Anda di halaman 1dari 16

A.

Konsep Nutrisi dan Sistem Pencernaan


1. pengertian
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktivitas tubuh (Hidayat dan Uliyah, 2015 : 52).
Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting dimana
jumlah dari keseluruhan interaksi antara organisme dan makanan yang
dikonsumsinya (Suciati, 2017 : 54).
Fungsi utama sistem pencernaan adalah menyediakan nutrisi bagi
tubuh dan mengeluarkan sisa (ekskresi/eliminasi). Sistem pencernaan
merupakan suatu saluran jalan makanan/nutrisi dari jalan masuk (input)
sampai dengan keluaran (ekskresi/eliminasi) (Diyono dan Mulyanti, 2013 :
1).
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Menurut Mutaqqin dan Sari (2013 : 4-23), organ sistem pencernaan
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu :
1) Organ Utama
a) Rongga mulut, lidah, kelenjar saliva dan gigi
(1) Rongga mulut
Rongga mulut atau nama lainnya rongga bekal atau
rongga oral mempunyai beberapa fungsi, meliputi : 1)
menganalisis material makanan sebelum menelan, 2)
proses mekanis dari gigi, lidah dan permukaan palatum, 3)
lubrikasi oleh sekresi saliva, serta 4) digesti pada
beberapa material karbohidrat dan lemak.
(2) Lidah
Fungsi utama lidah meliputi 1) proses mekanik dengan
cara menelan, melunakkan dan membagi material, 2)
melakukan manipulasi material makanan di dalam rongga
mulut dan melakukan fungsi dalam proses menelan, 3)
analisis sensori terhadap karakteristik material, suhu dan
reseptor rasa, serta 4) menyekresikan mukus dan enzim.
(3) Kelenjar saliva
Kelenjar saliva menyekresikan air liur ke rongga mulut
oleh kelenjar saliva sublingual dan submandibular bawah
lidah, serta oleh kelenjar parotis yang mempunyai fungsi
utama sebagai lubrikasi atau pelumas untuk memperhalus
material.

1
2
3

(4) Gigi
Gigi melakukan fungsi proses mekanik dalam
menghancurkan makanan.
b) Faring
Faring menjadi jalan untuk material makanan, cairan dan
udara. Faring terdiri atas nasofaring, orofaring dan
laringofaring. Bolus makanan secara normal melewati
orofaring dan laringofaring menuju esofagus.
c) Esofagus
Esofagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25
cm dan diameter sekitar 2 cm yang berjalan menembus
diafragma untuk menyatu dengan lambung di taut
gastroesofagus.
d) Lambung
Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen tepat di bawah
diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk
tabung-J dan bila penuh berbentuk seperti buah alpukat
raksasa. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, badan
dan antrum pilorikum, atau pilorus. Sebelah kanan atas
lambung terdapat cekungan kurvatura minor dan bagian kiri
bawah lambung terdapat kurvatura mayor.
e) Usus halus
Usus halus berjalan dari pilorus lambung ke sekum dan dapat
dibagi menjadi 3 bagian : duodenum, jejunum dan ileum.
Panjang usus halus diperkirakan 3,65-6,7 m.
f) Kolon dan rektum
Kolon yang panjangnya sekitar 90-150 cm berjalan dari ileum
ke rektum. Bagian pertama kolon adalah sekum. dimana
merupakan bagian yang paling lebar. Kolon berjalan dari
sekum ke atas menjadi kolon kanan (asendens) melintasi
abdomen atas sebagai kolon transversum dan turun sebagai
kolon kiri (kolon desendens) ke sigmoid, yaitu bagian kolon
yang paling sempit. Dari sigmoid anatomi usus besar
dilanjutkan ke rektum.
2) Organ aksesori
a) Pankreas
Pankreas adalah organ tipis yang terletak di dalam
retroperitoneum di bagian atas abdomen dan berada tepat di
bawah lambung. Pankreas dapat dibagi menjadi tiga bagian
4

kepala (head of pancreas), badan (body of pancreas) dan ekor


(tail of pancreas).

b) Hati
Hati terletak di kuadran kanan atas abdomen di atas ginjal
kanan, kolon, lambung, pankreas dan usus serta tepat di
bawah diafragma. Hati mempunyai berat sekitar 1,5 Kg. Hati
dibagi menjadi lobus kiri dan kanan, yang berawal di sebelah
anterior di daerah kandung empedu dan meluas ke belakang
ke vena kava.
c) Kandung empedu dan duktus koledokus
Kandung empedu (gallbladder) adalah organ menyerupai
kantong yang berada di permukaan bawah hati dan
disambung oleh jaringan penyambung, peritonium dan
pembuluh darah. Oleh karena tanpa menyempit, kantong
tersebut berlanjut menjadi duktus sistikus untuk bergabung
dengan duktus koledokus.
b. Fisiologi
Menurut Vaughans (2013 : 253-254), fisiologi kebutuhan nutrisi adalah
sebagai berikut :
1) Pencernaan
Proses dimana makanan dipecah menjadi satu bentuk yang dapat
diserap untuk kepentingan tubuh. Proses ini dimulai dari mulut dan
melibatkan pencernaan mekanik makanan yang terjadi dengan
mengunyah dan pencernaan kimia nutrien yang dibantu berbagai
enzim. Sebagian makanan yang dicerna diedarkan ke perut melalui
esofagus. Saat berada di perut, makanan terus dicerna secara
mekanis dan kimiawi. Sari makanan meninggalkan perut dalam
bentuk cair dan memasuki lapisan pertama usus halus, usus dua
belas jari. Enzim tambahan disekresikan melalui hati dan lambung
melalui saluran air empedu dan juga pankreas. Enzim-enzim
tersebut membantu pencernaan nutrien.
2) Penyerapan
Setelah nutrien dicerna, mereka harus mempunyai jalan untuk
memasuki aliran darah, sistem limfa, dan pada akhirnya ke sel.
Penyerapan terjadi di villi (proyeksi seperti jari halus) di usus halus.
3) Metabolisme
Pada level seluler, reaksi kimia yang terjadi untuk melepaskan
energi dan nutrien yang digunakan oleh berbagai jaringan organ,
dan sistem organ.Metabolisme merupakan kombinasi tindakan
5

anabolisme, membangun zat-zat kompleks sederhana, dan


katabolisme, memisahkan zat-zat kompleks menjadi zat-zat
sederhana. Nutrien yang tidak segera dipakai disimpan untuk
penggunaan berikutnya, umumnya dalam bentuk lemak.
4) Eliminasi
Zat-zat yang tertinggal setelah diserap dalam usus halus lalu
masuk ke usus besar, dimana kebanyakan mengandung air
diabsorbsi, tertinggal dalam bentuk feses, yang pada akhirnya
diekskresikan tubuh melalui anus.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Menurut Hidayat dan Uliyah (2015 : 72), kebutuhan nutrisi dipengaruhi
oleh beberapa faktor sebagai berikut :
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
memahami kebutuhan gizi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa makanan bergizi tinggi dapat
memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, dibeberapa daerah,
tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak
dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena
masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut
dapat menambahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya, dibeberapa
daerah, terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis
remaja. Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang
sangat baik
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kuranganya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat–zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat
mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak
sesuai yang diharapkan. Saat ini, para remaja dikota–kota besar
dinegara kita memiliki kecenderungan menyenangi makanan tertentu
secara berlebihan seperti makanan cepat saji, bakso, dan lain– lainnya.
e. Ekonomi
6

Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena


penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian
yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya
dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.
4. Klasifikasi/Jenis Gangguan
Menurut Hidayat dan Uliyah (2015 : 70-71), gangguan nutrisi dan
sistem pencernaan sebagai berikut :
a. Kekurangan Nutrisi
1) Definisi
Kekurangan Nutrisi merupakan keadaan yang mengalami
seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko
penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk
kebutuhan metabolisme.
2) Penyebab
a) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna
kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
b) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
c) Penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit crohn atau
intoleransi laktosa
d) Nafsu makan menurun
3) Tanda klinis
a) Berat badan 10-20% di bawah normal
b) Tinggi badan dibawah ideal
c) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran
standar
d) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
e) Adanya penurunan almubin serum
f) Adanya penurunan transferrin
b. Kelebihan nutrisi
1) Definisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang yang mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat
asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
2) Penyebab
a) Perubahan pola makan
b) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman.
3) Tanda klinis
a) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
b) Obesitas ( lebih dari 20% berat ideal)
7

c) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm


pada wanita
d) Adanya jumlah asupan yang berlebihan
e) Aktifitas menurun.
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan metabolisme karena berlebihan asupan kalori dan
penurunan dalam penggunaan kalori.
d. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan
zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah
asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala
umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan yang
cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan
otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran mukosa,
konjungtiva, dan lain–lain.
e. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin
atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
f. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti
penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan
gaya hidup yang berlebihan.
g. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolestrol darah dan merokok.
Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya
hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain–lain.
h. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
konsumsi lemak secara berlebihan.
i. Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara
mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan
kelebihan energi.
8

5. Tanda dan Gejala


Menurut Mutaqqin dan Sari (2013 : 44), tanda dan gejala pada pasien
gangguan nutrisi dan sistem pencernaan secara umum antara lain :
a. Nyeri
b. Mual
c. Muntah
d. Diare
e. Pembesaran abdomen
f. Kembung dan sendawa
g. Ketidaknyamanan abdomen
h. Gas usus
i. Hematemesis
j. Perubahan pada defekasi, serta karakteristik feses
k. Malaise, dan sebagainya.
6. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Menurut Hidayat dan Uliyah (2015 : 73-74), pengkajian tentang
gangguan nutrisi dan sistem pencernaan sebagai berikut :
1) Riwayat makan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola
makanan, tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan,
makanan yang lebih disukai, yang dapat digunakan untuk
membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang, dan
rencana makanan untuk masa selanjutnya.
2) Kemampuan makan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan,
antara lain kemampuan mengunyah, menelan dan makan sendiri
tanpa bantuan orang lain.
3) Pengetahuan tentang nutrisi
Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah
penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
4) Nafsu makan, jumlah asupan
5) Tingkat aktivitas
6) Pengonsumsian obat
7) Penampilan fisik
Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap
aspek – aspek meliput rambut yang sehat ciri mengkilat, kuat, tidak
9

kering, dan hasil tidak mengalami kebotakan bukan karena faktor


usia ; daerah diatas kedua pipi dan bawah kedua mata tidak
berwarna gelap; mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau
penonjolan pembuluh darah; daerah bibir tidak kering; pecah-
pecah, ataupun mengalami pembengkakan ; lidah berwarna merah
gelap, tidak berwarna merah terang, dan tidak ada luka pada
permukaanya ;gusi tidak bengkak, tidak mudah berdarah, dan gusi
yang mengelilingi gigi harus rapat serta erat tidak tertarik kebawah
sampai dibawah permukaan gigi; gigi tidak berlubang dan tidak
berwarna; kulit tubuh halus, tidak bersisik, tidak timbul bercak
kemerahan, atau tidak terjadi pendarahan yang berlebihan; kuku
jari kuat dan berwarna merah muda.
8) Pengukuran Antropometri
Pengukuran ini meliputi pengukuran berat badan, dan lingkar
lengan. Tinggi badan anak dapat digambarkan pada suatu kurva
atau grafik sehingga dapat terlihat pola perkembangan.
9) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum,
Hb, glukosa, elektrolit, dan lain-lain.
b. Perencanaan keperawatan
1) Diagnosa Keperawatan
Menurut Hidayat dan Uliyah (2015 : 74-75), diagnosa yang
mungkin dapat terjadi pada masalah nutrisi antara lain :
a) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
b) Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
c) Risiko ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh
d) Gangguan menelan
Diagnosa yang ditegakkan menurut Kamitsuru, Herdman (2018 :
153) adalah : ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh.
a) Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
b) Batasan karakteristik
(1) Kram abdomen
(2) Nyeri abdomen
(3) Gangguan sensasi rasa
(4) Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan
ideal
10

(5) Kerapuhan kapiler


(6) Diare
(7) Kehilangan rambut berlebihan
(8) Enggan makan
(9) Asupan makan kurang dari recommended daily allowance
(RDA)
(10) Bising usus hiperaktif
(11) Kurang informasi
(12) Kurang minat pada makanan
(13) Tonus otot menurun
(14) Kesalahan informasi
(15) Kesalahan persepsi
(16) Membran mukosa pucat
(17) Ketidakmampuan memakan makanan
(18) Cepat kenyang setelah makan
(19) Sariawan rongga mulut
(20) Kelemahan otot pengunyah
(21) Kelemahan otot untuk menelan
(22) Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
c) Faktor yang berhubungan
Asupan diet kurang
d) Populasi berisiko
(1) Faktor biologis
(2) Kesulitan ekonomi
e) Kondisi terkait
(1) Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
(2) Ketidakmampuan mencerna makanan
(3) Ketidakmampuan makan
(4) Gangguan psikososial
2) Perencanaan dan aktivitas
a) NOC (Nursing Outcomes Classification)
Menurut Moorhead, et. al., ed. (2018 : 628), NOC yang cocok
untuk diagnosa keperawatan konstipasi adalah : status nutrisi.
(1) Definisi
Sejauh mana nutrisi dicerna dan diserap untuk memenuhi
kebutuhan metabolik.
(2) Tujuan
Pasien mampu mencapai status nutrisi secara adekuat
pada batas waktu yang ditentukan.
11

(3) Indikator
N Indikator 1 2 3 4 5
o

1 Asupan gizi

2 Asupan makanan

3 Asupan cairan

4 Energi

5 Hidrasi

Keterangan skala :
1 = Sangat menyimpang dari rentang normal
2 = Banyak menyimpang dari rentang normal
3 = Cukup menyimpang dari rentang normal
4 = Sedikit menyimpang dari rentang normal
5 = Tidak menyimpang dari rentang normal
b) NIC (Nursing Interventions Classification)
Menurut Bulechek (2018 : 195 dan 235), NIC yang cocok
untuk diagnosa keperawatan konstipasi adalah : manajemen
mual dan monitor nutrisi.
(1) NIC 1 : manajemen mual
Definisi :
Pencegahan dan penanggulangan mual
Aktivitas :
(a) Observasi tanda-tanda nonverbal ketidaknyamanan
terutama pada bayi, anak-anak dan orang yang tidak
mampu untuk berkomunikasi secara efektif
(b) Monitor efek dari manajemen mual secara
keseluruhan
(c) Lakukan penilaian lengkap terhadap mual, termasuk
frekuensi, durasi, tingkat keparahan dan faktor-faktor
pencetus dengan menggunakan alat
(d) Lakukan kebersihan mulut sesering mungkin untuk
meningkatkan kenyamanan
(e) Kendalikan faktor-faktor lingkungan yang mungkin
bisa membangkitkan mual
(f) Monitor asupan makanan terhadap kandungan gizi
dan kalori
12

(g) Ajari penggunaan teknik non farmakologi (misalnya


biofeedback, relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi
musik, distraksi) untuk mengatasi mual
(h) Berikan informasi mengenai mual seperti penyebab
mual dan berapa lama itu akan berlangsung
(i) Informasikan profesional perawatan kesehatan
lainnya dan anggota keluarga dari setiap strategi non
farmakologi yang digunakan oleh pasien yang mual
(j) Pastikan bahwa obat antiemetik yang efektif diberikan
untuk mencegah mual bila memungkinkan
(2) NIC 2 : monitor nutrisi
Definisi :
Pengumpulan dan analisa data pasien yang berkaitan
dengan asupan nutrisi
Aktivitas :
(a) Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
(b) Timbang berat badan pasien.
(c) Monitor kecenderungan turun dan naiknya berat
badan (misalnya, pada pasien anak-anak, pola tinggi
dan anak-anak sesuai standart growth chart).
(d) Monitor adanya mual dan muntah.
(e) Identifikasi perubahan berat badan terakhir.
(f) Identifikasi (adanya) abnormalitas rambut (misalnya,
kering, tipis, kasar, dan mudah patah).
(g) Lakukan pengukuran antropometrik pada komposisi
tubuh (misalnya, indeks masa tubuh, pengukuran
pinggang, dan lipatan kulit).
(h) Timbang berat badan pasien.
(i) Tentukan pola makan (misalnya, makanan yang
disukai dan tidak disukai, konsumsi yang berlebihan
terhadap makanan siap saji, makan yang terlewati,
makan tergesa-gesa, interaksi anak dan orang tua
selama makan).
(j) Diskusikan peran dari aspek sosial dan emosi terkait
dengan mengonsumsi makanan.

B. Konsep Gastroesofageal Refluks


1. Pengertian
Refluks esofagus merupakan kembalinya isi lambung ke esofagus
atau lebih proksimal. Isi lambung tersebut bisa berupa asam lambung,
13

udara, maupun makanan. Refluks gastroesofagus merupakan aliran balik


atau duodenum ke dalam esofagus (Mutaqqin dan Sari, 2013 : 285).
Refluks gastroesofagus (gastroesophageal reflux, GER) adalah
keluarnya isi lambung ke dalam esofagus. Hal ini dianggap sebagai proses
fisiologis normal yang terjadi pada bayi dan anak sehat. Akan tetapi, ketika
komplikasi terjadi akibat refluks isi lambung kembali ke esofagus atau
orofaring, terjadi lebih banyak proses patologis yang dikenal sebagai
penyakit refluks gastroesofagus (gastroesophageal reflux disease, GERD)
(Kyle dan Carman, 2016 : 757).
Gastroesophageal reflux (GER) didefinisikan sebagai perpindahan
(reflux) isi lambung ke kerongkongan. Biasanya berakhir pada usia 4 bulan
dan hilang pada sekitar 88% bayi pada usia 1 tahun (Manalu, et. al., 2021 :
41).
2. Penyebab/Faktor Risiko
Kondisi abnormal pada refluks gastroesofageal disebabkan oleh tidak
optimalnya satu atau lebih dari mekanisme protektif sebagai berikut :
a. Gangguan fungsi (relaksasi sementara LES) atau mekanikal
(penurunan tekanan LES) menyebabkan peningkatan refluks
gastroesofageal.
b. Komponen makanan (misalnya : kafein, alkohol), obat-obatan (seperti
penghambat saluran kalsium, nitrat, penghambat beta), atau hormon-
hormon (seperti progesteron) dapat menurunkan tekanan LES.
c. Kegemukan merupakan faktor penting yang mengontribusi refluks
gastroesofageal yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intraabdomen.
d. Walaupun refluks gastroesofageal dapat terjadi pada semua usia,
tetapi pada usia lanjut kondisi refluks gastroesofageal meningkat
seiring dengan penurunan tekanan LES.
Meskipun banyak faktor dan mekanisme yang terlibat dalam kondisi
reflux esofagus terdapat empat faktor dasar utama, meliputi : 1) asam
lambung, 2) integritas struktural, fungsi dan kompetensi dari LES untuk
mencegah aliran refluks, 3) mekanisme pertahanan mukosa esofageal yang
memerankan pertahanan penting dari asam lambung, dan 4) mekanisme
sensori yang memberikan manifestasi gejala yang muncul (Mutaqqin dan
Sari, 2013 : 286-287).
3. Patofisiologis
Proses terjadi GER selama episode relaksasi transien LES, yang
dapat terjadi selama menelan, menangis, saat melakukan manuver.
Valsalva lain yang meningkatkan tekanan intra-abdomen. Bersihan
esofagus dan pengosongan lambung yang terlambat, kandungan asam
14

lambung yang tinggi, hernia hiatus (penonjolan lambung ke atas ke dalam


rongga mediastinum melalui hiatus esofagus diafragma), atau penyakit
neurologis juga dapat menjadi faktor penunjang yang berkaitan dengan
refluks. Tanda dan gejala GERD sering terlihat akibat adanya komponen
refluksat (pH isi lambung, asam empedu dan pepsin) yang merusak.
Semakin lama pH refluksat berada dibawah 4, lebih tinggi risiko terjadinya
GERD yang berat sehingga menyebabkan masalah nutrisi (Kyle dan
Carman, 2016 : 758).
4. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Manalu, et. al. (2021 : 42-43), anamnesis dan pemeriksaan
fisik biasanya dilakukan untuk mendiagnosa adanya GER. Biasanya orang
tua akan diminta untuk menceritakan gejala-gejala refluks yang dialami oleh
anak. Sebaiknya orangtua mengobservasi jenis-jenis makanan yang dapat
menimbulkan gejala refluks. Hal ini dapat sangat membantu bagi dokter
atau perawat untuk menyimpulkan penyebab GER
Beberapa tes diagnostik berikut dapat dilakukan untuk mendiagnosis
GER pada bayi atau balita :
a. Barium
Pemeriksaan ini menggunakan x-ray khusus yang dapat menunjukkan
refluks cairan ke kerongkongan, setiap iritasi di kerongkongan dan
adanya kelainan pada saluran pencernaan bagian atas. Anak yang
akan menjalani tes ini harus menelan sejumlah kecil cairan berkapur
(barium). Cairan ini akan muncul di x-ray, menunjukkan proses
menelan.
b. Pemantauan ambulatori pH 24 jam
Pemeriksaan ini dianggap yang paling akurat untuk mendeteksi refluks
dan jumlah episode refluks. Sebuah tabung pipih dan fleksibel
ditempatkan melalui hidung kerongkongan. Ujung tabung terletak tepat
di atas esofageal spincter dan untuk mendeteksi refleks apapun.
c. Scan susu
Pemeriksaan ini termasuk x-ray untuk melacak cairan khusus yang
ditelan oleh anak. Scan dapat menunjukkan apakah perut lambat ketika
mengosongkan cairan dan apakah cairan yang dialirkan sedang
terhirup ke dalam paru-paru.
d. Endoskopi atas
Pada pemeriksaan ini dokter akan langsung melihat bagian
kerongkongan, lambung dan sebagian dari usus kecil menggunakan
kamera serat optik kecil. Selama prosedur pemeriksaan, dokter juga
dapat melakukan biopsi (mengambil contoh kecil) lapisan
15

kerongkongan untuk menyingkirkan masalah lain dan melihat apakah


GER menyebabkan komplikasi lain.
5. Tanda dan Gejala
Menurut Manalu, et. al. (2021 : 41), pada bayi, tanda gejala GER yang
paling umum adalah regurgitasi pasif. Regurgitasi umumnya sembuh
secara spontan pada rata-rata bayi sebelum usia 18 bulan.

Beberapa tanda gejala pada GER :


a. Pada bayi : regurgitasi, muntah, rewel dan menangis, penurunan berat
badan, gagal tumbuh, adanya masalah pernapasan (misalnya : batuk,
mengi, stridor, tersedar, hematemesis, apnea).
b. Pada anak : heartburn, nyeri abdomen, nyeri dada, batuk kronis, asma,
pneumonia berulang.
6. Penatalaksanaan
Menurut Tjokroprawiro, et. al. (2015 : 213), beberapa
penatalaksanaan dari GERD adalah sebagai berikut :
a. Non farmakologi
Modifikasi gaya hidup (life style modification)
1) Meninggikan posisi kepala 6 inchi (15-20 cm) saat tidur
2) Modifikasi berat badan
3) Stop merokok
4) Stop alkohol
5) Mengurangi makanan dan obat-obatan yang merangsang lambung
6) Jangan makan terlalu kenyang
7) Makan malam paling lambat 3 jam sebelum tidur
b. Farmakologi
Obat golongan proton-pump inhibitor (PPI) merupakan obat pilihan
mencegah erosi esofagus dan simtomatis GERD. Terdapat 5 jenis PPI
yang beredar di pasaran yaitu omeprazol, lanzoprazol, rabeprazol,
pantoprazol, dan esomeprazol. Obat-obatan lain yang dapat mengatasi
gejala GERD antasida, prokinetik, antagonis reseptor H2 dan baclofen.
c. Endoskopik
Penatalaksanaan endoskopik untuk mengatasi komplikasi GERD
seperti barret's esofagus, stenosis atau perdarahan, dapat dilakukan
argon plasma coagulation, ligasi, endoscopic mukosa resection,
bouginasi, hemostasis, atau dilatasi.
d. Bedah
Tindakan bedah untuk anti refluks dan mengatasi komplikasi.
7. Komplikasi
16

Menurut Manalu, et. al. (2021 : 42), komplikasi dari gastroesofageal


refluks adalah :
a. Esophagitis
b. Penyempitan esofagus
c. Laryngitis
d. Pneumonia berulang
e. Anemia
f. Barret esophagus

Anda mungkin juga menyukai