Anda di halaman 1dari 38

JURNAL EVIDENCED BASED KONTRASEPSI DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

Diajukan sebagai salah satu tugas Pengambilan Keputusan


Klinik
Dosen Pengampu: Diani Aliansy., S.ST., M.Kes

Indah Purwani Sari Khofifah


FB22017

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN ALIH JENJANG


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
2023
KELAS C
HUBUNGAN PENGGUNAAN KB HORMONAL DENGAN KEJADIAN OBESITAS
PADA WANITA USIA SUBUR
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJAKSAN KOTA CIREBON
CORRELATION BETWEEN HORMONAL CONTRACEPTION USAGE WITH INCIDENCE OF
OBESITY IN PRODUCTIVE AGE WOMEN
ON KEJAKSAN PRIMARY HEALTH CARE WORKING AREA CIREBON CITY

Ruri Eka Maryam Mulyaningsih1,Faqih Bawazir Sudrajat,2

Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, Bagian Ilmu Mikrobiologi Klinik
2
Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

ABSTRAK

Latar Belakang:Program KB mempunyai tujuan ganda, yaitu menurunkan tingkat kelahiran dan mewujudkan
normakeluarga kecil bahagia dan sejahtera. Namun tidak dapat dipungkiri timbulnya efek lain daripenggunaan alat
kontrasepsi khususnya pemakaian alat kontrasepsi hormonal, hal ini dapatmenimbulkan berbagai efek samping
diantaranya adalah perubahan berat-badan akseptor jika dibiarkan akan menimbulkan obesitas lama kelamaan,
dimana efek tersebut banyak dikeluhkan oleh akseptor. Tujuan:menganalisis hubungan penggunaan KB hormonal
dengan kejadian obesitas pada wanita usia subur di Wilayah Kerja Puskesmas Kejaksan Kota Cirebon. Metode:Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian observasi dengan desain Cross sectional, populasi dalam penelitian ini
adalah Wanita Usia Subur yang aktif sebagai akseptor KB hormonal di Kota Cirebon dengan jumlah responden
sebanyak 96 dan ditentukan dengan cara simple random sampling. Hasil: responden mengalami obesitas sebanyak
23 responden dengan presentase 24%, sedangkan responden yang tidak mengalami obesitas sebanyak 73 dengan
presentase sebanyak 76%. responden menggunakan kontrasepsi/ KB hormonal jenis suntik/ injeksi sebanyak 61
responden dengan presentase 63,5%, sedangkan responden yang menggunakan kontrasepsi/ KB hormonal jenis pil
sebanyak 25 responden dengan presentase 26%, dan reponden yang menggunakan kontrasepsi/ KB hormonal jenis
implant sebanyak 10 responden dengan presentase 10, 4%.Berdasarkan besarnya nilai signifikasi (P.value) yang
besarnya 0,897 maka Ho (tidak terdapat hubungan) di terima, dan nilai correlation sebesar -0,013 dimana jika nilai
correlation korelasi 0,00 sampai 0,20 maka tidak ada korelasi. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara
penggunaan KB hormonal pada wanita usia subur terhadap kejadian obesitas di wilayah kerja Puskesmas Kejaksan
Kota Cirebon

Kata Kunci:KB hormonal, Obesitas

ABSTRACT

Background: Program KB or familly planing program have two purpose which are reduce birth rate andimprove
famly living standards. however, can not be denied there are side effect in the usage of contraception especially
hormonal contraception, among thouse effect are changes in body weigh, which many user complain.this problem
are intresting to study. Aim: to analize the connection between hormonal contraception usege with the prevalence of
obesity in women of childbearing age within Puskesmas Kejaksan Kota Cirebon working area. Method:
Observational with cross sectinal desain study were conducted towomen of childbearing ageas hormonal
contraception user in cirebon city. 96 samples were observed and was taken using simpel random sampling. Result:
23 or 24% responden were obese, while 73 or 63,5% were not. while 61 respondent were using injection type
hormonal contraception, 25 were using pil type hormonal contraception, and 10 respondent uses implant type
hormonal contraception. The resesult shows no statisticl significancy among variabels with p value of 0,897. While
there were no correlation can be establish between the variables(-0,013). Conclusion: there were no corelation
between usage of hormonal contraception and obesity within Puskesmas Kejaksan Kota Cirebon working area.
(p=0,897>0,05)

Keywords:Hormonal contraception, Obesity


Pendahuluan Alat kontrasepsi hormonal mempunyai
Indonesia merupakan salah satu negara sifat kimiawi sehingga memiliki efek
berkembang dengan berbagai jenis masalah. samping yang relatif tinggi bila
Masalah utama yang dihadapi Indonesia dibandingkan dengan alat kontrasepsi non
dibidang kependudukan adalah masih hormonal. Efek samping dari kontrasepsi
tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan hormonal salah satunya yaitu peningkatan
penduduk yang demikian telah mempersulit berat badan. Peningkatan berat badan
usaha peningkatan dan pemerataan disebabkan oleh hormon progesteron yang
kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi merangsang hipotalamus lateral
pertumbuhan penduduk semakin besar usaha menyebabkan perubahan karbohidrat dan
yang dilakukan untuk mempertahankan gula menjadi lemak, sehingga lemak dalam
kesejahteraan rakyat.(1) tubuh akan menjadi banyak dan terjadilah
Tujuan program KB sesungguhnya peningkatan berat badan.(6)
bukan untuk mengurangi jumlah penduduk. Berdasarkan data BKKBN Kota
Tujuan yang benar dari program KB adalah Cirebon, pemakaian kotrasepsi terbanyak
mengendalikan pertumbuhan penduduk serta adalah jenis hormonal. Dengan jumlah
meningkatkan keluarga kecil berkualitas peserta KB sebanyak 239.526 akseptor,
melalui penggunaan alat kontrasepsi dengan proporsi menurut jenis kontrasepsi
sehingga bermanfaat bagi kesehatan ibu dan yaitu 22.633 (9,4%) IUD, 1.855 (0,7 %)
anak.(3) MOP, 12.379 (5,1 %) MOW, 21.452 (9%)
Ada beberapa metode atau alat KB implant, 200.303 (83,6 %) suntik, 65.413
yang bisa digunakan, bagi wanita antara lain (27,3%) pil dan 5.491(2,2%) kondom.(5)
pil KB, suntik KB, susuk atau implant, alat Sedangkan jumlah peserta KB aktif di
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan Medis Puskesmas Kejaksan Kota Cirebon sebanyak
Operasi Wanita (MOW) biasa disebut 1.347 akseptor, dengan proporsi menurut
tubektomi sedangkan bagi pria biasanya jenis kontrasepsi yaitu 172 (12 %) IUD, 2
dengan cara pantang berkala, senggama (0,1%) MOP, 93 (6,9 %) MOW, 82 (5,7 %)
terputus, kondom dan Medis Operasi Pria implant, 854 (63,4 %) suntik, 109 (8%) pil
(MOP) atau vasektomi.(4) dan 35 (2,3 %) kondom dengan pemakaian
Indonesia pada tahun 2012 tercatat terbanyak adalah jenis kontrasepsi
penggunaan alat kontrasepsi terbanyak yang hormonal. Hasil survey yang telah dilakukan
digunakan adalah jenis kontrasepsi di Puskesmas Kejaksan didapatkan data
hormonal, rincian jumlah peserta KB aktif bahwa efek samping yang paling sering
dari 64.133.347 juta jiwa, dengan jumlah muncul dari penggunaan kontrasepsi
PUS (Pasangan Usia Subur) 161.750.743 hormonal adalah Obesitas. Keluhan tersebut
juta jiwa dan WUS (Wanita Usia Subur) dirasakan oleh banyak kalangan wanita usia
51.472.069 juta jiwa, dari 64.133.347 subur yang masih tergolong muda, usia
peserta KB aktif, pengguna KB suntik berkisar dari 20 tahun sampai dengan 35
(54,35%), peserta pil (28,65%), peserta IUD tahun. Tujuan Penelitian adalah untuk
(5,44%), peserta kondom (5,34%), peserta menganalisis hubungan penggunaan KB
implant (4,99%), peserta MOW (1,04%), hormonal dengan kejadian obesitas pada
dan peserta MOP (0,2%). Menurut data wanita usia subur di Wilayah Kerja
BKKBN Provinsi Jawa Barat pada tahun Puskesmas Kejaksan Kota Cirebon,dan
2012 jumlah WUS yang menjadi peserta untuk mengatahui distribusi penggunan Pil
KB aktif tercatat sebanyak 5.647.165 peserta KB, KB Injeksi dan Implant, serta
dengan rincian masing–masing per metode mengetahui distribusi akseptor yang
kontrasepsi AKDR 898.261 (12,60%), mengalami obesitas di Wilayah Kerja
MOW sebanyak 182.642 (2,60%), MOP Puskesmas Kejaksan Kota Cirebon.
sebanyak 63.517 (0,90%), kondom
sebanyak 100.341 (1,40%), implant Metode
sebanyak 328.986 (4,60%), suntik sebanyak Jenis penelitian ini merupakan penelitian
3.642.600 (51,20%), pil sebanyak 1.904.224 observasional analitik dengan menggunakan
(26,70%) dengan alat kontrasepsi terbanyak studi cross sectional. Penelitian ini
yang dipakai adalah jenis hormonal. (5) dilaksanakan di poliklinik umum dan balai
konseling di wilayah kerja puskesmas
Kejaksan kota Cirebon pada bulan Januari menggunakan KB jenis suntik yang tidak
sampai Maret 2016. Populasi dalam mengalami obesitas sebanyak 47 atau 77%
penelitian ini adalah Wanita Usia Subur dari 61, sedangkan yang mengalami obesitas
yang aktif sebagai akseptor KB hormonal di terdapat 14 atau 23%.
wilayah kerja Puskesmas Kejaksan Kota
Cirebon. Pengambilan sampel dilakukan
secara Simple random Sampling. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Berdasarkan jenis KB hormonal yang
dalam penelitian ini penelitian ini diperoleh dipakai
sampel sebanyak 96 responden dengan
kriteria inklusi: WUS usia 20 –35, Kontrasepsi Frekuensi Persentase
menggunakan Kontrasepsi Hormonal Hormonal (n) (%)
minimal 1 tahun, Tidak memiliki riwayat Suntik 61 63.5
genetik obesitas, berpenghasilan diatas 10 10.4
Implant
UMR Kota Cirebon, memiliki gaya hidup Pil 25 26
yang baik,Telah menyetujui Informed Total 96 100
Consent. Dan kriteria eksklusi: WUS yang
sudah menopause karena suatu penyakit,
serta responden yang tidak kooperatif. Pada Wanita yang menggunakan KB jenis
penelitian ini variable bebasnya adalah KB suntik yang tidak mengalami obesitas
hormonal. Sedangkan variable terikat sebanyak 47 atau 77% dari 61, sedangkan
obesitas. Teknik analisis data menggunakan yang mengalami obesitas terdapat 14 atau
uji korelasi Spearman. Penelitian ini telah di 23%. Pemakaian KB Hormonal pada wanita
setujui oleh Fakultas Kedokteran Universitas yang menggunakan implant, terdapat 5
Swadaya Gunung Jati. wanita yang tidak mengalami obesitas atau
50% dari 10 wanita dan yang mengalami
Hasil obesitas juga terdapat 5 atau 50%.
Hasil penelitian ini menunjukkan Pemakaian KB Hormonal pada wanita yang
distribusi pengguna KB hormonal dari 96 menggunakan pil, terdapat 21 wanita yang
responden sebagian besar penggunaan tidak mengalami obesitas atau 84% dari 25
kontrasepsi dengan suntik ada 63,5% (61 wanita dan yang mengalami obesitas juga
responden), dengan implant terdapat 10,4% terdapat 4 atau 16%. Secara total
(10 responden) dan penggunaan pil terdapat keseluruhan dari wanita yang menggunakan
26% (25 responden). Serta pengguna KB Hormonal, terdapat 73 (76%) wanita
kontrasepsi yang tidak mengalami obesitas yang tidak mengalami obesitas sedangkan
terdapat 73 atau 76% dan yang mengalami sisanya 23 (24%) wanita mengalami
obesitas terdapat 23 atau 24% responden. obesitas. Hasil analisis hubungan Pemakaian
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 KB hormonal dengan kejadian obesitas.
Untuk mengetahui apakah terdapat
Hasil korelasi Rank Spearman antara
hubungan antara Pemakaian KB Hormonal
penggunaan Kb Hormonal dengan kejadian
dengan kejadian obesitas digunakanlah Uji
Obesitas dapat dilihat pada tabel 2. Terlihat
korelasi Rank Spearman. Berdasarkan
hasil korelasi sperman yang memuat
besarnya nilai signifikasi (P.value) yang
hubungan di antara kedua variabel
besarnya 0,897 dimana nilai tersebut lebih
menunjukkan bahwa wanita yang
besar dari α = 0.05 (P.value > α) maka Ho
Tabel 2 Hasil korelasi Spearman antara Penggunaan KB hormonal dengan kejadian obesitas
Tidak
P
Kontraspsi Obesitas Obesitas Total Α correlation
value
F P F P
Suntik 47 77% 14 23% 61
Implant 5 50% 5 50% 10 0,05 0,897 -0,013
Pil 21 84% 4 16% 25
Total 73 76% 23 24% 96
(tidak terdapat hubungan) di terima, dan yang mengalami obesitas. Dari hasil IMT
nilai korelasi sebesar -0,013 dimana jika setiap responden menunjukan bahwa dari
nilai korelasi 0,00 sampai 0,20 maka tidak mean atau rata-rata IMT sebesar 26, 0135
ada korelasi, dan tanda negatif (-) kg/m2. Median atau titik tengah IMT sebesar
menunjukan arah yang berlawanan, sehingga 26,7 kg/m2, dan mode atau data yang paling
dapat dikatakan bahwa tidak terdapat sering muncul sebesar 21,60 kg/m2, serta
hubungan antara Pemakaian KB Hormonal range sebesar 15,70 kg/m2.
dengan kejadian obesitas. Analisis bivariat menunjukan bahwa
antara KB hormonal dan obesitas tidak
Hasil penelitian terhadap 96 responden memiliki hubungan yang bermakna. Hal ini
yang berada di wilayah kerja Puskesmas dibuktikan dengan hasil uji korelasi Rank
Kejaksan Kota Cirebon, diketahui bahwa Spearman sebesar 0,897 (nilai signifikasi/
sebagian responden menggunakan P.value), dan nilai korelasi sebesar -0,013.
kontrasepsi/ KB hormonal jenis suntik/ Hasil analisis juga menunjukan bahwa tidak
injeksi dengan frekuensi sebanyak 61 lebih dari 50% wanita usia subur pengguna
responden dengan persentase 63,5%, KB hormonal di wilayah kerja Puskesmas
sedangkan responden yang menggunakan Kejaksan Kota Cirebon yang menderita
kontrasepsi/ KB hormonal jenis pil dengan obesitas.
frekuensi sebanyak 25 responden dengan Hasil ini sesuai dengan penelitian
persentase 26%, dan reponden yang Mulyana Hasan, Nelly Mayulu, Shirley
menggunakan kontrasepsi/ KB hormonal Kawengian (2013) , didapatkan bahwa Tidak
jenis implant dengan frekuensi sebanyak 10 ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi
responden dengan persentase 10, 4%. hormonal dengan kejadian obesitas pada
WUS( p = 0,585 > 0,05). Pada penelitian
Hasil ini menunjukan bahwa presentase tersebut pengambilan sampel dilakukan
jenis KB hormonal terbanyak yang dengan cara purposive sampling serta jumlah
digunakan di Puskesmas Kejaksan Kota sampel sebanyak 77 responden.(23)
Cirebon adalah jenis suntik/ injeksi. Sesuai juga dengan penelitian Nirwana,
kemudian diikuti dengan jenis pil, lalu yang Hasyifah, Magdalena (2012) yang
terakhir diikuti jenis implant. menunjukan bahwa tidak ada hubungan
antara pengguna kontrasepsi hormonal
Hal ini sesuai dengan data awal/ rekam terhadap perubahan berat badan akseptor KB
medik yang didapatkan peneliti dari petugas (p = 0,148 > 0,05). Pada penelitian tersebut,
KB di Puskesmas Kejaksan Kota Cirebon jumlah sampel sebesar 54 responden.(24)
sebelum memulai penelitian, bahwa jenis KB Telah dijelaskan bahwa hubungan antara
hormonal terbanyak yang dipakai oleh penggunaan kontrasepsi hormonal dengan
masyarakat adalah jenis suntik/injeksi, kejadian obesitas yang sering timbul pada
kemudian diikuti jenis pil, dan yang terakhir pengguna KB, disebabkan karena efek
diikuti jenis implant. samping dari kandungan hormonalnya. Pada
Hasil yang sama juga didapatkan dari efek samping penggunaan pil kombinasi
penelitian Mulyana Hasan, Nelly Mayulu, misalnya saja, disebutkan bahwa efek yang
Shirley Kawengian (2013), dimana jenis mungkin terjadi pada penggunanya antara
kontrasepsi hormonal yang paling banyak lain: perubahan metabolisme lipoprotein dan
dipakai oleh akseptor adalah jenis suntik.(23) lipid, perubahan metabolisme karbohidrat,
Berdasarkan dari kejadian obesitasnya, perubahan metabolisme protein, serta
hasil penelitian terhadap 96 responden yang perubahan metabolisme nutrisi. Dimana
berada di wilayah kerja Puskesmas Kejaksan semua perubahan tersebut dapat
Kota Cirebon, diketahui bahwa sebagian mempengaruhi penyimpanan energi dalam
responden mengalami obesitas dengan bentuk lemak yang jika terdapat dalam
frekuensi sebanyak 23 responden dengan jumlah yang berlebihan akan menyebabkan
persentase 24%, sedangkan responden yang obesitas.(12) Teori lain menyebutkan bahwa
tidak mengalami obesitas dengan frekuensi peningkatan berat badan disebabkan oleh
73 dengan persentase sebanyak 76%. hormon progesteron yang merangsang
Hasil ini menunjukan bahwa presentase hipotalamus lateral menyebabkan perubahan
responden terbanyak adalah tidak mengalami karbohidrat dan gula menjadi lemak,
obesitas. kemudian diikuti dengan responden
sehingga lemak dalam tubuh akan menjadi menjaga suplai energi yang adekuat bagi
banyak dan terjadilah peningkatanberat tubuh manusia(26)
badan. (25)Namun pada penelitian kali ini Penelitian yang dilakukan Paskallia, Ni
hasil yang didapatkan berlawanan dengan Ketut Mendiri, Venny Vidayanti, yang
teori tersebut berjudul Hubungan Penggunaan KB Suntik
Sejatinya Obesitas merupakan suatu dengan Kejadian Obesitas pada Wanita Usia
kelainan kompleks pengaturan nafsu makan 30-50 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
dan metabolisme energi yang dikendalikan Putussibau Utara Kalimantan Barat (2010),
oleh beberapa faktor biologik spesifik. (26) menunjukan hasil bahwa Ada hubungan KB
Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh suntik dengan kejadian obesitas pada wanita
bagi perkembangan penyakit ini. Secara usia 30-50 tahun (p = 0,000 < 0,005). Namun
fisiologis obesitas didefinisikan sebagai dalam penelitian tersebut hanya membahas
suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tentang salah satu jenis KB hormonal yaitu
tidak normal atau berlebihan di jaringan KB suntik dan tidak melakukan proses
adipose sehingga dapat mengganggu screening terlebih dahulu untuk mencari
kesehatan. (27) Selain dari faktor genetik, kehomogenan responden, pada penelitian
obesitas juga dapat disebabkan oleh faktor kali ini tidak difokuskan pada jenis KB
lingkungan, faktor sosialekonomi, faktor hormonal yang dipakai dengan sampel 96
psikologis, dan faktor gaya hidup, seperti: orang dan pola kenaikan berat badan.(18)
memasukan energi yang melebihi Penelitian tersebut juga didapatkan hasil
pengeluaran energi (makan berlebih, aktifitas bahwa terdapat responden berusia diatas 35
sedikit), kurang olah raga/ aktifitas fisik, dan tahun, dengan presentase lebih dari 50%.
juga nutrisi yang berlebihan saat anak- Dimana terdapat perbedaan gaya hidup
anak.(12)Pada Penelititan kali ini, proses antara usia lebih dari 35 tahun dengan wanita
screening dilakukan terlebih dahulu sebelum usia 20-35 tahun, baik dari segi energi yang
responden dimasukan ke dalam sampel, dibutuhkan maupun aktifitas fisik yang
responden harus memenuhi kriteria yang dikerjakan. Karakteristik pekerjaan
diterapkan peneliti guna mendapatkan didapatkan hasil bahwa presentase wanita
homogenitas dari sampel, diantaranya: tidak yang tidak bekerja kurang dari 50%, dimana
memiliki keturunan obesitas, penghasilan terdapat perbedaan kebutuhan energi yang
keluarga perbulan lebih dari UMR Kota dibutuhkan dan aktifitas fisik pada wanita
Cirebon, tidak bekerja, dan pendidikan yang bekerja dan tidak bekerja.
minimal SD. Untuk penyebab psikologis Pada penelitian yang dilakukan oleh
peneliti tidak dapat melakukan proses Lee, et al (2009), memperlihatkan kenaikan
screening dikarenakan faktor emosi berat badan secara signifikan dengan
seseorang adalah hal yang tidak stabil dan penggunaan kontrasepsi depot medroxy
tidak dapat diprediksi.. Tetapi peneliti tidak progesterone asetat (DMPA). Kenaikan berat
mencari kehomogenitasan responden dari bedan terjadi berkisar 3,0 kg selama 12 bulan
segi emosi dan kejiwaan dimana emosi dan hingga 9,4 kg selama 18 bulan. Penelitian
kejiwaan dapat mempengaruhi metabolism tersebut hanya berfokus pada kenaikan berat
individu. badan. Namun pada penelitian kali ini tidak
Pada dasarnya tidak semua metabolisme diperinci jenis kontrasepsi hormonal yang
setiap individu sama, yang akan digunakan dengan sampel 96 orang serta
menyebabkan pemakaian dan penyimpanan pola kenaikan berat badan. (28)
energi dan lemak yang berakibat obesitas Pada penelitian kali ini dapat
apabila berlebihanpun menjadi berbeda. disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
Meskipun peneliti telah mengambil beberapa bermakna anatara penggunaan KB Hormonal
kriteria untuk menjadikan semua responden dengan kejadian obesitas. Jadi, penggunaan
homogen, tetapi faktor perbedaan KB hormonal bagi WUS aman dari segi
metabolisme setiap individu bisa obesitas dan tidak menimbulkan kerugian
membedakan hasil dari screening karena hal atau kekhawatiran kosmetik.
tersebut tidak dapat discreening oleh
peneliti. Akan tetapi, perbedaan metabolisme Simpulan
tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
data yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang Puskesmas Kejaksan Kota Cirebon. KB
bermakna antara penggunaan KB hormonal hormonal jenis pil dengan distribusi
dengan kejadian obesitas pada wanita usia digunakan oleh 26% responden dan
subur di Wilayah Kerja Puskesmas Kejaksan merupakan jenis KB hormonal terbanyak
Kota Cirebon. KB hormonal jenis injeksi kedua yang digunakan di wilayah kerja
atau suntik digunakan 63,3%responden dan Puskesmas Kejaksan Kota Cirebon.
merupakan jenis KB hormonal yang paling
banyak digunakan di wilayah kerja

DAFTAR PUSTAKA
1. Handayani, Sri. Buku ajar Pelayanan Keuarga Berencan. Yogyakarta: Pustaka Rihana; 2010.
2. BKKBN. Alat Kontrasepsi, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN; 2008.
3. BKKBN. Alat Kontrasepsi, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN; 2005.
4. Manuaba, I. Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC; 2009
5. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. [Online].; 2012 [cited 2015 7 4. Available from:
http://www.dinkes.go.id.
6. Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2005
7. Dinas Kesehatan Kota Cirebon. [Online].; 2014 [cited 2015 7 4. Available from:
http://www.dinkes.go.id.
8. Saifudin, A. B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka; 2006.
9. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2008.
10. Hanafi, H. KB dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 2008.
11. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2008.
12. Cunningham, F.G. Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta: EGC; 2012.
13. Manuaba, I. B. G. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC; 2007.
14. Manuaba, I. B. G. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC; 2003.
15. BKKBN. Alat Kontrasepsi, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN; 2006.
16. Guyton, A.C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC; 2012.
17. Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2008.
18. Paskalia. Mendiri, N, K. Vidayanti, V. 2012. Hubungan Penggunaan KB Sunitk dengan
Kejadian Obesitas pada Wanita Usia 30-50 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Putussibau
Utara Kalimantan Barat. 2: 6-11.
19. Sriwahyuni, E. dan Wahyuni, C. U. 2012. Hubungan antara Jenis dan pemakaian Alat
Kontrasepsi Hormonal dengan Peningkatan Berat Badan Akseptor. 8: 112-116.
20. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
21. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta; 2011
22. Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto;
2010.
23. Mulyana Hasan, Nelly Mayulu, Shirley Kawengian. 2013. Hubungan Penggunaan
Kontrasepsi Hormonal Dengan Obesitas Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas
Wawonasa Kecamatan Singkil Manado. 6: 81-87
24. Nirwana, Hasyifah, Magdalena. 2012. Pengaruh Pengguna Kontrasepsi Hormonal Terhadap
Perubahan Berat Badan Akseptor KB di RSIA Pertiwi Makasar. 7: 95-102
25. M.Muzakkir. Panduan Lengkap Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Merkid Press.2009
26. Harrison (2000), Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume1,Jakarta: EGC.
27. Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V.Jakarta: Interna
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009
28. Lee YC, Rahman M, Berenson AB.2014. Earlu weight gain predicting hater weight gain
among depot medroxy progesterone acetate users. Obstet Gynecol . 114(2 pt 1):279-84
29. Asarian L, Geary N. Modulation of appetite by gonadal steroid hormones. Phil Trans R Soc B
2006;361:1251-63.
1

GAMBARAN KELUHAN – KELUHAN AKIBAT PENGGUNAAN


ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR IUD
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAJADI KOTA BANDUNG

Intan Riyadhul Zannah*, Ida Maryati**, Restuning Widiasih**


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

ABSTRAK…………………………………………………………………...…….
IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang dapat digunakan
hingga waktu 8 tahun dan memiliki tingkat efektivitas tinggi (97 – 99 %) sebagai
salah satu metode antisipasi laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat.
Namun pada tahun 2011 prosentase penggunaan IUD masih menempati peringkat
ketiga di Indonesia. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
keluhan – keluhan akibat penggunaan alat kontrasepsi IUD.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif. Teknik
pengambilan sampel secara total sampling yaitu sebanyak 65 responden yang
merupakan akseptor IUD di wilayah kerja Puskesmas Sukajadi Kota Bandung.
Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan skala likert. Data dianalisis
dengan Analisa data univariat yaitu berdasarkan nilai median dan
diprosentasekan.
Pada penelitian ini didapatkan prosentase akseptor yang mengeluhkan
perubahan siklus menstruasi sebanyak 3 akseptor (4.62%), peningkatan jumlah
darah menstruasi 28 akseptor (43.08%), spooting 18 akseptor (27.69%),
dismenore 13 akseptor (20.00%), gangguan hubungan seksual akseptor (23.08%),
leukorea 29 akseptor (44.62%) dan perubahan tekanan darah 49 akseptor
(75.38%). Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk
menurunkan angka kejadian drop-out IUD.

Kata kunci : Keluhan, Alat Kontrasepsi, IUD.

ABSTRACT… ……………………………………………………………………………..
IUD is a long term contraception method that can be utilized for 8 (eight)
years. In addition, it is one of methods that has a high level of effectiveness (97-
99%) to anticipate the fast rate of population’s growth. However, the percentage
of the use of this method (IUD) in 2011 is still in the third position. This research
aims to investigate the description of complaints as the result of the use of IUD.
In conducting the research, the method used is descriptive method. In
addition, in collecting the samples, the technique used is total sampling. The
samples consist of 65 respondents an IUD acceptors in Puskesmas Sukajadi,
Bandung. Moreover, the instrument used in the research is a set of questionnaires
in likert scale. The data was analyzed by using univariat data analysis. By using
univariant data analysis, the data were analyzed based on the median of the data
then the percentage is sought.
Furthermore, the results of the present research are there are 3 acceptors
(4.62%) complain about the alteration of menstrual cycle, 28 acceptors (43.08%)
complain about the increasing of the menstual blood, 18 acceptors (27.69%)

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
2

complain about spooting, 13 (20.00 %) acceptors complain about dismenore,


23.08% acceptors complain about sexual disorder, 29 (44.62%) acceptors
complain about leukorea and 49 (75,38%) complain about the changing of the
blood preasure. Hope this research result can become a main source to decrease
drop out IUD rate number.

Key words: Complaints, Contraceptive, IUD.

PENDAHULUAN ……………. mencanangkan program Keluarga


Laju pertumbuhan penduduk di
Berencana (KB) yang dimulai pada
Indonesia meningkat dengan cukup
tahun 1970. Menurut WHO, KB
cepat. Hal ini dapat dilihat dari laju
adalah tindakan yang membantu
pertumbuhan penduduk pada tahun
individu atau pasangan suami istri
1971 yang berjumlah 118.000.000
untuk mendapatkan objek – objek
jiwa meningkat pesat menjadi
tertentu, menghindari kelahiran yang
220.000.000 jiwa pada tahun 2005.
tidak diinginkan, mendapatkan
Walaupun memiliki jumlah
kelahiran yang diinginkan, mengatur
penduduk yang besar akan tetapi
interval di antara kelahiran,
kualitas penduduk Indonesia masih
mengontrol waktu saat kelahiran
rendah. Hal ini dapat dilihat dari
dalam hubungan dengan umur
Human Development Index (HDI)
suami- istri, serta menentukan jumlah
dimana Indonesia hanya berada pada
anak dalam keluarga. Program KB
rangking 108 dari 177 negara
tidak hanya bertujuan untuk
(Adiningsih, 2008).
mengendalikan laju pertumbuhan
Pemerintah sudah mengantisipasi
penduduk, melainkan juga untuk
laju pertumbuhan penduduk yang
meningkatkan kualitas keluarga
cepat ini dengan berbagai cara, salah
maupun individu – individu di
satunya adalah dengan
Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.
Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
3

dalamnya sehingga dapat tercipta Pada penelitian I. Wayan

keluarga yang memiliki jumlah anak Sumawan dan Ernawati pada tahun

ideal, sehat, sejahtera, berpendidikan, 2006 yang berjudul “Cost

berketahanan, serta terpenuhinya hak Effectiveness Analysis of IUD ,

– hak reproduksinya (Saefuddin dkk, Injection and Pill Contraception

2004). Methods throught Quality of Life

Berdasarkan Rencana Aprroach” didapatkan hasil angka

Pembangunan Jangka Menengah efek samping dan kegagalan yang

(RPJM) tahun 2004 – 2009 ditimbulkan IUD memiliki

Departemen Kesehatan yang salah prosentase lebih kecil dibandingkan

satu rencananya meningkatkan dengan prosentase angka kegagalan

metode kontrasepsi jangka panjang dan efek samping yang ditimbulkan

yang salah satu metodenya adalah kontrasepsi Pil dan Suntik)

metode AKDR IUD (Alat (http://isjd.pdii.lipi.go.id, 2006).

Kontrasepsi Dalam Rahim). Di Efek samping dan kegagalan

Indonesia KB IUD menempati posisi merupakan beberapa factor yang

ketiga alat kontrasepsi yang menyebabkan akseptor mengalami

digunakan yaitu sebesar 6,2 %, drop-out dari metoda KB yang

sedangkan di kota Bandung KB IUD digunakan. Drop-out pada akseptor

menempati posisi kedua setelah adalah keluarnya akseptor dari

metoda suntik dengan prosentase metoda kontrasepsi akibat berbagai

28,58% (BKKBN, 2011). alasan diantaranya ; kegagalan

(kehamilan saat memakai kontrasepsi

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
4

atau sengaja hamil karena ingin sangat banyak dan berbau, spooting

mendapatkan anak kembali) atau (perdarahan pervagina), haid yang

karena pindah kontrasepsi akibat banyak dan terdapat bekuan –

efek samping yang mengganggu bekuan darah (Hartanto, 2004).

dirasakan oleh akseptor (Sumawan Ada beberapa hal yang sering

dan Ernawati, 2006). Efek samping dikeluhkan oleh akseptor IUD pada

umum yang mungkin terjadi adalah saat memeriksakan diri ke pelayanan

perubahan siklus haid (umumnya kesehatan diantaranya 10% akseptor

pada 3 bulan pertama dan akan IUD melaporkan gangguan

berkurang setelah 3 bulan), haid menstruasi, 4% per tahun akseptor

lebih lama dan banyak, perdarahan IUD melepas IUD akibat

(spooting) antar menstruasi, dan saat peningkatan jumlah darah

haid lebih sakit (Saefuddin dkk, menstruasi, nyeri, dan spooting di

2004). Sedangkan komplikasi yang antara menstruasi. 3% – 10% terjadi

mungkin terjadi diantaranya ekpulsi secara spontan di tahun

perforasi uterus dan aborsi, infeksi pertama penggunaan IUD, dan 1

panggul, kehamilan dengan AKDR dalam 1000 pemasangan terjadi

in Utero, dan kehamilan ektopik perforasi uterus (Glasier dan Gebbie,

(Leveno et al, 2009). Beberapa tanda 2005).

bahaya dalam penggunaan IUD yaitu Menurut laporan hasil kegiatan

amenore (tidak menstruasi), sakit pelayanan KB di UPT Puskesmas

perut yang berkepanjangan, demam Sukajadi pada bulan November

tinggi dan menggigil, keputihan yang hingga Desember 2011 didapatkan

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
5

angka kejadian kasus komplikasi nyeri pada saat menstruasi yang lebih

akibat efek samping yang sakit, 3 akseptor mengalami spooting

diakibatkan penggunaan IUD diantara menstruasi, 5 akseptor

sebanyak 3 kasus dari 10 kasus menyatakan keputihannya meningkat

komplikasi akibat efek samping setelah menggunakan IUD dan 3

akibat penggunaan KB. Tiga kasus akseptor mengalami gangguan saat

tersebut adalah ekspulsi IUD berhubungan seksual.

sebanyak dua kasus dan anemia Berdasarkan fenomena di atas,

sebanyak satu kasus. Angka kejadian penulis tertarik untuk melakukan

drop-out KB rata – rata 3- 8 kejadian penelitian mengenai “Gambaran

per bulan, dengan angka drop-out Keluhan – Keluhan akibat Alat

IUD rata – rata 1-3 per bulan dengan Kontrasepsi IUD pada Akseptor

jumlah drop-out IUD selama tahun IUD di Wilayah Kerja Puskesmas

2011 berjumlah 23 akseptor. Dari Sukajadi, Kota Bandung”.

hasil studi pendahuluan peneliti METODE PENELITIAN……….

terhadap 8 akseptor KB IUD keluhan Jenis penelitian yang

yang sering di sampaikan terutama digunakan adalah deskriptif

pada saat pemeriksaan IUD di tahun kuantitatif, yaitu suatu metode

pertama diantaranya sebanyak 6 penelitian yang dilakukan untuk

akseptor mengalami jumlah darah mendeskripsikan atau

haid yang meningkat, 4 akseptor menggambarkan suatu fenomena

menyatakan siklus menstruasi yang terjadi di dalam suatu populasi

berubah, 3 akseptor mengalami rasa tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
6

Populasi dalam penelitian ini 4 pilihan jawaban tegas, yaitu selalu,

adalah akseptor IUD di Puskesmas sering, kadang, dan tidak pernah.

Sukajadi, Kota Bandung selama saru Peneliti bekerjasama dengan bidan

tahun, mulai bulan Januari hingga yang bertugas di poli KB Puskesmas

November tahun 2011 dengan Sukajadi dan kader – kader Posyandu

jumlah 65 orang. di wilayah kerja Puskesmas Sukajadi

Cara pengambilan sampel dalam kota Bandung untuk menyebar

penelitian ini adalah dengan kuesioner. Tetapi sebelumnya,

menggunakan teknik pengambilan peneliti menyamakan persepsi

sampel dengan menggunakan teknik dengan memberi pengarahan kepada

total sampling yaitu teknik kolektor data dengan menjelaskan isi

penentuan sampel bila semua dari kuesioner tersebut agar tidak

anggota populasi digunakan sebagai bingung ketika ditanya oleh

sampel atau dengan istilah lain responden.

adalah sensus, dimana semua Data dalam penelitian ini

anggota populasi dijadikan sampel dianalisis menggunakan teknik

(Sugiyono, 2010). statistik deskriptif (univariate).

Teknik pengumpulan data dalam Penelitian analisis univariat adalah

penelitian ini dengan kuesioner analisa yang dilakukan menganalisis

dalam bentuk pertanyaan tertutup tiap variabel dari hasil penelitian

dengan memilih alternatif jawaban (Notoadmodjo, 2010). Analisa

yang ada dalam bentuk check list (√) univariat berfungsi untuk meringkas

dengan skala Likert yang terdiri dari kumpulan data hasil pengukuran

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
7

sedemikian rupa sehingga kumpulan dengan responden akseptor IUD

data tersebut berubah menjadi ..HASIL DAN PEMBAHASAN…..

informasi yang berguna. peringkasan Tabel 1 Karakteristik Responden

tersebut dapat berupa ukuran No. Karakteristik Frekuensi


Presentasi
%
statistik, tabel, grafik. Setelah itu 1 Usia
< 25 tahun 4 6.15
25 - 40 tahun 50 76.92
dihitung angka kejadian ada atau 41 - 50 tahun 10 15.38
> 50 tahun 1 1.54
tidaknya keluhan – keluhan akibat 2 Jenis IUD
Copper T 38 58.46
Nova T 16 24.62
penggunaan IUD dengan rumus Lippes Lop 11 16.92
3 Lama Penggunaan
median. Selanjutnya data tersebut IUD
≤ 3 bulan 12 18.46
ditabulasikan, kemudian dihitung > 3 bulan ≤ 1 tahun 16 24.62
>1 tahun ≤5 tahun 22 33.85
>5 tahun 15 23.08
persentasenya dengan menggunakan
Berdasarkan tabel diatas,
analisis persentase distribusi dapat diketahui bahwa dari 65
frekuensi, yaitu analisis yang responden yang diteliti, sebagian
digunakan untuk mendapatkan besar responden berumur antara 25 –
gambaran distribusi responden serta
40 tahun sebanyak 50 responden
untuk mendeskripsikan variabel.
(76.92%), untuk jenis IUD yang
Setelah diketahui frekuensi dan digunakan dapat diketahui bahwa
persentasenya, data kemudian hampir sebagian besar dari
disajikan dalam bentuk tabel responden menggunakan IUD
distribusi. Penelitian ini dilakukan di
dengan jenis Copper T yaitu
wilayah kerja Puskesmas Sukajadi
sebanyak 38 responden (58.46%),
Kota Bandung. Penelitian dimulai dan untuk lama pemakaian sebagaian
dari tanggal 08 - 14 Juni 2012 besar responden telah menggunakan

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
8

IUD selama >1 tahun hingga ≤ 5 tahun (33.85%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Keluhan – Keluhan Akibat Alat Kontrasepsi

IUD Tahun 2012 ( n = 65)

Keluhan- keluhan yang di


No di akibatk an pemasangan al at Ada Ti dak ada Total
kontrasepsi IUD pada
akseptor IUD
f % F % f %
1 Perubahan Siklus Menstruasi 3 4.62 62 95.38 65 100.00
2 Jumlah Darah Menstruasi 28 43.08 37 56.92 65 100.00
3 Spooting 14 21.54 51 78.46 65 100.00
4 Dis menorea 13 20.00 52 80.00 65 100.00
5 Gangguan Hubungan Seksual 15 23.08 50 76.92 65 100.00
6 Leuko rea 29 44.62 36 55.38 65 100.00
7 Tekanan Darah 49 75.38 16 24.62 65 100.00
Perubahan Siklus Menstruasi mengaktivasi penghancuran bekuan

Menstruasi merupakan – bekuan darah (plasminogen

peristiwa pengeluaran darah mukus, aktivator) terkumpul dalam jaringan

dan sel – sel epitel dari uterus secara endometrium yang berhubungan

periodik. Menstruasi pada umumnya dengan AKDR (Hartanto, 2004).

terjadi dengan interval setiap bulan Enzim – enzim ini menyebabkan

selama periode reproduksi kecuali bertambahnya aktivitas fibrinolytik,

selama kehamilan dan menyusui yaitu pemisahan fibrin yang

(Reeder, et all. 2011). membentuk bagian – bagian bekuan

Perubahan siklus menstruasi darah. Maka terjadilah pengeluaran

umumnya pada 3 bulan pertama dan darah yang bertambah juga

akan berkurang setelah 3 bulan, hal diperkirakan terjadinya menstruasi

ini diakibatkan oleh enzim – enzim pada akseptor AKDR lebih cepat,

yang merusak protein dan kira – kira 2 hari lebih dulu sebelum

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
9

berakhirnya phase luteal. Pada saat tidak menjadi masalah. Menurut

ini kadar progresteron lebih tinggi Glasier dan Gebbie (2005) lebih dari

dari keadaan biasa waktu terjadi 10% akseptor IUD melaporkan

menstruasi. Asynchrinisasi hormonal gangguan menstruasi.

ini dapat menyebabkan bertambah Tindakan kolaborasi yang dapat

lamanya dan jumlah darah diberikan apabila terjadi perubahan

menstruasi (Glasier dan Gebbie, siklus haid yang lebih lama dengan

2005). perdarahan yang banyak maka terapi

Dari 3 responden yang yang memberikan hasil baik terhadap

mengalami perubahan siklus perdarahan dari uterus ialah dengan

menstruasi berupa lebih lamanya pemberian zat antifibtinolytik secara

waktu menstruasi di setiap bulannya, oral, misalnya proteinase inhibitor,

seperti waktu menstruasi yang seperti EACA (Epsiolon

sebelumnya hanya sekitar 4 sampai 5 aminocaproic acid) dan AMCA

hari menjadi berkisar 7 hari setelah (Tranexamic acid) (Saefuddin, dkk,

pemasangan alat kontrasepsi IUD. 2004).

Sebagian besar dari responden sudah Peran perawat sebagai konseler

mengetahui efek samping yang dan health educator disini yaitu

mungkin terjadi setelah pemasangan apabila seorang akseptor mengalami

IUD yang berupa lamanya waktu amenore maka akseptor dianjurkan

menstruasi yang akan lebih panjang, untuk datang ke tempat pelayanan

sehingga beberapa akseptor merasa kesehatan untuk memeriksa apakah

perubahan siklus menstruasi tersebut sedang hamil atau tidak. Apabila

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
10

tidak, jangan lepas AKDR, lakukan mengandung hormon akan

konseling dan selidiki penyebab mengurangi jumlah darah menstruasi

amenorea. Apabila hamil, jelaskan sampai ke tingkat yang lebih sedikit

dan sarankan untuk melepas AKDR daripada tingkat sebelum

apabila talinya terlihat dan pemasangan (Glasier dan Gebbie,

kehamilan kurang dari 13 minggu. 2005).

Apabila benang tidak terlihat dan Di Indonesia jenis AKDR yang

kehamilan lebih dari 13 minggu, saat ini masih diproduksi digunakan

AKDR jangan dilepaskan. Apabila merupakan AKDR medicates yang

klien sedang hamil dan ingin mengandung logam seperti Copper T

mempertahankan kehamilannya dan Nova T, dan hanya sebagian

tanpa melepas AKDR, jelaskan yang masih menggunakan AKDR

adanya resiko kemungkinan jenis unmedicates yaitu jenis Lippes

terjadinya kegagalan kehamilan dan Lop. Hal ini mengakibatkan jumlah

infeksi serta perkembangan darah menstruasi akseptor setelah

kehamilan harus lebih diamati dan menggunakan IUD bertambah

diperhatikan (Saefuddin dkk, 2004). banyak, semakin banyaknya darah

Perubahan Jumlah Darah yang keluar dari tubuh

Menstruasi mempengaruhi tekanan darah tubuh

Semua AKDR yang seperti terjadinya penurunan tekanan

mengandung tembaga meningkatkan darah. Peningkatan jumlah darah

jumlah dan/atau lama perdarahan menstruasi setelah penggunaan IUD

menstruasi. Sedangkan AKDR yang merupakan keluhan yang paling

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
11

sering responden keluhkan pada saat Perawat harus melakukan

kontrol IUD di tempat pelayanan pengkajian terlebih dahulu kepada

kesehatan. Pengeluaran atas alasan klien, apabila terjadi perdarahan

medis, terutama akibat peningkatan vagina yang hebat dan tidak teratur

banyaknya darah menstruasi, nyeri maka pastikan dan tegaskan ada atau

dan bercak darah antar menstruasi tidaknya infeksi pelvik dan

(spooting) adalah sekitar 4% per kehamilan ektopik. Apabila tidak ada

tahun. kelainan patologis, perdarahan

Insersi IUD menyebabkan berkelanjutan serta perdarahan hebat,

meningginya konsentrasi lakukan konseling dan

plasminogen aktivators dalam pemantauan.Tindakan kolaboratif

endometrium, dan enzim – enzim ini yang dapat dilakukan adalah

menyebabkan bertambahnya pemberian ibuprofen (800 mg, 3x

aktivitas fibrinolitik serta sehari selama 1 minggu) untuk

menghalangi pembekuan darah. mengurangi perdarahan dan berikan

Akibatnya timbul perdarahan yang tablet besi (1 tablet setiap hari

lebih banyak. Pada unmedicates selama 1 sampai 3 bulan). AKDR

IUD, volume darah haid bertambah memungkinkan dilepas apabila klien

rata – rata 20-100% atas volume pra- menghendaki. Apabila klien telah

insersi, sedangkan pada medicates memakai AKDR selama lebih dari 3

IUD bertambah 20-50% dari pra- bulan dan diketahui menderita

insersi (Hartanto, 2004). anemia (Hb> 7g/%) anjurkan untuk

melepas AKDR dan bantulah

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
12

memilih metode lain yang sesuai pra- maupun post- menstruasi.

(Saefuddin, 2003). Terapi yang Spooting terjadi akibat adanya

memberikan hasil baik terhadap kerusakan – kerusakan mekanis pada

perdarahan dari uterus ialah dengan endometrium menyebabkan adanya

pemberian zat antifibtinolytik secara becak darah inter- menstrual yang

oral, misalnya proteinase inhibitor, akan menyembuh dengan sendirinya

seperti EACA (Epsiolon seiring dengan waktu. Iritasi

aminocaproic acid) dan AMCA mekanik dari dinding rahim dan

(Tranexamic acid) (Saefuddin, dkk, sebagai akibat peningkatan aktivitas

2004). proteolytik (fibrinolytik) dari cairan

Pengobatan dengan per os uterus dan endometrium (Glasier dan

dengan EACA (Epsiolon Gebbie, 2005).

aminocaproic acid) dan AMCA Responden menyatakan

(Tranexamic acid) yaitu dua asam mengalami spooting terutama pada 3

amino sintesis, yang merupakan bulan awal setelah pemasangan IUD,

inhibitor kuat terhadap aktivasi namun hal tersebut berkurang setelah

plasminogen menjadi plasmin. Obat- beberapa lama pemasangan IUD.

obatan lain seperti prostaglandin- Biasanya responden menemukan

inhibitor dan mefenamic acid bercak darah pada celana dalam

(Hartanto, 2004). mereka menjelang waktu menstruasi

Spooting tiba atau setelahnya. Penghentian

Spooting adalah bercak darah pemakaian IUd diakibatkan

diantara dua masa menstruasi baik perdarahan dan rasa sakit yang

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
13

diakibatkan IUD kira – kira 4 – 15% dilanjutkan dengan satu siklus pil

dalam 1 tahun, namun hal ini akan kombinasi, atau dapat juga diberikan

berkurang dengan semakin lamanya 50 μg etinilestradiol, atau 1,25 mg

pemakaian IUD (Hartanto, 2004). estrogen equin konjugasi untuk 14-

Peran perawat apabila terjadi 21 hari (Saefuddin, 2003).

keluhan spooting pada akseptor IUD Dismenore

adalah jelaskan bahwa perdarahan Dismenore yakni nyeri

ringan sering ditemukan terutama menstruasi, dikarakteristikan sebagai

pada tahun pertama. Bila tidak ada nyeri singkat sebelum awitan atau

masalah dank lien tidak hamil, tidak selama menstruasi. Nyeri ini

diperlukan tindakan apapun. Bila berlangsung selama satu sampai

klien tetap mengeluh masalah beberapa hari selama menstruasi

perdarahan dan ingin melanjutkan (Reeder, et all, 2011).

pemakaian kontrasepsi dapat Hal ini terjadi akibat

dilakukan tindakan kolaboratif dipostulasikan bahwa iritasi dinding

dengan pemberian pil kombinasi satu uterus oleh lengan transversal AKDR

siklus, atau ibuprofen 3x800 mg berangka dianggap dapat

selama 5 hari. Terangkan kepada memperparah dismenore. Rasa nyeri

klien bahwa akan terjadi perdarahan yang dirasakan pada daerah uterus

setelah pil kombinasi habis. Bila perut bagian bawah atau pinggang,

terjadi perdarahan lebih banyak dari hal ini mungkin disebabkan

biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi kontraksi – kontraksi uterus yang

untuk 3 – 7 hari dan kemudian meningkat dalam usahanya

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
14

mengeluarkan benda asing. Adanya AKDR, atau trauma (Reeder, et all,

AKDR dala cavum uteri dipikirkan 2011).

ada hubungannya dengan peninggian Responden menyatakan nyeri

kadar prostaglandin dari menstruasi (dismenore) yang mereka

endometrium dan karena rasakan meningkat setelah

prostaglandin menyebabkan menggunakan IUD, gangguan

kontraksi uterus (Glasier dan Gebbie, dismenore tersebut dirasakan seperti

2005). adanya tegang dibagian perut bawah,

Jenis dismenore dibagian pegal di daerah pinggang, hingga

menjadi dua, yakni dismenor primer terganggunya kegiatan sehari – hari

dan dismenor sekunder. Dismenore responden saat menstruasi.

primer dimulai sejak 6 bulan sampai Leukorea

2 tahun setelah menarke. Leukorea adalah nama gejala

Peningkatan nyeri terjadi pada usia yang diberikan kepada cairan yang

25 tahun dan berkurang setelah usia dikeluarkan dari alat-alat genital

30 sampai 35 tahun. Dismenore yang tidak berupa darah (Sarwono,

primer lebih sering terjadi pada 2005). Keseimbangan ekosistem

wanita yang belum menikah. vaginal bergantung pada mikrobiota

Dismenore sekunder terjadi akibat Lactobacillus. yaitu mikroflora

penyakit panggul organik, seperti fakultatif dalam vagina normal.

endometriosis, PID, stenosis serviks, Lactobacillus memproduksi asam

kista ovarium, mioma uterus, laktat dari glukosa sehingga dapat

malforasi kongenital, pemakaian

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
15

mempertahankan pH vagina menjadi pasangan akseptor sebagai gangguan

asam (<4,5). kenyamanan dalam hubungan

Menurut Sarwono (2005), seksual.maka dari itu sering kali

leukorea dapat dibedakan menjadi akseptor datang ke tempat pelayanan

leukorea fisiologis dan patologis. kesehatan untuk mengontrol IUD

Leukorea fisiologis biasanya terjadi mereka dengan keluhan keputihan

pada saat menjelang atau sesudah (Leukorea).

menstruasi, ketika keinginan seksual Sebagai health educator perawat

meningkat, dan pada saat kehamil. harus memberikan informasi

Sedangkan leukorea patologis terjadi mengenai beberapa cara pencegahan

akibat terjadinya infeksi genital, infeksi pada wanita, yaitu jagalah

masuknya benda asing ke dalam kebersihan daerah kelamin, buang air

organ genital (khususnya pada anak), kencing setelah melakukan hubungan

peserta KB AKDR (IUD), dan kelamin (tindakan ini membantu

merupakan manifestasi klinis adanya mencegah infeksi air kencing),

keganasan (Manuaba, 2004). bersihkan diri anda sebaik – baiknya

Responden menyatakan leukorea setiap kali buang air besar (ceboklah

yang mereka alami meningkat dari arah muka kemaluan ke

setelah menggunakan IUD dengan belakang anus) (Oxorn, 2010). Salah

karakteristik encer hingga kental, satu pencegahannya yaitu dengan

namun tidak berbau, dan tidak gatal. cara menjaga kebersihan vulva atau

Leukorea tersebut dirasakan tidak yang dinamakan vulva hygiene

nyaman dan sering dikeluhkan oleh (Alimul, 2008). Beberapa upaya

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
16

dalam melaksanakan vulva hygiene (44.62%) akseptor IUD mengalami

adalah dengan menjaga kebersihan gangguan hubungan seksual setelah

dan kesegaran wilayah vagina setiap menggunakan alat kontrasepsi IUD.

kali ke kamar kecil, sering Gangguan hubungan seksual yang

mengganti celana dalam, jangan mereka rasakan seperti nyeri saat

menggunakan celana ketat dan senggama, terasanya benang IUD

pakaian dalam yang tidak menyerap oleh pasangan saat senggama, rasa

keringat atau menahan panas tubuh tidak nyaman saat senggama dan

(At-Tharsyah, 2001). keluhan dari pasangan yang

Pastikan pemeriksaan untuk IMS. diakibatkan oleh meningkatnya

Lepaskan AKDR apabila ditemukan jumlah cairan yang keluar saat

menderita atau sangat dicurigai senggama. Gangguan hubungan

menderita gonorhoe atau infeksi seksual lebih banyak dikeluhkan oleh

clamidya, lakukan pengobatan yang akseptor dengan rentang usia 25

memmadai. Bila terjadi PRP tahun hingga 30 tahun.

(Penyakit Radang Panggul), obati Tekanan Darah

dan lepaskan AKDR setelah 48 jam. Semua AKDR yang

Apabila AKDR dikeluarkan, beri mengandung tembaga meningkatkan

metode lain sampai masalah teratasi jumlah dan/atau lama perdarahan

(Saefuddin dkk, 2004). menstruasi. Sedangkan AKDR yang

Gangguan Hubungan Seksual mengandung hormon akan

Berdasarkan hasil penelitian mengurangi jumlah darah menstruasi

diatas dapat terlihat 29 responden sampai ke tingkat yang lebih sedikit

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
17

daripada tingkat sebelum medis, terutama akibat peningkatan

pemasangan (Glasier dan Gebbie, banyaknya darah menstruasi, nyeri

2005). dan bercak darah antar menstruasi

Di Indonesia jenis AKDR yang (spooting) adalah sekitar 4% per

saat ini masih diproduksi digunakan tahun.

merupakan AKDR medicates yang Sebagai Penanganan kolaborasi

mengandung logam seperti Copper T yang dapat dilakukan apabila

dan Nova T, dan hanya sebagian masalah utamanya adalah timbul

yang masih menggunakan AKDR atau semakin parahnya anemia, maka

jenis unmedicates yaitu jenis Lippes harus dipertimbangkan pemberian

Lop. Hal ini mengakibatkan jumlah suplemen besi oral (Glasier dan

darah menstruasi akseptor setelah Gebbie, 2005). Berikan tablet besi (1

menggunakan IUD bertambah tablet setiap hari selama 1 sampai 3

banyak, semakin banyaknya darah bulan). AKDR memungkinkan

yang keluar dari tubuh dilepas apabila klien menghendaki.

mempengaruhi tekanan darah tubuh Apabila klien telah memakai AKDR

seperti terjadinya penurunan tekanan selama lebih dari 3 bulan dan

darah. Peningkatan jumlah darah diketahui menderita anemia (Hb>

menstruasi setelah penggunaan IUD 7g/%) anjurkan untuk melepas

merupakan keluhan yang paling AKDR dan bantulah memilih metode

sering responden keluhkan pada saat lain yang sesuai (Saefuddin dkk,

kontrol IUD di tempat pelayanan 2004).

kesehatan. Pengeluaran atas alasan

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
18

SARAN …………. Kemudian menyarankan

Penulis menyarankan bagi untuk membuat program penyuluhan

instansi kesehatan untuk membuat kesehatan reproduksi yang

kebijakan mengenai strategi yang berkelanjutan, mengingat masih

dapat ditempuh untuk meningkatkan adanya akseptor IUD yang belum

pengetahuan akseptor IUD adalah mengetahui secara jelas mengenai

dengan cara membuat leaflet atau keluhan – keluhan yang mungkin

poster mengenai pengertian IUD, terjadi akibat penggunaan IUD. Agar

jenis-jenisnya, cara kerjanya, dan pengunjung nyaman datang ke

efek samping yang mungkin terjadi puskesmas atau tempat instansi

setelah pemasangan dan cara kesehatan yang ingin berkonsultasi,

penanganannya . Yang ditempelkan pihak kesehatan membangun ruang

di setiap tempat yang banyak konseling untuk berkonsultasi.

didatangi pengunjung. Dilakukan Bagi Perawat sebagai

dengan cara memasang poster di pelaksana keperawatan kesehatan

puskesmas atau ditempat instansi maternitas yang ada di puskesmas

kesehatan lainnya yang berisi segala untuk lebih mengoptimalkan

hal mengenai IUD, sehingga penyampaian informasi pada setiap

ketakutan atau kecemasan akseptor calon akseptor. Sumber informasi

setelah menggunakan IUD berkurang bisa di dapatkan dari petugas

pada saat terjadi keluhan – keluhan kesehatan yang bertanggung jawab

yang di akibatkan dari efek samping di bidang konseling kesehatan

penggunaan IUD tersebut. reproduksi. Upaya penyampaian

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
19

informasi tersebut dapat dengan sama seperti faktor- faktor lain yang

memberikan penyuluhan pada calon melatarbelakangi akseptor IUD tidak

akseptor tentang pentingnya jenis – melanjutkan penggunaan alat

jenis IUD, cara kerjanya, efek kontrasepsi IUD, motivasi akseptor

samping yang mungkin terjadi dan IUD untuk melakukan kontrol ke

cara penangannanya. Dan juga tempat pelayanan kesehatan yang

dengan melengkapi fasilitas telah di sediakan.

penyuluhan kesehatan yang ada, DAFTAR PUSTAKA …… …..

misalnya ruangan konseling untuk Adiningsih, S. 2008. Satu Dekade


Pasca Krisis Indonesia.
kesehatan reproduksi. Selain itu Jakarta: Kanisius.
At- Tharsyah, A. 2001. Serba-Serbi
dalam pemberian informasi dapat Wanita: Panduan
Mengenal Wanita. Jakarta :
menggunakan alat bantu seperti Almahira.
BKKBN. 2011. 3273 Evaluasi
leaflet, poster ataupun dengan F1&F2 Bln 12 Thn 2011
Kota Bandung.
diskusi secara personal sehingga para http://jabar.bkkbn.go.id/und
uh/data/920/
akseptor IUD tersebut dapat (Diunduh 11 Februari
2012 Pukul 20.11)
mengerti dan memahami isi dari BKKBN. 2012. Target 2012, KB
Diarahkan ke Metoda
penyuluhan. Diharapkan dengan Jangka Panjang.
http://www.bkkbn.go.id/Vi
penyuluhan yang efektif, sehingga ewBerita.aspx?BeritaID=29
4
keluhan – keluhan akibat alat (Diunduh 15 Februari 2012
Pukul 19.25)
kontrasepsi IUD dapat menurun. Glasier, A and Ailsa, G. 2005.
Keluarga Berencana dan
Untuk peneliti selanjutnya Kesehatan Reproduksi
Edisi 4. Jakarta: EGC.
diharapkan dapat melanjutkan Hartanto, H. 2004. Keluarga
Berencana dan kontrasepsi.
penelitian ini mengenai tema yang Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
20

Indira, L. dan Budi, P. 2008. Faktor Saefuddin, Affandi dan Enriquito.


– Faktor yang 2004. Buku Panduan
Mempengaruhi Pemilihan Praktis Pelayanan
Jenis Kontrasepsi yang Kontrasepsi. Jakarta:
digunakan pada Keluarga Yayasan Pustaka Sarwono
Miskin. Prawirohardjo.
http://journal.unair.ac.id/fil Sarwono, P. 2005. Ilmu Kebidanan.
erPDF/5.Wayan%20Suma Jakarta : Yayasan Bina
wan.pdf Pustaka Sarwono
(Diunduh 03 Mei 2012 Prawirohardjo.
Pukul 21.03). Sumawan, I.W dan Ernawati. 2006.
Leveno, et all. 2011. Williams Cost Effectiveness Analysis
Obstetrics 23rd Edition Study of IUD , Injection and Pill
Guide. Texas: McGraw-Hill Contraception Methods
Prof Med/Tech. throught Quality of Life
Manuaba, I B G. 2004. Kepaniteraan Aprroach.
Klinik Obsterri & http://isjd.pdii.lipi.go.id/ad
Ginekologi. Edisi 2. min/jurnal/10308111116.pd
Jakarta: EGC. f.
__________________. 2010. Ilmu (Diunduh 30 April 2012
Kebidanan, Penyakit Pukul 23.15)
Kandungan dan Keluarga Sugiyono, 2010. Metode penelitian
Berencana Untuk kuantitatif kualitatif dan
Pendidikan Bidan. Jakarta: R&D. Bandung: Alfabeta
EGC. Syafrudin dan Hamidah. 2009.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Kebidanan Komunitas.
Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC.
Jakarta: Rineka Cipta
Oxorn, H and William R.F. 2010. Keterangan :
Ilmu Kebidanan : Patologi * Mahasiswi Fakultas Ilmu
dan Fisiologi Persalinan. Keperawatan Universitas
Yogyakarta. Yayasa n Padjadjaran
essesntial medica (YEM).
Reeder, S.J, Leonide, L.M, Deborah *Dosen Bagian Keperawatan
and Griffin,K. 2011. Maternitas Fakultas Ilmu
Keperawatan Maternitas : Keperawatan Universitas
Kesehatan Wanita, Bayi Padjadjaran
dan Keluarga. Jakarta:
EGC.

Intan Riyadhul Zannah, S.Kep.


Fakultas Ilmu Keperawatan Un iversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jat inangor, Su medang.
Email : intanriyadhul@yahoo.com
Original Research
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal
Volume 4 No 3, July 2020
Received: 9 May 2020 Revised: 30 May 2020
Accepted: 14 June 2020 Published: 28 July 2020
Availableonlineat: http://e-journal.unair.ac.id/index.php/IMHSJ
GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI ALAT
KONTRASEPSI METODE AMENORE LAKTASI

THE DESCRIPTION OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING AS


LACTATION AMENORRHEA METHOD CONTRACEPTION)

Desy Jein Rimelda Masombe1, Risa Etika2, Bambang Purwanto3


1. Program Studi Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga
Surabaya, Indonesia
2. Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga
Surabaya, Indonesia
3. Departemen Ilmu Faal Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga
Surabaya, Indonesia
Alamat korespondensi :
Jalan Bhakti Husada No. 6 Mojo, Kec. Gubeng, Surabaya, Indonesia
Email : masombedessy75@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang : ASI Eksklusif memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi alami yaitu Metode Amenorea
Laktasi (MAL). Cakupan ASI Eksklusif Provinsi Jawa Timur pada Tahun 2018 hanya mencapai 74,3% dan
cakupan KB aktif masih sebesar 75,3% (Dinkes Jatim, 2018). Hasil studi pendahuluan terhadap 10 PPDS
(Program Pendidikan Dokter Spesialis) Ilmu Kesehatan Anak Universitas Airlangga menunjukkan
memberikan ASI Eksklusif, namun hanya 20% yang berhasil menstruasi lebih dari 6 bulan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran pemberian ASI Eksklusif sebagai MAL di RSUD Dr Soetomo
Surabaya. Metode : Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif pendekatan mix method dengan
metode analitik survei. Jumlah sampel yang digunakan 16 orang dengan teknik simple random sampling.
Hasil : PPDS yang mendapatkan keberhasilan MAL selama pemberian ASI Eksklusif , dengan cara
pemberian on demand dan frekuensi lebih dari 8 kali hanya 37,5%, sedangkan sisanya sebanyak 62,5%
PPDS gagal mencapai MAL. Faktor penghambatnya yaitu tidak dapat memberikan langsung, waktu untuk
pumping, dan istirahat yang tidak cukup. Dukungan yang diterima oleh PPDS yaitu toleransi untuk
pumping, tekad tinggi ASI Eksklusif, dan dukungan keluarga. Cara memberikan ASI adalah dengan
menyusui langsung dan dengan botol. Alasan penggunaan botol yaitu bekerja. Jumlah PPDS dengan durasi
amenorrhea 1-3 bulan sebanyak 7 orang, dan hanya 1 PPDS yang mengalami amenorrhea selama 12 bulan.
Kesimpulan : Hampir setengah PPDS yang berhasil menggunakan MAL sebagai alat kontrasepsi.

Kata kunci : ASI Eksklusif, PPDS, MAL.

Abstract
Background: Exclusive breastfeeding has benefits as a natural contraceptive method, the Lactational
Amenorrhea Method (LAM). The coverage of exclusive breastfeeding in East Java Province in 2018 only
reached 74.3% and coverage of active family planning was still at 75.3% (Health Office of East Java,
2018). The results of a preliminary study of 10 Children’s Health Specialist Doctor Education Program of
Airlangga University showed exclusive breastfeeding, but only 20% managed to menstruate for more than
6 months. This study aims to determine the description of exclusive breastfeeding as LAM at Dr Soetomo
Hospital Surabaya. Method: This type of research uses a descriptive method to mix method research with
survey analytic methods. The number of samples used was 16 people with simple random sampling
technique. Results: PPDS who got LAM success during exclusive breastfeeding, by giving on demand and
frequency more than 8 times was only 37.5%, while the remaining 62.5% PPDS failed to achieve LAM.
The inhibiting factors are not being able to give immediately, time for pumping, and inadequate rest. The
support received by PPDS is tolerance for pumping, high determination of exclusive breastfeeding, and
family support. How to give breast milk is to breastfeed directly and by bottle. The reason for using the
e-ISSN 2656-7806 © 2020
Published by Universitas Airlangga .This is an Open Access (OA) article
distributed under the terms of the Creative Commons Attribution Share-Alike 4.0
International License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).
DOI: 10.20473/imhsj.v4i3.2020.230-240
Masombe et al. :Gambaran Pemberian Asi Eksklusif...
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal,2020, 4 (3), 230-240

bottle is to work. The number of PPDS with amenorrhea duration 1-3 months was 7 people, and only 1
PPDS experienced amenorrhea for 12 months. Conclusion: Nearly half of PPDS have successfully used
LAM as a contraceptive.

Keywords: Exclusive Breastfeeding, PPDS, LAM

PENDAHULUAN
Menyusui menghambat kembalinya kesuburan wanita pada beberapa bulan
pertama setelah melahirkan.. Ketika wanita yang menyusui secara intensif dibandingkan
dengan wanita yang menyusui hanya sebagian atau tidak menyusui sama sekali
cenderung memiliki ovulasi normal sebelum postpartum perdarahan menstruasi pertama
mereka (Berens et al., 2015). Fungsi MAL (Metode Amenorea Laktasi) sebagai alat
kontrasepsi alami dapat mengatasi permasalahan kependudukan di Indonesia. BKKBN
(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) telah berusaha menurunkan
TFR (Total Fertility Rate) dari 2,6 anak per wanita di tahun 2013 menjadi 2,4 anak per
wanita pada tahun 2017 di Indonesia (BKKBN, 2018). Angka tersebut hampir mencapai
sasaran rencana strategi 2015-2019 yaitu 2,3 anak per wanita, sedangkan target
pemerintah jangka panjang sekitar 2,1 anak per wanita pada tahun 2020 (BKKBN, 2019).
Provinsi Jawa Timur masih berusaha meningkatkan usahanya untuk meningkatkan
cakupan pemberian ASI Eksklusif. Cakupan ASI Eksklusif Provinsi Jawa Timur pada
Tahun 2018 hanya mencapai 74,3% dan cakupan KB aktif masih sebesar 75,3% (Dinkes
Jatim, 2018). PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) merupakan salah satu
pekerjaan seorang wanita dimana dapat menghambat pelaksanaan pemberian ASI
Eksklusif sebagai MAL. Penelitian yang dilakukan di United States menunjukkan bahwa
hanya 41% (670 dari 1606 dokter) yang berhasil menyusui sampai 12 bulan, dan hampir
setengahnya (49%) menginginkan menyusui bayinya lebih lama jika pekerjaannya
sebagai dokter lebih diakomodasi untuk seorang ibu menyusui (Melnitchouk, Scully, &
Davids, 2018).
Hasil studi pendahuluan terhadap 10 orang PPDS IKA (Ilmu Kesehatan Anak)
Universitas Airlangga Surabaya menunjukkan bahwa 100% memberikan ASI Eksklusif,
namun hanya 20% yang berhasil menstruasi lebih dari 6 bulan. PPDS UNAIR merupakan
salah satu PPDS yang bekerja di RSUD Dr Soetomo. PPDS UNAIR hanya mendapatkan
cuti hamil 3 bulan, yaitu terdiri dari 1 bulan sebelum melahirkan, dan 2 bulan setelah
melahirkan (Departemen Ilmu Kesehatan anak FK UNAIR, 2016). Penelitian ini

231
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal

bertujuan untuk mengetahui gambaran pemberian ASI Eksklusif sebagai MAL pada
PPDS RSUD Dr Soetomo.

METODE
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif pendekatan mix method
yaitu kualitatif dan kuantitaif dengan metode analitik survey. Sampel dalam penelitian ini
adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: PPDS yang telah
teregistrasi sebagai tenaga medis di RSUD Dr Soetomo Surabaya, PPDS yang
memberikan ASI Eksklusif, PPDS yang telah memiliki bayi atau anak diatas 6 bulan –
60 bulan. Besar sampel penelitian kuantitatif sama dengan sampel kualitatif dengan
penentuan jumlah sampel minimal 12 (Clarke & Braun, 2013; Fugard & Potts, 2014) dan
menggunakan sampel jenuh sehingga data yang diperoleh total sebanyak 16 orang.
Penelitian ini menggunakan teknik probability sampling dengan simple random
sampling. Data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Data primer didapatkan
langsung saat melakukan wawancara terhadap responden satu per satu untuk
mendapatkan variabel yang akan diteliti. Sedangkan data sekunder melihat data
kepegawaian di RSUD Dr Soetomo untuk melihat daftar jumlah PPDS, jadwal jaga, dan
tempat jaga PPDS. Metode pengolahan data dibagi dua yaitu data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif yang telah terkumpul selanjutnya disusun dengan menilai
persentase pencapaian standar dalam bentuk tabel frekuensi dengan menggunakan SPSS
ver 25.00. Tahap-tahap dalam pengolahan data kuantitatif sebagai berikut : Editing,
Coding, dan Tabulating. Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap, yaitu tahap reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Data kualitatif dalam
penelitian ini dianalisis dengan model Miles dan Huberman. Kemudian hasilnya
dilakukan uji keabsahan data dalam meliputi uji triangulasi dan menggunakan bahan
referensi. Penelitian ini telah mendapatkan surat etik kelayakan melalui RSUD Dr
Soetomo pada tanggal 20 Oktober 2019 s/d 20 Oktober 2020.

232
Masombe et al. :Gambaran Pemberian Asi Eksklusif...
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal,2020, 4 (3), 230-240

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Prevalensi cara pemberian, frekuensi pemberian ASI, durasi PPA, keberhasilan
MAL
Tabel 1 Tabel silang antara cara pemberian ASI Eksklusif dengan keberhasilan
MAL (Metode Amenorea Laktasi) pada PPDS RSUD Dr Soetomo
Cara Pemberian ASI Keberhasilan MAL
Eksklusif <6 bulan ≥6 bulan
0-2 bulan pertama
On demand 10 (62,5%) 6 (37,5%)
Botol 0 0
3-6 bulan pertama
On demand 0 0
Botol 10 (62,5) 6 (37,5%)
Penggunaan Botol
Pertama Kali
1 bulan 3 (18,8%) 0
2 bulan 6 (37,5%) 2 (12,5%)
3 bulan 0 1 (6,3%)
4 bulan 1 (6,3%) 1 (12,5%)
5 bulan 0 2 (12,5%)
Total 10 (62,5%) 6 (37,5%)
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 1 menunjukkan bahwa cara pemberian ASI Eksklusif pada 0-2 bulan
pertama semuanya menggunakan on demand kemudian semuanya menggunakan
botol setelah 3 bulan kemudian. Penggunaan botol pertama kali yang ditunjukkan
pada tabel 1 menunjukkan bahwa ketika memperkenalkan botol pertama kali saat
usia bayi lebih tua maka persentase keberhasilan MAL semakin meningkat.
Tabel 2 Tabel Silang Antara Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Dengan
Keberhasilan MAL
Frekuensi Pemberian Keberhasilan MAL
ASI Eksklusif <6 bulan ≥6 bulan
0-2 bulan pertama
< 8 kali 4 (25%) 0
≥ 8 kali 6 (37,5%) 6 (37,5%)
3-6 bulan pertama
< 8 kali 10 (62,5%) 6 (37,5%)
≥ 8 kali 0 0
Total 10 (62,%%) 6 (37,5%)
Sumber : Data Primer, 2019
Frekuensi pemberian ASI pada 0-2 bulan pertama tidak semua PPDS
memberikan lebih dari sama dengan 8 kali. Hanya 4 orang saja yang memberikan

233
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal

ASI kurang dari 8 kali dalam sehari. Frekuensi pemberian ASI 3-6 bulan
selanjutnya semua PPDS (16 orang) memberikan ASI kurang dari 8 kali.

DURASI PPA PADA PPDS DENGAN


Series1; 1-3A S I E K S L U S I F D A N
bulan; K7 ONTRASEPSI ALAMI

Series1; 4-6
bulan; 4
Series1; 7-9
bulan; 2 Series1; 10-
12 bulan; 1

Gambar 1 Grafik durasi PPA pada PPDS

Grafik durasi PPA pada PPDS menunjukkan bahwa durasi PPA terbanyak
adalah 1-3 bulan sebanyak 7 orang. Semakin lama usia bayi, maka durasi PPA akan
semakin menurun, terlihat pada gambar diatas dimana durasi PPA yang terpanjang
hanya 1 orang PPDS yaitu selama 12 bulan.
Tabel 3 Keberhasilan MAL pada PPDS RSUD Dr Soetomo
Keluarnya haid N
pertama kali
< 6 bulan 10 (62,5%)
>6 bulan 6 (37,5%)
Total 16 (100%)
Sumber : Data Primer, 2019
PPDS yang berhasil menggunakan MAL sebagai alat kontrasepsi selama
pemberian ASI Eksklusif hanya 37,5%, sedangkan sisanya sebanyak 62,5% PPDS
gagal mencapai MAL selama pemberian ASI Eksklusif.
2. Penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan MAL pada PPDS RSUD Dr
Soetomo Surabaya
Tabel 4 Penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan MAL pada PPDS RSUD Dr
Soetomo
Keberhasilan MAL Ketidakberhasilan MAL
Durasi Frekuensi Tidak dapat Frekuensi Kurangnya
menyusui Hisapan bayi menyusui hisapan waktu
lebih panjang lebih sering langsung bayi kurang istirahat
R3-R4, R11 R3-R4, R11, R1-R2,R5- R8- R6, R8-10,
R13-R14 R6, R12-, R11,R12, R12
R15-16 R15
Sumber : Data primer, 2019

234
Masombe et al. :Gambaran Pemberian Asi Eksklusif...
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal,2020, 4 (3), 230-240

Penelitian ini menunjukkan bahwa PPDS yang berhasil haid lebih dari 6
bulan sebanyak 6 orang. 1 orang diantara 6 orang PPDS tersebut menggunakan
kontrasepsi hormonal suntik 3 bulan yaitu pada responden R2. R7 menggunakan
kontrasepsi suntik sebagai bentuk pencegahan kehamilan karena bekerja, kutipannya
sebagai berikut :
““setelah masuk kerja pakai KB suntik 3 bulan, ya karena saya takut bisa hamil
lagi”- R7
Faktor lain yang dapat menyebabkan keberhasilan MAL yaitu durasi
menyusui yang lebih panjang dan frekuensi hisapan bayi yang lebih sering. Seperti
yang diutarakan oleh R3, R4 dan R11 dibawah ini :
“Saya setelah bekerja istirahat sebentar, itu kan sore ya mbak, tetapi
setelah itu saya usahakan dapet tuh menyusu langsungnya. Alhamdulillah selama ini
memang kalau bekerja ASI tetap banyak, malamnya juga tetap menyusui, jadi kalau
pas libur bisa itu bayi menyusui lebih sering, biar bisa dihisap lebih sering, karena
tahu ilmunya jadi ya sudah seperti itu dipraktekan semaksimal mungkin” – R3
Sedangkan, beberapa faktor ketidakberhasilan MAL yaitu tidak dapat
memberikan ASI secara langsung, hisapan bayi yang tidak adekuat, dan kurangnya
waktu istirahat. Beberapa responden di bawah ini menyatakan faktor yang
menyebabkan kegagalan MAL ;
“disini gak bisa menyusui langsung juga, setelah pulang kerja kadang
sudah sangat capek, ketiduran, waktu menyusu langsung dirumah juga terbatas,
sebelum cuti bisa pagi, siang, malam, ini kan nggak, selain itu pembagian waktunya
itu yang bingung banget, harusnya yang bagus bisa menyusu langsung kaerna tidak
memungkinkan akhirnya ya dengan pumping..”-R9
3. Hambatan Dan Dukungan Yang Dihadapi Pada PPDS Dalam Memberikan ASI
Eksklusif Sebagai MAL
Tabel 5 Hambatan dan dukungan pemberian ASI Eksklusif pada PPDS di RSUD
Dr Soetomo
Hambatan Dukungan
Waktu Ruang Tempat Toleransi Tekad Dukungan
untuk laktasi penyimpanan asi untuk tinggi ASI Keluarga
pumping terbatas terbatas pumping Eksklusif

235
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal

R1-R16 R8,R9,R11 R7,R13,R14,R15 R1- R1-R5, R5, R10,


R10,R13- R7-R9, R11, R13,
R15 R11, R13- R15
R15
Sumber : Data primer, 2019
PPDS ingin memberikan ASI Eksklusif secara penuh namun karena kerja
akhirnya PPDS hanya dapat pumping untuk mengeluarkan ASInya. Semua PPDS
menganggap waktu untuk pumping yang terbatas dikarenakan beban kerja yang tinggi
sehingga waktu pumping terbatas. Waktu untuk pumping (memerah ASI) menjadi
hambatan karena jika stok ASI berkurang saat proses pumping maka kebutuhan bayi
untuk ASI rendah kemudian ibu akan berganti menggunakan susu formula. Seperti
kutipan R4 dibawah ini yang menunjukkan bahwa responden mengeluhkan terhadap
waktu untuk pumping;
“Kendalanya itu ketika lagi sibuk kadang suka telat memompa asi, lebih ke waktunya
mba, kalau gitu saya sudah niat ASI eksklusif jadi bagaimanapun caranya pas kerja
diusahain pumping”-R4
Kendala yang lain adalah tidak bisa menyusui secara langsung karena jarak
antara bayi dengan ibu yang tidak memungkinkan menyusui secara langsung walaupun
responden sedang tidak bekerja, hal terjadi pada responden 11. Bayi Ny. K berada di
Jakarta namun ny. K ada di Surabaya, sehingga pemberian ASI Eksklusif dengan
menyusui langsung tidak bisa dilakukan, seperti kutipan dibawah ini :
“Jarak sih jadi mahal ga bisa menyusui langsung akhirnya nggak bisa, akhirnya
pumping, saya kirim ke Jakarta minimal 1-2 minggu sekali…”-R11
Responden yang lain juga mengerti bahwa pemberian ASI Eksklusif yang
paling baik terutama untuk MAL adalah dengan menyusui langsung, tetapi ketika
bekerja tidak memungkinkan memberikan langsung sehingga responden akhirnya
melakukan pumping saja, hal ini seperti yang diutarakan oleh R9. Sehingga waktu untuk
pumping sangat penting bagi ibu agar stok ASI tercukupi namun karena bekerja maka
tidak dapat memompa asi terlalu lama ;
“pembagian waktunya yang bingung banget, harusnya yang bagus bisa
menyusu langsung karena tidak memungkinkan akhirnya ya dengan pumping, mau
pumping sendiri kalau mau lama-lama nggak bisa, karena tau sendiri pekerjaannya
di rumah sakit banyak…”-R9

236
Masombe et al. :Gambaran Pemberian Asi Eksklusif...
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal,2020, 4 (3), 230-240

Ruang laktasi juga menjadi kendala pada sebagian responden terutama pada
divisi IKA karena ruang laktasi karena PPDS IKA berpindah tempat jaga sehingga tidak
semua tempat jaga menyediakan ruang laktasi atau ruangan yang dapat digunakan untuk
memompa ASI dengan baik. Hambatan lain yang dialami oleh sebagian responden yaitu
terbatasnya tempat penyimpanan ASI Dukungan yang didapatkan oleh responden tidak
hanya dari keluarga namun ditempat kerja responden mendapatkan dukungan yang
datang dari teman-teman, atau staff yang lain.
Prevalensi cara pemberian ASI Eksklusif pada penelitian ini terbagi menjadi 2
yaitu dengan on demand dan botol. Semua PPDS ingin memberikan secara on demand
namun terkendala pekerjaan sehingga ketika masa cuti selesai mereka akan memberikan
botol susu untuk membantu bayi mendapatkan ASI. Penggunaan botol pada penelitian
ini dapat mengganggu keberhasilan MAL terlihat pada tabel 1. Tabel tersebut
menunjukkan bahwa semakin dini penggunaan botol maka keluarnya haid akan semakin
dini juga. Menyusui yang dijadwalkan seperti halnya menggunakan botol akan
berakibat kurang baik, karena hisapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi ASI selanjutnya. Pada ibu bekerja dianjurkan menyusui lebih sering pada
malam hari karena akan memicu produksi ASI, sehingga nanti tidak akan timbul
masalah menyusui (Saifuddin, 2010; BKKBN, 2016; Fraser, 2009).
Frekuensi pemberian ASI juga terbagi menjadi kurang dari 8 kali dan lebih dari
sama dengan 8 kali. Frekuensi pemberian ASI juga berkaitan dengan hisapan bayi.
Hisapan bayi merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan MAL. Semakin
sering memberikan ASI maka hisapan bayi menyusu akan semakin sering. hisapan bayi
pada puting susu dan areola akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik, rangsangan
ini dilanjutkan ke hipotalamus, hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor
yang menghambat sekresi prolaktin namun sebaliknya akan merangsang faktor-faktor
tersebut merangsang hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon
prolaktin akan merangsang sel–sel alveolus yang berfungsi untuk memproduksi susu.
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin, rangsangan yang berasal dari isapan bayi
akan ada yang dilanjutkan ke hipofisis anterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin
melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan
kontraksi pada uterus sehingga terjadilah proses involusi. Oksitosin yang sampai pada
alveolus akan merangsang kontraksi dari sel akan memerah ASI yang telah terbuat

237
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal

keluar dari alveolus dan masuk ke sistem duktulus yang selanjutnya mengalirkan
melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi (Anggraini, 2010; Victoria et al,2016).
Pada penelitian ini semua PPDS setelah masuk kerja memberikan ASI Eksklusif dengan
frekuensi kurang dari 8 kali. Kembalinya menstruasi atau durasi PPA paling banyak
adalah 1-3 bulan. Artinya bahwa pada penelitian ini ibu akan mendapatkan menstruasi
segera setelah masuk kerja. Angka keberhasilan MAL hanya hampir setengahnya yang
berhasil menggunakan MAL.
Durasi amenorrhea postpartum merupakan lamanya waktu antara terminasi
kehamilan dan ovulasi pertama berturut-turut berikut kehamilan selama masa
reproduksi pada wanita. Dengan kata lain, itu adalah kemandulan sementara segera
setelah penghentian kehamilan selama konsepsi biasanya tidak terjadi. Laktasi yang
memanjang menekan produksi jenis hormon tertentu, sehingga memperpanjang periode
ovulasi postpartum. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh menyusui eksklusif karena
dengan menyusui konsentrasi prolaktin tetap meninggi selama pengisapan sering terjadi
dan pada setiap kali menyusu terjadi peningkatan sekresi prolaktin secara akut. Pada
dasarnya hormone FSH (Follicle Stimulating Hormone) kembali ke normal dalam
beberapa minggu postpartum. Namun konsentrasi LH (Luteinizing Hormone) dalam
darah tetap tertekan sepanjang periode menyusui. Pada saat menyusui konsentrasi
prolaktin menjadi inhibitor untuk keluarnya LH, sehingga pulsasi normal pelepasan LH
mengalami gangguan dan inilah yang menjadi dasar penyebab terjadinya penekanan
fungsi normal ovarium. Penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa keberhasilan
MAL pada ibu bekerja juga sangat rendah.(Lause dkk, 2017).
Pada penelitian ini keberhasilan menyusui ditentukan oleh frekuensi hisapan
bayi dan durasi menyusui. Sedangkan kontrasepsi postpartum sangat penting untuk
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan dengan interval yang pendek
berhubungan dengan hasil keluaran kesehatan maternal, janin, neonatus yang buruk.
Lebih dari 30% wanita mengalami inter-pregnancy (hamil saat menyusui) kurang dari
usia 18 bulan di US. Pemberian metode kontrasepsi apapun setelah melahirkan
dikaitkan dengan peningkatan interval inter-pregnancy. Namun, kekhawatiran tentang
dampak kontrasepsi hormonal pada menyusui dan kesehatan bayi menyebabkan
rekomendasi terbatas untuk metode yang sesuai untuk ibu hamil.

238
Masombe et al. :Gambaran Pemberian Asi Eksklusif...
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal,2020, 4 (3), 230-240

Pola menyusui yang ideal yaitu mulai menyusui segera setelah melahirkan
(IMD), menyusu secara eksklusif dan on demand yaitu 10-12 kali sehari dalam
beberapa minggu pertama dan setelah itu 8-10 kali sehari, atau minimal 1 kali saat
malam hari di bulan-bulan pertama. Saat siang hari tidak boleh menyusui dengan jarak
lebih dari 4 jam dan malam hari tidak boleh lebih dari 6 jam. Ibu menggunakan cara
yang halus untuk bayi yang tidak mau menyusui sehingga frekuensi menyusui siang
atau malam lebih sering dapat terpenuhi. Makanan tambahan atau cairan lain selain ASI
tidak boleh mengganggu frekuensi menyusui dan tidak boleh diberikan lebih dari sekali
atau dua kali dalam seminggu (Berens et al., 2015; LINKAGES, 2004; WHO dan CCP,
2011).
Pendarahan menstruasi dianggap sebagai darah haid setelah 2 bulan pasca
persalinan. Itu tidak termasuk lochea dalam 2 bulan pertama postpartum (ACCESS-FP,
2008). Dimulainya kembali menstruasi ditandai oleh setidaknya 2 hari berturut-turut
perdarahan atau pendarahan yang terjadi setelah 56 hari pasca persalinan dan dirasakan
oleh wanita sebagai kembalinya perdarahan menstruasi (Berens et al., 2015;
LINKAGES, 2004). Setelah adanya menstruasi sangat memungkinkan terjadinya
ovulasi (LINKAGES, 2004).
Penelitian ini menemukan beberapa hambatan yang dialami oleh PPDS di
RSUD Dr Soetomo diantaranya waktu untuk pumping, ruang laktasi terbatas, dan
tempat penyimpanan ASI terbatas. Waktu untuk pumping yang terbatas dapat
mengganggu proses fisiologi dari pemerahan ASI. Waktu untuk pumping merupakan
pengganti dari hisapan bayi, walau secara fisiologi hisapan bayi sangat berpengaruh
terhadap proses pengeluaran ASI.
Dukungan yang diterima oleh PPDS pada penelitian ini yaitu dari tekad tinggi
ingin memberikan ASI Eksklusif, toleransi untuk pumping, dan dukungan keluarga.
Seorang ibu harus mempunyai niat yang kuat agar dapat memberikan ASI Eksklusif
terlebih lagi jika ibu tersebut bekerja. Teman-teman PPDS dan keluarga juga
memberikan dukungan terhadap ibu. Hal tersebut merupakan faktor pendorong ibu
untuk memberikan ASI Eksklusif karena psikis ibu merupakan salah faktor yang akan
mempengaruhi proses menyusui ibu (Azizah, 2017).

239
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal

KESIMPULAN DAN SARAN


Prevalensi pemberian ASI Eksklusif yaitu saat 0-2 bulan pertama seluruhnya
dengan on demand, hampir seluruhnya memberikan lebih dari 8 kali, dan durasi PPA
terbanyak selama 1-3 bulan, serta hampir setengahnya PPDS yang berhasil menggunakan
MAL. Penelitian ini menunjukkan bahwa PPDS yang berhasil dengan MAL tidak sampai
setengahnya, padahal PPDS merupakan tenaga kesehatan yang akan memberikan KIE
terhadap MAL pada pasien. Peneliti berharap PPDS tetap meningkatkan usahanya agar
dapat meningkatkan keberhasilan MAL.
PERSANTUNAN
Terimakasih kepada RSUD Dr Soetomo yang telah memberikan izin penelitian,
PPDS yang telah bersedia menjadi responden, serta teman-teman yang telah membantu
selama penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
BKKBN.(2014). Pelayananan Kontrasepsi. Jakarta : BKKBN
_______.(2017). Kementerian Kesehatan, dan USAID. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2017. Diunduh Tanggal 19 Agustus 2019
Berens P, Labbok M. (2015). The Academy of Breastfeeding Medicine. ABM Clinical
Protocol #13: Contraception During Breastfeeding, Breastfeeding Medicine.
Feb;10(1):3-12.
Hakim, R.(2012). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif
pada Bayi 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Nabire Kota Kabupaten
Nabire Tahun 2012. 1–88. https://doi.org/10.1103/PhysRevLett.98.190403
Lausi, R. N., Susanti, A. I., Sari, P., & Astuti, S. (2018). Gambaran Metode Amenorea
Laktasi Dan Cara Pemberian Asi Eksklusif Di Desa Cipacing Kecamatan
Jatinangor.Jurnal Sistem Kesehatan, 3(1), 32–37.
https://doi.org/10.24198/jsk.v3i1.13959
Sattari, M., Levine, D., Neal, D., & Serwint, J. R. (2013). Personal Breastfeeding
Behavior of Physician Mothers Is Associated with Their Clinical
Breastfeeding Advocacy.Breastfeeding Medicine, 8(1), 31–37.
https://doi.org/10.1089/bfm.2011.0148
Sulistyowati, T., & Siswantara, P. (2014). Perilaku Ibu Bekerja Dalam Memberikan ASI
Eksklusif di Kelurahan Japanan Wilayah Kerja Puskesmas Kemlagi
Mojokerto. Departemen Promkes Dan Ilmu Perilaku, 2, 302.
Victora, C. G., Bahl, R., Barros, A. J. D., França, G. V. A., Horton, S., Krasevec, J., …
Richter, L. (2016). Breastfeeding in the 21st century: Epidemiology,
mechanisms, and lifelong effect. The Lancet. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(15)01024-7

240

Anda mungkin juga menyukai