Anda di halaman 1dari 4

Menjaga kesehatan organ reproduksi sangat penting dilakukan, terutama bagi

perempuan. Secara umum alat atau organ reproduksi wanita dibagi atas dua
bagian yaitu alat kelamin atau genitalia luar dan alat kelamin bagian dalam.
Organ genitalia luar terdiri dari vulva, mons pubis, labia mayora, labia minora,
klitoris, vestibulum, bulbus vestibuli, introitus vagina dan perineum.

Organ genitalia wanita bagian luar


Sedangakan organ genitalia bagian dalam terdiri dari uterus, tuba fallopi dan
ovarium.

Organ genitalia wanita bagian dalam


Menjaga kesehatan reproduksi diawali dari menjaga kebersihan vagina
(Handayani, 2011). Vagina sangat sensitif dan rentan terkena infeksi bakteri,
lho.. Apalagi di Indonesia yang merupakan Negara tropis, cuaca seringkali panas
dan membuat kita berkeringat. Kondisi ini akan menambah kadar kelembaban
tubuh kita, terutama pada vagina yang tertutup dan berlipat sehingga
memudahkan bakteri untuk berkembang biak dan menyebabkan gangguan pada
vagina seperti timbulnya bau tak sedap dan infeksi. Karena itulah, sebagai
perempuan, kita harus menjaga kesehatan vagina kita dengan baik, sejak dini.
Berikut ini adalah cara merawat vagina agar tetap bersih dan sehat, serta
terhindar dari kemungkinan timbulnya penyakit:
1. Bersihkan vagina dengan cara membasuh bagian antara bibir vagina
(vulva) secara hati-hati dan perlahan.
2. Cara membasuh vagina yang benar adalah dari arah depan (vagina)
menuju belakang (anus). Bukan sebaliknya karena apabila dibasuh dari arah
belakang, bakteri yang ada di sekitar anus akan ikut terbawa masuk ke vagina.
Keringkan dengan handuk lembut atau tissue tanpa parfum. Baru kenakan
celana kembali.
3. Penggunaan parfum, sabun antiseptik yang keras, maupun penyemprotan
cairan bersih vagina secara berlebihan atau terus-menerus sangat tidak
disarankan. Zat-zat yang ada di dalam bahan-bahan tersebut dapat merusak
keseimbangan normal di dalam vagina serta dapat mengubah keasaman vagina.
Apabila ingin menggunakan sabun untuk vagina, pilih yang pH nya sesuai
dengan keasaman vagina, yaitu 3.8-4.5.
4. Gantilah celana dalam 2-3 kali sehari, terutama bagi kalian yang aktif dan
sangat mudah berkeringat. Sebagai langkah pencegahan agar tidak lembab,
gunakan pantyliners atau pembalut supertipis untuk melapisi vagina dari
kelembapan yang berlebih. Menggunakan pantyliner pun tidak boleh terlalu
sering karena dapat menimbulkan iritasi. Pakai saat sedang aktif melakukan
suatu kegiatan, misalnya ketika ada pelajaran olahraga di sekolah.

5. Gunakan celana dalam yang bersih dan berbahan katun yang mudah
menyerap keringat.
6. Cuci tangan sebelum menyentuh vagina. Tangan yang berada di luar secara
bebas menjadi tempat yang baik untuk menempelnya berbagai kotoran dan
bakteri. Jangan sampai kotoran dan bakteri itu ikut menempel di vagina,
kemudian berkembang biak yang memicu penyakit.
7. Jangan pernah menggunakan handuk milik orang lain untuk mengeringkan
vagina. Bawalah tissue tersendiri saat berpergian.
8. Cukurlah rambut vagina (pubic hair) setidaknya 7 hari sekali dan maksimal
40 hari sekali untuk mengurangi kelembapan di dalam vagina.
9. Pada saat haid, gunakan pembalut yang nyaman, berbahan lembut,
menyerap seluruh darah yang keluar, melekat kuat pada celana dalam, tidak
bocor (anti tembus), dan tidak menimbulkan iritasi atau alergi. Pada saat
perdarahan banyak, gantilah pembalut setidaknya 4-5 kali dalam sehari untuk
menghindari perkembangbiakan bakteri pada pembalut tersebut.
10. Apabila terpaksa menggunakan kloset umum di keramaian misalnya mall
atau bandara, pilih toilet yang tersedia kloset jongkok. Namun karena sekarang
ini sebagian besar menggunakan kloset duduk, maka kita harus membersihkan
permukaan toilet dengan air dan pembersih yang ada di situ, kemudian
keringkan dengan tissue toilet. Setelah itu barulah menggunakan kloset tersebut.
Sebisa mungkin gunakan tissue pribadi untuk mengeringkan vagina (Rohmah,
2014).

Menjaga kebersihan vagina dengan langkah-langkah seperti di atas sangatlah


penting dan harus diperhatikan karena vagina mudah terkena penyakit dan
infeksi antara lain sebagai berikut:
1.

Keputihan

Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengelurkan cairan atau
lendir menyerupai nanah. Keputihan tidak selamanya merupakan penyakit
karena ada juga keputihan yang normal. Oleh sebab itu, keputihan dibagi
menjadi dua, yaitu keputihan normal dan tidak normal (Bahari, 2012). Berikut ini
adalah perbedaan keputihan normal dan tidak normal menurut Elmart (2012):
Faktor pembeda
Keputihan normal

Keputihan tidak normal

Jumlah
Wajar tidak terlalu banyak.
Berlebihan dan terus menerus
Warna
Bening, cenderung tidak berwarna.
Putih susu, kekuningan, kuning kehijauan
Bau
Tidak berbau.
Berbau amis sampai busuk
Gatal
Ttidak menimbulkan rasa gatal
Menimbulkan rasa gatal bahkan sampai perih, juga iritasi
Waktu
Saat hamil, sebelum atau sesudah menstruasi, jika terangsang atau saat
hubungan seksual, dan ketika stres
Tidak spesifik dan terjadinya terus menerus
Yang harus diwaspai adalah keputihan tidak normal, karena merupakan tanda
dari adanya infeksi maupun penyakit pada vagina. Seringkali, keputihan tidak
normal merupakan indikasi vaginitis, yaitu infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Chlamidia trachomatis, Gardanerrella vaginalis, dan Neisseria gonorhoae, jamur
Candida albicans, serta protozoa Trichomonas vaginalis. Infeksi mikroorganisme
tersebut bisa didapatkan saat menggunakan toilet umum. Selain itu, penyebab
lain dari keputihan yaitu pemakaian obat-obatan dalam waktu lama terutama
antibiotik, higienitas yang buruk, terlalu stress sehingga imunitasnya menurun
dan bisa juga karena adanya kanker leher rahim (Sari, 2012).
Untuk mencegah keputihan yang tidak normal adalah dengan selalu menjaga
kebersihan organ reproduksi dan jangan membiarkan vagina dalam kondisi
basah dan lembab setelah mandi ataupun buang air kecil. Keputihan ini jangan
diabaikan karena jika dibiarkan lama tanpa penanganan, keputihan abnormal ini
bisa menyebabkan radang, kanker, kemandulan (infeksi sudah menyebar ke
sistem reproduksi bagian atas sehingga memicu radang dan terjadi
penyumbatan lubang dan saluran sistem reproduksi) serta kelahiran prematur
pada ibu hamil. Hal-hal yang harus selalu diperhatikan bagi orang yang

mengalami keputihan yaitu: Hindari makanan atau minuman dengan kadar gula
tinggi, kurangi minum kopi maupun teh, perbanyak minum air putih dan
memperbaiki gaya hidup serta selalu menjaga kebersihan (Astuti, 2008).
Penanganan untuk mengatasi keputihan yang tidak normal dan mengganggu
aktivitas adalah dengan dikonsultasikan pada dokter untuk mengetahui
penyebab dari keputihan atau dengan vaginal swab. Vaginal swab dilakukan
dengan cara mengambil sampel cairan keputihan kemudian diperiksa di
laboratorium dan diteliti penyebabnya. Setelah diketahui penyebabnya barulah
bisa diatasi dengan obat, misalnya apabila penyebabnya adalah bakteri maka
diberikan antibiotik namun apabila penyebabnya adalah jamur maka diberikan
antijamur, dapat juga diberikan keduanya tergantung pada penyebanya (Bahari,
2012).

2.

ISK

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat adanya mikroorganisme di


dalam urin. Sekitar 50% ISK disebabkan Escherichia coli, penyebab lain adalah
Klebsiella, Staphylococcus aureus, coagulase-negative staphylococci, Proteus
dan Pseudomonas sp. dan bakteri gram negatif lainnya.
Faktor penyebab dari ISK antara lain, cara membasuh yang salah sesudah buang
air besar, buang air kecil tidak tuntas, sering menahan buang air kecil, atau
adanya gangguan fungsi organ saluran kemih (MIMS, 2012).
Gejala dan tanda spesifik dari ISK meliputi: rasa sakit atau terbakar ketika buang
air kecil, rasa seperti harus buang air sering tetapi tidak mengeluarkan banyak
urin, rasa sakit di perut bagian bawah, urin tampak keruh, merah muda atau
merah dan berbau tidak enak, demam hingga menggigil, rasa sakit pada satu
sisi punggung bawah tulang rusuk, kadang juga disertai mual dan muntah.
Pencegahan ISK adalah dengan memperbanyak minum air putih, pemberian
vitamin C sesuai kebutuhan karena akan mengubah keasaman urin dan
membuat lingkungan yang tidak bersahabat dengan bakteri, dan selalu mejaga
kebersihan organ reproduksi. Penanganan utama adalah dengan segera
mengunjungi dokter untuk diberikan obat yang sesuai misalnya antibiotik dan
obat untuk mengatasi demam (Ramayati, 2002).
Vagina merupakan organ yang sangat penting untuk wanita, jadi, butuh
perhatian khusus dan harus dijaga dengan baik kebersihannya.

Anda mungkin juga menyukai