Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan reproduksi yaitu kondisi tubuh dalam keadaan sehat secara fisik,

mental serta terbebas dari gangguan penyakit atau fungsi reproduksi.

kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dari keseluruhan suatu

komponen kesehatan baik laki laki maupun wanita. Kesehatan reproduksi

juga mempengaruhi kelangsungan kesehatan bayi, anak, remaja serta lansia

(kurniyanty, 2011). Kesehatan reproduksi menurut International Conference

Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo mencakup

kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, dan penanganan infeksi

menular seksual termasuk HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja,

pencegahan dan penanganan komplikasi aborsi, pencegahan dan penanganan

infertilitas, kesehatan reproduksi usia lanjut, deteksi dini kanker saluran

reproduksi (Widyaastuti Yani, 2009)

Dikemukakan oleh Word Health Organization ( WHO ) bahwa masalah

kesehatan reproduksi wanita mencapai 33 % dari semua dari keseluruahan

masalah kesehatan wanita di dunia(Kemenkes, 2014). Masalah kesehatan

wanita atau penyakit reproduksi wanita berpengaruh terhadap kesehatan di

dunia dan menjadi masalah bagi wanita karena penyakit tersebut sangat

mengancam nyawa. Salah satu masalah kesehatan wanita yang paling sering

di alami ialah flour albus (keputihan) . Flour albus (keputihan) bukanlah

maslah yang berbahaya namun dengan di tandai dengan adanya flour albus
(keputihan) dapat di indikasikan penyebab adanya masalah kesehatan wanita.

Angka kejadian flour albus (keputihan) di Eropa cukup rendah yaitu 25%

dari seluruh dunia, Angka ini berbalik dengan kejadian flour albus

(keputihan) di Asia yaitu mencapai 75% termasuk Indonesia(BKKBN,

2014). Di indonesia sendiri sebanyak 76% yang pernah mengalami flour

albus (keputihan) sekali seumur hidupnya dan sebanyak 45% wanita yang

mengalami flour albus (keputihan) dua atau lebih dalam hidupnya. Hal itu

dikarena cuaca di Indonesia yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur

Candida albicans yang merupakan salah satu penyebab keputihan( NCBI

2013)

Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 Prevalensi untuk Lampung menujukan

angka kejadian yang mengalami masalah kesehatan reproduksi wanita

sebanyak (12,8%) (RISKESDAS, 2013). Data yang diperoleh dari

Puskesmas Kedaton provinsi lampung Tahun 2012 wanita yang mengalami

flour albus( Keputihan) sebanyak 28%, dan tahun 2013 ada 34% dan

meningkat pada setiap tahunnya(Nurlaila, 2015)

Flour albus (Keputihan) merupakan gejala normal pada setiap wanita yang

memasuki masa pubertas sampai lansia. Cairan yang sering keluar pada

vagina normal biasanya berwarna bening sedangkan pada kejadian yang

tidak normal secret berwana kuning atau kehijauan serta bau. Kondisi

tersebut terjadi karena adanya mikroorganisme di daerah organ reproduksi.

Menurut depkes (2010) flour albus (keputihan) disebabkan oleh bakteri

kandidiasi vulvaginitis hal itu karena banytu aknya perempuan yang kurang
memahami kesehatan repoduksi. Pada vagina yang lembab atau basah oleh

cairan flour albus (Keputihan)sangat lah mengganggu kenyamanan dan

apabila di biarkan saja akan menimbulkan masalah lain seperti timbulnya

bakteri , virus serta jamur. Hal itu karena area yang basah pada vagina dapat

menjadi media untuk berkembang biaknya segala mikroorganisme. Masalah

itu bisa menjadi semakin besar karena virus dan bakteri dapat mengakibatkan

terjadinya penyakit yang sangat berbahaya seperti kanker servik kanker vulva

tumor jinak, tumor ganas dan kista, (Ellya, Rangga, & ismalinda, 2010).

Penyebab flour albus ( keputihan ) dapat terjdi karena kehamilan , setres

kanker, kelainan alat genetalia , infeksi serta perilaku personal hygiene yang

baruk. Hal yang sering di abaikan oleh wanita ialah kebesihan diri serta

kebersihan ala geneali. Personal hygiene merupakan upaya seseorang

menjaga kebersihan dirinya dalam memelihara kesehatan fisik dan psikologis

juga mencakup kebersihan alat genetalia (vulva hygiene) dalam menjaga

status perilaku kesehatan seorang wanita dan sebagai upaya deteksi dini

pada segala masaah kesehatan reproduksi. Menurut elmart(2012). Perilaku

vuvla hygiene mencakup cara membersihkan dan menjaga organ genetalia

luar. Hal ini bertujuan menghindari terjadinya iritasi dan gatal pada daerah

genetalia yang dapat menyebabkan infeksi dan menimbulkan masalah

kesehatan reproduksi yang serius.(Fitriya, Sekar, & alifia, 2015). berkenaan

dengan hal tersebut masalah yang sering t imbul pada remaja putri ialah

kurangnya melakukan perilaku hygiene yang tepat. Oleh karena itu melalui

perilaku yang baik dapat mrngurangi resiko masalah flour albus (kepu
tihan ). Timbulnya ( flour albus) kepuitihan pada remaja sanga mengganggu

aktifias yang padat sepanjang hari, dimana jika mengalami flour albus

(kepuihan) mengururai kenymanan dan kepercayaan diri para remaja puri.

Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh susilawati, fitri ekasari,umi kalsum

A tinumbang di SMA 14 bandar lampung tahun 2015 sebesar 61 remaja putri

di dapati yaitu yang perilaku tentang kebersihan organ genetalia luar kurang

baik sebanyak 43 dan remaja putri yang tidak mengalami Keputihan ( flour

albus) sebanyak 33 (Wati et al., 2015). Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ana, Edi dan wahyuningsuh di SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta, bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara perilaku vulva hygiene dengan kejadian

keputihan pada remaja putri. Dengan jumlah sampel sebesar40 responden.

Perilaku vulva hygiene remaja putri mayoritas baik yaitu sebanyak 18

responden (45,0%) dan kejadian keputihan remaja putri mayoritas tidak

mengalami keputihan sebanyak 25 responden (62,5%).

Berdasarkan hasil prasurvey di Madrasah ALiyah almafuziah kalirejo melalui

wawancara pada 10 siswi pada kelas, didapatkan bahwa remaja siswi

Madrasah ALiyah almafuziah kalirejo banyak yang mengalami masalah

kesehatan reproduksi seperti flour albus (Keputihan). Hasil setelah

melakukan wawancara padasiswi, hasil yang didapatkan yaitu 6 siswi pernah

mengalami flour albus(Keputihan) dan4siswilainnya tidak mengalami flour

albus (Keputihan). Dilihat dari kondisi tersebut peneliti bermaksud untuk

melakukan penelitian tentang “hubungan vulva hygiene dengan kejadian


flour albus (Keputihan) pada remaja putri di Madrasah ALiyah almafuziah

kalirejo lampung tengah tahun 2019” untuk mengetahui apakah ada hubungan

perilaku vulva hygiene dengan flour albus (Keputihan)

B. RUMUSAN MASALAH

Setiap perempuan yang bermasalah pada kesehatan reproduksi terutama

penyakit kanker mengeluhkan tanda gejala tidak lain yaitu mengalami Flour

albus(Keputihan) banyak di antaranya flour albus (Keputihan) bukan di karena

kan kanker namun karena ada benda asing di dalam genetalia dan kurang nya

menjaga kesehatan reproduksi hal inimenimbulkan masalah ketidaknyamanan

bagi perempuan terlebih kepada remaja dimana remaja sebagai fase awal

perubahan organ reproduksi. Berdasarkan rumusan masalah di atas

penelitian menyadari bahwa apakah ada hubungan vulva hygiene dengan

kejadian Flour albus(keputihan) pada remaja putri di Madrasah aliyah

Almafuziyah kalirejo lampung tengah pada tahun 2019.

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui adakah hubungan antara perilaku vulva hygiene dengan

kejadiaan Keputihan pada remaja putri

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karateristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia

pada remaja putri di Madrasah aliyah al mafuziah kalirejo lampung

tengah tahun 2019


b. Mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku

vulva pada remaja putri di Madrasah aliyah al mafuziah kalirejo

lampung tengah tahun 2019

c. Mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian

flour albus (Keputihan) pada remaja putri di Madrasah aliyah al

mafuziah kalirejo lampung tengah tahun 2019

d. Di ketahuinya hubungan vulva hygiene dengan kejadian flour albus

(keputihan ) pada remaja putri di Madrasah aliyah al mafuziah

kalirejo lampung tengah tahun 2019

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian deskriptif korelatif menggunakan pendekatan cross-sectional.

2. Sasaran penelitian

Sasaran penelitian ini adalah para remaja putri di Madrasah aliyah

Almafuziah kalirejo lampung tengah

3. Dimana

Penelitian ini dilakukan di Madrasah aliyah Almafuziah kalirejo lampung

tengah

4. Obyek penelitian
vulva hygiene dengan kejadiaan flour albus (Keputihan) pada remaja

putrid

5. Kapan

Penelitian ini dilakukan tahun 2019

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat membantu memberikan informasi mengenai hubungan

vulva hygiene kejadian Keputihan dan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi pada

remaja

2. Bagi Institusi

Sebagai referensi dan sebagai bahan bacaan mahasisa/i diperpustakaaan

STIKes muhammadiyah pringsewu dan sebagai bahan perbandingan

dengan penelitian lainnya

3. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan sehingga dapat menabah ilmu

pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai perbandingan agar dapat meneliti

dengan variabel yang berbeda selanjuta


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Flour albus(Keputihan)

1. Definisi

Flour albus(Keputihan) adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina

bukan merupakan darah(Ellya et al., 2010). Menurut Wiknjosastro

(2002) flour albus adalah nama gejala yang di berikan kepada cairan

yang di keluarkan dari alat alat genetalia yang tidak berupa darah.flour

albus (Keputihan) yaitu keluarnya cairan selain darah dari liang vagina

di luar kebiasaan,baik berbau maupun tidak, serta di serta rasa gatal

setempat(Kusmiran, 2013).

Flour albus (Keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari vagina

secara berlebihan.Flour albus ada dua jenis yaitu flour albus

normal (fisiologis) dan flour albus abnormal (patologis).(Muhamad


darma 2017). Flour albus (Keputihan), leukkorhea dan pektay adalah

keluarnya cairan yang agak kental dan kekuningan .(Erryga Yogasmara,

2010).

2. Klasifikasi flour albus

Flour albus ada dua jenis yaitu normal (fisiologis) dan abnormal

(patologis).Flour albus normal dapat terjadi pada masa menjelang dan

sesudah menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual.Flour albus

abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir

kemaluan, liang sanggama, mulut rahim, rahim dan jaringan

penyangganya, serta pada infeksi penyakit hubungan kelamin Flour

albus (Keputiahan)patolongis sangat berbahaya karena bisa

mengakibatkan kemandulan dan kanker .karena hampir setiap wanita

pernah mengalami infeksi Keputihan(Kusmiran, 2013)

Menurut Eva, Rangga dan Rismalinda klasikasi Flour albus juga di bagi

menjadi 2yaitu

a. Flour albus (Keputihan )fisiologis

Terdiri atas cairan yangkadang kadang berupa mucus yang

mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedang

kan flour albus patologis banyak mengandung leukosit. Organ

reproduksi wanita di pegaruhi hormon yang di hasilan oleh

hipotalamus, hipofisis, ovarium dan adrenal. Hormone estrogen

dapat mengakibatkan maturasi epitel vagina , servik, proliverasi

stroma dan kelenjar sedangkan progesterone akan mengakibatakan


fungsi sekresi.flour albus normal pada masa menjelang dan

sesudah menstruasi , sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 siklus

menstruasi, saat terangsang, hamil dan kelelahan stresdan sedang

mengonsumsi obat obat hormonal seperti pil KB. Flour albus ini

tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak menyebabkan

rasa gatal.

b. Flour albus patologis

Merupakan eksudat dan cairan ini mengandung banyak leukosit.

Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas (luka).

Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi mikrooranisme benda asing

, neoplasma jinak dan ganas, lesi, dan pra kanker. Kuman penyakit

yang menginfeksi vagin seperti jamur kandida albucan, parasit

tricomonas, E.coli, staphylococcus, treponema, pallidum,

kondiloma akuminatadan herpes pada vagina serta luka di daerah

vagina,benda asing yang tidak sengaja masuk ke vagina dan

kelainan servik akibatnya timbul gejala-gejala yang mengganggu

(Ellya et al., 2010)

3. Gejala

Macam macam gejala flour albus (Keputihan) menurut(Wijayanti, 2009)

a. Pada penderita tertentu terdapat rasa gatal namun bila normal tidak

disertai rasa gatal, flour albus (Keputihan ) juga dapat dialami oleh
wanita yang lemah atau daya tahan tubuhnya rendah. Sebagian besar

cairan berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina

yang terinfeksi atau alat kelamin luar. Remaja putri biasanya

mengalami keputihan sesaat sebelum masa pubertas dan biasanya

gejala ini akan hilang dengan sendirinya.

b. Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari

saluran vagina. Cairan ini berupa encer atau kental dan kadang

kadang berbusa. Gejala ini merupakan proses normal sebelum atau

sesudah haid pada wanita tertentu.

4. Penyebab

Berikut ialah beberapa penyebab flour albus (Keputihan) menurut

Ayuningsih (2010)

a. Kurangnya kebersihan pada organ genetalia (vulva hygiene) : seperti

air yang di gunakan untuk cebok tidak bersih, celana dalam tidak

menyerap keringat, penggunaan pembalut yang kurang baik,

menurut Eva rangga dan rismalinda (2013) penyebab terjadinya

Flour albus ( Keputihan) juga di bagi menjadi dua penyebab yaitu Flour

albus ( Keputihan) secara fisiologis dan patologis yaitu :

A. fisiologis
1. pengaruh sisa estrogen dari plasena erhadap uerus dan agina janin

sehngga bayi balu lahir umur 10 hari menngalami Flour albus

( Keputihan)

2. pengaruh estrogen yang meningka pada saa menarche

3. adanya peningkaan produksi kelenjar kelenjar pada mulu rahim saa

masa poulasi.

4. Mucus servik yang pada pada masa kehamilan sehingga menutup

lumen servik yang berungsing mencegah kuman masuk kerongga

ueus .

B. patologis

a. Kelainan alat kelamin di dapat atau bawaan seperti adanya fistel

vesikovaginalis atau retovaginalis akibat cacat bawaan , cidera

persalinana dan radiasikanker genetalia atau kanker itu sendiri

b. Benda asing contoh nya kondom yang tertinggal dan pesarium untuk

penderita hernia atau prolaps uteri dapat merangsang secret vagina

yang berlebihan.

c. Neoplasma jinak yang tumbuh ke dalam lumen , akan mudah

mengalami peradangan sehngga menimbukan flour albus (keputihan)

d. Manoupus sel sel dan vagina mengalami hambatan dan dalam

pematangan akibat tidak adanya hrmon estrogen sehingga vagina

kering,sering timbul gatal karena tipisnya lapisan sel sehungga mudah

luka dan timbul infeksi penyerta.


e. Kanker yaniu melipui kanker servik, kanker vulva dan kanker organ

reproduksi memiliki gejala awal seperti timbulnya flour albus

(Keputihan)

f. Infeksi yang di picu oleh bakteri, kuman atau parasit.

Menurut Kasdu (2008) infeksi pada saluran reproduksi wanita di

kelompokkan menjadi tiga golongan besar, yaitu:

a. Non-penyakit hubungan seksual (non-PHS)

Bagian luar alat kelamin merupakan tempat yang rawan. Jika di

banding dengan bagian tubuh lainnya. Perawatan bagian ini sering

terabaikan. Selain lembab, di daerah ini bermuara dua saluran

pembuangan, yaitu dubur/anus dan lubang kencing yang berfungsi

membuang sisa-sisa pencernaan makanan dalam bentuk tinja dan air

kencing. Jika tidak di bersihkan secara sempurna, pada dubur/anus

selalu di temukan berbagai bakteri, jamur dan parasit, seperti cacing

kremi dan telurnya yang bisa menjalar ke sekitar organ kelamin. Hal

ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi gejala keputihan. Infeksi ini

di golongkan sebagai non- PHS. Ada beberapa infeksi PHS yang

sering di alami wanita, yaitu :

1) Vaginitis

Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang

berlebihan pada vagina. Dengan gejala, cairan vagina encer,

berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, vulva


agak bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman, serta

nyeri saat berhubungan seksual atau saat kencing.

2) Candidiasis

Penyebabnya berasal dari candida albican. Gejalanya adalah

keputihan berwarna putih susu, bergumpal seperti susu basi,

di sertai rasa gatal dan kemerahan pada kelamin dan di

sekitarnya. Pada keadaan normal jamur ini terdapat di kulit

maupun dalam liang kemaluan wanita. Namun, pada keadaan

tertentu, jamur ini meluas sehingga menimbulkan keputihan

3) Trichomoniasis

Penyebabnya adalah parasit Trichomonas vaginalis. Penularan

melalui hubugan seksual. Keputihan jenis ini bersifat khas yaitu

jumlah banyak, warna kuning kehijauan, bau tak sedap, sakit saat

melakukan hubungan seksual dan gatal Vaginitis

b. Penyakit hubungan seksual

Fungsi vagina sebagai alat untuk melakukan senggama terkadang

mengalami perlecetan setiap kali melakukan senggama. Vagina juga

menampung air mani yang di keluarkan oleh pasangannya. Adanya

perlecetan dan kontak mukosa (selaput lendir) vagina dengan air

mani merupakan pintu masuk (port d’entre) mikroorganisme

penyebab penyakit PHS.


c. Infeksi iatrogenic

Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau

mikroorganisme) lain m asuk melalui medis, seperti haid, abortus

yang di sengaja, insersi IUD, saat melahirkan, infeksi pada

saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke

serviks atau sampai pada saluran reproduksi bagian atas

d. Penggunaan antibiotik yang berlebihan, ini menyebabkan populasi

bakteri di daerah vagina ikut mati. Bakteri doderlein lactobacillus di

daerah vagina bertugas menghasilkan asam laktat agar jamur tidak

bisa hidup. Bila bakteri mati, jamur akan tumbuh subur. Kebiasaaan

menggunakan produk pencuci kewanitaan yang umumnya bersifat

alkalis juga dapat menurunkan keasaman daerah vagina.

(Kasdu, 2008)

5. Pencegahan

Beberapa hal yang dapat dilaku kan dalam mencegah keputihan patologi

antara lain(Army, 2007)

a. Menjaga kebersihan, diantaranya:

1) Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan

menjaga agar tetap kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan

jamur;
2) Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa

basah dan lembab;

3) Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah

timbulnya iritasi pada vagina;

4) Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang

mengandung deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan,

karena hal itu dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat

merangsang munculnya jamur atau bakteri;

5) Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari

arah depan ke belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dari

anus ke vagina;

6) Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi

Candida akibat garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang

tertimbun dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat

mandi atau cebok

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah tejadinya Flour albus

( Keputihan)(Ellya et al., 2010)Untuk menghindari kompllikasi yang

serius dari Flour albus ( Keputihan),sebaiknya dilakukan pencegahan

sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya

penyebab lain seperti kanker leher rahim dan penyakit lainya.

Penatalaksaanan Flour albus ( Keputihan) tergantung dari penyebabnya

seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya di berikan obat obatan untuk
mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan

penyebab nya.

Obat obatan yang di gunakan dalam mengatasi Flour albus ( Keputihan)

biasanya berasal dari golongan flukanazol untuk mengatasi infeksi candida

dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri atau

parasit.Untuk Flour albus ( Keputihan) yang di tularkan karena hubungan

seksual , terapi juga di berikan pada pasangan seksualnya di anjurkan tidak

di perkanan berhubungan seksual selama masapengobatan. Selain itu

tindakan pencegahan sekaligus mencegah Flour albus ( Keputihan)

berulang yaitu dengan :

a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang ,olahraga rutin, istirahat

cukup,hindari rokokdan alcohol serta hindari setres berkepanjangan.

b. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar

tetap kering atau lembab misalnya dengan mnggunakan celana dengan

bahan yang menyerap keringat , hindari pemakaian celan yang terlalu

ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pentylener pada waktunya

unuk mencegah bakteri bekembang biak.

c. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu

dari arah depan kebelakang

d. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan

karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan

konsultasi medis dahulu sebelum mencegah meggunakan cairan

pembersih vagina.
e. Hindari menggunakan bedak talcum, tissue atau sabun dengan pewangi

pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi

f. Hindari pemakaian barang barang yang memudahkan penularan seperti

meminjam perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas

kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum

menggunkanya.

b. Konsep perilaku
Dari sisi biologis ialah akifias organisme yang bersangkutan ,pada
hakikat perlaku ialah suau aakifias yang di lakukan oleh manusia iu
sendiri.
Perilaku iu sendirierpenang luas , menjcakup berjalam be
Vulva hygiene
1. Definisi vula hygiene

Vulva hygienemerupakan tindakan menjaga dan membersihakan organ

kewanitaan bagian luar guna menjaga kebersihan dan kesehatan bagian

luar organ reproduksi wanita agar terhindar dari infeksi

2. Cara vulva hygiene

1) Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina

2) Membasuh dengan air bersih. Satu halyang harus diperhatikan

dalam membasuh organ reproduksi terutama setelah buang air

besar(BAB),yaitudengancaramembasuhdari arahdepan kebelakang

(darivaginakearahanus),bukan sebaliknya.Karenajika terbalik

arahmembasuhnya, maka kumandari daerahanusakan

terbawakedepandandapatmasukkedalamvagina.

3) Apabila membersihkandaerah kewanitaan menggunakan sabun,

sebaiknya dibagianluarnyasaja.Setelahmemakaisabun,sebaiknya
dibasuh denganairsampaibersih(sampaitidakadalagisisasabun

yangtertinggal),sebabbilamasihadasisasabunyangtertinggal

akanmenimbulkanpenyakit.Setelahdibasuh dikeringkan dengan

handukatautissue tetapijangandigosok-gosok.

4) Apabila menggunakan WC umum, sebaiknya sebelum duduk

disiramterlebihdahulu WCtersebut (di-flushing)barukemudian

digunakan.

5) Pemakaian celana dalam ketat sebaiknya dihindari, karena

menyebabkan derahkewanitaanmenjadilembabdaniritasi.

Sebaiknyacelanadalamyangdigunakandaribahan katun

6) Apabila dipermukaan pembalut ada gumpalan darah sebaiknya

segera mengganti pembalut, karena gumpalan darah tersebut

merupakan tempat perkembangan bakteri dan jamur

7) Mencukur rambutkemaluan untuk mencegah kelembaban yang

berlebihandidaerahvagina

c. Remaja

1. Pengertian remaja

Remajadalam ilmu psikologi Istilah adolescentatau remaja berasal dari

bahasa latin adolescere, yang berarti ”tumbuh” atau ”tumbuh menjadi

dewasa’’.yaitu kematangan fisik,social, dan psikologi, dimana masa

remajaMasa remaja terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu remaja tahap awal
(usia 10-14 tahun), remaja tahap menengah (usia 15-16 tahun), dan

remaja tahap akhir (usia 17-21 tahun). Masaremajamerupakan

prosesmenuju kedewasaan dan mampu melakukan suatu hal sendiri.

Masalah yang dapat dijumpai pada masa remaja adalah perubahan

bentuktubuh,gangguan miopi, adanya kelainankifosis,penyakitinfeksi,dan

kenakalanpadaremaja.Perkembangan secarakhususpada masa remaja

adalah kematangan identitas seksual dengan denganberkembangnyaorgan

reproduksinya, merupakan masa krisis identitas

dimanaanakmemasukiperkembangandewasayang akanmeninggalkanmasa

kanak–kanak lain(Kumalasari & Andiyantoro, 2012)

Karakteristik remaja berdasarkan umur menurut Kumalasari (2012) yaitu

1. Masa remaja awal (10-12tahun)

Lebih dekat dengan teman sebaya,ingin bebas,lebih banyak

memperhatikan keadaan tubuh dan mulai berfikir abstrak.

2. Masa remaja awal (13-15tahun)

Mencari identitas diri timbul keinginanuntu berkencan, mempunyai

rasa cinta yang mendalam,dan memnggembangkan kemampuan

berfikir abtrak serta berhayal tentang aktivitas seks.

3. Remaja akhir (17-21).

Mengungkapkan kebebasan diri


d. KERANGKA TEORI

Kerangka teori ialah ringkasan dari tinjauan pustaka yang di gunakan untuk

mengidentifikasi variable-variable yang akan di teliti berhubungan dengan

konteks ilmu pengetahuan yang di lakukan untuk mengembangkan kerangka

konsep penelitian (Notoatmodjo 2010)

Dalam penelitian ini yang akan di teliti ialah hubungan vulva hygiene dengan

kejadian flour albus( keputihan) pada remaja putri Madrasah Aliyah Kalirejo

Lampung Tengah sehingga untuk memperjelas penelulis mengemukakan

kerangka teori yag berkaitan penelitian di bawah ini :

Gambar 2.1

Kerangka teori

Factor - factor yang Hubungan vulva hygiene dengan kejadian k


Mempengaruhi
flour albus (keputihan):

1. Stress
2. Kehamilan
3. Kelainan alat kelamin
4. Benda asing di vagina
5. Kanker
6. Manoupuse
7. Infeksi
8. Kebersihan diri
9.
Kejadian flour albus
( keputihan)

Sumber : Ayuningsih (2010), (Ellya et al., 2010)

e. KERANGKA KONSEP

Ialah suatu uraian dan hubungan antara variable satu dan variable lainnya dari

masalah yang akan di teliti (Notoatmodjo 2010).berdasarkan kerangkateori di

atas maka dapat di susun kerangka konsep sebagai berikut:

Gambar 2.2

Kerangka konsep

Variable independen Variable dependen

Kejadian Keputihan
Vulva hygieneKEJADIAN KEPUTIHAN

f. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian

(Notoatmojo 2010).

Berdasarkan kerangka konsep tersebut maka dapat di rumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:


Hipotesis nol (H0) :

Tidak adanya hubungan vulva hygiene dengan kejadian flour

albus( keputihan) pada remaja putri Madrasah Aliyah Kalirejo Lampung

Tengah Tahun 2019

Hipotesis alternative:

Ada hubungan vulva hygiene dengan kejadian flour albus( keputihan) pada

remaja putri Madrasah Aliyah Kalirejo Lampung Tengah.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
Desain penelitian adalah model atau metode yang di gunakan peneliti untuk

melakukan suatu penelitiyang memberikan arah dan hipotesis penelitian.

Desain penelitian di tetapkan berdasarkan tujuan dan hipotesis

penelitian.darma Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan

pendekatan cross sectional. Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara variable independen dan variable dependen dimana

menggunakan satu waktu penelitian(Dharma, 2015).

B. Variable penelitaian

Variable penelitian adalah karakeristikyang erat dengan populasi

,bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya dan di teliti dalam satu

lingkup penelitian(Dharma, 2015). Variable penelitian ini ialah 2 variable

yaitu

1. Variable independen : vulva hygiene

2. Variable dependen : flour albus ( keputihan)

C. Definisi oprasional

Definisi oprasional adalah penjelasan suatu variable yang akan di teliti

kemudian di jadikan suatu acuan untuk mengukur variable bagaimana

mengukurnya,skala pengukuran , alat pengkuran dan hasil pengkuran(Dharma,

2015)

Table 3.1

Definisi Oprasional variable penelitian

Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur skala


operasional
ukur

Kejadian flour albus Kuisione Meminta 0 = tidak ordinal


Flour albus adalah nama r responde mengalami
(keputihan) gejala yang di n untuk flour albus
berikan kepada mengisi (keputihan)
cairan yang di lembar 1=
keluarkan dari kuisioner mengalami
alat alat flour albus
genetalia yang (keputihan)
tidak berupa
darah.flour
albus
(Keputihan)
yaitu keluarnya
cairan selain
darah dari liang
vagina di luar
kebiasaan,baik
berbau maupun
tidak, serta di
serta rasa gatal
setempat

Vula hygiene Vulva hygiene Kuisione Meminta 0= vulva Nominal


merupakan r responde hygiene
tindakan n untuk kurang
menjaga dan mengisi
membersihaka lembar 1= vulva
n organ kuisioner hygiene baik
kewanitaan
bagian luar
guna menjaga
kebersihan dan
kesehatan
bagian luar
organ
reproduksi
wanita agar
terhindar dari
infeksi

D. Populasi dan sampel

a. Populasi penelitian

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karateristik

tertentu yang akan di teliti . Bukan hanya objek atau subjek yang di

pelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang di miliki subjek

atau objek tersebut(Hidayat, 2007). Jumlah populasi dalam penelitian

ini adalah remaja putri di madrasah aliyah almafuziah yaitu sebanyak

201 remaja putri diambil pada tanggal 8 novermber tahun 2018

b. Sample

Sampel ialah sebagian jumlah yang di pisah dari keseluruhan populasi

yang di anggap mewakili seluruh populasi (Notoathmodjo, 2012).

Sampel adalah jumlah yang mewakili dari seluruh populasi (Arikunto,

2002). Sampel dalam penelitian ini menggunakan simple

randomsampling, intinya bahwa setiap anggota atau unit dari populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk di seleksi menjadi sampel

(Notoatmodjo, 2005). Dengan teknik pengambilan sempel secara lotre

tecnicque. Pengambilan sampel menurut (Notoatmodjo, 2005) . sample

berjumlah 68 siswi di ambil menggunakan Teknik random sampling

menggunakan rumus:

N
n = 1+ N (d2 )

210

n = 1+ 200 (0,12 )

210

n = 1+ 2,1

210

n= 3,1

n = 67,7 = 68

Keterangan :

n : besar sampel

N : jumlah populasi

d : Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,1)

3. Teknik sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengmablan sampel

(Sugiyono,2016). Berdasarkan uraian diatas , maka criteria sampel

dalam penelitian ini sebagai berikut

a. Kriteria inklusi

1. Bersedia menjadi responden

2. Remaja putri

3. Seluruh remaja putri yang bersekolah di MA almauziah

kalirejo lampung tengah

b. Kriteria ekslusi
1. Siswi yang tidak hadir

2. Remaja yang bermasalah

3. Sebagian remaja putri MA Al Mauziah Kalirejo Lampung

Tengah

E. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di Madrasah Aliyah Almafuziah kalidadi

lampung tengah tahun 2019, waktu penelitian di lakukan selama 2 bulan pada

bulan april dan mei2019

F. Etika penelitian

Menurut notoathmojo (2012). Etika Penelitian yaitu suatu ilmu yang

membahas tentang manusia, terait dengan perilaku manusia dan manusia

lainya. Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika ysng mencakupsetiap

krgiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti

Menurut (Nursalam,2013), prinsip dasar etika keperawatan yaitu:

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Peneliti menjelaskan prosedur penelitian setelah itu peneliti memberikan

lembar persetujuan menjadi responden, jika siwi menolak untuk dijadikan

responden maka peneliti tidak memaksa dan tetap memnghormati haknya.

2. Right to full disclosure (hak untuk jaminan dari perlakuan yang diberikan)

Peneliti memberikan penjelasan secara rinci bertanggung jawab jika ada

sesuatu yang terjadi pada responden.

3. Right to self determination (Hak untuk ikut/ tidak menjadi responden)


Peneliti menjelaskan langsung kepada responden yang tertulis dilembar

persetujuan, memberikan kesempatan pada responden untuk menentukan

pilihannya mengikuti atau menolak. Jika responden setuju untuk ikut serta

maka responden menandatangani lembar persetujuan yang diajukan oleh

penelitian.

4. Respect for justice and inclusiveness (keadilan dan keterbukaan)

Peneliti menjamin bahwa responden memperoleh perlakuan yang adil dan

keuntungan yang sama, tanpa membedakan jenis kelamin, agam, dan

sebagainya.

5. Right to privacy (hak untuk dijaga kerahasian)

Dalam penelitian ini peneliti melindungi privacy dan kerahasiaan identitas

atau jawaban yang diberikan nama inisial yang dicantumkan oleh

kuesioner.

G. Instrument dan metode pengumpulan data

1. Instrument penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kuesioner.

Kuesioner adalah suatu alat ukur yang berisi pertanyaan atau pernyataan

yang dibuat berdasarkan indikator-indikator suatu variabel (Dharma,

2011).

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penelitian sendiri dengan

dibantu oleh guru pengajar SD Negeri Kalibening, dengan cara


membagikan kuesioner langsung kepada responden. Kemudian setelah di

isi oleh responden kuesioner diserahkan kembali kepada peneliti.

3. Uji Validitas

Uji validitas alat pengumpulan data menggunakan pearson product

moment (r). kesimpulan bila nilai r hitung > r tabel dengan signifikan 5%

maka instrumen tersebut dikategorikan valid sebaliknya bila r hitung < r

tabel maka instrumen tersebut dikategorikan tidak valid ( Nursalam,

2013).

4. Uji Rehabilitas

Uji rehabilitas adalah tingkat suatu konsisten dari suatu pengukuran

apakah pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika instrument ini

menggunakan secara berulang. Lembar chek list dan alat ukur ini akan

melalui uji validitas selanjutnya dilakukan uji reabilitas dengan

mengembangkan nilai r tabel dengan nilai r hasil (Alpha Crobanch).

Apabila hasil Alpha Crobanch lebih besar dibandingkan nilai r tabel

maka pertanyaan dinyatakan realibel (Dharma,2013). Dalam proses

analisa penelitian menggunakan program SPSS for window (Statistic al

Program For Sosial Scinence).

5. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data mengunakan data primer dengan cara membagikan

lembar kuisioner kepada responden. Dengan metode ini di lakukanya


secara langsung untuk menjawab kuisioner yang harus di jawab oleh

responden, semua pertanyaan tersebut tersusun dalam bentuk kuisioner.

H. Metode pengolahan dan analisa data

1. Metode pengolahan data

Setelah data terkumpul maka pengolahan data tersebut menggunakan

langkah langkah berikut

a. Editing

Kegiatanpengecekan ini menggunakan lembar kuisioner

b. Coding

1. Pada proses pengkodingan pada variable independen adalah

perilaku vulva hygiene baik di coding 0 dan pada perilaku vulva

hygiene yang baik di coding 1

2. Pada variable dependen ini adalah flour albus (keputihan ) pada

yang terkena flour albus ( keputihan) di beri coding 0 dan yang

tidak mengalami flour albus (keputihan )

c. Entry data

Pada proses ini jawaban dari masing masing responden yang sudah

terkumpul dan di periksa dalam bentuk kode dan huruf kemudian

akan di masukan didalam proses computer . Proses ini akan di

perlukan ketelitian dari orang yang melakukan entry.

d. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sember data atau responden selesaidi

masukan ,perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagaimana

kemudiandi lakukan pembetulan atau revisi , proses ini di sebut

dengan clening atau pembersihan data.

2. Analisa data

a. Analisa univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau meneskripsikan

karakeristik dari setiapp variable penelitaian yang menghasilakan

distribusi responden dari setiap variable (Notoatmodjo,2012)

penelitian ini melihat dari distribusi responden berdasarkan usia dan

jenis kelamin sebagai karakteristik untuk mengetahui apakah

mengalami flour albus (keputihan)

b. Analisa bivariat

Analisisis bivariat ialah analisis yang di lakukan dua variable yang di

duga berkolerasia atau berhubungan (Notoatmodjo 2012). Uji statisti

yang akan di gunakan yaitu chi squere untuk menguci perbedaan

presentase antara 2 kelompok atau lebih kelompok sampleyang

menjelaskan ada tidaknya hubungan atara variable dengan nilai

kategorik dengan nilai p-value 0,05(nilai : a 0,05) maka di simpulkan

bahwa ada hubungan bermakna anatara variable yang di teliti( h0 di

tolak)
I. Jalanya penelitian

Langkah langkah pengumpulan data dalam penelitian

1. Langkah penelitian

Penelitian ialah rancangan yag berfungsi sebagai kerangka awala

penelitian ini . Langkah langkah yang di lakukan dalah tahap ini ialah :

a. Melakukan permohonan izin kepada institusi dan tempat penelitian

b. Melakukan pra survey

c. Pemilihan masalah dan membuat rumusan masalah

d. Pemilihan masalah dan pengumpulan proposal penelitian

e. Proses bimbingan

f. Melakukan penyusunan skala dan instrumen penelitian

g. mempresentasi proposal penelitian

2. Tahap penelitian

Proses dimana pengambilan data dan pengolahan data dengan

mengunakan langkah langkah :

a. Meminta izin penelitian kepada institusi.

b. Membuat persetujuan responden.

c. Menyerahakan surat ke tempat penelitian.

d. Menyerahakan surat ke tempat penelitian.


1.) Mengajukan surat permohonan menjadi responden , dengan

menjelaskan maksud dan tujuan di lakukan nya penelitian .

2.) Persetujuan lembar informd consent.

3.) Memberikan lembar kuisioner untuk di isi oleh reponden.

e. Pengolahan data melalui

1) Penyuntingan data (editing)

2) Member kode ( coding)

3) Memasukan data (entry)

4) Mengecek kembali data ( cleaning)


DAFTAR PUSTAKA

Army. (2007). Media Sehat. semarang Arfmedia Group.

Ayuningsih, Fajar. (2010). Cara Holistik dan Praktis Atasi

Gangguan Khas Pada Kesehatan Wanita. In B. I. Populer (Ed.). Jakarta.

BKKBN. (2014). infodatin harganas. jakarta: infodatin harganas Retrieved from


file:///C:/Users/AINI/Downloads/infodatin-harganas%20(1).pdf.

Dharma, Kelana Kusuma. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan Jakarta


Timur: CV. Trans Info Medika

Ellya, E sibagariang, Rangga, pusmaika, & ismalinda. (2010). kesehatan


reproduksi wanita: cv.trans info media.

Erryga Yogasmara, Puji Lestari. (2010). Buku Pintar Keluarga sehat panduan
praktis bagi seluruh anggota keluarga gramedia pustaka utama jakarta

Fitriya, Manasya, Sekar, Muslimah, & alifia. (2015). pengetahuan dan sikap
remaja putri tentang vulva hygiene saat menstruasi pada siswa kelas x1
SMA madrasah aliyah negeri surakarta. vol.v11,no 2.

Hidayat, A Aziz Alimul. (2007). Riset Keperawatan Dan Teknik penulisan Ilmiah
Jakarta Salemba Medika

Janah, Ana Fathul, Edi, Sampumo, & Ningsih, Wahyu. (2013). perilaku vulva
berhubungan dengan kejadian keputihan pada remaja putri kelas XII SMA
GAMA 3 maret yogyakarta. ners dan kebidanan indonesia, vol 1 no 2.

Kasdu, D. (2008). Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Anggoru IKAPI.

Kemenkes. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Jakarta Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf.

Kumalasari, Intan, & Andiyantoro, Iwan. (2012). Kesehatan Reproroduksi.


Jakarta: Salemba medika.

Kurniyanty, IP. (2011). keputihan bikin banyak wanita bingung

Kusmiran, Eni. (2013). kesehatan reproduksi remaja dan wanita jakarta.


Muhamad darma , sartinah yusran, andi faizal fachelvy. (2017). hubungan
pengetahuan vulva hygiene sters dan pola makan dengan kejadian infeksi
flour albus (keputihan )pada remaja siswi di sma negeri kendari vol 2 no 6

Nurlaila, Mardiana z. ( 2015). hubungan pengetahuan dan personal hygiene


dengan keputihan(flour albus)pada remaja putri. volume X1 no 1.

RISKESDAS. (2013). Riset kesehatan dasar jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf.

Wati, Susila, Fitri, Eka Sari, & Kalsum, Umi. (2015). hubungan pengetahuan dan
perilaku remaja tentang kebersihan organ gentelia luar dengan kejadian
keputihan di SMA 14 bandar lampung tahun 2015 vol 1 no 3.

Widyaastuti Yani, Rahmawati Anita , Eka yuliastuti (2009). konsep kesehatan


reproduksi. Yogyakata.

Wijayanti, Daru. (2009). Fakta Penting Sekitar Reproduksi Wanita. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai