Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. Masalah Utama : Isolasi sosial


Isolasi Sosial : Menarik diri

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Menurut Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati (2015: 104), menarik diri
merupakan suatu percobaan untuk menghindari interaksi dan hubungan
dengan orang lain. Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain.
Hubungan yang sehat dapat digambarkan dengan adanya komunikasi
yang terbuka, mau menerima orang lain, dan adanya rasa empati.
Pemutusan hubungan interpersonal berkaitan erat dengan ketidakpuasan
individu dalam proses hubungan yang disebabkan oleh kurang terlibatnya
dalam proses hubungan dan respons lingkungan yang negatif. Hal
tersebut akan memicu rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk
menghindar dari orang lain.
2. Tanda dan Gejala
Menurut Sutejo (2017 : 48), adapun tanda dan gejala isolasi sosial yang
ditemukan pada klien pada saat wawancara biasanya berupa beberapa
hal dibawah ini :
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d. Klien merasa bosen dan lambat menghabiskan waktu
e. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Klien merasa tidak berguna
g. Klien tidak yakin dalam melangsungkan hidup
Tanda dan gejala isolasi sosial yang didapat melalu observasi antara lain :
a. Tidak memiliki teman dekat
b. Manik diri
c. Tidak komunikatif
d. Tindakan berulang dan tidak bermakna
e. Asyik dengan pikirannya sendiri
f. Tidak ada kontak mata
g. Tampak sedih, apatis, afek tumpul
3. Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya
resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan
salah satu orientasi realitas yang maladaptif, dimana halusinasi adalah
persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya
klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/
rangsangan (Sutejo, 2017 : 51).
4. Penyebab
Menurut Sutejo (2017 : 48-48), terdapat beberapa penyebab dari isolasi
sosial yaitu sebagai beikut :
a. Fakto predisposisi
1) Faktor perkembangan
Tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu
dalam menjalin hubungan dengan orang lain adalah keluarga.
Kurangnya stimulasi maupun kasih sayang dari ibu/pengasuh
pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang
lain maupun lingkungan di kemudian hari. Jika terdapat hambatan
dalam mengembangkan rasa percaya pada masa ini, maka anak
akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain
pada masa berikutnya.
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial
maladaptif. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung
gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia, misalnya ditemukan
pada keluarga dengan riwayat anggota keluarga yang menderitaa
skizofrenia. Selain itu kelainan pada struktur otak, seperti atrofi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan atau isolasi
sosial. Gangguan ini juga bisa disebabkan oleh adanya norma-
norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota
tidak produktif yang diasingkan dari lingkungan sosial. Selain itu,
norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik juga turut
menjadi faktor predisposisi isolasi sosial.
b. Faktor presipitasi
1) Stresor sosiokultural
Stresor sosial budaya, misalnya menurunnya stabilitas unit
keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya.
2) Stresor psikologik
Intensitas ansietas yang ekstrim akibat berpisah dengan orang lain
misalnya dan memanjang disertai dengan terbatasnya
kemampuan individu untk mengatasi masalah akan mdnimbulkan
berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
3) Stresor intelektual
Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan
hubungan dengan orang lain. Klien dengan “kegagalan” adalah
orang yang kesepian dan kesulitan dalam menghadapi hidup.
Mereka juga akan cenderung sulit untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan
dengan orang lain akan memicu persepsi yang menyimpang dan
berakibat pada gangguan berhubungan dengan orang lain (isolasi
sosial).
4) Stresor fisik
Stresor fisik yang memicu isolasi sosial : menarik diri dapat meliputi
penyakit kronik dan keguguran.
5. Proses Terjadinya Akibat dan Penyebab Isolasi Sosial
Perilaku isolasi sosial biasanya disebabkan karena seseorang menilai
dirinya rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan
orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan
menyebabkan perubahan persepsi sensori : halusinasi dan resiko tinggi
menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan
orang lain juga dapat menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya
bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan melakukan perawatan diri
secara mandiri. Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya
disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam
hidupnya, sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal (koping
individu tidak efektif) (Yusuf, Fitriyasari, Nihayati, 2015 : 107).

C. Pohon Masalah
Menurut Yusuf, Fitriyasari, Nihayati (2015 : 107), pohon masalah dari isolasi
sosial yaitu sebagai berikut :
Risiko perubahan persepsi : Halusinasi
Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

D. Masalah yang Muncul dan Data yang Perlu dikaji


Menurut Yusuf, Fitriyasari, Nihayati (2015 : 106-107), terdapat masalah
yang muncul dan data yang perlu dikaji yaitu sebagai berikut :
1. Objektif
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
b. Menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan memisahkan diri dari
orang lain
c. Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap
dengan orang lain
d. Tidak ada kontak mata dan sering menunduk
e. Berdiam diri di kamar
f. Menolak berhubungan dengan orang, memutuskan pembicaraan ,
atau pergi saat diajak bercakap-cakap
g. Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari, perawatan diri kurang,
dan kegiatan rumah tangga tidak dilakukan
h. Posisi janin pada saat tidur
2. Subjektif
a. Pasien menjawab dengan singkat “ya”, “tidak”, “tidak tahu”
b. Pasien tidak menjawab sama sekali

E. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yusuf, Fitriyasari, Nihayati (2015 : 107), terdapat diagnosa
keperawatan dari isolasi sosial yaitu sebagai berikur :
1. Risiko perubahan sensori persepsi : halusinasi berhubungan dengan
menarik diri
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

F. Rencana Tindakan
Menurut Yusuf, Fitriyasari, Nihayati (2015 : 107-108), terdapat rencana
tindakan untuk pasien isolasi sosial yaitu sebagai berikut :
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu melakukan hal berikut
:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari penyebab isolasi sosial
3) Berinteraksi dengan orang lain
b. Tindakan
1) Membina hubungan saling percaya
 Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
 Berkenalan dengan pasien, seperti perkenalkan nama dan
nama panggilan yang anda sukai, serta tanyakan nama dan
nama panggilan pasien
 Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
 Buat kontrak asuhan, misalnya apa yang anada lakukan
bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan
tempatnya dimana
 Jelaskan bahwa anda akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi
 Setiap saat tunjukan sikap empati terhadap pasien
 Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2) Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial
 Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain
 Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain
 Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman
dan bergaul akrab dengan mereka
 Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain
 Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik
pasien
3) Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
 Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain
 Berikan contoh berbicara dengan orang lain
 Beri kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan dihadapan anda
 Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang
teman/anggota keluarga
 Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi dengan dua, tiga, empat orang, dan seterusnya
 Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah
dilakukan oleh pasien
 Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain. Mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri
dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan
Setelah tindakan keperawatan, keluarga mampu merawat pasien
isolasi sosial di rumah
b. Tindakan
1) Melatih keluarga merawat pasien isolasi sosial
 Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien
 Penyebab isolasi sosial
 Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi
sosialnya
 Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat
 Tempat rujukan bertanya dan fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi pasien
2) Memperagakan cara berkomunikasi dengan pasien
3) Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan
cara berkomunikasi dengan pasien

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


ISOLASI SOSIAL

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien
Klien terlihat sedang sendiri di sudut ruangan dengan pandangan yang
kosong. Kaki serta tangannya dilipat. Saat perawat menghampiri, klien
hanya menjawab ya dan tidak, terlihat seperti tidak ingin ditemani dan
klien mengatakan bahwa dirinya tidak suka berbicara dengan teman-
temannya.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial : Menarik diri
3. Tujuan
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Menyadari penyebab isolasi sosial.
c. Mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang
lain.
4. Tindakan Keperawatan
SP I
a. Tindakan untuk pasien
1) Identifikasi penyebab isolasi sosial : siapa yang serumah, siapa
yang dekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya
2) Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
3) Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
4) Latih cara brkenalan dengan pasien dan perawat atau tamu
5) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan
b. Tindakan untuk keluarga
1) Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien
2) Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya
isolasi sosial (gunakan booklet)
3) Jelaskan cara merawat isolasi sosial
4) Latih dua cara merawat berkenalan, berbicara saat melakukan
kegiatan harian
5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian
saat besuk
SP II
a. Tindakan untuk pasien
1) Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang). Beri pujian
2) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2
kegiatan)
3) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan 2- 3
orang pasien, perawat dan tamu, berbicara saat melakukan
kegiatan harian
b. Tindakan untuk keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
berkenalan dan berbicara saat melakukan kegiatan harian. Beri
pujian
2) Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan pasien
berbicara (makan, sholat bersama) di rumah
3) Latih cara membimbing pasien berbicara dan memberi pujian
4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual saat besuk
SP III
a. Tindakan untuk pasien
1) Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (berapa orang) dan bicara
saat melakukan dua kegiatan harian. Beri pujian
2) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan
baru)
3) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5
orang, berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian
b. Tindakan untuk keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian. Beri pujian
2) Jelaskan cara melatih pasien melakukan kegiatan sosial seperti
berbelanja, meminta sesuatu dll
3) Latih keluarga mengajak pasien belanja saat besuk
4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan berikan pujian saat
besuk
SP IV
a. Tindakan untuk pasien
1) Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat melakukan
empat kegiatan harian. Beri pujian
2) Latih cara bicara sosial: meminta sesuatu, menjawab pertanyan
3) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan >5
orang, orang baru, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan
sosialisasi
b. Tindakan untuk keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian/RT,
berbelanja. Beri pujian
2) Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual kegiatan dan
memberikan pujian

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
“Assalammualaikum”
“Saya H....... saya senang dipanggil Ibu Her...... saya perawat di Ruang
Mawar ini ... yang akan merawat Ibu.”
“Siapa nama ibu? Senang dipanggil siapa?”
“Bagaimana perasaan S hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang keluarga dan teman-teman S? Mau dimana kita bercakap-cakap?
Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, S? Bagaimana kalau
15 menit?”
2. Kerja
(Jika pasien baru)
“Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat? Siapa yang
jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang
bercakap-cakap?
(Jika pasien sudah lama dirawat)
“Apa yang S yang rasakan selama S dirawat disini? O..S merasa
sendirian? Siapa saja yang S kenal di ruangan ini?”
“Apa saja kegiatan yang S lakukan dengan teman yang S kenal?” “Apa
yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien yang lain?”
“Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi? Nah kalau kerugiannya
tidak mempunyai temen apa ya S? Ya apa lagi? Jadi banyak juga ruginya
tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah S belajar bergaul dengan
orang lain?
“Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan
orang lain?” Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita
sebutkan dulu nama kita dan nama kesukaan kita, asal kita, dan hobi
kita. Contoh : Nama saya S, saya senang dipanggil Si. Asal saya dari
Bireun, hobi memasak.” “Selanjutnya S menanyakan nama orang yang
diajak berkenalan. Contohnya begini : nama Bapak siapa? Senang
dipanggil apa? Asalnya darimana? Hobinya apa?”
“Ayo dicoba! Misalnya saya belum dengan S. Coba berkenalan dengan
saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali!”
“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan yang S bicarakan.
Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan
sebagainya.”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?
“S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali.
“Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama
saya tidak ada. Sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang
lain. S mau praktekkan ke pasien lain, mau jam berapa mencobanya?
Mari kita masukkan pada jadual hariannya.”
“Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak S
berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, S mau?”
“Baiklah, sampai jumpa. Assalammualaikum.”

DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. 2017. Keperawatan Jiwa. Pustaka Baru, Yogyakarta.

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai