Oleh :
DYAH SRI RAHMAWATI
NIM. 13DB277057
INTISARI
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program KB adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan (Sulistyawati, 2013). Dari berbagai macam jenis
kontrasepsi, suntik adalah kontrasepsi yang paling banyak diminati,
terutama kontrasepsi suntik 3 bulan.
Kontrasepsi suntik semakin banyak dipakai karena efektif, praktis,
relatif murah dan aman. Namun, adanya keterkaitan penggunaan
kontrasepsi suntik 3 bulan dan amenorea membutuhkan upaya untuk
menanggulangi hal tersebut yaitu dengan meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas supaya dapat memberikan pelayanan
KB secara maksimal. Meningkatkan pelaksanaan pelayanan KB melalui
petugas kesehatan dengan meningkatkan pemberian pendidikan
kesehatan kepada calon akseptor KB. Serta pemberian saran kepada
akseptor KB suntik untuk menggali informasi tentang alat kontrasepsi dan
efek samping yang digunakan (Ernawati, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan
kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan
Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global,
pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54%
pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional,
proporsi pasangan usia subur 15 - 49 tahun melaporkan penggunaan
metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di
Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, sedangkan di Asia telah meningkat dari
60,9% menjadi 61,6%. Diperkirakan 225 juta perempuan di negara-
negara berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi
tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai
berikut: terbatas pilihan metode kontrasepsi dan pengalaman efek
samping (WHO, 2014).
Indonesia merupakan negara yang memiliki laju pertumbuhan
penduduk sangat pesat menempati urutan keempat dunia dengan jumlah
penduduk 225.000.000 jiwa (BKKBN, 2014).
1
2
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
ditarik perumusan masalah dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah “
Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB 3
Bulan Dengan Amenorea di Pustu Desa Karangampel Kecamatan
Baregbeg Kabupaten Ciamis”.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif Pada
Akseptor KB Suntik 3 Bulan Dengan Amenorea di Pustu Desa
Karangampel Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis dengan
pendekatan manajemen langkah-langkah Varney dan
mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian menyeluruh pada akseptor KB suntik 3
bulan dengan amenorea.
b. Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosis kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorea.
c. Menentukan diagnosis potensial pada akseptor KB suntik 3 bulan
dengan amenorea.
d. Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada akseptor KB
suntik 3 bulan dengan amenorea.
e. Menyusun rencana asuhan kebdanan pada akseptor KB suntik 3
bulan dengan amenorea.
f. Melaksanakan rencana asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada akseptor KB 3 bulan dengan amenorea.
g. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
akseptor Kb suntik 3 bulan dengan amenorea.
6
D. Manfaat
1. Bagi Akseptor KB Suntik 3 Bulan
Sebagai bahan informasi kepada klien khususnya pada akseptor KB
suntik 3 bulan dengan amenorea.
2. Bagi STIKes Muhammadiyah Ciamis
Sebagai bahan acuan, bacaan dan referensi sehingga dapat
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam memberikan
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana. Selain itu sebagai bahan
masukan dalam proses belajar mengajar khususnya pada materi
kebidanan KB dan kesehatan reproduksi khususnya KB suntik 3
bulan.
3. Bagi Pustu
Meningkatkan pelayanan kebidanan pada klien secara komprehensif,
sehingga klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang
telah diberikan khususnya pelayanan pada kontrasepsi suntik 3 bulan.
4. Bagi Bidan
Sebagai bahan informasi pada pelayanan kebidanan, serta dapat
menjadi pertimbangan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada
akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Kontrasepsi
a. Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti
mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan
antara sel telur matang dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari /
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara
sel telur matang dengan sel sperma tersebut (BKKBN, 2011).
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah
kehamilan, usaha-usaha itu dapat besifat sementara, dapat juga
bersifat permanen (Wiknjosastro,2010).
7
8
3. Kontrasepsi Suntik
a. Pengertian
Kontrasepsi suntik adalah suatu cara kontrasepsi dengan
jlan penyuntikan sebagai usaha pencegahan kehamilan pada
wanita usia subur berupa hormon progesterone dan estrogen
(Sapada, 2012).
b. Jenis Kontrasepsi Suntik
Jenis-jenis kontrasepsi suntik menurut Hartanto (2010),
dibagi menjadi 2 jenis antara lain :
1) Kontrasepsi Suntikan kombinasi adalah 25 mg Medroxy
Progesterone Asetat dan 5 mg Estradiol Sipinot yang diberikan
injeksi secara intramuscular 1 bulan sekali.
2) Tersedia dua jenis suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu :
a) Depo Medroksiprogesterone Asetat (DMPA), mengandung
150 DMPA yang diberikan tiga bulan dengan disuntikkan
secara intramuscular.
b) Depo Norestisteron Enentat (Depo Noresterat)
mengandung 200 mg Noretindron dan diberikan dua bulan
sekali dengan disuntikkan secara intramuscular.
b. Cara kerja
Menurut Saifuddin (2013), cara kerja KB suntik 3 bulan :
1) Mencegah ovulasi
2) Membuat lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
c. Keuntungan
Menurut Saifuddin (2013), keuntugan KB suntik 3 bulan meliputi :
1) Sangat efektif
2) Mencegah kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri
4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah
5) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
6) Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun sampai
perimenopous
7) Sedikit efek samping
8) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik
d. Kerugian
Menurut Saifuddin (2013), krugian kontrasepsi DMPA yaitu :
1) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti siklus haid yang
memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau
sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak, tidak
haid sama sekali.
2) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikut
4) Penambahan berat badan merupakan efek samping tersering
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, Hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV
6) Kemungkinan terlambatnya kesuburan setelah penghentian
pemakaian
11
e. Indikasi
Menurut Saifuddin (2013), yang dapat menggunakan
kontrasepsi suntikan DMPA yaitu :
1) Usia reproduksi
2) Nulipara yang belum mempunyai anak
3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
5) Setelah melahirkan dan tidak menuyusui
6) Setelah abortus atau keguguran
7) Telah banyak anak, tapi belum menghendaki tubektomi
8) Perokok
9) Anemia defisiensi besi
10) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
f. Kontraindikasi
Menurut Saifuddin (2013), yang tidak boleh menggunakan
kontrasepsi DMPA yaitu :
1) Hamil atau diduga hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid (amenorea)
4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5) Diabetes melitus disertai komplikasi
g. Waktu mulai suntikan
1) Injeksi awal
a) Hari ke 1 sampai 7 siklus haid
b) Setiap saat selama siklus haid dimana anda merasa yakin
bahwa pasien tersebut tersebut tidak hamil
c) Postpartum
(1) Segera jika tidak sedang menyusui
(2) Setelah 6 bulan jika menggunakan MAL
(3) Pasca aborsi : segera atau dalam waktu 7 hari
2) Injeksi ulang, DMPA : hingga 4 minggu lebih awal atau
terlambat.
12
5. Amenorea
a. Definisi amenorea
Menurut Saifuddin (2013), amenorea adalah gangguan haid yang
biasanya besifat sementara dan sedikit sekali mengganggu
kesehatan.
Amenorea adalah tidak terjadi haid pada seorang perempuan
sedikitnya selama 3 bulan yang sebelumnya pernah haid. Secara
sederhana dikategorikan menjadi dua yaitu amenorea primer dan
sekunder. Amenorea primer terjadi apabila seorang wanita berusia
18 tahun ke atas tidak pernah mendapat haid. Sedangkan
amenorea sekunder yaitu penderita pernah mendapat haid, tetapi
kemudian tidak dapat haid lagi (Prawihardjo, 2011).
b. Etiologi Amenorea
Etiologi amenorea adalah sangat kompleks, selain
disebabkan kelainan endokrinologi bisa juga disebabkan faktor
psikis atau penyakit sistemik lain. Secara umum penyebab
amenorea dibagi dalam sebelas bentuk :
No Kelompok Penyebab
I Penyebab secara umum Pubertas tarda
Insufisiensi kelenjar hipofisis
Penyakit non endokrinologik
Penyakit kronik
Intoksifikasi
Kurang gizi
Kerja berat
II Penyebab di vagina Tidak ada uterus (total/partial)
Atresia himen
III Penyebab di uterus Tidak ada uterus
Kelainan congenital
Uterus hipoplasi
Atresia seviks
Atresia cavum uteri
Kerusakan endometrium akibat :
kuretase, infeksi dan obat-obatan
IV Penyebab di ovarium Tidak ada ovarium
Hipogenesis ovarium
Pengangkatan ovarium
Ovarium polikistik
Insufisiensi ovarium (penyinaran)
Folikel persisten
Tumor ovarium
V Penyebab di hipofisis Insufisiensi sekunder : tumor,
trauma, post partum (Sindrom
Sheehan)
VI Penyebab di ensefal Insufisiensi sekunder : tumor,
trauma, kegemukan, kekurusan
(anoreksia nervosa)
VII Penyebab di korteks Trauma psikis
VIII Penyebab di adrenal Sindrom adrenogen akibat
insufisiensi suprarenal dan tumor
15
c. Penanganan
Menurut Saifuddin (2013), penanganan amenorea yaitu :
a) Tidak perlu dilakukan tindakan apapun, cukup konseling saja
b) Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid terebut, suntikan
jangan dilanjutkan, anjurkan pemakaian kontrasepsi yang lain
c) Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan,
bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Nasehati
untuk kembali ke klinik
d) Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien, hentikan penyuntikan
e) Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera
f) Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan
perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan
kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik
g) Jika klien memaksa ingin haid biasanya dengan alasan psikis.
Dapat diberikan terapi pil KB kombinasi dosis 0,03 mg
ethynylestradiol dan 0,15 mg levonogestrel, 3 x 1 tablet dari
hasil pertama sampai ketiga, 1 x 1 tablet mulai hari keempat
selama 4-5 hari biasanya akan terjadi haid
Melaksanakan Pendidikan/
perencanaan dan Pelaksanaan Konseling
pelaksanaan
Followup
Evaluasi Evaluasi
20
3) Pemeriksaan penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa,
apabila diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium,
seperti pemeriksaan Hb dan papsmear (Nursalam, 2013).
2. Langkah II : Interpretasi Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan masalah yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya
digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa,
tetapi membutuhkan penanganannya (Varney, 2007).
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup
praktik kebidanan.
Ny. X P..A..umur..tahun akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorea.
Data subjektif :
1) Ibu mengatakan sudah menggunakan KB suntik 3 bulan.
2) Ibu mengatakan sudah 7 bulan tidak mendapatkan haid.
Data objektif :
Menurut Rismalinda (2014), yaitu :
1) Keadaan umum baik (Nursalam, 2009)
2) Kesadaaran composmentis (Nursalam, 2009)
3) Vital sign normal (Saifuddin, 2010)
4) hasil palpasi tidak terjadi kehamilan
5) hasil PP test negatif (-)
b. Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan
dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan
keadaan pasien. Masalah yang muncul pada kasus ini adalah ibu
merasa cemas karena tidak mendapatkan haid (Nursalam, 2009).
c. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengn
analisa data. Yaitu :
24
c. Beri KIE kepada ibu tentang penyebab tidak haid lebih dari 3 bulan
berturut-turut atau amenorea.
d. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene.
e. Beri tahu ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi.
f. Beri terapi pada ibu bila masih mengeluh masalah haid dan ingin
melanjutkan memakai alat kontrasepsi suntik dapat diberikan pil
kombinasi atau siklus etinile estradiol 50 mg per hari untuk 3 hari
sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari.
g. Beri penjelasan pada ibu bahwa akan terjadi haid bila pil kombinasi
habis.
6. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh
secara efisien dan aman.
Pelaksanaan yang dapat dilakukan pada akseptor KB 3 bulan dengan
amenorea :
1) Melakukan pemeriksaan terhadap ibu.
2) Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.
3) Memberi penjelasan kepada ibu tentang efek samping penggunaan
KB suntik 3 bulan tentang amenorea.
4) Memberi terapi pada ibu bila masih mengeluh masalah haid dan ingin
melanjutkan memakai alat kontrasepsi suntik dapat diberikan pil
kombinasi satu siklus etinil estradiol 50 mg per hari untuk 3 hari
sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari.
5) Memberi penjelasan pada ibu bahwa akan terjadi haid bila pil
kombinasi habis.
7. Langkah VII : Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi seberapa efektif tindakan dan asuhan yag
sudah diberikan kepada pasien, mengkaji respons pasien dan
peningkatan kondisi yng ditagetkan pada saat penyusunan perencanaan.
Menurut Varney (2006), evaluasi yang ingin dicapai pada kasus akseptor
KB suntik 3 bulan ini adalah :
1) Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan.
2) Ibu sudah jelas dan mengerti tentang efek samping KB suntik 3 bulan.
26
3) Ibu sudah diberi KIE tentang penyebab tidak haid dan ibu dapat
menjelaskan kembali penyebab terjadinya tidak haid selama 7 bulan
berturut-turut karena adanya ketidakseimbangan hormon esterogen
sehingga mempengaruhi endometrium.
4) Ibu sudah mengerti bagaimana caranya menjaga personal hygiene.
5) Ibu bersedia mengkonsusmsi makanan yang bergizi.
6) Ibu telah diberi terapi 1 siklus pl kombinasi etinil estradiol 50 mg per
hari untuk 3 hari sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama
5 hari.
7) Ibu sudah mengerti bahwa akan terjadi haid apabila pil kombinasi
habis.
8) Ibu memutuskan untuk meneruskan penggunaan KB suntik 3 bulan.
(4): 9 secara umum dapat menjadi motivasi KB, tapi bukan jadi dasar
langsung kebolehannya.