Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

RESPON HOSPITALISASI PADA ANAK MASA SEKOLAH DAN ORANG TUA

Dosen Pembimbing :

Indriatie, S. Kp, M. MKes

Disusun oleh :

1. Nabila Febiayuni (P27820119026)


2. Nadia Damara Putri (P27820119027)
3. Nella Astania Eka Putri (P27820119028)
4. Nesti Arifiana Fatikhasari (P27820119029)
5. Nur Fatmawati (P27820119030)
6. Nur Lailia Antasyia (P27820119031)
7. Putri Ari Riskiani (P27820119032)
8. Rachmad Yusuf Efendi (P27820119033)

Tingkat II Reguler A

PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat, karunia-Nya serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga makalah yang berjudul
”Respon Hospitalisasi Anak Sekolah Dan Orang Tua” dapat terselesaikan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk penilaian yang dilakukan dan sebagai
bukti jika kami telah menyelesaikan tugas ini. Dalam penulisan makalah ini kami mendapat
bantuan dari pihak yang terkait, untuk itu saya mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Indriatie, S. Kp, M. MKes selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang telah
memberikan bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2. Serta teman – teman yang telah mendukung terselesaikannya tugas ini.

Akhir kata kami sebagai penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik dari pihak
pembaca. Harapan saya semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan bukan menjadi amalan yang sia – sia.

Surabaya, 24 Februari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................i


DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hospitalisasi .................................................................................3
2.2 Pengertian Anak Masa Sekolah......................................................................3
2.3 Respon Anak Masa Sekolah Terhadap Hospitalisasi......................................4
2.4 Respon Hospitalisasi terhadap Orang Tua......................................................5
2.5 Dampak Hospitalisasi.....................................................................................6
2.6 Mengatasi Dampak Hospitalisasi....................................................................8
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................9
3.2 Saran..................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hospitalisasi adalah keadaan yang mengharuskan anak untuk dirawat di rumah sakit
karena keadaan tertentu. Dampak hospitalisasi akan menimbulkan reaksi psikologis pada
anak berupa kecemasan. Hal ini disebabkan karena anak mengalami perasaan asing
dengan lingkungan sekitar dan asing dengan kondisi tubuhnya yang sakit. Hospitalisasi
yang dialami anak berdampak pada terjadinya perbedaan antara tahapan perkembangan
anak dengan situasi dan kondisi anak selama menjalani hospitalisasi. Anak pada usia
sekolah yang seharusnya mengalami masa bermain dan mengeksplorasi lingkungan,
diharuskan tidur dan patuh dengan aturan-aturan yang kadang membuat dirinya tidak
nyaman. Perbedaan tingkat perkembangan anak dengan kondisi hospitalisasi inilah yang
berdampak pada timbulnya kecemasan pada anak usia sekolah yang menjalani
hospitalisasi (Wong, 2008).
Kecemasan akan menyebabkan anak menjadi tidak kooperatif dan sulit diajak
berkomunikasi. Anak akan cenderung rewel dan menolak perawatan dan pengobatan,
sehingga akan mempersulit tenaga kesehatan dalam memberikan perawatan dan
pengobatan. Hal ini akan berdampak nyata pada lamanya hari rawat, proses pengobatan
dan perawatan pada anak (Wong, 2008). Hospitalisasi pada anak akan menyebabkan
kecemasan dan dapat berdampak serius pada tahap tumbuh kembang. Penelitian yang
dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa pada anak pra sekolah penderita leukemia di
RSUD Dr. Moewardi menunjukan bahwa semakin sering anak menjalani hospitalisasi
berisiko tinggi mengalami gangguan pada perkembangan motorik kasar (Lilis dan
Wahyuni, 2013).
Menurut penelitian yang dilakukan Melamed dkk tahun 2016 dalam Journal of
Consulting and Clinical Psychology menyatakan bahwa anak usia 4-12 tahun dengan
diagnosa hernia, tonsilectomy, femosis yang menjalani operasi di kamar bedah pada
kelompok yang pernah dirawat sebelumnya mempunyai tingkat kecemasan lebih rendah
dibandingkan anak yang belum pernah dirawat inap sebelumnya. Hospitalisasi pada anak
mempengaruhi psikologi anak yang akan menjalani operasi (Melamed, et all, 2016).
Menurut penelitian yang dilakukan Kokab Bsiri tahun 2011 dalam journal of pediatric
menyatakan bahwa hospitalisasi pada anak yang dirawat inap dapat membantu dalam
meningkatkan rasa aman dan nyaman anak, dapat beradaptasi dengan lingkungan dan
meningkatkan pemulihan(Kokab Bsiri, 2011).

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa dimaksud dengan hospitalisasi
2. Apa yang dimaksud dengan Anak masa sekolah?
3. Bagaimana respon anak masa sekolah terhadap hospitalisasi?
4. Bagaimana respon hospitalisasi terhadap orang tua?
5. Apa saja dampak dari Hospitalisasi ?
6. Bagaiman cara mengatasi dampak hospitalisasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu hospitalisasi pada anak
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anak masa sekolah
3. Untuk mengetahui respon anak masa sekolah terhadap hospitalisasi
4. Untuk mengetahui respon orang tua terhadap hospitalisasi
5. Untuk mengetahui apa saja dampak dari hospitalisasi
6. Untuk mengetahui cara mengatasi dampak dari hospitalisasi
7. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah peristiwa yang umum terjadi pada anak dan dapat merupakan
pengalaman traumatik bagi anak-anak yakni dapat menimbulkan ketegangan dan
ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku beberapa minggu
atau bulan sesudah anak keluar dari rumah sakit. (Turkel et al, 2009; Moghaddam et al,
2011).
Menurut Supartini (2004), hospitalisasi merupakan suatu proses dimana karena alasan
tertentu atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Hospitalisasi pada anak adalah suatu sindrom yang terjadi pada anak yang dirawat di
rumah sakit secara terpisah dari ibunya atau pengganti peran ibu dalam kurun waktu yang
lama. Kondisi ini ditandai dengan tidak adanya kegairahan, tidak responsif, kurus, pucat,
nafsu makan buruk, tidur terganggu, episode demam, hilangnya kebiasaannya menghisap
dan nampak tidak bahagia. Gangguan ini dapat pulih kembali dengan anak dalam waktu
2-3 minggu. (Bastaman et al, 2004).

2.2 Pengertian Anak Masa Sekolah


Anak masa sekolah atau anak usia sekolah merupakan anak yang sedang berada pada
periode usia pertengahan yaitu anak yang berusia 6-12 tahun (Santrock, 2008), sedangkan
menurut Yusuf (2011) anak usia sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun yang sudah
dapat mereaksikan rangsang intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang
menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis,
dan menghitung). Umumnya pada permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah,
dengan demikian anak mulai mengenal dunia baru, anak-anak mulai berhubungan dengan
orang-orang di luar keluarganya dan mulai mengenal suasana baru di lingkungannya. Hal-
hal baru yang dialami oleh anak-anak yang sudah mulai masuk dalam usia sekolah akan
mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Anak-anak akan merasakan kegembiraan di
sekolah, rasa takut akan terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini
menyimpang dari kebiasaan makan yang diberikan kepada mereka (Moehji, 2009).
Karakteristik anak usia sekolah menurut Hardinsyah dan Supariasa (2016) yaitu anak
usia sekolah (6-12 tahun) yang sehat memiliki ciri di antaranya adalah banyak bermain di
luar rumah, melakukan aktivitas fisik yang tinggi, serta beresiko terpapar sumber penyakit
dan perilaku hidup yang tidak sehat. Secara fisik dalam kesehariannya anak akan sangat
6
aktif bergerak, berlari, melompat, dan sebagainya. Akibat dari tingginya aktivitas yang
dilakukan anak, jika tidak diimbangi dengan asupan zat gizi yang seimbang dapat
menimbulkan beberapa masalah gizi yaitu di antaranya adalah malnutrisi (kurang energi
dan protein), anemia defisiensi besi, kekurangan vitamin A dan kekurangan yodium.

2.3 Respon Anak Masa Sekolah Terhadap Hospitalisasi


Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika
anak dirawat di rumah sakit, anak akan mudah mengalami krisis karena anak stress akibat
perubahan baik pada status kesehatan maupun lingkungan dalam kebiasaan sehari-hari,
dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi
masalah atau kejadian yang bersifat menekan (Nursalam, Susilaningrum, R., dan Utami,
S, 2005.
Anak pada usia sekolah membayangkan di rumah sakit merupakan suatu hukuman,
dipisahkan, merasa tidak aman dan kemandiriannya terlambat. Anak akan berespon
dengan fungsi tubuh misalnya : ketika anak melihat seseorang dengan penglihatan atau
keadaan fisik yang cacat. Mereka menjadi ingin tahu dan binggung, anak bertanya kenapa
orang itu, mengapa berada di rumah sakit, apa yang terjadi pada orang itu, berbagai
macam dilontarkan oleh anak karena tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Pada usia
ini anak merasa takut bila mengalami perlukaan anak akan menganggap bahwa tindakan
dan proses itu mengancam integritas tubuhnya. Anak bereaksi dengan Agresif Ekspresif
Verbal dan dependensif (wong, 2008). Disamping itu anak juga menagis, bingung
khususnya bila keluar darah. Maka sulit bagi anak untuk percaya bahwa disuntik,
mengukur tekana darah, mengukur suhu dan beberapa tindakan lainnya tidak akan
menimbulkan sakit dan mengalami luka pada tubuh.
Salah satu bentuk kecamasan yang dialami anak usia sekolah akibat hospitalisasi
adalah perpisahan dengan orang tua dan teman sebaya. Respon yang menunjukkkan
kecemasan akibat perpisahan serta rsa takut lainnya yaitu anak merasa kesepian, bosan,
isolasi menarik diri, depresi, marah, frustasi dan bermusuhan.

 Masa Sekolah (6-12 tahun)


Perawatan di rumah sakit memaksakan ;
- Meninggalkan lingkungan yang dicintai
- Meninggalkan keluarga
- Kehilangan kelompok sosial, sehingga menimbulkan kecemasan

7
2.4 Respon Hospitalisasi terhadap Orang Tua
Hampir semua orang tua berespon terhadap penyakit dan hospitalisasi anak dengan
reaksi yang luar biasa. Pada awalnya orang tua dapat bereaksi dengan tidak percaya,
terutama jika penyakit tersebut muncul tiba-tiba dan serius. Takut, cemas dan frustasi
merupakan perasaan yang banyak diungkapkan oleh orang tua. Takut dan cemas dapat
berkaitan dengan keseriusan penyakit dan jenis prosedur medis yang digunakan. Sering
kali kecemasan yang paling besar berkaitan dengan trauma dan nyeri yang terjadi pada
anak (Wong, 2009).
1.    Perasaan Cemas dan Takut
Perasaan cemas ini mungkin dapat terjadi ketika orang tua melihat anaknya
mendapat prosedur menyakitkan seperti pengambilan darah, injeksi, dan prosedur
invasiof lainnya. Hal ini mungkin saja membuat orang tua merasa sedih atau bahkan
menangis karena tidak tega melihat anaknya. Oleh karea itu, pada kondisi ini perawat
atau petugas kesehatan harus lebih bijaksana bersikap pada anak dan orang tuanya.
Sedangkan rasa takut muncul pada orang tua terutama akibat takut kehilangan
anak pada kondisi sakit yang terminal (Brewis, 1995). Hal lain yang mungkin
menyebabkan rasa cemas adalah rasa trauma terhadap lingkungan rumah sakit,
ataupun rasa cemas karena pertama kali membawa anaknya untuk dirawat di rumah
sakit sehingga merasa asing dengan lingkungan baru.
Perilaku yang sering ditunjukkan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan
cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya tentang hal yang sama secara
berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan marah
(Supartini, 2001).
2.    Perasaan Sedih
Perasaan sedih sering muncul ketika anak pada saat anak berada pada kondisi
termal dan orang tua mengetahui bahwa anaknya hanya memiliki sedikit kemungkinan
untuk dapat sembuh. Bahkan ketika menghadapi anaknya yang menjelang ajal, orang
tua merasa sedih dan berduka. Namun di satu sisi, orang tua harus berada di samping
anaknya sembari memberikan bimbingan spiritual pada anaknya. Pada kondisi ini,
orang tua menunjukkan perilaku isolasi atau tidak mau didekati orang lain, bahkan
bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan (Supartini, 2000).
3.    Perasaan Frustasi
Pada kondisi ini, orang tua merasa frustasi dan putus asa ketika melihat anaknya
yang telah dirawat cukup lama namun belum mengalami perubahan kesehatan menjadi

8
lebih baik. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan psikologis dari pihak-pihak luar
(seperti keluarga ataupun perawat atau petugas kesehatan). 
4.    Perasaan Bersalah
Perasaan bersalah muncul karena orang tua menganggap dirinya telah gagal dalam
memberikan perawatan kesehatan pada anaknya sehingga anaknya harus mengalami
suatu perubahan kesehatan yang harus ditangani oleh tenaga kesehatan di rumah sakit.

2.5 Dampak Hospitalisasi


Hospitalisasi menimbulkan dampak pada beberapa aspek, yaitu:
1. Privasi
Privasi dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri seseorang dan
bersifat pribadi. Bisa dikatakan, privasi adalah suatu hal yang sifatnya pribadi.
Sewaktu dirawat di rumah sakit, klien kehilangan sebagai privasinya. Kondisi ini
disebabkan oleh beberpa hal :
- Selama dirawat di rumah sakit, klien berulang kali diperiksa oleh petugas
kesehatan (dalam hal ini perawat dan dokter). Bagian tubuh yang biasanya dijaga
agar tidak dilihat, tiba-tiba dilihat dan disentuh oleh orang lain. Hal ini tentu
akan membuat klien merasa tidak nyaman.
- Klien adalah orang yang berada dalam keadaan lemah dan bergantung pada
orang lain. Kondisi ini cendurung membuat klien “pasrah” dan menerima
apapun tindakan petugas kesehatan kepada dirinya asal ia cepat sembuh.
Menyikapi hal tersebut, perawat harus selalu memperhatikan dan menjaga
privasi klien ketika berinteraksi dengan mereka.
2. Gaya Hidup
Klien yang dirawat di rumah sakit sering kali mengalami perubahan pola gaya
hzidup. Hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi antara rumah sakit dengan
rumah tempat tinggal klien, juga oleh perubahan kondisi kesehatan klien. Aktivitas
hidup yang klien jalani sewaktu sehat tentu berbeda dengan aktivitas yang
dialaminya selama di rumah sakit. Perubahan gaya hidup akibat hospitalisasi inilah
yang harus menjadi perhatian setiap perawat. Asuhan keperawatan yang diberikan
harus diupayakan sedemikian rupa agar dapat menghilangkan atau setidaknya
meminimalkan perubahan yang terjadi.
3. Otonomi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa individu yang sakit da dirawat di
rumah sakit berada dalam posisi ketergantungan. Artinya, ia akan pasrah terhadap
9
tindakan apapun yang dilakukan oleh petugas kesehatan demi mencapai keadaan
sehat. Ini meniunjukkan bahwa klien yang dirawat di rumah sakit akan mengalami
perubahan otonomi. Untuk mengatasi perubahan ini, perawat harus selalu
memberitahu klien sebelum melakukan intervensi apapun dan melibatkan klien
dalam intervensi, baik secara aktif maupun pasif.
4. Peran
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan individu
sesuai dengan status sosialnya Jika ia seorang perawat, peran yang diharapkan
adalah peran sebagi perawat bukan sebagai dokter. Selain itu, peran yang dijalani
seseorang adalah sesuai dengan status kesehatannya. Peran yang dijalani sewaktu
sehat tentu berbeda dengan peran yang dijalani saat sakit. Tidak mengherankan
jika klien yang dirawat di rumah sakit mengalami perubahan peran. Perubahan
yang terjadi tidak hanya pada diri pasien, tetapi juga pada keluarga. Perubahan
tersebut antara lain :

a. Perubahan peran.
Jika salah seorang anggota keluarga sakit, akan terjadi perubahan peran dalam
keluarga. Sebagai contoh, jika ayah sakit maka peran kepala keluarga akan
digantikan oleh ibu. Tentunya perubahan peran ini mengharuskan
dilaksanakannya tugas tertentu sesuai dengan peran tersebut.
b. Masalah keuangan.
Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi. Keuangan yang
sedianya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga akhirnya
digunakan untukj keperluan klien yang dirawat. Akibatnya, keuangan ini
sangat riskan, terutama pada keluarga yang miskin. Dengan semakin mahalnya
biaya kesehatan, beban keuangan keluarga semakin bertambah.
c. Kesepian.
Suasana rumah akan berubah jika ada seorang anggota keluarga ytang dirawat.
Keseharian keluarga yang biasanya dihiasi kegembiraan, keceriaan, dan senda-
gurau anggotaanya tiba-iba diliputi oleh kesedihan. Suasana keluarga pun
menjadi sepi karena perhatian keluarga terpusat pada penanganan anggota
keluarganya yang sedang dirawat.
d. Perubahan kebiasan sosial.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karenanya, keluarga pun
mempunyai kebiasaan dalam lingkungan sosialnya. Sewaktu sehat, keluarga
10
mampu berperan serta dalam kegiata sosial. Akan tetapi, saat salah seorang
anggota keluarga sakit, keterlibatan keluarga dalam aktivitas sosial di
masyarakatpun mengalami perubahan.

2.6 Cara Mengatasi Dampak Hospitalisasi


Menurut Supartini (2004), cara memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak adalah
sebagai berikut.
1. Membantu perkembangan orang tua dan anak dengan cara memberi kesempatan
orang tua mempelajari tumbuh-kembang anak dan reaksi anak terhadap stressor
yang dihadapi selama dalam perawatan di rumah sakit.
2. Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar orang tua.Untuk itu, pearawat
dapat memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak,
terapi yang didapat, dan prosedur keperawatan yang dilakukan pada anak, tentunya
sesuai dengan kapasitas belajarnya.
3. Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan memberi
kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak terlalu bergantung pada orang
lain dan percaya diri. Tentunya hal ini hanya dapat dilakukan oleh anak yang lebih
besar, bukan bayi. Berikan selalu penguatan yang positif dengan selalu
memberikan pujian atas kemampuan anak dan orang tua dan dorong terus untuk
meningkatkannya.
4. Fasilitasi anak untuk menjaga sosialisasinya dengan sesama pasien yang ada,
teman sebaya atau teman sekolah. Beri kesempatan padanya untuk saling kenal
dan berbagi pengalamannya. Demikian juga interaksi dengan petugas kesehatan
dan sesama orang tua harus difasilitasi oleh perawat karena selama di rumah sakit
orang tua dan anak mempunyai kelompok sosial yang baru.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika
anak dirawat di rumah sakit, anak akan mudah mengalami krisis karena anak stress akibat
perubahan baik pada status kesehatan maupun lingkungan dalam kebiasaan sehari-hari,
dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi
masalah atau kejadian yang bersifat menekan (Nursalam, Susilaningrum, R., dan Utami,
S, 2005.
Anak pada usia sekolah membayangkan di rumah sakit merupakan suatu hukuman,
dipisahkan, merasa tidak aman dan kemandiriannya terlambat. Anak akan berespon
dengan fungsi tubuh misalnya : ketika anak melihat seseorang dengan penglihatan atau
keadaan fisik yang cacat. Mereka menjadi ingin tahu dan binggung, anak bertanya kenapa
orang itu, mengapa berada di rumah sakit, apa yang terjadi pada orang itu, berbagai
macam dilontarkan oleh anak karena tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Pada usia
ini anak merasa takut bila mengalami perlukaan anak akan menganggap bahwa tindakan
dan proses itu mengancam integritas tubuhnya. Anak bereaksi dengan Agresif Ekspresif
Verbal dan dependensif (wong, 2008). Disamping itu anak juga menagis, bingung
khususnya bila keluar darah. Maka sulit bagi anak untuk percaya bahwa disuntik,
mengukur tekana darah, mengukur suhu dan beberapa tindakan lainnya tidak akan
menimbulkan sakit dan mengalami luka pada tubuh.
Salah satu bentuk kecamasan yang dialami anak usia sekolah akibat hospitalisasi
adalah perpisahan dengan orang tua dan teman sebaya. Respon yang menunjukkkan
kecemasan akibat perpisahan serta rsa takut lainnya yaitu anak merasa kesepian, bosan,
isolasi menarik diri, depresi, marah, frustasi dan bermusuhan.

3.2 Saran
Makalah ini terdapat banyak kesalahan dan belum sempurna. Penulis berharap,
pembaca dapat memberikan kritikan, saran, masukan yang membangun untuk membuat
penulis bisa menulis makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Unknow, 2018, BAB I, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Dilihat 24 Februari 2021,
<http://eprints.ums.ac.id/50997/3/BAB%20I.pdf> (Disarikan dari berbagai sumber)

Fadlian, N & Konginan,A, ‘Hospitalisasi Pada Anak’, Journal.Unair, Dilihat 24 Februari


2021,
<http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-pjs1a23e602aafull.pdf> (Disarikan dari
berbagai macam sumber)

Kurniawati, 2018, ‘BAB II’, Universitas Muhammadiyah Purwokwerto, Dilihat 25 Februari


2021, <http://repository.ump.ac.id/4413/3/Reti%20Kurniawati%20BAB%20II.pdf>
(Disarikan dari berbagai sumber)

Fitria, Y 2018, ‘HOSPITALISASI’, Academia Edu, Dilihat 27 Februari 2021,


<https://www.academia.edu/30866619/HOSPITALISASI> (Disarikan dari berbagai sumber)

13

Anda mungkin juga menyukai