Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk

mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T yaitu Terlalu

muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), Terlalu sering melahirkan,

Terlalu dekat jarak melahirkan, dan Terlalu tua melahirkan (di atas usia 35

tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan

kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa

depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan

kebahagiaan batin (Kemenkes RI, 2017, Diakses pada tanggal 06 februari

2019).

Kontrasepsi adalah segala macam alat atau cara yang digunakan oleh

satu pihak atau kedua belah pihak untuk menghindari atau mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel sperma dan sel telur

(ovum) yang sudah matang. Manfaatnya yaitu mencegah terjadinya

kematian, mengurangi angka kematian ibu dan anak, mengatur kelahiuran

anak sesuai yang diinginkan dan dapat menghindari terjadinya kehamilan

yang tidak diinginkan (Sety, LM., 2016).

1
Menurut World Health Organization (WHO) penggunaan kontrasepsi

telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika

Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, penggunaan

kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional, proporsi pasangan

usia subur 15 – 49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi

modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6%

menjadi 27,6%, sedangkan di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi

61,6%. Diperkirakan 225 juta perempuan di negara – negara berkembang

ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan

metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut: terbatas pilihan

metode kontrasepsi dan pengalaman efek samping (WHO, 2014 dalam

Dyah Sri Rahmawati, 2016).

KB suntik merupakan metode kontrasepsi efektif yaitu metode yang

dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan

pemakainnya relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif lebih rendah

bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana. Efek samping KB

suntik adalah gangguan haid seperti (amenorea, spotting, metroragia),

jerawat, berat badan bertambah, sakit kepala, dan bisa menyebabkan warna

biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan bawah kulit

sederhana (Mulyani dan Rinawati, 2013 dalam Narita Ila Destiana, 2016).

Sebesar 30% akseptor KB suntik mengalami keluhan berupa

amenorea (Resti Astida Putri dan Siti Chunaeni, 2015). Amenorea adalah

2
keadaan dimanana tidak adanya menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan

berturut-turut (Proverawati dan Misarah, 2009 dalam Narita Ila Destiana,

2016). Penanganan amenorea yaitu tidak perlu dilakukan apapun cukup

konseling saja dan bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut

suntikan jangan dilanjutkan, anjurkan pemakain jenis kontrasepsi lain

(Prawirohardjo, 2013 dalam Narita Ila Destiana, 2016).

Hasil estimasi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2017 sebesar

261.890.872 jiwa, yang terdiri atas 131.579.184 jiwa penduduk laki-laki

dan 130.311.688 jiwa penduduk perempuan. Angka tersebut merupakan

hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi

Kementrian Kesehatan dengan bimbingan dari Badan Pusat Statistik (BPS)

dengan menggunakan metode geometrik. Metode ini menggunakan prinsip

bahwa parameter dasar demografi yaitu parameter fertilitas, mortalitas, dan

migrasi per tahun tumbuh konstan (Kemenkes RI, 2017, Diakses pada

tanggal 06 Februari 2019).

KB aktif diantara PUS tahun 2017 di Indonesia sebesar 63,22%,

sedangkan yang tidak ber KB sebesar 18,63%. KB aktif tertinggi terdapat

di Bengkulu yaitu sebesar 71,98% dan yang terendah di papua sebesar

25,73%.Terdapat lima provinsi dengan cakupan KB aktif kurang dari 50%

yaitu Papua, Papua Barat, Nusa tenggara Timur, Maluku, dan kepulauan

Riau (Kemenkes RI, 2017 , Diakses pada tanggal 06 Februari 2019).

3
Berdasarkan dalam pemilihan jenis alat kontrasepsi sebagian besar

peserta KB aktif memilih suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi bahkan

sangat dominan (lebih dari 80%) dibanding metode lainnya; suntikan

(62,77%) dan pil (17,24%). Padahal suntikan dan pil termasuk dalam

metode kontrasepsi jangka pendek sehingga tingkat efektifitas suntikan

dan pil dalam pengendalian kehamilan lebih rendah dibandingkan jenis

kontrasepsi lainnya (Kemenkes RI, 2017, Diakses pada tanggal 07

Februari 2019).

Dari data provinsi Sulawesi selatan pada tahun 2017 pasangan usia

subur sebanyak 1.246.294 dimana peserta KB aktif sebanyak 764.005 yang

terdiri dari akseptor KB suntik sebanyak 429.295 peserta (56,19%), pil

sebanyak 152.968 peserta (20,02%), implant sebanyak 69.553 peserta

(9,10%), kondom sebanyak 15.823 peserta (2,07%), IUD sebanyak 25.078

peserta (3,28%), MOW sebanyak 35.288 (4,6%), dan MOP sebanyak

12.132 peserta (1,59%) (Kemenkes RI, 2017, Diakses pada tanggal 07

februari))

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Bone dari tahun 2016 dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak

132.245 dimana jumlah peserta KB aktif sebanyak 91.285 yang terdiri dari

akseptor KB suntik sebanyak 54.633 peserta (59,85%) , pil sebanyak

28.288 peserta (30,98%), implant sebanyak 4.864 peserta (5,33%),

kondom sebanyak 2.324 (2,55%), IUD sebanyak 731 peserta (0,80%),

4
MOW sebanyak 392 peserta (0,43%), dan MOP sebanyak 53 peserta

(0,06%).

Pada tahun 2017 jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak 133.724

dengan jumlah peserta KB aktif sebanyak 96.380 yang terdiri dari akseptor

KB suntik sebanyak 58.961 peserta (61,18%), pil sebanyak 28.860 peserta

(29,94%), implant sebanyak 4.938 peserta (5,12%), kondom sebanyak

2.304 peserta (2,39%), IUD sebanyak 791 peserta (0,82%), MOW

sebanyak 470 peserta (0,49%), dan MOP sebanyak 56 peserta (0,06%).

Sedangkan pada tahun 2018 jumlah pasangan usia subur (PUS)

sebanyak 133.724 dengan jumlah peserta KB aktif sebanyak 92.325 yang

terdiri dari akseptor KB suntik sebanyak 59.447 peserta (64,37%), pil

sebanyak 25.781 peserta (27,91%), implant sebanyak 4.320 peserta

(4,68%), kondom sebanyak 1.315 peserta (1,42%), IUD sebanyak 882

peserta (0,96%), MOW sebanyak 546 peserta (0,59%), dan MOP sebanyak

65 peserta (0,07%) (Data Dinas Kesehetan Kabupaten Bone 2016, 2017

dan 2018).

Berdasarkan data yang diperoleh dari UPTD Puskesmas Ulaweng

pada tahun 2017 jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak 4.412

dengan jumlah peserta KB aktif sebanyak 2.497 yang terdiri dari akseptor

KB suntik sebanyak 1.647 peserta (65,94%), pil sebanyak 1.175 peserta

(47,06%), implant sebanyak 142 peserta (5,69%), kondom sebanyak 430

5
peserta (17,24%), IUD sebanyak 7 peserta (0,28%), MOW sebanyak 12

peserta (0,48%), dan MOP sebanyak 0 peserta (0%).

Pada tahun 2018 jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak 3.954

dengan jumlah KB aktif sebanyak 2.303 yang terdiri dari akseptor KB

suntik sebanyak 1.336 pesereta (58,01%), pil sebanyak 745 peserta

(32,35%), implant sebanyak 160 peserta (6,95%), kondom sebanyak 43

peserta (1,87%), IUD sebanyak 5 peserta (0,22%), MOW sebanyak 0

peserta (0%) dan MOP 0 peserta (0%) (Data UPTD Puskesmas Ulaweng

2017 dan 2018).

Dari data yang diperoleh dari Dinas Kabupaten Bone pada tahun

2106, 2017 dan 2018 dan UPTD Puskesmas Ulaweng pada tahun,2017 dan

2018, jenis alat kontrasepsi yang paling banyak diminati oleh masyarakat

adalah suntikan.

Sehubung dengan data diatas dan tingginya minat masyarakat dalam

menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 (tiga) bulan makan penulis tertarik

untuk melakukan studi kasus dengan judul “Manajemen Asuhan

Kebidanan Keluarga Berencana Ny ”S” Akseptor KB Suntik 3 (tiga) Bulan

dengan Amenorhea di UPTD Puskesmas Ulaweng”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam

penulisan Karya Tulis Ilmiah yaitu “Bagaimana Manajemen Asuhan

6
Kebidanan Keluarga Berencana Ny “S” Akseptor KB suntik 3 (tiga) Bulan

dengan Amenorhea di UPTD Puskesmas Ulaweng?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan

Kebidanan Keluarga Berencana Ny “S” Akseptor KB Suntik 3 (tiga)

Bulan dengan Amenorhea di UPTD Puskesmas Ulaweng dengan

menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan sesuai dengan

kewenangan bidan.

2. Tujuan Khusus

a. Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan identifikasi

analisa data dasar pada asuhan kebidanan Ny “S” akseptor KB suntik

3 (tiga) bulan dengan amenorhea di UPTD Puskesmas Ulaweng.

b. Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan identifikasi

diagnosa / masalah aktual pada asuhan kebidanan Ny “S” akseptor

KB suntik 3 (tiga) bulan dengan amenorhea di UPTD Puskesmas

Ulaweng.

c. Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan mengidentifikasi

diagnosa / masalah Potensial pada asuhan kebidanan Ny “S”

akseptor KB suntik 3 (tiga) bulan dengan amenorhea di UPTD

Puskesmas Ulaweng.

d. Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan mengidentifikasi

perlunya tindakan segera / kolanborasi pada asuhan kebidanan Ny

7
“S” akseptor KB suntik 3 (tiga) bulan dengan amenorhea di UPTD

Puskesmas Ulaweng.

e. Diperoleh pengalaman nyata dalam menyususn rencana tindakan

manajemen asuhan kebidanan yang telah disusun pada asuhan

kebidanan Ny “S” akseptor KB suntik 3 (tiga) bulan dengan

amenorhea di UPTD Puskesmas Ulaweng.

f. Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan melaksanakan

tindakan manajemen asuhan kebidanan yang telah disusun pada

asuhan kebidanan Ny “S” akseptor KB suntik 3 (tiga) bulan dengan

amenorhea di UPTD Puskesmas Ulaweng.

g. Diperoleh pengalaman nyata dalam mengevaluasi hasil tindakan

yang telah dilaksanakan pada asuhan kebidanan yang telah disusun

pada asuhan kebidanan Ny “S” akseptor KB suntik 3 (tiga) bulan

dengan amenorhea di UPTD Puskesmas Ulaweng.

h. Diperoleh pengalaman nyata dalam pendokumentasian manajemen

asuhan kebidanan pada asuhan kebidanan Ny “S” akseptor KB

suntik 3 (tiga) bulan dengan amenorhea di UPTD Puskesmas

Ulaweng.

D. Ruang Lingkup Penulisan

1. Sasaran

Akseptor KB suntik 3 (tiga) bulan dengan Amenorhea

2. Tempat

UPTD Puskesmas Ulaweng

8
3. Waktu

Dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2019

E. Manfaat Penulisan

1. Manfaat praktis

Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir

jenjang D III Akademi Kebidanan Batari Toja Wtampone.

2. Manfaat ilmiah

Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan

ilmu pengetahuan serta bahan acuan bagi penulis selanjutnya.

3. Manfaat institusi

Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan

mahasiswa program D III Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone

dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

4. Manfaat bagi penulis

Sebagai bahan tambahan pengalaman berharga bagi penulis untuk

memperluas wawasan dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

F. Metode Memperoleh Data

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, metode yang di gunakan adalah

sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Penulis mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan kasus

yang di bahas (Keluarga Berencana) dari beberapa buku dan beberapa

artikel dari internet.

9
2. Studi Kasus

Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan metode

pendekatan pemecahan masalah melalui asuhan kebidanan yang

meliputi : pengkajian, merumuskan, diagnosa/masalah aktual maupun

potensial, melakukan kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan,

melaksanakan tindakan asuhan kebidanan dan mengevaluasi asuhan

kebidanan serta mendomentasikan data yang akurat, penulis

menggunakan teknik :

a. Anamneses

Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarga yang

dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.

b. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematik pada klien dengan

cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan pemeriksaan

penunjang.

c. Pengkajian psikologi

Pengkajian psikologi meliputi status emosional, respon terhadap

kondisi yang di alami serta pola interaksi klien terhadap keluarga,

petugas kesehatan dan lingkungan.

3. Studi Dokumentasi

Mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari catatan

dokter, bidan, poetugas laboratorium dan hasil pemeriksaan penunjang

lainnya.

10
4. Diskusi

Penulis melakukan tanya jawab dengan dokter atau bidan yang

menangani langsung klien tersebut serta mengadakan diskusi dengan

pembimbing karya tulis ilmiah ini.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis

ilmiah ini terdiri dari :

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Ruang Lingkup

E. Manfaat Penulisan

F. Metode Memperoleh Data

G. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana

2. Tujuan Program Keluarga Berencana

3. Sasaran Program Keluarga Berencana

11
B. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi

1. Pengertian Kontrasepsi

2. Macam-Macam Kontrasepsi

C. Tinjauan Dasar Tentang Kontrasepsi Suntikan

1. Pengertian Kontrasepsi suntikan

2. Macam-Macam Kontrasepsi Suntikan

3. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan

4. Efektifitas Kontrasepsi Suntikan

5. Kontra Indikasi Kontrasepsi Suntikan

6. Keuntungan Kontrasepsi Suntikan

7. Keterbatasan Kontrasepsi Suntikan

8. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan

9. Waktu Pemberian Yang Tepat

10. Efek Samping

11. Penanganan efek samping

D. Tinjauan Umum Tentang Amenorhea

1. Pengertian Amenorhea

2. Macam-macam Amenorhea

3. Penyebab Amenorhea

4. Penanganan Amenorhea

E. Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan

2. Tahap Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan

12
a. Langkah I Pengumpulan Data dasar

b. Langkah II identifikasi diagnosis Masalah Aktual

c. Langkah III Identifikasi Diangnosis Masalah Potensial

d. Langkah IV Perlunya Tindakan segera / Kolaborasi

e. Langkah V Rencana Asuhan Kebidanan

f. Langkah VI Penatalaksanaan Asuhan Kebidana

g. Langkah VII Evaluasi Asuhan Kebidanan

h. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan

F. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengumpulan Data Dasar

B. Interpretasi Data untuk Mengidentifikasi Diagnosis / Masalah

Aktual

C. Mengidentifikasi diagnosis / Masalah potensial dan

Mengantisipasi Penanganannya

D. Menetapkan Kebutuhan Terhadap tindakan segera untuk

Melakukan Konsultasi

E. Rencana Asuhan kebidanan

F. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan

G. Evaluasi Asuhan Kebidanan

H. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Data Dasar

13
B. Identifikasi Diagnosis / Masalah Aktual

C. Identifikasi Diagnosis / Masalah Potensial

D. Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi

E. Rencana Asuhan kebidanan

F. Pentalaksanaan Asuhan Kebidanan

G. Evaluasi Asuhan Kebidanan

H. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang keluarga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana

a. Pengertian Keluarga Berencana menurut UU No.10 tahun 1992

tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),

pengaturan kelahiran, ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan

keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Dyah dan Sujiyatini, 2011).

b. Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak

dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,

perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas (Kemenkes RI, 2017,

Diakses pada tanggal 06 februari 2019).

2. Tujuan Program Keluarga Berencana

Tujuan utama program KB adalah memenuhi perintah masyarakat

akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, menurunkan tingkat /

angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan masalah

kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil

berkualitas sedangkan tujuan program program Kesehatan Reproduksi

15
Remaja (KRR) adalah untuk meningkatkan pemhaman, pengetahuan,

dan perilaku positif remaja tenrang kesehatan dan hak-hak

reproduksinya, untuk memperisapkan kehidupan dalam mendukung

upaya peningkatan kualitas generasi mendatang (Dyah dan Sujiyatini,

2011).

3. Sasaran Program Keluarga Berencana

Adapun sasaran program KB nasional lima tahun ke depan seperti

tercantum dalam RPJM 2004-2009 adalah sebagai berikut:

a. Menurunnya rata - rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara

nasional menjadi satu,14% per tahun.

b. Menurunnya angka kelahiran Total Fertilyti Rate (TFR) menjadi 2,2

per perempuan.

c. Meningkatnya peserta KB pria menjadi 4,5%.

d. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan

efisien.

e. Meningkatnya partisipasi keluarga dalamn pembinaan tumbuh

kembang anak.

f. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1

yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.

g. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan KB dan kesehatan reproduks.

Sehingga didapatkan hasil:

a. Tercapainya peserta KB baru sebanyak 1.072.473 akseptor

16
b. Terbinanya peserta KB aktif sebanyak 5.098.188 akseptor atau

71,87% dari pasangan Usia Subur sebanyak 7.093.654.

c. Meningkatnya rata – rata usia kawin pertama wanita menjadi 18,2

tahun.

d. Penegendalian perkembangan kependudukan, terutama tingkat

pertumbuhan migrasi dan persebaran penduduk (Dyah dan

Sujiyatini, 2011).

B. Tinjauan Umum tentang Kontrasepsi

1. Pengertian Kontrasepsi

a. Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau

melawan, sedangkan “konsepsi” adalah pertemuan antara sel telur

(sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang

mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menhgindari atau

mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel

telur yang matang dengan sel sperma (Intan Kumalasari, 2015).

b. Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma

(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah

dibuahi ke dinding rahim (Nina dan Mega, 2013).

c. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.

Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang

mempengaruhi fertilitas (Dhania Pratiwi dkk, 2014,Diakses pada

tanggal 05 Februari,2019)

17
2. Macam – Macam Kontrasepsi

a. Metode Sederhana

1) Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat

dari berbagai bahan diantaranya karet (lateks), plastik (vinil) atau

bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis untuk

menampung sperma ketika seorang pria mencapai ejakulasi saat

berhubungan seks (Nina dan Mega, 2013).

Gambar 1.Kondom (sumber : Googleimage.com).

2) Diafragma

Diafragma dalah kap berbentuk cembung, terbuat dari lateks

(karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan

seksual dan menutup serviks (Dyah dan Sujiyatini,2011).

Gambar 2.Diafragma (sumber : Googleimage.com)

18
3) Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol – 9)

digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma.

Dikemas dalam bentuk:

(1) Aerosol (Busa).

(2) Tablet vagina, supositoria atau dissolvable film.

(3) Krim (Dhya dan Sujiyatini, 2011).

Gambar 3.Spermisida (sumber : Googleimage.com)

4) Coitus Interuptus

Coitus Interuptus atau senggama terputus adalah Metode

keluarga berencana tradisional atau alamiah, di mana pria

mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina (Nina dan

Mega, 2013).

5) Metode Kalender

Metode kalender atau pantang berkala adalah, metode

kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri

dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada

masa subur atau ovulasi (Nina dan Mega,2013).

19
6) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif,

artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau

minuman apapun lainnya (Dyah dan Sujiyatini, 2011).

Gambar 4.Metode Amenorhea Laktasi

(Sumber: Googleimage.com)

7) Metode Lendir Serviks

Metode lendir serviks atau metode Ovulasi merupakan

Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dengan cara

mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati

lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari

ovulasi. Lenidr serviks dalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas

biosintesis sel sekretori serviks dan mengandung tiga komponen

penting yaitu:

(1) Molekul lendir .

(2) Air .

20
(3) Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai

protein, enzim, dll) (Nina dan Mega, 2013).

8) Metode Suhu Basal

Metode Suhu Basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh

tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur).

Pengukuran suhu basal bisa dilakukan pada pagi hari segera

setelh bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.Ibu

dapat mengenali masa subur ibu dengan mengukur suhu badan

secara teliti menggunakan termometer khusus yang bisa mencatat

perubahan suhu sampai 0,1°C untuk mendeteksi, bahkan suatu

perubahan kecil suhu tubuh (Nina dan Mega, 2013).

b. Metode Kontrasepsi Hormonal

1) Pil kontrasepsi

a) Pil kombinasi

Pil kombinasi adalah pil yang mengandung hormone

estrogen dan progesteron, sangat efektif (bila diminum setiap

hari). Pil harus diminum setiap hari pada jam yang sama.Pada

bulan-bulan pertama, efek samping berupa ,mual dan

perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segeraakan hilang

(Nina dan Mega, 2013).

21
Gambar 5.Pil Kombinasi (Sumber : Googleimage.com)

b) Mini pil

Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon

progesteron dalam dosis rendah. Mini pil atau pil progestin

disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang digunakan

0,03-0,05% mg per tablet (Nina dan Mega, 2013).

Gambar 6.Mini Pil (Sumber : Googleimage.com)

2) Kontrasepsi suntikan

a) Suntikan kombinasi (1 bulan)

Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan

yang pemberiannya tiap bulan dengan jalan penyuntikan secara

intramusculer sebagai usaha pencegahan kehamilan berupa

hormon progesteron dan estrogen pada wanita usia

22
subur.Penggunaan kontrasepsi suntik mempengaruhi

hipotalamus dan hifofisis yaitu menurunkan kadar FSH dan

LH sehingga perkembangan dan kematangan folikel de Graaf

tidak terjadi (Nina dan Mega, 2013).

Gambar 7.Suntikan Kombinasi (Sumber : Googleimage.com)

b) Suntikan progestin (3 bulan)

Terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya

mengandung progestin saja :

1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo provera),

mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3

bulan dengan cara disuntik intramuskuler ( di daerah

bokong).

2) Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang

megandung 200 mg Noretdron enantat, diberikan setiap 2

bulan dengan cara disuntik intramuskuler (Dyah dan

Sujiyatini, 2011).

23
Gambar 8.Suntikan Progestin (Sumber : Googleimage.com)

3) Kontrasepsi Implant

Kontrasepsi implant adalah metode kontrasepsi yang

diinsersikan pada bagian subdermal, yang hanya mengandung

progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, dan reversibel

untuk wanita (Intan Kumalasari, 2015).

Gambar 9.Implant (Sumber : Googleimage.com)

4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uteri Devise

(IUD)

IUD singkatan dari Intra Uterine Device yang merupakan alat

kontrasepsi paling banyak digunakan, karena dianggap sangat

efektif dalam mencegah kehamilan dan memiliki manfaat yang

relatif banyak dibanding alat kontrasepsi lainnya.Diantaranya,

tidak mengganggu hubungan saat coitus (hubungan badan), dpata

24
digunakan sampai menopause dan setelah IUD dikeluarkan dari

rahim, bisa dengan mudah subur (Nina dan Mega, 2013).

Gambar 10.IUD (Sumber : Googleimage.com)

c. Kontrasepsi Mantap

1) Tubektomi

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur

wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan

mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini hanya dipakai untuk

jangka panjang, walaupun kadang masih dapat dipulihkan

kembali seprti semula. Tubektomi untuk mencegah bertemunya

sel telur dan sperma (pembuahan) dengan cara menutup saluran

telur tanpa mengubah indung telur rahim (Nina dan Mega, 2013).

Gambar 11. Prosedur Tubektomi (Sumber : Googleimage.com)

25
2) Vasektomi

Vasektomi dalah istilah dalam ilmu bedah yang terbentuk dari

dua kata yaitu vas dan ektomi. Vas atau vasa deferensia artinya

adalah saluran benih yaitu saluran yang menyalurkan sel benih

jantan (spermatozoa) keluar dari buah zakar (testis) yaitu tempat

sel benih itu diporoduksi menuju kantung mani

(vesikulaseminalis) sebagai tempat penampungan sel benih jantan

sebelum dipancarkan keluar pada saat puncak senggama

(ejakulasi). Ektomi atau ektomia artinya pemotongan sebagian.

Jadi vasektomi artinya dalah pemotomngan sebagian (0,5 cm-1

cm) pada vasa deferensia atau tindakan operasi ringan dengan

cara mengikat dan memotong saluran sperma sehingga sperma

tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoza,

dengan demikian tidak terjadi pembuahan, operasi berlangsung

kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu dirawat (Nina dan

Mega, 2013).

Gambar 12. Prosedur Vasektomi (Sumber : Googleimage.com)

26
C. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi Suntikan

1. Pengertian kontrasepsi suntikan

KB suntik merupakan metode kontrasepsi efektif yaitu metode yang

dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan

pemakainnya relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif lebih

rendah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana (Mulyani

dan Rinawati, 2013 dalam Narita Ila Destiana, 2016).

2. Macam-macam kontrasepsi suntikan

a. Suntikan kombinasi (1 bulan)

Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang

pemberiannya tiap bulan dengan jalan penyuntikan secara

intramusculer sebagai usaha pencegahan kehamilan berupa hormon

progesteron dan estrogen pada wanita usia subur. Penggunaan

kontrasepsi suntik mempengaruhi hipotalamus dan hifofisis yaitu

menurunkan kadar FSH dan LH sehingga perkembangan dan

kematangan folikel de Graaf tidak terjadi (Nina dan Mega, 2013).

b. Suntikan progestin (3 bulan)

Terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung

progestin saja :

1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo provera), mengandung

150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara

disuntik intramuskuler ( di daerah bokong)

27
2) Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang megandung

200 mg Noretdron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara

disuntik intramuskuler (Dhya dan Sujiyatini, 2011).

c. Mekanisme kerja kontrasepsi suntikan

1) Menekan ovulasi.

2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma

terganggu.

3) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi

terganggu.

4) Menghambat transprotasi (Dyah dan Sujiyatini, 2011).

d. Efektivitas kontrasepsi suntikan

1) Suntikan kombinasi

Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan)

sebelum tahun pertama penggunaan).

2) Suntikan progestin

Efektivitas tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan

per tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai

jadwal yang telah ditentukan (Dyah dan Sujiyatini, 2011).

e. Kontraindikasi kontrasepsi suntikan

1) Suntikan kombinasi

a) Hamil atau diduga hamil.

b) Menyusui dibawah umur 6 mgg pascapersalianan.

c) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

28
d) Penyakit hati akut (virus hepatitis).

e) Usia > 35 tahun yang merokok.

f) Riwayat penyakit jantung, stroke atau dengan tekanan darah

tinggi (> 180/110 mmHg).

g) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >

20 tahun.

h) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau

migrain.

i) Keganasan pada payudara (Dyah dan Sujiyatini, 2011).

2) Suntikan progestin

a) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per

100.000 kelahiran).

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama

amenorea.

d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

e) Diabetes mellitus (DM) disertai komplikasi (Dyah dan

Sujiyatini, 2011).

f. Keuntungan kontrasepsi suntikan

1) Suntikan kombinasi

a) Risiko terhadap kesehatan kecil.

b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.

29
d) Efek samping sangat kecil.

e) Pasien tidak perlu menyimpang obat suntik.

f) Mencegah kehamilan ektopik.

g) Mencegah anemia.

h) Mencegah kanker ovarium dan kanker endometrium.

i) Pemberian aman, efektif dan relatif mudah (Nina dan Mega,

2013).

2) Suntikan progestin

a) Efektivitas tinggi.

b) Sederhana pemakaiannya.

c) Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4 kali

dalam setahun).

d) Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak.

e) Tidak berdampak serius terhadap penyakit gangguan

pembekuan darah dan jantung karena tidak mengandung

hormon estrogen.

f) Dapat mencegah kanker endometrium, kehamilan ektopik,

serta beberapa penyebab penyakit akibat radang panggul.

g) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Nina dan

Mega, 2013).

g. Keterbatasan kontrasepsi suntikan

1) Suntikan kombinasi

30
a) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,

perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10

hari.

b) Mual sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti

ini akan hilan setelah suntikan kedia atau ketiga.

c) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.Klien

harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.

d) Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan

obat-obat epilepsy (fenitoin dan berbiturat) atau obat

tubercolusis (Rifampisin).

e) Dapat terjadi efek samping yang serius seperti : serangan

jantung, stroke, bekuan darah pada paru ataun otak dan

kemungkinan timbulnya tumor hati.

f) Penambahan berat badan.

g) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual (IMS), hepatitis B virus, atau infeksi virus

HIV.

h) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah

penghentian pemakaian (Dyah dan Sujiyatini, 2011).

2) Suntikan progestin

a) Sering ditemukan gangguan haid seperti : siklus haid yang

memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau

31
sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak

(spotting).

b) Klien sangat bergantung pada tempat saranan pelayanan

kesehatan (harus kembali untuk suntikan).

c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikut.

d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeski

menular seksual (IMS), hepatitis B virus atau infeksi virus

HIV.

f) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

g) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya

kerusakan/kalainan pada organ genetalia, melainkan kerena

belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat

suntikan).

h) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan

kepadatan tulang (densitas).

i) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi

(jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat (Dyah dan Sujiyatini,

2011).

32
h. Cara penggunaan kontrasepsi suntikan

1) Suntikan kombinasi

Suntikan kombinasi dapat diberikan setiap bulan, disuntik

secara intramusculer. Suntikan ulang dapat diberikan 2 hari lebih

awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat

juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan,

asalkan ibu diyakini tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan

hubungan seksual selamam 7 hari atau menggunakan metode

kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja (Nina dan Mega, 2013).

2) Suntikan progestin

Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan

cara disuntik intramuskuler yang dalam di daerah pantat. Apabila

suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi

suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.

Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan

Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu.

Mulai injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu (Dyah dan

Sujiyatini, 2011).

i. Waktu pemberian yang tepat

1) Suntikan kombinasi

a) Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus

haid. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.

33
b) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid,

ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari

atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari.

c) Bila ibu tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap

saat, asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Ibu

tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau

menggunakan kondom selama 7 hari dari suntikan pertama.

d) Bila ibu pascapersalinan 6 bulan, menyusi, serta belum haid,

suntikan pertama dapat diberikan, asal dipastikan tidak hamil.

e) Bila pascapersalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat

haid, maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid 1 dan

7.

f) Bila pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui, ibu tidak boleh

diberikan suntik kombinasi.

g) Ibu pascakeguguran 3 minggu dan tidak menyusui, suntikan

kombinasi dapat diberikan.

h) Ibu pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat diberikan

dalam waktu 7 hari.

i) Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal

yang lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi

hormonal kombianasi boleh diberikan tanpa mengganggu haid,

asalkan kontrasepsi yang sebelumnya digunakan secara teratur

dan tepat. Suntikan kombiansi tersebut dapat diberikan sesuai

34
jadwal kontrasepsi sebelumnya. Bila ragu ibu harus diuji

kehamilannya terlebih dahulu.

j) Ibu yang menggunakan metode kontraepsi non hormonal dan

ingin menggantinya dengan suntikan kombiansi, maka

suntikan pertama dapat segera diberikan sala diyakini ibu

tersebut tidak hamil dan pemberiannya tanpa perlu menunggu

datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid,

metode kontrasepsi lain tidak perlu digunakan (Nina dan

Mega, 2013).

2) Suntikan progestin

a) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

b) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid

dan pasien tidak hamil.Pasien tidak boleh melakukan

hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau penggunaan

metode kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari.

c) Jika pasien pascapersalinan > 6 bulan, menyusui, serta belum

haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat

dipastikan ibu tidak hamil.

d) Bila pascapersalinan 3 minggu dan tidak menyusui, suntikan

kombinasi dapat diberikan.

e) Ibu pascakeguguran, suntikan progestin dapat diberikan.

f) Ibu dengan menggunakan metode kontraepsi hormonal yang

lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi hormonal

35
progestin, selama ibu tersebut menggunakan kontrasepsi

sebvelumnya secara benar, suntikan progestin dapat segera

diberikan tanpa menunggu haid.Bila ragu-ragu perli dilakukan

uji kehamilan terlebuh dahulu.

g) Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontraepsi hormonal, dan

ibu tersebut ingin mengganti dengan suntikan progestin, maka

suntikan progestin tersebut dapat diberikan sesuai jadwal

kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi

lain.

h) Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan

ingin menggantinya dengan suntikan progestin, maka suntikan

pertama dapat diberikan asala saja diyakini ibu tidak hamil dan

pemberiannya tanpa menunggu datangnya haid. Bila

diberiakan pada hari 1-7 siklus haid metode kontrasepsi lain

tidak diperlukan. Bila sebelumnya IUD dan ingin

menggantinya dengan suntikan progestin, maka suntikan

pertama diberikan hari 1-7 siklus haid. Cabut segera IUD

(Nina dan Mega, 2013).

j. Efek samping

Efek samping KB suntik adalah gangguan haid seperti

(amenorea, spotting, metroragia), jerawat, berat badan bertambah,

sakit kepala, dan bisa menyebabkan warna biru dan rasa nyeri pada

36
daerah suntikan akibat perdarahan bawah kulit sederhana ( Mulyani

dan Rinawati, 2013 dalam Narita Ila Destiana, 2016).

k. Penanganan efek samping

1) Suntik kombinasi

a) Amenorea

Singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan, dan

tidak perlu diberi pengobatan khusus, jelskan bahwa darah

haid tidak berkumpul dalam rahim. Anjurkan klien untuk

kembali ke klinik bila tidak datangnya haid masih menjadi

masalah. Bila klien hamil, rujuk klien, hentikan penyuntikan

dan jelaskan bahwa hormon progestin dan estrogen sedikit

sekali pengaruhnya pada janin.

b) Mual / Pusing / Muntah

Pastikan tidaka ada kehamilan, informasikan bahwa hal ini

adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.

c) Perdarahan bercak (spotting)

Bila hamil rujuk, bila tidak hamil cari penyebab perdarahan

yang lain. Jelaskan bahwa perdarahan yang terjadi merupakan

hal biasa. Bila perdarahan berlanjut dan mengkhawatirkan

klien, metpde kontrasepsi lain perlu dicari.

d) Tanda – tanda yang perlu diwaspadai

(1) Nyeri dada hebat atau nafas pendek, kemunkinan adanya

bekuan darah di paru, atau serangan jantung.

37
(2) Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan

kemungkianan terjadi stroke, hipertensi, atau migrain.

(3) Nyeri tungkai hebat, kemungkinan telah terjadi sumbatan

pembuluh darah pada tungkai.

(4) Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari

sebelum suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi

kehamilan (Dyah dan Sujiyatini, 2011).

2) Suntikan progestin

a) Amenorea

(1) Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu, jelaskan

bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Nasehati

untuk kembali ke klinik.

(2) Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien, hentikan

penyuntikan.

(3) Jelaskan bahwa hormon progestin tidak akan

menimbulkan kelainan pada janin.

(4) Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.

(5) Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan

perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3 – 6 bulan

kemudian, bila tidak terjadi perdarhan juga, rujuk ke

klinik.

38
b) Perdarahan

(1) Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, tetapi

tidak berbahaya.

(2) Bila perdarahan / spotting terus berlanjut atau setelah tidak

ada haid namun kemudian terjadi perdarahan, maka perlu

dicari penyebab perdarahan tersebut dengan cara yang

sesuai. Bila tidak ditemukan penyebba terjadinya

perdarahan, tanyakan apakah klien masih ingin

melanjutkan suntikan. Dan bila tidak, suntikan jangan

dilanjutkan lagi, dan carikan kontrasepsi jenis lain.

(3) Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit

akibat hubungan seksual, klien perlu diberi pengobatan

yang sesuai dan suntikan dapat terus dilanjtkan.

(4) Perdarahan banyak atau memanjang (lebih dari 8 hari atau

2 kali lebih banyak dari perdarahan yang biasanya dialami

pada siklus haid normal). Jelasakan bahwa perdarahan

yang banyak atau memanjang tersebut biasa ditemukan

pada bulan pertama suntikan.

(5) Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya

dan bila ditemukan kelianan ginekologi, klien perlu

dipbati atau dirujuk.

(6) Bila perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien

atau klien tidak dapat menerima perdarahan yang terjadi,

39
suntikan jangan dilanjutkan lagi. Pilihlah jenis

kontrasepsin yang lain. Untuk mencegah anemia perlu

diberi preparat besi atau makanan yang banyak

mengandung zat besi.

c) Perdarahan bercak

(1) Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai,

tetapi hal ini bukanlah masalah serius, dan biasanya tidak

memerlukan pengobatan

(2) Bila klien tidak dapat menrima perdarahan tersebut dan

ingin melanjtkan suntikan, maka dapat disarankan 2

pilihan pegobatan : 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30

– 35 g etinelestradiol) dan ibuprofen ( sampai 800 mg 3x/

hari untuk 5 hari) atau obat sejenis lain.

(3) Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi

kombinasi dapat terjadi perdarahan.

(4) Bila terjadi perdarahan banyak selama suntikan, beri : 2

tablet pil kontrasepsi kombinasi / hari selama 3 – 7 hari

dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal atau

50 getinilestradiol atau 1,25 mg esterogen equin konjugasi

untuk 14 – 21 hari.

d) Meningkatnya / menurunnya berat badan

(1) Informasikan bahwa kenaikan / penurunan berat badan

sebanyak 1 – 2 kg dapat terjadi.

40
(2) Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu

mencolok.

(3) Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan

anjurkan metode kontrasepsi lain (Dyah dan Sujiyatini,

2011).

D. Tinjauan Umum Tentang Amenorhea

1. Pengertian amenorhea

Amenorhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3

bulan berturut-turut (Proverawati dan Misarah, 2009 dalam Narita Ila

Destiana, 2016). Amenorhea pada pengguna kontrasepsi suntikan

terjadi karena adanya penekanan dan perubahan lendir serviks menjadi

kental dan menimbulkan atrofi endometrium (Sarwono Prawihardjo,

2011 dalam Darniati, 2018).

2. Macam-macam amenorhea

Menurut Proverawati dan Misarah (2009) dalam Anisa Nofitasari

(2016), amenorhea ada dua jenis yaitu :

a. Amenorhea primer

Amenoreha primer adalah kelainan tidak terjadinya menstruasi

pada wanita usia 16 tahun. Amenorhea primer terjadi pada 0,1 –

2,5% wanita usia reproduksi.

b. Amenorhea sekunder

Amenorhea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3

siklus (pada kasus oligomenorea<jumlah darah menstruasi sedikit>),

41
atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapat siklus menstruasi biasa.

Angka kejadian berkisar antara 1 -5%.

3. Penyebab amenorhea

Penyebabnya adalah karena adanya tidak seimbangnya hormon

sehingga endometrium mengalami perubahan histologi berupa

degenarasi atau atropi. Keadaan amenore merupakan manifestasi atropi

endometrium (Irianto, 2014 dalam Narita Ila Destiana, 2016).Adapun

menurut Proverawati dan Misaroh (2009) dalam Anisa Nofitasari

(2016) penyebab dari amenorhea adalah kehamilan, setelah kehamilan,

menyusui, dan penggunaan kontrasepsi, stres, nutrisi yang kurang,

penurunan berat badan berlebihan, obesitas, gangguan hipotalamus dan

hipofisis, dan obat – obatan.

4. Penanganan amenorhea

a. Tidak perlu dilakukan tindakan apapun.Cukup konseling saja.

b. Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, suntikan

jangan dilanjutkan.

c. Anjurkan pemakain jenis kontrasepsi yang lain.

d. Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu, jelaskan bahwa

darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Nasehati untuk kembali ke

klinik.

e. Bila terjadi kehamilan, rujuk klien, hentikan penyuntikan.

f. Jelaskan bahwa hormon progestin tidak akan menimbulkan kelainan

pada janin.

42
g. Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.

h. Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan

karena tidak akan berhasil.Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak

terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik (Dyah dan Sujiyatini, 2011).

E. Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian asuhan kebidanan

Asuhan kebidanan adalah adalah proses pengambilan keputusan dan

tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang

lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan (Efrida Yanti

dkk, 2015).

2. Tahapan asuhan kebidanan

a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien

secara lengkap, yaitu: riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai

dengan kebutuhannya, meninjau catatan terbaru atau catatan

sebelumnya. Pada langkah I ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien

mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter,

dalam manajemen kolaborasi, bidan akan melakukan konsultasi (Ai

Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti, 2011).

43
Pada pengkajian ini Data Subjektif (DS) dapat diperoleh dengan

mendapatkan keterangan dari klien dengan keluhan utama ttidak

datang menstruasi selama tiga bulan berturut – turut (Kumalasari dan

Andhyantoro, 2012 dalam Narita Ila Destiana, 2016).Adapun data

Objektif (DO) yang diperoleh pada kasus ini, KB Suntik 3 bulan

dengan Amenorhea keadaan umum baik (Sulistyawati, 2009 dalam

Narita Ila Destiana, 2016).Untuk data penunjang pada kasus KB

suntik dengan Amenorhea dilakukan dengan pemeriksaan USG

(Proverawati dan Misarah, 2009 dalam Narita Ila Destiana, 2016).

b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau

masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan

diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah

keduanya digunakan karena masalah tidak dapat diidentifikasi

seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah

sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita

yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.

Masalah juga sering menyertai diagnosa (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia

Yulianti, 2011).

Pada pengkajian ini data Subjektif (DS) diperoleh dengan

mendapatkan keterangan dari klien dimana ibu mengatakan sudah

menggunakan KB suntik 3 bulan, ibu mengatakan cemas, dan ibu

44
mengatakan tidak mendapatkan haid setelah menggunakan KB

suntik 3 bulanan (Filantika, 2014 dalam Narita Ila destiana,

2016).Adapun Data Objektif (DO) diperoleh pada kasus Amenorhea

keadaan umumnya baik, pada kasus KB suntik 3 bulan dengan

Amenorhea TTV meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi

pasien normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010 dalam Narita Ila

Destiana, 2016), hasil pp test negatif (-), dan hasil palpasi tidak

terjadi kehamilan

c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang

sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bila

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini

benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan

asuhan yang aman.

Pada langkah III ini bidan dituntun untuk mampu

mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah

potensial yang akan tetjadi tetapi juga merumuskan tindakan

antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi.

Sehingga langkah ini benar, merupakan langkah yang bersifat

antisipasi yang rasional/logis (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti,

2011).

45
d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Yang memerlukan

Penanganan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan/atau

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah IV mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan

primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tapi juga selamanya

wanita tersebut bersama bidan, terus menerus, misalnya pada waktu

wanita tersebut salam persalinan (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia

Yulianti, 2011).

Menurut Saifuddin dalam Dyah Sri Rahmawati (2016), terapi

yang dapat diberikan pada pasien dengan Amenorhea antara lain 1

siklus pil kombinasi selama 3 hari dan kemudian dilanjutkan dengan

ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari, atau dapat juga diberikan 500

mg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14 –

21 hari.

e. Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh,

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah

yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini

informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

46
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah

yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap

wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi

berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah

perlu merujuk klien bila ada masalah yang berkaitan dengan sosial

ekonomi, kultural atau masalah psikologis (Ai Yeyeh Rukiyah dan

Lia Yulianti, 2011).

Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan pada

akseptor KB Suntik DMPA dengan Amenorhea :

1) Dukungan moril.

2) Berikan KIE tentang Amenorhea bahwa itu efek samping dari KB

suntik 3 bulan

3) Berikan : pil KB 3 x 1 tablet selama 3 hari, selanjutnya 1 x 1

tablet selama 4 – 5 hari. Biasanya setlah itu akan terjadi haid

(Irianto, 2014 dalam Narita Ila Destiana, 2016).

f. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah VI ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan

aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau

anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri

ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

47
pelaksanaannya (misalnya: memastikan agar langkah-langkah

tersebut benar terlaksana). Dalam situasi bidan berkolaborasi dengan

dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka

keterlibatan bidan dalam manajmen asuhan bagi klien adalah

bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama

yang menyeluruh tersebut (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti,

2011).

Pelaksanaan yang dapat dilakukan pada akseptor KB 3 bulan

dengan Amenorhea :

1) Melakukan pemeriksaan terhadap ibu.

2) Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.

3) Memberi penjelasan kepada ibu tentang efek samping

penggunaan KB suntik 3 bulan tentang Amenorhea.

4) Memberi terapi pada ibu bila masih mengeluh masalah haid dan

ingin melanjutkan memakai alat kontrasepsi suntik dapat

diberikan pil kombinasi satu siklus etinil estradiol 50 mg per hari

untuk 3 hari sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3 x 800 mg selama

5 hari.

5) Memeberikan penjelasan pada ibu bahwa akan terjadi haid bila pil

kombinasi habis (Dyah Sri Rahmawati, 2016).

g. Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah di berikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

48
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif

dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana

tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif (Ai Yeyeh

Rukiyah dan Lia Yulianti, 2011).

Tujuan evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien setelah

dilakukan tindakan.Hasil akhir yang diterapkan pada akseptor KB

Suntik DMPA dengan Amenorhea ini adalah :

1) Ibu sudah tahu bahwa Amenorhea adalah efek samping KB suntik

3 bulan.

2) Kecemasan ibu atau Amenorhea teratasi.

3) Ibu tetap menggunakan KB Suntik.

4) Ibu sudah mendapatkan haidnya kembali (Narita Ila Destiana,

2016).

3. Pendokumentasian menajemen kebidanan

Data studi kasus ini menggunakan data perkembangan yang berupa

SOAP menurut Walyani, 2015 dalam Narita Ila Destianan, 2016, yaitu :

a. Data Subjektif (DS)

Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien

melalui anamnesa.

49
b. Data Objektif (DO)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik

klien,hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan

dalam data fokus untuk mendukung assesment.

c. Analisis (A)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi.

d. Penatalaksanaan (P)

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan

evaluasi berdasarkan assesment.

F. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

1. Peraturan Mentri Kesehatan (Permenkes)

Berdasarkan peraturan mentri kesehatan republic Indonesia no 28

tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan yaitu :

Kewenangan

Pasal 18

Dalam penyelenggaraan Prakti Kebidanan, Bidan memiliki

kewengangan untuk memberikan :

a. Pelayanan kesehatan ibu;

b. Pelayanan kesehatan anak; dan

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 19

50
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebangaimana dimkasud dalam pasal 18

huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa

persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua

kehamilan.

(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi pelayanan :

a. Konseling pada masa sebelum hamil;

b. Antenatala pada kehamilan normal;

c. Persalinan normal;

d. Ibu nifas normal;

e. Ibu menyusui; dan

f. Konseling pada masa antara dua kehamilan.

(3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan :

a. Episotomi;

b. Pertolongan persalinan normal;

c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

d. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

e. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;

f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

g. Fasilitasi / bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu

ibu eksklusif;

51
h. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum;

i. Penyuluhan dan konseling;

j. Bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan

k. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

Pasal 20

(1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 18

huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak

prasekolah.

(2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan :

a. Pelayanan neonatal esensial;

b. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

c. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah; dan

d. Konseling dan penyuluhan.

(3) Pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a meliputi inisiasi menyusu dini, pemotongan dan perawatan

tali pusat, pemberian suntik Vit K1, pemberian imunisasi B0,

pemriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya,

pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat

ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke fasilitas

pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

52
(4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi :

a. Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan

jalan nafas. Ventilasi tekanan positif, dan / atau kompresi

jantung;

b. Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR

melalui penggunaan selimut atau fasilitas dengan cara

menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru;

c. Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol

atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih

dan kering; dan

d. Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir

dengan infeksi gonorea (GO).

(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi

kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala,

pengukuran tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini

penyimpangan tumbuh kembang balita dengan menggunakan

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).

(6) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf d meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE)

kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI

53
eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan

imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.

Pasal 21

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berenacan sebagaimana dimaksdu dalam pasal 18 huruf c,

Bidan berwenenang memberikan :

a. Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana; dan

b. Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

54
BAB III

TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA

BERENCANA NY “S” AKSEPTOR KB SUNTIK

3 (TIGA) BULAN DENGAN AMENORHEA

DI UPTD PUSKESMAS ULAWENG

TANGGAL 21 MARET 2019

No. Register : xxx xxx

Tanggal Pengkajian : 21 Maret 2019, jam 09.31 wita

Tanggal Masuk : 21 Maret 2019, jam 09.28 wita

Nama Mahasiswa : SARMILA

NIM : BT 16 02 070

A. LANGKAH I: IDENTIFIKASI DATA DASAR

Pengkajian Data

Data Subjektif

1. Identitas

a. Identitas Pasien

Nama : Ny ”S”

55
Umur : 32 tahun

Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kelurahan Cinnong, Kecamatang Ulaweng

b. Identitas Penanggung jawab/Suami/Keluarga

Nama : Tn “S”

Umur : 38 tahun

Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pelerjaan : Petani

Alamat : Kelurahan Cinnong, Kecamatan ulaweng

2. Keluhan Utama : Ingin melanjutkan suntik KB 3 bulan dan

tidak haid semenjak menggunakan KB suntik

3 bulan sejak 2 tahun yang lalu.

3. Riwayat Keluhan Utama

a. Menjadi akseptor KB suntik 3 bulan sejak tahun 2017.

b. Datang ke Puskesmas untuk suntik KB.

c. Terakhir disuntik tanggal 15 Desember 2018 kembali tanggal 21

Maret 2019.

d. Haid terakhir tanggal 28 Januari 2017.

56
e. Ingin mengatur jarak kehamilan.

f. Khawatir dengan keadaannya.

4. Riwayat Kesehatan

Tidak ada riwayat penyakit jantung, asma, hipertensi, tubercolusis,

ginjal, diabetes melitus, malaria dan HIV/AIDS dahulu, sekarang dan

keluarga.

5. Riwayat Perkawinan

Nikah 1 kali, umur 16 tahun, dengan suami umur 22 tahun, lama

pernikahan ± 16 tahun.

6. Riwayat Obstetri

a. Riwayat Menstruasi

Menarche : 14 tahun

Siklus : 28 – 30 hari

Lama : 5 – 7 hari

Banyaknya darah : 2 – 3 kali ganti pembalut

Bau : Khas

Warna : Merah segar

Konsistensi : Cair dan sedikit gumpalan

Dismenorhoe : Tidak ada

Flour Albus : Tidak ada

57
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Tabel 1. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Lalu


No Hamil Tahun Gestasi Jenis Jenis Penolong

Persalinan Kelamin Persalinan

1 Pertama 2004 9 bulan Normal Laki-laki Bidan

2 Kedua 2015 9 bulan Normal Laki-laki Bidan

Sumber : Data sekunder

7. Riwayat KB

Pernah menjadi akseptor KB pil kombinasi ± 1 tahun, berhenti

karena sering lupa untuk meminumnya.

8. Pola Kebutuhan sehari – hari

a. Pola Nutrisi

1) Pola makan 3 x sehari dengan jenis makanan nasi, ikan dan

sayur.

2) Pola minum yaitu ± 6 – 8 gelas / hari.

b. Pola Eliminasi

1) BAK : 2 – 3 kali sehari, warna kuning jernih.

2) BAB : 1 – 2 kali sehari, konsistensi lembek.

c. Pola Istirahat

1) Tidur siang : ± 1 – 2 jam sehari.

2) Tidur malam : ± 7 – 8 jam sehari.

d. Personal Hygiene

1) Mandi 2 x sehari.

58
2) Keramas 3 x seminggu.

3) Gosok gigi 3 x sehari.

4) Ganti pakaian 2 x sehari.

9. Psikososial Spiritual

a. Suami dan keluarga mendukung ibu menggunakan KB.

b. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami.

c. Ibu taat beribadah.

d. Ibu tinggal dengan keluarga dan suami.

Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum baik

b. Kesadaran komposmentis

c. Tanda – tanda vital

Tekanan Darah (TD) : 110/70 mmHg

Denyut Nadi (N) : 80 x/menit

Frekuensi Nafas (P) : 20 x/menit

Temperatur (S) : 36,8°C

d. Berat Badan (BB) : Sebelum 52 kg, Sekarang 55 kg

2. Pemeriksaan Fisik / Status Present

a. Kepala

Inspeksi : Kulit kepala bersih, rambut hitam dan tidak ada ketombe.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

b. Wajah

59
Inspeksi : Terdapat Kloasma dan tidak ada oedema.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

c. Mata

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, sclera putih dan konjungtiva

merah muda.

d. Hidung

Inspeksi : Lubang simetris kiri dan kanan, tidak ada polip serta

secret berada dalam batas normal.

e. Telinga

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran serumen.

f. Mulut

Inspeksi : Bibir tidak pucat, tidak sariawan dan tidak pecah - pecah.

g. Leher

Inspeksi : Tidak tampak pembesaran vena jugularis, pembengkakan

kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.

Palpasi : Tidak teraba pemebesaran vena jugularis, pembengkakan

kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.

h. Dada

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol

Palpasi : Tidak ada massa, benjolan dan nyeri tekan.

i. Ketiak

Inspkesi : Tidak ada pembesaran getah bening.

Palpasi : Tidak ada massa.

60
j. Abdomen

Inspkesi : Tidak ada bekas luka operasi.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

k. Genetalia

Tidak dilakukan pemeriksaan.

l. Ekstremitas Atas

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan,telapak tangan merah muda.

Palpasi : Tidak ada oedema.

m. Ekstremitas bawah

Inspeksi : Simetris kir dan kanan, tidak ada varices, telapak kaki

merah muda.

Palpasi : Tidak ada oedema.

Perkusi : Refleks patella kiri dan kanan (+/+).

3. Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada

B. LANGKAH II : IDENTIFIKASI DIAGNOSIS / MASALAH AKTUAL

Diagnosis kebidanan : Akseptor KB suntik 3 bulan dengan Amenorhea

Masalah Aktual : Amenorhea

Data Dasar

Data Subjektif

1. Ingin menunda kehamilan

61
2. Sudah 2 tahun menggunakan KB suntik 3 bulan dan tidak pernah

mendapat haid

3. Pernah menjadi akseptor KB pil kombinasi ± 1 tahun

Data Objektif

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran komposmentis

3. Tanda – tanda vital

Tekanan Darah (TD) : 110/70 mmHg

Denyut Nadi (N) : 80 x/menit

Frekuensi Nafas (P) : 20 x/menit

Temperatur (S) : 36,8°C

Analisis dan Interpretasi Data

1. Akseptor KB suntik 3 bulan

Data Subjektif

Menjadi akseptor KB suntik 3 bulan sejak tahun 2017

Data Objektif

Pada kartu akseptor KB, tercantum bahwa ibu menggunakan

suntikan 3 bulan, suntikan selanjutnya tanggal tanggal 21 Maret 2019

Analisis dan Interpretasi Data

Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara

disuntik intramuskuler yang dalam di daerah pantat. Apabila suntikan

diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan kan lambat

dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari.

62
Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya

diberikan setiap 8 minggu. Mulai injeksi kelima diberikan setiap 12

minggu (Dyah dan Sujiyatini, 2011).

2. Amenorhea

Data Subjektif

Tidak haid sejak menggunakan KB suntik 3 bulan selama 2 tahun

yang lalu.

Data Objektif

Pada kartu akseptor KB, tercantum bahwa ibu menggunakan

suntikan 3 bulan, suntikan selanjutnya tanggal 21 Maret 2019.

Analisis dan Interpretasi Data

Amenorhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk seidkitnya 3

bulan berturut-turut (Proverawati dan Misarah, 2009 dalam Narita Ila

Destiana, 2016). Amenorhea pada pengguna kontrasepsi suntikan

terjadi karena adanya penekanan dan perubahan lendir serviks menjadi

kental dan menimbulkan atrofi endometrium (Sarwono Prawihardjo,

2011 dalam Darniati, 2018).

C. LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSIS / MASALAH

POTENSIAL

Diagnosis kebidanan : Akseptor KB suntik 3 bulan dengan Amenorhea

Masalah potensial : Terjadinya drop out akseptor suntikan 3 bulan

Data Dasar

Data Subjektif

63
a. Ibu tidak haid sejak menggunakan KB suntik 3 bulan selama 2 tahun

yang lalu

b. Khawatir dengan keadaannya

Data Objektif

Ibu nampak cemas dan selalu bertanya tentang keadaannya

Analisis dan Interpretasi data

Banyak kejadian drop out pada akseptor KB suntik, terutama KB

suntik progestin akibat adanya efek samping yang tidak dimengerti oleh

akseptor, salah satunya adalah efek samping berupa gangguan haid

amenorea (Resti Astida Putri dan Siti Chunaeni, 2015).

D. LANGKAH IV : PERLUNYA TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI

Tidak ada data yang menunjang dilakukannya tindakan segera /

kolaborasi.

E. LANGKAH V : RENCANA ASUHAN KEBIDANAN

Masalah Aktual : Akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorhea.

Masalah Potensial : Terjadinya drop out akseptor suntikan 3 bulan.

Tujuan : 1. Ibu tetap menjadi akseptor KB suntikan 3

bulan.

2. Ibu dapat beradaptasi dengan suntikan 3 bulan

yang digunakan.

Kriteria : 1. Keadaan umum baik.

2. Tanda – tanda vital dalam batas normal

Tekanan Darah (TD) : Sistole 90 - 130 mmHg,

64
diastole 60 - 90 mmHg.

Denyut Nadi (N) : 60 – 100 x/menit

Frekuensi Nafas (P) : 16 – 24 x/menit

Temperatur (S) : 36,5°C – 37,5°C

3. Suntikan dilakukan secara teratur.

4. Ibu datang pada jadwal kunjungan berikutnya.

5. Ibu tidak cemas lagi

Intervensi (rasional) :

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu.

Rasional : Agar ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan.

2. Jelaskan tentang efek samping KB suntik 3 bulan.

Rasional : Agar ibu mengerti dengan efek yang ditimbulkan oleh

KB suntik 3 bulan.

3. Beritahu ibu tentang mekanisme kerja kontrasepsi suntikan 3 bulan.

Rasional : Informasi yang jelas dapat meyakinkan ibu sehingga ibu

dapat melanjutkan pemakaian kontrasepsi suntikan 3

bulan, dapat merima keadaan tanpa unsur paksaan atau

tekanan sehingga dapat mengatasi kecemasan.

4. Jelaskan pada ibu tentang penyebab amenorhea

Rasional : Agar ibu merasa tenang dan mengerti akan masalah

yang dihadapi.

5. Tanyakan kembali pada ibu apakah masih tetap akan melanjutkan suntik

KB 3 bulan.

65
Rasional : Untuk memastikan apakah ibu tetap mau melakukan

suntik KB 3 bulan.

6. Lakukan informed consent sebelum melakukan penyuntikan

Rasional : Dengan melakukan informed consent sebelum melakukan

tindakan dapat digunakan sebagai pembelaan diri terhadap

kemungkinan adanya tuntutan atau guagatan dari pasien

atau keluarga apabila timbul akibat yang tidak

dikehendaki

7. Berikan suntikan 3 bulan 3 ml di daerah bokong secara intramuscular

tanpa dimassage.

Rasional : Pemberian suntik 3 bulan 3 ml di daerah bokong dapat

mencegah kehamilan dengan cara menghalangi

implantasi ovum dalam endometrium.

8. Informasikan jadwal pemberian suntikan berikutnya.

Rasional : Agar hormone progesterone dapat bekerja dengan

hormone estrogen, kemudian dapat mengatur terjadinya

ovulasi maksimal.

9. Beritahu ibu untuk datang kembali sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan atau jika ada keluhan yang berat

Rasional : Agar ibu segera mendapatkan pelayanan, penanganan

dan pengobatan yang tepat.

66
F. LANGKAH VI : IMPLEMENTASI

Tanggal 21 Maret 2019 jam 09.34 wita

1. Menyampaikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan.

a. Keadaan umum baik.

b. Keasadaran kompomentis.

c. Tanda – tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Denyut nadi : 80 x/menit

Frekuensi Nafas : 20 x/menit

Temperatur : 36,8°C

2. Menjelaskan tentang efek samping KB suntik 3 bulan yaitu :

Efek samping KB suntik 3 bulan adalah gangguan haid seperti (amenorea,

spotting, metroragia), jerawat, berat badan bertambah, sakit kepala, dan

bisa menyebabkan warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat

perdarahan bawah kulit sederhana.

3. Memberitahu ibu tentang mekanisme kerja kontrasepsi suntikan 3 bulan

Mekanisme kerja kontrasepsi suntikan 3 bulan yaitu menekan ovulasi,

membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma

terganggu, perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi

terganggu dan menghambat transprotasi.

67
4. Menjelaskan pada ibu tentang penyebab amenorhea

Penyebabnya adalah karena adanya tidak seimbangnya hormon sehingga

endometrium mengalami perubahan histologi berupa degenarasi atau

atropi. Keadaan amenore merupakan manifestasi atropi endometrium.

5. Menanyakan kembali pada ibu apakah masih tetap akan melanjutkan

suntik KB 3 bulan.

Ibu bersedia melanjutkan suntik KB tiga bulan.

6. Melakukan informed consent sebelum menyuntik.

Ibu menandatangani informed consent dan setuju untuk disuntik KB 3

bulan.

7. Memberikan suntikan 3 bulan 3 ml di daerah bokong secara intramuscular

tampa dimassage.

Suntikan 3 bulan 3 ml telah diberikan di daerah bokong tampa dimassage.

8. Menginformasikan jadwal pemberian suntikan berikutnya,

Jadwal suntikan selanjutnya yaitu tanggal 13 juni 2019

9. Memberitahu ibu untuk datang kembali sesuai jadwal yang telah

ditentukan atau jika ada keluhan yang berat.

G. LANGKAH VII : MENGEVALUASI HASIL ASUHAN

Tanggal 21 Maret 2019, Jam 09.34 Wita

1. Amenorhea belum dapat teratasi.

2. Ekspresi wajah ibu kembali ceria dan memahami tentang efek samping

suntikan 3 bulan yang digunakan.

3. Masih bersedia menjadi akseptor KB suntikan 3 bulan.

68
4. Bersedia datang sesuai jadwal yang telah ditentukan yaitu tanggal 13 Juni

2019.

5. Bersedia ke puskesmas apabila ada keluhan / masalah yang berat.

69
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN
KELUARGA BERENCANA NY “S” AKSEPTOR KB
SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN AMENORHEA
DI UPTD PUSKESMAS ULAWENG
TANGGAL 21 MARET 2019

No. Register : xxx xxx

Tanggal Pengkajian : 21 Maret 2019, jam 09.31 wita

Tanggal Masuk : 21 Maret 2019, jam 09.28 wita

Nama Mahasiswa : SARMILA

NIM : BT 16 02 070

1. Identitas Pasien

Nama : Ny “S”

Umur : 32 tahun

Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kelurahan Cinnong, Kecamatang Ulaweng

2. Identitas Penanggung jawab/Suami/Keluarga

Nama : Tn “S”

Umur : 38 tahun

Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia

70
Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pelerjaan : Petani

Alamat : Kelurahan Cinnong, Kecamatan ulaweng

Data Subjektif (S)

1. Tidak haid semenjak menggunakan KB suntik 3 bulan sejak 2 tahun yang

lalu.

2. Menjadi akseptor KB suntik 3 bulan sejak tahun 2017.

3. Datang ke Puskesmas untuk suntik KB.

4. Terakhir disuntik tanggal 15 Desember 2018 kembali tanggal 21 Maret

2019.

5. Haid terakhir tanggal 28 Januari 2017.

6. Ingin mengatur jarak kehamilan.

7. Khawatir dengan keadaannya.

Data Objektif (O)

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Komposmentis

3. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah (TD) : 110/70 mmHg

Denyut Nadi (N) : 80 x/menit

Frekuensi Nafas (P) : 20 x/menit

Temperatur (S) : 36,8oC

4. Berat Badan : Sebelum 52 kg, Sekarang 55 kg

71
5. Pada kartu akseptor KB, tercantum bahwa ibu menggunakan suntikan 3

bulan, suntikan selanjutnya tanggal 21 Maret 2019.

Analisis (A)

Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Amenorhea

Penatalaksanaan (P)

Tanggal 21 Maret 2019 jam 09.34 wita

1. Menyampaikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan.

a. Keadaan umum baik.

b. Keasadaran kompomentis.

c. Tanda – tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Denyut nadi : 80 x/menit

Frekuensi Nafas : 20 x/menit

Temperatur : 36,8°C

2. Menjelaskan tentang efek samping KB suntik 3 bulan yaitu :

Efek samping KB suntik 3 bulan adalah gangguan haid seperti (amenorea,

spotting, metroragia), jerawat, berat badan bertambah, sakit kepala, dan

bisa menyebabkan warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat

perdarahan bawah kulit sederhana.

Ibu mengerti tentang efek samping kontrasepsi suntikan.

3. Memberitahu ibu tentang mekanisme kerja kontrasepsi suntikan 3 bulan

Mekanisme kerja kontrasepsi suntikan 3 bulan yaitu menekan ovulasi,

membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma

72
terganggu, perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi

terganggu, menghambat transprotasi .

4. Menjelaskan pada ibu tentang penyebab amenorhea

Penyebabnya adalah karena adanya tidak seimbangnya hormon sehingga

endometrium mengalami perubahan histologi berupa degenarasi atau

atropi. Keadaan amenore merupakan manifestasi atropi endometrium

5 Menanyakan kembali pada ibu apakah masih tetap akan melanjutkan

suntik KB 3 bulan.

Ibu bersedia melanjutkan suntik KB tiga bulan.

6. Melakukan informed consent sebelum menyuntik.

Ibu menandatangani informed consent dan setuju untuk disuntik KB 3

bulan.

7. Memberikan suntikan 3 bulan 3 ml di daerah bokong secara intramuscular

tampa dimassage.

Suntikan 3 bulan 3 ml telah diberikan di daerah bokong tampa dimassage.

8. Menginformasikan jadwal pemberian suntikan berikutnya,

Jadwal suntikan selanjutnya yaitu tanggal 13 juni 2019

9. Memberitahu ibu untuk datang kembali sesuai jadwal yang telah

ditentukan atau jika ada keluhan yang berat.

73
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan

hasil studi pelaksanaan dan penerapan asuhan kebidanan pada klien Akseptor

KB Suntik 3 bulan dengan masalah amenorhea di UPTD Puskesmas Ulaweng.

Dalam penerapan Asuhan Kebidanan secara teoritis yang dimulai dari

pengkajian data, merumuskan diagnosa/masalah aktual dan potensial, tindakan

segera atau kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi asuhan

kebidanan yang terjadi pada kasus.

A. Langkah I Identifikasi Data Dasar

Dalam teori ditemukan bahwa identifikasi data dasar merupakan tahap

awal dari proses manajemen kegiatan yang kegiatannya ditujukan untuk

mengumpulkan informasi mengenai akseptor, pengkajian diawali

pengumpulan data biopsikososial dan spiritual yang berpedoman pada format

pengkajian yang telah tersedia dan dikembangkan sesuai dengan kondisi yang

ditemukan klien, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik.

Dalam tinjauan pustaka ditemukan bahwa amenorhea merupakan salah

satu efek samping suntik 3 bulan ( Mulyani dan Rinawati, 2013 dalam Narita

Ila Destiana, 2016).

Pada kasus data yang dikumpulkan dari hasil pengkajian anamnesis ibu

menjadi akseptor suntikan 3 bulan sejak tahun 2017 dan mengeluh tidak

pernah haid selama 2 tahun.

74
Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada Langkah I Identifikasi

data dasar, penulis tidak menemukan hambatan. Ini dapat dilihat dari respon

dan sikap akseptor yang terbuka untuk memberikan informasi yang diperlukan

karena dengan melakukan pendekatan yang baik dengan klien, kita akan dapat

memperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan secara

lengkap menyeluruh dan berfokus, antara lain ibu merasakan gangguan pola

haid yaitu amenorhea dengan alat kontrasepasi yang dipakainya. Dengan

demikian ada kesamaan antara teori dan studi kasus.

B. Langkah II Identifikasi Diagnosis / Masalah Aktual

Berdasarkan teori kontrasepsi suntikan 3 bulan dapat menimbulkan efek

samping yaitu gangguan haid seperti (amenorea, spotting, metroragia),

jerawat, berat badan bertambah, sakit kepala, dan bisa menyebabkan warna

biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan bawah kulit

sederhana ( Mulyani dan Rinawati, 2013 dalam Narita Ila Destiana, 2016).

Pada kasus ini dapat ditegakkan diagnosa akseptor suntikan 3 bulan

dengan amenorhea yang timbul karena adanya tidak seimbangnya hormon

sehingga endometrium mengalami perubahan histologi berupa degenarasi

atau atropi serta ketidaktahuan / kurang pahamnya ibu mengenai mekanisme

kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan. Dalam hal ini terdapat

kesamaan antara teori dan studi kasus.

C. Langkah III Identifikasi Diagnosis / Masalah Potensial

Berdasarkan tinjauan pustaka yang ditemukan dari hasil pengkajian

terdapat data yang mendukung terjadinya masalah potensial yaitu banyak

75
kejadian drop out pada akseptor KB suntik, terutama KB suntik 3 bulan

akibat adanya efek samping yang tidak dimengerti oleh akseptor, salah

satunya adalah efek samping berupa gangguan haid amenorea (Resti Astida

Putri dan Siti Chunaeni, 2015).

Berdasarkan data yang ditemukan dari hasil pengkajian potensial

terjadinya drop out akseptor KB. Karena masalah tersebut dapat teratasi

dengan melakukan konseling pada pasien.

Dalam tahap ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara

teori dan praktek asuhan kebidanan yang diberikan.

D. Langkah IV Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi

Berdasarkan tinjauan teori tidak perlu adanya tindakan segera atau

kolaborasi untuk mengatasi amenorhea yang dialami klien, cukup

memberikan konseling pada klien.

Sedangkan pada kasus Ny ”S” tidak dilakukan tindakan segera dan

kolaborasi karena tidak ada data yang menunjang untuk dilakukannya

tindakan tersebut.

Dalam tahap ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara

teori dan studi kasus.

E. Langkah V rencana Asuhan

Dalam tinjuan teori pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan asuhan terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi

atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat

76
dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang

sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan

tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti

apa yang di pikirkan akan terjadi berikutnya.

Dalam studi kasus telah direncanakan asuhan kebidanan yakni sampaikan

hasil pemeriksaan pada ibu, jelaskan tentang efek samping KB suntik 3 bulan,

beritahu ibu tentang mekanisme kerja kontrasepsi suntikan 3 bulan, jelaskan

pada ibu tentang penyebab amenorhea, tanyakan kembali pada ibu apakah

masih tetap akan melanjutkan suntik KB 3 bulan, lakukan informed consent

sebelum melakukan penyuntikan, berikan suntikan 3 bulan 3 ml di daerah

bokong secara intramuscular tanpa dimassage, informasikan jadwal

pemberian suntikan berikutnya, dan beritahu ibu untuk datang kembali sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan atau jika ada keluhan yang berat.

Dalam tahap ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara

teori dan rencana asuhan kebidanan yang diberikan.

F. Langkah VI Implementasi

Pada langkah VI ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan

ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan

dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan yang lain

Sedangkan pada kasus Ny “S” Semua intervensi telah diimplementasikan

yaitu menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu, menjelaskan tentang efek

samping KB suntik 3, memberitahu ibu tentang mekanisme kerja kontrasepsi

77
suntikan 3 bulan, menjelaskan pada ibu tentang penyebab amenorhea,

menanyakan kembali pada ibu apakah masih tetap akan melanjutkan suntik

KB 3 bulan, melakukan informed consent sebelum menyuntik, memberikan

suntikan 3 bulan 3 ml di daerah bokong secara intramuscular tanpa

dimassage, menginformasikan jadwal pemberian suntikan berikutnya, dan

memberitahu ibu untuk datang kembali sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan atau jika ada keluhan yang berat.

Jadi dalam hal ini pemulis menyimpulkan bahwa tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara rencana asuhan serta apa yang di implementasikan.

G. Langkah VII Evaluasi

Dalam teori ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah di

berikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di

dalam masalah dan diagnosa.

Dalam kasus ini, masalah gangguan pola haid yaitu amenorhea yang

dihadapi oleh klien belum dapat teratasi. Tetapi setelah mendapatkan

informasi tentang gangguan pola haid yang dialami yaitu amenorhea ekspresi

wajah ibu kembali ceria dan ibu sudah tidak bertanya lagi tentang

keadaannya, ibu masih ingin menjadi akseptor suntikan 3 bulan dan bersedia

datang sesuai jadwal yang telah ditentukan yaitu tanggal 13 Juni 2019 atau

apabila ada keluhan / masalah yang berat.

Dalam hal ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan studi

kasus.

78
BAB V

PENUTUP

Pada bab ini penulis mengambil kesimpulan dan saran setelah melakukan

asuhan kebidanan keluarga berencana Ny “S” akseptor suntikan 3 bulan dengan

amenrohea di UPTD Puskesmas Ulaweng.

A. Kesimpulan

1. Pengkajian dan analisa data dalam memberikan asuhan kebidanan sangat

penting dilakukan karena merupakan langkah awal yang kiranya perlu

penanganan cermat sehingga semua masalah-masalah dapat terdeteksi

secara dini dan tidak berlanjut ke masalah yang lebih berat.

2. Dari data subjektif dan objektif yang didapatkan pada Ny “S” maka

ditegakkan diagnosa / masalah aktual yaitu akseptor KB suntik 3 bulan

dengan amenorhea.

3. Masalah potensial yang didapatkan pada Ny “S” terjadinya drop out

akseptor KB suntik 3 bulan.

4. Tidak ada data yang menunjang dilakukannya tindakan segera/kolaborasi.

5. Rencana asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny “S” akseptor KB

Suntik 3 bulan dengan amenorhea di UPTD Puskesmas Ulaweng yaitu

sampaikan hasil pemeriksaan pada ibu, jelaskan tentang efek samping KB

suntik 3 bulan, beritahu ibu tentang mekanisme kerja kontrasepsi suntikan

3 bulan, jelaskan pada ibu tentang penyebab amenorhea, tanyakan kembali

pada ibu apakah masih tetap akan melanjutkan suntik KB 3 bulan, lakukan

79
informed consent sebelum melakukan penyuntikan, berikan suntikan 3

bulan 3 ml di daerah bokong secara intramuscular tanpa dimassage,

informasikan jadwal pemberian suntikan berikutnya, dan beritahu ibu

untuk datang kembali sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan atau jika

ada keluhan yang berat.

6. Penatalaksanaan tindakan yang dilakukan pada Ny ”S” akseptor KB suntik

3 bulan dengan amenorhea di UPTD Puskesmas Ulaweng yaitu

menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu, menjelaskan tentang efek

samping KB suntik 3 bulan, memberitahu ibu tentang mekanisme kerja

kontrasepsi suntikan 3 bulan, menjelaskan pada ibu tentang penyebab

amenorhea, menanyakan kembali pada ibu apakah masih tetap akan

melanjutkan suntik KB 3 bulan, melakukan informed consent sebelum

menyuntik, memberikan suntikan 3 bulan 3 ml di daerah bokong secara

intramuscular tanpa dimassage, menginformasikan jadwal pemberian

suntikan berikutnya, dan memberitahu ibu untuk datang kembali sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan atau jika ada keluhan yang berat.

7. Evaluasi asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny “S” yaitu amenorhea

tidak teratasi, ekspresi wajah ibu kembali ceria dan ibu sudah tidak

bertanya lagi tentang keadaannya, masih bersedia menjadi akseptor KB

suntik 3 bulan, bersedia datang sesuai jadwal yang telah ditentukan yaitu

pada tanggal 13 juni 2019, dan bersedia ke puskesmas apabila ada keluhan

/ masalah yang berat.

80
8. Dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny “S” semua data yang

diperoleh, didokumentasikan secara baik dan benar.

B. Saran

1. Untuk institusi

Untuk memperoleh hasil yang diinginkan perlu kiranya penerapan

manejemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan

dikembangkan mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam

membina tenaga bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang

berpotensi dan profesional.

2. Untuk Bidan

a. Bidan dalam memberikan konseling kepada akseptor lebih diarahkan

kepada mekanisme kerja, efek samping dan dampak yang akan

ditimbulkan apabila digunakan dalam jangka panjang.

b. Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam penerapan kasus

keluarga berencana pada umumnya dan metode kontresepsi suntikan 3

bulan pada khususnya.

c. Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam memberikan

pelayanan kontrasepsi dan penanggulangan efek samping secara dini

yang dialami oleh akseptor.

3. Bagi Penulis

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk menggambarkan

penelitian dengan menambah variabel penelitian dan menggunakan

81
beberapa referensi yang lebih banyak sehingga mendapatkan hasil yang

lebih baik.

4. Untuk Akseptor

a. Diharapkan akseptor harus mengerti dan mengetahui dengan jelas efek

samping dari alat kontrasepsi yang di gunakan.

b. Diharapkan akseptor datang kembali sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan atau jika ada keluhan yang berat.

82
DAFTAR PUSTAKA

Arum, D.N.S, dan Sujiyatini. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.


Yogjakarta : Nuha Medika
Darniati, 2018. Manajemen Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Ny “R”
Akseptor Suntikan Depo Progestin dengan Amenorhea di UPTD
Puskesmas Ulaweng. KTI tidak diterbitkan. Watampone : Program Studi
Diploma III Kebidanan – Akbid Batari Toja
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bone. Keluarga Berencana. 2016-2018

Data UPTD Puskesmas Ulaweng. keluarga Berencana. 2017-2018

Destiana, N.I. 2016. Asuhan Kebidanan Akseptor KB Suntik 3 Bulan DMPA pada
Ny.S P1A0 Umur 25 Tahun dengan Amenorhea di RBHJ Tri Tuti
Rahayu,SKM.,M.Kes Sukoharjo. KTI tidak diterbitkan. Surakarta :
Program Studi Diploma III Kebidanan- Stikes Kusuma Husada (online).
(http:/www.digilib.stikeskusumahusada.ac.id).Diakses tanggal 04 februari
2019
Kemenkes RI. 2017. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
(online).(http: //www.kemkes.go.id). Diakses tanggal 06 februari 2019

Kumalasari, I. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan klinik Perawatan


Antenatal,Intranatal,Postnatal,Bayi Baru lahir dan Kontrasepsi. Jakarta
Selatan : Salemba Medika
Mulyani, N.S, dan Mega, R. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Novitasari, A. 2016. Asuhan kebidanan Keluarga Berencana pada NY.T Umur 38
Tahun P2A0 Akseptor KB Implant dengan Amenore di Puskesmas Plupuh
II Sragen. KTI tidak diterbitkan. Surakarta : Program Studi Diploma III
Kebidanan- Stikes Kusuma Husada (online)
(http:/www.digilib.stikeskusumahusada.ac.id).Diakses tanggal 04 februari
2019
Pratiwi, D, Syahredi dan Erkadius. 2014. Hubungan antara Penggunaan
Kontrasepsi hormonal suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di
Puskesmas Lapai Kota Padang (online). (http:/www.Jurnal.Fk.Unand.ac.
id). Diakses tanggal 05 februari 2019
Putri, R.A,dan Siti Chunaeni. 2015. Kejadian Amenorhea pada Akseptor KB
Suntik di BPM CH Susilowati, Treko, Mungkid tahun 2014 (online).
(http:/www.ejurnal.poltekkes-smg.ac.id). Diakses tanggal 06 februari 2019

83
Rahmawati, D.S. 2016. Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan
dengan Amenorea di Pustu Desa Karangampel Kecamatan Baregbeg
kabupaten ciamis. KTI tidak diterbitkan. Ciamis : Program Studi Diploma
III kebidanan- Stikes Muhammadiyah Ciamis (online).
((http:/www.ejournal.stikesmucis.ac.id). Diakses tanggal 04 februari 2019
Rukiyah, A.Y. dan Lia, Y. 2011. Konsep kebidanan. Jakarta : Trans Info Media
Sety, L.M. 2016. Jenis Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Gangguan
Menstruasi di Wilayah Kerja Puskesmas (online).
(http:/www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id). Diakses tanggal 03 februari 2019
Yanti, E, Nuriah , A dan Nelly, K. 2015. Konsep Kebidanan. Yogyakarta :
Deepublish

84

Anda mungkin juga menyukai