Anda di halaman 1dari 21

PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN


DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN IBU DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS JEMBATAN KECIL
KABUPATEN SELUMA

Disusun oleh :
ANIAR OKTA RINA
NPM. 1826040186.P

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terdapat tiga indikator tambahan yang berkaitan dengan KB dalam

Millenium Development Goals (MDGs) 2015 target 5b (Akses Universal

terhadap Kesehatan Reproduksi) yang diharapkan akan memberikan

kontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan ibu. Indikator tersebut adalah

Contraceptive Prevalence Rate (CPR), Age Specific Fertility Rate (ASFR),

dan unmet need. Target nasional indikator tersebut pada tahun 2015 adalah

CPR sebesar 65%, ASFR usia 15-19 tahun sebesar 30/1000 perempuan usia

15-19 tahun dan unmet need 5% (Kemenkes RI, 2012).

Dalam upaya akselerasi pembangunan Kependudukan dan Keluarga

Berencana (KKB), dengan memperhatikan RPJMN dan Renstra BKKBN

tahun 2010-2014, maka telah direvisi sasaran yang hendak dicapai pada tahun

2014. Sasaran yang hendak dicapai pada tahun 2014 adalah TFR sebesar 2,36,

CPR sebesar 60,1% dan unmet need sebesar 6,5%.

Dalam satu dekade terakhir, keberhasilan pelayanan Keluarga

Berencana di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai

dengan kurangnya perbaikan beberapa indikator KB yaitu CPR, unmet need

dan Total Fertility Rate (TFR). Tulisan ini mengkaji situasi pelayanan KB di

Indonesia, termasuk indikator-indikator tersebut, juga perbandingan dengan


Negara-negara ASEAN, dalam upaya mendukung peningkatan pelayanan KB

serta kesehatan ibu dan Bayi (Kemenkes RI, 2012).

Upaya menyukseskan program Keluarga Berencana, maka pasangan

suami istri melakukan pencegahan terjadinya pertemuan antara sel sperma dan

sel telur, agar tidak terjadi pembuahan. Pencegahan pertemuan tersebut

dilakukan dengan cara bermacam-macam baik melalui pihak pria maupun

pihak wanita. Inilah prinsip kontrasepsi (Irianto, 2012).

Salah satu jenis kontrasepsi hormonal yang sering digunakan adalah KB

hormonal suntikan (unjectables), dan merupakan salah satu alat kontrasepsi

yang berdaya kerja panjang (lama), yang tidak membutuhkan pemakaian

setiap hari. Kontrasepsi yang baik adalah kontrasepsi yang aman, dapat

diandalkan, sederhana, murah, dapat diterima orang banyak, dan pemakaian

jangka lama (Saifuddin, 2006).

Jenis kontrasepsi hormonal yang sering digunakan adalah KB suntik

Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) yang berisi 150mg progesterone

dalam bentuk partikel kecil yang diberikan setiap 12 minggu dengan cara

disuntikkan intramuscular (di daerah bokong). Namun demikian, KB suntik

juga mempunyai banyak efek samping seperti peningkatan berat badan ibu,

sakit kepala, dan nyeri payudara, efek-efek samping seperti ini tidak

berbahaya dan cepat hilang (Saifuddin, 2006).

Ada dua macam suntikan bagi wanita yaitu golongan progestin seperti

Depo Provera, Depo Progestin dan Noristerat dan golongan Ekstrogen

propionate yaitu Cylo Provera (cyclofem). Pemberian hormone progestin akan


menyebabkan pengentalan mucus serviks sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma, hormone tersebut juga mencegah pemotongan dan pelepasan

sel telur. Selain itu pada penggunaan Depo Provera, endometrium menjadi

tipis dan atrofi dengan bekurangnya aktivitas kelenjar dapat menyebabkan

amenore. Sedangkan suntikan kedua hormone progestin dengan campuran

sedikit hormone estrogen pada suntikan cycloferm akan merangsang haid

setiap bulan (Sarwono, 2009).

Efek samping utama pemakaian Depo Medroxy Progesterone Acetat

(DMPA) adalah kenaikan berat badan ibu. Sebuah penelitian melaporkan

peningkatan berat badan ibu lebih dari 2,3 kilogram pada tahun pertama dan

selanjutnya meningkat secara bertahap hingga mencapai 7,5 kilogram selama

enam tahun. Sedangkan pemakaian cyclofem berat badan ibu meningkat rata-

rata dua hingga tigas kilogram tahun pertama pemakaian, dan terus bertambah

selama tahun kedua (Varney, 2007).

Penting untuk menemukan secara dini efek samping dari pemakaian

kontrasepsi hormonal serta mengobatinya, efek samping yang timbul pada

pemakaian kontrasepsi hormonal dapat disebabkan karena adanya

ketidakseimbangan hormonal, dimana kadar estrogen rendah sedangkan kadar

progesterone tinggi. Disamping itu lamanya pemakaian kontrasepsi hormonal

dan umur yang bersangkutan memegang peranan dalam timbulnya efek

samping pada penggunaan alat kontrasepsi suntik (Wiknjosastro, 2009).

Dari profil Dinas Provinsi pada tahun 2011 dari 150.838 orang jumlah

akseptor terdapat (44%) pengguna KB suntik, pada tahun 2012 terdapat


34.042 akseptor KB terdapat (44%) pengguna KB suntik pada tahun 2013

jumlah akseptor pengguna KB suntik sebanyak 2.483 orang (Dinkes Prov.

Bengkulu, 2013).

Menurut Profil Dinas Kesehatan Kota Bengkulu pada tahun 2011 dari

jumlah akseptor 19.841, akseptor KB adalah suntik (48,5%) pada tahun 2012

dari 27.530 akseptor KB terdapat (50%) menggunakan KB suntik, pada tahun

2013 dari jumlah pengguna akseptor KB suntik sebanyak 3.956.

Dari 20 Puskesmas di Kabupaten Seluma terdapat empat Puskesmas

tertinggi yang menggunakan KB suntik Padang Serai sebanyak 290,

Penurunan sebanyak 295 dan di Kandang sebanyak 445 dari data tersebut

Puskesmas Jembatan Kecil merupakan Puskesmas tertinggi yang

menggunakan KB suntik, pada tahun 2013 penggunaan KB suntik di

Puskesmas Jembatan Kecil adalah sebanyak 720 orang (Profil Dinkes Kota

Bengkulu, 2013).

Peneliti melakukan observasi langsung di Wilayah Kerja Puskesmas

Jembatan Kecil. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 27

Februari 2014 terhadap 10 orang akseptor KB suntik 6 orang menggunakan

KB suntik 3 bulan mengalami peningkatan berat badan dan 4 orang memakai

KB suntik 1 bulan tidak mengalami peningkatan berat badan. Dari keluhan ibu

yang menggunakan KB suntik 6 orang ibu mengeluhkan peningkatan berat

badan (Puskesmas Jembatan Kecil Kabupaten Seluma., 2013).

Berdasarkan data yang di kemukakan di atas, maka peneliti tertarik

untuk meneliti, dengan judul penelitian “Hubungan pemakaian alat


kontrasepsi suntik 3 bulan dengan peningkatan berat badan ibu di Wilayah

Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kabupaten Seluma”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan pemakaian alat kontrasepsi suntik 3

bulan dengan peningkatan berat badan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas

Jembatan Kecil Kabupaten Seluma?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mempelajari hubungan pemakaian alat kontrasepsi suntik 3 bulan

dengan peningkatan berat badan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas

Jembatan Kecil Kabupaten Seluma.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran pemakaian alat kontrasepsi suntik 3 bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kabupaten Seluma.

b. Diketahui gambaran peningkatan berat badan ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Jembatan Kecil Kabupaten Seluma.

c. Diketahui hubungan pemakaian alat kontrasepsi suntik 3 bulan dengan

peningkatan berat badan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan

Kecil Kabupaten Seluma.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Basuki Rahmat

Diharapkan dari hasil penelitian nantinya bidan di Puskesmas dapat

membina dan memberikan konseling kepada askseptor KB suntik 3 bulan

mengenai efek samping yang ditimbulkan. Terutama tentang hubungan

pemakaian alat kontrasepsi suntik 3 bulan dengan peningkatan berat badan

ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kabupaten Seluma.

2. Bagi Institusi TMS

Menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang sangat

berharga bagi peneliti sendiri tentang hubungan pemakaian alat

kontrasepsi suntik 3 bulan dengan peningkatan berat badan ibu. Untuk

menambah dukungan bahwa hasil penelitian yang dibuat memberikan

informasi yang sesuai dengan teori yang ada.

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat menjadi acuan bagi peneliti lain tentang hubungan pemakaian

alat kontrasepsi suntik 3 bulan dengan peningkatan berat badan ibu di

Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kabupaten Seluma dapat

memberikan bahan-bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.


PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN


PERILAKU MENGKONSUMSI TABLET FE
DI PUSKESMAS JEMBATAN KECIL
KABUPATEN SELUMA

Disusun oleh :
ANIAR OKTA RINA
NPM. 1826040186.P

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan pengamatan World Health Organization (WHO) Tahun

2007, angka kematian ibu adalah sebesar 500.000 jiwa dan angka kematian

bayi sebesar 10.000.000 jiwa setiap tahunnya. Jumlah tersebut sebenarnya

masih cfir.iguk.in karena besar kemungkinan kematian ibu dan bayi tidak

dilaporkan Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi bila

dibandingkan di Negara-negara Association South East Asian (ASEAN), yang

berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih

memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu

(Saeffuddin, 2008).

Menurut upaya pencapaian pembangunan millenium (MDG's) dan

tujuan pembangunan kesehatan. peningkatan pelayanan kesehatan ibu

diprioritaskan yaitu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per

100-000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Semen tara, berdasarkan data

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka Nasional

untuk Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran

hidup (Depkes RI, 2010).

Salah satu penyebab kematian maternal yang umum terjadi di Indonesia

yaitu eklampsia. pendarahan, sort a penyakit infeksi. Ketiga kondisi ini terikat

erat, baik langsung, maupun tidak langsung. dengan status gizi ibu. Masalah
gizi di Indonesia yang belum teratasi, salah satunya adalah anemia. Anemia

masih merupakan masalah pada wanita Indonesia sebagai akibat kekurangan

zat besi. Anemia dalam kehamilan di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh

defisiensi besi dan perdarahan akut atau tidak jarang keduanya saling

berinteraksi (Sulistyuningsih, 2011).

Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2010 prevalensi

anemia ibu hamil sebesar 40,1% dan pada tahun 2007 turun menjadi 24,5%,

keadaan ini mengindikasikan bahwa anemia gizi besi masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia.

Mengingat dampak anemia yang membahayakan tersebut maka perlu

penanggulangan kekurangan zat besi pada ibu hamil dengan segera.

Penanggulangan masalah anemia gizi besi saat ini terfokus pada pemberian

tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil. Program ini didasarkan dengan

harapan setiap ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe yang dibagikan petugas

kesehatan pada ibu hamil secara gratis. Namun demikian efek samping berupa

gangguan perut pada pemberian zat besi peroral menurunkan kesadaran

pemakaian secara massal, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan ibu akan

pentingnya mengkonsumsi tablet Fe (Sulistyoningsih, 2011).

Perilaku mengkonsumsi tablet Fe dapat diukur dari Ketepatan jumlah

tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi, frekuensi konsumsi

per hari. Pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam

mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia karena defisiensi

besi. Namun dalam kenyataannya tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet
Fe meminumnya secara rutin, hal ini disebabkan karena faktor ketidaktahuan

pentingnya mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilannya (Sulistyoningsih,

2011).

Di Provinsi Bengkulu Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2010 sebesar

115,2 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan

yang secara tidak langsung disebabkan oleh anemia, pada tahun 2010 angka

kematian ibu sebanyak 45 orang yang terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak

9 orang, kematian ibu bersalin sebanyak 33 orang dan kematian ibu nifas

sebanyak 3 orang (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2010).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2009, ibu

hamil yang mengalami anemia berjumlah (5,10%). Angka ini kemungkinan

kecil karena ada beberapa Puskesmas yang tidak melaporkan sehingga data

kejadian anemia pada ibu hamil dari Puskesmas tersebut tidak masuk (Dinkes

Kota Bengkulu, 2009).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2010

peringkat tertinggi angka kejadian anemia pada ibu hamil yaitu terdapat pada

Puskesmas Sukamerindu, dari 370 ibu hamil terdapat 18,91% ibu hamil yang

Hb nya ˂ 11 gr% dan yang terendah adalah Puskesmas Sidomulyo, Puskesmas

Basuki Rahmat dan Puskesmas Kandang yaitu 0% ibu hamil yang Hb nya ˂

11 gr% (Dinkes Kota Bengkulu, 2010).

Berdasarkan data Tahun 2011 dari 419 ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya di Puskesmas Sukamerindu terdapat 20,52% ibu hamil yang

mengalami anemia dengan pemberian tablet Fe 1 mencapai 98,69% (Profil


Dinkes Kota Bengkulu, 2011). Berdasarkan data yang di dapat dari Puskesmas

Sukamerindu Kota Bengkulu dari bulan Januari-Agustus 2012 jumlah ibu

hamil yang memeriksakan kehamilannya sebanyak 226 orang, yang

mengalami anemia sebanyak 25 (11,06%) orang ibu hamil (Puskesmas

Sukamerindu, 2012).

Kebijakan departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan

angka kejadian anemia pada ibu hamil yaitu pemberian 30 tablet Fe pada

trimester pertama dan 30 tablet pada trimester kedua. Dengan harapan angka

kejadian anemia dapat diturunkan menjadi ± 41 juta jiwa (20%) dari 102 juta

jiwa (50%) (Saefuddin, 2006).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Puskesmas sukamerindu

Bengkulu, terdapat 5 ibu hamil yang berkunjung, mereka mendapatkan tablet

Fe dari Puskesmas dan mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan, namun

karena beberapa alasan 3 diantaranya tidak begitu memahami tentang tablet

Fe, setelah dilakukan wawancara bahwa ibu hamil tersebut masih belum

menyadari pentingnya mengkonsumsi tablet Fe dan bagaimana cara

mengkonsumsi tablet Fe yang benar.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik mengambil judul

tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Perilaku

Mengkonsumsi Tablet Fe di Puskesmas Jembatan Kecil Kabupaten Seluma”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara

pengetahuan ibu hamil dengan perilaku mengkonsumsi tablet Fe di Puskesmas

Jembatan Kecil Kabupaten Seluma?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mempelajari hubungan pengetahuan ibu hamil dengan perilaku

mengkonsumsi tablet Fe di Puskesmas Jembatan Kecil Kabupaten Seluma.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi pengetahuan ibu hamil dalam mengkonsumsi

tablet Fe di Puskesmas Jembatan Kecil Kabupaten Seluma.

b. Diketahui perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe di

Puskesmas Jembatan Kecil Kabupaten Seluma.

c. Diketahui hubungan pengetahuan ibu hamil dengan perilaku ibu hamil

dalam mengkonsumsi Tablet Fe di Puskesmas Jembatan Kecil

Kabupaten Seluma.
PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU


DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS JEMBATAN KECIL
KABUPATEN SELUMA

Disusun oleh :
ANIAR OKTA RINA
NPM. 1826040186.P

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) juga. menjadi salah satu indikator penting

dari derajat kesehatan masyarakat AKI di Indonesia mencapai 228/100.000

kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan Vietnam

(59/100.000), dan Cina (37/100.000), ini menempatkan Indonesia sebagai

salah satu negara dengan tertinggi ke-3 di kawasan ASEAN. Satu ibu yang

akan melahirkan anak di Indonesia, risiko ibu tersebut meninggal dunia

sepuluh kali lipat dari seorang ibu di Malaysia dan Sri Lanka. Sementara itu

laporan dari daerah yang diterima kementrian kesehatan jumlah ibu yang

meninggal karena kehamilan dan persalinan disebabkan salah satunya yaitu

kurang deteksi selam masa hamil. Target Pemerintah adalah menurunkan

angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015

(Profil Kesehatan Indonesia, 2012).

Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang menjadi

penyebab mendasar, seperti status pendidikan, pengetahuan, sikap dan prilaku

ibu hamil yang masih rendah (Notoatmodjo, 2010), salah satu yang menjadi

alasan yaitu ibu hamil yang melewati pentingnya pemeriksaan kehamilan

dengan melihat angka kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) yang masih

kurang dari standar acuan nasional. Pemantauan antenatal dewasa ini

digunakan indikator kunjungan yaitu antenatal K1 (kunjungan pertama ibu

hamil) dan K4 (kunjungan keempat ibu hamil) trimester III. Target nasional
tahun 2012 kunjungan pelayanan KI adalah (95%) dan kunjungan K4 (90%)

(Depkes RI, 2010).

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan

menggunakan indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu

hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali, dibandingkan

jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun

Sedangkan kunjungan ibu hamil K4 adalah Kunjungan ibu hamil yang

mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit empat kali

kunjungan, dengan distribusi satu kali pada trimester pertama, satu kali pada

trimester dua dan dua kali pada trimester tiga (Kemenkes, Rl 2014).

Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap

ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya

ke tenaga kesehatan. Angka kematian ibu masih banyak disebabkan para ibu

hamil tidak mempunyai akses untuk pergi ke dokter atau bidan yang ada di

daerah. Rata-rata 10% ibu di Indonesia tidak pernah memeriksakan

kandungannya ke tenaga kesehatan dan 30% (Profll Kesehatan Indonesia,

2012).

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan

oleh tenaga kesehatan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai standar

pelayanan antenatal yang ditetapkan. Asuhan antenatal mengalami perubahan

besar dengan kemajuan pesat dalam perbaikan kesehatan wanita dan bayi baru

lahir (Sullivan, Kean dan Cryer, 2009). Didukung dengan beberapa kemajuan

yang paling menonjol adalah kemajuan dalam teknik pemeriksaan janin dalam
pelayanan kesehatan ibu dan anak, mencakup pelayanan antenatal yang

diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya dengan tujuan memantau

kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang

bayi sejak awal kehamilan hingga persalinan (Depkes RI, 2011).

Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk

prilaku. Faktor-faktor yang berhubungan dengan prilaku ada 3 yaitu: faktor

predisposisi, faktor pendukung, faktor pendukung, dan faktor pendorong.

Yang termasuk faktor predisposisi diantaranya : umur, sikap, dukungan suami

kepercayaan, tradisi dan nilai, sedangkan yang termasuk faktor pendukung

adalah ketersediaan sarana-sarana kesehatan, dan yang terakhir yang termasuk

faktor pendorong adalah sikap dan prilaku petugas kesehatan faktor yang

menyebabkan ibu hamil paling kesulitan untuk memeriksakan kehamilan ke

tenaga kesehatan yaitu ketidaktahuan ibu yang sangai kurang di tambah

pendidikan yang rendah sehingga ibu tidak tau pentingnya memeriksakan

ANC secara teratur. Dalam hai inilah pengetahuan dan pendidikan seseorang

sangat penting.

Menurut analisis Cein Tamaka & Agnes Madianung bahwa Puskesmas

dengan cakupan kunjungan ANC yang tinggi didukung oleh pengetahuan ibu

hamil yang tinggi dan pendidikan yang tinggi juga sehingga akan membuat

ibu hamil teratur dalam memeriksakan kehamilannya. Berdasarkan Data Dinas

Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun 2014 dari 10 Kabupaten/Kota yang ada di

Provinsi Bengkulu, ibu hamil dengan cakupan K4 berjumlah 35.452 dari total

ibu hamil 35.160 (93%), cakupan K4 tertinggi adalah Rejang Lebong dengan
K1 sebanyak 5.241 (105%) dan K4 sebanyak 5.034 (101%). sedangkan

Kabupaten/Kota cakupan K4 terendah adalah Kota Bengkulu dengan K1

sebanyak 6.824 (94 %) dan K4 sebanyak 6.215 (86%) (Profil Dinas Kesehatan

Provinsi Bengkulu, 2014).

Menurut Profil Dinas Kesehatan Kola Bengkulu tahun 2014 dan 20

Puskesmas yang ada di Kota Bengkulu Ibu hamil dengan cakupan K4

berjumlah 6474 (91 .27%) dari total ibu hamil 342.912. Tiga Puskesmas

dengan cakupan K4 terendah diantaranya adalah Puskesmas Kuala Lempuing

dengan cakupan Kl sebanyak 103 (101.98%), K4 sebanyak 84 (83%),

Puskesmas Jembatan Kecil dengan cakupan Kl sebanyak 591 (98,01 %), K4

sebanyak 494 (81%), Puskesmas Padang Serai yaitu Kl sebanyak 287

(74,93%) dan K4 sebanyak 283 (73,89%). Terlihat bahwa Puskesmas Padang

Serai merupakan cakupan K4 ibu hamil yang paling rendah diantara

Puskesmas yang lainnya, (Data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu tahun 2014).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Puskesmas pada

tanggal 25 Februari s/d 3 Maret 2015 terdapat 10 orang ibu hamil, setelah

diwawancarai didapatkan 4 orang ibu yang berpendidikan menengah keatas 2

diantaranya berpendidikan SMA dan 2 orang ibu berpendidikan Diploma 111

keempat ibu-ibu ini mau melakukan pemeriksaan kehamilan karena keempat

ibu ini sudah mendapatkan informasi dan mengetahui tentang pentingnya

melakukan pemeriksaan kehamilan pada tenaga kesehatan secara teratur agar

ibu dan bayi sehat.


Sedangkan 6 orang ibu di wawancarai, 4 orang ibu diantaranya

berpendidikan SD, dari 4 prang ibu ini 2 ibu mengatakan tidak memeriksakan

kehamilannya dikarenakan ibu tidak mengetahui berapa kali harus

memeriksakan kehamilannya, ibu Jalang ke Puskesmas karena ingin

mendapatkan vitamin. 2 ibu mengatakan ibu tidak memeriksakan kehamilan

karena jarak rumah yang jauh dan Puskesmas sedang kan 2 prang ibu tidak

pernah bersekolah ibu mengatakan tidak memeriksakan kehamilannya secara

rutin karena ibu-ibu hamil ini sibuk dengan aktifitas sehingga ibu tidak

mengetahui tentang kehamilan, menurut dia bahwa kehamilan adalah hal biasa

yang akan dihadapi dan dilewati oleh setiap wanna sehingga tidak perlu

dilakukan pemeriksaan kehamilan khusus dan secara rutin.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti mengenai hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan

kunjungan antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Bulan Kabupaten

Seluma.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan

pengetahuan dengan kunjungan antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas

Pasar Bulan Kabupaten Seluma?


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mempelajari hubungan antara tingkat pendidikan dan

pengetahuan dengan kunjungan antenatal care di Wilayah Kerja

Puskesmas Pasar Bulan Kabupaten Seluma.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran kunjungan antenatal care di Wilayah Kerja

Puskesmas Pasar Bulan Kabupaten Seluma.

b. Diketahui gambaran pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar

Bulan Kabupaten Seluma.

c. Diketahui gambaran pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar

Bulan Kabupaten Seluma.

d. Diketahui hubungan pendidikan dengan kunjungan antenatal care di

Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Bulan Kabupaten Seluma.

e. Diketahui hubungan pengetahuan dengan kunjungan antenatal care di

Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Bulan Kabupaten Seluma.

3. Manfaat Penelitian

1. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan masukan

dalam mempelajari kunjungan antenatal care pada ibu hamil. Dan juga

sebagai bahan pelajaran bagi akademik khususnya mahasiswa dalam

melengkapi referensinya.
2. Bagi Puskesmas Padang Serai

Sebagai informasi untuk kesehatan yang berperan sebagai

pemberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama kepada ibu

hamil sehingga dapat meningkatkan pelayanannya menjadi lebih

optimal.

3. Bagi Peneliti Lain

Menambah pengetahuan serta pengalaman dalam merancang

dan melaksanakan penelitian. Dapat memberikan manfaat dalam

menerapkan teori-teori tentang pengetahuan ibu hamil untuk antenatal

care selama kehamilannya.

Anda mungkin juga menyukai