
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan
G. Masalah lainnya jika ada :
Tidak ada masalah lain.

Masalah keperawatan :

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG

£ Penyakit jiwa R Obat-obatan

R Cara penanggulangan masalah □ Lain-lain

Jelaskan : Klien tidak mengetahui tentang factor penyebab kekambuhan serta tidak suka

minum obat.

XI. DATA MEDIK


1. Diagnosa Medik : Skizofrenia yaitu suatu gangguan yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berpikir, merasakan dan berperilaku dengan baik.

2. Therapi Medik : Terapi obat yang diberikan

1. Persidal 2 mg 1 – 0 – 1,

2. THP 2 mg 1 – 0 – 1

3. CPZ 25 mg 0 – 0 – 1
ANALISA DATA

Nama /Umur : Tn.P / 35tahun.


Unit/Ruang : Bangsal melati

N DATA MASALAH KEPERAWATAN


O
1. DS : RESIKO PERILAKU KEKERASAN

- Keluarga mengatakan klien sering

mengamuk dan marah-marah.

- Keluarga mengatakan klien berbicara kacau

serta berteriak-teriak dengan nada yang

keras

- Keluarga mengatakan bahwa pasien

mengamuk serta melemparkan barang-

barang ke orang lain.

- Keluarga pasien mengatakan pasien sering


mondar-mandir dan kebingungan.

DO :
- Klien tampak Jengkel

- Klien menunjukkan sikap mudah

tersinggung saat perawat menanyakan

sesuatu mengenai gangguan jiwa yang

dialami klien.
2. DS : HAMBATAN INTERAKSI SOSIAL
- Klien mengatakan malas berinteraksi

dengan orang sekitar dan tidak suka

diperhatikan orang karena ia merasa


dicemooh saat diperhatikan orang.

- Klien mengatakan sepertinya orang takut

dengan dirinya.

DO :

- Tampak klien sering terlihat diam

- Tampak klien hanya suka di dalam kamar

- Tampak klien terlihat kebingungan


3. DS : HARGA DIRI RENDAH
- Keluarga klien mengatakan klien pernah

mengalami kegagalan yang tidak

menyenangkan yaitu tidak dapat

melanjutkan sekolah kejenjang lebih

tinggi dan sering mendapat hinaan dari

teman-teman dan orang disekitarnya.

- Klien mengatakan terkadang merasa malu

dengan tindakannya dan sepertinya orang

takut dengan dirinya.

DO :

- Tampak klien Klien sering terlihat diam

- Tampak klien sering berada di kamar saja.

- Tampak Keluarga tidak mau menerima

klien jika klien masih mengamuk dan

marah-marah.

- Tampak klien terkadan mengkritik diri nya

sendiri : seperti saya jahat


POHON MASALAH KASUS

Effects

Klien terlihat diam dan kebingungan, klien malas berinteraksi


dengan orang lain dan hanya di kamar saja.

HAMBATAN INTERAKSI SOSIAL

Problem

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Causa

HARGA DIRI RENDAH

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Nama/ Umur : Tn. P / 35 Tahun


Ruang/ Kamar : Bangsal melati
N DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1. RESIKO PERILAKU KEKERASAN
2. GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL
3. HARGA DIRI RENDAH
RENCANA KEPERAWATAN

Nama/ umur : Tn.P / 35 tahun


Ruang/ kamar : bangsl melati

NO DIAGNOSA SP PASIEN SP KELUARGA


1. RESIKO SP 1: 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
PERILAKU
KEKERASAN 1. Identifikasi penyebab, tanda, dan dalam merawat pasien

gejala, PK yang dilakukan dan akibat 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala,

PK. dan proses terjadinya PK (gunakan

2. Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, booklet)

obat, verbal, spiritual 3. Jelaskan cara merawat PK

3. Latihan cara mengontrol PK secra 4. Latih satu Cara merawat PK dengan

fisik : Tarik nafas dalam dan pukul melakukan kegiatan fisik: Tarik nafas

Kasur dan bantal dalam dan pukul Kasur dan bantal

4. Masukkan pada jadwal kegiatan 5. Anjurkan membantu pasien sesuai

untuk latihan fisik jadwal dan memberi pujian

6. Jelaskan 6 benar cara memberikan


SP 2:
obat
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri
7. Latih cara
pujian
memberikan/membimbingan minum
2. Latih cara mengontrol PK dengan
obat
obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna,
8. Latih cara membing: cara bicara yang
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
baik
minum obat)
9. Latih Cara membimbing kegiatan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan
spiritual
untuk latihan fisik dan minum obat
SP 3: 10. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan tanda kambuh, rujukan.

obat. Beri pujian. 11. Nilai kemampuan keluarga dalam

2. Latih cara mengontrol PK secara merawat pasien

verbal ( 3 cara, yaitu: 12. Nilai kemampuan keluarga

mengungkapkan, meminta, menolak melakukan kontrol ke RSJ/PKM

dengan benar)

3. Masukkan pada jadwal kegiatan

untuk latihan fisik, minum obat dan

verbal
SP 4:

1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan

obat dan verbal. Beri pujian .

2. Latih cara mengontrol spiritual (2

kegiatan)

3. Masukkan pada jadwal kegiatan

untuk latihan fisik, minum obat,

verbal dan spiritual


SP 5 SD 12:

1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1, 2

dan obat dan verbal dan spiritual. Beri

pujian.

2. Nilai kemampuan yang telah mandiri

3. Nilai apakah PK terkontrol


2. GANGGUAN Diharapkan masalah keperawatan Promosi sosialisasi (I. 13498)
INTERAKSI
Hambatan Interaksi Sosial dalam 3 x 24 Observasi
SOSIAL
jam dapat teratasi dengan kriteria hasil:  Identifikasi kemampuan

Interaksi sosial ( L. 13115) melakukan interaksi dengan


1. Perasaan nyaman dengan situasi orang lain

sosial  Identifikasi hambatan melakukan

2. Perasaan mudah menerima atau interaksi dengan orang lain

mengkomunikasikan perasaan Terapeutik

3. Kontak mata  Motivasi meningkatkan

keterlibatan dalam suatu

hubungan

 Motivasi kesabaran dalam

mengembangkan suatu hubungan

 Motivasi berpartisipasi dalam

aktivitas baru dan kegiatan

kelompok

 Motivasi berinteraksi diluar

lingkungan (mis: jalan-jalan)

 Berikan umpan balik positif pada

setiap peningkatan kemampuan

Edukasi :

 Anjurkan berinteraksi dengan

orang lain secara bertahap

 Anjurkan berbagi pengalaman

dengan orang lain

 Latih bermain peran untuk

meningkatkan keterampilan

komunikasi

 Latih mengekspresikan marah


dengan tepat
3. HARGA DIRI SP 1 SP 1
RENDAH
1. Identifikasi kemampuan melakukan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan

kegiatan dan aspek positif pasien dala merawat pasien.

(buat daftar kegiatan) 2. Jelaskan pengertian , tanda dan gejala

2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dan proses terjadinya harga diri

dapat dilakukan saat ini (pilih darii rendah(gunakan booklet)

daftar kegiatan): buat daftar kegiatan 3. Diskusikan kemampuan atau aspek

yang dapat dilakukan saat ini. positif pasien yang pernah dimiliki

3. Bantu pasien memilih salah satu sebelum dan setelah sakit

kegiatan yang dapat dilakukan saat ini 4. Jelaskan cara merawat harga diri

untuk di latih. rendah terutama memberikan pujian

4. Latih kegiatanyang dipilih (alat dan semua hal yang positif pada pasien.

cara melakuknnya) 5. Latih keluarga member tanggung

5. Masukan pada jadwal kegiatan untuk jawab kegiatan pertama yang dipilih

latihan dua kali perhari. pasien: bombing dan beri pujian.

SP 2 6. Bersama keluarga melatih pasien

1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dalam melakukan kegiatan kedua

dilatih dan berikan pujian yang dipilih

2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua 7. Bersama keluarga melatih pasien

yang akan di latih . dalam melakukan kegiatan ketiga

3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara) yang di pilih

4. Masukkan pada jadwal kegiatan 8. Bersama keluarga melatih pasien

untuk latihan: dua kegiatan masing- dalam melakukan kegiatan keempat

masing dua kali perhari. yang dipilih.

SP 3 9. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,


1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua tanda kambuh, rujukan

yang telah dilatih dan berikan pujian. 10. Anjurkan membantu pasien sesuai

2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga jadwal dan memberikan pujian.

yang akan di latih. 11. Nilai kemampuan keluarga

3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara) membimbing pasien

4. Masukka pada jadwal kegiatan untuk 12. Nilai kemampuan keluarga

latihan:tiga kegiatan, masig-masing melakukan kontrol ke RSJ/PKM.

dua kali perhari.

SP 4

1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan

ketiga yang telah di latih dan di

berikan pujian.

2. Bantu pasien memilih kegiatan

keempat yang akan dilatih.

3. Latih kegiatan keempat (alat dan cara)

4. Masukkan pada jadwal kegiatan

untuk latihan: empat kegiatan masing-

masing dua kali per hari.

SP 5 SD 12

1. Evaluasi kegiatan latihan dan berikan

pujian.

2. Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak

terhingga

3. Nilai kemampuan yang telah mandiri.

4. Nilai apakah harga diri pasien


meningkat.

Anda mungkin juga menyukai