Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN

DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN PATOLOGI PADA


REMAJA PUTRI DI

SKRIPSI

Disusun oleh :
Hima Athiatus Sa’adah
1910104056

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2019

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keputihan (Leukorea) adalah cairan yang berlebihan yang keluar dari

vagina. Keputihan yang bersifat fisiologis (dalam keadaan normal), namun bisa

juga bersifat patologis (karena penyakit), dan keputiahn tidak mengenal batas

usia. Penyakit keputiahn merupakan masalah kesehatan yang spesifik pada wanita,

dan remaja merupakan salah satu bagian dari populasi yang beresiko terkena

keputihan yang perlu mendapat perhatian khusus. Keputihan merupakan salah

satu masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita (Manuaba,

2010).

Infeksi saluran reproduksi (ISR) adalah masuk dan berkembang biaknya

kuman penyebab infeksi ke dalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi

tersebut berupa bakteri, jamur, virus dan parasit. ISR semakin disadari telah

menjadi masalah kesehatan dunia yang berdampak pada laki-laki dan perempuan.

Dampaknya mulai dari kemandulan, kehamilan ektopik , nyeri kronis pada

panggul, keguguran, meningkatnya resiko tertular Human Immuno Deficiency

Virus (HIV), hingga kematian (Fauzi dan Lucianawati, dalam Anindita, 2016).

1
2

Keputihan abnormal sebagaiman dijelaskan disertai diatas disebabakan

oleh infeksi atau peradangan, ini terjadi akibat perilaku yang tidak sehat, seperti

mencuci vagina dengan air yang tidak bersih, menggunakan cairan pembersih

vagina yang berlebihan, cara mencuci alat genetalia yang salah, stress yang

berkepanjangan, penggunaan bedak talcum/tisu dan sabun dengan pewangi pada

daerah vagina, srta sering memakai atau meminjam barang – barang seperti

perlengkapan mandi yang memudahkan penularan keputihan. Akibat dari

keputihan patologi sangatlah fatal bila lambat ditangani bisa mengakibatkan

peradangan dan infeksi panggul, hamil ektopik (kehamilan di luar kandungan)

dikarenakan terjadi penyumbatan pada saluran tuba, keputihan juga bisa

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang merupakan pembunuh nomor

satu bagi wanita dengan angka insiden kanker serviks mencapai 100 per 100.000

pernduduk pertahun (Iskandar SS, 2011).

Meskipun termasuk penyakit yang sederhana kenyataan keputihan adalah

penyakit yang sederhana dan dapat berujung pada keamtian. Menurut (WHO,

2010) bahwa 75% dari seluruh wanita di dunia pasti akan mengalami keputihan

paling sekali dalam seumur hidup dan sebanyak 45% akan mengalaminya 2kali

atau lebih dan keputihan yang paling sering terjadi disebabkan oleh candida

albican (Unoviana kartika, 2013). WHO menyatakan 5% remaja di dunia

terjangkit PMS dengan gejala keputihan setiap tahunnya. Bahkan di Amerika

Serikat 1 dari 8 remaja penelitianya dilakukan dibagian OBGYN RSCM diperoleh

dari data tahun 2005-2010 sebanyak 2% (usia 11 -15 tahun), 12% (usia 16 – 20
3

tahun) dari 233 remaja mengalami keputihan karena tidka mengetahui cara

menjaga kebersihan alat genetalianya (Gay,dkk. 2013). Dari Data Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2009), DI Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnyadan 45% di anataranya bisa mengalami dua kali atau lebih kejadian

keputihan banyak di sebabkan karena bakteri candiadosis vulvavaginitis (Sartje,

2014).

Kasus keputihan di Indonesia semakin meningkat. Berdsarkan hasil

penelitian menyebutkan bahwa tahun 2010, 52% wanita di indonesia mengalami

keputihan, kemudian pada tahun 2011, 60% wanita pernah mengalami keputihan,

sedangkan tahun 2012 hampir 70% wanita di ndonesia pernah mengalami

keputihan, dan pada tahun 2013 bulan januari hingga agustus hampir 55% wanita

mengalami keputihan. (Octaviana, 2013).

Berdasarkan data statistic tahun 2010 jumlah remaja putri 2,9 juta jiwa

berusia 15 – 24 tahun 68% mengalami keputihan patologi. Berdasarkan data dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 2014, jumlah remaja yang di layani dalam

program kesehatan reproduksi terhadap 89.815 jiwa, remaja yang terinfeksi

penyakit menular seksual (PMS) sebanyak 45% (DINKES DIY, 2014). Data yang

di dapat dari Dinkes provinsi DIY didapatkan angka kejadian kanker serviks

tertinggi di daerah Kabupaten Sleman sebanyak 259 perempuan mengalami

kanker serviks, Kota Yogyakarta sebayak 21 perempuan, Bantul sebayak 7

perempuan (DINKES DIY, 2015).


4

Untuk merespon permasalahan remaja tersebut, pemerintah telah bekerja

sama dengan (BKKBN) untuk melaksanakan dan mengembangkan program BKR

(Bina Kelurga Remaja) dan PIK – KRR (Pusat Informasi dan Konseling

Kesehatan Reproduksi Remaja) yang merupakan salah satu program pokok

pembangunan nasional yang tercantum dalam rencana pembangunan jangka

mencegah (RPJM, 2009) yang disahkan melalui Peraturan Presiden Nomor 7

Tahun 2005 ( Depkes RI, 2009)

Salah satu kegiatan program KRR yang mengembangkan kedua strategi

tersebut kegiatan yag dilaksanakan dengan wadah PIK-KRR (pusat informasi dan

konseling kesehatan reproduksi remaja) yaitu suatu wadah yang dikelola dari, oleh

dan untuk remaja dalam memberikan informasi dan pelaynanan konseling tentang

kesehatan reproduksi dan biasanya siswa siswi berkonsultasi dengan teman

sebayanya. Remaja umumnya masih menganggap bahwa keputihan hal yang biasa

pada dirinya. Apabila Masalah tersebut belum bisa di tangani oleh PIK – KRR

maka yang bersangkutan dapat dirujuk ketempat pelayanan kesehatan reproduksi

yang lebih lengkap (Dinkes RI, 2009).

Pada umumnya masyarakat masih mengganggap keputihan pada wanita

sebagai hal yang normal, pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada

berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan dapat

disaebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi mikroorganisme yaitu bakteri,

jamur dan virusatau parasit. Keputihan yang normal menjadi salah satu tanda

adaya penyakit yang harus diobati (Kasdu, 2008)


5

Berdasarkan hasil studi terdahulu yang di lakukan pada tahun 18 Maret

2015 di SMAN 3 Bantul di dapatkan dari 86 responden siswi yang mengalami

kejadian keputihan patologis sebanyak 57 orang (66,3%) sedangkan siswi yang

tidak mengalami kejadian keputihan patologis adalah 29 orang (33,7). Dapat di

simpulkan bahwa mayoritas responden siswi Sekolah Menengan Atas Negeri 3

Bantul mengalami kejadian patologis sebesar 66,3%.dan ada 6 siswi mengatakan

bahwa mereka belum mengetahui keputihan dan pada saat haid mereka

menggunakan pembalut atau pantiliner dari pagi sampai sore.

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa masih banyak remaja putri

yang mengalami keputihan patologi, maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan Dengan

Perilaku Pencegaha Keputihan Patologi Pada Remaja Putri di “.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya “Apakah ada


Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan Dengan Perilaku Pencegahan
Keputihan Patologi Pada Remaja Putri Di...”

1.3 Tujuan Umum

Diketahuinya Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan Dengan


Perilaku Pencegahan Keputihan Patologi Pada Remaja Putri Di SMA...

1.4 Tujuan Khusus


6

1. Untuk Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Keputihan Patologi di SMA...

2. Untuk Mengidentifikasi Perilaku Remaja Putri Terhadap Keputihan

Patologi di SMA.....

3. Untuk Mengidentifikasi Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang

Keputihan Dengan Perilaku Pencegahan Keputihan Patologi Pada Remaja

Putri di SMA

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah referensi dan perkembangan ilmu pengetahuan

terkait Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan Dengan

Perilaku Pencegahan Keputihan Patologi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi SMA/ tempat penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi

mengenai tingkat pengetahuan remaja SMA tentang keputihan, untuk

dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah sebagai upaya

pencegahan dini terhadap masalah – masalah kesehatan reproduksi pada


7

remaja SMA dan bisa di gunakan menentukan kebijakan mengenai

program pendidikan kesehatan reproduksi di lingkungan sekolah

b. Bagi Institusi

Sebagai bahan referensi tambahan di perpustakaan khususnya bagi

mahasiswa kebidanan dan sebagai bahan tambahan bagi mahasiswa yang

akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk lebih memahami tentang

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan Dengan Perilaku

Pencegahan Keputihan Patologi.

c. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini maka responden mendapatkan

pengetahuan mengenai keputihan, sehingga responden dapat

melakukan sikap pencegahan keputihan patologis dengan baik dan

apabila mengalami keputihan yang patologis secepatnya dapat teratasi

atau datang ke pelayanan kesehatan.

d. Bagi Penelitian selanjutnya

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan

khususnya tentang pegetahuan keputihan dan sikap pencegahan

keputihan pada remaja SMA sehingga dapat dijadikan sumber

referensi untuk penelitian selanjutnya


8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Materi

Ruang lingkup materi ini adalah tingkat pengetahuan tentang

keputihan dengan perilaku pencegahan keputihan patologi. Salah satu

masalah reproduksi remaja khususnya wanita yang sering di keluhkan

adalah keputihan. Sering kali keputihan dapat menggangu hingga

menyebabkan ketidak nyamanan dalam aktifitas sehari – hari

2. Lingkup responden

Responden dalam penelitian ini adalah siswi SMA kelas XI di

SMA....karena menurut teori Papila tahun 2015 menyatakan bahwa, pada

masa remaja pertengahan terdapat banyak perubahan yang terjadi salah

satunya adalah perubahan kognitif yang mana pada masa ini remaja sudah

mulai cenderung berfiki dan bertindak.pada remaja pertengahan ini pula

remaj mulai berfokus pada aspek fisik tubuh, bereksperimen secara

seksual serta ikut dalam rilaku beresiko sehingga perilaku kesehatan tidak

menjadi prioritas didalam kehidupan sehari – hari.

3. Lingkup waktu

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal penyusunan

penelitian dimulai dari bulan.... sampai ....

4. Lingkup tempat

....

1.7. Keaslian penelitian


9

1. Pety (2016) meneliti tentang “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap

Remaja Dengan Kejadian Fluor Albus remaja putri smk X kediri” metode

dalam penelitian ini bersifat observasioal analitik dengan pendekatan cross

sectional. Populasi dan sampel bejumlah 105 responden dengan

menggunkan teknik total sampling. Data penelitian diperoleh melalui

kuisioner pengetahuan dan sikap kemudian dianalisis menggunakan uji

spearman rho. Hasil : hasil uji statistik menggunkan sparman rho,

pengetahuan tidak berhubungan dengan kejaidna fluor albus (p) >,05),

sedangkan sikap berhubungan dengan kejadian fluor albus (p) <0,05).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan tidak berhubungan

dengan kejadian fluor albus sedangkan sikap berhubungan dengan kejadian

fluor albus.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Tinjauan Pustaka Ini Akan Membahas Tentang (1) Konsep Dasar

Pengetahuan, (2) Konsep Dasar Keputihan (3) Konsep Dasar Perilaku (4)Konsep

Dasar Remaja ( 5) Kerangka Teori

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

2.1.2 Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

1. Tahu (Know)

2. Memahami (Comprehension)

3. Aplikasi ( Application)

4. Analisis (Analysis)

5. Sintesis ( Synthetis)

6. Evaluasi (Evaluation)

2.1.3 Proses Penerimaan Kesadaran

1. Kesadaran (Awareness)

10
11

2. Interest (individu mulai menaruh perhatian dan mulai tertarik kepada

stimulus)

3. Trial ( dimana orang telah mencoba perilaku baru)

4. Adopsion (subyek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikap)

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

1. Cara Kuno

1) Cara coba salah (Trial and error)

2) Cara kesuasaan atau otoriter

3) berdasarkan pengalaman pribadi

2. Cara Modern

2.1.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja

1. Informal

2. Media masa

3. Pengaruh orang terdekat

4. Orang tua

5. Teman

6. Diskusi

2.1.6 Pengukuran Pengetahuan


12

2.1.7 Kriteria Tingkat Pengetahuan

1. Baik

2. Cukup

3. Kurang

2.2 Konsep Dasar Keputihan

2.2.1 Definisi Keputihan

2.2.2 Klasifikasi Keputihan

1. Keputihan Bersifat Fisiologis

2. Kepuihan Bersifat Patologis

2.2.3 Ciri –Ciri Keputihan Fisiologis Dan Patologis

2.2.4 Faktor – Faktor Penyebab Keputihan

1. Stress

2. Jamur Candida

3. Infeksi bakteri

4. Infeksi parasite

5. Penggunaan pakaian ketat

6. Penggunaan cairan pembersih

2.2.5 Tanda Gejala Keputihan

1. Tanda Gejala Fisiologis


13

2. Tanda Gejala Patologis

3. Tanda Gejala Yang Di Sebabakan Oleh Infeksi

1) Jamur candida

2) Parasit Trichomonas Vaginalis

3) Bakteri Gardnerells

d) Virus

2.2.6 . Dampak Keputihan

1. Infeksi Alat- Alat Genetalia

2. Infertilitas (Kemandulan)

3. Gangguan Psikologis

2.2.7 Penatalaksanaan Keputihan

1. Pencegahan

1) selalu menajga kebersihan

2) membersihkan vagina dengan benar

3) menjaga kelembaban

4) kebersihan lingkungan

2. Pengobatan

1) terapi farmakologi
14

2) terapi non farmakologi

2.3 Konsep Dasar Perilaku

2.3.1 Pengertian Perilaku

1. Perilaku tertutup (Corvert behavior)

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

2.3.2 Faktor – Fakator Yang Mempengaruhi Perilaku

1. Faktor – faktor predisposisi

2. Faktor – faktor pemungkin

3. Faktor – faktor pendukung

1) Faktor genetik dan endogen

a. Faktor genetik atau keturunan

b. Jenis ras

c. Jenis kelamin

d. Sifat fisik

e. Sifat kepribadian

f. Bakat pembawaan

g. Inteligensi

2) Faktor eksogen atau faktor dari luar individu

a. Faktor lingkungan

b. Pendidikan.

c. Agama

d. Sosial ekonomi
15

e. Kebudayaan.

2.3.3 Perilaku Kesehatan

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance).

2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan

Kesehatan/Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking

Behaviour)

2.3.4 Perilaku Kesehatan Lingkungan

1. Perilaku ssehat

2. Perilaku sakit

3. Perilaku peran sakit

2.4 Konsep Dasar Remaja

2.4.1 Pengertian Remaja

2.4.2 Batasan Usia

2.4.3 Karakteristik remaja

1. Transisi biologis

2. transisi kognitif

3. transisi sosial

2.4.4 Hal-Hal Penting Bagi Kesehatan Reproduksi Remaja

2.4.5. Perubahan Fisik Pada Remaja


16

1. Tanda Seks Primer

2. Tanda Seks Sekunder

2.4 Kerangka Teori

1.

Anda mungkin juga menyukai