Anda di halaman 1dari 9

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial secara utuh
dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan
sistem, fungsi dan proses reproduksi.1World Health Organization (WHO) dalam Nikmah
menyatakan bahwa masalah kesehatan reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari
jumlah total beban penyakit yang menyerang para wanita di seluruh dunia.2,3Salah satu masalah
kesehatan reproduksi yang sejak lama menjadi persoalan bagi wanita adalah masalah keputihan.4,5
Keputihan atau yang disebut juga dengan istilah white discharge atau vaginal discharge, atau
leukore atau flour albus. 6 Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina yang
dapat menyebabkan rasa gatal di area kewanitaan.7 Keputihan ada yang bersifat fisiologis dan
patologis. Keputihan bersifat fisiologis yaitu keputihan yang timbul akibat proses alami dalam
tubuh. Keputihan bersifat patologis yaitu keputihan yang timbul karena infeksi dari jamur, bakteri
dan virus. Keputihan patologis merupakan tanda dari adanya kelainan alat repoduksi sehingga
jumlah, warna, dan baunya perlu diperhatikan. Keputihan patologis yang tidak tertangani dengan
baik dan dialami dalam waktu yang lama akan berdampak pada terjadinya infeksi saluran
reproduksi.6 2 Pribakti dalam Kursani menyebutkan data penelitian tentang kesehatan reproduksi
wanita menunjukan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur
hidup dan 45% diantaranya bisa mengalami sebanyak dua kali atau lebih.8,9Data statistik Jawa
Tengah tahun 2010 menunjukkan bahwa 45% remaja putri mengalami keputihan.10 Keputihan
dapat disebabkan oleh beberapa faktor pencetus. Keputihan fisiologis dapat disebabkan beberapa
faktor seperti : Bayi yang baru lahir kira-kira 10 hari, keputihan ini disebabkan oleh pengaruh
hormon estrogen dari ibunya; Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, keadaan
ini ditunjang oleh hormon estrogen; Masa di sekitar ovulasi karena poduksi kelenjar-kelenjar rahim
dan pengaruh dari hormon estrogen serta progesterone; Seorang wanita yang terangsang secara
seksual; Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke vagina dan mulut rahim,
serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina; Akseptor kontrasepsi pil yang mengandung
hormon estrogen dan progesteron yang dapat meningkatkan lendir servik menjadi lebih encer;
Kelelahan fisik.6 Keputihan patologis disebabkan oleh dua faktor pencetus yaitu faktor infeksi dan
non-infeksi. Faktor infeksi diakibatkan karena bakteri, jamur, parasit dan virus. Faktor non-infeksi
bisa diakibatkan karena masuknya benda asing ke vagina, membersihkan daerah vagina yang
kurang bersih, penggunaan celana yang tidak menyerap keringat, jarang 3 mengganti celana dalam
maupun pembalut saat menstruasi dan perawatan saat menstruasi yang kurang benar.4,5
Berdasarkan penelitian Rahayu tahun 2013 menyatakan bahwa faktor penyebab keputihan yang
salah satunya adalah personal hygienedidapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara
personal hygiene dengan keputihan (p value0,021 dan OR=9).Hasil penelitian menunjukkanvulva
hygiene sangat mempengaruhi untuk terjadinya keputihan.11Hasil penelitian lain yang dilakukan
oleh Abrori tahun 2017 menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gerakan
membersihkan vagina (p value0,025), penggunaan pembersih vagina (p value0,002), penggunaan
celana dalam ketat (p value0,007), dan penggunaan toilet umum (p value 0,021) dengan kejadian
keputihan patologis.12 Berdasarkan penelitian Imarotul tahun 2014 menyatakan bahwa pada
remaja putri Sekolah Dasar NegeriPisangan I didapatkan bahwa usia menstruasi pertama terjadi
pada usia 9 tahun (12,5 %), usia 10 tahun (12,5%) dan usia 11 tahun (75%). Personal hygiene
reproduksi remaja putri tersebut mayoritas masih buruk, dimana 100% masih menggunakan sabun
mandi untuk membersihkan vagina dengan alasan supaya bersih dan merasa nyaman, 63% suka
memakai celana dalam yang ketat, 87% mengganti pembalut sebanyak 2-3 kali perhari dan tidak
menggantinya setelah buang air besar maupun buang air kecil, 87% tidak mengeringkan 4 vagina
dengan tisu atau handuk kering setelah membersihkan vagina, serta 87% mengalami gatal-gatal
saat menstruasi.13 Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2017 capaian perilaku hidup bersih sehat
meliputi aktivitas fisik, penggunaan air bersih dan cuci tangan sebelum maupun sesudah
menyentuh alat genetalia sebesar 44,99%, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar
44,03%.14 Data statistik cakupan perilaku hidup bersih sehat di Kabupaten Purworejo tahun 2016
sebesar 76,64 %, cakupan hasil tersebut masih di bawah target yaitu 100%.15 Kebersihan
merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi
kesehatan seseorang.3 Blum dalam Karina menyebutkan bahwa status kesehatan seseorang dapat
dipengaruhi oleh lingkungannya.16 Kehidupan di lingkungan pondok pesantren lebih
mengutamakan keterbatasan dan kesederhanaan. Hal tersebut menjadikan salah satu faktor yang
mempengaruhi kebiasaan berperilaku sehat santri. Aktivitas padat dimulai dari sebelum subuh
hingga sampai kembali tidur sehingga menyebabkan kurang pedulinya santri terhadap kebersihan
dirinya terutama area kemaluan.3 Kementerian Kesehatan sejak tahun 2003 telah mengembangkan
model pelayanan kesehatan yang disebut dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).
Pelayanan kesehatan ini adalah pelayanan konseling dan peningkatan kemampuan remaja dalam
menerapakan Pendidikan dan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS). Kabupaten Purworejo 5
merupakan salah satu kabupaten dengan cakupan 6 puskesmas pelaksana PKPR dari 27 puskesmas
yang ada di Purworejo.17 Puskesmas pelaksana program PKPR melakukan kerjasama dengan
instansi pendidikan dan pondok pesantren untuk meningkatkan derajat kesehatan serta
keterampilan remaja berperilaku hidup sehat. Berdasarkan data statistik Kabupaten Purworejo
Tahun 2016, jumlah remaja perempuan usia 10 – 15 tahun sebanyak 28.769 jiwa. Data statistik
kesehatan Kabupaten Purworejo untuk 10 besar penyakit termasuk IMS, diare, TB dan malaria,
ditemukan sebanyak 8.083 kasus di Kecamatan Gebang.18 Hasil studi pendahuluan yang telah
dilakukan oleh peneliti di Pondok Pesantren An-Nawawi Purworejo bahwa 9 dari 10 sampel santri
putri yang ada di Pondok Pesantren An-Nawawi Purworejo mengeluh sering mengalami keputihan
dan kadang menyebabkan rasa gatal. Beberapa santri putri tersebut menggunakan sabun
pembersih kewanitaan untuk meringankan rasa gatal. Kebiasaan santri putri saat menstruasi jarang
mengganti pembalut ketika menjelang tidur dan hanya mengganti dua kali sehari setelah mandi.
Penyuluhan kesehatan reproduksi sudah pernah dilakukan oleh mahasiswa jurusan kesehatan
masyarakat yaitu tentang Infkesi Menular Seksual (IMS) dan belum pernah diberikan penyuluhan
mengenai perilaku hidup bersih sehat terutama kebersihan organ reproduksi. 6 Berdasarkan latar
belakang masalah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Perilaku
Personal Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Santri Putri Pondok Pesantren AnNawawi
Purworejo”. B. Rumusan Masalah Keputihan adalah masalah kesehatan reproduksi yang masih
dikeluhkan oleh para wanita mulai dari usia remaja hingga menopause. Angka kejadian keputihan di
Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 45%. Keputihan terdiri dari dua jenis, yaitu keputihan fisiologis
dan keputihan patologis. Sejak tahun 2003, pemerintah sudah mengembangkan pelayanan
kesehatan yaitu Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Tujuan dari pelayanan ini adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan bagi remaja dalam berperilaku hidup sehat.
Penelitian Imarotul tahun 2014 di Jawa Barat menunjukkan bahwa remaja usia 10-15 tahun
cenderung berperilaku tidak sehat terutama dalam menjaga kebersihan organ reproduksi.13 Hasil
penelitian Nazirah tahun 2015 di salah satu pondok pesantren di Surabaya menyatakan bahwa
kesadaran santri putri dalam melakukan perawatan organ reproduksi yang baik masih
rendah.19Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah
terdapat hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian keputihan pada santri putri
Pondok Pesantren An-Nawawi Purworejo?” 7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui
hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian keputihan pada santri putri Pondok
Pesantren An-Nawawi Purworejo. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik santri putri Pondok
Pesantren AnNawawi Purworejo meliputi umur terkini dan umur menarche. b. Mengetahui perilaku
personal hygiene santri putri Pondok Pesantren An-Nawawi Purworejo. c. Mengetahui kejadian
keputihan pada santri putri Pondok Pesantren An-Nawawi Purworejo. D. Ruang Lingkup Ruang
lingkup dalam penelitian ini adalah Kesehatan Reproduksi yang berfokus pada perilaku personal
hygiene organ reproduksi yang berkaitan dengan kejadian keputihan. E. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis a. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat dijadikan khasanah ilmu
pengetahuan khususnya ilmu kebidanan yang berhubungan dengan kesehatan 8 reproduksi remaja
yaitu keterkaitan antara perilaku personal hygiene dengan terjadinya keputihan. 2. Manfaat Praktik
a. Bagi Santri Putri Pondok Pesantren An-Nawawi Purworejo Informasi yang diperoleh dapat
digunakan sebagai tambahan wawasan pengetahuan mengenai kebersihan organ kewanitaan para
santri putri. Sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah risiko keputihan
patologis akibat dari perilaku hygiene yang kurang baik. b. Bagi Pengasuh Pondok Pesantren An-
Nawawi Purworejo Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
mengambil kebijakan untuk menyediakan sarana dan prasana yang berguna bagi peningkatan
kesejahteraan kesehatan para santri Pondok Pesantren. Hasil penelitian ini mampu menjadi
landasan pelaksanaan program kegiatan bimbingan, pembinaan dan konseling dalam upaya
meningkatkan kesadaran perilaku personal hygiene. c. Bagi Institusi Prodi Sarjana Terapan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Hasil penelitian ini mampu menambah kepustakaan
yang dapat dimanfaat oleh mahasiswa atau karyawan untuk meningkatkan atau menambah
wawasan mengenai perilaku personal hygiene terutama organ reproduksi. 9 d. Bagi Bidan Wilayah
Kerja Puskesmas Gebang Purworejo Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan
untuk meningkatkan pemberian asuhan kesehatan reproduksi wanita terutama pada program
pelayanan kesehatan reproduksi remaja. e. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat
menambah informasi bagi peneliti mengenai hubungan antara perilaku personal hygiene dengan
kejadian keputihan dan dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya. 10 F. Keaslian
Penelitian Penelitian “Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan Pada Santri Pondok
Pesantren An-Nawawi Purworejo” belum pernah diteliti sebelumnya, akan tetapi peneliti
menemukan penelitian lain yang serupa, yaitu: Tabel 1. Keaslian Penelitian No. Peneliti dan Judul
Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Hasil Penelitian 1. Sri Wahyuni, dkk (2011)
“Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan Remaja Putri di SMA Dharma Wanita 4
Taman Sidoarjo”20 Mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian keputihan remaja
putri SMA Dharma wanita 4 taman sidoarjo Case Control Ada hubungan antara personal hygiene,
penggunaan sabun antiseptik, kebersihan organ kewanitaan, pergantian celana dalam, pergantian
pembalut, dan pergantian pantyliner dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMA Dharma
Wanita 4 Taman Sidoarjo. 2. Ika Tristanti (2016) “Hubungan Perilaku Personal Hygiene Genital
Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kudus”21 Untuk
mengetahui hubungan perilaku personal hygiene genital dengan kejadian keputihan pada siswi MA
Muhammadiyah Kudus Cross Sectional Tidak terdapat hubungan antara perilaku personal hygiene
dengan kejadian keputihan. Hal ini berarti kejadian keputihan yang dialami oleh siswi tidak
disebabkan oleh perilaku personal hygiene yang buruk melainkan oleh sebab yang lain. 3. Ratna
Indriyani, dkk (2012) “Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi MA Al-
Hikmah Aeng Deke Bluto”22 Menganalisis hubungan personal hygiene terhadap kejadian keputihan
pada siswi MA Al- Hikmah Aengdake Bluto Tahun 2012 Cross Sectional Ada hubungan yang
signifikan antara personal hygiene terhadap kejadian keputihan pada siswi MA Al-Hikmah Aengdake
Bluto Tahun 2012. 4. Umi Sa’adatun, dkk (2018) “Personal Hygiene Habits dan Kejadian Flour Albus
Patologis pada Santriwati PP AL-Munawwir, Yogyakarta”3 Mengetahui korelasi antara personal
hygiene habits dengan kejadian fluor albus patologis Cross Sectional Terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara personal hygiene habits dengan kejadian fluor albus patologis
AGREAT PRIA DEWASA

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS (Makalah ini tentang Asuhan Keperawatan


Komunitas Agregat Dewasa Pria)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa , karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Komunitas Agregat Dewasa Pria”. Pada makalah ini kami tampilkan hasil
diskusi kami, kami juga mengambil beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami
lakukan. Kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
kami da lam menyelesaikan makalah ini, diantaranya:

1.Yang terhormat, Dosen mata kuliah Kewirausahaan


2. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses
penyelesaianmak alah ini. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan bagi para pe mbaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam
proses pembelajaran. Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun pembahasan dala m makalah ini, sehingga belum begitu sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki kekurangan- kekurangan tersebut sehingga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

DAFTAR ISI KATA


PENGANTAR ........................................................................................i DAFTAR
ISI .......................................................................................................ii BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar
belakang................................................................................................... 1.2 Rumusan
Masalah............................................................................................. 1.3 Tujuan
Penulisan............................................................................................... BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................... 2.1 Overview
tumbuh kembang dewasa pria............................................. 2.2 Healthy world komunitas
agregat deawasa pria................................... 2.3 Permasalahan kesehatan penyakit
kronik pada dewasa pria............... 2.4 Permasalahan kesehatan reproduksi dewasa
pria................................ 2.5 Proses asuhan keperawatan komunitas pada dewasa
pria.................. 2.6 Promosi prevensi kesehatan pada dewasa
pria................................... 2.7 Program kesehatan padadewasa
pria.................................................. 2.8 Analisis jurnal agregat dewasa
pria..................................................... 2.9
Lampiran............................................................................................ BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 3.2
Saran .................................................................................................................. DAFTAR
PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Komunitas adalah suatu kelompok populasi yang tinggal disutu kawasan tertentu, berada
dibawah suatu pengaturan dan memiliki nilai atau interes serta kebutuhan tertentu pula. Konsep
yang utama adalah konsep geografi (kawasan) dan adanya interaksi (Tamher, 2014, halaman 99).
Kesehatan merupakansebuah kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap orang. Teori klasik
H.L.Bloom menyatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan secara berturut-turut
yaitu :

1. Gaya hidup,

2. Lingkungan (sosial,ekonomi,budaya,politik

3. Pelayanan kesehatan dan,

4. Faktor genetik.

Keempat determinan tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi status kesehatan


seseorang, yang nantinya akan berpengaruh pada kesehatan komunitas. Kesehatan yang optimal
bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan
khususnya keperawatan komunitas, yang lebih menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan
dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dan keperawatan, dengantidak
melupakan upaya-upaya pengobatan dan perawatan serta pemulihan bagi yang sedang menderita
penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit Didalam komunitas masyarakat
suatu daerah bila diklasifikasikan berdasarkan kelompok khusus, salah satu konidisi kesehatan
rentan terganggu adalah kelompok dwwasa. Salah satuupaya yang dilaksanakan adalah
menigkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan melkukan kegiatan keperawatan pada
komunitas atau masyarakat yang didalamnya terdapat kelompok khusus dewasa. Dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif)
dan pencegahan penyakit (preventif) disemua tingkatan pencegahan (levels of prevention).

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tumbuh kembang dewasa pria?


2. Bagaimana healthy world komunitas pada agregat dewasa pria?
3. Apa saja permasalahan kesehatan penyakit kronik pada dewasa pria?
4. Apa saja permasalahan kesehatan reproduksi dewasa pria?
5. Bagaimana proses asuhan keperawatan komunitas pada dewasa pria?
6. Bagaimana promosi prevensi kesehatan pada dewasa pria?
7. Apa saja program kesehatan pada dewasa pria? 8. Bagaimna analisis jurnal di agregat
dewasa pria?
I.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui bagaimana tumbuh kembang dewasa pria


2. Untuk mengetahui healthy world pada komunitas agregat dewasa pria
3. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan penyakit kronik pada dewasa pria
4. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan reproduksi pada dewasa pria
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada dewasa pria
6. Untuk mengetahui promosi prevensi kesehatan pada dewasa pria
7. Untuk mengetahui program kesehatn pada dewasa pria
8. Untuk mengetahui analisis jurnal pada agregat dewasa pria

BAB II PEMBAHASAN 2.

1 Overview Tumbuh Kembang Dewasa (Pria) Pertumbuhan (Growth) dan perkembangan


(Development) memiliki definisi yang sama yaitu

sama-sama mengalami perubahan, namun secara khusus keduanya berbeda. Pertumbuhan


menunjukan perubahan yang bersifat kuantitas sebagai akibat pematangan fisik yang di tandai
dengan makin kompleksnya sistem jaringan otot, sistem syaraf serta fungsi sistemorgan tubuh
lainnya dan dapat di ukur (Yuniarti, 2015). Masa dewasa dapat ditinjau dari 2 sisi, yaitu :

a. Sisi Biologis. Suatu periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian
kematangan tubuh secara optimal dan kesiapan bereproduksi (berketurunan).

b. Sisi Psikologis. Periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan ciri-ciri kedewasaan
atau kematangan, diantaranya : emotional stability, sense of reality, tidak menyalahkan orang
lain jika menghadapi kegagalan, toleransi dan optimistis. Status kesehatan seseorang sangat
berkaitan dengan seberapa jauh pola kebiasaan perilakuorang tersebut. Kebiasaan perilaku yang
sehat akan memberi pengaruh positif padakesehatannya, sebaliknya kebiasaan yang salah
cenderung memberi dampak negatif. Akibatnya,individu mudah terserang penyakit. Kasl &
Cobb (dalam Sarafino, 1994) mengemukakan tiga jenis upaya individu untuk mengatasi suatu
penyakit dan menipertahankan taraf kesehatan, yakni:

1) Health behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan individu yang diyakini akan
dapatmembangun kesehatannya dengan cara mencegah suatu penyakit atau menanggulangi
ganggu-an penyakitnya.

2) Illness behavior adalahaktivitas-aktivitas yang dilakukan orang yang sakit, guna


memperolehinformasi, nasihat atau cara penyembuhannya agar dirinya sehat kembali.

3) Sick role behavior adalah aktivitas yang dilakukan individu untuk proses penyembuhan
darirasa sakitnya.Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan utama
minimum. Akan tetapi,gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada resiko penyakit
atau kecacatan selamamasa dewasa tengah atau akhir. Dewasa tengah mungkin juga
rentan secara
genetic terhadap penyakit kronis tertentu seperti DM dan hiperkolesterolemia keturunan
(Price dan Wilson, 1992)Faktor resiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari
komunitas, gaya hidup dan riwayatkeluarga. Factor-faktor ini mempunyai kategori
sebagai berikut: a) Kematian dan cedera karena kekerasan b) Penyalahgunaan zat c)
Kehamilan yang tidak diinginkan d) Penyakit menular seksual e) Factor lingkungan dan
pekerjaan f) Gaya hidup 2.2 Permasalahan Kesehatan Penyakit Kronik Hasil Riskesdas
2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika
dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis,
diabetes melitus, dan hipertensi. Dijelaskan Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Siswanto, prevalensi kanker naik dari 1,4 persen
(Riskesdas 2013) menjadi 1,8 persen di 2018 dengan prevalensi tertinggi di Provinsi DI
Yogyakarta. Begitu pula dengan prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9
persen, sementara penyakit ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen.
Berdasarkan pemeriksaan gula darah, prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen
menjadi 8,5 persen; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8
persen menjadi 34,1 persen. 

Kardiovaskular Penyakit kardiovaskular (PKV) adalah penyakit yang disebabkan


gangguan fungsi

jantung dan pembuluh darah. Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung koroner
merupakan masalah kesehatanutama di negara maju dan negara berkembang. Di
Amerika Serikat, penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian pertama
dengan Coronary Heart Desease (CHD) (43,8%) adalah penyebab utama kematian
diikuti dengan stroke (16,8%), hipertensi (9,4%), gagal jantung (9%), penyakit pada
arteri (3,1%), dan PKV lainnya. Tiga faktor risiko utama untuk PKV yaitu tekanan darah
tinggi, kolesterol tinggi, dan merokok (Benjamin, et al., 2018). Secara global, di
Indonesia tidak jauh berbeda. PKV juga merupakan penyebab kematian pertama,
termasuk di NTB walaupun masih di bawah angka prevalensi PKV di Indonesia (h
(2014). Keperawatan medikal bedah: manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan
(Edisi 8; Buku 2) Singapore: Elsevier Efendi, F. 2009. Keperawatan kesehatan
komunitas : teori dan praktek dalam keperawatan , Jakarta: Salemba Medika Judit Ann
Alender. Community Health Nursing. 2010 Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams &
Wilkins.

Bulechek, Gloria m.dkk.2015.Nursing Interventions Cassifiction NIC. Edisi VI Ahli


Bahasa: Intrasi Nurjannah. Elesiver : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai