BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Flour albus adalah cairan yang keluar dari alat genitalia tetapi tidak
berupa darah. Flour albus merupakan tanda awal yang terjadi pada masalah
ginekologik, tanda awal ini diketahui setelah tanda gejala itu timbul dan
besar, lebih dari 75% wanita Indonesia sudah mengalami keputihan minimal
satu kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya mengalami flour albus dua
kali atau lebih. Lebih dari 70% wanita Indonesia sudah mengalami keputihan
terjadi keputihan karena hal ini berkaitan dengan cuaca yang lembab yang
1
2
Berdasarkan Data Statistik Indonesia tahun 2012 dari 43,3 juta jiwa
remaja berusia 15-24 tahun di Indonesia berperilaku tidak sehat. Remaja putri
Indonesia dari 23 juta jiwa berusia 15-24 tahun, diantaranya 83% pernah
(PMS) yang merupakan salah satu penyebab keputihan. Prevelensi wanita usia
subur yang mengalami flour albus patologik di Sumatera Barat pada tahun
Flour albus atau keputihan ini dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu flour albus fisiologik dan flour albus patologik. Flour albus fisiologik
merupakan cairan yang keluar berupa mukus yang banyak terdapat epitel dan
Flour albus banyak terjadi pada wanita usia subur. Menurut WHO
wanita usia subur (WUS) adalah wanita dengan usia 15-49 tahun. Puncak
kesuburan wanita terjadi pada rentang usia 20-29 tahun. Pada rentang usia 20-
Kota Padang rentang usia pada wanita usia subur yaitu 15-39 tahun.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang jumlah
tahun 2015 kejadian flour albus banyak diderita oleh wanita usia subur karena
keletihan dalam bekerja, vulva hyqiene yang kurang baik, alat kontrasepsi dan
seksual karena pertahan tubuh yang kurang baik sehingga penyakit dengan
kasus flour albus, dari 18 kasus flour albus terjadi pada usia 25-34 tahun
(55,6%), sedangkan penderita yang paling sedikit berusia antara 35-44 tahun
dan 45-54 tahun (11,1%) ini diakibatkan karena wanita golongan produktif.
banyak terjadi akibat menjalar sampai ke bagian organ reproduksi yang lebih
inflamasi pada panggul (PID), infeksi pada saluran berkemih dan abses
keputihan dari tahun 2011, 2012 dan 2013. Pada tahun 2011 ada 252 pasien
yang mendatangi rumah sakit dengan keluhan keputihan. Dari 252 pasien
(12-24 tahun), usia 25-45 tahun sebesar 48,4%, usia lebih dari 45 tahun 32,1%
dan selebihnya usia dibawah 12 tahun sebesar 0,8%. Pada tahun 2012 pasien
flour albus sebanyak 92 pasien dan mengalami peningkatan dan tahun 2013
albus yaitu dengan cara personal hyqiene, farmakologi dan non farmakologi.
terapi herbal adalah daun sirih dan bawang putih. Menurut penelitian
Firmanila dkk tahun 2016 daun sirih merah memiliki kandungan alkaloid
yang tidak dimiliki oleh daun sirih hijau berguna sebagai antimikroba dan
daun sirih merah mengandung daya antiseptic dua kali lebih tinggi dari daun
sirih hijau. Air rebusan daun sirih merah juga mengandung karvakrol yang
pada tahun 2016 bahwa bawang putih dapat mengatasi keputihan karena
bakteri dan virus. Daun sirih mengandung eugenol, tannin, fenol, clavicol
tentang wanita usia subur yang mengalami flour albus berjumlah 32 orang.
Survey awal yang dilakukakn peneliti pada tanggal 9 Februari 2018 melalui
sembuh dari flour albus, 15 (46,87%) orang pernah menggunakan air rebusan
daun sirih merah untuk di cebokkan pada vagina dalam mengatasi flour albus,
5 (15,62%) orang tidak pernah mengkonsumsi air rebusan bawang putih untuk
mengatasi flour albus dan 4 (12,5%) orang tidak tau manfaat menggunakan
air rebusan daun sirih merah dan bawang putih dalam mengatasi flour albus.
Sirih Merah dan Bawang Putih Terhadap Penurunan Kejadian Fluor Albus
2018”
B. Rumusan Masalah
Flour albus patologik sering terjadi pada wanita usia subur yang
berusia 15-49 tahun. Hal ini terjadi karena wanita usia subur termasuk usia
menurunkan kejadian flour albus patologik pada wanita usia subur seperti
perbedaan efektifitas pemberian air rebusan daun sirih merah dan air rebusan
bawang putih sudah pernah dilakukan tetapi tidak pada flour albus patologik
6
dan wanita usia subur. Oleh karena itu penelitian terhadap efektifitas dan
antara air rebusan daun sirih merah dan air rebusan bawang putih terhadap
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
daun sirih merah dengan air rebusan bawang putih terhadap penurunan
2. Tujuan Khusus
2018.
D. Manfaat Penelitian
albus patologik pada wanita usia subur pada setiap ibu yang berkunjung ke
untuk menurunkan kejadian flour albus patologik seperti air rebusan daun
MERCUBAKTIJAYA PADANG
obat tradisional yang lain selain air rebusan daun sirih merah dan bawang
putih.
4. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dari vagina yang diakibatkan oleh infeksi jamur sehingga dapat merasakan
albus fisiologik dan flour albus patologik. Flour albus fisiologik merupakan
cairan yang keluar melalui vagina berupa mukus yang banyak terdapat epitel
dan sedikit leukosit. Flour albus fisiologik muncul pada saat setelah menarche
secret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer dan pengeluaran
Flour albus patologik merupakan cairan yang keluar dari vagina yang
berbau dan banyak mengandung leukosit. Flour albus patologik ini timbul
bakteri, jamur, parasit, dan virus. Infeksi bakteri yaitu gonococcus, chlamydia,
trichomatis, infeksi jamur yaitu candida dan infeksi parasir yaitu trichomonas
vaginalis. Factor non infeksi yaitu adanya benda asing dalam vagina, lembab
9
10
di daerah kemaluan, kondisi psikologis (stress), suka menahan buang air kecil,
cara cebok yang tidak benar dan kurang bersih (Manuaba, 2009)
yang menusuk.
3. Penyebab
Flour albus patologik dapat disebabkan beberapa hal berikut ini, yaitu:
a) Infeksi
a. Infeksi Jamur
2009)
b. Bakteri
1. Gardnerella vaginalis
2. Gonokokus
3. Klamidia trakomatis
2009).
4. Parasit
b) Benda asing
seperti cairan yang banyak dan berbau busuk disertai darah tak segar
(Manuaba, 2009).
13
d) Menopause
4. Patofisiologi
Flour albus yang fisiologis terjadi karena pengaruh hormone estrogen
dan progesterone yang berubah keadaannya terutama pada saat siklus haid,
pada saat ovulasi atau sebelum haid. Bakteri dalam vagina telah
menyesuaikan diri dengan perubahan ini dan biasanya tidka terjadi gangguan.
pertumbuhan bakteri yang merugikan. Bila kadar salah satu atau kedua
5. Komplikasi
kehamilan ektopik.
(Kumalasari, 2012)
6. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan keputihan dilakukan dengan cara menjaga kebersihan
vulva hygiene agar penyakit tidak akan timbul di area vagina seperti
memakai celana yang sempit dan sering menganti pembalut jika haid
2012)
Obat lain yang juga diberikan adalah oral (berupa pil, tablet, kapsul)
(Djuanda, 2007).
atsiri, lemak, karbohidrat, protein, pati, vitamin C, zat besi, fosfor dan
masih baik dengan rentang usia 20-45 tahun. Pada rentang usia 20-29 tahun
hamil sebesar 95%. Pada usia 30an terjadi penurunan hingga 90% sedangkan
usia 40 tahun kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia
40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Wanita usia
16
subur rentan mengalami gangguan pada organ reproduksi yang berujung pada
adalah wanita yang telah menginjak usia antara 15-49 tahun tanpa
1) Siklus Haid
b) Dimulai dari hari pertama keluar haid sampai sehari sebelum haid
c) Wanita subur atau tidak dapat dilihat dari siklus haid. Hormone yang
payudara.
kesuburan wanita.
c) Thermometer akan bekerja jika benih atau sel telur keluar dan
3) Tes Darah
a) Siklus haid yang tidak teratur yang dialami oleh wanita seperti yang
haidnya datang tiga bulan sekali atau enam bulan sekali biasanya tidak
subur.
b) Jika terjadi seperti itu dapat dilakukan tes darah untuk mengetahui
4) Pemeriksaan Fisik
a) Untuk mengetahui organ wanita usia subur seperti buah dada, kelenjar
5) Track record
reproduksi.
18
1) Flour Albus
terutama ada rasa gatal yang hebat, dapat disertai dengan rasa nyeri.
merah.
19
5) Servisitis Akuta
pembengkakan pada mulut rahim, keluar cairan bernanah dan rasa nyeri.
leukorea yang kadang sedikit atau banyak dan dapat terjadi perdarahan
Bentuk infeksi ini dapat mendadak (akut) dengan gejala nyeri di bagian
perut bawah.
1) Daun Sirih
Daun sirih atau dengan nama latin Piper betle L sangat popular
(Santoso, 2013).
labus tidak ada perbedaan dalam pemberian daun sirih dan bawang
kavikol, minyak atsiri, seskuiterpen, zat pati dan zat samak (Santoso,
2013)
antiseptic dua kali lebih tinggi dari daun sirih hijau (Manoi, 2007).
lebih tinggi dari sirih hijau, air rebusan daun sirih merah Menurut
5) Cara pengolahan
daun sirih merah, daun sirih merah dicuci bersih. Daun sirih direbus
rebusan daun sirih merah untuk mengatasi flour albus dengan cara
1) Bawang Putih
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Teori
Flour albus patologik merupakan cairan yang keluar dari vagina yang
untuk mengatasi flour albus salah satunya yaitu dengan menggunakan air
rebusan daun sirih merah dan air rebusan bawang putih. Senyawa yang
desinfektan, anti jamur dari jamur candida albicans sehingga bisa digunakan
untuk obat antiseptik pada flour albus, sedangkan bawang putih memiliki
(Purwaningsih, 2010).
25
26
Flour Albus
Karvakrol Senyawa
bersifat allicin
anti jamur antifungus
Flour albus
berkurang
B. Kerangka Konsep
hubungan atau konsep satu terhadap yang lainnya, atau variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmojo,
patologik dan variabel independennya adalah pemberian air rebusan daun sirih
27
merah dan air rebusan bawang putih. Penelitian ini untuk melihat perbedaan
efektivitas pemberian air rebusan daun sirih merah dan air rebusan bawang
putih terhadap penurunan kejadian fluor albus patologik pada wanita usia
Pemberian Air
Rebusan Daun Sirih
Merah
Kejadian flour
albus patologik
pada wanita usia
Pemberian Air subur
Rebusan Bawang
Putih
C. Hipotesis
2018.
dan air rebusan bawang putih terhadap penurunan kejadian fluor albus
28
2018.
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
rancangan penelitian yang digunakan adalah Two Group Pre Test-Post Test
Keterangan :
29
30
Survey awal telah dilakukan pada bulan Februari 2018. Penelitian (intervensi)
telah dilaksanakan selama 5 hari yaitu di mulai pada tanggal 2 Mei 2018 – 7
Mei 2018.
1. Populasi
yaitu wanita usia subur dari umur 15-49 tahun yang mengalami flour
2. Sampel
orang. Pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah 10 orang
10
N : (1−10%) N : Besar sampel koreksi
31
10
N : 0.9 n : Besar sampel awal
II. Tetapi pada saat penelitian 2 respon perlakuan daun sirih merah dan
3. Kriteria Sampel
c. Pasien adalah wanita usia subur yang berusia 15-49 tahun mengalami
albus
a. Pasien ada riwayat alergi terhadap daun sirih merah dan bawang putih
32
sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi yang sesuai dengan
D. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
Variabel
Dependen
1 Flour albus Kejadian yang Lembar Mengamati 0 :Ringan Ordinal
patologik dialami responden check list perubahan yang 1 : Berat
dengan gejala : yang terjadi.
1. Cairan dari diberikan Sehingga 0-3
vagina keruh kepada termasuk flour
dan kental responden albus patologik
2. Warnanya agak yang dinilai ringan,
kekuningan dari 6 sedangkan 4-6
3. Berbau busuk, pertanyaan, termasuk flour
anyir dan amis dengan albus berat.
4. Terasa gatal jawaban yang
dan panas pada “Ya” dinilai
kelamin 1 dan
5. Jumlah cairan jawaban
banyak atau “Tidak”
berlebihan dinilai 0.
6. Terasa nyeri
atau setelah
melakukan
hubungan
seksual
Variabel
Independen
2 Pemberian Air Pemberian 10 Lembar Mengamati - -
Rebusan Daun lembar daun sirih observasi perubahan yang
Sirih Merah merah. Daun sirih terjadi.
direbus dengan air
putih sebanyak
250cc ditunggu
hingga mendidih
33
sampai tersisa
100cc. Diamkan 5
menit air rebusan
hinggat terasa
hangat-hangat kuku
dicebokkan ke
vagina 2 kali sehari
selama 5 hari.
3 Pemberian Air Pemberian 4 siung Lembar Mengamati - -
Rebusan bawang putih, 250 observasi perubahan yang
Bawang Putih cc air matang terjadi.
secukupnya. Tunggu
rebusan bawang
putih hingga
menjadi 100 cc.
Siap diminum
dengan
menambahkan 1
sendok makan
madu. Dilakukan 1
kali dalam sehari
secara rutin setiap
hari selama 5 hari
pada saat perut
masih kosong.
E. Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian perbedaan efektifitas
pemberian air rebusan daun sirih merah dan air rebusan bawang putih
terhadap penurunan kejadian fluor albus patologik pada wanita usia subur di
a) Lembar observasi
dalam mengkonsumsi air rebusan daun sirih merah dan air rebusan
bawang putih yang terdiri dari 6 kolom untuk 5 hari selama pemberian
intervensi.
34
c) Pembuatan air rebusan daun sirih merah dan air rebusan bawang putih
a. Alat
1) Kompor 6) Gelas
5) Panci
b. Bahan
c. Cara Pembuatan
rebus.
35
d. Cara Pemberian
F. Etika Penelitian
berikut :
a) Informed consent
nama responden pada lembar check list dan hanya menuliskan kode pada
c) Kerahasiaan (confidentiality)
d) Manfaat (beneficience)
penelitian.
e) Keadilan (justice)
yang mungkin dialami oleh subyek atau relawan meliputi: fisik (biomedis),
psikologis (mental), dan sosial. Hal ini terjadi karena akibat penelitian,
(Rahayu, 2015)
1. Jenis data
a. Data Primer
rebusan daun sirih merah dan air rebusan bawang putih yang
observasi.
b. Data Sekunder
pemeriksaan.
mendapatkan 11 responden.
40
responden.
perlaksanaan penelitian
c. Tahap Intervensi/Perlakuan
rebusan daun sirih merah dan bawang putih tidak mau lagi
berbau busuk, anyir dan amis, terasa gatal dan panas pada
H. Alur Penelitian
Analisa data
check list diperiksa jumlah lembarannya dan jumlah yang akan diisi
Setelah semua lembar check list terisi penuh dan benar, kemudian
check list ada 6 pertanyaan yang akan dijawab oleh responden dengan
patologik berat.
0 : ringan
1 : berat
44
pengolahan computer.
Tabulasi (Tabulating)
pendidikan, pekerjaan pretest dan post test perlakuan air rebusan daun
Cleaning Data
distribusi.
J. Analisa Data
a. Analisa Univariat
patologik sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun sirih merah,
sebelum dan sesudah pemberian air rebusan bawang putih yang terdiri dari
Data yang dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu berat bila nilai
Ket :
P = Nilai persentase responden
f = Frekuensi atau jumlah data
N = Jumlah seluruh responden
b. Analisa Bivariat
daun sirih dan air rebusan bawang putih terhadap penurunan kejadian
∑(𝑥𝑖− 𝑥̅ )2
Standar deviasi (SD) : √ 𝑛−1
Keterangan :
xi : Masing-masing data
𝑥̅ : Rata-rata
𝑛 : Jumlah sampel
Menurut Sopiyudin (2014) Untuk melihat perbedaan ini
digunakan teknik yang disebut dengan uji T apabila T hitung > T table
Rumus :
𝑑
T : 𝑆𝐷−𝑑
√𝑛
Keterangan :
T : T test
d : Rata-rata deviasi/selisih sample 1 dengan sampel 2
SD : Standar deviasi dari deviasi/selisih sampel 1 dan 2
n : Jumlah sampel
47
BAB V
HASIL PENELITIAN
Mei 2018 tentang perbedaan efektivitas pemberian air rebusan daun sirih
merah dan air rebusan bawang putih terhadap penurunan kejadian fluor albus
patologik pada wanita usia subur di puskesmas Andalas Padang tahun 2018,
A. Demografi Responden
a. Usia
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Usia
yang terbanyak mengalami flour albus patologik yaitu pada usia ≥20
47
48
b. Pekerjaan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pekerjaan
patologik.
c. Pendidikan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pendidikan
B. Analisa Univariat
albus patologik sebelum pemberian air rebusan daun sirih merah sebanyak
albus patologik sesudah pemberian air rebusan daun sirih merah sebanyak
berat.
C. Analisa Bivariat
a. Perbedaan Efektivitas Pemberian Air Rebusan Daun Sirih Merah Dan Air
Rebusan Bawang Putih Terhadap Penurunan Kejadian Flour Albus
Patologik Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Andalas Padang.
Tabel 5.8
Perbedaan Efektivitas Pemberian Air Rebusan Daun Sirih Merah
dan Air Rebusan Bawang Putih Terhadap Penurunan Kejadian
Flour Albus Patologik Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas
Andalas Padang
Perlakuan
Data Statistik
Daun Sirih Merah Bawang Putih
Mean 1,4 3
n 10 10
Df 18
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 -2,39
Pada tabel 5.8 di atas dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata kejadian
flour albus patologik responden dengan perlakuan daun sirih merah adalah 1,4
dengan standar deviasi 1,57 sedangkan mean atau rata-rata kejadian flour
52
deviasi 1,41.
dan 𝛼 = 0,05, didapatkan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = -2,10 dan 2,10. Jadi 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya
Ha diterima dan ada perbedaan efektivitas pemberian air rebusan daun sirih
merah dan air rebusan bawang putih terhadap penurunan kejadian fluor albus
patologik pada wanita usia subur di puskesmas Andalas Padang tahun 2018.
53
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Demografi Responden
1. Karakteristik Responden
menurut Wong (2008), yaitu dewasa awal (19-24 tahun) dan dewasa
(2016) bahwa banyak wanita usia subur yang mengalami flour albus
53
54
B. Analisa Univariat
penyakit.
lebih tinggi dibanding remaja karena pada wanita usia subur sering
albus patologik dikarenakan bahwa air rebusan daun sirih merah dapat
antimikroba dan daun sirih merah mempunyai daya antiseptik dua kali
lebih tinggi dari daun sirih hijau (Manoi, 2007). Selain itu, hal yang
serta anti jamur sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik terhadap
Bawang Putih
kebersihan diri, seperti cebok yang tidak benar, pakaian ketat dan
psikis. Flour albus patologik banyak dipicu oleh cara wanita dalam
Bawang Putih
bahwa air rebusan bawang putih bisa menurunkan kejadian flour albus
patologik pada wanita usia subur, hal ini karena bawang putih
memberikan aroma bawang putih yang khas adalah alisin karena alisin
C. Analisa Bivariat
1. Perbedaan Efektivitas Pemberian Air Rebusan Daun Sirih Merah
Dan Air Rebusan Bawang Putih Terhadap Penurunan Kejadian
Flour Albus Patologik Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas
Andalas Padang
Berdasarkan hasil yang didapatkan peneliti terdapat perbedaan
efektivitas pemberian air rebusan daun sirih merah dan air rebusan
pemberian air rebusan daun sirih merah dan air rebusan bawang putih
kandungan yang terdapat dalam daun sirih merah dan bawang putih.
yang terdalam dalam daun sirih merah dan bawang putih dapat
penurunan setelah diberikan air rebusan daun sirih merah karena daun
sirih merah memiliki kandungan alkaloid yang tidak dimiliki oleh sirih
antiseptic dua kali lebih tinggi dari daun sirih hijau. Didukung oleh
patologik.
62
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
daun sirih merah dan air rebusan bawang putih terhadap penurunan kejadian
flour albus patologik pada wanita usia subur di puskesmas Andalas Padang
didominasi pada usia ≥20 tahun-29 tahun yaitu 55% wanita usia
subur, responden yang bekerja sebanyak 55% wanita usia subur dan
tahun 2018.
62
63
dan air rebusan bawang putih terhadap penurunan kejadian flour albus
2018, dimana 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = -2.39, didapatkan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =
B. Saran
Berdasarakan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian ini,
albus patologik pada wanita usia subur pada setiap ibu yang berkunjung ke
untuk menurunkan kejadian flour albus patologik seperti air rebusan daun
MERCUBAKTIJAYA PADANG.
64
obat tradisional yang lain selain air rebusan daun sirih merah dan bawang
putih.
4. Bagi Peneliti
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Adhi, D., Hamzah, M & Aisah S. (2007). Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi 6. Jakarta :
FKUI.
Andalas, M, (2011). Gambaran penderita flour albus di poliklinik gynekologi RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh periode Agustus 2011 Diakses Melalui
www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/3477 Diakses pada tanggal 13 Januari 2018.
Dahlan, M.S. (2014). Statistik untuk kedokteran dan kesehata edisi 6. Jakarta : Epidemiologi
Indonesia.
Elmart., F., C., C. (2012). Mahir menjaga organ intim wanita. Solo : Tinta Madina.
Firmanila, F., Dewi, Y.R & Kristiani, D. (2016). Pengaruh penggunaan air rebusan daun sirih
Merah terhadap keputihan pada wanita usia subur (wus) di wilayah kerja puskesmas
rawat inap Tenayan Raya Diakses Melalui
https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JNI/article/download/4352/4171 Diakses pada
tanggal 16 Januari 2018.
Kusmiran, E. (2012). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Kustanti, C. (2017). Pengaruh pemberian air rebusan daun sirih hijau terhadap kejadian
keputihan Diakses Melalui https://jurnal.akper-notokusumo.ac.id Diakses pada tanggal 16
Januari 2018.
Kuswardhani, D.S. (2016). Sehat tanpa obat dengan bawang merah bawang putih. Yogyakarta :
Rapha Publishing.
Manuaba, I.B. (2009). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta: EGC.
65
66
Misrawati. (2011). Efektifitas rebusan daun sirih, temulawak dan kunyit terhadap keputihan Pada
perempuan di daerah Pesisir Sungai Siak Diakses Melaui https://repository.unri.ac.id
Diakses pada tanggal 17 Januari 2018.
Mustika, W., Astini, P.S.N & Yuniati, N.P. (2014). Penggunaan air rebusan daun sirih terhadap
keputihan fisiologis di kalangan remaja putrid mahasiswa poltekes Denpasar, Diakses
Melalui www.poltekkes-denpasar.ac.id/files/JSH/JSH%20V11N1.pdf Diakses pada tanggal
14 Januari 2018.
Rahayu, R. P., Damayanti, F.N & Purwanti, I.A. (2015) .Faktor-faktor yang berhubungan dengan
keputihan pada wanita usia subur (wus) di RT 04 RW 03 kelurahan Rowosari Semarang,
Diakses Melalui https://www.download.portalgaruda.org/article Diakses pada tanggal 3
Februari 2018.
Santoso, H.B. (2013). Tumpas penyakit dengan 40 daun dan 10 akar rimpang. Yogyakarta :
Cahaya Jiwa.
Sarwono. (2010). Ilmu kandungan (edisi ke-2,cetakan kedelapan). Jakarta : Yayasan Bina Putra.
Sudewo, B. (2005). Basmi penyakit dengan sirih merah. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Sulistiyowati & Amalia, A. (2016). Perbedaan efektifitas penggunaan daun sirih dan bawang
putih terhadap fluor albus, Diakses Melalui http://jurnal.stikesmuhla.ac.id Diakses pada
tanggal 17 Januari 2018.
Werdhany, W., I., Anthoni , W., SS., & Setyorini., W. (2008). Sirih merah. Yogyakarta : Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian.
Zubier, F., Bramono, K., Widaty, S., Nilasari, H., Louisa, M & Rosana, Y. (2010). Efikasi sabun
ekstrak sirih merah dalam mengurangi gejala keputihan fisiologis. Majalah Kedokteran
Indonesia.
Zuhriyah, Uswatun & Filistea. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan, sikap serta perilaku
wanita usia subur (WUS) tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan di desa
Nangkan kecamatan Wlingi Kab. Blitar. Diakses melalui http://old.fk.ub.ac.id pada
tanggal 25 Mei 2018.
Dinas Kesehatan Kota Padang. (2017). Persentase cakupan imunisasi TT pada wanita usia subur
menurut kecamatan dan puskesmas kota Padang.
Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Cakupan imunisasi TT5 pada wanita usia
subur di Indonesia tahun 2016.