Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYIEGINE DENGAN TERJADINYA FLOUR

ALBUSE PADA REMAJA SANTRI PUTRI

(BAB II NASKAH PARAFRASE)

Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Metodologi Penelitian Keperawatan yang dibina
oleh:

Ns. Feriana Ira Handian, S.Kep, M.Kep

KARINA INDANA ZULFA


( 1714314201033)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
TAHUN AJARAN 2019 / 2020
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Definisi Keputihan (Flour Albuse)


Keputihan adalah masalah yang sering terjadi pada wanita indonesia, terutama
pada usia remaja. Keputihan sendiri adalah suatu cairan yang keluar dari liang vagina
yang secara sadar maupun tidak sadar baik kental, cair berbau ataupun tidak dengan
warna putih, bening, dan hijau yang di sertai dengan rasa gatal. Setiap wanita hampir
semua pernah mengalami keputihan.
Keputihan dibagi menjadi dua yaitu keputihan secara normal dan keputihan tidak
normal, sedangkan keputihan yang normal merupakan suatu hal yang wajar, masa ini
terjadi sebelum dan sesudah menstruasi sedangkan keputihan yang tidak normal terjadi
pada alat reproduksi yang mengalami peradangan dan infeksi. Di Indonesia sendiri 90%
wanita mengalami keputihan, karena udara di Indonesia sangatlah lembap jadi jamur dan
bakteri sangat mudah berkembang. (Nanlessey, 2013).
Keputihan yang tidak normal merupakan masalah yang sangat serius jika tidak
segera di obati. Keputihan yang tidak normal merupakan tanda dari awal suatu penyakit.
Banyak wanita merasa malu terutama pada remaja jika harus memeriksakan masalah ini
(alat reproduksi) sehinga banyak mereka memilih untuk mengobati sendiri dengan cara
tradisional (meminum jamu) atau membeli obat di apotik tanpa resep dari dokter.
Banyak pula masyarakat menganggap masalah ini sepeleh dan kurangnya informasi dan
pengetahuan sehingga masalah ini banyak yang tidak ditangani secara serius padahal jika
di biarkan masalah ini bisa sangat berbahaya yang bisa menyebabkan kemandulan, hamil
di luar reproduksi dan penyakit reproduksi lain seperti kanker servik, kanker leher rahim
dan juga bisa menyebabkan kematian.

2.2 Etiologi Keputihan (Flour Albuse)


1. Faktor endogen yaitu faktor dari luar seperti masalah pada alat reproduksi
(lubang vagina atau bibir kemaluan.

1
2. Faktor eksogen yaitu faktor dari dalam seperti mengalami infeksi dari lingkungan
ataupun mengalami peradangan yang menyebabkan vagina mengalami gatal dan
pembengkakan.
3. Faktor hormonal yaitu perubahan hormone yang sering berubah-ubah dantidak
menentu.
4. Mencuci vagina dengan air kotor yaitu membilas vagina dengan menggunakan
air kotor atau air yang sudah terinfeksi bakteri atau jamur dengan warna
berkeruhtidak jernih.
5. Melakukan pemeriksaan bagian dalam yaitu melakukan pemeriksaan bagian
dalam vagina yang salah posisi yang bisa menyebabkan peradangan sehingga
menyebabkan keputihan.
6. Melakukan pembilasan vagina yang salah yaitu saat melakukan pembilasan
dengan arah yang salah dan tidak dikeringkan terlebih dahulu.
7. Pemakaian pembilas yang berlebihan yaitu menggunakan antiseptic dengan
pemakain yang tidak sesuai aturan dan menggunakn sabun mandi sebagai
pembilas.
8. Celana yang tidak menyerap keringat yaitu menggunakan pakain/CD dengan
bahan yang tidak bisa menyerap keringat dan terlalu ketat saat dipakai sehingga
tidak ada udara yang masuk dan mengalami kelembapan pada vagina.
9. Penyakit menular seksual yaitu seperti penyakit sifilis, gonorhoe, HPV (Human
papilloma virus), chlamidya dan infeksi HIV

2.3 Perbedaan Keputihan Normal dan Tidak Normal


Pada keputihan yang normal dari warnaya sudah kelihatan yaitu dengan warna
bening, tidak kental, tidak ada bau dan yang keluar tidak terlalu banyak, tidak
mengalami rasa gatal pada daerah vagina. Sedangkan keputihan yang tidak normal
mengalami warna putih agak abu abu , kekuningan dan warna hijau yang di sertau bau
busuk dan amis seperti bau telor yang di sertai rasa gatal hebat dan adanya nyeri pada
bagian perut keluar dengan jumlah yang banyak dan sering.

2
2.4 Pencegahan Keputihan (Flour Albuse)
Menurut (Rahmawati, 2007) beberapa hal dapat dilakuakan untuk mencegah terjadinya
keputihan yaitu:
1. Dengan menjaga kebersihan di daerah kewanitaan yaitu dengan mencukur rambut
kemaluan dengan teratur, membersihkn daerah kemaluan setelah BAB/BAK dan
membilas dengan arah yang benar yaitu dari arah luar ke dalam serta mengeringkan
vagina setelah dengan handuk setelah BAK/BAB.
2. Mengguanakan pakaian atau jenis kain yang mudah meresap keringat tidak ketat
terutama CD.
3. Mengatur gaya hidup yaitu dengan tidak bergaul secara bebas dan menghindari sex
bebas
4. Mengendaikan stress dan olahraga teratur yaitu degan rekreasi atau jalan-jalan dengan
orang terdekat, jika ada masalah bisa di ungkapkan atau di ceritakan pada orang yang
kita percaya agar hati sedikit lega dan mengurangi sedikit beban pikiran. Melakukan
olah raga yang cukup agar sehat secara jasmani dan rohani, badan lebih fit, fikiran
lebih fress, tidak mudah emosi dan meningkatkan stamina tubuh atau daya imun agar
badan tidak mudah terserang infeksi.
Untuk perawatan atau pengobatan keputihan bisa melakukan pemeriksaan
laboratorium dan bisa juga langsung dikonsultasikan kepada dokter untuk menindak
lanjuti masalah ini agar tidak semakin parah. Dan juga bisa kita menggunakan
vaginal toilet atau vaginal douche fungsi keduanya untuk menguras vagina dengan
larutan anti jamur dan antiseptik, sehingga lendir dapat dibersihkan.(Keputihan et al.,
2015)

2.5 Angka Kejadian Keputihan Pada Wanita


Hasil dari BKKBN menyebutkan bahwa jumlah wanita di dunia yang pernah
mengalami keputihan 75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar
25%. Dari sini kita tahu bahwa wanita Indonesia mengalami kerentanan terhadap masalah

3
keputihan, karena indonesia mempunyai iklmi tropis dan udara yang lembap sehinga
jamur lebih mudah berkembang biak. Di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah
mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya bisa
mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Jadi setiap wanita pasti pernah
mengalami keputihan baik secara sadar maupun tidak sadar.

2.6 Pengertian Personal Hygiene


Personal hygiene adalah tindakan untuk mencegah terjadinya penyakit dan tindakan
untuk memelihara kesehatan, melindungi diri agar terhindar dari suatu penyakit.
Seseorang dikatakan memiliki personal Hygiene baik apabila orang tersebut dapat
menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi, dan mulut, rambut
hidung, telinga, kaki, dan kuku seta peralatan genetalia. Menurut (Andira, 2010), Faktor-
faktor yang mempengaruhi personal hygiene yaitu:
1. Body image yaitu gambaran terkait dirinya dalam menjaga kebersihan diri missal jika
ada masalah atau gangguan maka orang itu tidak peduli lagi akan kebersihan dan
kesehatannya.
2. Praktik sosial yaitu pada anak-anak yang sering terlalu di manja maka anak itu tidak
bisa melakukan personal hygiene nya secara mandiri atau bahkan tidak bisa sama
sekali.
3. Status sosial ekonomi yaitu peralatan yang di gunakan dalam melakukan personal
hygiene memerlukan biaya untu membeli alat kebersihan diri, pada orang yang
memiliki sosial ekonomi yang rendah maka orang terebut akan kesulitan dalam
membeli alat itu sehingga mereka menjaga dan tidak peduli akan kesehatanya.
4. Pengetahuan personal hygiene yaitu pengetahuan seseorang terhadap suatu masalah
kesehatan. Bagi seseorang yang memiliki pengetahuan yang kurang maka orang itu
akan kurang juga kemampuan dalam meningkatkan masalah kesehatan dan
kurangnya pengetahuan tentang bagimana cara mencegah terjadinya suatu penyakit.
5. Budaya, sebagian masyarakat memang mempercayai jika individu sakit tertentu maka
tidak boleh dimandikan. Padahal jika individu mengalami sakit maka tindakan yang

4
harus kita berikan adalah dengan melakukan perawatan kebersihan personal hygiene
(mandi, gosok gigi, ganti baju) .
6. Kebiasaan seseorang, kebiasaan ini sangat mempengaruhi seseorang saat melakukan
personal hygiene misalnya kebiasaan saat mandi selalu menggunakan lulur, sabun
antiseptic, hand body, parfum, body mist yang mengunakan produk khusus yang
cocok sesuai jenis kulit mereka dan untuk meningkatkan kesehatan untuk perawatan
mereka.

2.1 Pengertian Remaja


Remaja adalah suatu berubahaya keadaan seseorang yanag di mulai dari usia anak
keusia dewasa/remaja yang memiliki ciri dengan berubahanya organ reproduksi yang
mulai tumbuh matang, berubahnya ukuran dan bentuk tubuh, dan berubahnya tingkat
motorik , psikologis dan emosi seseorang. Pengetahuan remaja tentang perilaku dalam
melakukan personal hygiene sangatlah mempengaruhi terjadinya keputihan karena
mereka banyak yang kurang tau terakait perilaku yang menyebabkan keputihan, dan ada
banyak juga dari mereka yang salah saat melakukan perawatan dalam menjaga
kebersihan dari organ reproduksi terutama dalam prawatan personal hygiene mereka
masih banyak yang tidak tahu dimana mereka menggunkan sabun mandi sebagai
antiseptic untuk mebersihkan daerah organ reproduksi. Banyak permasalahan hygiene
yang sering ditemukan pada lingkungan dengan kepadatan individu/penghuni di sekitar
lingkungan yang meyebabkan terjadinya infeksi yang di akibatkan tumbuhnya jamur,
berkembang biaknya kuman ataupun bakteri dan air yang kotor yang menyebabkan
mereka kurang tau akan dampak/penyebab terjadinya suatu penyaki, seperti pada penjara,
pondok pesantren, dan panti asuhan.
Dampak yang terjadi apabila perilaku personal Hygiene tersebut tidak dilakukan
antara lain remaja putri tidak akan bisa memenuhi kebersihan alat reproduksinya,
penampilan dan kesehatan sewaktu menstruasi juga tidak terjaga, sehingga dapat terkena
infeksi saluran kemih, keputihan, kanker serviks dan kesehatan reproduksi
lainnya(Hikmah & Pekanbaru, 2018)

5
DAFTAR PUSTAKA

Ari, D., Yanti, M., Sulistianingsih, A., & Karani, E. (2016). PUTRI UNTUK MENCEGAH
KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO. XIV(2).

Hikmah, E. L., & Pekanbaru, K. (2018). Riri Maharani 1 , Weni Andriyani 2 1,2. 1(1).

Keputihan, K., Albus, F., & Remaja, P. (2015). Hubungan pengetahuan dan personal hygiene
dengan kejadian keputihan (. XI(1).

Masyarakat, J. K. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Vulva Hygiene Pada


Remaja Putri Panti Asuhan Di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 6(1), 745–752.

Putri, Y. R., Keperawatan, P. S., Kedokteran, F., & Tanjungpura, U. (2016). No Title. Kusmiran,
Eny. (2014). KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN WANITA.Jakarta. Salemba
Medika.

Siwi, Elisabeth Walyani, Amd. Keb.(2015). Asuhan KEBIDANAN Pada KEHAMILAN. Bantul
Yogyakarta. Pustaka Baru

(Ari et al., 2016).

Anda mungkin juga menyukai