Anda di halaman 1dari 53

EFEKTIFITAS AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP

INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA REMAJA


PUTRI USIA 13-16 TAHUN DI SMP IT DARUL IBTIDA
KEC. NAGRAK KAB. SUKABUMI
TAHUN 2022

PROPOSAL SKRIPSI

HALAMAN SAMPUL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
3Gelar Sarjana Kebidanan

AI LELA KURNIA
NPM: 6221374

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, anugerah serta karunia-Nya pada kita semua.
Salawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para
keluarga dan sahabat-sahabatnya. Alhamdulillah berkat limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Proposal skripsi dengan judul “Efektifitas
Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Dismenore Primer Pada Remaja
Putri Usia 13-16 Tahun Di SMP IT Darul Ibtida Kec. Nagrak Kab. Sukabumi tahun
2022”, yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
program studi Sarjana Kebidanan Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
Proses penyusunan Proposal skripsi ini tidak lepas dari berbagai kesulitan
dan kendala yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki oleh penulis, namun diantara kesulitan itu ada orang-orang yang selalu
memberikan jalan kemudahan bagi penulis dan sehingga penulis banyak sekali
mendapatkan bantuan, bimbingan, arahan maupun dukungan moril dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya sehingga Proposal skripsi ini tersusun dengan bantuan
banyak pihak, untuk itu izinkan penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya dan ucapan terima kasih kepada;
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes, selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung
2. Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb, selaku dekan fakultas kebidanan
institut Kesehatan Rajawali Bandung
3. Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb, selaku penanggung Jawab Program Studi
Institut Kesehatan Rajawali Bandung dalam penyusunan Proposal skripsi ini.
4. Intan Karlina, S.S.T., Bd., M.Keb, selaku pembimbing utama dalam penelitian
ini yang telah memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis sehingga
dapat terselesaikannya Skripsi ini.
5. Maria AD Barbara, S.S.T., M.Kes, selaku pembimbing pendamping dalam
penelitian ini yang telah memberikan bimbingan serta masukan dan arahannya
kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh Dosen, Staf serta Pengelola Perpustakaan di Institut Kesehatan
Rajawali, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama
penulis mengikuti pendidikan.
7. Suami, Anak, dan Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan do’a, selalu
memberikan dukungan, dan semangat.
8. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa S1 Kebidanan Alih Jenjang Institut
Kesehatan Rajawali yang senantiasa selalu memberikan do’a dan dukungan.
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dorongan dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan yang akan datang, dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis umunnya bagi yang membacanya. Aamiin.

Bandung, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... Error!
Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................... 1
1.2 Identifikasi masalah ................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah ...................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................... 7
1.5 Hipotesa Penelitian .................................................... 8
1.6 Manfaat penelitian...................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 10
2.1 Konsep Dasar Remaja ................................................ 10
2.2 Menstruasi pada Remaja ............................................ 12
2.3 Dismenore .................................................................. 15
2.4 Intensitas Nyeri .......................................................... 16
2.5 Peran Bidan ................................................................ 32
2.6 Kerangka Teori .......................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................... 36
3.1 Rancangan Penelitian ................................................. 36
3.2 Kerangka Penelitian ................................................... 37
3.3 Variabel penelitian ..................................................... 37
3.4 Definisi operasional variable ..................................... 37
3.5 Populasi dan Sampel .................................................. 38
3.6 Teknik pengumpulan data dan prosedur penelitian ... 40
3.7 Teknik pengolahan dan analisis data ......................... 41
3.8 Lokasi dan waktu penelitian ...................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 44
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Operasional Prosedur Aromaterapi Lavender ....... 31


Tabel 3.1 Rancangan penelitian........................................................... 36
Tabel 3.2 Definisi Operasional ............................................................ 38

vii
DAFTAR LAMPIRAN

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama.
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik
maupun psikologis. Pada laki-laki sudah mulai mampu menghasilkan
sperma dan pada remaja puteri sudah mulai terjadinya menstruasi
(Proverawati et al., 2009). Menstruasi atau haid mengacu kepada
pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang
berasal dari dinding rahim wanita. Menurut Proverawati et al salah satu
gangguan menstruasi adalah terjadinya nyeri haid yang biasa disebut dengan
dismenore .
Dismenore disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi.
Dalam bahasa Inggris, dismenore sering disebut sebagai “painful period”
atau menstruasi yang menyakitkan yang terjadi selama menstruasi
(American College of Obstetritians and Gynecologists, 2015). Secara umum
nyeri menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat
menyebar hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas,
hingga betis, dan kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari
kontraksi otot rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi
dari dalam rahim. Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian
menyebabkan otot-otot menegang dan menimbulkan kram atau rasa sakit
atau nyeri. Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi pada bagian perut, tetapi
juga pada otot-otot penunjang yang terdapat di bagian punggung bawah,
pinggang, panggul, paha hingga betis. Proses ini sebenarnya merupakan
bagian normal proses menstruasi, dan biasanya mulai dirasakan ketika
mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32-48 jam (American
College of Obstetritians and Gynecologists, 2015)..

1
Menurut World Health Organization, 2021 dalam jurnal
Syamsuryanita, Ikawati (2022) menyatakan bahwa kejadian dismenore pada
remaja puteri di dunia sangat tinggi. Rata-rata lebih dari 50% remaja puteri
disetiap Negara mengalami dismenore . Di Amerika Serikat, prevalensi
nyeri dismenore pada remaja puteri diperkirakan 45-90 %. Insiden
dismenore pada remaja dilaporkan sekitar 92%, dan dari Swedia yang
melaporkan dismenore pada 90% dismenore yang berusia kurang dari 19
tahun dan 67% wanita yang berusia 24 tahun (WHO, 2021).
Di Indonesia tahun 2021, angka kejadian dismenore 64,25 % terdiri
dari 54,89 % dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder. Selama 50
tahun terakhir tercatat 75% remaja puteri mengalami dismenore. Biasanya
gejala dismenore primer terjadi pada remaja puteri yang masih belia dan
Dismenore sering terjadi pada remaja puteri yang berusia antara <20 tahun
atau pada usia sebelum 25 tahun.Sebanyak 61% (Kementerian Kesehatan
RI, 2021)
Angka kejadian dismenore di Jawa Barat tahun 2021 dalam jurnal
Nurita (2022) menunjukkan kasus dismenore yang terjadi pada remaja
puteri termasuk kedalam kategori yang cukup tinggi yaitu sebesar 59,9%
remaja puteri mengalami nyeri menstruasi yang berat dengan rentang usia
remaja antara 10 hingga 18 tahun, dimana pada usia remaja biasanya remaja
puteri telah mengalami menstruasi (Nurita, 2022).
Kejadian dismenore pada remaja puteri mempunyai dampak secara
fisik maupun psikologis, akibat dari dismenore terhadap fisik yaitu
ketidaknyamanan di payudara sebagai akibat pembesaran dan bila ditekan,
akan terasa nyeri dan kaku, sakit kepala bahkan pada sebagian remaja puteri
akan mengalami migren, rasa nyeri dan pegal-pegal pada otot-otot, sakit
pada perut atau pinggang bagian bawah, merasa mual dan asma. Menurut
(Janiwarty, 2013) perubahan-perubahan psikologis yang terjadi pada saat
menstruasi adalah perubahan emosional, perasaan cemas, stress, depresi.
Periode haid merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki wanita dan haid
bukanlah penyakit biologis, namun merupakan siklus sebagai akibat proses

2
kematangan sel-sel telur dalam ovarium (Janiwarty, 2013).
Disminore diklasifikasikan menjadi 2 yaitu yaitu disminore primer
dan disminore skunder, disminore primer adala nyeri haid ( menstrual pain)
yan tidak berubunan dengan patologi pelvis makroskopis atau kelainan
ginekologi sedangkan disminore sekunder merupakan kelainan anatomi
pada organ reproduksinya atau gnikologinya. (Dhito, Fitriana, 2019)
Menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja sebagian
besar disebabkan oleh dismenore primer (Judha dkk, 2012). Beberapa faktor
berikut ini memegang peranan penting sebagai penyebab dismenore primer
yaitu faktor endoktrin, menarche usia dini, riwayat keluarga dengan keluhan
dismenore , Indeks Masa Tubuh yang tidak normal, kebiasaan memakan
makanan cepat saji, durasi perdarahan saat haid, terpapar asap rokok dan
alexythimia. Remaja putri yang mengalami gangguan nyeri menstruasi
sangat mengganggu dalam proses belajar mengajar. Hal ini menyebabkan
remaja putri sulit berkonsentrasi karena ketidaknyamanan yang dirasakan
ketika nyeri haid. Oleh karena itu pada usia remaja dismenore harus
ditangani agar tidak terjadi dampak yang lebih buruk (Nirwana, 2011).
Secara umum penanganan nyeri haid dibagi menjadi dalam kategori
yaitu pendekatan farmakologis dan non farmakologis. Menurut Hidayat
(2009, dalam Dewi, 2017) mengatakan bahwa terapi farmakologis dapat
diberikan obat analgesik (pereda nyeri) golongan NonSteroid Anti Inflamasi
Drugs (NSAID) misalnya seperti: parasetamol atau asetamonofen, asam
mefenamat, metamizol atau metampiron dan golongan aspirin
(asetysalicylic acid). Menurut Proverwati & Misaroh (2009) mengatakan
terapi farmakaologis juga dapat diberikan terapi anti prostaglandin dan
terapi hormonal. Secara non farmakologis yang dapat digunakan dalam
mengatasi nyeri antars lain Akupuntur, teknik nafas dalam, imajinasi
terbimbing, terapi murotal, massage effleurage, kompres hangat,
aromaterapi lavender (Nugroho, 2011 dan Sinaga dkk, 2017).
Aromaterapi adalah suatu metode dalam relaksasi yang
menggunakan minyak esensial dalam pelaksanaannya berguna

3
meningkatkan kesehatan fisik, emosi dan spirit seseorang
(Koensomardiyah, 2009 Solehati, Tetti & Cecep Eli Kosasih, 2005).
Minyak aromaterapi lavender mempunyai efek relaksasi maupun
perangsang, menenangkan kecemasan dan depresi. Kandungan terbesar dari
minyak lavender adalah linalool dan linalil asetat. Kandungan ini sangat
baik sebagai tonik untuk sistem saraf dan dapat menstimulasi respon
imunitas tubuh (Pengelly, 2003). Bau yang menyenangkan akan
menstimulasi talamus untuk mengeluarkan enkefalin yang menghasilkan
perasaan tenang dan dipercaya mampu mempengaruhi bagian otak yang
berhubungan langsung dengan suasana hati, rasa emosi dan memori
(Medfort, dkk, 2012). Minyak essensial lavender sangat aman bahkan dapat
digunkan tanpa dilarutkan (Geddes dan Grosset, 2000). Dibandingkan
dengan kandungan dari aromaterapi mawar, jasmine, lemon dan green tea,
aromaterapi lavender memiliki kandungan linalool (26,12%). Linalool
merupakan kandungan aktif utama pada lavender yang berperan pada efek
anti cemas (relaksasi).
Aromaterapi dapat digunakan sebagai alternatif untuk menurunkan
tingkat nyeri. Ketika minyak esensial terhirup, sel-sel reseptor penciuman
dirangsang dan impuls ditransmisikan ke pusat emosional otak, atau sistem
limbik. Aromaterapi dapat memberikan efek santai, dan menenangkan,
selain itu meningkatkan sirkulasi darah. Aromaterapi merupakan terapi
yang murah dan aman untuk dismenore (Marzouk et al, 2013).
Beberapa minyak atsiri yang sering digunakan dalam aromaterapi,
terutama yang tanamannya ada di Indonesia yaitu, adas manis (fennel),
cengkih (clove bud), cendana (sandalwood), kapulogo sabrang (cardamon),
kayu manis (cinnamon), kemangi (basil), kayu putih (eucalyptus), kenanga
(ylang-ylang), jahe (ginger), jeruk (citrus lemon), jeruk bergamot, orange,
lavender, chamomil, rose, jasmin, balck pepper, dan valerian
(Konsoemardiyah, 2009). Salah satu aroma untuk aromaterapi yang paling
digemari adalah lavender. Minyak lavender dengan kandungan linalol-nya
adalah salah satu minyak aromaterapi yang banyak digunakan saat ini, baik

4
secara inhalasi (dihirup) ataupun dengan teknik pemijatan pada kulit. Pada
saat kita menghirup suatu aroma, komponen kimianya akan masuk ke
bulbus olfactory, kemudian ke sistem limbik pada otak. Limbik adalah
struktur bagian dalam otak yang berbentuk seperti cincin yang terletak di
bawah cortex cerebral (Buckle, 2001 dalam Dewi, 2013).
Aromaterapi lavender banyak digunakan di bidang klinis kebidanan
dan ginekologi psikomatis. Aromaterapi lavender digunakan sebagai
perawatan untuk mengatasi nyeri, mengurangi rasa sakit pasca-operasi
caesar, mengurangi depresi dan kecemasan pada ibu post partum, dan
menurunkan dismenore (Matsumoto et al, 2013).
Hasil penelitian Novayelinda (2022) menyimpulkan hasil
penelitianya bahwa ada perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah
pemberian aromaterapi lavender. Hal serupa yang dilakukan oleh penelitian
Andriani (2022) menunjukkan dari 15 orang remaja puteri yang mengalami
dismenore diperoleh rata-rata tingkat nyeri dismenore remaja putri sebelum
dan sesudah diberikan aromaterapi lavender (5.33), dan sesudah diberikan
intervensi aromaterapi lavender (3.07). Ada penurunan yang signifikan
terhadap tingkat nyeri dismenore pada remaja putri. Hal serupa dengan hasil
penelitian Salehi et.,al di Iran menunjukkan ada perbedaan antara sebelum
dan sesudah diberikan aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri
dismenore pada remaja puteri.
Berdasarkan data SMP IT Darul Ibtida dari wakasek kesiswaan kelas
VII, VIII, IX remaja putri usia 13-16 di Kec. Nagrak Kab. Sukabumi tahun
2022 terdapat 62 siswi yang mengalami menstruasi. Hasil survei awal yang
dilakukan didapatkan 43 siswi usia 13-16 kelas VII, VIII, IX yang
mengalami dismenore . Dan penangan dismenore selama ini di SMP IT
Darul Ibtida adalah dengan menggunakan diffuser dengan cara dihirup
(inhalasi).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri dismenore Pada Remaja
Putri usia 13-16 tahun di SMP IT Darul Ibtida Kec. Nagrak, Kab. Sukabumi

5
Tahun 2022.
1.2 Identifikasi masalah
Menurut World Health Organization, 2021 dalam jurnal
Syamsuryanita, Ikawati (2022) menyatakan bahwa kejadian dismenore pada
remaja puteri di dunia sangat tinggi. Rata-rata lebih dari 50% Di Indonesia
tahun 2021, angka kejadian dismenore 64,25 % terdiri dari 54,89 %
dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder. (Kementerian
Kesehatan RI, 2021)
Aromaterapi lavender banyak salah satunya menurunkan dismenore
(Matsumoto et al, 2013). Hal ini sejalan Yuliana Vivian Maharani1 Ery
Fatmawati2 Rahmah Widyaningrum, 2016. Sebelum pemberian
aromaterapi bunga lavender mayoritas responden mengalami nyeri haid
dengan skala nyeri sedang sebanyak 65 % (13 orang). Sesudah pemberian
aromaterapi bunga lavender, mayoritas responden mengalami nyeri haid
dengan skala nyeri ringan sebanyak 75 % (15 orang). uji paired t-test Ada
pengaruh yang sangat signifikan pengaruh aromaterapi bunga lavender
terhadap intensitas nyeri haid dengan nilai sig <0,005. Dan penelitian Kiki
NatassiA, Festy Mahanani Mulyaningrum, 2021 The Effect of Lavender
Aromatherapy on Dysmenorrhea in Adolescents didapatkan nilai p=0.007
karena kurang dari 0.05 artinya ada pengaruh skala nyeri disminore
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan aromaterapi jasmine.
SMP IT Darul Ibtida yang beralamat di Kp. Kalaparea RT. 03 RW.
09 Desa, Kalaparea, Kec. Nagrak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat,
dengan izin SK 421.3/Kep.1252/bid. Saat ini jam operasional belajar SMP
IT Darul Ibtida yaitu pada pagi hari jam 07.00-13.30 dari hari senin-sabtu
sehingga pembelajaran berjalan dengan optimal. Berdasarkan wawancara
yang dilakukan kepada wakasek dan bagian kesiswaan tanggal 8 Agustus
2022 terdapat remaja putri usia 13-16 tahun sejumlah 67 remaja putri,
peneliti melakukan observasi dan wawancara maka terdapat 3 remaja putri
kelas 7 yang belum mensruasi, dan 2 remaja putri kelas 8 belum mendapat
mentruasi, sehingga dari 67 remaja putri yang sudah mengalami mentruasi

6
adalah 62 remaja putri, dan yang mengalami dismenore ada 43 remaja putri,
maka penanganan yang dilakukan oleh remaja putri dalam menangani
dismenore saat ini yaitu ada 14 remaja putri dibiarkan saja, 8 remaja putri
dengan mengoleskan kayu putih, 5 remaja putri dengan menggunakan
kompres hangat, dan 14 remaja putri dengan diistirahatkan, dan 7 remaja
putri dengan minum obat analgetik. saat ini belum ada penanganan khusus
terkait aromaterapi yang diberikan, sehingga perlu adanya penelitin secara
khusus, agar nantinya pemberian aromaterapi berguna dan bermanfaat bagi
pihak sekolah sebagai salah satu pengobatan alternatif untuk mengatasi
dismenore primer secara dini.
Alasan peneliti mengambil masalah nyeri dismenore pada remaja
putri Usia 13-16 Tahun di SMP IT Darul Ibtida Kec. Nagrak Kab.
Sukabumi, masih belum mengetahui cara alternatif penanganan nyeri
dismenore dengan aromaterapi.
Terkait permasalahan tersebut nyeri dismenore perlu diatasi dengan
optimal yaitu dengan cara pemberian aromaterapi lavender, maka penelitian
ini perlu dilakukan agar nyeri dismenore pada remaja puteri dapat diatasi
dengan segera dan tepat guna, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui
seberapa besar pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap
intensitas nyeri dismenore primer Pada Remaja Putri di SMP IT Darul Ibtida
Kec. Nagrak Kab. Sukabumi tahun 2022?
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka
dirumuskan masalah yaitu : Apakah Ada Pengaruh Pemberian Aromaterapi
Lavender Terhadap intensitas nyeri dismenore primer Pada Remaja Putri di
SMP IT Darul Ibtida Kec. Nagrak Kab. Sukabumi tahun 2022?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap
intensitas nyeri dismenore primer Pada Remaja Putri di SMP IT Darul Ibtida
Kec. Nagrak Kab.Sukabumi tahun 2022

7
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi frekuensi nyeri dismenore pada remaja puteri
sebelum diberikan aromaterapi lavender di SMP IT Darul Ibtida Kec.
Nagrak Kab. Sukabumi tahun 2022
2. Mengetahui distribusi frekuensi nyeri dismenore pada remaja puteri
sesudah diberikan aromaterapi lavender di SMP IT Darul Ibtida Kec.
Nagrak Kab. Sukabumi tahun 2022
3. Mengetahui pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap intensitas
nyeri dismenore primer Pada Remaja Putri di SMP IT Darul Ibtida Kec.
Nagrak Kab.Sukabumi tahun 2022
1.5 Hipotesa Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Terdapat pengaruh signifikan
Aromatherapi Lavender terhadap intensitas nyeri dismenore Pada Remaja
Putri usia 13-16 di SMP IT Darul Ibtida Kec. Nagrak Kab. Sukabumi tahun
2022.
1.6 Manfaat penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Dapat menjadi sumbangan ilmiah dan menambah wawasan bagi
peneliti selanjutnya untuk menemukan manfaat aromaterapi lavender untuk
intensitas nyeri dismenore, sehingga dengan terapi ini dapat dijadikan terapi
komplementer untuk remaja puteri sebagai penanganan nyeri dismenore.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Responden
Membantu Responden dalam mengurangi nyeri aid saat periode
menstruai denan cara yan muda dan aplikatif yaitu dengan
menggunakan teknik aromateraphy lavender, sehhinggga kegiatan
pembelajaran atau aktifitas lainnya tidak terganggu dan dapat diikuti
dengan sebaik baiknya.
2. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi tempat penelitian bahwa
terapi non farmakologi yaitu aromaterapi lavender dapat dijadikan salah

8
satu pengobatan alternatif dalam penatalaksaan nyeri dismenore pada
remaja puteri.
3. Bagi peneliti
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi peneliti
untuk mengaplikasikan efektifitas aromaterapi lavender terhadap
pengurangan intensitas dismenore primer dalam bentuk penelitian
ilmiah secara mandiri, baik dan benar di SMP IT Darul Ibtida Kec.
Nagrak Kab. Sukabumi tahun 2022
b. Penelitian ini dapat berguna bagi peneliti sebagai informasi dan
pengetahuan baru mengenai aromaterapi lavender dalam
pengurangan intensitas nyeri dismenore dismenore pada remaja putri
di SMP IT Darul Ibtida Kec. Nagrak Kab. Sukabumi tahun 2022
4. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau
informasi bagi mahasiswa jurusan kebidanan yang akan melakukan
penelitian lebih lanjut
5. Manfaat Penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi
peneliti selanjutnya dengan variabel, tempat dan waktu yang berbeda.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Remaja


2.1.1 Pengertian Remaja
Menurut world health organization (WHO), remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Menurut peraturan RI Nomor 25
tahun 2014 remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun.
Menurut Udang-undang (UU) perkawinan nomor 16 tahun 2019, anak
dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur
19 tahun baik untuk remaja puteri maupun laki-laki.
Masa remaja merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, yaitu
masa peralihan dari anak menuju dewasa. Pada tahap ini, anak mengalami
percepatan pertumbuhan, perubahan-perubahan baik fisik maupun
psikologis. Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah
psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial (Iskandarsyah, 2018).
2.1.2 Tahapan-tahapan Usia Remaja
Menurut Iskandarsyah (2018), tahapan usia remaja sebagai berikut:
a. Remaja awal/dini (early adolescence): 11-13 tahun
Ciri-ciri remaja awal adalah:
1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya
2) Tampak dan merasa ingin bebas
3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
dan mulai berfikir khayal (abstrak)
b. Remaja pertengahan (niddle adolescence): 14-16 tahun
Ciri-ciri remaja pertengahan adalah:
1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
2) Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis
3) Timbul perasaan cinta yang mendalam

10
4) Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang
5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
c. Remaja lanjut (late adolescence): 17-20 tahun
Ciri-ciri remaja lanjut adalah:
1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
4) Dapat mewujudkan perasaan cinta
5) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak

2.1.3 Perubahan Fisiologi Remaja


Masa remaja diawali dengan masa pubertas atau menstruasi , yaitu
masa terjadinya perubahan-perubahan fisik, perubahan fisik yang terjadi
pada masa pubertas atau menstruasi ini merupakan peristiwa yang paling
penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sistem
reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan memengaruhi organ
reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta memengaruhi terjadinya
perubahan tubuh.
Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari
karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder.
Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ
reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan
dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja
putri ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-
rambut pubes, pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja
putra mengalami pollutio (mimpi basah pertama), pembesaran suara,
tumbuh rambut-rambut pubes, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti
dada, di kaki, kumis, dan sebagainya ( Lubis, 2013).

11
2.1.4 Perubahan Psikologis Remaja
Perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah:
1. Perubahan emosi sensitif atau peka, misalnya mudah menangis, cemas,
frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya
sering terjadi pada remaja putri. Mudah bereaksi bahkan agresif
terhadap gangguan atau rangsangan luar yang memengaruhinya, suka
mencari perhatian dan bertindak tanpa berfikir dahulu. Adapun
kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi
bersama temannya daripada tinggal dirumah.
2. Perkembangan intelegensia
3. Cenderung mengembangkan cara berfikir abstrak, suka memberikan
kritik.
4. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku
ingin mencoba-coba.

2.2 Menstruasi pada Remaja


2.2.1 Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai
sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometrium uterus (Bobak, 2018). Kondisi ini terjadi karena tidak ada
pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim
(endometrium) yang sudah menebal untuk persiapan kehamilan menjadi
luhur. Jika seorang wanita tidak mengalami kehamilan, maka siklus
menstruasi akan terjadi setiap bulannya. Umumnya siklus menstruasi pada
wanita yang normal adalah 28-35 hari dan lama haid antara 3-7 hari. Siklus
menstruasi pada wanita dikatakan tidak normal jika siklus haid nya kurang
dari 21 hari atau lebih 40 hari. Menurut Proverawati dan Misaroh (2009)
siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai
datangnya menstruasi periode berikutnya, sedangkan panjang siklus
menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan
mulainya menstruasi berikutnya.

12
2.2.2 Fase-fase Pada Siklus Menstruasi
1. Siklus Endometrium (Bobak, 2018)
a. Fase Menstruasi
Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita dewasa
setiap bulannya. Sebab melalui fase ini wanita baru dikatakan produktif.
Oleh karena itu fase menstruasi selalu dinanti oleh para wanita,
walaupun kedatngannya membuat para wanita merasa tidak nyaman
untuk beraktifitas. Biasanya ketidaknyamanan ini terjadi hanya 1-2
hari, dimana pada awal haid pendarahan yang keluar lebih banyak dan
gumpalan lebih sering keluar. Pada fase menstruasi, endometrium
terlepas pada dinding uterus dengan disertai pendarahan. Rata-rata fase
ini berlangsung selama 5 hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase
menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (lutenezing hormon)
menurun atau pada kadar terendahnya, sedangkan siklus dan kadar FSH
(folikel stimulating hormon) baru mulai meningkat.
b. Fase Proliferasi
Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses pembentukan dan
pematangan ovum. Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan
cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke 5-14 dari siklus haid.
Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar 4 hari
atau menjelang pendarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium
tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula,
yang akan berakhir saaat ovulasi. Pada fase proliferasi terjadi
peningkatan kadar hormon estrogen, karena fase ini tergantung pada
stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
c. Fase Sekresi/Luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar 3 hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,
ondometrium sekretorius yang matang sempurna mencapai ketebalan
seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya
dengan darah dan sekresi kelenjar. Umumnya pada fase pasca ovulasi

13
wanita akan lebih sensitif. Sebab pada fase ini hormon reproduksi
(FSH, LH, estrogen dan progesteron) mengalami peningkatan. Jadi fase
ini wanita mengalami yang namanya pre menstrual syndrome (PMS).
Beberapanhari kemudian setelah gejala PMS maka lapisan dinding
rahim akan luhur kembali.
d. Fase Iskemi/premenstrual
Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpusluteum yang
mengsekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan
kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi
spasme, sehingga suplai darah ke edometrium fungsional terhenti dan
terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan
perdarahan menstruasi dimulai.
2. Siklus Ovarium
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian kelenjar hipofisis mengeluarkan LH
(lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan
oosit sekunder dari polikel. Sebelum ovulasi, 1-30 polikel mulai matur
didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH
sebelum terjadi ovulasi. Mempengaruhi polikel yang terpilih. Di dalam
poliker yang terpilih, oosit matur (polikel de Graaf) terjadi ovulasi, sisa
polikel yang kosong didalam ovarium berformasi menjadi korpus
luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktifitas fungsional pada 8
hari setelah ovulasi, dan mensekresi hormon estrogen dan progesteron.
Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar
hormon progesteron menurun. Sehingga lapisan fungsional
endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh (Bobak, 2018).

14
Gambar 2.2 Siklus Menstruasi (Clayton, 2008)

2.3 Dismenore
2.3.1 Pengertian Dismenore
Dismenore adalah nyeri yang terjadi pada saat menstruasi. Nyeri
dirasakan pada perut bagian bawah kadang meluas hingga ke pinggang dan
punggung (Manuaba, 2009)
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang
terjadi selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan haid
dan berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari hingga mencapai
puncak nyeri (Noor dkk, 2010)
2.3.2 Jenis-jenis dan Gejala Dismenore
Berdasarkan ada tidaknya kelainan organ genetalia, dismenore dibagi
menjadi dua, yaitu (Manuaba, 2009):
1. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri dismenore tanpa kelainan alat-alat
genitalia yang nyata, dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah
menarche.
2. Dismenore Sekunder/Organik
Dismenore sekunder adalah nyeri yang terjadi karena adanya kelainan
pada organ genitalia dalam rongga pelvis.
Berdasarkan tingkatan nyeri yang dialami, dapat dibagi menjadi tiga
tingkat derajat dismenore , yaitu (Widjanarko, 2018):

15
1. Dismenore ringan
Dismenore ringan yaitu rasa nyeri yang dirasakan beberapa saat,
nyeri hilang timbul dan penderita masih dapat melakukan pekerjaan
sehari-harinya.
2. Dismenore sedang
Dismenore sedang yaitu seseorang mulai merasakan nyeri yang
semakin kuat, nyeri dirasakan menjalar hingga ke pinggang dan
punggung, penderita masih dapat melakukan aktivitas tetapi terhambat.
3. Dismenore berat
Dismenore berat yaitu seseorang mulai merasakan nyeri yang
semakin kuat sehingga penderita memerlukan waktu untuk beristirahat
beberapa hari sehingga tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya,
dapat disertai dengan mual, muntah, nyeri pinggang dan sakit kepala.

2.4 Intensitas Nyeri


2.4.1 Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial
yang teralokasi pada suatu bagian tubuh, seringkali dijelaskan dalam istilah
proses distruktif, jaringan seperti ditusuktusuk, panas terbakar, melilit
seperti emosi, perasaan takut, mual dan takut (Judha dkk, 2012).
Nyeri adalah suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh yang timbul
bila mana jaringan sedang dirusak yang menyebabkan individu tersebut
bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri. Nyeri sensasi yang
penting bagi tubuh. Sensasi penglihatan, pendengaran, bau, rasa, sentuhan,
dan nyeri merupakan hasil stimulasi reseptor sensorik, provokasi saraf-saraf
sensorik nyeri menghasilkan reaksi ketidaknyamanan, distress, atau
menderita, nyeri adalah kejadian yang tidak menyenangkan, mengubah
gaya hidup dan kesejahteraan individu (Handayani, 2015)

16
2.4.2 Karakteristik Nyeri
Menurut (Judha dkk, 2012) mengukur nyeri dapat dikaji dengan
melihat dan diukur berdasarkan lokasi nyeri, durasi nyeri (menit, jam,
hari,atau bulan), irama/Periodenya (terus menerus, hilang timbul, peride
bertambah atau berkurangnya intensitas) dan kualitas (nyeri seperti ditusuk,
terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial, atau bahkan seperti di gencet).
Karakteristik dapat juga dilihat nyeri berdasarkan metode PQRST,
P Provocate, Q Quality, R Region, S Severe, T Time. Berikut keterangan
lengkapnya:
P : Provocate, tenaga kesehatan harus mengkaji tentang penyebab
terjadinya nyeri pada penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan
bagian-bagian tubuh mana yang mengalami cidera termasuk
menghubungkan antara nyeri yang diderita dengan faktor psikologisnya,
karena bisa terjadi nyeri hebat karena dari faktor psikologis bukan dari
lukanya.
Q : Quality, kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subyektif yang
diungkapkan klien, seringkali klien mendiproposal skripsi kan nyeri dengan
kalimat nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial,
atau bahkan seperti digencet.
R : Region, untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta
penderita untuk menunjukkan semua bagian atau daerah yang dirasakan
tidak nyaman. Untuk melokalisasi lebih spesifik maka sebaiknya tenaga
kesehatan meminta penderita untuk menunjukkan daerah nyerinya minimal
sampai ke arah nyeri yang sangat. Namun hal ini akan sulit dilakukan
apabila nyeri yang dirasakan bersifat menyebar atau difuse.
S : Severe, tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif
yang dirasakan oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas
nyeri, kualitas nyeri harus bisa digambarkan menggunakan skala yang
sifatnya kuantitas.
T: Time, tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi dan
rangkaian nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa

17
lama menderita, seberapa sering untuk kambuh dan lain lain.

Gambar 2.3 Skala Nyeri


Sumber ; Judha, 2012
2.4.3 Skala Numerical Rating Scale (NRS)
Untuk mengukur tingkat dismenore primer menggunakan skala
nyeri numerical rating scale dengan rentang 1-10 tingkat dismenore diukur
dengan memberikan lembaran yang berisi skala NRS yang dibagikan
kepada responden saat mengalami dimenore. Responden diminta untuk
mengisi lembaran sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

Gambar 2.3 Pengukuran Skala Nyeri NRS


Sumber : ( Judha dkk, 2012 )
Keterangan :
0: Tidak nyeri
1: Nyeri hampir tidak terasa, sangat ringan seperti gigitan nyamuk
2: Nyeri ringan seperti cubitan ringan di kulit
3: Nyeri sangat terasa, seperti suntikan oleh dokter tetapi masih bisa

18
ditoleransi
4: Mendesis, menyeringai seperti sakit gigi atau rasa sakit seperti tersengat
lebah
5: Nyeri sangat kuat seperti tertusuk, seperti terkilir.
6: Nyeri sangat kuat, seperti tertusuk, seperti pergelangan terkilir dan
mengganggu konsentrasi
7: Tidak dapat mengikuti perintah, tetapi masih merespon
8: Dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeproposal skripsi kan
9: Tidak dapat dialihkan dengan posisi nafas panjang dan distraksi
10: Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi

2.4.4 Patofisiologis
Remaja putri yang mengalami menstruasi tubuhnya akan menghasilkan
zat yg disebut prostaglandin, prostaglandin mempunyai fungsi yang salah
satunya adalah membuat dinding rahim berkontraksi yang menimbulkan
iskemi jaringan, akibatnya otot-otot rahim lebih kuat berkontraksi untuk dapat
mengeluarkan darah haid, kontraksi otot rahim menyebabkan kejang otot yang
dirasakan sebagai nyeri haid (dismenore), (Mawardika, 2019).

2.4.5 Penyebab Dismenore


Intensitas nyeri setiap individu berbeda dipengaruhi oleh deproposal
skripsi individu tentang nyeri, persepsi dan pengalaman nyeri. Nyeri
dismenore terjadi karena ada peningkatan produksi prostaglandin dan
mengakibatkan kontraksi uterus dan vasokontraksi pembuluh darah dan
menyebabkan aliran darah yang menuju ke uterus menurun sehingga uterus
tidak mendapat suplai oksigen yang kuat sehingga menyebabkan nyeri.
1. Kualitas tidur
Penelitian Nufadillah (2021) menunjukkan terdapat hubungan
antara kualitas tidur dengan kejadian dismenore primer dan remaja yang
mengalami kualitas tidur buruk akan memiliki risiko 2,027 kali untuk
menderita dismenore primer apabila dibandingkan dengan remaja yang

19
mengalami kualitas tidur baik.
Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan berkurangnya
kadar serotonin di dalam tubuh sehingga akan meningkatkan sensitivitas
terhadap nyeri, timbulnya kecemasan, stres dan depresi. Tubuh akan
menghasilkan hormon adrenalin, estrogen, progesteron, dan
prostaglandin yang berlebihan ketika stres (Lestari dkk, 2018). Hormon
estrogen berfungsi merangsang kontraksi uterus dan prostaglandin
menyebabkan kontraksi otot sehingga menimbukan nyeri ketika
menstruasi, selain itu jika kadar prostaglandin yang berlebihan
memasuki peredaran darah maka selain dismenore dapat dijumpai juga
efek seperti mual, muntah dan diare (Anugroho dan Wulandari, 2011).
Kondisi ini dikarenakan baik dan buruknya pola tidur akan
mempengaruhi sekresi berbagai hormon yang ada di dalam tubuh (Ilmi
dan Utari, 2018).
2. Paparan asap rokok
Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan signitifikan antara
paparan asap rokok dengan kejadian dismenore primer pada remaja dan
remaja yang terpapar asap rokok akan memiliki risiko 3,363 kali untuk
menderita dismenore primer apabila dibandingkan dengan remaja yang
tidak terpapar asap rokok (Nurfadillah dkk, 2021)
Asap rokok mengandung nikotin yang dikenal sebagai zat yang
dapat menjadi penyebab berbagai penyakit. Nikotin yang dilepaskan ke
lingkungan dari rokok memiliki jumlah lebih banyak 4-6 kali bila
dibandingkan dengan nikotin yang berada pada asap utama. Nikotin
yang merupakan. vasokonstriktor, mengakibatkan kurangnya aliran
darah endometrium. Vasokonstriktor pembuluh darah selanjutnya akan
menimbulkan iskemia yang akan memicu pengeluaran prostaglandin
(Rifki dkk, 2016). Peningkatan kadar prostadlandin menyebabkan
kontraksi miometrium yang hebat yang akan mengurangi aliran darah,
sehingga terjadi iskemiaq sel-sel miometrium yang mengakibatkan
timbulnya nyeri spasmodik. Nyeri spasmodik adalah nyeri yang

20
dirasakan dibagian bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah
haid dimulai (judha dkk,2012).
3. Konsumsi makanan cepat saji
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan
antara konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian dismenore primer
pada remaja dan remaja yang sering mengonsumsi makanan cepat saji
akan memiliki risiko 2,695 kali untuk menderita dismenore primer
apabila dibandingkan dengan remaja yang jarang mengonsumsi
makanan cepat saji (Nurfadilla, 2021).
Makanan cepat saji adalah makanan yang tidak membutuhkan waktu
lama untuk proses penyajiannya. Menurut Adriani dan Wirjatmadi
(2016), kebanyakan makanan yang tergolong dalam makanan cepat saji
mengandung banyak lemak, garam, gula, dan tinggi kalori. Salah satu
lemak yang terdapat didalam makanan cepat saji adalah asam lemak.
Asam lemak tersebut dapat mengganggu metabolisme progesteron pada
fase luteal dari siklus menstruasi (Islamia dkk, 2019). Makanan cepat
saji juga mengandung asam lemak trans yang merupakan salah satu
sumber radikal bebas. Efek dari radikal bebas salah satunya adalah
kerusakan membran sel. Membran sel memiliki beberapa komponen,
salah satunya adalah fosfolipid. Fospolifid berfungsi sebagai penyedia
asam arakidonat yang kemudian disintesis oleh seluruh sel yang terdapat
di dalam tubuh menjadi prostaglandin yang dapat menyebabkan
dismenore (Nuzula dan Oktaviana, 2019).
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga merupakan faktor genetik dimana keadan
seseorang biasanya akan mendapatkan sifat dari orangtuanya (wariyah
dkk 2009). Dua dari 3 wanita yang menderita dismenore primer
mempunyai riwayat dismenore primer pada keluarganya (Dhewi,2018).
Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan signifikan antara
riwayat keluarga dengan kejadian dismenore primer pada remaja dan
remaja yang memiliki riwayat keluarga dismenore akan memiliki resiko

21
5,364 kali untuk menderita dismenore apabila dibandingkan dengan
remaja yang tidak memiliki riwayat keluarga.
5. Dukungan Sosial
Hasil analisis menunjukan dukungan sosial memiliki pengaruh
terhadap tingkat nyeri dismenore pada remaja (Afriany, 2019) subyek
yang merasa terganggu ketika mengalami dismenore , memicu tingkat
nyeri yang lebih tinggi. Hal tersebut menunjukan dukungan sosial yang
diberikan lingkungan tidak memenuhi kebutuhan subjek.
6. Kecemasan
Hasil analisis menunjukan bahwa kecemasan memiliki pengaruh
terhadap tingkat nyeri dismenore pada remaja (afriany, 2019) hal
tersebut berarti bahwa kecemasan remaja memiliki hubungan positif
dengan tingkat nyeri remaja, dimana makin tinggi kecemasan, makin
tinggi tingkat nyeri dismenore remaja.
Atkinson dan hilgard (1983) mengungkapkan bahwa kecemasan
merupakan suatu reaksi terhadap prustasi atau reaksi stres yang dapat
diamati, ketika individu mengalami situasi yang dapat mengancam
kesejahteraanny. Kecemasan dapaat hadir pada individu yang merasa
terancam kesejahteraannya baik secara fisik, harga diri, dan tekanan
untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan. Nyeri dismenore
merupakan kondisi yang tidak dapat diprediksi kehadiran dan intensitas
nyerinya. Hal tersebut memungkinkan penderita dismenore mengalami
keadaan yang tidak menyenangkan secara tidak terprediksikan akibat
keterjbatasan aktivitas fisik selama mengalami nyeri. Kondisi yang
mengancam kesejahteraan fisik dan mental subjek yang mengalami
nyeri ini jika terjadi secara periodik layaknya periode mentruasi, akan
memungkinkan penderita dismenore mengalami kecemasan.
7. Aktivitas fisik
Penelitian wati dkk (2017) menyebutkan aktifitas fisik memiliki
efek terhadap derajat dismenore primer. Aktivitas fisik merupakan
gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot yang mengakibatkan

22
pemakaian energi dalam tubuh. Aktivitas fisik yang rutin dilakukan
akan memberikan beberapa keuntungan, yaitu meningkatkan fungsi
kardiorespiratori dan pernafsan, mengurangi resiko penyakit jantung,
menurunkan angka kematian dan kesakitan, serta mengurangi depresi
dan rasa gelisah (Williams, 2009). Aktivitas berupa aerobic yang rutin
sepertinya meningkatkan perfusi darah yang dapat mengurangi sensasi
berat pada pelvik maupun kongestif dismenore . Olahraga rutin dengan
kuat menstimulasi pelepasan opiat endogen, beta endorphin yang dapat
mengurangi efek dari dysphoric moods dan stres dan fungsinya sebagai
pereda nyeri yang tidak spesifik (Morse, 2018).

2.4.6 Tata Laksana


Penanganan dismenore dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi
farmakologis dasar dapat dengan pemberian obat anti inflamasi non steroid
(NSAID). Sedangkan untuk terapi, non farmakologis terdapat beberapa cara
yaitu dengan kompres air hangat, olahraga, dan tidur cukup (Tu, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian dewi (2019), upaya penanganan yang
dilakukan oleh siswi yang mengalami derajat dismenore ringan sebagian
besar menggunakan pengobatan non farmakologi yaitu mendengarkan
terapi musik sebanyak 32 orang (68,1%) dan melakukan kompres hangat
diperut sebanyak 15 orang (31,9%). Siswi yang mengalami derajat
dismenore sedang sebanyak 48 orang. Upaya penanganan yang dilakukan
sebagian besar menggunkan teknik pengobatan non farmakologi dengan
kompres hangat sebanyak 18 orang (37,5%), mengkonsumsi jamu kunyit
sebanyak 9 orang (18,8%), melakukan pijatan diperut sebanyak 15 orang
(31,3%), dan dengan olahraga sebanyak 6 orang (12,5%). Siswi yang
mengalami derajat dismenore berat sebanyak 24 orang. Upaya penanganan
yang dilakukan sebagian besar menggunakan pengobatan farmakologi dan
non farmakologi yaitu obat dan kompres hangat sebanyak 9 orang (37,5%),
menggunakan obat dan pijatan sebanyak 15 orang (62,5%) (dewi, 2019).

23
2.4.6.1 Penanganan dismenore dengan non farmakologi
1. Akupuntur
Akupuntur merupakan salah satu pengobatan tradisional yang
cukup banyak digunakan, merupakan bagian dari pengobatan
tradisional Cina yang telah berumur ribuan tahun dengan cara
menusukkan jarum pada bagian tubuh tertentu dengan tujuan untuk
merangsang tubuh melakukan penyembuhan dengan mengaktifkan
sistem saraf, sistem imunitas, sistem sirkulasi darah dan
menormalisasikan aktifitas fisiologi seluruh tubuh. Akupuntur
mengurangi keparahan dan durasi nyeri, mengurangi kebutuhan untuk
menghilangkan rasa sakit dan peningkatan secara keseluruhan dalam
gejala menstruasi, dan meningkatkan kualitas hidup, yang diukur
dengan indeks peningkatan status kesehatan, mengurangi waktu cuti
atau dari sekolah, pembatasan kurang pada kegiatan kehidupan sehari-
hari dan kurang efek samping dari pengobatan (Caroline et al, 2011).
2. Teknik nafas dalam
Terapi relaksasi nafas dalam merupakan pernafasan pada abdomen
dengan frekuensi lambat serta perlahan, berirama, dan nyaman dengan
cara memejamkan mata saat menarik nafas. Efek dari terapi ini ialah
distraksi atau pengalihan perhatian. (Hartanti dkk, 2016). Mekanisme
relaksasi nafas dalam pada sistem pernafasan berupa suatu keadaan
inspirasi dan ekspirasi pernafasan dengan frekuensi pernafasan menjadi
6-10 kali permenit sehingga terjadi peningkatan regangan
kardiopulmonari. Terapi relaksasi nafas dalam dapat dilakukan secara
mandiri, relatif mudah dilakukan dari pada terapi non-farmakologis
lainnya, tidak membutuhkan waktu lama untuk terapi, dan dapat
mengurangi dampak buruk dari farmakologis bagi penderita dismenore
(Masnina & Setyawan, 2008)

24
3. Imajinasi terbimbing
Guided imagery merupakan satu teknik terapi tindakan
keperawatan yang dilakukan dengan mengajak pasien berimajinasi
membayangkan sesuatu yang indah dan tempat yang disukai atau
pengalihan perhatian terhadap nyeri, yang bisa dilakukan dengan posisi
duduk atau berbaring dengan mata dipejamkan dan mempokuskan
perhatian dan berkonsentrasi. Sehingga tubuh menjadi rileks dan
nyaman (Ratnasari, 2012)
4. Terapi murotal Al Qur’an
Teknik distraksi adalah cara untuk mengurangi rasa nyeri dengan
mengalihkan perhatian ke hal-hal lain sehingga berkurangnya
kesadaran seseorang terhadap nyerinya (Asmadi, 2012). Salah satu
teknik distraksi yang bisa digunakan yaitu murottal Al-Qur’an.
Murottal Al-Qur’an merupakan rekaman suara Al-Qur’an yang
dilagukan oleh seorang Qori’ dan diperdengarkan dengan tempo yang
lambat dan harmonis (Siswantinah, 2011). Lantunan Al-Qur’an secara
fisik mengandung unsur suara manusia yang dapat menurunkan
hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon endorfin alami,
meningkatkan relaksasi, mengurangi kecemasan, menurunkan tekanan
darah, memperlambat pernafasan, denyut nadi, detak jantung serta
aktivitas gelombang otak (Wisudawati, 2014). Penelitian Ihsan (2015)
tentang efektifitas terapi murottal Al-Qur’an terhadap perubahan
tingkat dismenore kepada 13 responden didapatkan bahwa pemberian
terapi murottal Al-Qur’an efektif terhadap perubahan tingkat dismenore
mahasiswi.
5. Massage effleurage
Massage adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Massage ini dilakukan untuk
membuat otot-otot menjadi tidak tegang dan hal itu membuat seseorang
merasa lebih nyaman ketika mendapatkan perlakuan seperti hal
tersebut.

25
Berdasarkan Morgan (2009) massase yang dilakukan untuk
mengurangi dismenore dapat dilakukan di daerah punggung kaki, atau
betis. Rasa nyaman yang diberikan dalam proses massase tadi
meningkatkan hormon endorphin.
Massase sendiri itu adalah tindakan penekanan oleh tangan pada
jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan
pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri,
menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-
gerakan dasar meliputi gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak
tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan atau kebelakang
menggunakan tenaga, menepuk-menepuk, memotong-motong,
meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan
menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang
berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan
yang dibawahnya (Noni, 2009)
Penelitian rahayu (2017) menyatakan bahwa endorphine massage
dapat menurunkan nyeri dismenore pada mahasiswi jurusan kebidanan
poltekes kemenkes tasikmalaya dengan nilai pre dan post sebesar 5.414
dengan signifikan sebesar 0,000
6. Kompres hangat
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah
tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang
menimbulkan rasa hangatpada bagian tubuh yang memerlukan.
Kompres hangat dengan suhu 45-50,5 C dapat dilakukan dengan
menempelkan kantung karet yang diisi air hangat ke daerah tubuh yang
nyeri.
Azril kimin (2009) menyatakan bahwa tujuan dari kompres hangat
yaitu memberikan perlakuan kepada seseorang untuk melunakkan
jaringan fibrosa, membuat otot tubuh tidak tegang, menurunkan nyeri,
memperlancar pasokan aliran darah, memberikan ketenangan dan
kenyamanan.

26
7. Aromaterapi lavender
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Astuti dan Lela
tahun 2018, terdapat pengaruh pemberian aromaterapi lavender
terhadap dismenore . Wangi yang dihasilkan aromaterapi lavender akan
menstimulasi hipotalamus untuk mengeluarkan enkefalin merupakan
neuromodulator yang berfungsi untuk menghambat nyeri fisiologi
(Babar Ali, 2015). Bau yang dihisap diubah oleh silia menjadi impuls
listrik yang diteruskan ke otak lewat sistem olfaktorius. Semua impuls
mencapai sistem limbik. Sistem limbik adalah bagian otak yang
dikaitkan dengan suasana hati, emosi, memori, dan belajar. Selain itu,
sistem limbik juga berhubungan dengan bagian yang mempengaruhi
kelenjar lendir. Kelenjar ini memiliki fungsi penting dan ikut
mempengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh. Setelah
dihantarkan ke sistem limbik, bau tersebut selanjutnya akan dikirim ke
hipotalamus untuk diolah. Respon bau yang dihasilkan akan
merangsang kerja sel neurokimia otak lalu akan merangsang sistem
saraf otonom yang mengontrol gerakan involunter sistem pernafasan
dan tekanan darah sehingga timbul keadaan rileks dan perasaan tenang
(Sharma, 2009).
Hasil penelitian Mahariangsih dan Poruwati (2021) juga
menunjukkan terdapat pengaruh pemberian aromaterapi kayu manis
dengan intensitas nyeri dismenore . Aromaterapi kayu manis
mengandung kimia utama yaitu cinnamaldehyde (55-57%) dan eugenol
(5-18%) (Jaafarpour dkk, 2015). Dengan adanya kandungan
cinnamaldehyde yang memiliki aktifitas sebagai antispasmodik yang
dapat meredakan kram perut serta eugenol yang dapat mencegah
sintesis prostaglandin dan mengurangi peradangan dapat mengurangi
intensitas nyeri dismenore primer yang dirasakan oleh responden
(Evayanti dkk, 2019)

27
2.4.6.2 Penanganan dismenore dengan farmakologi
Menurut (Maharani dkk, 2016) terjadi farmakologi yang dapat
digunakan ialah dengan pemberian obat analgetik, terapi hormonal, terapi
dengan obat obatan nonsteroid anti prostaglandin, dan dilatasi kanalis
servikalis.
a. Terapi Obat analgetik, contohnya sebagai berikut:
Paracetamol merk dagang paracetamol: biogesic, eterfix, fevrin,
kamolas, naprex, ottopan, panadol, pehamol, pyrexin, sanmol, tamoliv,
cetapain, farmadol, ikacetamol, moretic, nofebril, pamol, praxion,
pyridol, sumagesic, tempra. Kondisi: demam dan nyeri ringan hingga
sedang dewasa: 500 mg sampai 1000 mg, 3sapai 4x sehari. Dosis
msksimal adalah 4000 mg per/ hari. Anak anak (dosis maksimal adalah
4x sehari (willy, 2018)
b. Terapi hormonal
Kontrasepsi hormonal pil KB, KB implan, KB suntik, atau spiral (IUD)
dapat menghambat proses penebalan jaringan endometrium hingga
menghentikan menstruasi, sehingga nyeri yang dirasakan bisa
berkurang.
a) Pil KB
Pil KB merupakan metode kontrasepsi bentuk tablet yang mengandung
hormon estrogen dan progesteron, atau hanya progesteron saja.
Tergantung jenisnya, metode kontrasepsi dengan pil KB, terdiri dari 21-
35 tablet yang diminum dalam satu siklus dan berkelanjutan. Dalam
satu siklus terdapat pil yang mengandung hormon (pil aktif) dan pil
yang tidak mengandung hormon (pil inaktif). Oleh karena itu, penting
untuk minum pil sesuai dengan anjuran (willy, 2018)
b) KB implan
KB implan adalah jenis kontrasepsi hormonal yang melepaskan hormon
progesteron kedalam tubuh untuk mencegah kehamilan, dengan cara
menghalangi pelepasan sel telur dari ovarium (marianti, 2017)

28
c) KB suntik
Suntik KB adalah kontrasepsi hormonal yang mengandung hormon
progesteron (progesti), yang serupa dengan hormon alami wanita, yaitu
progesteron. Biasanya, suntik KB disuntikan pada bagian tertentu pada
tubuh anda, seperti di paha, atau lengan atas. Setelah disuntikan, kadar
hormon akan meningkat dan kemudian menurun secara bertahap hingga
suntikan selanjutny.
Berdasarkan jangka waktu, di Indonesia terdapat dua jenis suntik
KB yang paling umum digunakan, yaitu suntik KB satu bulan dan
suntik KB 3 bulan. Suntikan KB 3 bulan mengandung hormon
progestin, sementara suntikan KB satu bulan mengandung kombinasi
hormon progestin dan hormon estrogen (adrian, 2018)
d) IUD
IUD adalah alat kontrasepsi plastik berbentuk hurup T berukuran kecil,
yang ditempatkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Prosedur
pemasangan IUD hanya bisa dilakukan oleh dokter, dan membutuhkan
waktu selama beberapa menit. Sebelumnya dokter mungkin
memberikan obat pereda nyeri terlebih dahulu guna membantu
menguranagi rasa tidak nyaman selama proses pemasangan IUD
berlangsung.
Selanjutnya, vagina anda akan dibuka lebar dengan menggunakan
alat medis bernama spekulum yang menyerupai paruh bebek. Proses ini
dilanjutkan dengan membersihkan vagina pakai larutan anti septik,
menyuntikan anestesi lokal ke leher rahim, sembari memasukan alat
steril yang disebut uterine sound atau aspirator endometrium untuk
mengukur kedalaman rahim.
Baru kemudian IUD yang telah dibengkokkan bagian lengannya
dimasukan kedalam rahim melalui vagina. Ketika sudah di dalam
rahim, bagian lengan IUD yang tadinya bengkok kemudian terbentang
hingga membentuk hurup T (savitri, 2019)

29
c. Terapi obat non steroid
a) Ibuprofen
Merk dagang ibuprofen: Arfen, brufen, farsifen, iprox, proris, prosinol,
spedifen, arthifen, bufect, ostarin, relafen, yariven, kondisi: nyeri
dismenore dewasa: 200-400 mg, 3 samapi 4x sehari. Dosis maksimal
adalah 1200 mg perhari, atau 2400 mg dalam pengawasan dokter (willy,
2018)
b) Asam mefenamat
Merek dagang asam mefenamat: allogon, datan, pemisic, maxsmatan,
pehastan, ponstan, tropistan, animat, dogessic, lapistan, mefinal.
Poncopen, solasic. Kondisi: nyeri sedang hingga berat, sakit gigi, nyeri
paska oprasi, rheumatoid arhtitis, osteoarthitis, dan nyeri haid. Dewasa;
500 mg, 3x sehari. Anak anak usia lebih dari 6: 25 mg /kg BB, perhari
(willy, 2018).
c) Dilatasi kanalis serviks
Dilatasi kanalis serviks dapat memberi keringanan karena memudahkan
pengeluaran darah haid dan prostaglandin didalamnya. Neurektomi
prasakral (pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan
saraf pusat) ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat
saraf sensorik yang ada di ligamentum infundibulum) merupakan
tindakan terakhir, apabila usaha usaha lain gagal
2.4.1.1 Teknik pemberian aromaterapi lavender
Aromaterapi diberikan satu kali pada saat responden mengalami
dismenore dengan durasi selama 15 menit (Vitrianingsih, 2019).
Penggunaan diffuser aromaterapi menggunakan 1-6 tetes minyak lavender,
sedangkan menurut Lisdiyanti (2020) Metode kerja inhalasi dengan kapas
atau kassa basah berisi cairan aromaterapi lavender dengan konsetrat 2%
yang diletakkan disamping lubang masker oksigen. Pasien menghirup
aromaterapi yang masuk bersama oksigen dengan kecepan 3-8 liter/menit.
Intervensi ini dilakukan kurang lebih 15 menit.

30
Tabel 2.1 Standar Operasional Prosedur Aromaterapi Lavender
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR AROMATERAPI
LAVENDER
PENGERTIAN Pada aromaterapi lavender terdapat kandungan
utamanya yaitu lanalyl asetat dan linalool,
dimana linalyl asetat berfungsi untuk
mengendorkan dan melemaskan system kerja
saraf dan otot yang mengalami ketegangan
sedangkan linalool berperan sebagai relaksasi
dan sedative sehingga dapat menurunkan nyeri
PROSEDUR 1. Persiapan
a. Pasien/klien
b. Beritahu klien
c. Atur posisi berbaring
2. Alat
a. Aromaterapi minyak essensial lavender
b. Air
c. Stopwatch
d. Lingkungan
Atur lingkungan senyaman dan setenang
mungkin agar pasien mudah
berkonsentrasi.

3. Penatalaksanaan
a. Atur posisi klien
b. Tuangkan aromaterapi lavender sebanyak
2% (2 tetes) pada kassa
c. Kemudian letakkan disamping lubang
masker oksigen.
d. Pasien menghirup aromaterapi kurang
lebih 15 menit.
e. Nilai skala nyeri klien

INDIKATO Nyeri saat A. Respon verbal


dismenore dapat menimbulkan a. Klien mengatakan rileks
respon fisik dan psikologis. b. Klien mengatakan nyeri berkurang
Respon fisik yang dapat B. Respon non verbal
dikeluhkan ketika dismenore 1. Klien tampak tenang
yaitu nyeri pada perut bagian 2. Ekspresi wajah klien tidak tampak tegang
bawah, nyeri pada pinggang
dapat disertai anoreksia, mual,
muntah bahkan ada yang
mengalami penurunan
kesadaranatau pingsan. Selain
itu terjadi respon psikologis,
seperti mengalami gangguan
mood, gelisah, tidak dapat

31
berkonsentrasi dan terjadi
penurunan minat terhadap
aktivitas rutin. R
PENCAPAIAN
Sumber: (Vitrianingsih, 2019 dan Lisdiyanti, 2020)
2.5 Peran Bidan

Peran bidan dalam penatalaksanaan dan edukasi pada remaja yaitu


Bidan merupakan tenaga kesehatan yang sangat berpengaruh dalam
meningkatkan derajat kesehatan wanita, salah satunya remaja. Bidan selaku
petugas kesehatan diharapkan mampu menjalankan peran, fungsi, dan
kompetensinya dalam melakukan pelayanan kesehatan terkait dengan
peran, fungsi, dan kompetensinya, bidan memiliki banyak tugas serta peran
seperti sebagai fasilitator advokator, konselor, motivator, komunikator
dimana meliputi pendidikan kesehatan remaja terutama mengenai persiapan
pubertas atau menstruasi . Bidan harus memberikan fasilitas, supervisi,
asuhan dan memberikan nasihat yang dibutuhkan dan penyuluhan untuk
remaja. Sebagai seorang bidan harus memberikan informasi secara jelas
kepada remaja. Pemberian informasi sangat diperlukan karena untuk
memperbaiki kurangnya pengetahuan dan sikap remaja yang salah tentang
kesehatan, perubahan fisik dan hormonal dan penting untuk remaja guna
mengatasi masalah pada pubertas atau menstruasi (Kemenkes RI, 2018).

a. Bidan sebagai edukator

Bidan memberikan pendidikan kesehatan tentang pubertas atau


menstruasi. Petugas kesehatan selaku edukator berperan dalam
melaksanakan bimbingan atau penyuluhan, pendidikan pada klien,
keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan termasuk siswa
bidan/keperawatan tentang penanggulangan masalah kesehatan seperti
persiapan pubertas atau menstruasi pada remaja.

b. Bidan sebagai konselor

Peran bidan sebagai konselor dilakukan dengan meningkatkan


pengetahuan remaja tentang pentingnya mengetahui perubahan fisik dan

32
hormonal, tanda-tanda yang terjadi pada saat pubertas atau menstruasi
dan cara mengatasinya.

c. Bidan sebagai motivator

Peran bidan sebagai motivator adalah bidan memberikan motivasi


kepada remaja untuk tidak panik ketika timbul masalah-masalah pada
saat pubertas atau menstruasi . Motivasi adalah kecenderungan yang
timbul pada diri seseorang secara sadar maupun tidak sadar melakukan
tindakan dengan tujuan tertentu dan usaha-usaha yang menyebabkan
seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi biasanya timbul karena
adanya kebutuhan yang belum terpenuhi, minat, tujuan yang ingin
dicapai atau karena adanya harapan yang diinginkan. Motivasi ini dapat
berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Bidan berkewajiban untuk
mendorong perilaku positif dalam kesehatan, dilaksanakan konsisten dan
lebih berkembang.

d. Bidan sebagai pelaksana

Program-program kesehatan terkait dengan persiapan pubertas atau


menstruasi , kegiatan tersebut meliputi:

1) Membentuk kader remaja yang dapat membantu melakukan


pendekatan terhadap remaja.

2) Memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai masa pubertas atau


menstruasi.

e. Bidan memberikan asuhan pada remaja yang mengalami pubertas atau


menstruasi dengan melakukan pengkajian, pemeriksaan fisik,
mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, menentukan
kebutuhan segera, merencanakan tindakan yang akan dilakukan,
melaksanakan tindakan untuk menangani kasus, melakukan evaluasi.

f. Bidan sebagai evaluator

33
Bidan mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada remaja
dengan memantau apakah terdapat perubahan perilaku pada remaja, dan
apakah remaja dapat mempersipakan diri dengan baik ketika terjadi
perubahan. Bidan mengevaluasi program-program yang telah dirancang
dan diterapkan apakah efektif dan efisien ataukah perlu perubahan
(Kemenkes RI, 2018 )

Sedangkan peran Bidan dalam pelayanan komplementer yaitu


sebagai konselor yaitu pemberi pelayanan langsung misalnya dalam
praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi
komplementer dan sebagai advokat bidan berperan untuk memenuhi
permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin
diberikan termasuk perawatan alternatif (Potter & Perry, 2021)

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan


pemberian pelayanan kebidanan komplementer yaitu: setiap tenaga
kesehatan dan masyarakat menggunakan dan mengembangkan terapi
komplementer, perlu adanya alternatif, perlu dukungan penuh dari
organisasi profesi dan pemerintah dalam bentuk memfasilitasi tenaga
kesehatan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tentang
penggunaan terapi komplementer, perlu adanya upaya sosialisasi dan
promosi kepada masyarakat tentang manfaat penggunaan terapi
komplementer dan alternatif sebagai pelengkap pemberian layanan
medis, dan memberdayakan bidan sebagai fasilitator bagi masyarakat
untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif melalui terapi
komplementer (Potter & Perry, 2021)

34
2.6 Kerangka Teori

Remaja Puteri

Menstruasi

Dismenore

Primer
Sekunder
Terapi
Dismenore

Non Farmakologi Farmakologi

1. Akupuntur
2. Teknik Nafas Dalam
1. Obat Alganetik
3. Imajinasi Terbimbing
2. Terapi Hormonal
4. Terapi Murotal
3. Obat Nonsteroid
5. Massage Eflleurage
4. Dilatasi Kanalis
6. Kompres Hangat
7. Aromaterapi Lavander

Intensitas Nyeri Dismenore

Sumber: (Sinaga Dkk, 2017) (Anugroho 2011) (Muhidin 2016) (Wong Et Al, 2010)

35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis Penelitian ini adalah eksperimen dengan desain penelitian
adalah pra eksperimen (One group pre and post test design) yaitu penelitian
yang menggunakan satu kelompok subjek, pengukuran dilakukan sebelum
dan setelah perlakuan (Saryono, 2018). Observasi yang dilakukan sebelum
eksperimen (O1) disebut pre-test, dan observasi sesudah eksperimen (O2)
disebut post-test (Arikunto, 2010), yaitu pengaruh aromaterapi lavender
terhadap penurunan skala nyeri dan kemudian menganalisis pengaruh
aromaterapi lavender terhadap efektifitas aromaterapi lavender terhadap
penurunan skala nyeri dismenore primer pada remaja putri di SMP IT Darul
Ibtida Kec. Nagrak kab. Sukabumi

pre-test Perlakuan post-test

Aromaterapi O2
O1
lavender

Tabel 3.1 : Rancangan penelitian

Keterangan:
O1: skala nyeri dismenore primer pada remaja putri sebelum dilakukan aromaterapi
lavender
O2: skala nyeri dismenore primer pada remaja putri sesudah dilakukan aromaterapi
lavender

36
3.2 Kerangka Penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau
antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin
diteliti

Variabel bebas Variabel Terikat


(Independent variables) (dependent variable)
Aromaterapi lavender Tingkat nyeri
dismenore

3.3 Variabel penelitian


Variabel dapat didefinisikan sebagai suatu atribut atau sifat atau nilai
dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya
(Saryono, 2018)
3.3.1 Variabel bebas (Independent)
Adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat (Putra,2012). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah aromaterapi lanvender
3.3.2 Variabel terikat (Dependent)
Adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab akibat
karena adanya variabel bebas (Putra, 2012). Variabel terikat dalam
penelituan ini adalah skala nyeri dismenore

3.4 Definisi operasional variable


Definisi operasional variabel adalah untuk membatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel-variabel yang diteliti/diamati dan bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-
variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur)
(Notoatmodjo, 2018).

37
Tabel 3.2 Definisi Operasional
NO Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil skala
operasional ukur
2. Tingkat nyeri Rasa nyeri yang Observasi dan Lembar Skala nyeri 1- Rasio
Dismenore dialami remaja wawancara numeric 10
pada remaja puteri saat PQRST
puteri sebelum menstruasi
diberikan sebelum diberikan
aromaterapi aromaterapi
lavender lavender
3. Tingkat nyeri Rasa nyeri yang Observasi dan Lembar Skala nyeri 1- Rasio
Dismenore dialami remaja wawancara numeric 10
pada remaja puteri saat PQRST
puteri sesudah menstruasi
diberikan sesudah diberikan
aromaterapi aromaterapi
lavender lavender

3.5 Populasi dan Sampel


3.5.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Saryono,
2018). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh remaja putri usia 13-16
tahun di SMP IT Darul Ibtida Kec. Nagrak Kab. Sukabumi tahun 2022 yang
telah mengalami menstruasi berjumlah 62 orang.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. (Saryono, 2018). Sampel adalah suatu yang harus disebutkan
dalam teknis pengambilan sampel. (Notoatmodjo, 2020). Sampel dalam
penelitian ini yaitu remaja putri yang telah mengalami menstruasi pada
remaja putri di SMP IT Darul Ibtida Kec. Nagrak Kab. Sukabumi tahun
2022.
3.5.3 Teknik sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sample.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Purposive
sampling yaitu salah satu teknik sampling non random sampling dimana

38
peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara minimal sampling,
dan untuk keakuratan perhitungan non random sampling peneliti
menggunakan Sample Size Software dan hasilnya sebagai berikut:
𝑁𝑍(1 − α/2)2 𝑃(1 − 𝑃)
𝑛=
𝑁𝑑 2 + 𝑍 (1 − α/2)2 𝑃(1 − 𝑃)

62 (1,96)2 0,5(1 − 0,5)


𝑛=
62 (0,1)2 + (1,96)2 0,5(1 − 0,5)

58,5
𝑛=
1.58
𝑛 = 37 Orang

Keterangan :
n = besar sampel (37 orang)
N = jumlah populasi (62 orang)
Z(1-α/2) = nilai sebaran normal baku dengan tingkat
kepercayaan 95% (1,96)
d = besar penyimpangan 5% (0,05)
P = proporsi kejadian 50% (0,05) (Riyanto, 2020).

3.5.4 Kriteria sampel


1. Kriteria Inklusi (kriteria yang layak diteliti)
Merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, 2010).
Adapun dalam penelitian ini peneliti mempunyai kriteria Inklusi
sebagai berikut:
a) Siswi yang bersedia menjadi responden
b) Remaja putri usia 13-16 tahun yang mengalami dismenore ringan
sampai berat pada siklus menstruasi 3 bulan terakhir
c) Tidak menggunakan terapi farmakologi seperti obat analgesik
d) Mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal

39
e) Bersedia mengikuti prosedur penelitian.
2. Kriteria eksklusi (kriteria yang tidak layak diteliti)
Merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
(Hidayat,2010). Adapun dalam penelitian ini peneliti mempunyai
kriteria eksklusi sebagai berikut:
a) Siswi yang tidak hadir dalam penelitian atau absen
b) Memiliki penyakit ginekologis tertentu atau dismenore sekunder
yang dapat mempengaruhi menstruasi
c) Tingkat nyeri sangat berat
d) Ada alergi terhadap bau lavender

3.6 Teknik pengumpulan data dan prosedur penelitian


3.6.1 Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini data diperoleh dari data primer yang diperoleh
langsung dari remaja putri yang mengalami dismenore dengan
menggunakan kuesioner serta dengan menggunakan lembar observasi dan
wawancara dengan menggunakan Numerik Rating Scale (NRC) dalam
mengukur intensitas nyeri dismenore pada remaja putri. Kegiatan penelitian
yang meliputi tiga tahap yaitu :
a. Tahap Awal (Pre Test) Kelompok remaja responden diberikan pre test
dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat nyeri
dimenore sebelum dilakukan perlakuan pada hari pertama menstruasi.
b. Tahap Perlakuan (Intervensi)
Kelompok responden penelitian diberikan aromaterapi lavender selama
15 menit dalam sekali pemberian menggunakan kassa yang dihirup.
Metode kerja inhalasi dengan kapas atau kassa basah berisi cairan
aromaterapi lavender dengan konsetrat 2% yang diletakkan disamping
lubang masker oksigen. Pasien menghirup aromaterapi yang masuk
bersama oksigen dengan kecepan 3-8 liter/menit. Intervensi ini dilakukan
kurang lebih 5-15 menit

40
c. Tahap Akhir ( Post Test) Kelompok yang berjumlah responden akan
dilakukan observasi dan wawancara dengan lembar ceklist Numeric
Rating Scale (NRC) untuk mengetahui tingkat nyeri dismenore setelah
dilakukan intervensi. Tujuannya untuk mengetahui tingkat keberhasilan
dari intervensi aromaterapi lavender dalam menurunkan intensitas nyeri
dismenore dismenore pada remaja putri di SMP IT Darul Ibtida Kec.
Nagrak Kab. Sukabumi tahun 2022.

3.6.2 Prosedur penelitian


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan prosedur penelitian sebagai
berikut:
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengajuan judul penelitian, pembuatan
proposal penelitian, dan permohonan surat izin penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian
Pada tahap ini, setelah peneliti mendapatkan izin dari tempat penelitian
peneliti melalukan pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan di SMP IT
Darul Ibtida Kec. Nagrak Kab. Sukabumi dan melibatkan sempel yang
sudah ditentukan berdasarkan kriteria inklusi. Dalam pelaksaan
penelitiannya peneliti menggunakan wawancara pada sempel penelitian.
3. Pelaporan
Pada tahap ini peneliti melakukan pelaporan yang didalamnya, mengenai
pengolahan data, analisis data, dan penyelesaian laporan.

3.7 Teknik pengolahan dan analisis data


3.7.1 Teknik pengolahan data
1. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisis dengan menggunakan komputer.

41
2. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
3. Cleaning
Merupakan kegitan pembersihan data dilakukan jika ditemukan
kesalahan pada entry data sehingga dapat diperbaiki dan dinilai (skor).
4. Processing
Kegiatan memproses data agar data yang sudah di entry dapat di analisa
dengan menggunakan komputerisasi.

3.7.2 Teknik analisis data


3.7.2.1 Analisis Univariat
Analisa data univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi
masing-masing variabel penelitian independen dan variabel dependen.
Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis
ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentase
proporsi. Dalam penelitian ini data yang dianalisis yaitu Intensitas nyeri
dismenore primer sebelum dan sesudah intervensi menggunakan nilai mean
(rata-rata), sd dan min-max.
3.7.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan
atau korelasi dua variabel, sebaran data tiap variabel. Analisis penelitian ini
adalah bentuk data numerik, dimana menguraikan data skor pengetahuan.
Analisis peneliti menggunakan perhitungan statistik uji hipotesis
komparatif numerik berpasangan yaitu dengan langkah langkah sebagai
berikut :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro Wilk
dengan alasan sampel ≤50 orang pada penelitian ini yaitu 47 orang.
Ketentuan uji normalitas jika data berdistribusi normal yaitu alpha

42
α>0,05 dan jika tidak normal alpha α<0,05. Uji normalitas ini berupa skor
Intensitas nyeri dismenore primer antara sebelum dan sesudah.
Setelah hasil uji normalitas diketahui, nantinya peneliti analisis
menggunakan uji statistik yang digunakan yaitu apabila data normal
menggunakan uji T-test dan apabila data tidak berdistribusi normal
menggunakan uji wilxocon. Ketentuan pengaruh apabila Ho Ditolak
berarti α<0,05 terdapat pengaruh instensitas nyeri antara sebelum dan
sesudah pemberian aromaterapi lavender.

3.8 Lokasi dan waktu penelitian


3.8.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP IT Darul Ibtida Kec. Nagrak Kab.
Sukabumi dan
3.8.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober Tahun 2022

43
DAFTAR PUSTAKA

Aftrilia Dhea Putri, Yelfi Anwar ” Pengaruh inhalasi Aromaterapi terhadap nyeri
dismenore pada remaja” email: yelfi.anwar@uta45jakarta.ac.id
Andriani. Perbedaan Pemberian Aromaterapi Lemon Dan Aromaterapi Lavender
Terhadap Nyeri Haid (Dismenore) Pada Remaja Putri. JMK: Jurnal Media
Kesehatan P-ISSN : 1979-5750 E-ISSN : 2654-5705. 2022 Juni 1;15(1):64-
75
Dhito Dwi Pramardika, Fitriana “Panduan Penanganan Dismenore ” penerbit CV
Budi Utama, tahun 2019
Haryono. Siap Menghadapi Menstruasi & Menopause. Yogyakarta: Gosyen
Publishing;2016.
Ikawati. Perbedaan Pemberian Air Jahe Dan Air Kelapa Terhadap Penurunan Nyeri
Haid Pada Remaja Putri di SMAN 3 Makassar Tahun 2020. Jurnal inovasi
penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak) ISSN 2722-9467 (Online), 2022 Feb
08;2(9): 3089-3096
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Modul Praktik Asuhan Kebidanan
Holistik Pada Remaja Dan Pra Nikah. Jakarta;2018.
Kiki Natassia1), Festy Mahanani Mulyaningrum2” The Effect of Lavender
Aromatherapy on Dysmenorrhea in Adolescents”, Tahun 2021
Lisdiyanti Usman. Senam Dismenorea Dan Aroma Terapi Lavender Dalam
Menurunkan Dismenorea. Jambura Health and Sport Journal p-ISSN: 2654-
718X, e-ISSN: 2656-2863. 2020 Ags 20;2(2):53-59
Maharani, Yuliana Vivian., Ery Fatmawati dan Rahmah Widyaningrum. Pengaruh
Aromaterapi Bunga Lavender Terhadap Intensitas Nyeri dismenore Pada
Mahasiswi. STIKES Madani Yogyakarta, 2016.
Mohamad Judha, Sudarti, Afroh Fauziah “Teori pengukuran nyeri dan nyeri
persalinan” Penerbit Nuha Medika, tahun 2020
Natassia, Kiki dan Festy Mahanani Mulyaningrum. The Effect of Lavender
Aromatherapy on Dysmenorrhea in Adolescents. 2021.
Notoatmodjo, Soekidjo. “Metodologi Penelitian Kesehatan” Diterbitkan oleh: PT
RINEKA CIPTA, 2018.
Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka. Cipta;2020
Novayelinda. Perbandingan Efektivitas Aromaterapi Lavender Dan Aromaterapi
Lemon Terhadap Tingkat Nyeri Dismenore. Jurnal Ilmu Kesehatan UMC
ISSN : 2089-080X | e-ISSN: 2685-9769, 2022 Jan-Jul 1;11(1):9-15.

44
Nurita. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri
Dismenore. Original Article Jurnal MID-Z (Midwifery Zigot) Jurnal Ilmiah
Kebidanan, 2022 May 22;5(1):41-47.
Rina Nuraeni1, Arin Nurholipah “ Aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri
dismenore pada mahasiswi tingkat II”tahun 2021
Rona Riasma Oktobriariani, Ririn Ratnasari ”Pengaruh akupungtur terhadap
penurunan nyeri dismenore pada mahasiswi DIII Kebidanan Unipersitas
Muhammadiah Ponorogo” Email: ronriasma@gmail.com
Potter & Perry. Ebook Clinical Nursing Skills & Techniques 8th Edition.
Elsevier;2021
Salehi, Nikjou, Kazemzadeh, Rostamnegad, Moshfegi, Karimollahi. The Effect of
Lavender Aromatherapy on the Pain Severity of Primary Dysmenorrhea: A
Triple‑blind Randomized Clinical Trial. Annals of Medical and Health
Sciences Research Published by Wolters Kluwer – Medknow. Original
Artikel, 2017 Jul-Agust 09;6(4):211-2015.
Sim Kie Jie “Ilmu Terapi Akupungtur dan Herba jilid 2, Ilmu Penyakit Kewanitaan
TCM” tahun 2008
Sinaga, Ernawati., Nonon Saribanon., Suprihatin Nailus Sa’adah., Ummu
Salamah., Yulia Andani Murti., Agusniar Trisnamiati., dan Santa Lorita.
“Manajemen Kesehatan Menstruasi” Diterbitkan oleh: Unniversitas
Nasional, IWWASH, Global One. 2017.
Sri Handayani “Asuhan Kebidanan Pada Remaja” Penerbit CV Eureka Media
Aksara, tahun 2022
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,. Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta;2018.

Syilvi Novita Darmawan “Efektifitas Murottal Al-Quran Dan Aromaterapi


Lavender Terhadap Dismenore Pada Remaja Putri: Literature Review” tahun
2022, Email: novita.syilvi@gmail.com
Worwood, Valerie Ann “The Complete Book of Essential Oils and Aromatherapy”
Diterbitkan oleh: New World Library, 1991.
Yuda Ari Susanti “Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri Dismenore Pada Remaja di Desa Cengkok Kab. Kediri” tahun 2015,
Email: yuda.ari@gmail.com

45

Anda mungkin juga menyukai