Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

Pengaruh KB Suntik Tiga Bulan Depo Medroksi Progesteron Acetate (DMPA)


terhadap Kenaikan Berat Badan di Puskesmas Tanah Abang Jakarta Tahun 2019

MATA KULIAH EVIDENCE BASE

Disusun oleh :

Widi Astuti

Program Studi SI Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKES)

Baiturrahim Jambi

Tahun Ajaran 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang maha esa telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengaruh
KB Suntik Tiga Bulan Depo Medroksi Progesteron Acetate (DMPA) terhadap
Kenaikan Berat Badan di Puskesmas Tanah Abang Jakarta Tahun 2019” ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Gustina, M.Keb

pada mata kuliah Evidence base dalam praktek kebidanan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pengaruh KB Suntik Tiga Bulan
Depo Medroksi Progesteron Acetate (DMPA) terhadap Kenaikan Berat Badan di
Puskesmas Tanah Abang Jakarta Tahun 2019 para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Gustina, M.Keb selaku dosen mata
kuliah Evidence base dalam praktek kebidanan telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 19 April 2021

Penulis
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Menurut organisasi kesehatan dunia World Health Organization
program perencanaan Keluarga berencana merupakan tindakan untuk
mengukur jumlah serta jarak anak yang di rencanakan. Agar dapat terwujud
maka di rancang suatu cara metode ataupun alternatif agar kehamilan dapat
di rencanakan dengan terarah serta sesuai dengan kesiapan fisik dan psikis.
Berdasarkan data World Health Organization penggunaan kontrasepsi suntik
di seluruh dunia ialah sebanyak 4. 000. 000 ataupun dekat 45%. Di negara
maju seperti di Amerika Serikat penggunaan kontrasepsi suntik sebanyak
30% hal ini bertolak belakang dengan penggunaan di Indonesia kontrasepsi
suntik merupakan salah satu kontrasepsi yang paling diminati dan menjadi
idola. Perencanaan program hamil di Indonesia sangat banyak di minati
adalah kontrasepsi suntik sebesar 34, 3%. Dengan luasnya wilayah
demografi Indonesia dengan kondisi kepulauan dengan luas daerah
terbanyak sehingga menjadi negeri dengan jumlah penduduk paling banyak
seperti Cina. Cakupan angka Fertilitas ataupun Total Fertility Rate( TFR) 2, 6
sedangkan Indonesia masih terletak di atas rata-rata TFR negara ASEAN
ialah 2, 4.( World Health Organization, 2016).
Cara mengatur program Keluarga berencana dengan
meningkatkan kepedulian dalam perencanaan program kehamilan dan
pengaturan usia pernikahan warga untuk mencapai keluarga kecil dan
berkualitas (Arum serta Sujiyatini, 2011). Untuk mewujudkan keluarga
berkualitas di lakukan suatu cara atau metode untuk merencanakan
kehamilan. Cara tersebut tertuang dalam program kontrasepsi ataupun
penundaan kehamilan serta perencanaan keluarga. Kontrasepsi ialah
mencegah pertemuan sel telur oleh sel mani, ataupun penangkalan
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi pada dinding Rahim( Pratiwi,
2014). Berdasarkan Undang- Undang Nomor. 52 tahun 2009 tujuan gerakan
KB mencakup 2 perihal, antara lain: Mewujudkan keserasian, keselarasan,
serta penyeimbang kebijakan kependudukan guna mendesak terlaksananya
pembangunan nasional serta wilayah yang berwawasan kependudukan,
mewujudkan penduduk yang berkembang balance lewat pelembagaan
keluarga kecil yang sehat dan sejahtera.
Berdasarkan Data Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia tahun
2016, jumlah PUS di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 48. 536. 690
orang. Peserta KB baru pada tahun 2016 sebanyak 6. 663. 156 orang( 13,
73%). Kemudian masih berdasarkan pada Profil Kesehatan Indonesia tahun
2016, peserta KB aktif tercatat sebanyak 36. 306. 662 orang( 74, 80%),
dengan persentase akseptor terdiri dari kondom sebanyak 1. 171. 509 orang (
3, 23%), Kapsul sebanyak 8. 280. 823 orang( 22, 81%), Suntik sebanyak 17.
414. 144 orang( 47, 96%), IUD sebanyak 3. 852. 561 orang ( 10, 61%),
Implan sebanyak 4. 067. 699 orang( 11, 20%), MOW sebanyak 1. 285. 991
orang( 3, 54%) serta partisipan MOP sebanyak 233. 935 orang( 0,64%).
Bersumber pada informasi riset pendahuluan bulan Desember tahun 2019
pada daerah kerja puskesmas Tanah Abang yang terdiri atas 7 daerah
kelurahan terdapat 24.163 pendamping umur produktif (PUS), Total
pengguna KB sebanyak 20.190 orang dengan rincian akseptor Kondom 383
orang, Kapsul 1492 orang, suntik 13.668, AKDR 3.307, AKBK 1.245, MOW
51 serta MOP 44 orang.
Menurut teori kontrasepsi suntik merupakan kontrasepsi hormonal
yang merangsang nafsu makan peningkatan berat tubuh, tidak teraturnya
pola menstruasi antara lain terjadinya tidak menstruasi selama 3 bulan
berturut turut, menoragia serta timbul bintik (spotting), masa reversibilitas
rendah dan terjadinya kenaikan berat tubuh setelah beberapa kali
penyuntikan. Beberapa hal yang dapat menstimulus peningkatan berat tubuh
salah satunya adalah hormon progesteron memberikan pengaruh
transformasi karbohidrat berubah menjadi lemak yang menyebabkan lemak di
bawah kulit terus menjadi meningkat dan terjadi peningkatan berat badan,
tidak hanya itu hormon progesteron pula mampu meningkatkan nafsu makan
serta merendahkan kegiatan raga.
Berdasarkan pada latar belakang tersebut penulis tertarik
menganalisis lebih jauh tentang keterkaitan KB suntik DMPA terhadap
kenaikan berat tubuh pada akseptor KB Suntik tiga bulan Depo Medroksi
Progesteron Acetat (DMPA) dengan kenaikan berat badan di Puskesmas
Kecamatan Tanah Abang periode Januari 2019–Maret 2020.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengetahui “Berapa
besar pengaruh penggunaan KB suntik DMPA terhadap peningkatan berat
badan di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang periode Januari 2019–Maret
2020?
3. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mengetahui besarnya pengaruh penggunaan KB suntik DMPA
terhadap peningkatan berat badan di Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang periode Januari 2019–Maret 2020?
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui jumlah akseptor KB suntik DMPA yang mengalami
peningkatan berat badan di Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang periode Januari 2019–Maret 2020?
2) Mengetahui lama pemakaian KB suntik DMPA yang
mengalami peningkatan berat badan di Puskesmas
Kecamatan Tanah Abang periode Januari 2019–Maret 2020?
3) Membuktikan besarnya penggunaan KB suntik DMPA 2 kali
lebih besar dari pada KB non DMPA.
4. Manfaat Penulisan
a. Manfaat Teoritis
Untuk mendapatkan tambahan teori tentang risiko peningkatan berat
badan sebagai akibat dari penggunaan KB Suntik.
b. Manfaat Aplikatif Masyarakat
Diharapkan makalah ini dapat sebagai gambaran tentang efek
sampling dari KB suntik DMPA sehingga masyarakat dapat memilih
metode kontrasepsi yang sesuai.
c. Institusi
Diharapkan makalah ini sebagai tambahan pengetahuan bagi institusi
kesehatan (bidan) tentang efek samping KB DMPA sehingga petugas
kesehatan dapat memberikan Penyuluhan atau pelayanan yang efektif.
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Ethical considerations of research


a. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei analitik dengan rancangan
penelitian case control. Karena penelitian ini akan melakukan observasi
data antara ibu yang menjadi akseptor KB sebagai kasus dengan ibu
menjadi akseptor KB Non Hormonal sebagai kontrol yang diamati secara
bersama-sama, dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor
KB dalam program Keluarga Berencana. pengumpulan data dilakukan di
Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Periode Januari 2019– Maret 2020.
b. Jumlah populasi yang ada masih di bawah 200 orang maka seluruh
populasi dalam hal ini akseptor KB yang datang ke puskesmas tanah
abang selama kurun waktu periode Januari sampai Maret 2020 total
sejumlah 193 orang dijadikan sebagai sampel dalam kegiatan penelitian
ini. Metode Sampel dalam penelitian ini purposive sampling yaitu
pemilihan subyek berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan
dengan karakteristik populasi.
c. Data sekunder penelitian diambil dari data kunjungan akseptor KB ke
Puskesmas Tanah Abang data primer dihasilkan dari kegiatan
Pengukuran berat badan dengan timbangan yang sudah dipersiapkan
pada awal penyuntikan dan 1 bulan kunjungan berikutnya yang kemudian
disusul dengan mengisi lembar observasi yang sudah dipersiapkan.
Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi, yaitu meliputi langkah-langkah editing,
pengelompokan data, pengodean, dan tabulasi data.

2. Desimination strategis
A. Definisi Diseminasi hasil penelitian adalah salah satu bentuk kegiatan
pertanggungjawaban akademik yang dilakukan oleh setiap peneliti
untuk kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Diseminasi hasil
penelitian bertujuan untuk menunjukkan hasil penelitian yang telah
dilakukan terhadap stakeholder dan masyarakat luas.
B. Metode kontrasepsi yang paling diminati adalah kontrasepsi suntik.
Salah satu jenis metode kb suntik yang paling bayak di gunakan
adalah kontrasepsi suntik dengan jenis Noretisteron Enentat (NETEN),
Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan Cyclofem. Meskipun
banyak di gunakan, kontrasepsi suntik memiliki kekurangan. Salah
satu efek samping yang timbul adalah tidak teraturnya pola menstruasi
seperti amenorrhea, menoragia dan spotting, eversibilitas rendah,
serta terjadi kenaikan berat badan akseptor. Penelitian ini memiliki
tujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan KB suntik terhadap
kenaikan berat badan ibu di Puskesmas Tanah Abang Jakarta
Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan
rancangan case control untuk menganalisis sejauh mana faktor risiko
memengaruhi terjadinya efek dalam hal ini peningkatan berat badan
akseptor KB Suntik jenis DMPA. Hasil: Berdasarkan kenaikan berat
badan pada kelompok kasus 54,2% akseptor KB suntik DMPA secara
relatif tidak menunjukkan mengalami kenaikan berat badan. Namun
59,2% kelompok kasus akseptor KB suntik DMPA mengalami kenaikan
berat badan. Kenaikan yang terjadi antara 1–2 Kg, lebih jauh akseptor
KB Suntik DMPA berisiko mengalami kenaikan berat badan 2,310 kali
lebih cepat jika dibanding akseptor KB Non DMPA. Namun demikian
KB dengan metode suntik DMPA bukan faktor utama yang
menyebabkan kenaikan berat badan hal ini ditunjukkan hasil uji
signifikansi dengan Cochran & Mantel Haenszel didapatkan hasil X2
hitung (2.089) < X2 Tabel (3,841) atau p (0,148) > α (0,050) dan CI
(0.872; 6.118). Kata kunci: hubungan, KB Suntik DMPA, berat badan
3. Midwifery knowledge

DMPA (Depomedroksi Progesteron

A. Pengertian

Depo provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi


perenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif. Noresterat juga
termasuk dalam golongan ini (Sarwono, 2006).

B. Farmakologi

1. Tersedia dalam bentuk laruran mikrokristalistaline.

2. Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu kadarnya tetap
tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali.
3. Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek akumulatif dari DMPA dalam
darah/serum.(Hartanto, 2004)
C. Cara Kerja Kontrasepsi Suntik DMPA

Cara kerja kontrasepsi suntik adalah DMPA:

a. Menekan ovulasi.

b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma.

c. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

d. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi sehingga implantasi terganggu.
(Saifuddin, 2006)
D. Efektifitas

Kontrasepsi suntik memiliki efektifitas tinggi, menurut Hartanto

(2004) kurang dari 1 % dari 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam

1 tahun pemakaian DMPA. Kontrasepsi suntik sama efektifnya dengan


(Pil Oral Kombinasi) POK dan lebih efektif dari IUD. Tetapi menurut Saifuddin (2006)
efektif dapat terjaga apabila penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal
yang telah ditentukan.
E. Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Suntik DMPA

Menurut Saifuddin (2006) keuntungan kontrasepsi suntik DMPA, antara lain sebagi
berikut:
1. Sangat efektif.

2. Pencegahan kehamilan jangka panjang.

3. Tidak berpangaruh pada hubungan suami istri.

4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit


jantung dan gangguan pembekuan darah.
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

6. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

7. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

8. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

9. Dapat digunakan oleh wanita usia > 35 tahun sampai perimenopause.

10. Mencegah anemia.

Kerugian kontrasepsi suntik DMPA diantaranya, sebagai berikut:

a. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenorhea, perdarahan ireguler,
perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi lama dan jumlah darah yang hilang.
b. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan intermenstrual dan
perdarahan bercak berkurang dengan berjalannya waktu, sedangkan kejadian
amenorhea sangat besar.
c. Klien sangat tergantung pada sarana pelayanan kesehatan.

d. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.


e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit menular seksual, hepatitis B
virus, atau infeksi virus HIV.
f. Terlambatnya pemulihan kesuburan setelah pemakaian dihentikan.

g. Penggunaan jangka panjang akan menimbulkan perubahan pada lipid serum dan dapat
menurunkan kepadatan tulang.(Saifuddin, 2006)
F. Indikasi dan Kontraindikasi Suntikan DMPA
Indikasi kontrasepsi suntik DMPA adalah:

1. Usia reproduksi.

2. Nulipara dan yang telah memiliki anak.

3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi.


4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6. Setelah abortus atau keguguran.

7. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

8. Anemia defisiensi besi.

9. Sering lupa memakai pil.

10. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kombinasi.
Kontraindikasi kontrasepsi suntik DMPA yaitu:

a. Hamil atau dicurigai hamil.

b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorhea.

d. Riwayat kanker payudara.

e. Diabetes mellitus yang disertai dengan komplikasi.


G. Waktu pemberian kontrasepsi suntik DMPA menurut Saifuddin (2006) yaitu:

1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.

2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

3. Pada ibu yang tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat asalkan dapat
dipastikan ibu tersebut tidak hamil dan Ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual
selama 7 hari setelah suntikan.

4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin ganti dengan kontrasepsi
suntik, suntikan pertama dapat segera diberikan asalkan dapat dipastikan ibu
tersebut tidak hamil.
5. Ibu yang sedang menggunakan AKDR dan ingin ganti dengan

kontrasepsi suntik, suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7
siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid asal yakin ibu
tersebut tidak hamil.
6. Ibu yang tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal ibu tersebut
tidak hamil dan selama 7 hari setelah penyuntikan ibu tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
H. Cara Pemberian Kontrasepsi Suntik DMPA

Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan dengan cara disuntik

intramuskular di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan


kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja dan
efektif.

Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi etil isopropil
alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.
(Saifuddin, 2006)
I. Efek Samping Kontrasepsi Suntik DMPA

Menurut Depkes RI (Saifuddin, 2006) ada beberapa efek samping dari KB suntik
DMPA yaitu:

1. Gangguan siklus haid

i Gejala/ keluhan

1. Tidak mengalami haid (amenorhea).

2. Perdarahan berupa tetesan/ bercak-bercak (spotting).

3. Perdarahan di luar siklus haid (metroragia/breakthrough bleeding).

4. Perdarahan haid yang lebih lama dan lebih banyak daripada biasanya
(menoragia).
ii Penyebab

Karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium


mengalami perubahan histologi. Keadaan amenore desebabkan atrofi
endometrium.
iii Penanggulangan dan pengobatan

1. KIE

a Jelaskan sebab terjadinya.

b Jelaskan bahwa gejala/ keluhan tersebut dalam rangka


penyesuaian diri, bersifat sementara dan individu.
c Motivasikan agar tetap memakai suntikan.
2. Tindakan medis

a Amenorea (tidak haid)

a. Tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Cukup

konseling saja.

b. Bila klien tidak dapat menerima kelainan tersebut, suntikan


jangan dilanjutkan. Anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi lain.
c. Diberikan pil KB 3 x 1 tablet dari hari I-III, 1 x 1 tablet mulai hari
IV selama 4-5 hari.
(2) Spotting/metroragia (perdarahan bercak/ menetes)

Diberikan pil KB 3 x 1 tablet per hari selama 7 hari.

(3) Menoragia (perdarahan lebih banyak atau lebih lama dari biasanya)
Diberikan tablet sulfas ferosus 3 x 1 tablet (5-7 hari) sampai keadaan
membaik.

b. Depresi

1) Gejala/ keluhan

Perasaan lesu (lethargi), tidak bersemangat dalam kerja/ kehidupan.

2) Penyebab

 Diperkirakan dengan adanya hormone progesterone terutama yang berisi 19-


norsteroid menyebabkan kurangnya Vitamin
B6 (Pyridoxin) di dalam tubuh.

3) Penaggulangan dan pengobatan

 KIE

(1) Jelaskan sebab terjadinya depresi.


(2) Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu. Beri motivasi
agar tetap memakai suntikan.

 Tindakan medis

(1) Diberikan Vitamin B6 2-3 x 1 tablet (10 mg) per hari sampai gejala depresi
hilang.
(2) Bila depresi menetap dan terus memberat, hentikan pemakaian suntikan
dan ganti cara kontrasepsi nnhormonal.

c. Keputihan (Lechorea)

1) Gejala/ keluhan

Keluarnya cairan berwarna putih dari dalam vagina atau adanya cairan putih di
mulut vagina (vagina discharge)
2) Penyebab

Oleh karena efek progesterone merubah flora dan PH vagina, sehingga jamur
mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan.

3) Penaggulangan dan pengobatan

a) KIE

(1) Jelaskan sebab terjadinya keputihan.

(2) Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu.

(3) Menjaga kebersihan daerah kemaluan (berganti celana dalam,


menggunakan pembalut yang cocok).
(4) Memotivasi agar tetap memakai suntikan.

b) Tindakan medis

(1) Bila disertai rasa gatal, cairan berwarna kuning kehijauan atau berbau tidak
sedap, dapat diberikan pengobatan antimikotik secara per-vaginam:
nistatin 100.000 IU intravaginal selama 14 hari.
(2) Bila keputihan terus berlangsung maka pemakaian suntikan dihentikan
sementara.

d. Jerawat

1) Gejala/ keluhan adalah timbul jerawat pada wajah.

2) Penyebab adalah progestin terutama 19-norprogestine menyebabkan peningkatan


kadar lemak.
3) Penaggulangan dan pengobatan

a) KIE

(1) Jelaskan sebab terjadinya jerawat.

(2) Mengurangi makanan yang berlemak (kacang, susu,

kuning telur).

(3) Menjaga kebersihan wajah dengan membersihkan wajah 2 x sehari dengan


pembersih muka.
(4) Menghindari pemakaian kosmetik wajah yang

berlebihan.

b) Tindakan medis

(1) Bila tidak mengganggu, cukup menjaga kebersihan wajah.

(2) Bila terlihat infeksi diberikan Tetrasiklin 3-4 x 1 kapsul 250 mg, selama 1-2
minggu.
(3) Bila jerawat menetap dan bertambah banyak, ganti cara kontrasepsi non-
hormonal.
e. Rambut rontok

1) Gejala/ keluhan
Rambut rontok selama pemakaian suntikan atau bisa sampai sesudah penghentian
suntikan.

2) Penyebab

Progesteron terutama 19-norprogesterone dapat mempengaruhi folikel rambut,


sehingga tinbul kerontokan rambut.
3) Penanggulangan dan pengobatan

a) KIE

(1) Jelaskan sebab terjadinya rambut rontok.

(2) Gejala ini bersifat sementara dan individu akan kembali normal tanpa
pengobatan setelah suntikan dihentikan.
f. Perubahan Berat Badan

1) Gejala/ keluhan

a) Kenaikan berat badan rata-rata untuk setiap tahun bervariasi antara 2,3-2,9 kg.
b) Berat Badan berkurang/turun. Setiap tahun rata-rata

penurunan berat badan antara 1,6-1,9 kg.

2) Penyebab

Kenaikan berat badan, kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron


mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di
bawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu
makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan
dapat menyebabkan berat badan bertambah.
(1) Penaggulangan dan pengobatan (1) KIE
(a) Jelaskan sebab terjadinya perubahan berat badan.

(b) Penambahan berat badan ini bersifat sementara dan individu (tidak
terjadi pada semua pemakai suntikan, tergantung reaksi tubuh
wanita itu terhadap metabolisme progesteron).
(2) Tindakan medis
(a) Berat badan meningkat

Anjurkan untuk melakukan diet rendah kalori dan olah raga yang
proporsional untuk menjaga berat badannya.

(b) Berat badan menurun

Anjurkan untuk melakukan diet tinggi protein dan kalori, serta olah
raga yang teratur.

g. Pusing/ Sakit Kepala/Migrain

1) Gejala/ keluhan

Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian kepala dan
terasa berdenyut disertai rasa mual yang amat sangat.

2) Penyebab biasanya dikaitkan dengan reaksi tubuh terhadap progesteron.


3) Penaggulangan dan pengobatan

a) KIE

(1) Jelaskan sebab terjadinya pusing/sakit kepala/migrain .

(2) Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu.

(3) Beri motivasi agar tetap memakai suntikan.

b) Tindakan medis

(1) Pastikan tekanan darahnya normal

(2) Berikan pengobatan:

(a) Sakit kepala

Antalgin 3x500 mg per hari selama 3-5 hari,

Parasetamol 3x500 mg per hari selama 3-5 hari, dan Asam Mefenamat
3x250-500 mg kapsul per hari
selama 3-5 hari.
(b) Migraine

Diberikan preparat ergotamine 2 x 1 mg selama 3-5 hari.

(3) Bila pemberian obat tidak menolong dan keadaan tambah berat, hentikan
pemakaian suntikan dan anti cara kontrasepsi non-hormonal.
h. Mual dan Muntah

1) Gejala/keluhan

Mual sampai muntah seperti hamil muda. Terjadi pada bulan-bulan pertama
pemakaian suntikan.

2) Penyebab

Reaksi tubuh terhadap hormon progesteron yang

mempengaruhi produksi asam lambung.

3) Penaggulangan dan pengobatan

a) KIE

(1) Jelaskan sebab terjadinya mual muntah.

(2) Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu. Biasanya tubuh
akan menyesuaikan diri setelah 2-3 bulan dan rasa mual akan hilang
dengan sendirinya.
(3) Memotivasi agar tetap memakai suntikan.

b) Tindakan medis

(1) Diberikan Metoklopramid 3 x 10 mg 15 menit sebelum makan per hari


selama 5-7 hari.
(2) Makan secara teratur, usahakan lambung tidak terlalu lama kosong.

(3) Bila dalam waktu 3 bulan gejala menetap atau bertambah berat, hentikan
pemakaian suntikan dan ganti cara kontrasepsi non-hormonal.
C. Berat Badan

1. Pengertian

Pengertian berat badan menurut Soetjiningsih adalah hasil peningkatan/penurunan


semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-
lainnya. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi massa tubuh. Faktor-faktor itu

dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup
faktor-faktor hereditas seperti gen, regulasi termis, dan metabolisme. Faktor eksternal
mencakup aktivitas fisik, dan asupan makanan.
a. Faktor Internal

Faktor internal yang bertanggung jawab terhadap massa tubuh adalah suatu
faktor yang tidak dapat dikendalikan secara sadar oleh orang-orang yang melakukan
diet.

1) Faktor Genetik

Penelitian yang dilakukan oleh Sekolah Medis Universitas Boston


menemukan bahwa gen bernama INSIG2 bertanggung jawab terhadap obesitas. Gen
INSIG2 bertanggung jawab dalam sintesis asam lemak dan kolesterol. Beberapa
produk protein dari Varian gen INSIG2 memiliki daya inhibisi yang rendah sehingga
orang-orang dengan varian gen ini akan cenderung lebih banyak menumpuk lemak
di dalam tubuhnya. Sekitar 1 dari sepuluh orang (10%) diduga membawa varian gen
ini.
2) Regulasi Termis

Manusia pada dasarnya adalah makhluk berdarah panas yang menghabiskan


energi untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Selain membutuhkan energi untuk
mempertahankan suhu tubuhnya (rata-rata 37 oC), sejumlah energi juga diperlukan
untuk mempertahankan aktivitas organ-organ vital seperti jantung dan paru-paru.
Energi yang diperlukan ini berasal dari makanan yang dikonsumsi oleh seseorang.
3) Metabolisme

Metabolisme secara singkat adalah proses pengolahan (pembentukan dan


penguraian) zat-zat yang diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya.
Metabolisme lemak merupakan salah satu faktor penentu dalam diet. Seseorang
dapat meningkatkan pembakaran lemak dengan meningkatkan massa otot di dalam
tubuh. Ketika massa otot meningkat, metabolisme makanan akan meningkat. Proses
ini akan meningkatkan nilai
BMR dan kebutuhan kalori.

b. Faktor Eksternal

Dua faktor eksternal yang sangat dominan adalah aktivitas fisik dan asupan
nutrisi. Seseorang dapat dengan mudah mengurangi berat badannya tanpa perlu
mengonsumsi obat-obatan pembakar lemak dan semacamnya dengan meningkatkan
aktivitas serta mengurangi asupan makanan ke dalam tubuhnya.

1) Aktivitas Fisik

Untuk melakukan aktivitas fisik, manusia memerlukan sejumlah energi. Jika


energi yang diberikan oleh makanan tidak cukup, maka energi diperoleh dari hasil
pemecahan lemak di dalam tubuh.
2) Asupan Nutrisi

Berat badan dapat diturunkan dengan mudah dengan cara membatasi


asupan nutrisi. Faktor pengali untuk energi yang umum diterima oleh banyak orang
adalah sebagai berikut: 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal, 1 gram protein 4
kkal, dan 1 gram lemak 9 kkal. Dengan menjumlahkan nilai BMR dengan kebutuhan
kalori peraktivitas, seseorang dapat dengan mudah memprediksi hasil dietnya.
(www.gizi.net)

2. Pengukuran Berat Badan

Rumus cara menghitung berat badan normal dan berat badan yang ideal versi indeks
broca. Gunakan timbangan berat badan yang masih berfungsi dengan baik dan akurat.

a. Berat Badan Normal


Berat Badan Normal = Tinggi Badan - 100

b. Berat Badan Ideal

Berat Badan Ideal = (Tinggi Badan - 100) - ( 10% tinggi badan -100)

(http://organisasi.org)
D. Pengaruh Kontrasepsi Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan

Depo provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi


perenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif. Dalam penggunaan
jangka panjang DMPA (hingga dua tahun) turut memicu terjadinya peningkatan berat badan,
kanker, kekeringan pada vagina, gangguan emosi, dan jerawat karena penggunaan hormonal
yang lama dapat mengacaukan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh
sehingga mengakibatkan terjadi perubahan sel yang normal menjadi tidak normal Bila sudah dua
tahun, kita harus pindah ke sistem KB yang lain, seperti KB kondom, spiral, atau kalender
(Saifuddin, 2006)
Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg
sampai 5 kg dalam tahun pertama penyuntikan. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas.
Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan tubuh.
Hipotesa para ahli DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, yang
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya (Hartanto,
2004).

Kenaikan BB, kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron mempermudah


perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah,
selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan
aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan BB bertambah.
Hasil penelitian Rohani Agustina (2008) menunjukkan adanya pengaruh yang penggunaan
kontasepsi DMPA terhadap perubahan berat badan. Dari 57 responden yang diamati 31
mengalami perubahan berat badan dan 19 tidak mengalamai berat badan. Hasil penelitian
tersebut semakin memperkuat dugaan adanya keterkaitan penggunaan kontrasepsi DMPA
terhadap perubahan berat badan
4. Evidence base clinic decision making and scope of practice
A. Menurut teori kontrasepsi suntik merupakan kontrasepsi hormonal yang
merangsang nafsu makan peningkatan berat tubuh, tidak teraturnya pola
menstruasi antara lain terjadinya tidak menstruasi selama 3 bulan berturut turut,
menoragia serta timbul bintik (spotting), masa reversibilitas rendah dan terjadinya
kenaikan berat tubuh setelah beberapa kali penyuntikan. Beberapa hal yang dapat
menstimulus peningkatan berat tubuh salah satunya adalah hormon progesteron
memberikan pengaruh transformasi karbohidrat berubah menjadi lemak yang
menyebabkan lemak di bawah kulit terus menjadi meningkat dan terjadi
peningkatan berat badan, tidak hanya itu hormon progesteron pula mampu
meningkatkan nafsu makan serta merendahkan kegiatan raga.
B. Berdasarkan kenaikan berat badan pada kelompok kasus 54,2% akseptor KB suntik
DMPA secara relatif tidak menunjukkan mengalami kenaikan berat badan. Namun
59,2% kelompok kasus akseptor KB suntik DMPA mengalami kenaikan berat badan.
Kenaikan yang terjadi antara 1 – 2 Kg, lebih jauh akseptor KB Suntik DMPA berisiko
mengalami kenaikan berat badan 2,310 kali lebih cepat jika dibanding akseptor KB
Non DMPA. Namun demikian KB dengan metode suntik DMPA bukan faktor utama
yang menyebabkan kenaikan berat badan hal ini ditunjukkan hasil uji signifikansi
dengan Cochran & Mantel Haenszel didapatkan hasil X2 hitung (2.089) < X2 Tabel
(3,841) atau p (0,148) > α (0,050) dan CI (0.872; 6.118).
C. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KB dengan metode suntik DMPA masih
memberikan risiko terjadinya peningkatan berat badan pada ibu. Risiko kenaikan
berat badan tersebut cukup logis karena suntik DMPA merupakan hormon
progesterone yang mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak,
sehingga lemak di bawah kulit bertambah. Selain itu hormon progesteron juga
menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik.
5. The application of knowledge to midwifery practice
A. Hasil penelitian yang telah didapatkan tersebut menunjukkan bahwa metode KB
suntik DMPA bukanlah faktor yang secara signifikan sebagai penyebab utama
kenaikan berat badan, namun demikian akseptor KB dengan metode suntik DMPA
berpeluang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 2.310 kali lebih besar dari
pada bukan akseptor KB DMPA. Hormon progesteron dalam kenyataannya memang
mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di
bawah kulit bertambah.
B. Waktu pemberian kontrasepsi suntik DMPA menurut Saifuddin (2006) yaitu:
 Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
 Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
 Pada ibu yang tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat
asalkan dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil dan Ibu tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari setelah suntikan.
 Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin ganti dengan
kontrasepsi suntik, suntikan pertama dapat segera diberikan asalkan dapat
dipastikan ibu tersebut tidak hamil
 Ibu yang sedang menggunakan AKDR dan ingin ganti dengan
 Kontrasepsi suntik, suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama
sampai hari ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-
7 siklus haid asal yakin ibu tersebut tidak hamil.
 Ibu yang tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal ibu
tersebut tidak hamil dan selama 7 hari setelah penyuntikan ibu tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
C. Cara Pemberian Kontrasepsi Suntik DMPA
Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan dengan cara disuntik
 Intramuskular di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal,
penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja dan Efektif.
 Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi etil
isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit
kering baru disuntik.(Saifuddin, 2006)

6. Evidence for hospital care

Efek Samping Kontrasepsi Suntik DMPA

Menurut Depkes RI (Saifuddin, 2006) ada beberapa efek samping dari KB suntik
DMPA yaitu:
I. Gangguan siklus haid
a) Gejala/ keluhan

 Tidak mengalami haid (amenorhea).

 Perdarahan berupa tetesan/ bercak-bercak (spotting).

 Perdarahan di luar siklus haid (metroragia/breakthrough bleeding).

 Perdarahan haid yang lebih lama dan lebih banyak daripada biasanya
(menoragia).
b) Penyebab

Karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga


endometrium mengalami perubahan histologi. Keadaan amenore
desebabkan atrofi endometrium.
c) Penanggulangan dan pengobatan
 KIE
 Jelaskan sebab terjadinya.
 Jelaskan bahwa gejala/ keluhan tersebut dalam rangka
penyesuaian diri, bersifat sementara dan individu.
 Motivasikan agar tetap memakai suntikan.
 Tindakan medis
a. Amenorea (tidak haid)
 Tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Cukup
konseling saja.
 Bila klien tidak dapat menerima kelainan
tersebut, suntikan jangan dilanjutkan. Anjurkan
pemakaian jenis kontrasepsi lain.
 Diberikan pil KB 3 x 1 tablet dari hari I-III, 1 x 1
tablet mulai hari IV selama 4-5 hari.
 Spotting/metroragia (perdarahan bercak/ menetes)

Diberikan pil KB 3 x 1 tablet per hari selama 7 hari.

 Menoragia (perdarahan lebih banyak atau lebih lama dari


biasanya)
Diberikan tablet sulfas ferosus 3 x 1 tablet (5-7 hari) sampai
keadaan membaik.

2. Depresi

 Gejala/ keluhan

Perasaan lesu (lethargi), tidak bersemangat dalam kerja/ kehidupan

 Penyebab

Diperkirakan dengan adanya hormone progesterone terutama yang


berisi 19-norsteroid menyebabkan kurangnya Vitamin B6 (Pyridoxin) di
dalam tubuh.
 Penaggulangan dan pengobatan

 KIE

i Jelaskan sebab terjadinya depresi.

ii Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu.


Beri motivasi agar tetap memakai suntikan.
 Tindakan medis

i Diberikan Vitamin B6 2-3 x 1 tablet (10 mg) per hari sampai


gejala depresi hilang.
ii Bila depresi menetap dan terus memberat, hentikan
pemakaian suntikan dan ganti cara kontrasepsi
nnhormonal.
3. Keputihan (Lechorea)
 Gejala/ keluhan

Keluarnya cairan berwarna putih dari dalam vagina


atau adanya cairan putih di mulut vagina (vagina discharge)
 Penyebab
Oleh karena efek progesterone merubah flora dan PH
vagina, sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan
menimbulkan keputihan.
 Penaggulangan dan pengobatan

KIE

a. Jelaskan sebab terjadinya keputihan.

b. Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan


individu.

c. Menjaga kebersihan daerah kemaluan (berganti celana


dalam, menggunakan pembalut yang cocok).
d. Memotivasi agar tetap memakai suntikan.

 Tindakan medis

a. Bila disertai rasa gatal, cairan berwarna kuning


kehijauan atau berbau tidak sedap, dapat diberikan
pengobatan antimikotik secara per-vaginam: nistatin
100.000 IU intravaginal selama 14 hari.
b. Bila keputihan terus berlangsung maka pemakaian
suntikan dihentikan sementara.
4. Jerawat

1. Gejala/ keluhan adalah timbul jerawat pada wajah.

2. Penyebab adalah progestin terutama 19-norprogestine


menyebabkan peningkatan kadar lemak.
3. Penanggulangan dan pengobatan

1) KIE

4. Jelaskan sebab terjadinya jerawat.

5. Mengurangi makanan yang berlemak (kacang, susu,


kuning telur).

6. Menjaga kebersihan wajah dengan membersihkan wajah 2


x sehari dengan pembersih muka.
7. Menghindari pemakaian kosmetik wajah yang
berlebihan.

2) Tindakan medis

a. Bila tidak mengganggu, cukup menjaga kebersihan


wajah.

b. Bila terlihat infeksi diberikan Tetrasiklin 3-4 x 1 kapsul


250 mg, selama 1-2 minggu.
a. Bila jerawat menetap dan bertambah banyak, ganti cara
kontrasepsi non-hormonal.
5. Rambut rontok
 Gejala/ keluhan

Rambut rontok selama pemakaian suntikan atau bisa sampai sesudah


penghentian suntikan.

1. Penyebab

Progesteron terutama 19-norprogesterone dapat mempengaruhi


folikel rambut, sehingga tinbul kerontokan rambut.
2. Penanggulangan dan pengobatan

KIE

a Jelaskan sebab terjadinya rambut rontok.

b Gejala ini bersifat sementara dan individu akan kembali


normal tanpa pengobatan setelah suntikan dihentikan.
6. Perubahan Berat Badan

1. Gejala/ keluhan
a Kenaikan berat badan rata-rata untuk setiap tahun bervariasi
antara 2,3-2,9 kg.
b Berat Badan berkurang/turun Setiap tahun rata-rata
penurunan berat badan antara 1,6-1,9 kg.

2. Penyebab

Kenaikan berat badan, kemungkinan disebabkan karena hormon


progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula
menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu
hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah
dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat
menyebabkan berat badan bertambah.

3. Penaggulangan dan pengobatan (1) KIE

a Jelaskan sebab terjadinya perubahan berat badan.

b Penambahan berat badan ini bersifat sementara dan


individu (tidak terjadi pada semua pemakai suntikan,
tergantung reaksi tubuh wanita itu terhadap metabolisme
progesteron).
4. Tindakan medis

a) Berat badan meningkat

a. Anjurkan untuk melakukan diet rendah kalori dan olah


raga yang proporsional untuk menjaga berat badannya.
b) Berat badan menurun

a. Anjurkan untuk melakukan diet tinggi protein dan kalori,


serta olah raga yang teratur.
7. Pusing/ Sakit Kepala/Migrain
a) Gejala/ keluhan

Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian
kepala dan terasa berdenyut disertai rasa mual yang amat sangat.
b) Penyebab biasanya dikaitkan dengan reaksi tubuh terhadap
progesteron.
c) Penaggulangan dan pengobatan
KIE
a Jelaskan sebab terjadinya pusing/sakit kepala/migrain .

b Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu.

c Beri motivasi agar tetap memakai suntikan.

Tindakan medis

a. Pastikan tekanan darahnya normal

b. Berikan pengobatan:

Sakit kepala

 Antalgin 3x500 mg per hari selama 3-5 hari,


 Parasetamol 3x500 mg per hari selama 3-5 hari, dan Asam
Mefenamat 3x250-500 mg kapsul per hari
 selama 3-5 hari.

Migraine

Diberikan preparat ergotamine 2 x 1 mg selama 3-5 hari.

Bila pemberian obat tidak menolong dan keadaan tambah berat,


hentikan pemakaian suntikan dan anti cara kontrasepsi non-hormonal.
8. Mual dan Muntah
Gejala/keluhan

Mual sampai muntah seperti hamil muda. Terjadi pada bulan-bulan


pertama pemakaian suntikan.
1. Penyebab

Reaksi tubuh terhadap hormon progesteron yang


mempengaruhi produksi asam lambung.
2. Penaggulangan dan pengobatan

KIE

a. Jelaskan sebab terjadinya mual muntah.

b. Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu.


Biasanya tubuh akan menyesuaikan diri setelah 2-3 bulan dan
rasa mual akan hilang dengan sendirinya.
c. Memotivasi agar tetap memakai suntikan.

Tindakan medis

1 Diberikan Metoklopramid 3 x 10 mg 15 menit sebelum makan


per hari selama 5-7 hari.
2 Makan secara teratur, usahakan lambung tidak terlalu lama
kosong.

3 Bila dalam waktu 3 bulan gejala menetap atau bertambah berat,


hentikan pemakaian suntikan dan ganti cara kontrasepsi non-
hormonal.
BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Ethical considerations of research

III.2

Penelitian dilakukan untuk mengetahui Hubungan penggunaan KB DMPA terhadap


kenaikan berat badan pada akseptor KB DMPA di Puskesmas Tanah Abang,
responden dalam penelitian ini mayoritas ibu rumah tangga dengan hasil penelitian
dipaparkan sebagai berikut.

Analisis distribusi univariat dilakukan pada masing-masing kelompok baik itu


kelompok kasus maupun pada kelompok kontrol, berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan analisis distribusi bivariat ini disajikan dalam paparan berikut ini.

Kelompok kasus dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB suntik DMPA yang
melakukan penyuntikan di Puskesmas Tanah Abang Yang berkunjung pada periode
bulan Januari 2020 sampai Maret 2020, distribusi kelompok kasus ini dipaparkan
seperti berikut ini.

Kelompok Kasus berdasarkan umur dapat dianalisis pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Kelompok Kasus Akseptor


KB Suntik Tiga Bulan DMPA di Puskesmas Tanah Abang Tahun 2020

No Umur Frekuensi Persen

1 < 20 tahun 8 4.8


2 20-35 tahun 124 74,6

3 >35 tahun 34 20.5

Total 166 100%

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui usia responden pada kelompok kasus dominan
adalah usia antara 20–35 tahun, sebanyak 124 responden (74,6%), kemudian
20,5% berusia lebih dari 35 tahun dan hanya 4,8% yang berusia kurang dari 20
tahun. Gambaran responden kelompok kasus berdasarkan paritas dapat dianalisis
kembali pada tabel

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Paritas pada Kelompok Kasus Akseptor


KB Suntik Tiga Bulan DMPA di Puskesmas Tanah Abang Tahun 2020

No Paritas Frekuensi Persen

1 1 anak. 25 15,0%

2 2 anak 59 35,5%

3 3 anak 45 27,0%

4 >3 anak 37 22,2%

Total 166 100%

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui paritas responden pada kelompok kasus yang
paling dominan adalah paritas 2 anak sebanyak 59 responden ( 35,5%), 27 %
dengan 3 anak kemudian 22,2% memiliki anak lebih dari 2 orang.

Kasus terjadinya kenaikan berat bada pada kelompok kasus penelitian ini dapat
dianalisis pada tabel berikut.
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Kenaikan Berat Badan pada Kelompok
Kasus Akseptor KB Suntik Tiga Bulan DMPA di Puskesmas Tanah Abang Tahun
2020

No Kenaikan Frekuensi Persen

1 Ya 76 45,7%

2 Tidak 90 54,2%

Total 166 100%

Berdasarkan tabel 3 sebanyak 54,2% responden mengaku bahwa selama tiga bulan
terakhir memakai KB suntik DMPA tidak mengalami kenaikan berat badan namun
ada 45,7% mengaku mengalami peningkatan berat badan.

Dari data pada tabel 3 bahwa ada 45,7% responden yang mengalami peningkatan
berat badan, diteliti lebih jauh diperoleh data kenaikan berat badan seperti yang
tercantum pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Kenaikan Berat Badan pada


Kelompok Kasus Akseptor KB Suntik Tiga Bulan DMPA di Puskesmas Tanah Abang
Tahun 2020

No Kenaikan BB Frekuensi Persen

1 1-2 kg 45 59,2 %

2 3-4 kg 17 22,4 %

3 4-5 kg 9 11,8 %

4 > 5 kg 5 6,6 %

Total 76 100%

Berdasarkan tabel 4 pada rata-rata kenaikan berat badan pada kelompok kasus
akseptor KB suntik 59,2% mengalami kenaikan berat badan 1- 2 kg, 22,4%
mengalami kenaikan 3-4 kg dan hanya 6,6% responden yang mengalami kenaikan
berat badan lebih dari 5 Kg.

Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB non DMPA (IUD,
AKDR) yang melakukan kunjungan ke puskesmas Tanah Abang pada periode bulan
Januari sampai Maret 2020, berdasarkan hasil penelitian maka kelompok kontrol ini
dipaparkan seperti berikut ini.

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Kelompok Kontrol Akseptor


KB Suntik Tiga Bulan DMPA di Puskesmas Tanah Abang Tahun 2020

No Umur Frekuensi Persen

1. < 20 tahun 1. 3.7 %


2. 20-35 tahun 20 74,1 %
3. >35 tahun 6 22.2 %

Total 27 100 %

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui usia responden pada kelompok kontrol yang
paling dominan adalah usia antara 20 tahun sampai 35 tahun, sebanyak 20
responden (74,1%) kemudian 22,2 % berusia lebih dari 35 tahun selebihnya 3,7%
responden berusia di bawah 20 tahun.

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Paritas pada Kelompok Kontrol


Akseptor KB Suntik Tiga Bulan DMPA di Puskesmas Tanah Abang Tahun 2020

No Paritas Frekuensi Persen

1 1 anak 5 18,5 %

2 2 anak 8. 29,2 %

3 3 anak 4 14,8 %

4 >3 anak 10 37,0 %

Total 27 100 %

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui paritas responden pada kelompok kontrol
yang paling dominan adalah paritas lebih dari 3 anak sebanyak 10 responden
( 37%), 29,2% paritas 2 anak, 18,5% paritas 1 anak dan 14,8% paritas 2 anak.

Kenaikan berat badan dianalisis kembali pada tabel berikut ini.

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Kenaikan Berat Badan pada Kelompok


Kontrol Akseptor KB Suntik Tiga Bulan DMPA Di Puskesmas Tanah Abang Tahun
2020
No Kenaikan Frekuensi Persen

1. Ya 7 25.9 %
2. Tidak 20 74,0 %

Total 27 100%

Berdasarkan tabel 7 pada kenaikan berat badan pada kelompok kontrol akseptor KB
suntik yang paling dominan adalah tidak mengalami berat badan sebanyak 20 orang
(74%) dan 25,9 % mengalami kenaikan berat badan.

Masih berkaitan dengan data di tabel 4.7 yang menunjukkan bahwa hanya 25,9%
responden saja yang mengalami kenaikan berat badan, untuk mengetahui seberapa
besar kenaikannya dapat dianalisis kembali pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Kenaikan Rata-Rata Berat Badan pada


Kelompok Kontrol Akseptor KB Suntik Tiga Bulan DMPA di Puskesmas Tanah
Abang Tahun 2020

No Kenaikan BB Frekuensi Persen

1. 1-2 kg 2 71,4%
2. 3-4 kg. 5 28,6%
3. 4-5 kg 0 0%
4. > 5 kg 0 0%

Total 7 100%

Berdasarkan tabel 8 pada rata-rata kenaikan berat badan pada kelompok kontrol
akseptor KB suntik yang paling dominan adalah kenaikan berat badan sebanyak 1 –
2 Kg sebanyak 5 responden (71,4%) dan 28,6% mengalami kenaikan 3 sampai 4 kg.

Analisis yang dilakukan adalah untuk menghitung pengaruh KB dengan metode


suntik DMPA terhadap Kenaikan berat badan, berdasarkan hasil perhitungan yang
dilakukan didapatkan data seperti berikut ini.

Tabel 9. Distribusi Responden Pengaruh KB DMPA terhadap Kenaikan Berat Badan


di Puskesmas Tanah Abang Tahun 2020

Kenaikan BB

Kontrasepsi Ya. Tidak Total KB DMPA ( Kasus )


76 90 166

KB Non

DMPA (Kontrol) 7 20 27

Total 83 110 193

Dari tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa dari 193 orang responden mayoritas atau
sebanyak 57% tidak mengalami kenaikan berat badan setelah menjadi akseptor KB
baik dengan suntik DMPA maupun dengan metode non Suntik DMPA dan
selebihnya 43 % responden mengemukakan bahwa setelah menjadi akseptor KB
baik dengan metode suntik DMPA maupun Non suntik DMPA berat badannya
mengalami peningkatan.

Besaran Pengaruh KB DMPA dengan kenaikan berat badan dalam kegiatan


penelitian ini diolah dengan menggunakan odd ratio dan uji signifikansi dengan
menggunakan chi square Maentel & Haenzel dan terlebih dahulu dibuatkan tabel
kontingensi yang terangkum dalam tabel 9 di atas.

Berdasarkan Hasil perhitungan dan pengujian statistik dengan menggunakan


bantuan komputer didapat hasil OR (Odds Ratio) sebesar 2.310 dengan nilai CI
(Confidence Interval) pada (0.872; 6.118). Hasil pengujian signifikansi dengan chi
square Cochran Mantel dan Haenszel didapatkan hasil X2 Mantel dan Haenszel
sebesar 2.089 dengan p = 0.148. Hasil uji statistik yang telah dilakukan juga
menunjukkan nilai OR (Odds Ratio) sebesar 2.310 dengan X2 hitung (2.089) < X2
Tabel (3,841) atau p

(0,148) > α (0,050) dan CI (0.872; 6.118).

Hasil penelitian yang telah didapatkan tersebut menunjukkan bahwa metode KB


suntik DMPA bukanlah faktor yang secara signifikan sebagai penyebab utama
kenaikan berat badan, namun demikian akseptor KB dengan metode suntik DMPA
berpeluang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 2.310 kali lebih besar dari
pada bukan akseptor KB DMPA. Hormon progesteron dalam kenyataannya memang
mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di
bawah kulit bertambah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh University of Texas
Medical Branch (UTMB), yang mengungkapkan bahwa wanita atau ibu yang
menggunakan kontrasepsi suntik Medroxyprogesterone acetate (DMPA) atau
dikenal dengan KB suntik tiga bulan, rata-rata mengalami peningkatan berat badan
sebanyak 11 pon atau 5,5 kg dan mengalami peningkatan lemak tubuh sebanyak
3,4% dalam waktu tiga tahun pemakaian.

DAFTAR PUSTAKA

A.N, S. G., Utami, N. W., & Candrawati, E. (2018). Hubungan Lama Pemakaian
Alatkontrasepsi Hormonal Suntikan Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA)
dengan Peningkatan Berat Badan Akseptor Kb Di Wilayah Kerja Puskesmas Arjuno
Kota Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan.

Arum & Sujiyatini. (2011). Panduan Lengkap KB Terkini. Yogyakarta: DNS Medika

Astuti, D., & Ilyas, H. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan pemilihan alat
kontrasepsi suntik. Jurnal Artikel.

Devita, A. (2018). Gambaran Efek Samping KB Suntik Depo Medroksi Progesteron


Asetat Pada Akseptor Di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Wilayah Kerja Kelurahan
Sako Palembang. Karya Tulis Ilmiah, Palembang:STIK Bina Husada Palembang

Elvia Roza, Z. A. (2019). Hubungan penggunaan kontrasepsi suntik DMPA dengan


peningkatan berat badan pada akseptor di Puskesmas Tapus Sumatera Barat tahun
2017. Tarumanagara Medical Journal

Febriani, R. And Ramayanti, I. (2020). Analisis Perubahan Berat Badan Pada


Pemakaian KB Suntik
Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA). Jurnal ’Aisyiyah
https://doi.org/10.36729/jam.v5i1.317.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pedoman Manajemen


Pelayanan Keluarga Berencana. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta:
Kementerian Kesehatan.

Liando, H., Kundre, R., & Bataha, Y. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Peningkatan Berat Badan Ibu Pengguna Alat Kontrasepsi Suntik DMPA
(Depo Medroksi Progesteron

Esetat) Di Puskesmas Kumelembuai Kabupaten Minahasa Selatan Jurnal


Keperawatan UNSRAT

Moloku, M., Hutagaol, E., & Masi, G. (2016). Hubungan Lama Pemakaian Lama
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Perubahan Berat Badan di Puskesmas
Ranomouut Manado Jurnal Keperawatan UNSRAT

Narimawati, U. (n/a). Teknik Sampling: Teori dan Praktik dengan menggunakan


SPSS 15. Jakarta: Gava Media

Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Pratiwi, D., Syahredi, S. And Erkadius, E. (2014) ‘Hubungan Antara Penggunaan


Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di
Puskesmas Lapai Kota Padang’, Jurnal Kesehatan Andalas. Doi:
10.25077/jka.v3i3.130.

Pratiwi, D., Syahredi, S., & Erkadius, E. (2014). Hubungan Antara Penggunaan
Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di
Puskesmas Lapai Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas
Safitri, A., & Ilyas, H. (2015). Hubungan pemakaian alat kontrasepsi suntik tiga bulan
depo medokrasi progestrone asetat (dmpa) dengan perubahan berat badan. Jurnal
Keperawatan.

Sari, I. (2019). Hubungan Antara KB Suntik 3 bulan Pada Akseptor KB ≥ 3 Kali


Suntik dan Metroragia

Terhadap Peningkatan Berat Badan. Jurnal Kebidanan: Jurnal Medical Science Ilmu
Kesehatan Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang.
https://doi.org/10.35325/kebidanan.v9i1.170.

Sari, I. R. N. (2015) ‘Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone


Acetate (DMPA) sebagai Salah Satu Penyebab Kenaikan Berat Badan’, Jurnal
Majority

Sastrariah, S. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenaikan Berat Badan


Pada Ibu Pengguna

KB Suntik 3 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamboang Kabupaten Majene.


Journal of Health, Education and Literacy. https://doi.org/10.31605/j-healt.v1i2.271

Sembiring, J. B. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Peningkatan


Berat Badan pada

Akseptor Kontrasepsi Suntik di Puskesmas Batahan Kecamatan Batahan Kabupaten


Mandailing Natal. Gaster. https://doi.org/10.30787/gaster.v17i1.328

Suciana, Rajuddin2, Azhari Gani, 2017. “ Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi


Depo Medroksi Progesteron Asetat ( DMPA ) dengan Obesitas Di Wilayah Kerja
Kuta Alam Banda Aceh. Repositori Publikasi Penelitian Universitas Syiah Kuala
Sugiyono, (2007). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Supriyatiningsih, Supriyatiningsih (2018) Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik


Terhadap Peningkatan Berat Badan Tekanan Darah Dan Kolesterol Pada Akseptor
KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Kragen Rembang. Undergraduate thesis, Fakultas
Ilmu Keperawatan UNISSULA. Susila, I. And Oktaviani, T. R. (2018) ‘Hubungan
Kontrasepsi Suntik Dengan Peningkatan Berat Badan Akseptor (Studi Di BPS
Dwenti K.R. Desa Sumberejo Kabupaten Lamongan 2015)’, JURNAL KEBIDANAN.
Doi: 10.30736/midpro.v7i2.27.

Uswatun, A. (2016). Pengaruh Lama Pemakaian Kontrasepsi Suntik Depo Medroxy


Progesteron Asetat Terhadap Peningkatan Tekanan Darah di BPM Anik
Rakhmawati, Sabrang Klaten. Jurnal Involusi Kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai