Anda di halaman 1dari 11

Pola Perilaku Personal Hygiene Pada Daerah Kewanitaan Terhadap Keputihan

Pada Remaja Putri Usia 16-18 Tahun di SMUN 4 BALIKPAPAN

Novi Pasiriani

Intisari
Latar belakang : Keputihan atau Fluor Albus merupakan suatu gejala gangguan alat
kelamin yang dialami oleh wanita, berupa keluarnya cairan putih kekuningan atau putih
kelabu dari vagina.
Tujuan penelitian : tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara personal
hygiene pada daerah kewanitaan dengan keputihan pada remaja putri usia 16-18 tahun di
SMUN 4 BALIKPAPAN tahun 2021
Desain penelitian : desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini menggunakan data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa putri usia 16-18 tahun di SMUN 4 BALIKPAPAN. Teknik pengambilan
sampel dengan metode random sampling sebanyak 136 siswi.
Hasil penelitian : hasil penelitian diperoleh terdapat hubungan bermakna antara pola
perilaku personal hygiene pada organ kewanitaan terhadap keputihan pada remaja putri
usia 16-18 tahun di SMUN 4 BALIKPAPAN (p-value=0,00) dengan nilai α=0,05.
Kesimpulan penelitian : kejadian keputihan dipengaruhi oleh pola perilaku personal
hygiene pada daerah kewanitaan yang kurang baik.
Saran : perlunya meningkatkan pengetahuan tentang personal hygiene agar dapat
menerapkan perilaku personal hygiene yang benar dan mencegah terjadinya keputihan.

Kata Kunci : remaja, perilaku, kejadian keputihan

1. Dosen jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Poltekkes Kemenkes Kaltim


Personal Hygiene Behavior in Female Areas Against Whiteness in Young Women Age 16-18 Years at
SMUN 4 BALIKPAPAN

Novi Pasiriani

Abstract

Background: Whitish or Fluor Albus is a symptom of genital disorders experienced by women, in the
form of a white discharge of yellowish or grayish white from the vagina.
The purpose of this study: the purpose of this study to determine the relationship between personal
hygiene in the feminine area with whiteness in adolescent girls aged 16-18 years in SMUN 4
BALIKPAPAN in 2021
Research design: This research design is analytical with cross sectional approach. This study uses
primary data. The population in this study were all 16-18 year old girls in SMUN 4 BALIKPAPAN.
Technique of sampling with random sampling method as much as 136 student.
The result of the research showed that there was a significant correlation between the pattern of
personal hygiene behavior on female organs on whites of 16-18 year old girls in SMUN 4
BALIKPAPAN (p-value = 0,00) with α = 0,05.
The conclusion of the study: the incidence of whiteness is influenced by the pattern of personal
hygiene behavior in the feminine area is less good.
Suggestion: the need to increase knowledge about personal hygiene in order to apply proper personal
hygiene behavior and prevent the occurence of vaginal discharge.

Keywords: adolescent, behavior, whiteness event.

1. Lecturer of nursing department Poltekkes Kemenkes East Kalimantan

Poltekkes Kemenkes Kaltim


PENDAHULUAN terjadi karena infeksi yang disebabkan
oleh bakteri, virus dan jamur. Keputihan
Kesehatan reproduksi adalah dapat dialami oleh setiap wanita.
suatu keadaan sehat secara menyeluruh Keputihan yang keluar berupa cairan
mencakup fisik, mental, dan kehidupan putih ini biasanya berbau tidak sedap
sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi dan menimbulkan rasa gatal di sekitar
serta proses reproduksi yang pemikiran vagina (Tjitraresmi, 2010).
kesehatan reproduksi bukannya kondisi Penyebab utama keputihan
yang bebas dari penyakit melainkan adalah jamur Candida albicans. Jamur
bagaimana seseorang dapat memiliki ini mudah tumbuh pada media saboroud
kehidupan seksual yang aman dan membentuk koloni dengan sifat-sifat
memuaskan sebelum dan sesudah yang khas yakni menonjol pada
menikah (Depkes RI, 2000). Perubahan permukaan medium, koloni halus, licin,
psikologis yang terjadi pada remaja dan berwarna kekuningan. Candida
meliputi intelektual, kehidupan emosi, albicans dapat tumbuh pada tubuh
dan kehidupan sosial. Perubahan fisik manusia sebagai saprofit atau parasit di
mencakup organ seksual yaitu alat-alat dalam pencernaan, pernapasan atau
reproduksi sudah mencapai kematangan vagina orang sehat. Pada keadaan
dan mulai berfungsi dengan baik tertentu sifat jamur ini dapat berubah
(Sarwono, 2006). menjadi pathogen menyebabkan
Masa remaja adalah masa keputihan (Ganda, 2010)
peralihan dari masa kanak-kanak Keputihan (Fluor Albus) yang
menuju masa dewasa, dimana fisiologis tidak memberi dampak pada
pertumbuhannya sangat pesat termasuk wanita. Keputihan yang memberi
fungsi reproduksi, sehinga terjadi dampak pada wanita yaitu keputihan
perubahan-perubahan perkembangan yang bersifat patologis. Dengan adanya
baik mental, fisik maupun sosial keputihan, wanita merasa tidak nyaman
(Kumalasari & Andhyantoro, 2012). karena menunjukkan keluhan berbau
Remaja juga merupakan kelompok busuk, gatal, vulva terasa seperti
masyarakat yang paling sering memiliki terbakar. Apabila keputihan tidak diobati
masalah mulai dari masalah sosial, maka infeksi dapat menjalar ke rongga
perilaku hingga kesehatan reproduksi rahim kemudian sampai ke indung telur
(BKKBN, 2006). Personal hygiene dan akhirnya sampai ke rongga panggul.
organ reproduksi merupakan suatu Banyak ditemukan wanita yang
tindakan perorangan diperlukan untuk menderita keputihan yang kronik
memperoleh kenyamanan individu, menjadi mandul (Jones, 2005)
keamanan dan kesehatan organ Keputihan dapat dicegah dengan
reproduksi. Personal hygiene sangat selalu mencuci daerah kewanitaan
penting dilakukan untuk kesejahteraan dengan air bersih setelah buang air,
fisik dan psikis individu (Potter dan menjaga daerah kewanitaan tetap kering,
Perry, 2005). dan memotong bulu kemaluan secara
Keputihan atau Fluor Albus berkala (Sallika, 2010). Sedangkan
merupakan suatu gejala gangguan alat penanganan yang dapat dilakukan
kelamin yang dialami oleh wanita, adalah melakukan pemeriksaan dengan
berupa keluarnya cairan putih alat tertentu untuk mendapatkan
kekuningan atau putih kelabu dari gambaran alat kelamin yang lebih baik,
vagina. Secara normal, wanita dapat merencanakan pengobatan setelah
mengalami keputihan. Namun perlu melihat kelainan yang ditemukan, dan
diwaspadai bahwa keputihan juga dapat obat penawar misalnya betadine vaginal

Poltekkes Kemenkes Kaltim


kit, Intima, Dettol, yang sekadar Di Indonesia, wanita yang
membersihkan cairan keputihan dari mengalami keputihan ini sangat besar,
liang senggama, tapi tidak membunuh 75 % wanita Indonesia pasti mengalami
kuman penyebabnya (Nenk, 2009). keputihan minimal satu kali dalam
Personal hygiene yang rendah hidupnya. Angka ini berbeda tajam
terhadap organ reproduksi akan memicu dengan Eropa yang hanya 25 % saja.
adanya infeksi. Dimana salah satu Kondisi cuaca Indonesia yang lembab
infeksi yang sering dialami oleh remaja menjadi salah satu penyebab banyaknya
adalah keputihan. Pencegahan/edukasi wanita Indonesia yang mengalami
yang dapat diberikan yaitu:. Menyeka keputihan, hal ini berbeda dengan Eropa
daerah kelamin dari depan ke belakang, yang hawanya kering sehingga wanita
mencuci daerah kelamin dengan air dapat tidak mudah terinfeksi jamur
hangat, menghindari sabun atau produk (Elistiawaty, 2006). Keputihan patologis
kesehatan feminism, menghindari krim dapat juga disebabkan karena kurangnya
steroid (kecuali diresepkan), memakai perawatan remaja putri terhadap alat
celana dalam katun, menghindari genetalia seperti mencuci vagina dengan
pemakaian celana ketat, hindari air yang tergenang di ember,
pemakaian bedak pada organ menggunakan pembilas secara
kewanitaan dengan tujuan agar vagina berlebihan, memakai celana dengan
harum dan kering sepanjang hari. Bedak bahan yang tidak menyerap keringat,
memiliki partikel halus yang mudah jarang mengganti celana dalam, dan tak
terselip disana-sini dna akhirnya sering mengganti pembalut saat
mengandung jamur dan bakteri untuk menstruasi (Aulia, 2012).
bersarang ditempat itu, jaga kesterilan Data WHO (2007)
alat vital. Pastikan tissue basah atau menyebutkan, angka prevalensi tahun
produk pantyliner harus betul-betul 2006, 25% - 50% candidiasis, 20%–40%
steril, selalu keringkan bagian dalam bacterial vaginosis dan 5%–15%
vagina sebelum berpakaian (Ramayanti, trichomoniasis. Di Indonesia kejadian
2004). keputihan semakin meningkat. Hasil
Berdasarkan penelitian yang penelitian menyebutkan bahwa tahun
diadakan di SMU Muhammadiyah 1 2002, 50% wanita Indonesia pernah
Metro oleh Prasetyowati (2009) dengan mengalami keputihan, kemudian pada
sampel sebanyak 80 dinyatakan bahwa tahun 2003 60% wanita pernah
ada hubungan antara personal hygiene mengalami keputihan, sedangkan pada
daerah kewanitaan dengan kejadian tahun 2004, hampir 70% wanita di
keputihan. Hasil menunjukkan bahwa Indonesia pernah mengalami keputihan
prevalensi remaja putri yang mengalami setidaknya sekali dalam hidupnya
keputihan adalah sebesar 75%, proporsi (Prasetyowati, 2009).
personal hygiene daerah kewanitaan Berdasarkan studi pendahuluan
sebagian besar tidak baik (62,5%), yang telah dilakukan di SMUN 4
sebagian besar remaja memakai BALIKPAPAN yang berjumlah 177
antiseptik (60%), pemilihan pakaian siswi, maka penulis tertarik melakukan
dalam sebagian besar tidak baik (85%), penelitian tentang hubungan pola
dalam menjaga kebersihan saat perilaku personal hygiene pada daerah
menstruasi sebagian besar tidak baik kewanitaan terhadap keputihan pada
(77,5%). remaja putri usia 16-18 tahun.

Poltekkes Kemenkes Kaltim


TUJUAN PENELITIAN dengan memberikan lembar pertanyaan
yang harus diisi oleh responden .
a. Mengetahui angka kejadian Uji validitas dan reliabilitas
keputihan pada remaja putri usia dilakukan di SMA N 11 Samarinda
16-18 tahun di SMUN 4 dengan responden berjumlah 30 siswi.
BALIKPAPAN tahun 2021 Hasil uji validitas instrumen penelitian,
b. Mengetahui pola perilaku personal dinyatakan jika hasil corrected item-
hygiene pada daerah kewanitaan total correlation lebih besar dari rtabel
pada remaja putri usia 16-18 tahun (0,444) maka pernyataan dikatakan
di SMUN 4 BALIKPAPAN tahun valid. Dan jika hasil corrected item-total
2021 correlation lebih kecil dari rtabel (0,444)
c. Mengetahui hubungan pola perilaku maka pernyataan dikatakan tidak valid
personal hygiene pada daerah (Notoatmodjo, 2005).
kewanitaan terhadap kejadian Data yang dikumpulkan
keputihan pada remaja putri usia merupakan data primer karena kuesioner
16-18 tahun di SMUN 4 diisi langsung oleh responden. identitas
BALIKPAPAN tahun 2021 dan data dari responden akan
dirahasiakan dan hanya diketahui oleh
METODE PENELITIAN peneliti. Dan data sekunder yang
Desain penelitian yang diambil dari data sekunder yang diambil
digunakan dalam penelitian ini adalah dari data yang diberikan oleh sekolah
observasional analitik dengan SMUN 4 BALIKPAPAN.
pendekatan cross sectional. Penelitian Data yang telah diisi baik oleh
ini menggunakan data primer dan data peneliti mupun oleh responden
sekunder. kemudian diolah dengan menggunakan
Metode penelitian yang langkah-langkah yaitu editing, coding,
digunakan dengan tujuan membuat entry, cleaning.
gambaran hubungan variabel penelitian Etika dalam penelitian ini
hubungan pola perilaku personal adalah Respect for human dignity
hygiene daerah kewanitaan dengan (menghormati harkat dan martabat
kejadian keputihan pada remaja putri. manusia), Respect for privacy and
Penelitian ini dilaksanakan pada confidentialy (menghormati privasi dan
tanggal 20-21 April 2021 Lokasi atau kerahasiaan subyek penelitian), Respect
tempat penelitian dilaksanakan di for justice and inclusiveness (keadilan
SMUN 4 BALIKPAPAN. dan inklusivitas), Balancing harms and
Populasi dalam penelitian ini benefit (manfaat dan kerugian yang
adalah seluruh siswa putri usia 16-18 ditimbulkan).
tahun di SMUN 4 BALIKPAPAN yang Analisa univariat bertujuan
berjumlah 177 siswi. Metode untuk menjelaskan atau
pengambilan sampel menggunakan mendeskripsikan karakteristik masing-
metode random sampling menggunakan masing variabel yang diteliti, yaitu
rumus slovin dengan jumlah 136 siswi. variabel dependen dan variabel
Instrumen yang digunakan independen. Setiap variabel bebas dan
dalam penelitian ini adalah terikat pada penelitian ini dianalisa
mengumpulkan data primer yang denga statistik deskriptif untuk
dilakukan dengan cara angket berupa memperoleh gambaran frekuensi dan
kuesioner yaitu cara pengumpulan data presentasi (Arikunto, 2010).

Poltekkes Kemenkes Kaltim


Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Remaja Putri di SMUN 4
BALIKPAPAN Tahun 2021
USIA FREKUENSI %
16 63 46,3%
17 60 44,1%
18 13 9,6%
Total 136 100%
Sumber: Data Primer 2021

Tabel 4.2. Distribusi Pola Perilaku Personal Hygiene pada Daerah Kewanitaan pada
Remaja Putri Usia 16-18 Tahun di SMUN 4 BALIKPAPAN Tahun 2021

NO. PERILAKU FREKUENSI %


1. BAIK 77 56,6%
2. KURANG 59 43,4%
BAIK
Total 136 100%
Sumber: Data Primer 2021

Tabel 4.3. Distribusi Keputihan pada Remaja Putri Usia 16-18 Tahun di SMUN 4
BALIKPAPAN

NO. KEPUTIHAN FREKUENSI %


1. NORMAL 76 55,9%
2. TIDAK 60 44,1%
NORMAL
Total 136 100%
Sumber: Data Primer 2021

Tabel 4.4. Distribusi Perilaku Personal Hygiene pada Daerah Kewanitaan Terhadap
Keputihan pada Remaja Putri Usia 16-18 Tahun di SMUN 4
BALIKPAPAN.

NO PERILAKU KEJADIAN KEPUTIHAN


PERSONAL p-
HYGIENE NORMAL TIDAK NORMAL TOTAL VALUE
PADA
DAERAH
KEWANITAAN n % n % n %
1 BAIK 76 55,9% 1 73,5% 77 56,6%
KURANG 0,00
2 BAIK 0 0% 59 43,4% 59 43,4%
Sumber: Data Primer 2021 personal hygiene terhadap
kejadian keputihan di SMA N
Hasil uji statistik 4 Balikpapan ditujukan pada
mengenai hubungan perilaku

Poltekkes Kemenkes Kaltim


tabel 4.4. diketahui dari 59 Berdasarkan hasil penelitian ini,
responden dengan perilaku menunjukkan terdapat hubungan
Kurang baik hampir bermakna antara perilaku menjaga
sebagian (43,4%) mengalami kebersihan pada daerah kewanitaan
keputihan tidak normal, dengan kejadian keputihan pada remaja
sedangkan dari 77 respoden putri usia 16-18 tahun dengan nilai
dengan perilaku baik hanya 1 p=0,00 (p-value≤0,05).
responden (0,7%) mengalami
keputihan tidak normal.
haid, lendir, dan jaringan sel yang
HASIL DAN PEMBAHASAN hancur dari uterus secara berkala,
Hasil penelitian menunjukkan yang akan terjadi kira-kira setiap 28
bahwa jumlah responden tertinggi hari. Hal ini berlangsung terus
adalah pada usia 16 tahun (46,3%), sampai menjelang menopause.
pada usia 17 tahun berjumlah 60 Menopause bisa terjadi sekitar 50
responden (44,1%), dan pada usia an (Widyastuti, 2009).
18 tahun berjumlah 13 responden Menurut peneliti, hal ini sesuai
(9,6%). Hal ini sejalan dengan dengan teori dimana usia 16 tahun
pernyataan dari Thalib (2010) adalah usia remaja yang pada usia
adapun kriteria usia masa remaja tersebut organ reproduksi wanita
awal pada perempuan yaitu 13-15 mengalami kematangan yang ditandai
tahun, kriteria usia masa remaja dengan datangnya haid, sehingga dapat
pertengahan pada perempuan yaitu menimbulkan faktor resiko keputihan.
15-18 tahun. Sedangkan kriteria Dari hasil penelitian pada tabel 4.2.
masa remaja akhir pada perempuan tentang pola perilaku personal hygiene,
yaitu 18-21 tahun. diperoleh sebagian besar perilaku
Hal ini sesuai dengan teori dari responden sehari-hari dalam menjaga
Manuaba (2009) yang menyatakan personal hygiene pada daerah
bahwa usia 16 tahun adalah usia kewanitaan yang baik yaitu berjumlah
remaja pertengahan dan merupakan 77 responden (56,6%) dan perilaku
masa puber yang ditandai dengan responden yang kurang baik yaitu
datangnya haid. Keputihan berjumlah 59 responden (43,4%).
fisiologis muncul pada saat ovulasi, Skinner yang dikutip oleh
rangsangan seksual, menjelang dan Notoatmodjo (2007), merumuskan
sesudah haid, atau pengaruh bahwa perilaku merupakan respon atau
hormone. reaksi seseorang terhadap stimulus
Hasil ini sesuai dengan (rangsangan dari luar). Dan dilihat dari
penelitian sebelumnya oleh bentuk respon terhadap stimulus ini,
Donatila (2011) di SMA N 4 maka perilaku dapat dibedakan menjadi
Semarang, jumlah terbesar usia 16 dua, yaitu perilaku terbuka dan tertutup.
tahun sebanyak 33 responden Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh
(51,6%). Dimana pada usia tersebut faktor keturunan dan lingkungan yang
organ reproduksi mengalami bermula dari pemikiran atas dasar
kematangan. Semua organ pengetahuan hingga pada akhirnya
reproduksi wanita tumbuh selama muncul dalam perilaku (Purwanto,
masa puber. Namun tingkat 2009).
kecepatan antara organ satu dengan Perilaku sendiri juga dipengaruhi
yang lainnya berbeda. Sebagai oleh bermacam-macam faktor, faktor
tanda kematangan organ reproduksi utama yang mempengaruhi perilaku
pada perempuan adalah datangnya adalah sikap, pengetahuan, konsep diri,

Poltekkes Kemenkes Kaltim


kepercayaan, nilai, dan informasi. Selain mengalami keputihan yang tidak normal
itu faktor seperti demografi, misalnya sebanyak 60 responden (44,1%).
status ekonomi, keluarga juga Menurut Manuaba (2007), keputihan
mempengaruhi perubahan perilaku, dan merupakan infeksi jamur candida pada
faktor pendukung yang menentukan genetalia wanita dan disebabkan oleh
keinginan terlaksana seperti sarana, organisme seperti ragi yaitu candida
prasarana, dan keterampilan. Kemudian albicans. Selain itu, Blankast dalam
faktor yang memperkuat perubahan Suparyanto (2011) menyatakan bahwa
perilaku menjaga kebersihan organ keputihan yang berbahaya adalah
reproduksi seseorang dikarenakan keputihan yang tidak normal/patologis.
adanya perilaku dan sikap orang lain Pada penelitian sebelumnya yang
seperti guru, keluarga, teman sebaya, dilakukan oleh Anisa (2013) di daerah
dan lingkungan sekitar lainnya. Pondok Cabe Ilir, didapatkan hasil
(Notoatmodjo, 2010) sebagian besar mengalami keputihan
Berdasarkan penelitian yang tidak normal sebanyak 73 responden
dilakukan sebelumnya tentang perilaku (56,2%) dan hampir sebagian
remaja putri dalam menjaga kebersihan mengalami keputihan normal sebanyak
daerah kewanitaan oleh Anisa (2013) 57 responden (48,3%). Dan penelitian
didapatkan sebanyak 56 responden yang juga dilakukan oleh Donatila
(43,1%) memiliki perilaku baik dalam (2011) di SMA N 4 Semarang, dari total
menjaga kebersihan daerah kewanitaan, 64 responden didapatkan hasil hampir
sedangkan 74 responden (56,9%) seluruhnya mengalami keputihan
memiliki perilaku buruk. Pengetahuan sebanyak 62 responden (96,9%) dan
yang baik akan menghasilkan sikap dan sebagian kecil tidak mengalami
pemahaman yang baik yang kemudian keputihan sebanyak 2 responden (3,1%).
dapat melahirkan perilaku yang positif Menurut peneliti, penyebab
(Marista, 2012). terjadinya keputihan adalah karena
Menurut peneliti, kurangnya perilaku yang kurang baik dalam
pemberian informasi mengenai menjaga kebersihan daerah kewanitaan,
pendidikan kesehatan tentang menjaga kurangnya kesadaran dalam menjaga
kebersihan daerah kewanitaan kebersihan kamar mandi, serta
menyebabkan responden memiliki penggunaan air yang kurang bersih.
perilaku yang kurang baik dalam Dari hasil analisis bivariat pada
menjaga kebersihan daerah kewanitaan tabel 4.4., didapatkan hasil uji statistik
seperti tidak mencuci daerah kewanitaan mengenai hubungan perilaku personal
dari arah depan ke belakang, tidak hygiene terhadap kejadian keputihan di
menggunakan celana dalam berbahan SMUN 4 BALIKPAPAN ditujukan pada
katun, tidak rutin mengganti celana tabel 4.4. diketahui dari 59 responden
dalam dan pantyliner, dan tidak dengan perilaku kurang baik hampir
mencukur rambut kemaluan secara sebagian (43,4%) mengalami keputihan
berkala, sehingga dapat menyebabkan tidak normal, sedangkan dari 77
terjadinya keputihan yang tidak normal respoden dengan perilaku baik hanya 1
yang ditandai dengan keputihan yang responden (0,7%) mengalami keputihan
gatal dan berbau tidak sedap. tidak normal. Berdasarkan hasil
Dari hasil penelitian pada tabel 4.3., penelitian ini, menunjukkan terdapat
kejadian keputihan pada remaja putri di hubungan bermakna antara perilaku
SMUN 4 BALIKPAPAN, didapatkan menjaga kebersihan pada daerah
hasil sebagian besar responden kewanitaan dengan kejadian keputihan
mengalami keputihan yang normal pada remaja putri usia 16-18 tahun
sebanyak 76 responden (55,9%) dan dengan nilai p=0,00 (p-value≤0,05).
responden

Poltekkes Kemenkes Kaltim


Hasil penelitian ini sejalan dengan kejadian keputihan di daerah Pondok
teori Sibagariang E. (2010) yang Cabe Ilir dan diketahui dari 74
menyatakan bahwa keputihan yang responden dengan perilaku buruk,
patologis terjadi disebabkan oleh infeksi 59,5% mengalami keputihan tidak
oleh jamur yang bisa disebabkan karena normal, sedangkan dari 56 responden
pemakaian obat antibiotika atau dengan perilaku baik, 51,8% mengalami
kortikosteroid yang lama, kehamilan, keputihan tidak normal. Berdasarkan
kontrasepsi hormonal, penyakit diabetes hasil penelitian ini, menunjukkan tidak
mellitus, penurunan kekebalan tubuh terdapat hubungan yang bermakna
karena penyakit kronis, selalu memakai antara perilaku menjaga vaginal hygiene
pakaian ketat dan dari bahan yang sukar dengan kejadian keputihan pada remaja
menyerap keringat, bakteri, parasit, dan putri di daerah Pondok Cabe, dengan
virus. Serta kelainan alat kelamin atau nilai p: 0.383 (p-Value≥0.05). Perbedaan
bawaan, benda asing, kanker, dan hasil ini bisa disebabkan oleh beberapa
menopause. faktor seperti perilaku dan demografi.
Selain itu, keputihan patologis Pada hasil uji statistik didapatkan
merupakan cairan eksudat dan cairan ini hasil responden dengan perilaku baik
mengandung banyak leukosit. Eksudat namun mengalami keputihan yang tidak
yang terjadi karena adanya luka, cairan normal sebanyak 1 responden (0,7%),
yang muncul berwarna, jumlahnya menurut peneliti hal ini disebabkan oleh
berlebihan, berbau tidak sedap, terasa selain faktor pengetahuan dan perilaku,
gatal atau panas dan menyebabkan luka keputihan terjadi karena faktor
di daerah mulut vagina (Sibagariang E. lingkungan yang kurang bersih.
2010). Keputihan patologis muncul Menurut peneliti, keputihan
karena infeksi vagina, keganasan patologis yang dialami responden
reproduksi, bisa juga karena benda asing disebabkan oleh perilaku yang kurang
dalam vagina (Manuaba, 2009). baik karena kurangnya pengetahuan
Keputihan diakibatkan oleh tentang menjaga personal hygiene pada
perubahan pH disekitar alat genital yang daerah kewanitaan. Perilaku sendiri juga
awalnya bersifat asam menjadi lebih dipengaruhi oleh bermacam-macam
basa. pH asam pada genital wanita faktor, faktor utama yang mempengaruhi
berfungsi sebagai mekanisme pertahan perilaku adalah sikap, pengetahuan,
alat genital terhadap patogen-patogen konsep diri, kepercayaan, nilai, dan
didaerah tersebut, pH yang berubah informasi. Selain itu faktor seperti
menajdi basa tidak hanya menyebabkan demografi, misalnya status ekonomi,
patogen bisa menginvasi daerah genital keluarga juga mempengaruhi perubahan
tetapi juga flora-flora normal yang ada perilaku, dan faktor pendukung yang
pada daerah genital menjadi bersifat menentukan keinginan terlaksana seperti
patogen. Adanya kedaan ini sarana, prasarana, dan keterampilan.
menyebabkan vagina mengeluarkan Kemudian faktor yang memperkuat
sekret yang tergantung kepada penyebab perubahan perilaku menjaga kebersihan
ataupun mikroorganisme yang organ reproduksi seseorang dikarenakan
menyebabkan keputihan. Manifestasi adanya perilaku dan sikap orang lain
dari keputihan tergantung kepada seperti guru, keluarga, teman sebaya,
penyebab keputihan (Sibagariang E, dan lingkungan sekitar lainnya.
2010).
Pada penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Anisa (2013) hasil
uji statistik mengenai hubungan perilaku
menjaga vaginal hygiene terhadap

Poltekkes Kemenkes Kaltim


KESIMPULAN mengadakan seminar kesehatan atau
penyuluhan pendidikan kesehatan
1. Angka kejadian keputihan pada khususnya tentang personal hygiene
remaja putri usia 16-18 tahun di pada remaja.
SMUN 4 BALIKPAPAN tahun 2021 4. Bagi masyarakat
yaitu sebagian besar mengalami Masyarakat khususnya remaja putri
keputihan yang normal sebanyak 76 perlu terus meningkatkan
responden (55,9%) dan hampir pengetahuan tentang personal
sebagian responden remaja putri hygiene pada daerah kewanitaan agar
mengalami keputihan tidak normal dapat menerapkan perilaku personal
sebanyak 60 responden (44,1%). hygiene yang benar dan mencegah
2. Pola perilaku personal hygiene pada terjadinya keputihan.
daerah kewanitaan pada remaja putri 5. Bagi Puskesmas
usia 16-18 tahun di SMUN 4 Diharapkan dapat melakukan
BALIKPAPAN yaitu sebagian besar pembinaan dalam memberikan
responden remaja putri berperilaku pendidikan kesehatan tentang
dengan baik sebanyak 77 responden personal hygiene pada remaja remaja
(56,6%) dan hampir sebagian putri melalui Usaha Kesehatan
responden remaja putri berperilaku Sekolah.
dengan kurang baik sebanyak 59
responden (43,3%). DAFTAR PUSTAKA
3. Terdapat hubungan bermakna antara
pola perilaku personal hygiene Anisa Adi Kurniawati, 2014. Perbedaan
terhadap keputihan pada remaja putri Pengaruh Media Pendidikan
pada usia 16-18 tahun di SMUN 4 Kesehatan Leaflet Dengan Short
BALIKPAPAN Tahun 2021 dengan Message Service (SMS)
nilai p=0,00 (p-Value≤0,05). Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Remaja Putri Tentang
SARAN Personal Hygiene, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
1. Bagi Peneliti Annisa Nurhayati, 2013, Hubungan
Diharapkan di masa yang akan Pengetahuan, Sikap, dan
datang dapat digunakan sebagai salah Perilaku Vaginal Hygiene
satu sumber data untuk penelitian terhadap Kejadian Keputihan
selanjutnya dan dilakukan penelitian Patologis pada Remaja Putri
lebih lanjut berdasarkan faktor Usia 13-17 Tahun di Daerah
lainnya, variabel yang berbeda, dan Pondok Cabe Ilir.
desain penelitian yang lebih tepat. Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur
2. Bagi bidan/profesi Penelitian Suatu Pendekatan
Diharapkan dapat menjadi pelopor Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
bagi tenaga kesehatan untuk Hidayat, AAA. 2014. Metode Penelitian
memberikan pendidikan kesehatan Kebidanan dan Teknik Analisa
pada remaja tentang pentingnya Data. Jakarta: Salemba Medika.
menjaga kesehatan reproduksi. Notoatmodjo S. Pendidikan dan
3. Bagi instansi pendidikan perilaku kesehatan. Jakarta: PT
Instusi pendidikan sebaiknya dapat Rineka Cipta; 2003.
memberikan pendidikan kesehatan Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.
mengenai personal hygiene secara Metodologi Penelitian
rutin kepada siswa-siswi Kesehatan. Jakarta : Rineka
menggunakan media seperti Cipta.

Poltekkes Kemenkes Kaltim


Prasetyowati, dkk. Hubungan Personal
Hygiene dengan Keputihan Pada
Siswi SMU Muhamadiyah I Metro.
Jurnal Kesehatan vol. 11, 2009
Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar.
Surakarta: Pustaka Belajar.
Ratna Indriani, 2012, Hubungan Personal
Hygiene dengan Kejadian
Keputihan pada siswi MA AL-
HIKMAH AENG DEKE BLUTO.
Sibagariang dkk. (2010). Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans
Info Media
Widyastuti, Yani dkk. 2009. Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Pustka
Rihama.

Poltekkes Kemenkes Kaltim

Anda mungkin juga menyukai