Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN JURNAL

Diajukan Untuk Memenuhi

Tugas Asuhan Kebidanan Dalam Kondisi Rentan

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
Nama : Revi Puspasari
NPM : F422278
Kelas : D
No HP: 085878956543
Email : Revipuspasari23@gmail.com
Tugas MK Askeb Perempuan Dalam Kondisi Rentan
Dosen Intan Karlina, S.S.T., Bd., M.keb

Rankuman Jurnal
1. Vaginal Birth After Cesarean (VBAC)
Evi Wahyuntari1), Maulita Listian Eka Pratiwi, Pratika Wahyu Hidaya
1) Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Email : evi.wahyuntari@unisayogya.ac.id

VBAC adalah vaginal birth after caesarean. VBAC merupakan sebuah


metode persalinan normal yang dilakukan setelah pada kelahiran sebelumnya
menjalani operasi caesar.(Sulistiawati, 2012)
Faktor yang memepengaruhi keberhasilan VBAC salah satunya menurut Singh
et al (2015) persalianan sesar sebelumnya dengan indikasi presentasi bokong dan
oligo hidramnion, riwayat persalian pervagina sebelumnya. VBAC pertama kali
dikenalkan oleh Scell (1923) 23 ibu melahirkan secara pervagina dengan riwayat
persalinan SC sebelumnya. Banyak penelitian mengungkapan bahwa angka
keberhasilan VBAC berkisar 50-85% dan penelitian di Kanada mengungkapkan hal
yang sama, bahwa angka keberhasilan VBAC 76,6 %.
Jenis persalinan merupakan salah satu faktor penentu angka mortalitas dan
morbiditas ibu dan anak. Secara statistik persalinan SC (sectio caesarean)
meningkat sampai 60% disetiap fasilitas layanan kesehatan. Tujuan penelitain ini
adalah mengetahui gambaran VBAC di RS KIA sadewa. Peneltian kuantitatif
diambil secara restropektif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan
bulan Mei-Juni 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan
secara VBAC pada tahun 2016-2017 dengan jumlah 67 responden. Kriteria inklusi
penelitian yaituibu yang melahirkan secara spontan dengan riwayat SC pada
persalinan sebelumnya dan mempunyai rekam medis. Kriteria eksklusi adalah data
rekam medis yang tidak lengkap. Berdasarkan hasil penelitian, usia responden
adalah 20-35 tahun (86,6%) dengan tingkat pendidikan sarjana (46,3%), responden
tidak bekerja sebesar 58,2%. Paritas resonden pernah hamil 2-3 kali sebanyak 94%,
dengan jarak persalinan ≥ 2 tahun sebesar 97%, dan usia kehamilan saat datang yaitu
aterm sebanyak 91%, pembukaan serviks <4 cm sebesar 83,6% dan kondisi selaput
ketuban negative sebanyak 88,1%. Kesimpulan responden VBAC adalah mayoritas
usia 20-35 tahun dengan tingkat pendidikan sarjana dan tidakbekerja. Pada paritas
mayoritas pernah hamil 2-3 kali, jarak persalinan ≥ 2 tahun dengan kehamilan aterm.
Pada saat datang pembukaan serviks <4 cm dan selaput ketuban negative.

2. PEMILIHAN JENIS KELAMIN DALAM PROSES


PRE-IMPLANTATION GENETIC DIAGNOSIS PADA REKAYASA
REPRODUKSI IN VITRO FERTILITATION
Budi Santoso
drsantoso@yahoo.com
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesatnya, termasuk bidang
kesehatan. Etika kedokteran juga sangat berhubungan dengan hukum. Hampir di semua
negara ada hokum yang secara khusus mengatur bagaimana dokter harus bertindak dalam
perawatan pasien dan penelitian. Bagi pasangan atau pribadi yang tidak bisa menjadi hamil
secara alami ada berbagai teknik reproduksi dengan bantuan seperti inseminasi buatan
dengan fertilisasi in vitro dan transfer embrio, yang mudah didapat di pelayanan kesehatan
reproduksi. Melalui teknologi preimplantation genetic diagnosis (PGD) jenis kelamin janin
dapat dipilih. Pemilihan jenis kelamin (sex-selection) merupakan salah satu bentuk
pengaplikasian dari teknologi rekayasa genetika yang berkembang cukup pesat saat ini.
Muncul pertanyaan apakah etis seseorang (orang-tua) menentukan jenis kelamin orang lain
(anaknya) dengan sengaja?.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis


normatif. Hasil penelitian menemukan bahwa pemilihan jenis kelamin pada bayi tabung
(in vitro fertilitation) melalui metoda Pre-implantation genetic diagnosis dengan
menyingkirkan embryo yang lain tidak dibenarkan secara etika, kecuali atas indikasi
medis.tak hanya penyakit keturunan bisa dieliminasi, tapi jenis kelamin janin pun
dapat dipilih. Teknologi diagnosa genetika tidak hanya menguntungkan untuk
mendeteksi dan mengatasi penyakit yang diwariskan secara genetis. Teknologi
canggih ini sekaligus mewujudkan impian memperoleh buah hati dengan jenis
kelamin tertentu. Pemilihan jenis kelamin (sex-selection) merupakan salah satu
bentuk pengaplikasian dari teknologi rekayasa genetika yang berkembang cukup
pesat saat ini.

Sex- selection pada fungsi awalnya adalah sebuah teknologi yang berguna
untuk membantu lahirnya bayi tanpa cacat bawaan yang terpaut pada kromosom Y,
dimana kromosom Y akan diganti dengan kromosom X sehingga
menghasilkan bayi perempuan yang tidak memiliki potensi cacat bawaan. Rekayasa
genetika (sexselection termasuk di dalamnya) muncul dengan didasari keinginan
untuk menciptakan kesejahteraan manusia sendiri, namun pada perkembangannya
muncul problem etis ketika azas kepentingan mulai menginvasi teknologi rekayasa
genetika. Sex-selection kemudian dimanfaatkan untuk pemilihan atas jenis kelamin
tertentu. Implikasinya adalah, muncul berbagai macam problematika etis, ketika
manusia memiliki kemampuan untuk merekayasa dan menentukan jenis kelamin
calon manusia yang akan menjadi anaknya. Di sini akan muncul pertanyaan
apakah etis seseorang (orang-tua) menentukan jenis kelamin orang lain (anaknya)
dengan sengaja? Untuk tujuan menyeleksi jenis kelamin tersebut, maka
dilakukan pemilihan embrio yang membawa gen jenis kelamin yang diharapkan,
laki-laki atau perempuan. Embrio yang membawa gen jenis kelamin yang tak
sesuai dengan keinginan orang tua tak dipilih, tidak diimplantasi ke dalam rahim,
dan di musnahkan
Sumber : 1. Midwiferia Jurnal Kebidanan | https://midwiferia.umsida.ac.id/index.php/midwiferia

RESEARCH ARTICLE Published : 04 April 2022 DOI :


10.21070/midwiferia.v7i2.1316

2. AKTUALITA, Vol.2 No.2 (Desember) 2019 hal. 473-482 jurnal kebidanan


ilmiah DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i2.4986

Anda mungkin juga menyukai