perempuan. Secara umum alat atau organ reproduksi wanita dibagi atas dua
bagian yaitu alat kelamin atau genitalia luar dan alat kelamin bagian dalam.
Organ genitalia luar terdiri dari vulva, mons pubis, labia mayora, labia minora,
klitoris, vestibulum, bulbus vestibuli, introitus vagina dan perineum.
5. Gunakan celana dalam yang bersih dan berbahan katun yang mudah
menyerap keringat.
6. Cuci tangan sebelum menyentuh vagina. Tangan yang berada di luar secara
bebas menjadi tempat yang baik untuk menempelnya berbagai kotoran dan
bakteri. Jangan sampai kotoran dan bakteri itu ikut menempel di vagina,
kemudian berkembang biak yang memicu penyakit.
7. Jangan pernah menggunakan handuk milik orang lain untuk mengeringkan
vagina. Bawalah tissue tersendiri saat berpergian.
8. Cukurlah rambut vagina (pubic hair) setidaknya 7 hari sekali dan maksimal
40 hari sekali untuk mengurangi kelembapan di dalam vagina.
9. Pada saat haid, gunakan pembalut yang nyaman, berbahan lembut,
menyerap seluruh darah yang keluar, melekat kuat pada celana dalam, tidak
bocor (anti tembus), dan tidak menimbulkan iritasi atau alergi. Pada saat
perdarahan banyak, gantilah pembalut setidaknya 4-5 kali dalam sehari untuk
menghindari perkembangbiakan bakteri pada pembalut tersebut.
10. Apabila terpaksa menggunakan kloset umum di keramaian misalnya mall
atau bandara, pilih toilet yang tersedia kloset jongkok. Namun karena sekarang
ini sebagian besar menggunakan kloset duduk, maka kita harus membersihkan
permukaan toilet dengan air dan pembersih yang ada di situ, kemudian
keringkan dengan tissue toilet. Setelah itu barulah menggunakan kloset tersebut.
Sebisa mungkin gunakan tissue pribadi untuk mengeringkan vagina (Rohmah,
2014).
Keputihan
Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengelurkan cairan atau
lendir menyerupai nanah. Keputihan tidak selamanya merupakan penyakit
karena ada juga keputihan yang normal. Oleh sebab itu, keputihan dibagi
menjadi dua, yaitu keputihan normal dan tidak normal (Bahari, 2012). Berikut ini
adalah perbedaan keputihan normal dan tidak normal menurut Elmart (2012):
Faktor pembeda
Keputihan normal
Jumlah
Wajar tidak terlalu banyak.
Berlebihan dan terus menerus
Warna
Bening, cenderung tidak berwarna.
Putih susu, kekuningan, kuning kehijauan
Bau
Tidak berbau.
Berbau amis sampai busuk
Gatal
Ttidak menimbulkan rasa gatal
Menimbulkan rasa gatal bahkan sampai perih, juga iritasi
Waktu
Saat hamil, sebelum atau sesudah menstruasi, jika terangsang atau saat
hubungan seksual, dan ketika stres
Tidak spesifik dan terjadinya terus menerus
Yang harus diwaspai adalah keputihan tidak normal, karena merupakan tanda
dari adanya infeksi maupun penyakit pada vagina. Seringkali, keputihan tidak
normal merupakan indikasi vaginitis, yaitu infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Chlamidia trachomatis, Gardanerrella vaginalis, dan Neisseria gonorhoae, jamur
Candida albicans, serta protozoa Trichomonas vaginalis. Infeksi mikroorganisme
tersebut bisa didapatkan saat menggunakan toilet umum. Selain itu, penyebab
lain dari keputihan yaitu pemakaian obat-obatan dalam waktu lama terutama
antibiotik, higienitas yang buruk, terlalu stress sehingga imunitasnya menurun
dan bisa juga karena adanya kanker leher rahim (Sari, 2012).
Untuk mencegah keputihan yang tidak normal adalah dengan selalu menjaga
kebersihan organ reproduksi dan jangan membiarkan vagina dalam kondisi
basah dan lembab setelah mandi ataupun buang air kecil. Keputihan ini jangan
diabaikan karena jika dibiarkan lama tanpa penanganan, keputihan abnormal ini
bisa menyebabkan radang, kanker, kemandulan (infeksi sudah menyebar ke
sistem reproduksi bagian atas sehingga memicu radang dan terjadi
penyumbatan lubang dan saluran sistem reproduksi) serta kelahiran prematur
pada ibu hamil. Hal-hal yang harus selalu diperhatikan bagi orang yang
mengalami keputihan yaitu: Hindari makanan atau minuman dengan kadar gula
tinggi, kurangi minum kopi maupun teh, perbanyak minum air putih dan
memperbaiki gaya hidup serta selalu menjaga kebersihan (Astuti, 2008).
Penanganan untuk mengatasi keputihan yang tidak normal dan mengganggu
aktivitas adalah dengan dikonsultasikan pada dokter untuk mengetahui
penyebab dari keputihan atau dengan vaginal swab. Vaginal swab dilakukan
dengan cara mengambil sampel cairan keputihan kemudian diperiksa di
laboratorium dan diteliti penyebabnya. Setelah diketahui penyebabnya barulah
bisa diatasi dengan obat, misalnya apabila penyebabnya adalah bakteri maka
diberikan antibiotik namun apabila penyebabnya adalah jamur maka diberikan
antijamur, dapat juga diberikan keduanya tergantung pada penyebanya (Bahari,
2012).
2.
ISK