Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK
TENTANG :
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAK & PERSPEKTIF
KEPERAWATAN ANAK
B. DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK DAN KELUARGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. AHMAD SRIYANTO ( E520183546 )
2. AMBARWATI ( E520183547 )
3. ATIN ZUNIKAH ( E520183548 )
4. BRILIAN CANDRA ANDIKA ( E520183549 )
5. DAHLIA SUKMA ( E520183550 )

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGSUS S1 KEPERAWATAN KELAS RSI PATI
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan kesempatan dan pemikiran kepada penulis untuk dapat menyelesaikan
makalah ini.

Tak lupa sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahilliyah menuju zaman yang terang benderang .

Bahan untuk makalah ini diambil dari internet. Penulisan dan penggunaan kata-kata sangat
sederhana sehingga memudahkan pengguna atau pembaca untuk memahaminya. Penulis dengan
penuh kerendahan hati mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada Dosen pembimbing,
dan teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Makalah ini belum sempurna, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar lebih baik dimasa yang akan datang. Penulis mengharapkan
kritik dan saran, khususnya dari teman, dan Dosen .

Mungkin hanya ini yang dapat kami sampaikan, kurang lebihnya kami mohon maaf.
Kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Pati, Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................................ i


Kata Pengantar ........................................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................................. iii
BAB I
Pendahuluan................................................................................................................................... 1
A. Latar belakang.................................................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................................................. 1
BAB II Pembahasan....................................................................................................................... 2
A. Konsep Dasar Keperawatan Anak & Perspektif Keperawatan
Anak................................ 2
B. Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga.............................................................. 11

BAB III Penutup...........................................................................................................................16


A. Kesimpulan.......................................................................................................................16
B. Saran.................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sakit bukan lagi kata yang jarang kita dengar. Setiap orang mungkin pernah
mengalami sakit dan bahkan mungkin pernah dirawat di rumah sakit. Suasana saat berada
di tempat perawatan seperti rumah sakit tentu berbeda dengan suasana yang biasanya
seseorang rasakan. Suasana dengan dikelilingi orang-orang yang berbeda. Hal ini tentu
akan sangat dirasakan terutama bagi mereka yang baru pertama kalinya merasakan
suasana perawatan rumah sakit. Proses perawatan tersebut merupakan proses
hospitalisasi. Hospitalisasi diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat
menjadi sebab yang bersangkutan dirawat disebuah institusi seperti rumah perawatan
(Berton, 1958 dalam Stevens, 1992).
Dalam Supartini (2002), hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu
alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Hospitalisasi ini memiliki dampak terhadap psikis pada pasien (anak) ataupun
pada orang tua. Seperti pasien merasa keahilangan privasi,otonomi, serta perubahan gaya
hidupnya. Sedangkan pada orang tua, sepertiadanya rasa bersalah dan frustasi karena
tidak dapat menjaga kesehatan anaknya.
Oleh karena itu, betapa pentingnya seorang perawat memahami konsep
hospitalisasi agar dampaknya pada anak/pasien dan orang tua/keluarga dapat
diminimalisir sehingga dapat dijadikan dasar dalam pemberian suatu tindakan asuhan
keperawatan.
B. Prioritas masalah

1. Apa pengertian Anak indikator Kesehatan berdasarkan Pencampaian SP’G’s?


2. Apa Falsafah Keperawatan Anak, Peran Perawat Anak , Trend Keperawatan Anak,
Pendekatan Family Center Care, Atraumatik Care ?
3. Apa Pengertian Hospitalisasi, Reaksi anak terhadap hospitalisasi ?
4. Apa Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Anak indikator Kesehatan berdasarkan Pencampaian


SP’G’s.
2. Untuk mengetahui Falsafah Keperawatan Anak, Peran Perawat Anak , Trend
Keperawatan Anak, Pendekatan Family Center Care, Atraumatik Care
3. Untuk mengetahui Pengertian Hospitalisasi, Reaksi anak terhadap hospitalisasi
4. Untuk mengetahui keluarga terhadap hospitalisasi.
1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAK & PERSPEKTIF KEPERAWATAN


ANAK

a. Definisi Anak Indikator Kesehatan Anak berdasarkan Pencapaian SPG’s, Mortalitas,


Morbiditas.

Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Still birth dan
keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan jumlah kematian (naik
turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada berbagai macam faktor keadaan.
Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat
kesehatan dan tingkat kehidupan penduduk di suatu wilayah. Morbiditas dalam arti sempit
dimaksudkan sebagai peristiwa sakit atau kesakitan, sedangkan dalam arti luas morbiditas
mempunyai pengertian yang jauh lebih kompleks, tidak saja terbatas pada statistic atau
ukuran tentang peristiwa-peristiwa tersebut, tetapi juga factor yang mempengaruhinnya
(determinant factors), seperti factor sosial, ekonomi, dan budaya. Ukuran kematian
merupakan angka atau indeks, yang di pakai sebagai dasar untuk menentukan tinggi
rendahnya tingkat kematian suatu penduduk.Ada berbagai macam ukuran kematian, mulai
dari yang paling sederhana sampai yang cukup kompleks.Namun demikian perlu di catat
bahwa keadaan kematian suatu penduduk tidaklah dapat diwakili oleh hanya suatu angka
tunggal saja.Biasanya berbagai macam ukuran kematian di pakai sekaligus guna
mencerminkan keadaan kematian penduduk secara keseluruhan. Ukuran morbiditas dan
mortalitas digunakan sebagai dasar untuk menentukan tinggi rendahnnya tingkat kesakitan
dan kematian suatu komunitas penduduk. Adanya beberapa ukuran kesakitan dan kematian
yang dikenal,dari yang paling sederhana sampai dengan yang cukup kompleks Angka
kematian (Mortalitas) dan angka kesakitan (Morbiditas) digunakan untuk menggambarkan
pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Kegunaan dari mengetahui angka kesakitan dan
kematian ini adalah sebagai indikator yang digunakan sebagai ukuran derajat kesehatan
untuk melihat status kesehatan penduduk dan keberhasilan pelayanan kesehatan serta upaya
pengobatan yang dilakukan. Data kematian yang terdapat pada komunitas dapat diperoleh
melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian
pada fasilitaspelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Konsep-konsep lain
yang terkait dengan pengertian mortalitas adalah:

1. Neo-natal death adalah kematian yang terjadi pada bayi yang belum berumur satu
bulan.

2. Lahir mati (still birth) atau yang sering disebut kematian janin (fetal death) adalah
kematian sebelum dikeluarkannya secara lengkap bayi dari ibunya pada saat dilahirkan
tanpa melihat lamanya dalam kandungan.

2
3. Post neo-natal adalah kematian anak yang berumur antara satu bulan sampai dengan
kurang dari satu tahun.

4. Infant death (kematian bayi) adalah kematian anak sebelum mencapai umur satu tahun.

b. Falsafah Keperawatan Anak, Peran Perawat Anak , Trend Keperawatan Anak,


Pendekatan Family Center Care, Atraumatik Care

Pengertian Anak
Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah
menikah/kawin. Batasan ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan
sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental seseorang yang dicapai pada umur 21
tahun. Anak merupakan potensi serta penerus cita –cita bangsa yang dasar-dasarnya telah
diletakkan generasi sebelumnya. Oleh karena itu anak harus mendapat perhatian yang
sempurna dalam memenuhi perkembangan dan pertumbuhan baik fisik maupun mental
sejak dini.
Perspektif Keperawatan Anak
Perspektif keperawatan anak merupakan landasan berfikir bagi seorang perawat
anak dalam melaksanakan pelayanan keperawatan terhadap klien anak maupun keluarga.
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar.
Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan
sebagai mahluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang
dewasa.
Sejarah terbentuknya perspektif keperawatan anak
Untuk dapat memahami perkembangan keperawatan anak, kita diajak untuk
mempelajari evolusi kesehatan anak dan keperawatan anak.
Sebelum abad ke-19 : kesehatan anak kurang mendapat perhatian dari berbagai
pihak,jumlah tenaga kesehatan terutama dokter dan bidan sangat sedikit sementara
epidemic terjadi dibanyak tempat dan tidak ada kontrol
Akhir abad ke-19 : dikatakan sebagai abad kegelapan untuk kesehatan anak ( the
dark age of paediatric).
Pertengahan thn 1800 : mulai ada studi kesehatan anak yang dilakukan oleh
seorang tokoh kesehatan anak, yaitu Abraham Jacobi yang melakukan penyelidikan
tentang kesehatan anak, khususnya pada tunawisma dan buruh. Upayanya didukung oleh
seorang wanita yang bernama Lilian Wald yang mengembangkan pelayanan keperawatan
yang juga berfokus pada pelayanan social, program sosial, dan pendidikan khusus untuk
orang tua dalam hal perawatan anak sakit.
Awal tahun 1900 : perawatan isolasi berkembang sejak ditemukannya penyakit
menular. Orang tua dilarang untuk mengunjungi dan membawa mainan ke RS. Akan
tetapi, pada Thn 1940, ditemukan efek psikologis dari tindakan isolasi yaitu anak menjadi
stress selama di RS, begitupun dengan orang tuanya. Akhirnya, orientasi pelayanan

3
keperawatan anak berubah menjadi rooming in, yaitu orang tua boleh tinggal bersama
anaknya di RS selama 24 jam.
Paradigma Keperawatan Anak

Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berfikir dalam penerapan ilmu
keperawatan anak. Penggunaan paradigm keperawatan anak tetap mengacu pada
konsep paradigma keperawatan secara umum. Landasan berfikir tersebut terdiri dari
empat komponen, di antaranya manusia dalam hal ini anak, keperawatan, sehat-sakit
dan lingkungan yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Manusia (Anak)

Sehat-Sakit Lingkungan

Keperawatan

 Manusia (Anak)
Manusia sebagai klien dalam keperawatan anak adalah individu yang berusia antara
0–21 tahun, yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan dari bayi
sampai remaja.

Sebagai individu yang sedang dalam proses tumbuh kembang, anak mempunyai
kebutuhan spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang berbeda dengan orang
dewasa. Diyakini bahwa anak bukan miniatur orang dewasa, harta dan kekayaan
orang tua yang nilainya dihitung secara ekonomi tetapi anak adalah mahluk yang
unik dan utuh, biopsiko-sosio cultural spritual

Anak merupakan anggota unit keluarga dalam suatu kultur dan masyarakat, maka
keperawatan anak tidak boleh hanya memperhatikan anak itu sendiri,akan tetapi
kultur keluarga dan masyarakat harus diperhatikan . Sebagai bagian dari keluarga
salah satu bagian yang penting adalah keterlibatan anggota keluarga dalam
memberikan pelayanan perawatan.

Anak merupakan masa depan bangsa dan negara (dunia) yang berhak atas pelayanan
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan spesifiknya pada tiap tahap usia.

 Sehat-Sakit
Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan pelayanan
keperawatan pada anak. Rentang ini adalah suatu alat ukur dalam menilai status

4
kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu. Sehat-sakit berada dlam suatu
rentang mulai dari sehat opimal pada satu kutub sampai meninggal pad kutub
berikutnya seperti terlihat berikut ini :

Sehat Optimal Sakit Berat Meninggal

Sepanjang rentang tersebut, anak memerlukan bantuan perawat baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan melakukan bimbingan antisipasi pada orangtuanya.

 Lingkungan
Lingkungan dalam pradigma keperawatan anak yang dimaksud adalah lingkungan
internal maupun eksternal yang berperan dalam perubahan status kesehatan anak.

Lingkungan internal di antaranya adalah genetik,kematangan biologis, jenis


kelamin, intelektual, emosi dan adanya predisposisi atau resistensi terhadap penyakit.

Lingkungan eksternal yaitu status nutrisi, orangtua, saudara sekandung (sibling),


masyarakat/kelompok sekolah, kelompok/geng, disiplin yang ditanamkan orangtua,
status sosial ekonomi. Perkembangan anak sangat dipengaruhi rangsangan terutama
dari lingkungan eksternal yaitu ligkungan yang aman, peduli dan penuh kasih
sayang.

 Keperawatan
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dengan
melibatkan keluarga.

Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah peningkatan


kesehatan dan pencegahan penyakit.

Keperawatan kesehatan anak meliputi hubungan antara perawat dengan anak dan
perawat dengan keluarga di mana perawat tidak semata-mata merawat anak selama
sakit, tetapi bertanggung jawab secara keseluruhan yang memungkinkan pemenuhan
kebutuhan anak keluarga. Perawat dipandang sebagai orang yang dapat bekerja
secara efektif dengan bayi dan anak serta dapat menciptakan suatu kondisi bagi anak
lain agar berfungsi lebih efektif dalam merawat anaknya. Perawat harus berfikir
kritis, menggunakan ilmu dan mempunyai keterampilan professional untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas

Lingkungan di sekitar anak memegang peranan penting, perawat perlu memahami


bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungannya.
5
Agar tercapai perawat perlu melakukan 3 tingkat pencegahan:

1. Primer mencakup promosi dan pencegahan penyakit serta kecelakaan melalui


penyuluhan kesehatan dan bimbingan antisipasi
2. Sekunder bila anak sakit agar tidak terjadi komplikasi dengan memberikan
perawatan langsung
3. Tersier agar anak bisa tetap berfungsi dalam ketidakmampuan
Standar Keperawatan Anak:

1. Membantu anak dan keluarga mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang
optimal
2. Membantu keluarga mencapai dan mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan
pertumbuhan personal anggota keluarga dan fungsi optimal dari keluarga
3. Melakukan intervensi pada anak & keluarga yang mempunyai resiko terserang
penyakit
4. Meningkatkan kondisi lingkungan agar terbebas dari bahaya sehingga dapat tumbuh &
berkembang secara optimal
5. Menanggulangi perubahan status kesehatan & terjadinya pergeseran perkembangan
yang optimal
6. Memberikan intervensi & terapi yg sesuai untuk tetap mampu melangsungkan hidup &
sembuh dari penyakit
7. Membantu klien & keluarga memahami, mengatasi situasi traumatik selama sakit.
Filosofi Keperawatan Anak
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau cara pandang perawat dalam
meberikan pelayanan keperawatan pada anak.

Tujuan dan manfaat :

1. Pencapaian derajat kesehatan yang tinggi bagi anak sebagai satu bagian dari
sistem pelayanan kesehatan di keluarga.
2. Meningkatkan kepuasaan anak dan keluarga
3. Mengurangi fragmentasi pemberian asuhan
Kunci Filosofi Keperawatan Anak :

1. Family Centered Care


2. Atraumatic Care
3. Primary Nursing
4. Case Management
a. Family Centered Care (Perawatan berfokus pada keluarga)
Keluarga merupakan bagian penting dalam keperawatan anak mengingat anak
adalah bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan
keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat

6
tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong,Perry &
Hockenberry, 2002).

Pada dasarnya, setiap asuhan pada anak yang dirawat di rumah sakit
memerlukan keterlibatan orangtua. Waktu kunjungan orangtua terhadap
anaknya harus terbuka 24 jam, tersedia aktivitas bermain dan layanan
pendidikan kesehatan pada orangtua yang terprogram secara reguler. Anak
membutuhkan orangtua selama proses hospitalisasi.

Untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan pengobatan pada anak yang
dirawat di rumah sakit, sangat diperlukan kerjasama antara orangtua dan tim
kesehatan dan asuhan pada anak baik sehat maupun sakit paling baik
dilaksanakan oleh orangtua dengan bantuan tenaga kesehatan yang berkompeten.

Konsep dasar pada filosofi Perawatan berfokus pada keluarga :

1. Enabling (memberdayakan)
Perawat memberdayakan keluarga dengan cara menciptakan kesempatan dan
cara bagi semua anggota keluarga untuk menampilkan kemampuan dan
ketrampilan yang ada dan untuk mendapatkan kemampuan kemampuan dan
ketrampilan baru yang perlu untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga

2. Empowering (memperkokoh)
Interaksi perawat dengan keluarga yang sedemikian rupa sehingga keluarga
mempertahankan atau mendapatkan perasaan mengontrol kehidupannya dan
aspek perubahan positif sebagai hasil dari perilaku perbantuan

Elemen pokok asuhan yang berpusat pada keluarga :

1. Hubungan anak dan orangtua adalah unik, berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda dan
berespons terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit secara berbeda pula.
Demikian pula orangtua mempunyai latar belakang individu yang berbeda
dalam berespon terhadap kondisi anak dan perawatan di rumah sakit.
2. Orangtua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi
anaknya.
3. Kerjasama dalam model asuhan adalah fleksibel dan menggunakan konsep
dasar asuhan keperawatan anak.
4. Keberhasilan dari pendekatan ini tergantung pada kesepakatan tim kesehatan
untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orangtua. Kesepakatan untuk
menggunakan pendekatan family centered tidak cukup hanya dari perawat
tetapi juga seluruh petugas yang ada.

7
b. Atraumatic care
Atraumatic care adalah pemberian asuhan/ pelayanan terapeutik pada setting,
personal, dan intervensi yang digunakan untuk mengurangi atau meminimalkan
distress psikologis dan fisik, yang dialami anak yang sakit dan keluarganya pada
sistem yankes.

Therapeutik care adalah seluruh tindakan yang meliputi preventif, penegakan


diagnosa, pengobatan, dan penatalaksanaan lainnya atau perawatan paliatif pada
kondisi akut maupun kronis

Setting adalah tempat pelayanan kesehatan diberikan: rumah, RS/ lainnya

Personel adalah setiap orang yang terlibat langsung dalam pemberian terapeutik
care

Intervensi adalah seluruh tindakan/ kegiatan dalam rentang pendekatan


psikologis (menyiapkan anak untuk dilakukan prosedur) dan fisik (memberikan
ruang untuk orangtua rooming in).

Atraumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan adanya taruma pada
anak dan keluarga. Dasar pemikiran pentingnya asuhan terapeutik ini adalah
bahwa walaupun ilmu pengetahuan dan teknollogi di bidang pediatrik telah
berkembang pesat, tindakan yang dilakukan pada anak tetap menimbulkan
trauma, rasa nyeri, marah, cemas dan takut pada anak. Atraumatic care
difokuskan pada pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam
keperawatan anak. Perhatian khusus pada anak sebagai individu yang masih
dalam usia tumbuh kembang sangat penting karena masa anak merupakan proses
menuju kematangan. Kalau proses menuju kematangan tersebut terdapat
hambatan atau gangguan maka anak tidak akan mencapai kematangan.

Prinsip utama dalam asuhan terapetik :

1. Cegah atau turunkan dampak perpisahan antara orangtua dan anak dengan
menggunakan pendekatan family centered
2. Tingkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol perawatan anaknya
3. Cegah atau kurangi cedera baik fisik maupun psikologi. Rasa nyeri karena
tindakan perlukaan tidak akan bisa dihilangkan, tetapi dapat dikurangi
dengan menggunakan tehnik distraksi atau relaksasi
4. Modifikasi lingkungan fisik rumah sakit dengan lingkungan yang bernuansa
anak
c.Primary Nursing
Primary Nursing a/ menjaga / merawat anak selama 24 jam.

8
Model terkini dalam keperawatan anak : meningkatnya pertanggungjawaban
terhadap klien.

Primary Nursing secara umum mendukung pelaksanaan Askep pada anak dan
menjadikan asuhan yang konsisten terhadap anak serta berfokus pada unit
keluarga sebagai bagian komponen integral pada perencanaan dan pelaksanaan
asuhan keperawatan.

d. Manajemen Kasus
Pengelolaan kasus secara komprehensif adalah bagian utama dalam pemberian
asuhan keperawatan secara utuh, melalui upaya pengkajian, penentuan diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari berbagai kasus baik yang akut
maupun kronis. Pendekatan psikologis yang dilakukan dengan mempersiapkan
secara fisik, memberi kesempatan orangtua dan menciptakan lingkungan yang
nyaman bagi anak dan orangtua dengnan berprinsip pada upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan.

Kemampuan perawat dalam mengelola kasus secara baik tentu berdampak dalam
proses penyembuhan pada anak, mengingat anak memiliki kebutuhan yang
spesifik dan berbeda satu sama lain. Keterlibatan orangtua dalam pengelolaan
kasus juga dibutuhkan karena proses perawatan di rumah adalah bagian
tanggung jawabnya dengan meneruskan program perawatan di rumah sakit.
Pendidikan dan keterampilan mengelola kasus pada anak selma di rumah sakit,
akan mampu memberikan keterlibatan secara penuh bagi keluarga
(Wong,D.L,1995).

Prinsip Perawatan Anak


1. Anak bukan miniatur orang dewasa tapi sebagai individu yang unik .
2. Anak adalah individu yang unik yang mempunyai kebutuhan yang khusus sesuai
tumbuh kembang.
3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan penyakit dan peningkatan
derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.
4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu yang berfokus pada kesejahteraan anak
sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif memberikan askep yang
memungkinkan pemenuhan kebutuhan bagi anak dan keluarganya.
5. Praktek keperawatan anak mencakup kontrak (bisa formal/informal) dengan aanak dan
keluarga untuk mencegah, mengkaji dan mengintervensi dan meningkatkan
kesejahteraan hidup dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan
aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).

9
6. Tujuan perawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi/kematangan
yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam
konteks keluarga dan masyarakat.

Peran Perawat Anak


1. Famili Advocaci ( Pembelaan )
a. Bersama keluarga perawat mengidentivikasi kebutuhan anak, tujuan dan
merencanakan intervensi keperawatan yang cocok untuk memenuhi kebutuhan anak
dan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan tum-bang anak
b. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa keluarga mengetahui semua
pelayanan kesehatan yang tersedia, menjelaskan prosedur dan pengobatan,
mengikutsertakan dalam perawatan anak, dan memngajarkan perubahan atau
mensupport praktek pelayanan kesehatan
c. Perawat menggunakan pengetahuannya untuk membantu anak mencapai keadaan
fisik dan emosional yang optimal.
d. Perawat dapat terlibat dalam pendidikan, perubahan politik / legislatif rehabilitasi,
screening, administrasi.

2. Prevention / Fasilitator
a. Perawat yang terlibat dalam keperawatan oleh karena harus dapat menjalankan
praktek dalam berbagai dimensi pencegahan.
b. Merencanakan perawatan dalam berbagai aspek tum-bang (nutrisi, immunisasi,
keamanan , perawatan gigi, sosialisasi, disiplin sekolah).
c. Pendekatan yang paling baik baik adalah pendidikan dan anticl patori guidance
d. Membimbing orang tua untuk mencega kemungkinan adanya masalah.
3. Health Teaching
a. Tidak dapat dipisahkan dengan family advocacy dan prevention dan dapat
dilakukan ditiap tatanan pelayanan kesehatan
b. Menyarankan orang tua untuk memberikan kesempatan pada anak merawat dirinya
sendiri dan meningkatkan rasa harga diri dan kerja sama anak
c. Perawat sebagai role model bagi orang tua dan anak bagaimana merawat anak dan
pengaruh kebiasaan hidup sehari-hari terhadap kesehatan anak
4. Support / Counseling
a. Support dapat dengan cara bermacam – macam misalnya : dengan mendengarkan,
sentuhan, kehadiran fisik, hal ini dapat menolong anak untuk mengadakan
komunikasi non verbal
b. Konseling bertukar pendapat untuk mengatasi masalah menjadi landasan konseling
5. Therapeutik Role

10
a. Bertugas untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental anak, termasuk makan,
minum, mandi, Bak/BAB, pakaian, keamanan sosialisasi
b. Bertanggung jawab terhadap pengobatan yang telah dirumuskan Dokter dan
terhadap tindakannya atau keputusannya.
c. Aspek yang penting adalah pengkajian terus menerus dan mengevaluasi status fisik.
d. Pengawasan terhadap kebutuhan klien dan perkembangan secara individu, yang
dapat mempengaruhi proses penyakit
6. Koordinasi / Kolaborasi
a. Perawat sebagai anggota tim kesehatan bekerja sama dan mengkordinasi pelayanan
keperawatan dengan kegiatan yang dilakukan tenaga kesehatan lainnya.
b. Pendekatan inter disiplin memungkinkan asuhan holistik dengan saling melengkapi
c. Perawat bekerja sama dengan anak dan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan.
d. Perawat mempunyai posisi penting untuk mengikut sertakan klien secara langsung
atau pun tidak langsung untuk mengkomunikasikan pendapatnya ke tim kesehatan
lainnya.
7. Health Care Planning (Merencanakan As-Kep)
a. Perawat tidak hanya berfokus pada keluarga inti saja, tapi juga berperan dalam
masyarakat yang lebih luas
b. Harus tahu kebutuhan masyarakat secara aktif terlibat dalam memelihara
kesejahteraan
c. Perawat meninggkatkan kualitas pelayanan dan menjalankan asuhan sesuai dengan
kode etik dan standar praktek
B. DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK DAN KELUARGA
a. Pengertian Hospitalisasi, Reaksi anak terhadap hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan dirumah sakit dan dapat
menimbulkan trauma dan stress pada klien yang baru mengalami rawat inap dirumah sakit.
Hospitalisasi dapat diartikan juga sebagai suatu keadaan yang memaksa seseorang harus
menjalani rawat inap di rumah sakit untuk menjalani pengobatan maupun terapi yang
dikarenakan klien tersebut mengalami sakit. Pengalaman hospitalisasi dapat mengganggu
psikologi seseorang terlebih bila seseorang tersebut tidak dapat beradaptasi dengan
lingkungan barunya di rumah sakit. Pengalaman hospitalisasi yang dialami klien selama
rawat inap tersebut tidak hanya mengganggu psikologi klien, tetapi juga akan sangat
berpengaruh pada psikososial klien dalam berinteraksi terutama pada pihak rumah sakit
termasuk pada perawat.
Hospitalisasi diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab
yang bersangkutan dirawat disebuah institusi seperti rumah perawatan (Berton, 1958 dalam
Stevens, 1992).

11
Dalam Supartini (2002), hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu
alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Penelitian membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapt menjadi suatu pengalaman
yang menimbulkan trauma, baik pada anak, maupun orang tua. Sehingga menimbulkan
reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan orang tua dalam
perawatan anak selama di rumah sakit (Halstroom dan Elander, 1997, Brewis, E, 1995, dan
Brennan, A, 1994). Oleh karena itu betapa pentingnya perawat memahami konsep
hospitalisasi dan dampaknya pada anak dan orang tua sebagai dasar dalam pemberian
asuhan keperawatan (Supartini, 2002).
Tingkah laku pasien yang dirawat di rumah sakit dapat dikenal menurut Berton (1958
dalam Stevens, 1992) dari :
- Kelemahan untuk berinisiatif.
- Kurang/ tak ada perhatian tentang hari depan.
- Tak berminat (ada daya tarik).
- Kurang perhatian cara berpakaian dan segala sesuatu yang bersifat pandangan luas.
- Ketergantungan dari orang-orang yang membantunya.
Stressor dan reaksi hospitalisasi sesuai dengan tumbuh kembang pada anak
(Novianto dkk,2009):
1) Masa Bayi (0-1 tahun)
Dampak perpisahan, usia anak > 6bulan terjadi stanger anxiety (cemas)
- Menangis keras
- Pergerakan tubuh yang banyak
- Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan
2) Masa Todler (2-3 tahun)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak dengan
tahapnya.
3) Masa Prasekolah (3-6 tahun)
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga menimbulkanreaksi
agresif.
- Menolak makan
- Sering bertanya
- Menangis perlahan
- Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
4) Masa Sekolah (6-12 tahun)
Perawatan di rumah sakit memaksakan ;
- Meninggalkan lingkungan yang dicintai
- Meninggalkan keluarga
- Kehilangan kelompok sosial, sehingga menimbulkan kecemasan
5) Masa Remaja (12-18 tahun)

12
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Reaksi yang muncul:
- Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
- Tidak kooperatif dengan petugas
- Bertanya-tanya
- Menarik diri
- Menolak kehadiran orang lain
b. Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi
a. Berikut beberapa reaksi orang tua saat anak mereka dirawat di rumah sakit
(Supartini,2004):
1. Perasaan Cemas dan Takut
Perasaan cemas ini mungkin dapat terjadi ketika orang tua melihat anaknya
mendapat prosedur menyakitkan seperti pengambilan darah, injeksi, dan prosedur
invasiof lainnya. Hal ini mungkin saja membuat orang tua merasa sedih atau bahkan
menangis karena tidak tega melihat anaknya. Oleh karea itu, pada kondisi ini perawat
atau petugas kesehatan harus lebih bijaksana bersikap pada anak dan orang tuanya.
Penelitian membuktikan bahwa rasa cemas paling tinggi dirasakan orang tua
saat menunggu nformasi tentang diagnosis penyakit anaknya (Supartini, 2000),
sedangkan rasa takut muncul pada orang tua terutama akibat takut kehilangan anak
pada kondisi sakit yang terminal (Brewis, 1995). Hal lain yang mungkin menyebabkan
rasa cemas adalah rasa trauma terhadap lingkungan rumah sakit, ataupun rasa cemas
karena pertama kali membawa anaknya untuk dirawat di rumah sakit sehingga merasa
asing dengan lingkungan baru.
Perilaku yang sering ditunjukkan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan
cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya tentang hal yang sama secara
berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan marah
(Supartini, 2001).
2. Perasaan Sedih
Perasaan sedih sering muncul ketika anak pada saat anak berada pada kondisi
termal dan orang tua mengetahui bahwa anaknya hanya memiliki sedikit kemungkinan
untuk dapat sembuh. Bahkan ketika menghadapi anaknya yang menjelang ajal, orang
tua merasa sedih dan berduka. Namun di satu sisi, orang tua harus berada di samping
anaknya sembari memberikan bimbingan spiritual pada anaknya. Pada kondisi ini,
orang tua menunjukkan perilaku isolasi atau tidak mau didekati orang lain, bahkan
bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan (Supartini, 2000).
3. Perasaan Frustasi
Pada kondisi ini, orang tua merasa frustasi dan putus asa ketika melihat
anaknya yang telah dirawat cukup lama namun belum mengalami perubahan
kesehatan menjadi lebih baik. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan psikologis dari
pihak-pihak luar (seperti keluarga ataupun perawat atau petugas kesehatan).

13
4. Perasaan Bersalah
Perasaan bersalah muncul karena orang tua menganggap dirinya telah gagal
dalam memberikan perawatan kesehatan pada anaknya sehingga anaknya harus
mengalami suatu perubahan kesehatan yang harus ditangani oleh tenaga kesehatan di
rumah sakit.
Memberikan dukungan pada angota keluarga lain (Supartini, 2004) :
1. Berikan dukungan pada keluarga untuk mau tinggal dengan anak di rumah sakit.
2. Apabila diperluakn, fasilitasi keluarga untuk berkonsultasi pada psikolog atau ahli
agama karena sangat dimungkinkan keluarga mengalami masalah psikososial dan
spiritual yang memerluakn bantuan ahli.
3. Beri dukungan pada keluarga untuk meneria kondisi anaknya dengan nilai-nilai
yang diyakininya.
4. Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak apabila diperlukan keluarga
dan berdampak positif pada anak yang dirawat ataupun saudara kandungnya.
b. Reaksi Sibling
Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit adalah marah,
cemburu, benci dan bersalah.Orang tua seringkali mencurahkan perhatiannya lebih
besar terhadap anak yang sakit dibandingkan dengan anak yang sehat. Hal ini akan
menimbulkan perasaan cemburu pada anak yang sehat dan anak merasa ditolak.
c.. Mengatasi Dampak Hospitalisasi / Strategi mememinimalkan efek hospitalisasi, strategi
mememinimalkan efek kecemasan & kehilangan control serta trauma fisik
Menurut Supartini (2004, hal. 196), cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
dampak hospitalisasi adalah sebagai berikut :
a. Upaya meminimalkan stresor :
Upaya meminimalkan stresor dapat dilakukan dengan cara mencegah atau
mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan mengurangi/
meminimalkan rasa takut terhadap pelukaan tubuh dan rasa nyeri
b. Untuk mencegah/meminimalkan dampak perpisahan dapat dilakukan dengan cara :
1) Melibatkan keluarga berperan aktif dalam merawat pasien dengan cara membolehkan
mereka tinggal bersama pasien selama 24 jam (rooming in).
2) Jika tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan keluarga untuk melihat pasien
setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka.
3) Modifikasi ruangan perawatan dengan cara membuat situasi ruangan rawat perawatan
seperti di rumah dengan cara membuat dekorasi ruangan.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Hospitalisasi adalah suatu proses yang harus dilalui anak akibat adanya suatu alasan sehingga
mengharuskan anak untuk menjalani perawatan di rumah sakit.
2. Hospitalisasi dapat dipengaruhi oleh kepribadian seseorang, pemberi pelayanan, suasana bagian
pelayanan, dan hilangnya kontak dengan dunia luar.
3. Bagi anak yang menganggap bahwa dunia rumah sakit merupakan dunia baru baginya, orang tua
bersama tenaga kesehatan harus mempersiapkan anak sebelum mendapatkan pelayanan
kesehatan.

15
4. Saat dirawat di rumah sakit atau tengah menjalani proses hospitalisasi, klien (dalam hal ini
adalah anak), tentu akan mengalami stress akibat dari segala macam bentuk perubahan yang ia
alami, seperti perubahan lingkungan, suasana, dan lain sebagainya. Stressor dan reaksi
hospitalisasi sesuai dengan tumbuh kembang pada anak.
5. Selain pada diri anak/pasien (seperti perubahan gaya hidup, hilangnya privasi dan otonomi, dan
lain sebaginya), dampak dari hospitalisasi juga akan dirasakan oleh orang tua, yaitu orang tua
akan merasa stress, frustasi, serta merasa bersalah karena ia tidak dapat memberikan pemenuhan
kebutuhan kesehatan yang baik untuk anaknya.Apalagi bila mendengan kabar buruk mengenai
kondisi anak.
6. Manfaat dari hospitalisasi ini dapat dimaksimalkan dengan cara memberikan kesempatan kepada
anak ataupun orang tua untuk mengetahui dan terlibat dalam proses perawatan walaupun tidak
terlibat secara menyeluruh.

3.2. Saran
Dampak dari hospitalisasi yang sering kita lihat saat ini tentu dapat memacu tingkat stress
pasien/anak ataupun keluarga/orang tua. Oleh karena itu, konsep hospitalisasi yang benar
seharusnya dapat ditekankan lagi oleh tenaga kesehatan (perawat dan dokter) sehingga manfaat
dari hospitalisasi itu sendiri dapat dimaksimalkan.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (20). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.


Stevens, P.J.M. dkk (1997). Ilmu Keperawatan.2(1).Jakarta; EGC.
Supartini, Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:EGC.
http://ners-novriadi.blogspot.com/2012/09/askep-pada-klien-hospitalisasi.html
http://henitaekaputri.blogspot.com/2012/11/hospitalisasi.html

16

Anda mungkin juga menyukai