Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN

DENGAN AMENOREA DI PUSTU DESA KARANGAMPEL


KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan

Oleh :
DYAH SRI RAHMAWATI
NIM. 13DB277057

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN
DENGAN AMENOREA DI PUSTU DESA KARANGAMPEL
KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS1

Dyah Sri Rahmawati2 Dini Ariani3 Hani Septiani4

INTISARI

Program KB adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak


yang diinginkan. Dari berbagai macam jenis kontrasepsi, suntik adalah
kontrasepsi yang paling banyak diminati, terutama kontrasepsi suntik 3
bulan. Efek samping dari pemakaian KB suntik 3 bulan sering
menimbulkan gangguan haid (amenorea). didapatkan bahwa angka
kejadian amenorea di Pustu Desa Karangampel pada tahun 2015
sebanyak 78 peserta. Amenorea dapat menyebabkan kecemasan, stress
sampai depresi pada beberapa akseptor KB.

Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini yaitu untuk


memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan
pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorea dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan
pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorea ini dilakukan pada
tanggal 13 Maret 2016 di Pustu Desa Karangampel Kecamatan Baregbeg
Kabupaten Ciamis.

Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini, didapat gambaran


dan pengalaman nyata dalam pemberian asuhan kebidanan pada
akseptor suntik 3 bulan dengan amenorea. Kesimpulan dari hasil
pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor suntik 3 bulan dengan
amenorea dilaksanakan dengan baik.

Kata Kunci : Akseptor KB, Suntik 3 Bulan, Amenorea

Kepustakaan : 23 buku, 10 situs internet, 2 ayat al quran, 1 jurnal

Halaman : i-xii, 46 halaman, 9 lampiran


1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah
3 4
Ciamis Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis Dosen STIKes
Muhammadiyah Ciamis

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program KB adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan (Sulistyawati, 2013). Dari berbagai macam jenis
kontrasepsi, suntik adalah kontrasepsi yang paling banyak diminati,
terutama kontrasepsi suntik 3 bulan.
Kontrasepsi suntik semakin banyak dipakai karena efektif, praktis,
relatif murah dan aman. Namun, adanya keterkaitan penggunaan
kontrasepsi suntik 3 bulan dan amenorea membutuhkan upaya untuk
menanggulangi hal tersebut yaitu dengan meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas supaya dapat memberikan pelayanan
KB secara maksimal. Meningkatkan pelaksanaan pelayanan KB melalui
petugas kesehatan dengan meningkatkan pemberian pendidikan
kesehatan kepada calon akseptor KB. Serta pemberian saran kepada
akseptor KB suntik untuk menggali informasi tentang alat kontrasepsi dan
efek samping yang digunakan (Ernawati, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan
kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan
Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global,
pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54%
pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional,
proporsi pasangan usia subur 15 - 49 tahun melaporkan penggunaan
metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di
Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, sedangkan di Asia telah meningkat dari
60,9% menjadi 61,6%. Diperkirakan 225 juta perempuan di negara-
negara berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi
tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai
berikut: terbatas pilihan metode kontrasepsi dan pengalaman efek
samping (WHO, 2014).
Indonesia merupakan negara yang memiliki laju pertumbuhan
penduduk sangat pesat menempati urutan keempat dunia dengan jumlah
penduduk 225.000.000 jiwa (BKKBN, 2014).

1
2

Keterkaitan manfaat KB dengan penurunan AKI seringkali tidak


dirasakan. Salah satu penyebab kematian ibu antara lain masih
rendahnya pemahaman tentang KB dan kesehatan reproduksi,
rendahnya akses terhadap pelayanan KB dan Banyaknya Pasangan Usia
Subur (PUS) tidak mendapat pelayanan KB (unmeet need), padahal hal
itu beresiko meningkatkan jumlah kematian ibu karena aborsi yang tidak
aman (Budijanto, 2013).
Di Indonesia pada tahun 2014 jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) sebanyak 47.019.002 pasangan. Peserta KB sebesar 24.496.878
peserta (52,09%). Yang memakai kontrasepsi suntik sebanyak
20.590.171 peserta (84,05%), dengan pengguna kontrasepsi suntik 1
bulan sebanyak 9.268.115 peserta (45,01%) dan pengguna kontrasepsi
suntik 3 bulan sebanyak 11.322.856 peserta (54,98%), dari peserta
kontrasepsi suntik 3 bulan yang mendapat haid sebanyak 2.394.289
peserta (21,14%) dan yang tidak mendapatkan haid (amenorea)
sebanyak 8.928.567 peserta (78,85%) (Depkes RI, 2014).
Hasil pendataan keluarga tahun 2013 jumlah PUS di Provinsi
Jawa Barat merupakan jumlah terbanyak yaitu 9.047.576 pasangan.
Jumlah peserta KB aktif adalah sebanyak 6.419.255 peserta, dengan
jenis alat kontrasepsi yang digunakan adalah KB suntik sebanyak
2.740.522 orang (42,90%) (BKKBN, 2014)
Jumlah akseptor KB aktif di kabupaten Ciamis per Desember
2015 sebanyak 215.443 peserta. Dari jumlah tersebut, pengguna alat
kontrasepsi suntik 3 bulan 91.507 peserta (42,47%), kb suntik 1 bulan
50.219 peserta (23,31%) (Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan (BKBPP), 2015).
Menurut data akseptor KB di Pustu Desa Karangampel tahun
2015, jumlah PUS di Desa Karangampel sebanyak 516 pasangan,
akseptor KB aktif sebanyak 378 peserta, akseptor suntik 3 bulan 120
peserta (31,75%), suntik 1 bulan 46 peserta (12,17%). Dari penggunaan
KB suntik 3 bulan, beberapa efek samping yang terjadi yaitu tidak
mendapat haid (amenorea) yaitu sebanyak 78 peserta (65%), sedangkan
42 peserta (35%) selalu mendapat haid setiap bulannya (Data Register
KB Pustu Desa Karangampel, 2015).
3

Analisis Univariat penggunaan jenis kontrasepsi suntik pada


akseptor KB suntik tentang Distribusi Frekuensi Penggunaan Jenis
Kontrasepsi Suntik pada Akseptor Kontrasepsi Suntik di BPM Ch
Susilowati Treko, Mungkid tahun 2014 diperoleh hasil penelitian diperoleh
hasil akseptor yang memilih menggunakan suntik DMPA sebanyak 26
orang (61,9%) dan yang memilih menggunakan suntik kombinasi
sebanyak 16 orang (38,1%). Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden menggunakan jenis kontrasepsi suntik
DMPA sebanyak 26 akseptor (61,9 %). Pada penggunaan jenis
kontrasepsi suntik, sebagian besar responden lebih memilih kontrasepsi
suntik DMPA dibandingkan dengan kontrasepsi suntik kombinasi.
Penggunaan kontrasepsi suntik DMPA lebih praktis karena diberikan
setiap 3 bulan sekali, sedangkan pada kontrasepsi suntik kombinasi
cenderung membuat ketergantungan pada pelayanan kesehatan karena
harus diberikan setiap satu bulan sekali. Kejadian amenorea pada
akseptor KB suntik di BPM Ch Susilowati Treko, Mungkid tahun 2014
diperoleh hasil penelitian diperoleh hasil akseptor yang mengalami
kejadian amenorea sebanyak 25 orang (59,5%), sedangkan yang tidak
mengalami amenorea sebanyak 17 orang (40,5%).Berdasarkan hasil
diatas dapat diketahui sebagian besar responden mengalami kejadian
amenorea sebanyak 25 akseptor (59,5%) (Resti Astida Putri, 2015).
Disisi lain, KB termasuk masalah yang kontroversional. Secara
umum, umat islam masih ada dua kubu antara yang membolehkan KB
dan yang menolak KB. Namun, Tim Majelis Tarjih Dan Tajdid Pimpinan
Pusat Muhammadiyah melalui fatwa-fatwa tarjih menjelaskan bahwa
Quran Surat (Q.S.) an-Nisâ, (4): 9 secara umum dapat menjadi motivasi
KB.

Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.” ( Q.S An-Nisa ayat 9)
4

Surat an-Nisa’ ayat 9 ini menerangkan bahwa kelemahan


ekonomi, kurang stabilnya kondisi kesehatan fisik dan kelemahan
intelegensi anak, akibat kekurangan makanan yang bergizi, merupakan
tanggung jawab kedua orang tuanya, maka disinilah hukum Islam
memberikan solusi dan kemurahan untuk dilaksanakannya KB, yang
mana untuk membantu orang-orang yang tidak menyanggupi hal-hal
tersebut, agar tidak berdosa dikemudian hari, yakni apabila orang tua itu
meninggalkan keturunannya, atau menelantarkannya, akibat desakan-
desakan yang menimbulkan kekhawatiran mereka terhadap
kesejahteraannya. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang beriman
hendaklah bertakwa kepada Allah dan selalu berlindung dari hal-hal yang
dimurkai di sisi Allah. Kita hendaknya takut apabila meninggalkan
keturunan yang lemah dan tak memiliki apa-apa, sehingga mereka tak
bisa memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan terlunta-lunta.
Menurut Majelis Tarjih Dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, Islam menganjurkan agar kehidupan anak-anak jangan
sampai terlantar sehingga menjadi tanggungan orang lain. Ayat tersebut
mengingatkan agar orangtua selalu memikirkan kesejaheraan jasmani
dan ruhani anak-anaknya (PPM Majelis Tarjih, 2011).
Adapun, hadist yang memperkuat bahwa KB itu diperbolehkan
yaitu :

‫الرجل الماء عن جاريته إذا جامعها لئالّ تحمل‬


ّ ‫ عزل‬.
Artinya: “Seseorang melakukan „azl –dengan mengalihkan sperma di luar
vagina- ketika berjima‟ dengan hamba sahayanya agar tidak hamil.”

Dalam hadist ini menjelaskan para sahabat menyatakan bahwa


mereka biasa melakukan „azl pada masa Nabi Muhammad S.A.W Ketika
informasi itu sampai kepada Rasulullah, beliau tidak melarangnya. Disisi
lain ada bantahan terhadap cerita-cerita tentang orang Yahudi bahwa „azl
merupakan pembunuhan kecil (Hariyanto, 2012).
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka penulis tertarik
untuk melakukan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan
5

dengan amenorea di Pustu Desa Karangampel Kecamatan Baregbeg


Kabupaten Ciamis

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
ditarik perumusan masalah dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah “
Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB 3
Bulan Dengan Amenorea di Pustu Desa Karangampel Kecamatan
Baregbeg Kabupaten Ciamis”.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif Pada
Akseptor KB Suntik 3 Bulan Dengan Amenorea di Pustu Desa
Karangampel Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis dengan
pendekatan manajemen langkah-langkah Varney dan
mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian menyeluruh pada akseptor KB suntik 3
bulan dengan amenorea.
b. Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosis kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorea.
c. Menentukan diagnosis potensial pada akseptor KB suntik 3 bulan
dengan amenorea.
d. Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada akseptor KB
suntik 3 bulan dengan amenorea.
e. Menyusun rencana asuhan kebdanan pada akseptor KB suntik 3
bulan dengan amenorea.
f. Melaksanakan rencana asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada akseptor KB 3 bulan dengan amenorea.
g. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
akseptor Kb suntik 3 bulan dengan amenorea.
6

D. Manfaat
1. Bagi Akseptor KB Suntik 3 Bulan
Sebagai bahan informasi kepada klien khususnya pada akseptor KB
suntik 3 bulan dengan amenorea.
2. Bagi STIKes Muhammadiyah Ciamis
Sebagai bahan acuan, bacaan dan referensi sehingga dapat
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam memberikan
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana. Selain itu sebagai bahan
masukan dalam proses belajar mengajar khususnya pada materi
kebidanan KB dan kesehatan reproduksi khususnya KB suntik 3
bulan.
3. Bagi Pustu
Meningkatkan pelayanan kebidanan pada klien secara komprehensif,
sehingga klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang
telah diberikan khususnya pelayanan pada kontrasepsi suntik 3 bulan.
4. Bagi Bidan
Sebagai bahan informasi pada pelayanan kebidanan, serta dapat
menjadi pertimbangan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada
akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga Berencana (KB)


1. Definisi Keluarga Berencana
Keluarga berencana menurut world health organization (WHO)
expert commite (1970) adalah tindakan yang membantu
individu/pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif
tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mneapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Sulistyawati, 2012).
Keluarga berencana menurut undang-undang no. 10/1992 yaitu
supaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia sejahtera.
Secara umum, KB dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga
berdampak positif bagi ibu, ayah, bayi serta keluarga yang
bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat
langsung dari kehamilan tersebut, misalnya terhindar dari perbuatan
untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi (Suratun dkk, 2008).

2. Kontrasepsi
a. Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti
mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan
antara sel telur matang dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari /
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara
sel telur matang dengan sel sperma tersebut (BKKBN, 2011).
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah
kehamilan, usaha-usaha itu dapat besifat sementara, dapat juga
bersifat permanen (Wiknjosastro,2010).

7
8

b. Tujuan Pelayanan Kontrasepsi


1) Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi suatu keluarga
2) Dengan cara penagturan kelahiran anak agar diperoleh suatu
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya
3) Pengaturan kelahiran
4) Pendewasaan usia perkawinan
5) Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga
(sulistyawati, 2011).
c. Macam metode kontrasepsi
Menurut saifuddin, 2012, macam-macam metode kontrasepsi :
1) Metode kontrasepsi sederhana
a) Tanpa alat
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain : metode
kalender, Metode Amenorea Laktasi (MAL), metode
pantang berkala, metode suhu basal, metode lendir
serviks, metode simptothermal, coitus interuptus
(senggama terputus).
b) Dengan Alat (metoode barrier)
Metode kontrasepsi engan alat antara lain : kondom,
diafragma, cup servik dan kimiawi yaitu spermisida.
2) Metode Operasi ( Kontrasepsi Mantap )
a) Tubektomi (metode operasi wanita –MOW)
b) Vasektomi (metode operasi pria-MOP)
3) Metode Konntrasepsi Darurat
Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat
ada 2 macam yaitu Pil dan AKDR.
4) Metode modern
a) Kontrasepsi hormonal
(1) Kontrasepsi oral : pil kombinasi, pil progestin (minipil).
(2) Suntik/ injeksi : suntik kombinasi, suntik progestin.
(3) Implan
9

(4) Alat Kontrasepsi Dalam Lahir (AKDR)/ IUD dengan


Progestin.
b) Kontrasepsi non hormonal
AKDR : copper T, copper 7, Ypsilon-Y,Copper T3800A.

3. Kontrasepsi Suntik
a. Pengertian
Kontrasepsi suntik adalah suatu cara kontrasepsi dengan
jlan penyuntikan sebagai usaha pencegahan kehamilan pada
wanita usia subur berupa hormon progesterone dan estrogen
(Sapada, 2012).
b. Jenis Kontrasepsi Suntik
Jenis-jenis kontrasepsi suntik menurut Hartanto (2010),
dibagi menjadi 2 jenis antara lain :
1) Kontrasepsi Suntikan kombinasi adalah 25 mg Medroxy
Progesterone Asetat dan 5 mg Estradiol Sipinot yang diberikan
injeksi secara intramuscular 1 bulan sekali.
2) Tersedia dua jenis suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu :
a) Depo Medroksiprogesterone Asetat (DMPA), mengandung
150 DMPA yang diberikan tiga bulan dengan disuntikkan
secara intramuscular.
b) Depo Norestisteron Enentat (Depo Noresterat)
mengandung 200 mg Noretindron dan diberikan dua bulan
sekali dengan disuntikkan secara intramuscular.

4. Kontrasepsi suntik 3 bulan


a. Pengertian
KB suntik 3 bulan yaitu salah satu jenis kontrasepsi suntik
yang hanya mengandung hormon progesterone / progestin yang
disuntkkan setiap 3 bbulan sekali. Mengandung 150 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) yang diberikan dengan cara
disuntik intramuskular (di daerah bokong) (Sulistyawati, 2012).
10

b. Cara kerja
Menurut Saifuddin (2013), cara kerja KB suntik 3 bulan :
1) Mencegah ovulasi
2) Membuat lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
c. Keuntungan
Menurut Saifuddin (2013), keuntugan KB suntik 3 bulan meliputi :
1) Sangat efektif
2) Mencegah kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri
4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah
5) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
6) Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun sampai
perimenopous
7) Sedikit efek samping
8) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik
d. Kerugian
Menurut Saifuddin (2013), krugian kontrasepsi DMPA yaitu :
1) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti siklus haid yang
memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau
sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak, tidak
haid sama sekali.
2) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikut
4) Penambahan berat badan merupakan efek samping tersering
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, Hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV
6) Kemungkinan terlambatnya kesuburan setelah penghentian
pemakaian
11

e. Indikasi
Menurut Saifuddin (2013), yang dapat menggunakan
kontrasepsi suntikan DMPA yaitu :
1) Usia reproduksi
2) Nulipara yang belum mempunyai anak
3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
5) Setelah melahirkan dan tidak menuyusui
6) Setelah abortus atau keguguran
7) Telah banyak anak, tapi belum menghendaki tubektomi
8) Perokok
9) Anemia defisiensi besi
10) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
f. Kontraindikasi
Menurut Saifuddin (2013), yang tidak boleh menggunakan
kontrasepsi DMPA yaitu :
1) Hamil atau diduga hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid (amenorea)
4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5) Diabetes melitus disertai komplikasi
g. Waktu mulai suntikan
1) Injeksi awal
a) Hari ke 1 sampai 7 siklus haid
b) Setiap saat selama siklus haid dimana anda merasa yakin
bahwa pasien tersebut tersebut tidak hamil
c) Postpartum
(1) Segera jika tidak sedang menyusui
(2) Setelah 6 bulan jika menggunakan MAL
(3) Pasca aborsi : segera atau dalam waktu 7 hari
2) Injeksi ulang, DMPA : hingga 4 minggu lebih awal atau
terlambat.
12

h. Efek samping dan penanggulangannya


Menurut Hartanto (2007), efek samping kontrasepsi suntik
meliputi:
1) Gangguan haid
a) Pola haid yang normal dapat berubah menjadi :
amenorea, perdarahan ireguler, perdarahan bercak atau
spotting, perubahan dalam frekuensi lama dan jumlah
darah yang hilang
b) Insiden yang tinggi dari amenorea diduga berhubungan
dengan atropi endometrium. Sedangkan sebab-sebab dari
perdarahan ireguler masih belum jelas, dan tampak tidak
ada hubungan dengan perubahan-perubahan dalam kadar
hormon atau histologi endometrium.
c) KB suntik sering menyebabkan perdarahan, spotting dan
amenorea
d) Bila terjadi amenorea, memberikan efek yang
menguntungkan yakni berkurangnya insiden anemia
e) Sering terjadi perdarahan hebat yang membahayakan
akseptor
2) Berat badan bertambah
a) Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar
bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam
tahun pertama
b) Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas tampaknya
terjadi karena baertambahnya lemak tubuh dan bukan
karena retensi cairan tubuh
c) Hipotesa para ahli, KB suntik merangsang pusat
pengendali nafsu makan dan hipotalamus yang
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya
3) Sakit kepala
Peristiwa sakit kepala terjadi < 1 – 17 % akseptor.
4) Efek metabolik
Depoprovera mempengaruhi metabolisme karbohidrat tetapi
tidak ditemukan terjadinya diabetes.
13

5) Efek pada sistem reproduksi


a) Kembalinya kesuburan atau fertilitas
Rata-rata akseptor suntika depoprovera memerlukan 1,5-3
bulan lebih lama untuk kembali hamil dibandingkan pil oral
atau IUD.
b) Efek pada fetus atau janin
Tidak ditemukan bertambahnya kelainan kongenital atau
prematurus pada wanita hamil yang tanpa disengaja
diberikan Depoprovera maupun wanita yang hamil setelah
efek terhadap laktasi, bahkan dapat memperbaiki kuantitas
ASI atau memperbanyak produksi ASI.

5. Amenorea
a. Definisi amenorea
Menurut Saifuddin (2013), amenorea adalah gangguan haid yang
biasanya besifat sementara dan sedikit sekali mengganggu
kesehatan.
Amenorea adalah tidak terjadi haid pada seorang perempuan
sedikitnya selama 3 bulan yang sebelumnya pernah haid. Secara
sederhana dikategorikan menjadi dua yaitu amenorea primer dan
sekunder. Amenorea primer terjadi apabila seorang wanita berusia
18 tahun ke atas tidak pernah mendapat haid. Sedangkan
amenorea sekunder yaitu penderita pernah mendapat haid, tetapi
kemudian tidak dapat haid lagi (Prawihardjo, 2011).
b. Etiologi Amenorea
Etiologi amenorea adalah sangat kompleks, selain
disebabkan kelainan endokrinologi bisa juga disebabkan faktor
psikis atau penyakit sistemik lain. Secara umum penyebab
amenorea dibagi dalam sebelas bentuk :

Tabel. 2.1 Etiologi Amenorea


14

No Kelompok Penyebab
I Penyebab secara umum Pubertas tarda
Insufisiensi kelenjar hipofisis
Penyakit non endokrinologik
Penyakit kronik
Intoksifikasi
Kurang gizi
Kerja berat
II Penyebab di vagina Tidak ada uterus (total/partial)
Atresia himen
III Penyebab di uterus Tidak ada uterus
Kelainan congenital
Uterus hipoplasi
Atresia seviks
Atresia cavum uteri
Kerusakan endometrium akibat :
kuretase, infeksi dan obat-obatan
IV Penyebab di ovarium Tidak ada ovarium
Hipogenesis ovarium
Pengangkatan ovarium
Ovarium polikistik
Insufisiensi ovarium (penyinaran)
Folikel persisten
Tumor ovarium
V Penyebab di hipofisis Insufisiensi sekunder : tumor,
trauma, post partum (Sindrom
Sheehan)
VI Penyebab di ensefal Insufisiensi sekunder : tumor,
trauma, kegemukan, kekurusan
(anoreksia nervosa)
VII Penyebab di korteks Trauma psikis
VIII Penyebab di adrenal Sindrom adrenogen akibat
insufisiensi suprarenal dan tumor
15

IX Penyebab di kelenjar tiroid Hipotiroid/hipertiroid


X Penyebab di pancreas Kekurangan insulin
XI Obat-obatan Steroid seks atau obat yang
meningkatkan kadar PRL

c. Penanganan
Menurut Saifuddin (2013), penanganan amenorea yaitu :
a) Tidak perlu dilakukan tindakan apapun, cukup konseling saja
b) Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid terebut, suntikan
jangan dilanjutkan, anjurkan pemakaian kontrasepsi yang lain
c) Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan,
bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Nasehati
untuk kembali ke klinik
d) Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien, hentikan penyuntikan
e) Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera
f) Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan
perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan
kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik
g) Jika klien memaksa ingin haid biasanya dengan alasan psikis.
Dapat diberikan terapi pil KB kombinasi dosis 0,03 mg
ethynylestradiol dan 0,15 mg levonogestrel, 3 x 1 tablet dari
hasil pertama sampai ketiga, 1 x 1 tablet mulai hari keempat
selama 4-5 hari biasanya akan terjadi haid

B. Teori Manajemen Kebidanan


1. Pengertian
Menurut Varney, manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
ilmiah penemuan-penemuan, keterampilan dan rangkaian tahapan
yang logis untuk pengambilan suatu yang berfokus pada pasien
(Sujiyatini, Mufdillah, Hidayat, 2009).
2. Langkah – langkah manajemen kebidanan
16

Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang


dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney‟s Midwivery,
menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri
dari tujuh langkah yyang berurutan secara sistematis dan siklis
(Soepardan, 2008).
Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan
dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses
dimulai dari pengumpulan data dasar sampai evaluasi. Ketujuh
langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat
diaplikasikan dalam situasi apapun (Rismalinda, 2014).
Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut Varney, yaitu
sebagai berikut (Purwoastuti, walyani, 2014)
a. Langkah 1 : Tahap pengumpulan data dasar
Langkah ini dikumpulkan dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Pengkajian dilakukan dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien lengkap, yaitu :
1) Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit menurun
Untuk mengetahui keadaan ibu apakah pernah menderita
penyakit menurun seperti ginjal, jantung, diabetes melitus,
hipertensi dan epilepsi yang dapat mempengaruhi
kontraindikasi pemakaian KB.
b) Riwayat penyakit menular
Untuk mengetahui keadaan ibu apakah pernah menderita
penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.
2) Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4) Meninjau data laboratorium
b. Langkah II : Interpretasi dasar
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data
terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Data dasar
tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan
diagnosis dan masalah spesifik. Masalah sering berkaitan dengan
17

hal – hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasikan oleh


bidan sesuai hal pengkajian. Masalah juga sering menyertai
diagnosis.
c. Langkah III : Identifikasi Diagnosis / Masalah Potensial
Pada langkah ini, ddilakuakan identifikasi masalah
potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosis atau
masalah yang diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siap mencegah atau masalah potensial. Pada langkah ini
penting dalam melakukan asuhan yang aman.
d. Langkah IV : Penetapan Kebutuhan Tindakan Segera
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter
melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota
tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses
manajemen kebidanan. Kegiatan biidan pada tahap ini adalah
konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan.
e. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan
Rencana asuhan mempunyai pedoman antisipasi untuk
klien. Pedoman antisipasi ini meckup perkiraan entang hal yang
akan terjadi beriikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah
masalah terkait sosial, ekonomi, kultural , atau psikologis dengan
kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup
aspek kesehatan yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan secara efektif.
Semua asuhan yang telah diepakati dikembangkan dalam
asuhan menyeluruh. Asuhan ini bersifat rasional dan valid yang
didasarkan pada pengetahuan, teori terkini, dan sesuai dengann
asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.

f. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan


18

Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh


dilakukan dengsn efisien dan aman. Pelaksanaan ini dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya, namun
bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya
(misalnya memastikan bahwa langkah tersebut telah terlaksana ).
Penatalaksanaannya yang efisien dan berkualitas akan
berpengaruh pada waktu serta biaya. Pada langkah ini bidan
melaksanakan langsung tindakan yang telah direncanakan pada
klien.
g. Langkah VII : Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkji ulang
aspek asuhan yang tidak efektif untnuk mengetahui faktor mana
yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan
yang diberikan. Evaluasi ini meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan : apakah benar- benar telah terpenuhi sebagaimana
diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika benar efektif dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan
pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang
mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis,
karena proses manajemen tersebut berlangsung dalam situasi
klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi
klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam
tulisan saja. Dalam praktiknya, langkah-langkah asuhan
kebidanan ditulis dengen menggunakan SOAP.
19

Dari penjelasan diatas dapat digambarkan dalam skema sebagai


berikut :
Gambar 2.1 Skema Langkah-langkah proses manajemen

Alur pikir bidan Pencatatan dari Asuhan


Kebidanan

Proses Manajemen Dokumentasi Kebidanan


kebidanan

7 Langkah Varney 5 langkah


kompetensi bidan
Pengumpulan data Data
dasar
Interprestasi data dasar
SOAP NOTES
Mengidentifikasi
Subjektif Objektif
masalah atau diagnosa
potensial Assessment atau
Mengidentifikasi dan diagnosis Analisa Data
menetapkan kebutuhan
yang memerlukan Penatalaksanan:
penanganan segera
Konsul
Merencanakan asuhan Tes diagnostik/Lab
yang komprehensif atau Perencanaan
menyeluruh Rujukan

Melaksanakan Pendidikan/
perencanaan dan Pelaksanaan Konseling
pelaksanaan
Followup
Evaluasi Evaluasi
20

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan


Dengan Amenorea
Asuhan Kebidanan pada akseptor suntik 3 bulan denagan
amenorea dapat diberikan melalui konseling. Hal ini dilakukan supaya
tercapainya peningkatan kualitas pelayanan kontrasepsi melalui
pemahaman klien tentang KB (Sulistyawati, 2012).
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan kebidanan pada
akseptor suntik denagan amenorea yaitu terlaksananya asuhan
kebidanan segera atau rutin termasuk melakukan pengkajian, membuat
diagnosa dan masalah potensial, indakan segera serta merencanakan
asuhan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Wildan dan Hidayat, 2008).
Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut varney, yaitu
sebagai berikut :
1. Langkah I : Pengkajian data
Menurut Sulistyawati (2011), pada langkah ini dikumpulkan semua
informasi yang akurat dan lengkap dari berbagai sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Pengumpulan data dilakukan melalui
anamnesis. Bagian-bagian penting dari anamnesis antara lain
sebagai berikut :
a. Data subyektif adalah data yang diperoleh dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak
dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independen tetapi
melalui suatu system interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2013).
1) Identitas
a) Nama : untuk mengenal dan mengetahui pasien.
b) Umur : untuk mengetahui faktor resiko.
c) Agama : untuk memberikan motivasi dorongan moril
sesuai dengan agama yang dianut.
d) Suku : untuk megetahui faktor bawaan atau ras.
e) Pendidikan : perlu ditanyakan karena tingkat penidikan
berpengaruh terhadap pengetahuan pola makan, nutrisi
pada ibu.
f) Pekerjaan : untuk mengetahui status ekonomi keluarga.
21

g) Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal serta


mempermudah pemantauan.
2) Anamnesa
a) Riwayat KB
Menurut Wheeler dalam Sutrisni (2013), data ini mengkaji
alat kontrasepsi yang digunakan serta untuk mengetahui
keluhan yang dialami ibu sebagai efek samping dari alat
kontrasepsi yang digunakan.
b) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat penyakit menurun
Untuk mengetahui keadaan ibu apakah pernah
menderita penyakit menurun seperti ginjal, jantung,
diabetes mellitus, hipertensi, dan epilepsi yang dapat
mempengaruhi kontraindikasi pemakaian KB.
(2) Riwayat penyakit menular
Untuk mengetahui keadaan ibu apakah pernah
menderita penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.
b. Data objektif adalah data yang di observasi dari hasil pemeriksaan
oleh bidan atau tenaga kesehatan lain. Data ini dikumpulkan guna
melengkapi data untuk menegakkan diagnosa. Bidan melakukan
pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkui, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan
secara berurutan (Sulistyawati, 2013).
1) Pemeriksaan umum
a) Keluhan umum : untuk mengetahui apakah ibu dalam
keadaan baik.
b) Kesadaran : untuk mendapatkan gambaran tentang
kesadaran pasien, kita dapat mengkaji tingkat kesadaran
mulai composmentis sampai koma.
c) Tekanan darah : untuk mengetahui faktor hipertensi dan
hipotensi. Batas normalnya 110-180 mmHg untuk systole
dan 60-90 mmHg untuk diastole.
d) Suhu : untuk mengetahui suhu ibu apakah ada
peningkatan atau tidak, normalnya 36,6°C-37,6°C.
22

e) Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam


menit batas normalnya 69-100 x/menit.
f) Respirasi : untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien
yang dihitung dalam 1 menit. Batas normalnya 16-24
x/menit.
g) Tinggi Badan : untuk mengetahui tinggi badan ibu.
h) Berat badan : untuk mengetahui berat badan ibu. Karena
salah satu efek samping dari KB suntik 3 bulan adalah
kenaikan berat badan.
2) Pemeriksaan fisik sistematis
a) Kepala
(1) Rambut : meliputi warna, mudah rontok atau tidak an
kebersihannya.
(2) Muka : keadaan muka pucat atau tidak, adakah
kelainan, adakah oedema.
(3) Mata : untuk mengetahui apakah konjungtiva warna
merah muda dan sklera warn putih.
(4) Hidung : bagaimana kebersihannya, ada benjolan atu
tidak.
(5) Telinga : bagaimana kebersihannya, ada serumen atau
tidak.
(6) Mulut : ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi
berdarah atau tidak.
b) Leher : ada perbesaran kelenjar tiroid atau tidak, ada
benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe.
c) Dada dan axilla : untuk mengetahui keadaan payudara,
simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau
tidak.
d) Abdomen : apakah ada luka bekas operasi atau tidak, ada
nyeri atau tidak.
e) Ekstremitas atas dan bawah : ada cacat atau tidak,
oedema atau tidak, terdapat varices atau tidak.
23

3) Pemeriksaan penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa,
apabila diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium,
seperti pemeriksaan Hb dan papsmear (Nursalam, 2013).
2. Langkah II : Interpretasi Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan masalah yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya
digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa,
tetapi membutuhkan penanganannya (Varney, 2007).
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup
praktik kebidanan.
Ny. X P..A..umur..tahun akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorea.
Data subjektif :
1) Ibu mengatakan sudah menggunakan KB suntik 3 bulan.
2) Ibu mengatakan sudah 7 bulan tidak mendapatkan haid.
Data objektif :
Menurut Rismalinda (2014), yaitu :
1) Keadaan umum baik (Nursalam, 2009)
2) Kesadaaran composmentis (Nursalam, 2009)
3) Vital sign normal (Saifuddin, 2010)
4) hasil palpasi tidak terjadi kehamilan
5) hasil PP test negatif (-)
b. Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan
dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan
keadaan pasien. Masalah yang muncul pada kasus ini adalah ibu
merasa cemas karena tidak mendapatkan haid (Nursalam, 2009).
c. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengn
analisa data. Yaitu :
24

1) Penjelasan tentang efek samping KB suntik 3 bulanan dengan


amenorea.
2) Memberi dukungan moril pada ibu.
3. Langkah III : Diagnosa Potensial
Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin diberikan pencegahan.
Dalam kasus akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorea, diagnosa
potensial tidak ada.
4. Langkah IV : Antisipasi/Tindakan Segera
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan
sambil mengamati klien.
Menurut Saifuddin dalam Sutrisni (2013), terapi yang dapat diberikan
pada pasien dengan amenorea antara lain 1 siklus pil kombinasi selama 3
hari dan kemudian dilanjutkan dengan ibuprofen 3x800 mg selama 5
hari, atau dapat juga diberikan 500 mg etinilestradiol atau 1,25 mg
estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
5. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan
Pada langkah ini merupakan penyusunan rencana asuhan kebidanan
secara menyeluruh dengan tetap dan rasional berdasarkan keputusan
yang dibuat pada langkah sebelumnya. Tindakan yang dapat dilakukan
berupa observasi, penyuluhan dan pengobatan. Setiap rencana harus
disetujui oleh kedua pihak yaitu bidan dan klien agar dapat dilakanakan
dengan efektif karena klien diharapkan juga melakanakan rencana
tersebut.
Menurut Saifuddin dalam Sutrisni (2013), rencana tindakan yang dapat
dilakukan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorea adalah:
a. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.
b. Beri penjelasan kepada ibu tentang efek samping penggunaan KB
suntik 3 bulan.
25

c. Beri KIE kepada ibu tentang penyebab tidak haid lebih dari 3 bulan
berturut-turut atau amenorea.
d. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene.
e. Beri tahu ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi.
f. Beri terapi pada ibu bila masih mengeluh masalah haid dan ingin
melanjutkan memakai alat kontrasepsi suntik dapat diberikan pil
kombinasi atau siklus etinile estradiol 50 mg per hari untuk 3 hari
sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari.
g. Beri penjelasan pada ibu bahwa akan terjadi haid bila pil kombinasi
habis.
6. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh
secara efisien dan aman.
Pelaksanaan yang dapat dilakukan pada akseptor KB 3 bulan dengan
amenorea :
1) Melakukan pemeriksaan terhadap ibu.
2) Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.
3) Memberi penjelasan kepada ibu tentang efek samping penggunaan
KB suntik 3 bulan tentang amenorea.
4) Memberi terapi pada ibu bila masih mengeluh masalah haid dan ingin
melanjutkan memakai alat kontrasepsi suntik dapat diberikan pil
kombinasi satu siklus etinil estradiol 50 mg per hari untuk 3 hari
sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari.
5) Memberi penjelasan pada ibu bahwa akan terjadi haid bila pil
kombinasi habis.
7. Langkah VII : Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi seberapa efektif tindakan dan asuhan yag
sudah diberikan kepada pasien, mengkaji respons pasien dan
peningkatan kondisi yng ditagetkan pada saat penyusunan perencanaan.
Menurut Varney (2006), evaluasi yang ingin dicapai pada kasus akseptor
KB suntik 3 bulan ini adalah :
1) Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan.
2) Ibu sudah jelas dan mengerti tentang efek samping KB suntik 3 bulan.
26

3) Ibu sudah diberi KIE tentang penyebab tidak haid dan ibu dapat
menjelaskan kembali penyebab terjadinya tidak haid selama 7 bulan
berturut-turut karena adanya ketidakseimbangan hormon esterogen
sehingga mempengaruhi endometrium.
4) Ibu sudah mengerti bagaimana caranya menjaga personal hygiene.
5) Ibu bersedia mengkonsusmsi makanan yang bergizi.
6) Ibu telah diberi terapi 1 siklus pl kombinasi etinil estradiol 50 mg per
hari untuk 3 hari sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama
5 hari.
7) Ibu sudah mengerti bahwa akan terjadi haid apabila pil kombinasi
habis.
8) Ibu memutuskan untuk meneruskan penggunaan KB suntik 3 bulan.

D. Landasan Hukum tentang Wewenang Bidan terhadap KB


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi :
1. Pasal 9
a. Kewenangan Normal
1) Pelayanan kesehatan ibu
2) Pelayanan kesehatan anak
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
2. Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 9 huruf c, berwenang untuk :
a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana, dan
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
3. Pasal 13
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal
11 dan Pasal 12 Bidan yang menjalankan program Pemerintah
berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi :
27

a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam


rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.

E. Tinjauan Islam tentang Hukum Kb


Keluarga Berencana (KB) termasuk masalah yang kontroversial
sehingga tidak ditemukan bahasannya oleh imam-imam madzhab.
Secara umum, hingga kini di kalangan umat islam masih ada dua kubu
antara yang membolehkan KB dan yang menolak KB. Ada beberapa
alasan dari para ulama yang memperbolehkan KB dan yang menolak KB.
Ada beberapa alasan dari para ulama yang memperbolehkan KB,
diantaranya dari segi kesehatan ibu dan ekonomi keluarga. Program KB
juga didukung oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui, sejak 1970
program KB nasional telah meletakkan dasar-dasar mengenai pentingnya
perencanaan dalam keluarga (Sulistyawati, 2012).
Yusuf al-Qaradhawi melalui bukunya Halal dan Haram
mengungkapkan, tujuan perkawinan salah satunya adalah lahirnya
keturunan. Dengan adanya keturunan, menopang kelangsungan jenis
manusia. Islam menyukai banyaknya keturunan di kalangan umatnnya
(Hariyanto, 2012).
Namun, Islam pun mengizinkan kepada setiap Muslim untuk
mengatur keturunan apabila didorong oleh alasan kuat. Hal yang masyhur
digunakan pada zaman Rasulullah s.a.w untuk mengatur kelahiran adalah
dengan „azl, yaitu mengeluarkan sperma di luar rahim ketika akan terasa
keluar (Hariyanto, 2012).
1. Hukum Tanzhim an-Nasl (KB)
KB dalam arti pengaturan kelahiran, yang dijalankan oleh
individu (bukan dijalankan karena program negara) untuk mencegah
kelahiran (man‟u al-hamli) dengan berbagai cara dan sarana,
hukumnya mubah.
Hadits dari sahabat Jabir r.a. yang berkata,”dahulu kami
melakukan „azl (senggama terputus) pada masa Rasulullah s.a.w.
sedangkan al-Qur,an masih turun” (HR al-Bukhari).
28

‫صلى‬- ‫َّللا‬ ِ َّ ‫ َف َب َل َغ َذلِ َك َن ِب َّى‬-‫صلى َّللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬


ِ َّ ‫ول‬ ُ ‫ُك َّنا َن ْع ِزل ُ َع َلى َع ْه ِد َر‬
ِ ‫س‬
‫ َف َل ْم َي ْن َه َنا‬-‫َّللا عليه وسلم‬.
“Kami dahulu melakukan „azl di masa Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam dan sampai ke telinga beliau, namun beliau tidak
melarangnya” (HR. Muslim no. 1440).

Dalam hadits ini menjelaskan para sahabat menyatakan bahwa


mereka biasa melakukan „azl pada masa Nabi Muhammad s.a.w.
Ketika informasi itu sampai kepada Rasulullah, beliau tidak
melarangnya. Di sisi lain ada bantahan terhadap cerita-cerita tentang
orang yahudii bahwa „azl merupakan pembunuhan kecil (Hariyanto,
2012).
Rasulullah s.a..w menegaskan dusta orang-orang Yahudi itu,
kalau Allah SWT berkehendak untuk menjadikannya hamil dari
hubungan itu, maa tak akan ada yang dapat mengelaknya (Hariyanto,
2012).
Oleh karena itu, Rasulullah s.a.w memerintahkan umatnya
berbuat hal melahirkan malahat dan tidak mengizinkan sesuatu yang
menimbulkan bahaya. Menurut al-Qaradhawi, di masa kini sudah ada
beragam alat kontrasepsi yang dapat dipastikan kebaikannya. Hal
inilah yang diharapkan oleh Rasulullah s.a.w (Hariyanto, 2012).
Keharusan melakukan „azl karena khawatir terhadap keadaan
perempuan yang sedang menyusui kalau hamil atau melahirkan anak
lagi. Rasulullah s.a.w., berusaha demi kesejahteraan umatnya
(Hariyanto, 2012).
Beliau, kata al-Qaradhawi, ingin melindungi anak yang masih
menyusu dari bahaya. Dengan dasar inilah ia mengatakan, jarak yang
pantas antara dua anak adalah sekitar 30 atau 33 bulan bagi mereka
yang ingin menyempurnakan susuannya (Hariyanto, 2012).
Imam Ahmad menuturkan, semuanya tentu jika ada perkenan sang
istri. Sebab, istrilah yang lebih berhak atas anaknya. Istri juga
mempunyai hak bersenang-senang (Hariyanto, 2012).
2. Pandangan Muhammadiyah
Sementara itu, tim majelis tarjih dan tajdid pimpinan pusat
Muhammadiyah melalui fatwa-fatwa tarjih menjelaskan, QS an-Nisâ,
29

(4): 9 secara umum dapat menjadi motivasi KB, tapi bukan jadi dasar
langsung kebolehannya.

Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah
mereka mengucapkan perkataan yang benar.” ( Q.S An-Nisa ayat 9)

Surat an-Nisa‟ ayat 9 ini menerangkan bahwa kelemahan


ekonomi, kurang stabilnya kondisi kesehatan fisik dan kelemahan
intelegensi anak, akibat kekurangan makanan yang bergizi,
merupakan tanggung jawab kedua orang tuanya, maka disinilah
hukum Islam memberikan solusi dan kemurahan untuk
dilaksanakannya KB, yang mana untuk membantu orang-orang yang
tidak menyanggupi hal-hal tersebut, agar tidak berdosa dikemudian
hari, yakni apabila orang tua itu meninggalkan keturunannya, atau
menelantarkannya, akibat desakan-desakan yang menimbulkan
kekhawatiran mereka terhadap kesejahteraannya. Oleh karena itu,
bagi orang-orang yang beriman hendaklah bertakwa kepada Allah
dan selalu berlindung dari hal-hal yang dimurkai di sisi Allah. Kita
hendaknya takut apabila meninggalkan keturunan yang lemah dan tak
memiliki apa-apa, sehingga mereka tak bisa memenuhi kebutuhan
mereka sendiri dan terlunta-lunta.
Menurut majelis tarjih dan tajdid pimpinan pusat
Muhammadiyah, islam menganjurkan agar kehidupan anak-anak
jangan sampai terlantar sehingga menjadi tanggungan orang lain.
Ayat tersebut mengingatkan agar orangtua selalu memikirkan
kesejahteraan jasmani dan ruhani anak-ananya (PPM Majelis Tarjih,
2011).
30

3. Pendapat As-Sayyid Sabiq dan Al-Ghazali


As-Sayyid Sabiq dalam bukunya. Fiqih sunnah menjelaskan,
bahwa dalam keadaan tertentu Islam tidak menghalangi pembatasan
kelahiran melalui penggunaan obat pencegah kehamilan atau cara-
cara lainnya. Pembatasan kelahiran diperbolehkan bagi laki-laki yang
beranak banyak dan tak sanggup lagi menanggung biaya pendidikan
anaknya dengan baik (Hariyanto, 2012).
Demikian pula jika keadaan istri sudah lemah, mudah hamil,
serta suaminya dalam kondisi miskin. Dalam keadaan ini, kata As-
Sayyid Sabiq, diperbolehkan membatsi kelahiran. Sejumlah ulama
menegaskan pembatasan kelahiran tak sekadar diperbolehkan
bahkan dianjurkan (Hariyannto, 2012).
Imam al-Ghazali membolehkan hal itu jika istri merasa khawatir
akan rusak kecantikannya. Dalam kondisi tersebut, suai dan istrii
berhak memutuskan untuk melakukan pembatsan. Ada pula ulama
yang mengatakan pembatasan bisa dilakukan tanpa syarat apapun
yang mendasarinya (Hariyanto, 2012).
Mereka berpegang pada hadis-hadis mengenai sikap
Rasulullah s.a.w yang mengizinkan para sahabat melakukan „azl
(Hariyanto, 2012).
4. Syarat pembolehan menggunakan KB
Beberapa hal yang menjadi pembolehan KB dalam islam, yaitu :
a. Tidak adanya bahaya (dharar). Kaidah Fiqih menyebutkan
“adhdharararu yuzâl (segala bentuk bahaya haruslah dihilangkan)”
Kebolehan pengaturan kelahiran juga terbatas pada pencegahan
kehamilan yang temporal (sementara), misalnya dengan pil KB
dan kondom (Hariyanto, 2012).
b. Sebagai kondisi darurat dengan persetujuan suami-istri,
pertimbangan dokter ahli dan ahli agama. Maksud darurat yaitu
ada kekhawatiran kehidupan atau kesehatan ibu bila hamil aatau
melahirkan (PPM Majelis Tarjih, 2011).
c. Kekhawatiran munculnya bahaya terhadap urusan dunia yang tak
jarang mempersulit ibadah, seperti membuat seseorang mau
menerima barang haram atau menjalankan pekerjaan terlarang
31

demi memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Sejalan dengan firman


Allah SWT (PPM Majelis Tarjih, 2011) yaitu QS al-Baqarah (2):
195, agar seseorang tak menjatuhkan diri dalam kebinasaan.

Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan


janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,
dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik” (QS al-Baqarah (2): 195)

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kaum Mukminin agar


menginfakkan harta mereka di jalan jihad untuk dengan
menyiapkan perbekalan, memudahkan perjalanan satuan-satuan
perang khusus dan para pejuang serta melarang mereka untuk
meninggalkan infak di jalan Allah -yang tidak lain adalah jihad-
sebab bilamana mereka meninggalkan infak dan jihad, maka itu
sama dengan orang yang menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan. Hal ini dikarenakan, bila musuh yang selalu mengintai
melihat mereka tidak lagi berjihad, maka mereka akan menyerang
dan memerangi mereka bahkan bisa mengalahkan mereka
sehingga karenanya mereka akan binasa.
Di samping itu, Allah juga memerintahkan mereka agar
berlaku baik dalam seluruh perbuatan-perbuatan mereka. Berlaku
baik dalam perbuatan artinya menekuninya, memperbagusnya
dan membersihkannya dari segala ketimpangan dan kerusakan.
Allah juga berjanji kepada mereka bahwa jika mereka berlaku baik
dalam perbuatan-perbuatan mereka tersebut, maka Dia akan
menolong membantu dan menolong mereka.
d. Persoalan kesehatan dan pendidikan (PPM Majelis Tarjih, 2011).
e. Pertimbangan kemaslahatan umat (rakyat) dapat dijadikan dasar
pertimbangan untuk menetapkan hukum Islam menurut mazdhab
Maliki, di negara Indonesia yang tercinta ini, pemerintah sebagai
32

pelaksana amanat rakyat, berkewajiban untuk melaksanakan


program KB, sesuai dengan petunjuk GBHN. Maka program
tersebut, menurut pertimbangan ulama, hukumnya boleh dalam
Islam, karena demi peprtimbangan kemaslahatan umat (rakyat)
(Hariyanto, 2012).
Namun disisi lain pencegahan kehamilan yang permanen
(sterilisasi), seperti vasektomi atau tubektomi, hukumnya haram
(Hariyanto, 2012).
Sebab Nabi s..a.w. telah melarang pengebirian (al-ikhtishâ),
sebagai teknik mencegah kehamilan secara permanen yang ada
saat itu (Muttafaq,alaih, dari Sa‟ad bin Abi Waqash RA).
DAFTAR PUSTAKA

Al Quran Surat Al-Baqarah (2) Ayat 195


Al Quran Surat An-Nisa (4) Ayat 9
Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Asional Direktorat Pelaporan
Dan Statistik, 2014. Profil Pendataan Keluarga Tahun 2013. Tersedia
Dari: http://www.bkkbn.go.id (Diakses Pada 28 April 2016)
BKKBN, 2011. Cara-Cara Kontrasepsi Yang Digunakan Dewasa Ini. Tersedia
dari : http://www.bkkbn-jatim.go.id (diakses pada 19 april 2016).
Bkkbn, 2014. Hasil Pendataan Keluarga Berencana Tahun 2014. Tersedia Dari :
www.bkkbn.go.id (Diakses Pada 16 April 2016)
BKBPP, 2015. Partisipasi program KB di kabupaten ciamis tinggi. Tersedia dari :
http://www.wartapriangan.com (diakses pada 8 april 2015)
Budijanto, D. 2010. Determinan ‘4 Terlalu’ Masalah Kesehatan Reproduksi
Hubungannya Dengan Penggunaan Alat Kb Saat Ini Di Indonesia,
Jakarta: Kemenkes RI
Effendi,2009. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Ernawati, Nep, 2014. Hubungan Antara Lama Pemakaian Kb Suntik 3 Bulan
Dengan Gangguan Menstruasi Di Puskesmas Mengwi Ii Bandung Hal.
37. Tersedia Dari :
www.triatmapindo.ac.id (Diakses Pada 18 April 2016)
Hariyanto, M. 2012. Bagaimana Keluarga Berencana Menurut Islam. Tersedia
Dari : www.solusiislam.com (Diakses Pada 4 April 2016)
Hartanto, 2007. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Hartanto, H. 2010. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Hidayat, Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan
Praktis. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2009. Buku Panduan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Saleba Medika
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Tarjih, 2011. Himpunan Putusan Tarjih.
Yogyakarta : Suara Muhammadiyah
Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Purwoastuti, Dkk. 2014. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Putri , Resti Astida, 2015. Kejadian Amenorea Pada Akseptor Kb Suntik Di BPM
Ch Susilowati, Treko, Mungkid Tahun 2014. Tersedia dari :
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id ( Diakses Pada Tanggal 10 Mei
2016)
Rismalinda. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: In Media
Saifuddin, A. B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, A. B. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Ayasan Bina Pustaka.
Saifuddin, A, B. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sapada, I. 2012. Kontrasepsi Pemakaian Suntikan Kombinasi. Online.Available :
http://www.google.com (Diakses Pada 20 April 2016)
Sujiyatini, Mufdillah, Hidayat. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan Plus Contoh
Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Sulistyawati, Ari. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika
Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba
Medika
Suratun, Dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Trans Info Media
Sutrisni, 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ny. T Akseptor Kb Suntik Cyclofem
Dengan Amenore Di Klinik Griya Husada 2 Karanganyar. Kti : Available
Online At : http://www.asuhankebidanankbsuntikdenganamenore.com
(Diakses Pada 19 April 2016)
Varney, H. 2007. Varney’s Midwifery. Bandung: Sekeloa Publisher
Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Wildan, M., Hidayat. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Surabaya : Salemba Medika
Winarsih, Titik. 2015. Kejadian Amenorea Pada Akseptor Kb Suntik Di Bpm Ch
Susilowati, Treko, Mungkid Tahun 2014. Tersedia dari :
http://www.stikeskusumahusada.ac.id (diakses pada tanggal 30 april
2016)

Anda mungkin juga menyukai