Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infertilitas telah menjadi masalah utama di seluruh dunia. Hal ini terjadi

karena hampir 15% pasangan suami-istri mendapat kesulitan untuk memiliki

keturunan. Penyebab dari infertilitas itu sendiri diketahui bahwa sekitar 61%

sebabnya datang dari istri dan 36% dari pihak suami. Dari istri sebabnya adalah

faktor tuba, ovulasi, endometriosis, vagina, serviks, korpus dan endometrium,

psikogeni. Sedangkan dari suami istri sebab endrokinologik dalam infertilitas

adalah sebesar 20% dan sebab imunologik cukup rendah, sekitar 2%. Sekitar 10%

pasangan usia subur yang telah menikah menderita infertilitas primer, 10%

lainnya telah mempunyai anak satu atau dua dan tidak berhasil untuk hamil lagi.

Berdasarkan catatan Worlth Health Organization (WHO), di dunia ada

sekitar 50-80 juta pasangan suami istri mempunyai problem Infertilitas dan setiap

tahunnya muncul sekitar 2 juta pasangan infertil (ketidakmampuan mengandung

atau menginduksi konsepsi) baru. Tidak menutup kemungkinan jumlah itu akan

terus meningkat. Berdasarkan penelitian dari setiap 100 pasangan pada pasangan

suami istri yang sudah mempunyai anak dan mereka menginginkan anak kembali

seperempatnya atau 15% berada di bawah kesuburan normal.

Terdapat sedikit data mengenai infertilitas yang terjadi di Asia dan

Amerika latin. Sedangkan data dari WHO menyebutkan secara global angka
kejadian yang dialami wanita pada masa reproduksi di negara Asia dan Amerika

latin berada diantara angka 8-12 % wanita.

Di Indonesia kejadian pada kasus infertilitas, perempuan sebesar 40% -

60% kasus, sedangkan laki-laki sebesar 30% dan penyebab lain sekitar 20% -30%

dari pasangan suami istri tersebut.Diindonesia, angka infertilitas itu sendiri telah

meningkat mencapai 15-20% dari sekitar 50 juta pasangan. Menurut data Badan

Pusat Statistik (BPS) di Indonesia pada tahun 2008, kejadian infertil mengalami

peningkatan setiap tahunnya.

Di Yogyakarta kejadian infertilitas terjadi karena endometriosis. Penyakit

ini berhubungan dengan proses inflamasi, imonobiologi dan hormonal terutama

estrogen. Angka infertilitas pada pasien endometriosis sekitar 20-50% adalah

infertilitas primer, sedang infertilitas sekunder 15%.

Penyebab infertilitas dapat berasal dari pihak wanita diantaranya masalah

vagina yaitu vaginitis, masalah di servik yaitu servisitis, uterus, tuba dan masalah

di ovarium yaitu kista ovarium. Penyebab infertilitas pada wanita adalah usia,

gaya hidup, kelainan rahim, hormonal, berat badan tidak seimbang, kelaian leher

rahim, sumbatan pada saluran telur dan Endometriosis. Faktor resiko lain yang

mempengaruhi infertilitas adalah status gizi. Gizi yang tidak optimal

memyebabkan kadar hormone estrogen meningkat sehingga mengganggu

keseimbangan hormone reproduksi yang nantinya dapat menyebabkan gangguan

ovulasi (Puspitasari.D. Kebidanan Indonesia 2014).


Dampak infertilitas pada wanita cukup mengkhawatirkan yaitu dapat

menyebabkan gangguang psikologis seperti perasaan sedih, kecewa, cemas,

rendah diri, kesal, kesepian, dan rasa bersalah karena tidak mampu memberikan

anak. Kondisi ini mengakibatkan aktivitas seksual menjadi terganggu. Infertilitas

juga menyebabkan terjadinya perceraian. Selain itu, biaya pengobatan infertilitas

yang tergolong mahal dapat mengganggu perekonomian keluarga.

Kebijakan pemerintah dalam dunia kedokteran, penanganan masalah

infertilitas dilakukan dengan berbagai cara dan pendekatan. Pilihan terakhir untuk

membantu pasangan suami istri dengan masalah infertilitas dan sangat

menginginkan keturunan adalah melalui teknologi yang dikenal sebagai assisted

reproduction. Assisted reproduction merupakan istilah umum untuk berbagai

metode yang bertujuan untuk menghasilkan kehamilan pada seorang perempuan

melalui cara-cara di luar cara alami. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan, terdapat 2 (dua) pasal yang mengatur mengenai hal

tersebut yaitu Pasal 74 dan Pasal 127. Reproduksi dengan bantuan atau kehamilan

diluar cara alamiah berkembang sebagai pemecahan terhadap permasalahan

infertilitas. Pada awalnya teknologi tersebut muncul untuk membantu pasangan

suami istri yang benar-benar membutuhkan bantuan untuk mendapatkan

keturunan. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

kedokteran dan ilmu-ilmu pendukungnya, teknologi ini berkembang begitu pesat.

Reproduksi dengan bantuan atau kehamilan diluar cara alamiah tidak sekedar

prosedur mempertemukan spermatozoa dengan ovum agar terjadi pembuahan

serta prosedur pemindahan zygot atau embrio tetapi telah berkembang beberapa
prosedur yang perlu dikaji secara etik, moral, dan hukum seperti frozen embryo,

fetal reduction, donor sperma, surrogate mother, dan sex selection. Bahkan saat ini

telah dikenal teknik human cloning yang merupakan teknologi reproduksi

manusia.

Pandangan Islam terhadap Infertilitas memperoleh keturunan bagi tiap-tiap

individu merupakan tabiat yang telah tertanam didalam jiwa masing-masing

orang, sebagai suatu pemberian Allah SWT, sebagaimana firmannya dalam surat

An Nahl : 72

Yang artinya : “ Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu senidri dan

menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu dan

memberikan rezeki yang baik-baik kepadamu” Hadist Nabi Muhammad SAW :

“Kawinlah kamu agar keturunan menjadi banyak, sesungguhnya aku merasa

bangga dengan banyaknya kamu nanti dihari qiyamat”

Dari hasil studi pendahuluan yang di dapatkan di RSU PKU

Muhammadiyah Yogyakarta pada tanggal 27 januari 2020. Data infertilitas yang

di peroleh sebanyak 38 untuk data 5 tahun dari bulan Januari – Desember 2019.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian sebagai upaya untuk mengetahui tentang “Gambaran

karakteristik infertilitas primer pada wanita usia subur di RSU PKU

Muhammadiyah Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Karakteristik Infertilitas

Primer pada Wanita Usia Subur di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta


Tahun 2019 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Karakteristik Infertilitas Primer pada

Wanita Usia Subur di PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Adapun manfaat dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat

mengetahui tentang karakteristik infertilitas primer pada wanita usia subur

di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta

2. Praktis

a. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyebab

infertilitas.

b. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan bagi institusi pelayanan kesehatan hasil penelitian ini

menjadi dasar untuk membuat suatu metode yang tepat dan system

pelayanan yang komprehensif untuk mengatasi masalah infertilitas.

c. Bagi Universitas Aisyiah Yogyakarta

Sebagai tambahan reverensi perpustakaan terkait kejadian infertilitas

pada wanita usia subur.

d. Bagi Peneliti

menambah wawasan peneliti dan diharapkan dapat dijadikan sebagai


bahan acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup

1. Lingkup Teori

Materi pada penelitian ini adalah gambaran karakteristik infertilitas primer

pada wanita usia subur di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Alasan

peneliti melakukan penelitian ini karena untuk mengetahui gambaran

karakteristik pada wanita usia subur di RSU PKU Muhammadiyah

Yogyakarta

2. Lingkup Responden

Responden pada penelitian ini adalah 38 orang yang mengalami

infertilitas, yaitu ketidakmampuan untuk hamil sesudah dua belas bulan

menikah. Wanita usia subur yang tercatat dalam rekam medis pada tahun

2014 sampai dengan tahun 2019 di RSU PKU Muhammadiyah

Yogyakarta.

3. Lingkup Waktu

Penelitian dimulai pada bulan Januari 2020- Juni

4 Lingkup Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Hal ini yang mendasari penulis memilih lokasi penelitian ini berdasarkan

hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Januari 2020 di

RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan Data infertilitas yang

di peroleh sebanyak 38 untuk data 5 tahun dari bulan Januari – Desember

2019
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Infertilitas

a. Pengertian Infertilitas

Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil sesudah dua

belas bulan atau enam bulan pada wanita berusia lebih dari 35 tahun

tanpa menggunakan alat kontrasepsi dan melakukan hubungan seksual

aktif (Eny, 2011) sedangkan definisi lain menurut Anwar (2011),

infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami

istri yang telah menikah selama minimal satu tahun melakukan

hubungan senggama teratur tanpa menggunakan kontrasepsi tetapi

belum berhasil memperoleh kehamilan. Bobak (2014), mengemukakan

infertilitas sebagai ketidakmampuan untuk hamil atau mengandung

anak samai anak tersebut lahir hidup pada pasangan memutuskan

untuk memperoleh anak. Definisi lain mengatakan bahwa infertilitas

merupakan ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

satu tahun berhubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu tanpa

kontrasepsi (Strigh, 2005).

Menurut Anwar (2011), infertilitas terdiri dari dua klasifikasi

yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer jika

sebelumnya pasangan suami istri belum pernah mengalami kehamilan


walaupun bersenggama tanpa kontrasepsi sedangkan infertilitas

sekunder jika pasangan istri gagal untuk memperoleh kehamilan

setelah satu tahun pasca persalinan atau pasca abortus menggunakan

kontrasepsi apapun.

b. Penyebab Infertilitas

1) Masalah ejakulasi

Ejakulasi retrograde yang berhubungan dengan diabetes, kerusakan

saraf, obat-obatan atau trauma bedah.

2) Faktor lain

Adapun yang berpengaruh terhadap produksi sperma atau semen

adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, stress,

nutrisi yang tidak adekuat, asupan alcohol berlebihan dan nikotin.

3) Faktor pekerjaan

Produksi sperma yang optimal membutuhkan suhu dibawah

temperature tubuh, spermagenesis diperkirakan kurang efisien pada

pria dengan jenis pekerjaan tertentu, yaitu pada petugas pemadam

kebakaran dan pengemudi truk jarak jauh (Rizal & Nasrullah,

2004).

c. Dampak Infertilitas

Masalah ketidaksuburan menimbulkan berbagai efek emosional pada

keharmonisan pasangan suami istri. Dampak psikologis dari masalah

infertilitas salah satunya adalah depresi. Depresi merupakan penyakit


suasana hati yang lebih dari sekedar kesedihan atau duka cita yang

hebat dan bertahan terlalu lama (Harun, 2010).

Depresi ditandain dengan adanya perasaan sedih, murung dan

iritabilitas. Terdapat rasa malas, tidak bertenaga, reterdasi psikomotor

dan menarik diri dari hubungan social. Klien akan mengalami

gangguan tidur seperti sulit masuk tidur atau terbangun dini hari, nafsu

makan berkurang, begitu pula dengan gairah seksual (Nurmiati, 2005).

Perempuan cenderung disalahkan dalam hampir semua kasus

infertilitas sehingga menderita tekanan mental dan social atas fungsi

keperempuannya. Perempuan yang menjalani perawatan kesuburan

cenderung memiliki resiko yang tinggi untuk depresi. Laki-laki juga

dapat mengalami ketidaksuburan yang berhubungan dengan depresi

(Harun, 2010). Infertilitas membawa implikasi psikologis terutama

pada perempuan, Sumber tekanan sosio-psikologis pada perempuan

berkaitan erat dengan kodrat deterministiknya untuk mengandung dan

melahirkan anak. Sementara pada laki-laki terdapat perasaan sedih,

kecewa, kecemasan dan kekhawatiran menghadapi masa tua serta

membuat laki-laki merasa rendah ketika tidak mempunyai anak.

Dalam kehidupan budaya di Indonesia nilai anak arti yang begitu

penting. Ketiadaan anak dalam perkawinan pada waktu lama akan

menjadi masalah, karena ada keyakinan keadaan ini mengancam

keutuhan rumah tangga. Keberadaan anak dianggap mampu

menyatukan dan menjaga agar suatu keluarga atau pernikahan tetap


utuh (Nurmiati, 2005). Lebih lanjut dampak infertilitas merupakan

pemicu terjadinya ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian

atau pengucilan dalam masyarakat (WHO, 1994 dalam Suharni, 1997).

2. Organ Reproduksi Wanita

a. Organ Reproduksi Luar (Genetalia eksternal)

1) Tundun (mons veneris), merupakan lapisan lemak pada bagian

depan simfisis pubis yang ditumbuhi rambut saat pubertas.

2) Labia mayor, merupaka lanjutan mons veneris, bagian luar ditutupi

rambut dan bagian dalam mengandung kelenjar lemak.

3) Labia minor, merupakan jaringan tipis dibalik labia mayor yang

tidak memiliki folikel rambut, pada labia minor banyak terdapat

otot polos, ujung serabut saraf, dan pembuluh darah.

4) Klitoris, merupakan bagian sensitive yang banyak mengandung

pembuluh darah dan saraf sensoris.

5) Vestibulum, merupakan bagian yang terdiri dari enam buah kubang

(orifisium) meliputi orifisium uretra eksternum, introitus vagina,

kelenjar Bartolini kanan kiri yang berfungsi sebagai pelindung

terhadap kuman pathogen, dan kelenjar skene kanan kiri.

6) Himen (selaput darah), merupakan lapisan tipis yang terdiri dari

jaringan ikat kolagen dan elastis. Pada bagian tengah himen

terdapat lubang yang berfungsi sebagai saluran pengeluaran darah

menstruasi.
7) Perinuim, merupakan bagian yang terletak diantara genitalia

eksternal dan anus. Perinium dibataasi oleh otot-otot diafragma

panggul dan otot-otot diafragma urogenitalis.

b. Organ Reproduksi Dalam (Genitalia Internal)

1) Vagina merupakan rongga muskolo membranosa yang

menghubungkan genitalia eksternal dan uterus. Fungsi vagina

adalah sebagai alat untuk melakukan hubungan seksual, sebagai

jalan lahir pada saat persalinan, dan sebagai saluran untuk

mengeluarkan lender uterus dan darah menstruasi.

2) Uterus, merupakan jaringan otot yang terdiri dari 3 bagian yaitu

bagaian atas (fundus), bagian tengah korpus), dan bagaian bawah

(serviks). Bagian fundus terhubung dengan tuba falopi, sementara

bagian serviks terhubung dengan vagina. Dinding uterus terdiri

dari tiga lapisan yaoti lapisan luar (peritoneum), lapisan tengah

(miomatrium), lapisan bawah (endometrium) melakukan proliferasi

dan seksresi sehingga memungkinkan terjadimya implantasi.

3) Tuba falopi, merupakan saluran yang menjadi penghubung antara

uterus dan ovarium. Fungsi tuba falopi adalah sebagai alat

transportasi bagi ovum untuk menuju ke uterus, sebagai tempat

terjadinya konsepsi, dan sebagai tempat bagi pertumbuhan dan

perkembangan hasil konsepsi. Konsepsi terjadi dibagian tuba yang

paling dalam atau ampula tuba.


4) Ovarium, merupakan kelenjar yang terletak pada kedua sisi uterus.

Terdiri dari dua bagian yaitu inner medulla dan korteks. Fungsi

ovarium adalah sebagai tempat untuk memproduksi ovum,

hormone estrogen, dan progesterone. Pada ovarium bayi

perempuan yang baru lahir terdapat sekitar 1 juta oosit (sel yang

mengalami pembelahan untuk membentuk ovum). Cadangan

ovarium (oosit) ini akan terus berkurang jumlahnya seiring

bertambahnya umur, dikarenakan oosit berubah secara bertahap

menjadi folikel atresia dan ada ovum yang beregenerasi selama

siklus kehidupan seorang wanita

c. Ovulasi

Masa reproduksi seorang wanita diawali dengan perkembangan

ovum didalam ovarium. Ovum membelah sel secara mitosis sehingga

terbentuk oosit primer. Pada usia kehamilan 30 minggu, terdapat 6 juta

oosit primer didalam ovarium. Sebagaian oosit primer berdegenerasi

(atresia) sehingga pada saat lahir jumlah oosit primer sekitar 2 juta,

pada saat pubertas jumlah oosit primer sekitar 300-500 ribu, pada saat

mencapai umur 37 tahun jumlah oosit primer berkurang menjadi 25

ribu, dan pada umur 51 tahun jumlah oosit primer hanya tinggal 1.000

buah.

Oosit primer dilapisi oleh sel-sel granulosa yang disebut folikel

primodial. Folikel merupakan lapisan pembungkus yang berisi cairan

nutrisi yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan ovum hingga ovum


mencapai kematangan dan siap dilepaskan. Di dalam folikel primer

yang berkembang menjadi folikel sekunder, oosit primer juga

berkembang menjadi oosit sekunder. Saat oosit sekunder terbentuk,

folikel sekunder telah berkembang menjadi folikel de graaf (folikel

yang matang). Folikel yang telah melepas oosit sekunder berubah

menjadi korpus leteum. Korpus leteum mengalami degenerasi

sehingga membentuk korpus albicans. Selama masa reproduksi, hanya

sekitar 400 folikel yang berkembang dan mampu melepaskan oosit

sekunder. Peristiwa lepasnya oosit sekunder dari folikel dinamakan

ovulasi.

Menstruasi merupakan perdarahan akibat meluruhnya dinding

endometrium karena ovum tidak dibuahi oleh sperma. Menstruasi

pertama atau menarche menandai bahwa seorang wanita telah

memasuki masa pubertas. Pubertas biasanya terjadi pada usia 11 atau

12 tahun, dimana pada usia tersebut organ reproduksi mengalami

pertumbuhan yang pesat hingga mencapai kematangan dan siap

bereproduksi. Siklus menstruasi setiap wanita tidak sama, normalnya

sekitar 28 hari. Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu fase

menstruasi, fase proliferasi, fase ovulasi, dan fase sekresi sebagai

berikut:

1) Fase Menstruasi

Fase menstruasi berlangsung sekitar 5 hari. Fase ini terjadi

apabila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum


tidak memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Penurunan

kadar kedua hormon tersebut menyebabkan ovum terlepas dari

endometrium. Lepasnya ovum menyebabkan endometrium robek

dan meluruh sehingga terjadi perdarahan.

2) Fase Proliferasi

Hormon pembebas gonadotropin atau gonadotropin

releasing hormone (GnRH) yang disekresikan hipotalamus

memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan hormon pemicu

folikel atau follicle stimulating hormone (FSH). FSH memacu

pematangan folikel dan merangsangnya untuk mensekresikan

hormon estrogen. Hormon estrogen menyebabkan dinding

endometrium berproliferasi. Pada saat ovulasi, tebalnya sekitar 2-3

mm. Peningkatan hormon estrogen menyebabkan serviks

menyekresikan lendir bersifat basa yang berfungsi untuk

menetralkan suasana keasaman vagina sehingga mendukung

kehidupan sperma.

3) Fase Ovulasi

Ovulasi terjadi pada hari ke-14 pada siklus normal (28

hari). Peningkatan kadar hormon estrogen menghambat sekresi

FSH, lalu kelenjar hipofisisis mensekresikan luteinizing hormone

(LH). Peningkatan kadar LH merangsang terjadinya ovulasi.


4) Fase Sekresi

Fase sekresi berlangsung selama 14 hari sebelum

menstruasi berikutnya. Folikel yang telah melepas oosit sekunder

akan mengerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum

mensekresikan hormon progesteron dan tetap mensekresikan

hormon estrogen meskipun jumlahnya tidak sebanyak saat menjadi

folikel. Hormon progesteron mendukung estrogen untuk

menumbuhkan pembuluh darah, menebalkan dinding

endometrium, dan mempersiapkan endometrium untuk menerima

implantasi (perlekatan ovum) apabila terjadi pembuahan. Apabila

tidak terjadi pembuahan, maka korpus luteum akan berubah

menjadi korpus albicans. Korpus albicans mensekresikan hormon

dalam jumlah sedikit, akibatnya kadar hormon estrogen dan

progesteron menjadi rendah sehingga terjadi menstruasi.

Menstruasi dipengaruhi oleh kondisi psikologis. Apabila seorang

wanita mengalami gangguan psikologis seperti stress, maka dapat

menyebabkan gangguan menstruasi. Beberapa gangguan

menstruasi yang sering dialami wanita adalah sebagai berikut:

a) Hipermenore, yaitu menstruasi yang lebih lama (normalnya 3-5

hari) dan lebih banyak (normalnya ganti pembalut 2-3 kali

sehari). Penyebabnya adalah gangguan hormonal, kista

ovarium, polip, dan gangguan ovarium.


b) Hipomenore, yaitu menstruasi yang lebih pendek dan lebih

sedikit. penyebabnya adalah endometrium yang kurang subur

akibat kurang gizi, hormonal, atau penyakit menahun.

Hipomenore tidak mengganggu fertilitas.

c) Polimenore, yaitu siklus menstruasi yang lebih sering (> 1 kali

dalam sebulan). Penyebabnya adalah ketidakseimbangan

hormonal pada sistem hipotalamus-hipofisis-ovarium sehingga

menyebabkan gangguan ovulasi.

d) Oligomenore, yaitu siklus menstruasi memanjang (> 35 hari).

Penyebabnya adalah ketidakseimbangan hormonal yang

mengakibatkan gangguan ovulasi.

e) Amenore, yaitu menstruasi yang tidak terjadi, disebabkan

karena gangguan hormonal. Apabila terjadi sejak usia 16 tahun

dinamakan amenore primer, sedangkan dinamakan amenore

sekunder apabila tidak terjadi menstruasi selama 3 siklus.

Status gizi merupakan suatu kondisi tubuh yang diakibatkan

oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

Pengukuran dampak fisik dari status gizi dilakukan secara

antropometri. Status gizi dibedakan menjadi 4 yaitu status gizi

buruk, status gizi kurang, status gizi baik, dan status gizi

lebih.Derajat kesehatan dan perkembangan fisik maupun psikis

seseorang salah satunya dipengaruhi oleh faktor gizi.

Pemenuhan kebutuhan zat gizi yang optimal dapat membantu


seseorang untuk berada pada tingkat keadaan gizi yang normal.

Tingkat keadaan gizi seseorang tidak hanya ditentukan

berdasarkan konsumsi zat gizi pada masa lalu, tetapi juga

ditentukan jauh sebelum masa itu.

Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan

gizi seseorang yang dilakukan dengan cara pengumpulan data,

baik data yang bersifat subjektif maupun data yang bersifat

objektif. Data yang telah dikumpulkan kemudian dibandingkan

dengan nilai baku yang telah tersedia. Penilaian status gizi

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu penilaian status gizi secara

langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.

Penilaian status gizi secara langsung terdiri dari 4 komponen

yaitu penilaian secara antropometri, biofisik, biokimia, dan

klinis. Penilaian status gizi secara tidak langsung terdiri dari 3

komponen yaitu penilaian dengan survei konsumsi makanan,

faktor ekologi, dan statistik vital.

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indikator yang sering

digunakan untuk mengukur status gizi pada orang dewasa. IMT

dihitung dengan menggunakan rumus berat badan dalam

kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (m2).

Berikut ini adalah tabel penilaian IMT untuk wilayah Asia

Pasifik.
Tabel 2. 1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

Wilayah Asia Pasifik

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Underweight (BB Kurang) <18,5

Normal 18,5-22,9

Overweight (BB Lebih) ≥23,0

a. Berisiko obes 23,0-24,9

b. Obes I 25,0-29,9

c. Obes II ≥30

3. Faktor Risiko Infertilitas pada Wanita Usia Subur

a. Umur

Umur merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

infertilitas pada wanita. Seiring dengan bertambahnya umur, maka

fungsi organ reproduksi juga ikut menurun yang mengakibatkan

penurunan tingkat kesuburan. Penurunan kesuburan terjadi secara

bertahap, yaitu dimulai pada umur 32 tahun dan akan menurun

semakin cepat pada umur 37 tahun.

Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis pada umur ≥

35 tahun. Hal ini disebabkan karena selama siklus kehidupan wanita,

tidak ada ovum yang beregenerasi sehingga jumlah oosit terus

berkurang, kualitas oosit juga semakin menurun seiring dengan

bertambahnya umur. Kondisi ini menyebabkan terjadinya gangguan

ovulasi. Studi di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2015


menunjukkan bahwa kejadian infertilitas lebih banyak terjadi pada

wanita berusia ≥ 35 tahun (77,4%) dengan risiko 8,03 kali lebih besar

dibandingkan wanita yang berusia < 35 tahun.

b. Status Gizi

Status gizi yang mempengaruhi terjadinya infertilitas adalah

obesitas. Obesitas merupakan kondisi dimana kadar lemak dalam

tubuh berlebihan yaitu 10-15% dari kadar lemak normal. Fungsi lemak

selain sebagai cadangan energi, juga berperan dalam produksi hormon

estrogen sebesar 30%. Peningkatan kadar hormon estrogen dapat

menghambat FSH dan memacu pelepasan LH dari hipofisis. LH

memacu produksi hormon androgen di dalam ovarium. Kelebihan

androgen menyebabkan proses ovulasi terganggu. Studi di Desa

Wonosari Tanjung Morawa tahun 2014 menunjukkan bahwa obesitas

memiliki risiko 3,102 kali terhadap kejadian infertilitas.

c. Usia Menarche

Menarche biasanya terjadi pada usia 10-14 tahun karena pada

usia ini organ reproduksi tumbuh dengan pesat hingga mencapai

kematangan untuk dapat bereproduksi. Usia menarche yang terlalu dini

(< 10 tahun) atau terlalu lambat (> 14 tahun) mengindikasikan adanya

gangguan hormonal di dalam tubuh. Studi yang menunjukkan bahwa

usia menarche berpengaruh terhadap kejadian infertilitas belum pernah

dilakukan, akan tetapi studi di Kota Surakarta tahun 2014

menunjukkan bahwa usia menarche berhubungan dengan kejadian


endometriosis, yang mana endometriosis dapat menyebabkan saluran

tuba tersumbat sehingga mengakibatkan terjadinya infertilitas.

Berdasarkan Studi di Kota Semarang tahun 2016, kista endometriosis

memiliki risiko 8,08 kali untuk terjadi infertilitas. Endometriosis lebih

sering terjadi pada wanita yang mengalami menarche pada umur ≤ 11

tahun atau ≥ 14 tahun.

d. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi yang teratur adalah antara 21-35 hari

terhitung sejak hari pertama menstruasi sampai hari pertama

menstruasi yang berikutnya. Gangguan pada siklus menstruasi

dipengaruhi oleh status gizi. Studi di Kota Manado tahun 2015

menunjukkan bahwa ada hubungan antara siklus menstruasi dengan

status gizi. Status gizi yang kurang atau lebih menyebabkan penurunan

fungsi hipotalamus yang berfungsi memacu hipofisis untuk

memproduksi FSH dan LH. FSH berfungsi mematangkan folikel,

sedangkan LH berfungsi mematangkan ovum. Produksi FSH dan LH

yang terganggu dapat menyebabkan terganggunya siklus menstruasi.

Siklus menstruasi yang tidak teratur disebabkan karena gangguan

hormonal yang mengakibatkan terjadinya gangguan ovulasi. Studi di

Yunani tahun 2009 menunjukkan bahwa gangguan pada siklus

menstruasi menyumbang 20% dari seluruh kejadian infertilitas pada

wanita.

e. Penyakit Penyerta
Penyakit penyerta yang berkontribusi terhadap kejadian

infertilitas adalah penyakit radang panggul, endometriosis, sindrom

ovarium polikistik, mioma uteri, polip, dan tuba tersumbat.

1) Penyakit radang panggul, merupakan penyakit yang disebabkan

oleh infeksi kuman patogen yang dapat menyebabkan kerusakan

pada tuba sehingga menimbulkan infertilitas.

2) Endometriosis, merupakan peradangan yang ditandai pertumbuhan

jaringan endometrium di luar endometrium. Adanya endometriosis

dapat menghambat pertemuan sperma dan ovum di tuba falopi

sehingga menyebabkan gangguan ovulasi.

3) Sindrom ovarium polikistik, merupakan penyakit yang disebabkan

karena gangguan hormonal pada sistem reproduksi dimana kadar

progesteron relatif rendah dan kadar androgen relatif tinggi

sehingga mengakibatkan gangguan ovulasi.

4) Mioma uteri, merupakan tumor jinak (pembesaran jaringan otot)

pada uterus. Mioma tidak memiliki gejala dan dapat terjadi di

perimetrium, miometrium atau endometrium. Mioma pada

endometrium sering menyebabkan infertilitas. Mioma aktif saat

wanita berada dalam usia produktif dan mengecil atau sembuh saat

menopause.

5) Polip, merupakan pembesaran jaringan akibat mioma uteri yang

membesar dan teremas-remas oleh kontraksi uterus. Polip dapat

meluas hingga vagina. Adanya polip menyebabkan sperma tidak


dapat bertemu dengan ovum.

6) Tuba tersumbat, merupakan kondisi dimana saluran tempat

bertemunya ovum dan sperma tersumbat sehingga terjadi

kegagalan ovulasi.

7) Gaya hidup, seperti kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol

dapat menyebabkan terjadinya infertilitas. Beberapa zat yang

terkandung di dalam rokok merupakan zat berbahaya bagi oosit

sehingga menurunkan tingkat kesuburan. Konsumsi alkohol

berlebihan dapat menggangu fungsi hipotalamus dan hipofisis

sehingga bisa menyebabkan gangguan ovulasi. Aktifitas yang

berlebihan (> 3-5 jam seminggu) juga dapat menurunkan

kesuburan wanita

8) Stress dapat menyebabkan terjadinya peningkatan produksi

hormon pembebas kortikotropin atau corticotropin releasing

hormone (CRH) dari hipotalamus. Peningkatan kadar CRH

menyebabkan produksi hormon reproduksi menjadi terganggu

sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan ovulasi.

9) Kondisi lingkungan yang tercemar banyak mengandung zat-zat

polutan yang dapat menyebabkan terjadinya endometriosis

sehingga mengakibatkan terjadinya infertilitas.

10) Infeksi pada organ reproduksi seperti gonore, herpes, jamur,

sifilis, dan vaginitis dapat mengganggu fungsi organ reproduksi.

Apabila tidak segera diobati dapat menyebabkan infertilitas.


11) Beberapa pekerjaan yang melibatkan paparan zat polutan seperti

panas, radiasi sinar X, logam, dan pestisida dapat menurunkan

kesuburan wanita sehingga menyebabkan infertilitas.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

1. Umur Ibu
2. Usia Menikah Infertilitas pada wanita
3. Pendidikan usia subur
4. Pekerjaan

Gambar 2. 1 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian

kuantitatif salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis.

terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan

desain penelitian.

Penelitian ini banyak menuntut penggunaan angka mulai dari

pengumpulan data, penafsiran terhadap data, penampilan dari hasilnya.

Pada tahap kesimpulan penelitian ini disertai dengan gambar, tabel, grafik,

atau tampilannya (Sugiyono 2009).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dari data

sekunder yang diambil dari data rekam medik.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Pada hakikatnya, setiap variabel adalah suatu konsep, yaitu konsep yang

bersifat khusus yang mengandung variasi nilai. Dalam penelitian ini

variabel yang digunakan adalah variabel tunggal.

Variabel tunggal adalah variabel yang hanya mengungkapkan

variabel untuk dideskripsikan unsur atau factor-faktor didalam setiap


gejala yang termasuk variabel tersebut (Hadari Nawnani, 2010).

C. Devinisi Operasional

Devinisi operasional adalah langkah mendefinisikan variable

secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati. Devinisi

operasional ditentukan sebagai parameter atau ukuran dalam penelitian

(Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Ukur Hasil

Ukur

1. Infertilitas Perempuan yang Pengambilan data - -

primer tidak mengalami rekam medik

pada kehamilan

wanita setelah 1 tahun

usia subur menikah dan

melakukan

hubungan

seksual tanpa

menggunakan

alat kontrasepsi

2. Umur Ibu Umur Pengambilan data 0. Umur ibu ≤ 20 tahun atau

merupakan salah rekam medik 20-35 tahun Nominal


satu factor 1. Umur ≥ 16 tahun

penyebab

terjadinya

infertilitas pada

perempuan

3.Usia Usia menikah Pengambilan data 0. Usia menikah ≤ 20 tahun Nominal

Menikah adalah usia ideal rekam medik 1. Usia menikah ≥35 tahun

terbaik untuk

perempuan

menikah

minimal 21

tahun

4..Pendidikan Pendidikan Pengambilan 0. SD Ordinal

adalah suatu Data Rekam 1. SMP

usaha Medik 2. SMA


mengembangkan 3. PT

suatu

kepribadian dan

kemampuan

didalam dan

diluar sekolah

dan berlangsung

seumur hidup.

5.Pekerjaan Pekerjaan adalah Pengambilan 0. Bekerja Nominal

2. suatu pekerjaan Data Rekam 1. Tidak bekerja

yang dikerjakan Medik

untuk

mendapatkan

nafkah atau

pencaharian

masyarakat yang

sibuk dengan

kegiatan atau

pekerjaan

sehari-hari akan

memiliki waktu

yang lebih untuk


memperoleh

informasi.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mengalami

Infertilitas primer di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2014-

2019 dengan jumlah 38 responden.

Teknik Sampling dalam penelitian ini penulis menggunakan Teknik

pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Menurut

Arikunto (2010) total sampling adalah pengambilan sampel yang sama

dengan jumlah populasi yang ada. Sampling pada penelitian ini adalah 38

responden.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dinggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini sampel menggunakan

adalah wanita infertile dengan kriteria yang ditentukan penelit dengan

jumlah orang 38 orang yang didapatkan dari perhitungan sebagian dari


populasi yang merupakan wakil dari populasi itu sendiri (Machfoedz,

2017).

E. Etika Penelitian

Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti melakukan permohonan dan

persetujuan ke instansi, badan atau Lembaga terkait untuk dilaksanakannya

penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan peneliti baru melakukan dengan

menggunakan etuika penelitian meliputi :

1. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang

diisi, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

2. Confidentiality ( Kerahasiaan)

Informasi yang diberikan oleh responden serta semua data yang

terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hal ini tidak akan

dipublikasikan ataupun diberikan kepada orang lain tanpa seijin

responden.

3. Menjamin Keamanan

Peneliti menjamin keamanan data responden saat penelitian.

4. Keadilan (Justice)

Bertindak adil dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan

yang sama pada data rekam medis responden.

5. Ethical Clearance
Ethical Clearance adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh

komisi Etika Penelitian (KEP) Universitas Aisyiyah Yogyakarta untuk

riset yang melibatkan makhluk hidup yang menyatakan bahwa suatu

proposal layak dilaksanakan jika memenuhi persyaratan.

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1 . Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara atau metode yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Hidayat, 2010). Cara

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

mengumpulkan data dari laporan tahunan di RSU PKU Muhammadiyah yang

ada didalam rekam medik pasien.

2 . Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah,

hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap dan sistematis. Instrumen penelitian

dapat digolongkan menjadi data format dan alat (Hidayat, 2010). Penelitian ini

menggunakan instrument berupa format pengumpulan data sekunder atau

rekam medis pasien yang ada di RSU PKU Muhammadiyah.

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu untuk

segera dilakukan pengolahan data. Secara garis besar pengolahan data

meliputi tiga langkah yaitu persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai
dengan pendekatan penelitian.

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan yaitu melakukan pengecekan kembali

pada kuisioner yang dikumpulkan, jika masih ada yang belum terisi

maka harus dilengkapi oleh responden yang bersangkutan.

b. Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer sesuai

dengan jawaban masing – masing pertanyaan.

c. Tabulating

Tabulating adalah langkah-langkah untuk memasukkan data

hasil penelitian kedalam bentuk tabel. Tabel dalam penelitian ini dibuat

sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini memasukkan data yang

didapatkan pada master tabel, master tabel adalah data penelitian yang

ditulis secara penuh yang didapatkan dari hasil penelitian yang

kemudian dilakukan pengolahan dan anlisis data penelitian.


Dumy Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Infertilitas pada

wanita usia subur

Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Umur ibu

2. Usia Menikah

3. Pendidikan

4. Pekerjaan

Dumy Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Usia Ibu yang mengalami

infertilitas primer

Usia Frekuensi Persentase (%)

1. Usia ≤ 20 tahun

2. Usia 20-35 tahun

3. Usia ≥ 16 tahun
Dumy Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi usia menikah ibu yang

mengalami infertilitas

Usia Menikah Frekuensi Persentase (%)

1. Usia Menikah

≤ 20 tahun

2. Usia Menikah ≥ 35

tahun

Dumy Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu yang

mengalami infertilitas

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1. SD

2. SMP

3. SMA
Dumy Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu yang

mengalami infertilitas

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1. Bekerja

2. Tidak bekerja

H. Analisis Data

Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap variabel (Notoatmodjo,

2010).

I. Rencana Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Konsultasi dengan pembimbing untuk menentukan langkah-langkah

penyusunan proposal penelitian.

b. Pengajuan judul penelitian dan konsultasi dengan pembimbing.

c. Melakukan studi pendahuluan di RSU PKU Muhammadiyah

Yogyakarta.
d. Menyusun Proposal penelitian dan konsultasi pembimbing.

e. Mengikuti sidang Proposal penelitian dan memperbaiki proposal.

f. Mengajukan etical cleareance.

g. Mengurus surat ijin penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

a. Menyerahkan surat ijin penelitian ke RSU PKU Muhammadiyah

Yogyakarta.

b. Menyiapkan lembar pengumpulan data penelitian.

c. Melakukan apersepsi pada tempat penelitian guna menentukan jadwal

penelitian.

d. Melakukan penelitian setelah menyelesaikan ujian proposal

3. Tahap Akhir

a. Menyusun laporan penelitian dan kesimpulan, selanjutnya peneliti akan

konsultasi dengan pembimbing.

b. Peneliti akan melakukan perbaikan terhadap laporan.

c. Mempresentasikan hasil penelitian.

d. Revisi hasil dan pengumpulan hasil yang berupa naskah publikasi.

Anda mungkin juga menyukai