DISUSUN OLEH :
PRODI D III JURUSAN KEBIDANAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki masih
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Bekasi, Februari 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
1.1 Pendahuluan
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
4
4
4
BAB II
2.1 RADANG GENITALIA EKSTERNA
2.1.1BARTOLINITIS
2.1.2VAGINITIS
10
2.1.3VULVO VAGIONITIS
14
19
2.2.2 UROGENITAL
26
2.2.3 ENDOMETRIOSIS
36
2.2.4 MIOMETRITIS
42
2.2.5 PARAMETRITIS
48
2.2.6 ADNEKSITIS
53
2.2.7 PERITONITISPELVIS
64
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga peritonum melalui vulva,
vagina, uterus dan tuba fallopii. Untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar dan untuk
menjaga jangan sampai infeksi meluas, masing - masing alat traktus genitalis memiliki
mekanisme pertahanan. Radang atau infeksi pada alat - alat genetalia dapat timbul secara
akut dengan akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa
bekas, atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba.
Penyakit akut juga bisa menjadi menahun, atau penyakit dari permulaan sudah
menahun.Infeksi pada uterus menjalar ke tuba Fallopii dan rongga peritonium melalui 2
jalan. Pada makalah ini akan dibahas mengenai miometritis atau radang miometrium yang
merupakan kelanjutan dari penyakit endometritis beserta dengan penanganannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Belum diketahuinya pengertian dari infeksi radang genetalia interna dan eksterna pada
ibu hamil, bersalin, dan nifas
2. Belum diketahuinya penyebab dari masing-masing infeksi radang genetalia interna dan
eksterna pada ibu hamil, bersalin, dan nifas
3. Belum diketahuinya tanda dan gejala dari infeksi radang genetalia interna dan eksterna
pada ibu hamil, bersalin, dan nifas
4. Belum diketahuinya penatalaksanaan dari masing-masing infeksi radang genetalia interna
dan eksterna pada ibu hamil, bersalin, dan nifas
1.3 TUJUAN
Agar dapat mengerti dan paham tentang Asuhan kebidanan pada infeksi radang
genetalia interna dan eksternas, khususnya tentang serviksitis, endometritis, endometriosis,
miometrosis, parametritis, adnexitis, peritonitis, pelviksitis, kelainan pada ovarium, dan
salpingitis beserta dengan penatalaksanaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 RADANG GENETALIA EKSTERNA
2.1.1 BARTOLINITIS
A. Definisi
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin. Bartolinitis juga dapat
menimbulkan
pembengkakan
pada
alat
kelamin
luar
wanita.
Biasanya,
pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan dan
dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.
B. Etiologi
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang
terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea,
dan sebagainya. Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat
diproduksinya cairan pelumas vagina
Etiologi Infeksi
a. Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
Virus
: Kondiloma Akuminata dan Herpes Simpleks.
Jamur
: Kandida Albikan.
Protozoa
: Amobiasis dan Trikomoniasis.
Bakteri
: Neiseria Gonore.
b. Infeksi alat kelamin wanita bagian atas :
Virus
: Klamidia Trakomatis dan Parotitis Epidemika.
Jamur
: Asinomises.
Bakteri
C. Patofisiologi
Lama kelamaan cairan akan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut
sebagai kista (kantong berisi cairan). Kuman dalam vagina bisa menginfeksi
salah satu kelenjar bartolin hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada
infeksi, tak akan menimbulkan keluhan
D. Tanda dan Gejala
a) Pada vulva terdapat perubahan warna kulit, membengkak, timbunan nanah
dalam kelenjar, nyeri tekan.
b) Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau
duduk,juga dapat disertai demam
c) Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke Puakesmas dengan
keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa
sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin.
d) Terdapat abses pada daerah kelamin
e) Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur
dengan darah.
E. Pengobatan
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan: antibiotika golongan
cefadroxyl 500 mg, diminum 31 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari, dan
asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 31 untuk
meredakan rasa nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis.
F. Pemeriksaan Penunjang
G.
1.
Laboratorium
2.
Vulva
3.
In speculo
Penatalaksanaan
In speculo : Terasa sakit, Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan
biasanya menutup portio.
Laboratorium : Sel ragi (yeast cells) atau tunas (budding body) dan
pseudohypha atau spora.
H. Pencegahan
Untuk menghadang radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah satunya adalah
gaya hidup bersih dan sehat :
1. Konsumsi makanan sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda terhindar dari
kegemukan yang menyebabkan paha bergesek. Kondisi ini dapat
menimbulkan luka, sehingga keadaan kulit di sekitar selangkangan
menjadi panas dan lembap. Kuman dapat hidup subur di daerah tersebut.
2. Hindari mengenakan celana ketat, karena dapat memicu kelembapan. Pilih
pakaian dalam dari bahan yang menyerap keringat agar daerah vital selalu
kering.
3. Periksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama. Tak perlu
malu berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun belum menikah.
Karena keputihan dapat dialami semua perempuan.
4. Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada penderita
radang yang menggunakannya sebelum Anda.
5. Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan
membasuh dari depan ke belakang.
6. Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
7. Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan
seringkali salah kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian dalamnya
bersih. Padahal penggunaan pantyliner dapat meningkatkan kelembapan
kulit di sekitar vagina.
8. Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman
yang merugikan kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina
yang banyak diperdagangkan sebetulnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika
digunakan berlebihan bisa berbahaya.
9. Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat,
kuman juga bisa berasal dari pasangan Anda. Jika Anda bergantiganti pasangan, tak gampang mendeteksi sumber penularan bakteri.
Peradangan berhubungan erat dengan penyakit menular seksual dan pola
seksual bebas
2.1.2
VAGINITIS
A. Pengertian
Vaginitis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh vaginisis bakterial,
kandidiasis/ trikomoniasis vulvo vaginal, dan zat yang bersifat iritatif (Mochtar,
2003)
B. Etiologi
Vaginitis dapat disebabkan oleh:
1. Infeksi
a. Bakteri (misalnya klamedia gonokokus)
b. Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes dan wanita
hamil serta pemakai antibiotic.
c. Protozoa (misalnya trikomonas vaginalis)
d. Virus (misalnya HPV dan Herpes)
2. Zat atau benda yang bersifat iritatif
Misalnya spermisida, pelumas, diafragma, penutup serviks dan spons,
pembilas vagina, pakaian dalam yang terlalu ketat yang tidak berpori dan
tidak menyerap keringat.
3. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya.
4. Perubahan hormonal.
C. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari
vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat
atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi karena vaginitis yaitu serviksitis, penyakit radang
panggul, infeksi traktus urinarius, salpingitis, servicitis
2.1.3
VULVO VAGINITIS
A. Pengertian
Vulvovaginitis adalah peradangan atau infeksi pada vulva dan vagina.
Vulvovaginal kandidiasis adalah nama yang sering diberikan untuk Candida
albicans vagina infeksi berhubungan dengan dermatitis dari vulva (gatal ruam).
'Vaginal thrush', dan 'monilia' juga nama-nama untuk Candida albicans infeksi.
Candida albicans adalah jamur ragi biasanya bertanggung jawab atas vulva
gatal dan pengosongan. Hal ini umumnya pelaku bahwa perempuan selalu
merujuk pada setiap Vulvovaginal gatal sebagai "infeksi jamur," tapi perlu
diketahui bahwa semua tidak selalu gatal disebabkan oleh ragi.
B. Etiologi
Vulvo vaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia dan
sangat umum. Hal ini dapat disebabkan oleh bakteri, ragi, virus, dan parasit lain.
Beberapa penyakit menular seksual juga dapat menyebabkan vulvovaginitis,
seperti yang bisa ditemukan berbagai bahan kimia gelembung mandi, sabun, dan
parfum. Faktor-faktor lingkungan seperti kebersihan yang buruk dan alergen juga
dapat menyebabkan kondisi ini.
penyebab
vulvovaginitis,
mereka
sering
memperpanjang
periode
pemulihan.
Kurangnya estrogen pada wanita postmenopause dapat menyebabkan
kekeringan vagina dan penipisan kulit vagina dan vulva, yang juga dapat
menyebabkan atau memperburuk kelamin gatal dan terbakar.
Nonspesifik vulvovaginitis (di mana penyebab dapat diidentifikasi) dapat
dilihat dalam semua kelompok usia, tetapi paling sering terjadi pada anak gadis
sebelum pubertas. Setelah pubertas dimulai, vagina menjadi lebih asam, yang
cenderung untuk membantu mencegah infeksi.
Vulvovaginitis nonspesifik dapat terjadi pada anak perempuan dengan
genital miskin kebersihan dan ditandai oleh berbau busuk, coklat-hijau pelepasan
dan iritasi labia dan vagina. Kondisi ini sering dikaitkan dengan pertumbuhan
berlebih dari suatu jenis bakteri yang biasanya ditemukan di dalam tinja. Bakteri
ini kadang-kadang menyebar dari anus ke area vagina dengan mengusap dari
belakang ke depan setelah menggunakan kamar mandi.
Pelecehan seksual harus dipertimbangkan pada anak-anak dengan infeksi
yang tidak biasa dan berulang episode dijelaskan vulvovaginitis. Neisseria
gonorrhoeae, organisme yang menyebabkan gonore, menghasilkan gonokokal
vulvovaginitis di gadis-gadis muda. Gonocorrhea vaginitis terkait dianggap
sebagai penyakit menular seksual. Jika tes laboratorium mengkonfirmasi
diagnosis ini, gadis-gadis muda harus dievaluasi untuk pelecehan seksual.
Sekitar 20% dari non-hamil wanita usia 15-55 pelabuhan Candida
albicans dalam vagina. Sebagian besar tidak mempunyai gejala dan itu berbahaya
bagi mereka. Pertumbuhan yang berlebihan dari Candida albicans menyebabkan
berat dadih putih seperti vagina, rasa panas di vagina dan vulva dan / atau ruam
gatal di vulva dan kulit di sekitarnya.
Estrogen menyebabkan lapisan vagina untuk dewasa dan mengandung
glikogen, sebuah substrat yang Candida albicans berkembang. Kurangnya
estrogen pada wanita yang lebih muda dan lebih tua membuat kandidiasis
Vulvovaginal jarang terjadi.
Pertumbuhan yang berlebihan dari Candida albicans terjadi paling sering
dengan:
Kehamilan
Dosis tinggi pil KB kombinasi dan estrogen berbasis terapi penggantian
hormon
Sebuah rangkaian antibiotik spektrum luas seperti tetracycline atau amoxiclav
Diabetes mellitus
Anemia kekurangan zat besi
Defisiensi imunologis misalnya, infeksi HIV
Di atas kondisi kulit yang lain, sering psorias , Planus lumut atau lumut
sclerosus.
Penyakit lain
C.
Patofisiologi
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel
vagina. Kemampuan melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies
kerusakan
ikatan-ikatan
protein
sel
pejamu
sehingga
Gatal, nyeri dan / atau pembakaran ketidaknyamanan pada vagina dan vulva
Ruam merah terang yang mempengaruhi bagian dalam dan luar dari vulva,
kadang-kadang menyebar luas di pangkal paha untuk memasukkan daerah
E. Komplikasi
Ketidaknyamanan yang tidak hilang
Infeksi kulit (dari garukan)
Komplikasi karena penyebab kondisi (seperti gonore dan infeksi kandida)
F. Pencegahan
Untuk mencegah infeksi jamur, mengenakan pakaian katun agar udara
dapat bersirkulasi. Walaupun sejumlah obat untuk mengobati infeksi jamur barubaru ini akan tersedia over-the-counter, berhati-hati dalam membuat diagnosis
diri terburu-buru.
Penggunaan kondom selama hubungan seksual bisa mencegah sebagian
besar infeksi menular seksual vagina. Tepat pas dan memadai penyerap pakaian,
dikombinasikan dengan baik kebersihan daerah genital juga mencegah banyak
kasus infeksi non-vulvovaginitis.
Candida
albicans
infeksi
tetap
ada
meski
terapi
konvensional yang memadai. Pada beberapa wanita hal ini mungkin merupakan
tanda kekurangan zat besi , diabetes melitus atau masalah imun, dan tes yang
sesuai harus dilakukan.
Perempuan yang mengalami berulang Vulvovaginal Candida albicans
melakukannya karena infeksi persisten, daripada infeksi ulang. Tujuan dari
perawatan dalam situasi ini adalah untuk menghindari pertumbuhan berlebih dari
kandida yang mengarah ke gejala, daripada harus mampu mencapai
pemberantasan menyelesaikan atau menyembuhkan.
Ada beberapa bukti bahwa langkah-langkah berikut dapat membantu:
Kapas atau uap air-wicking pakaian dalam dan pakaian longgar, menghindari
stoking nilon.
Perendaman dalam garam mandi. Hindari sabun
Menggunakan pembersih non-sabun atau krim untuk mencuci berair.
Terapkan hidrokortison krim untuk mengurangi gatal dan mengobati
candida albicans).
Antijamur oral obat-obatan (itrakonazol atau flukonazol) dapat diambil
secara teratur dan sebentar-sebentar (misalnya sekali sebulan). Dosis dan
frekuensi yang cukup bervariasi, tergantung pada keparahan gejala. Oral agen
resep.
Asam borat (boraks) 600mg sebagai supositoria pada malam hari dapat
membantu untuk mengasamkan vagina dan mengurangi kehadiran khamir
(albicans dan non-candida albicans).
Sumber: httpwww.mayoclinic.orgfemale-reproductive-systemimg-20006428
a. Definisi
Cervicitis adalah peradangan yang terjadi pada serviks. Radang pada serviks
ini bisa terdapat pada porsio uteri diluar ostium uteri eksternum dan atau pada endo
serviks uteri.
Cervicitis Akuta
Dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endoserviks dan
ditemukan pada gonorea atau klamidia dan infeksi postpartum, yang disebabkan
oleh streptokokus, stafilokokus, dll. Dalam hal ini serviks memerah dan
membengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulen. Gejala-gejala pada
serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi
yang bersangkutan. Sehingga pengobatan yang dilakukan adalah dalam rangka
mengatasi infeksinya. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi
Cervicitis Kronika.
Cervicitis Kronika.
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar perempuan yang pernah
melahirkan. Luka-luka kecil ketika partus atau abortus memudahkan masuknya
kuman-kuman ke dalam endoserviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan
infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan.
1. Serviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan
infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Tidak menimbulkan gejala, kecuali
pengeluaran sekret yang agak putih-kuning.
2. porsio tampak kemerahan, sekret yang dikeluarkan berupa mukus dan nanah.
3. Sobekan pada serviks lebih luas dan mukosa endoserviks lebih kelihatan dari
luar (ekstropion); Mukosa dalam keadaan ini lebih mudah terinfeksi dari vagina.
Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras, sekret
mukopurulen bertambah banyak.
Penderita cervicitis bisa saja tidak mengalami tanda-tanda atau gejala. Di
antara tanda-tanda dan gejala, penderita terkadang mendapati perdarahan diantara
periode menstruasi dan perubahan pada cairan vagina.
Sumber: httpwww.mayoclinic.orgdiseases-conditionscervicitismultimediacervicitisimg-20008354
b. Gejala
Keberhasilan pengobatan cervicitis tidak terlepas dari cara mengobati
penyebab yang mendasari peradangan.Paling sering, cervicitistidak menyebabkan
tanda dan gejala, dan biasanya penderita baru menyadari kondisinya setelah
melakukan tes Pap Smear atau biopsi. Adapun tanda-tanda dan gejala yang bisa
muncul :
1. Keputihan
Keputihan yang berwarna hijau, kuning, ataupun coklat dalam jumlah
banyak, dan seperti nanah. kadang-kadang memiliki bau yang tidak sedap
bahkan bisa terasa gatal dan nyeri.
2. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang abnormal, yang tidak seperti dengan menstruasi
normal. Jenis perdarahan bisa berupa bercak/flek diantara periode menstruasi
atau perdarahan yang banyak sampai memerlukan pad atau tampon dalam
setiap satu sampai dua jam atau lebih.
c. Penyebab
Kemungkinan penyebab cervicitis meliputi :
1. Infeksi Menular Seksual (IMS).
Paling sering, infeksi bakteri dan virus yang menyebabkan cervicitis
ditularkan melalui kontak seksual termasuk gonore, klamidia, trikomoniasis
dan herpes genital.
2. Reaksi Alergi.
Alergi terhadap spermisida kontrasepsi atau lateks pada kondom, dapat
menyebabkan cervicitis. Alergi terhadap produk feminine hygiene, seperti
douche atau feminine deodorants, juga dapat menyebabkan cervicitis.
3. Perkembangan Bakteri yang Berlebih (Bacterial Overgrowth).
Pertumbuhan berlebih dari beberapa bakteri yang biasanya hidup di vagina
(bacterial vaginosis) bisa menyebabkan cervisitis.
d. Faktor Risiko
e. Komplikasi
1. Serviks berfungsi sebagai barrier untuk menjaga bakteri dan virus memasuki
rahim. Ketika leher rahim terinfeksi, ada peningkatan risiko bahwa infeksi akan
melakukan perjalanan ke dalam rahim.
2. Cervicitis yang disebabkan oleh gonore atau klamidia dapat menyebar ke lapisan
rahim dan tuba fallopi, mengakibatkan Pelvic Inflamation Disease (PID), infeksi
pada organ reproduksi perempuan yang dapat menyebabkan masalah kesuburan
jika tidak ditangani.
3. Cervicitis juga dapat meningkatkan risiko seorang wanita terkena HIV dari
pasangan seks yang terinfeksi.
4. Pada ibu hamil, jika tidak segera diobati cervicitis yang disebabkan oleh penyakit
menular seksual dapat menyebabkan persalinan prematur dan keguguran. Hal ini
juga dapat menyebabkan infeksi pada mata dan paru-parubayi baru lahir.
Sumber: pregnancy.jpg
Sumber: httpwww.mayoclinic.orgtests-procedurespap-smearmultimediapap-testimg-20007025
Dalam tes Pap Smear, petugas kesehatan menggunakan spekulum untuk menahan
dinding vagina (1). Selanjutnya, ia mengumpulkan sampel sel dari leher rahim
menggunakan small cone-shaped brush atau a cotton-tipped swab denganspatula
plastik/kayu kecil (2). Dokter kemudian memulaskan sampel sel ke kaca geser
atau menempatkannya ke dalam botol yang berisi larutan untuk melestarikan sel
untuk diperiksa di bawah mikroskop (3).
3. Urinalysis
Urinalysis adalah tes untuk mengevaluasi sampel urin. Urinalysis digunakan
untuk mendeteksi dan menilai berbagai gangguan, seperti infeksi saluran kemih,
penyakit ginjal dan diabetes.
Sumber: httpwww.24hrurine.com
atau klamidia.
Penatalaksanaan:
Klamidia Trachomatis sensitif terhadap makrolida dan tetrasiklin. Antibiotik
ini sudah digunakan sejak lama untuk infeksi genitalia. Dapat diberikan
dengan dosis 500 mg 4 x sehari selama 7 hari atau 250 mg x 4 sehari selama
-
14 hari.
Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 100
b. Obat antivirus, untuk infeksi virus seperti herpes genital. Namun, obat antivirus
tidak menyembuhkan herpes, yang merupakan kondisi kronis dan dapat ditularkan
ke pasangan Anda setiap saat.
Penatalaksanaan:
- Acyclovir 200 400 mg 5 x sehari.
- Infus acyclovir I.V. untuk ensefalitis herpes simplex dan pasien yang
mengalami supresi imun.
2. Terapi
a. Pengobatan lokal tidak dapat menyembuhkan cervicitis kronika, karena tidak
dapat menjangkau kuman yang bersarang di kelenjar-kelenjar. Oleh karena itu
bisa dengan Kauterisasi-radial dengan termokauter, atau dengan Krioterapi.
b. Jika radang menahun mencapai endoserviks jauh ke dalam canalis servikalis,
perlu dilakukan Konisasi dengan mengangkat sebagian besar mukosa
endoserviks.
c. Pada laserasi serviks yang agak luas perlu dilakukan Trakhelorafia. Pinggir
sobekan dan sedikit endoserviks diangkat, lalu luka-luka baru dijahit sehingga
bentuk serviks seperti semula.
d. Jika sobekan dan infeksi sangat luas perlu dilakukan Amputasi Serviks. Efek
sampingnya, perpendekan serviks dapat mengakibatkan abortus, sehingga
sebaiknya dilakukan pada perempuan yang tidak ingin hamil lagi.
3. Untuk menghindari penularan infeksi bakteri dari atau kepada pasangan, Bisa
dengan menunda dahulu untuk tidak melakukan hubungan seks sampai selesai
dengan pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter.
h. Pencegahan
Selalu menjaga personal hygiene khususnya di area genitalia.
2.2.2
UROGENITALIA
A. Pengertian
Sistem perkemihan atau biasa disebut system urogenital adalah suatu system
dimana terjadinya proses penyaringan darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem urogenital merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan
sistem genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian
atas dan bagian bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis
renalis dan ureter, sedangkan traktus urinarius bagian bawah terdiri dari vesika
urinaria dan uretra. Untuk sistem genitalia eksterna pada wanita berupa vagina,
uterus dan ovarium.
Adapun susunan system perkemihan (sistem urinaria) didalam tubuh manusia
adalah ginjal,ureter,vesica urinaria,dan uretra.
B. Etiologi
Infeksi biasanya dimulai mulai dari daerah kandung kemih yang kemudian
dapat menjalar ke ginjal. Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri yang
memasuki uretra, dan kemudian secara bertahap membuat jalan keatas kebagian
lain dari saluran kemih, sebelum akhirnya mencapai ginjal. Faktor farktor yang
C. Patofisiologi
(Bendungan total urine) Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah
BBL dapat menyebabkan perdarahan karena kontraksi uterus terganggu dan jika
terjadi pada tahap lanjut maka dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka
terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih normal,bila hal ini
berlangsung
lama
maka
dinding
kandung
kemih
akan
mengalami
Sistitis
Sistitis
adalah
infeksi
saluran
kemih,yang
lebih
banyak
menyerang wanita dari pada pria,karena pada wanita muara uretra dan
vagina dekat dengan daerah anal. Factor resiko sititis adalah
bersetubuh,kehamilan, kandung kemih neurogenis, pemasangan
kateter,keadaan-keadaan obstruktif dan diabetes mellitus. Apabila
berlanjut,akan menyebabkan kuman-kuman naik dari kandung kemih
ke pelvis ginjal,yang disebut dengan pielonefritis. Penderita sistitis
akan merasakan keluhan seperti dysuria (nyeri saat miksi), sering
berkemih, merasa ingin berkemih terus, dan sakit diatas daerah
suprapubis.
b.
Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang pelvis ginjal. Penyebab paling sering
penyakit ini adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang
menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada
yang menahun. Pielonefritis menahun ada dua tipe yaitu pielonefritis
yang disebabkan oleh refluks vesikouretral yang dapat menyebabkan
infeksi papilla senyawa perifer dan jaringan parut dikutub ginjal. Dan
pielonefritis yang disebabka oleh obstruksi saluran kemih yang
menimbulkan tegangan tinggi aliran balik urine, yang menyebabkan
infeksi semua papila, jaringan parut ginjal menyebar dan penipisan
lapisan korteks ginjal.
2. Penyakit Glomerular
a.
Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi di nasofaring oleh Streptococcus -hemolitik. Lebih sering
menyerang anak-anak, dengan gejala yaitu edema akut, oiguria,
Hipertrofi Prostat
Penyebabnya diduga ketidakseimbangan hormon kelamin pria dan
wanita, yang terjadinya dengan meningkatnya usia. Biasanya testosteron
adalah androgen utama dalam darah dan membentuk dua metabolit, yaitu:
dihidrotestosteron dan -estradiol. Estradiol adalah steroid yang memiliki
sifat-sifat estrogenik. Ia biasanya bekerja sama dengan androgen, namun
dapat bekerja independen dengan menimbulkan efek berlawanan dengan
androgen. Testosteron serta metabolitnya bekerja sama menghasilkan
hiperplasia prostat. Pada pria dia atas 60 tahun, testosteron plasma
menurun, namun hipertrofi prostat sudah dapat timbul 10-20 tahun
sebelum adanya penurunan kadar plasma itu.
b. Gagal Ginjal
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ
ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja
sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh,
menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan
kalium didalam darah atau produksi urine. Penyakit gagal ginjal ini dapat
menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana
hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal
lebih sering dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum
lanjut usia. Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam
kehamilan dan nifas karena dapat menimbulkan kematian atau kerusakan
fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi.
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius
yang diderita oleh tubuh yang mana secara perlahan - lahan berdampak
pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali
berdampak kerusakan ginjal diantaranya :
Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat infeksi atau pun
dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut
sebagai glomerulonephritis.
Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan
fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah; Kehilangan
carian banyak yang mendadak (muntaber, perdarahan, luka bakar), serta
penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis,
Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis. Penyakit gagal ginjal
berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk dimana ginjal
sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana funngsinya.
Gagal ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan komplikasi
yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas, karena dapat
yang
diakibatkan
oleh
bakteri
Chlostridia
welchii
atau
E. Faktor Resiko
1. Retensi Urin
Bentuk uterus yang inkarserta dan retroversi akan menyebabkan ureter stasis
dan meregang. Hal ini akan mengakibatkan rasa nyeri ketika miski dan
retensi urin akut, dan lebih jauh lagi akan menyebabkan cystitis.
2. Ureter yang pendek
Wanita yang memiliki ureter yang pendek, yang lebih panjangnya hanya
sekitar 3,5cm dan letaknya hampir berdekatan dengan rektum,perineum dan
vagina. Ureter dapat tertekan ketika terjadi prolapsutro-vaginal, hal ini yang
menyebabkan sisa urin tertinggal dan menjadi sumber infeksi.
3. Trauma Jalan Lahir
Trauma dapat terjadi saat persalinan, ketika bagian dasar kandung kemih dan
leher janin berada dalam posisi yang sulit.
F.
Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri.
Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya gagal ginjal
kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan, mual, muntah,
bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi. Kelainan urin:
Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain: Creatinine
darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif.
G.
Komplikasi
Komplikasi seperti hipertensi dan preeklamsi lebih sering pada perempuan
dengan penyekit ginjal polikistik. Kehamilan tampaknya tidak menyebabkan
perburukan
atau
akselerasi
percepatan
perjalanan
penyakit.
Penanganan
Penyakit ginjal tidak dapat disembuhkan. Perawatan difokuskan untuk
mencegah dan memperlambat agar penyakit tidak berkembang serta meredakan
rasa sakit. Selain itu, pengobatan juga bertujuan untuk mengurangi risiko
munculnya penyakit lainnya yang terkait.
Untuk wanita dengan fungsi ginjal yang normal atau menurun saat sebelum
hamil (kreatinin serum di bawah 125 umol / l), biasanya tidak timbul efek yang
merugikan selama jangka panjang, tetapi ada peningkatan risiko komplikasi
kehamilan seperti darah tinggi (hipertensi dan pre- eklampsia).
Wanita dengan gangguan ginjal berat lebih mungkin untuk menderita darah
tinggi (hipertensi, pre-eklampsia) atau persalinan kurang bulan (prematur),
memiliki bayi yang kecil, keguguran atau penurunan fungsi ginjal yang menetap
dalam jangka panjang.
Biasanya kehamilan sangat jarang terjadi pada wanita pada stadium akhir
gagal ginjal karena kebanyakan wanita tersebut tidak subur. Kesuburan sering
kembali dengan cepat setelah transplantasi ginjal berhasil.
Jika perempuan dengan dialisis terjadi kehamilan, biasanya ia mempunyai
resiko yang sangat tinggi akan terjadinya keguguran, hipertensi berat, bayi kecil,
dan persalinan kurang bulan. Angka kelahiran hidup hanya sekitar 50%. Bila
dilakukan transplantasi ginjal, hasilnya lebih baik Obat-obatan, terutama
antihipertensi, harus ditinjau pada wanita dengan penyakit ginjal yang ingin
hamil.
Pada wanita hamil dengan penyakit ginjal, target tekanan darah harus di
bawah 140/90 mmHg. Wanita dengan penyakit ginjal harus diberikan aspirin
dosis rendah sebagai profilaksis terhadap pre-eklampsia, dengan pengobatan
dimulai dalam trimester pertama.
Infeksi gagal ginjal juga dapat diobati dengan antibiotik. Dalam kondisi
yang parah, wanita hamil dengan infeksi ginjal mungkin perlu dirawat dirumah
sakit dan diberikan cairan intravena dan antibioti. Perawatan selam kehamilan
pada dasarnya akan bergantung pada tingkat parahnya infeksi.
Jika tidak segera diobati, infeksi ginjal akan dapat merusak ginjal, selain
itu. Wanita hamil yang mengalami infeksi ginjal dapat memiliki resiko yang
sangat tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
I. Pengobatan sesuai Tingkat Keparahan
Tingkat keparahan chronic kidney disease (CKD) menentukan jenis
pengobatan yang diberikan. Dalam beberapa kasus, kerusakan pada ginjal dan
hari.
Kecuali diresepkan oleh dokter, hindari konsumsi obat anti-inflamasi nonsteroid seperti ibuprofen.
2.2.3
ENDOMETRIOSIS
Pil KB
Progesteron (progestin),
Danazol, yaitu hormon pria hasil buatan orang, yang mengurangi ukuran
jaringan abnormal. Danazol dapat menyebabkan cacat lahir. Wanita yang
menggunakan obat ini harus menggunakan salah satu jenis KB untuk
mencegah kehamilan. Karena hormon ini merupakan hormon pria, maka
efek samping lain yang muncul adalah jerawat dan pertumbuhan rambut
abnormal. Efek samping tersebut menyebabkan obat ini kurang umum
Motrin
Anaprox
Merah
Putih
Hitam
Aktivitas biologis
Sangat tervaskularisasi dan
proliferatif; aktivitas produksi
prostaglandin F 2 alpha sama
Makna klinis
fibrosa.
Aktivitas produksi
histopatologis)
H. Stadium endometriosis
Penentuan stadium endometriosis sangat penting dilakukan terutama untuk
menerapkan cara pengobatan yang tepat dan untuk evaluasi hasil pengobatan.
Namun stadium ini tidak memiliki korelasi dengan derajat nyeri, keluhan pasien,
maupun prediksi respon terapi terhadap nyeri atau infertilitas. Hal ini dapat
dimengerti karena endometriosis dapat dijumpai pada pasien yang asimptomatik
(pasien yang tidak menyadari gejala yang timbul). Klasifikasi Endometriosis
yang digunakan saat ini adalah menurut American Society For Reproductive
Medicine yang telah di revisi pada tahun 1996 yang berbasis pada tipe, lokasi,
tampilan, kedalaman invasi lesi, penyebaran penyakit dan perlengketan.
Penentuan stadium atau keterlibatan endometriosis didasarkan pada system
nilai bobot (weighted point system). Catat jumlah, ukuran dan letak susukan
endometriosis, bongkah (plak), endometrioma, dan atau perlekatan. Pada stadium
2.2.4
MYOMETRITIS
A. Pengertian
Myometritis / Metritis adalah radang miometrium. Metritis adalah infeksi
uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian
ibu. Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari
endometritis, sehingga gejala dan terapinya seperti endometritis.
B. Klasifikasi Myometritis
1. Metritis Akut
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi
postpartum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian
dari infeksi yang lebih luas yaitu merupakan lanjutan dari endometriosis.
Kerokan
pada
wanita
dengan
endometrium
yang
meradang
dapat
Demam
Nyeri perut bawah, keluar lochea berbau / purulent
Perdarahan vaginal
Sakit pinggang
Nyeri tekan uterus
C. Diagnosa
Pada metritis diagnosa hanya dapat dibuat secara Patologi Anatomis
D. Komplikasi
a.
b.
c.
d.
E. Penanganan
Terapi miometritis :
a.
b.
-
Pola nutrisi
Pola Aktivitas
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU, Kesadaran, TD ( 110 170 mmHg ), Nadi ( >100 x/mnt ), Suhu
( > 37,5oC ),Respirasi ( >24 x/mnt )
2. Pemeriksaan Fisik
1). Kepala dan muka : tidak ada masalah
2). Mata : kalau perdarahan banyak biasanya konjungtiva pucat,
sklera putih.
3). Telinga : tidak terdapat masalah
4). Hidung : tidak terdapat masalah
5). Mulut dan Gigi : tidak terdapat masalah
6). Leher : tidak terdapat masalah
7). Dada : tidak terdapat masalah
8). Abdomen : terdapat nyeri tekan pada perut dan terasa sakit pada
perut
9). Genetalia : adanya keluaran terdapat pengeluaran berupa
darah/keputihan kental dan berbau busuk
10). Anus : tidak terdapat hemoroid
11). Ekstremitas : tidak terdapat masalah
3. Pemeriksaan penunjang :
HB : 8 10 gr%
II.
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah merupakan kesimpulan yang ditegakkan
oleh bidan dalam lingkup praktik kebidanan dengan memenuhi standar
diagnosa nomenklatur kebidanan.
b. Masalah
Masalah merupakan suatu kondisi yang tidak sesuai dengan
perkembangan fisiologis.
c. Kebutuhan
Merupakan hal-hal yang dibutuhkan oleh ibu atau menurut bidan hal itu
harus diketahui oleh ibu tapi tidak dirasakn oleh ibu. Hal yang
dibutuhkan oleh ibu dapat berupa informasi/tindakan
III.
IV.
MERUMUSKAN
KEBUTUHAN
AKAN
TINDAKAN
SEGERA,
VI.
VII.
EVALUASI
Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan
klien terpenuhi, masalah yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari,
klien dan keluarga mengetahui kondisi kesehatannya dan klien mengetahui
apa yang harus dilakukan dalam rangka menjaga kesehatannya.
2.2.5
PARAMETRITIS
A. Pengertian
Parametritis (atau dikenal juga dengan selulitis parametrium) adalah
peradangan jaringan yang berdekatan dengan rahim (parametrium). Infeksi
menyebar melalui limfatik melewati dinding rahim menuju ligamentum latum
atau seluruh panggul (Gorrie, dkk., 1994).
Radang paling banyak berlokasi di parametrium bagian lateral akan tetapi
dapat juga ke depan dan ke belakang, serta dapat menjadi abses. Jika terjadi abses,
nanah harus dikeluarkan karena abses dapat mencari jalan ke rongga perut yang
menyebabkan
peritonitis,
ke
rektum
atau
kandung
kencing
(Sarwono
prawirohardjo, 2010)
B. Etiologi
Penyebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi persalinan. Ada 3 hal
yang menjadi penyebab parametritis yaitu :
a. Endometritis dengan 3 cara yaitu:
Percontinuitatum : endometritis metritis parametitis
Lymphogen
Haematogen : phlebitis periphlebitis parametritis
b. Dari robekan serviks
c. Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD)
C. Klasifikasi
Parametritis akut terjadi apabila kuman jalan limfe melewati batas uterus dan
sampai ke jaringan ikat di paremetrium. Infeksi ini sering disebabkan oleh
streptokokus dan stafilokokus. Kejadian ini muncul karena infeksi puerperal atau
postapartum, akan tetapi dapat ditemukan pula sebagai akibat tindakan
intrauterin dan sebagainya. Radang ini berlokasi paling banyak di parametrium
bagian lateral atau (parametritis lateralis) akan tetapi bisa juga ke dapan
(parametritis anterior) dan kebelakang (parametritis posterior) dan radang ini
bisa juga menjadi abses.
Apabila terjadi abes dan proses berkembang terus maka abses akan mencari
jalan keluar di atas ligamentum pourparti ke daerah ginjal melalui foramen
obturatorium ke paha bagian dalam dan sebagainya. Parametritis dapat pula
menahun dan ditempat radang terjadi fibrosis. Jika abses meluas maka di tempat
abses mendekati permukaan terdapat odema dan hiperemi dan di bawah kulit dan
jaringan subkutan dapat diraba bagian dari tumor yang akan memecah keluar.
nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke
rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung
kencing.
D. Patofisiologi
Endometritis Infeksi meluas Lewat jalan limfe atau tromboflebitis
Infeksi menyebar ke miometrium Miometritis Infeksi meluas lewat jalan
limfe / tromboflebitis Parametritis
E. Tanda dan gejala
Biasanya muncul sekitar 7-10 hari setelah infeksi awal
Nadi cepat
Nyeri pada perut bagian bawah
Nyeri saat bersenggama
Saat pemeriksaan dalam teraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus
dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat
meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu
dapat tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara
menetap menjadi naik turun disertai dengan menggigil.
Dalam dua pertiga kasus tidak terjadi pembentukan abses. Tumor di \
sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat
parametrium yang kaku.
F. Prognosis
Demam kontinyu lebih buruk prognosanya dari demam remitens. Demam
menggigil berulang-ulang, insomnia dan ikterus merupakan tanda-tanda yang
kurang baik. Kadar Hb yang rendah dan jumlah leukosit yang rendah atau sangat
tinggi memburukkan prognosa.
Juga kuman penyebab yang ditentukan dengan pembiakan menentukan
prognosa.
Menurut derajatnya septikemia merupakan infeksi yang paling berat dengan
mortalitas tinggi, dan segera diikuti oleh peritonitis umum. Pada Pelvioperitonitis
dan Sellulitis pelvis bahaya kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang
sesuai. Abses memerlukan tindakan untuk mengeluarkan nanahnya.
G. Diagnosis
Palpasi perut pada awal penyakit ini tidak menimbulkan rasa sakit, ketika
H. Pencegahan
a. Selama hamil
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi partus,
harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan
faktor penting karenanya asumsi makanan yang baik harus diperhatikan
b. Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin
kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya partus tidak berlarutlarut, menyelesaikan kelahiran dengan trauma sedikit mungkin, dan
mencegah terjadinya perdarahan banyak.
c. Setelah partus
Sesudah partus terdapat luka-luka di beberapa tempat pada jalan
lahir harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari
luar.
I.
Pengobatan
Antibiotika memegang peranan penting dalam pengobatan infeksi partus
karena pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai
tanpa menunggu hasilnya. Terapi pada parametritis yaitu dengan memberikan
antibiotika berspektrum luas. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam
dosis tinggi atau antibiotika dengan spektrum luas, seperti ampicillin dan lainlain. Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk
mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat
penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya
diberikan. Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya
nanah tidak masuk ke dalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang
agak besar tidak sampai dilukai. Jika ditemukan abses, di tempat itu perlu
diadakan pembukaan tumor dan drainase karena abses mencari jalan ke
jaringan tubuh yang lain. Kalau ada fluktasi perlu dilakukan insisi. Tempat
insisi ialah di atas lipat paha atau pada cavum douglas.
J. Penanganan
1. Antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan metronidazol
2. Berikan obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg 1M setiap 6jam
2.2.6
ADNEKSITIS
A. Definisi
Radang tuba falloppi dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Oleh
sebab itu tepatlah nama salfingo-ooritis atau adneksitis untuk radang tersebut.
Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar
walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan
darah atau menjalar dari jaringan-jaringan di sekitarnya.
B. Etiologi
Di antara sebab- sebab yang paling banyak terdapat ialah infeksi gonorrhea
dan infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10 % infeksi disebabkan oleh
tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan
gynekologi
Leukorea
Riwayat menstruasi
Wanita dengan adneksitis biasanya mengalami gangguan
haid, baik dari siklusnya maupun banyaknya darah yang keluar, tak
jarang juga mengalami dismenorhoe
Riwayat perkawinan
Wanita yang mengalami adneksitis tidak terbatas pada
wanita yang sudah pernah menikah atau berhubungan seksual saja,
wanita yang belum pernah menikah dan berhubungan seksual juga
tidak menutup kemungkinan terkena adneksitis.
Riwayat obstetric
alat
kontrasepsi.
Namun,
pemasangan
IUD
Riwayat laktasi
Adneksitis bisa terjadi baik pada wanita yang belum pernah
menyusui ataupun yang sudah pernah menyusui sebelumnya.
Riwayat gynekologi
Adneksitis dapat juga terjadi pada wanita dengan
permasalahan lainnya pada organ genitalianya, di mana adneksitis
juga dapat terjadi karena adanya penjalaran infeksi dari tempat
peradangan awal di satu organ genital sekitar adneksa.
Riwayat kesehatan
Adneksitis bisa dialami oleh setiap wanita, terutama wanita
yang menderita PMS dalam hal ini kaitannya adalah dengan
penyakit Gonorhea.Wanita dengan penyakit gonorrhea lebih
berpotensi mengalami adneksitis dibandingkan dengan wanita
yang sehat. Adneksitis juga dapat disebabkan oleh karena
peradangan yang meluas dari organ lain, appendiks misalnya,
hidup
atau
perilaku
wanita
juga
berpotensi
Infeksi
Menimbulkan gejala dolor , kolor dan fungsiolesa.perut tegang dan
PERITONITIS PELVIS
A. Pengertian
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan
pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon
inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi
atau invasi bakteri
B. Klasifikasi
Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Peritonitis bakterial primer
Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada
cavum peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen.
Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau
Pneumococus. Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Spesifik
: misalnya Tuberculosis
2. Non spesifik
Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi,
keganasan intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi.
Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal
kronik, lupus eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.
b. Peritonitis bakterial akut sekunder (supurativa)
Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi
gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umumnya organisme tunggal
tidak akan menyebabkan peritonitis yang fatal. Sinergisme dari multipel
organisme dapat memperberat terjadinya infeksi ini. Bakterii anaerob,
khususnya spesies Bacteroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob
dalam menimbulkan infeksi.
Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat memperberat
suatu peritonitis. Kuman dapat berasal dari:
- Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam
cavum peritoneal.
- Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan
oleh bahan kimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari usus.
- Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra abdominal, misalnya
appendisitis.
c. Peritonitis tersier, misalnya:
- Peritonitis yang disebabkan oleh jamur
- Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.
Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, seperti misalnya
empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine.
d. Peritonitis Bentuk lain dari peritonitis:
- Aseptik/steril peritonitis
- Granulomatous peritonitis
- Hiperlipidemik peritonitis
- Talkum peritonitis
C. Etiologi
Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa
inflamasi dan penyulitnya misalnya perforasi appendisitis, perforasi tukak
lambung, perforasi tifus abdominalis. Ileus obstruktif dan perdarahan oleh
karena perforasi organ berongga karena trauma abdomen
1. Infeksi bakteri
Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
Appendisitis yang meradang dan perforasi
Tukak peptik (lambung / dudenum)
Tukak thypoid
Salpingitis
Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha dan
beta hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling
berbahaya adalah clostridium wechii.
pnemokokus.
D. Patofisiologi
Peritonitis menimbulkan efek sistemik. Perubahan sirkulasi, perpindahan
cairan, masalah pernafasan menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Sistem sirkulasi mengalamin tekanan dari beberapa sumber. Respon
inflamasi mengirimkan darah ekstra ke area usus yang terinflamasi. Cairan dan
udara ditahan dalam lumen ini, meningkatkan tekanan dan sekresi cairan ke
dalam usus. Sedangkan volume sirkulasi darah berkurang, meningkatkan
kebutuhan oksigen, ventilasi berkurang dan meninggikan tekanan abdomen
yang meninggikan diafragma.
E. Tanda dan Gejala
Peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut
abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya
(peritoneum visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum
parietal). Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu
demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi,
dehidrasi hingga menjadi hipotensi selain itu perut kembung dan nyeri. Muka
penderita mula mula yang merah menjadi pucat, mata cekung, kulit muka
dingin.. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum
ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang
karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari
palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada
wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri
akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa
jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya
diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita
dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik,
3. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan
perbaikan dapat diupayakan.
4. Pembedahan atau laparotomi mungkin dilakukan untuk mencegah
peritonitis. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor
adalah insisi dan drainase terhadap abses.
LANDASAN ASKEB VARNEY
I.
Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu: anak ke, umur anak,
tempat lahir, penolong, jenis persalinan, BBL, PB, JK, keadaan saat lahir,
keadaan nifas, keadaan sekarang
Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
B. Data Obyektif
Berat Badan).
Darah,Nadi,
Suhu,Respirasi dan
Genetalia
dan
II.
III.
V.
VII. Evaluasi
Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien telah
terpenuhi, masalah yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari, klien
dan keluarga mengetahui kondisi kesehatannya dan klien mengetahui apa
yang harus di lakukan dalam rangka menjaga kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba, Ida Bagus. (2001). Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan, dan keluarga berencana
untuk pendidikan bidan, Jakarta: ECG
2. Prawirohardjo Sarwono . 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
3. Sinklair,C.C.R.,Webb,J.B. (1992). Segi praktis ilmu kebidanan dan kandungan untuk pemula.
Jakarta: Binarupa Aksara.
4. (Mochtar, Rustam Prof.Dr.1998. SINOPSIS OBSTETRI JILID 1. Jakarta: EGC)
5. (Prawirohardjo, Sarwono.2002.ILMU KEBIDANAN.Jakarta: Tridasa printer)
6. (http://homegarden.feedfury.com/content/40426481-askep-peritonitis.html) diakses pada hari
Jumat, 26 Februari 2016 pukul 09:00 WIB
7. (Mansjoer, Arif dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran jilid 1.Jakarta: Fakultas Kedokteran
Unifersitas Indonesia)
8. ( Saifuddin, Abdul Bari.2008.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo)
9. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cervicitis/in-depth/CON-20026738
diakses
16. https://www.menstruasi.com/node/137 diakses pada hari Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10:30
WIB
17. Manuaba.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan