Anda di halaman 1dari 73

JENIS INFEKSI PADA GENETALIA EKSTERNA DAN INTERNA PADA

IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS

DISUSUN OLEH :
PRODI D III JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III


PRODI D III KEBIDANAN
TAHUN 2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki masih
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Bekasi, Februari 2016
Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I
1.1 Pendahuluan
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

4
4
4

BAB II
2.1 RADANG GENITALIA EKSTERNA
2.1.1BARTOLINITIS

2.1.2VAGINITIS

10

2.1.3VULVO VAGIONITIS

14

2.2 RADANG GENITALIA INTERNA


2.2.1 CERVICITIS

19

2.2.2 UROGENITAL

26

2.2.3 ENDOMETRIOSIS

36

2.2.4 MIOMETRITIS

42

2.2.5 PARAMETRITIS

48

2.2.6 ADNEKSITIS

53

2.2.7 PERITONITISPELVIS

64

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga peritonum melalui vulva,
vagina, uterus dan tuba fallopii. Untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar dan untuk
menjaga jangan sampai infeksi meluas, masing - masing alat traktus genitalis memiliki
mekanisme pertahanan. Radang atau infeksi pada alat - alat genetalia dapat timbul secara
akut dengan akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa
bekas, atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba.
Penyakit akut juga bisa menjadi menahun, atau penyakit dari permulaan sudah
menahun.Infeksi pada uterus menjalar ke tuba Fallopii dan rongga peritonium melalui 2
jalan. Pada makalah ini akan dibahas mengenai miometritis atau radang miometrium yang
merupakan kelanjutan dari penyakit endometritis beserta dengan penanganannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Belum diketahuinya pengertian dari infeksi radang genetalia interna dan eksterna pada
ibu hamil, bersalin, dan nifas
2. Belum diketahuinya penyebab dari masing-masing infeksi radang genetalia interna dan
eksterna pada ibu hamil, bersalin, dan nifas
3. Belum diketahuinya tanda dan gejala dari infeksi radang genetalia interna dan eksterna
pada ibu hamil, bersalin, dan nifas
4. Belum diketahuinya penatalaksanaan dari masing-masing infeksi radang genetalia interna
dan eksterna pada ibu hamil, bersalin, dan nifas
1.3 TUJUAN
Agar dapat mengerti dan paham tentang Asuhan kebidanan pada infeksi radang
genetalia interna dan eksternas, khususnya tentang serviksitis, endometritis, endometriosis,
miometrosis, parametritis, adnexitis, peritonitis, pelviksitis, kelainan pada ovarium, dan
salpingitis beserta dengan penatalaksanaannya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 RADANG GENETALIA EKSTERNA
2.1.1 BARTOLINITIS
A. Definisi
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin. Bartolinitis juga dapat
menimbulkan

pembengkakan

pada

alat

kelamin

luar

wanita.

Biasanya,

pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan dan
dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.

B. Etiologi
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang
terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea,
dan sebagainya. Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat
diproduksinya cairan pelumas vagina
Etiologi Infeksi
a. Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
Virus
: Kondiloma Akuminata dan Herpes Simpleks.
Jamur
: Kandida Albikan.
Protozoa
: Amobiasis dan Trikomoniasis.
Bakteri
: Neiseria Gonore.
b. Infeksi alat kelamin wanita bagian atas :
Virus
: Klamidia Trakomatis dan Parotitis Epidemika.
Jamur
: Asinomises.

Bakteri

: Neiseria Gonore, Stafilokokus dan E.coli

C. Patofisiologi
Lama kelamaan cairan akan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut
sebagai kista (kantong berisi cairan). Kuman dalam vagina bisa menginfeksi
salah satu kelenjar bartolin hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada
infeksi, tak akan menimbulkan keluhan
D. Tanda dan Gejala
a) Pada vulva terdapat perubahan warna kulit, membengkak, timbunan nanah
dalam kelenjar, nyeri tekan.
b) Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau
duduk,juga dapat disertai demam
c) Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke Puakesmas dengan
keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa
sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin.
d) Terdapat abses pada daerah kelamin
e) Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur
dengan darah.

E. Pengobatan
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan: antibiotika golongan
cefadroxyl 500 mg, diminum 31 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari, dan
asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 31 untuk
meredakan rasa nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis.
F. Pemeriksaan Penunjang

G.

1.

Laboratorium

2.

Vulva

3.

In speculo

Penatalaksanaan

Tatalaksana Infeksi Alat Kelamin Wanita


Berikut ini adalah beberapa infeksi alat kelamin wanita yang sering
dijumpai di Puskesmas dan tatalaksana yang disesuaikan dengan sarana
diagnosis dan obat-obatan yang tersedia.
1. Gonore (GO)
Anamnese :
a. 99 kasus GO pada wanita menyerang servik uteri dan 50-75 % kasus
pada wanita tidak ada gejala atau keluhan.
b. Kalau ada keluhan biasanya disuria dan lekore, yang sering diabaikan
oleh penderita.
c. Sering anamnese hanya didapatkan riwayat kontak dengan penderita.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan dengan spekulum : ostium uteri eksternum bisa tampak
normal, kemerahan atau erosif. Tampak vaginal discharge dengan sifat
mukoid keruh, mukopurulen atau purulen. Mungkin didapatkan komplikasi
seperti : bartolinitis, salpingitis, abses tubo ovarii bahkan pelvik peritonitis.
Ketiga komplikasi tersebut terahir disebut Pelvis Inflamatory Disease
(PID).
Laboratorium :
Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus gram negatif
intraseluler lekosit.
2. Uretritis Non Gonore
Anamnese :
Biasanya tidak ada keluhan. Kalau ada, keluhan biasanya adalah disuria
dengan atau tanpa discharge. Sering juga dikeluhkan keluar darah pada akhir
dari buang air kecil (terminal dysuria). Sering bersifat kumat-kumata n
(yang membedakan dengan GO) Riwayat kontak sering (+)
Pemeriksaan :
Mungkin ada discharge uretra. Bila disertai sistitis, mungkin ada nyeri tekan
suprapubis.
Laboratorium :

Uretral discharge : diplokokus (-), lekosit >10/lapangan pandang.


Urin : berawan atau didapat benang-benang pendek (threads)
3. Trikomoniasis
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah adanya keputihan dengan jumlah banyak,
berwarna kuning atau putih kehijauan. Sakit pada saat berhubungan sex
(dyspareunia) juga sering dikeluhkan. Riwayat suami kencing nanah perlu
ditanyakan, karena > 50% penderita GO wanita disertai dengan
trikomoniasis.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan in speculo : terasa sakit, fluor albus cair dengan jumlah banyak
dan berwarna kuning atau putih kehijauan, khas : didapat bintik-bintik merah
(punctatae red spots atau strawbery cervix) di dinding vagina.
Laboratorium :
Fluor albus : dengan mikroskup cahaya Trichomonas vaginalis (+).
4. Kandidiasis
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah keputihan dan gatal di vagina.
Mungkin juga dikeluhkan adanya rasa sakit waktu melakukan aktivitas sexual.
Faktor predisposisi : diabetes militus, pemakaian Pil KB, dan pemakaian
antibiotika yang tidak terkontrol serta kegemukan.
Pemeriksaan :
Vulva

: tampak merah, udem, adanya plak putih, mungkin didapat juga


fisura atau erosi (Vulvovaginitis).

In speculo : Terasa sakit, Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan
biasanya menutup portio.
Laboratorium : Sel ragi (yeast cells) atau tunas (budding body) dan
pseudohypha atau spora.
H. Pencegahan

Untuk menghadang radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah satunya adalah
gaya hidup bersih dan sehat :
1. Konsumsi makanan sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda terhindar dari
kegemukan yang menyebabkan paha bergesek. Kondisi ini dapat
menimbulkan luka, sehingga keadaan kulit di sekitar selangkangan
menjadi panas dan lembap. Kuman dapat hidup subur di daerah tersebut.
2. Hindari mengenakan celana ketat, karena dapat memicu kelembapan. Pilih
pakaian dalam dari bahan yang menyerap keringat agar daerah vital selalu
kering.
3. Periksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama. Tak perlu
malu berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun belum menikah.
Karena keputihan dapat dialami semua perempuan.
4. Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada penderita
radang yang menggunakannya sebelum Anda.
5. Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan
membasuh dari depan ke belakang.
6. Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
7. Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan
seringkali salah kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian dalamnya
bersih. Padahal penggunaan pantyliner dapat meningkatkan kelembapan
kulit di sekitar vagina.
8. Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman
yang merugikan kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina
yang banyak diperdagangkan sebetulnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika
digunakan berlebihan bisa berbahaya.
9. Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat,
kuman juga bisa berasal dari pasangan Anda. Jika Anda bergantiganti pasangan, tak gampang mendeteksi sumber penularan bakteri.
Peradangan berhubungan erat dengan penyakit menular seksual dan pola
seksual bebas
2.1.2

VAGINITIS

A. Pengertian
Vaginitis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh vaginisis bakterial,
kandidiasis/ trikomoniasis vulvo vaginal, dan zat yang bersifat iritatif (Mochtar,
2003)
B. Etiologi
Vaginitis dapat disebabkan oleh:
1. Infeksi
a. Bakteri (misalnya klamedia gonokokus)
b. Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes dan wanita
hamil serta pemakai antibiotic.
c. Protozoa (misalnya trikomonas vaginalis)
d. Virus (misalnya HPV dan Herpes)
2. Zat atau benda yang bersifat iritatif
Misalnya spermisida, pelumas, diafragma, penutup serviks dan spons,
pembilas vagina, pakaian dalam yang terlalu ketat yang tidak berpori dan
tidak menyerap keringat.
3. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya.
4. Perubahan hormonal.
C. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari
vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat
atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih

kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam.


Misalnya bisa seperti keju atau kuning kehijauan atau kemerahan.
Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih,
abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan hubungan
seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat
karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak
yang tumbuh.Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi.
Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar
pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar
cairan kental seperti keju. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita
diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik.
Infeksi karena Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang
berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap.
Gatal-gatalnya sangat hebat.
Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan oleh
kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium. Polip pada serviks bisa
menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual. Rasa
gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi virus papiloma
manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium awal yang belum menyebar
ke daerah lain).
Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi
herpes atau abses. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan ole kanker atau
sifilis. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di
daerah vulva.
D. Jenis - jenis Vaginitis
1. Vaginitis trichomonas vaginalis
Infeksi ini disebabkan oleh trichomonas vaginalis yang mempunyai bentuk
kecil, berambut

getar dan lincah bergerak. Gejala utamanya : terdapat

keputihan encer sampai kental, warna kekuning-kuningan, terasa gatal dan


terasa membakar, berbau, ada bintik pada dinding vagina.
2. Vaginitis kandidiasis

Infeksi ini disebabkan oleh jamur candida albikans. Vaginitis kandidiasis


sering dijumpai pada wanita hamil, karena terdapat perubahan asam basa.
Gejala vaginitis kandidiasis antara lain: terdapat keputihan kental bergumpal,
terasa sangat gatal dan mengganggu, pada dinding vagina sering dijumpai
membran putih yang bila dihapuskan dapat menimbulkan perdarahan.
E. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Kebersihan yang baik dapat mencegah beberapa jenis vaginitis dari berulang dan
dapat meredakan beberapa gejala:
a. Hindari bathtub dan pusaran air panas spa. Bilas sabun dari luar daerah
genitalia anda setelah mandi, dan keringkan area itu dengan baik untuk
mencegah iritasi. Jangan gunakan sabun wangi atau kasar, seperti yang
dengan deodoran atau antibakteri.
b. Hindari iritasi. Ini termasuk tampon dan bantalan berparfum.
c. Usap dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Hindari
penyebaran bakteri dari tinja ke vagina.
d. Jangan gunakan douche. Vagina anda tidak memerlukan pembersihan lain
dari mandi biasa. Berulang menggunakan douche mengganggu organisme
normal yang berada di vagina dan dapat benar-benar meningkatkan risiko
infeksi vagina. Douche tidak menghilangkan sebuah infeksi vagina.
e. Gunakan kondom lateks laki-laki. Ini membantu mencegah infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual.
f. Pakailah pakaian katun dan stoking dengan pembalut di selangkangannya.
Jika Anda merasa nyaman tanpa itu, langsung mengenakan pakaian tidur.
Ragi tumbuh subur di lingkungan lembab.
2. Pengobatan
Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air
bisa membantu mengurangi jumlah cairan. Cairan vagina akibat vaginitis perlu
diobati secara khusus sesuai dengan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah
infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-virus, tergantung kepada
organisme penyebabnya.Terapi antibiotik yang sering di gunakan contohnya
adalah antibiotik (metronidazol,krim klindamisin)

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi karena vaginitis yaitu serviksitis, penyakit radang
panggul, infeksi traktus urinarius, salpingitis, servicitis

2.1.3

VULVO VAGINITIS

A. Pengertian
Vulvovaginitis adalah peradangan atau infeksi pada vulva dan vagina.
Vulvovaginal kandidiasis adalah nama yang sering diberikan untuk Candida
albicans vagina infeksi berhubungan dengan dermatitis dari vulva (gatal ruam).
'Vaginal thrush', dan 'monilia' juga nama-nama untuk Candida albicans infeksi.
Candida albicans adalah jamur ragi biasanya bertanggung jawab atas vulva
gatal dan pengosongan. Hal ini umumnya pelaku bahwa perempuan selalu
merujuk pada setiap Vulvovaginal gatal sebagai "infeksi jamur," tapi perlu
diketahui bahwa semua tidak selalu gatal disebabkan oleh ragi.
B. Etiologi
Vulvo vaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia dan
sangat umum. Hal ini dapat disebabkan oleh bakteri, ragi, virus, dan parasit lain.
Beberapa penyakit menular seksual juga dapat menyebabkan vulvovaginitis,
seperti yang bisa ditemukan berbagai bahan kimia gelembung mandi, sabun, dan
parfum. Faktor-faktor lingkungan seperti kebersihan yang buruk dan alergen juga
dapat menyebabkan kondisi ini.

Candida albicans, yang menyebabkan infeksi jamur, adalah salah satu


penyebab paling umum vulvovaginitis perempuan dari segala usia. Penggunaan
antibiotik dapat menyebabkan infeksi jamur dengan membunuh anti jamur
normal bakteri yang hidup di vagina. Infeksi jamur kelamin biasanya
menyebabkan gatal-gatal dan tebal, putih discharg vagina, dan gejala lain. Untuk
informasi lebih lanjut, lihat: ragi infeksi vagina
Penyebab lain adalah vulvovaginitis bakteri vaginosis, suatu
pertumbuhan berlebih dari jenis bakteri tertentu dalam vagina. Bakteri vaginosis
dapat menyebabkan tipis, warna abu-abu vagina dan bau amis.
Sebuah penyakit menular seksual yang disebut Trichomonas vaginitis infeksi
adalah penyebab umum lain. Infeksi ini mengarah ke kelamin gatal, bau vagina,
dan vagina yang berat, yang mungkin kuning-abu atau warna hijau.
Gelembung mandi, sabun, vagina kontrasepsi, feminin semprotan, dan
parfum dapat menyebabkan iritasi ruam gatal di daerah genital, sedangkan
nonabsorbent ketat atau pakaian kadang-kadang menyebabkan ruam panas.
Jengkel jaringan lebih rentan terhadap infeksi daripada jaringan normal,
dan banyak organisme penyebab infeksi berkembang dalam lingkungan yang
hangat, lembab, dan gelap. Tidak hanya faktor-faktor ini dapat berkontribusi
pada

penyebab

vulvovaginitis,

mereka

sering

memperpanjang

periode

pemulihan.
Kurangnya estrogen pada wanita postmenopause dapat menyebabkan
kekeringan vagina dan penipisan kulit vagina dan vulva, yang juga dapat
menyebabkan atau memperburuk kelamin gatal dan terbakar.
Nonspesifik vulvovaginitis (di mana penyebab dapat diidentifikasi) dapat
dilihat dalam semua kelompok usia, tetapi paling sering terjadi pada anak gadis
sebelum pubertas. Setelah pubertas dimulai, vagina menjadi lebih asam, yang
cenderung untuk membantu mencegah infeksi.
Vulvovaginitis nonspesifik dapat terjadi pada anak perempuan dengan
genital miskin kebersihan dan ditandai oleh berbau busuk, coklat-hijau pelepasan
dan iritasi labia dan vagina. Kondisi ini sering dikaitkan dengan pertumbuhan
berlebih dari suatu jenis bakteri yang biasanya ditemukan di dalam tinja. Bakteri

ini kadang-kadang menyebar dari anus ke area vagina dengan mengusap dari
belakang ke depan setelah menggunakan kamar mandi.
Pelecehan seksual harus dipertimbangkan pada anak-anak dengan infeksi
yang tidak biasa dan berulang episode dijelaskan vulvovaginitis. Neisseria
gonorrhoeae, organisme yang menyebabkan gonore, menghasilkan gonokokal
vulvovaginitis di gadis-gadis muda. Gonocorrhea vaginitis terkait dianggap
sebagai penyakit menular seksual. Jika tes laboratorium mengkonfirmasi
diagnosis ini, gadis-gadis muda harus dievaluasi untuk pelecehan seksual.
Sekitar 20% dari non-hamil wanita usia 15-55 pelabuhan Candida
albicans dalam vagina. Sebagian besar tidak mempunyai gejala dan itu berbahaya
bagi mereka. Pertumbuhan yang berlebihan dari Candida albicans menyebabkan
berat dadih putih seperti vagina, rasa panas di vagina dan vulva dan / atau ruam
gatal di vulva dan kulit di sekitarnya.
Estrogen menyebabkan lapisan vagina untuk dewasa dan mengandung
glikogen, sebuah substrat yang Candida albicans berkembang. Kurangnya
estrogen pada wanita yang lebih muda dan lebih tua membuat kandidiasis
Vulvovaginal jarang terjadi.
Pertumbuhan yang berlebihan dari Candida albicans terjadi paling sering
dengan:
Kehamilan
Dosis tinggi pil KB kombinasi dan estrogen berbasis terapi penggantian

hormon
Sebuah rangkaian antibiotik spektrum luas seperti tetracycline atau amoxiclav
Diabetes mellitus
Anemia kekurangan zat besi
Defisiensi imunologis misalnya, infeksi HIV
Di atas kondisi kulit yang lain, sering psorias , Planus lumut atau lumut

sclerosus.
Penyakit lain
C.

Patofisiologi
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel
vagina. Kemampuan melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies

Candida lainnya. Kemudian, Candida sp. mensekresikan enzim proteolitik yang


mengakibatkan

kerusakan

ikatan-ikatan

protein

sel

pejamu

sehingga

memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida sp. juga mengeluarkan


mikotoksin diantaranya gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas
fagositosis dan menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi Candida sp.
memudahkan proses invasi tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala
pada pejamu.
D. Manifestasi Klinis
Vulvovaginal gejala kandidiasis, yaitu, suatu pertumbuhan berlebih dari
Candida albicans, meliputi:

Gatal, nyeri dan / atau pembakaran ketidaknyamanan pada vagina dan vulva
Ruam merah terang yang mempengaruhi bagian dalam dan luar dari vulva,
kadang-kadang menyebar luas di pangkal paha untuk memasukkan daerah

kemaluan, daerah inguinal dan paha.


Ini bisa berlangsung hanya beberapa jam atau bertahan selama berhari-hari,

berminggu-minggu, atau jarang, bulan.


Gejala mungkin kadang-kadang diperparah oleh hubungan seksual.

E. Komplikasi
Ketidaknyamanan yang tidak hilang
Infeksi kulit (dari garukan)
Komplikasi karena penyebab kondisi (seperti gonore dan infeksi kandida)
F. Pencegahan
Untuk mencegah infeksi jamur, mengenakan pakaian katun agar udara
dapat bersirkulasi. Walaupun sejumlah obat untuk mengobati infeksi jamur barubaru ini akan tersedia over-the-counter, berhati-hati dalam membuat diagnosis
diri terburu-buru.
Penggunaan kondom selama hubungan seksual bisa mencegah sebagian
besar infeksi menular seksual vagina. Tepat pas dan memadai penyerap pakaian,
dikombinasikan dengan baik kebersihan daerah genital juga mencegah banyak
kasus infeksi non-vulvovaginitis.

Anak-anak harus diajarkan bagaimana cara benar membersihkan daerah


genital saat memandikan atau mandi. Tepat menyeka setelah menggunakan toilet
juga akan membantu (anak harus selalu menyeka dari depan ke belakang untuk
menghindari memperkenalkan bakteri dari anus ke vagina). Tangan harus dicuci
bersih sebelum dan setelah menggunakan kamar mandi.
G. Penatalaksanaan
Kadang-kadang

Candida

albicans

infeksi

tetap

ada

meski

terapi

konvensional yang memadai. Pada beberapa wanita hal ini mungkin merupakan
tanda kekurangan zat besi , diabetes melitus atau masalah imun, dan tes yang
sesuai harus dilakukan.
Perempuan yang mengalami berulang Vulvovaginal Candida albicans
melakukannya karena infeksi persisten, daripada infeksi ulang. Tujuan dari
perawatan dalam situasi ini adalah untuk menghindari pertumbuhan berlebih dari
kandida yang mengarah ke gejala, daripada harus mampu mencapai
pemberantasan menyelesaikan atau menyembuhkan.
Ada beberapa bukti bahwa langkah-langkah berikut dapat membantu:

Kapas atau uap air-wicking pakaian dalam dan pakaian longgar, menghindari

stoking nilon.
Perendaman dalam garam mandi. Hindari sabun
Menggunakan pembersih non-sabun atau krim untuk mencuci berair.
Terapkan hidrokortison krim untuk mengurangi gatal dan mengobati

sekunder dermatitis mempengaruhi vulva.


Perlakukan dengan krim anti jamur sebelum setiap periode menstruasi dan
sebelum terapi antibiotik untuk mencegah kambuh. Sebuah perjalanan
panjang sebuah antijamur topikal agen kadang-kadang diperlukan (tapi hal
ini mungkin sendiri menyebabkan dermatitis atau hasil dalam non-proliferasi

candida albicans).
Antijamur oral obat-obatan (itrakonazol atau flukonazol) dapat diambil
secara teratur dan sebentar-sebentar (misalnya sekali sebulan). Dosis dan
frekuensi yang cukup bervariasi, tergantung pada keparahan gejala. Oral agen

antijamur mungkin tidak sesuai pada kehamilan. Mereka membutuhkan

resep.
Asam borat (boraks) 600mg sebagai supositoria pada malam hari dapat
membantu untuk mengasamkan vagina dan mengurangi kehadiran khamir
(albicans dan non-candida albicans).

Langkah-langkah berikut belum ditunjukkan untuk membantu :

Perawatan pasangan seksual - laki-laki mungkin mendapatkan singkat reaksi


kulit pada penis, yang membersihkan cepat dengan krim antijamur.
Memperlakukan laki-laki tidak mengurangi jumlah episode kandidiasis pada

pasangan wanita mereka.


Khusus gula rendah, rendah ragi atau yoghurt tinggi diet
Menempatkan yoghurt dalam vagina
Obat alami (dengan pengecualian asam borat)

2.2 Radang Genetalia Interna


2.2.1 Cervicitis
Serviks uteri merupakan barrier bagi masuknya kuman ke dalam genitalia
interna. Pada nullipara dalam keadaan normal kanalis servikali bebas kuman,
sedangkan pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum yang sudah lebih
terbuka, batas bebas kumannya ialah daerah ostium uteri internum.

Sumber: httpwww.mayoclinic.orgfemale-reproductive-systemimg-20006428

a. Definisi

Cervicitis adalah peradangan yang terjadi pada serviks. Radang pada serviks
ini bisa terdapat pada porsio uteri diluar ostium uteri eksternum dan atau pada endo
serviks uteri.
Cervicitis Akuta
Dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endoserviks dan
ditemukan pada gonorea atau klamidia dan infeksi postpartum, yang disebabkan
oleh streptokokus, stafilokokus, dll. Dalam hal ini serviks memerah dan
membengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulen. Gejala-gejala pada
serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi
yang bersangkutan. Sehingga pengobatan yang dilakukan adalah dalam rangka
mengatasi infeksinya. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi
Cervicitis Kronika.
Cervicitis Kronika.
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar perempuan yang pernah
melahirkan. Luka-luka kecil ketika partus atau abortus memudahkan masuknya
kuman-kuman ke dalam endoserviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan
infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan.
1. Serviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan
infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Tidak menimbulkan gejala, kecuali
pengeluaran sekret yang agak putih-kuning.
2. porsio tampak kemerahan, sekret yang dikeluarkan berupa mukus dan nanah.
3. Sobekan pada serviks lebih luas dan mukosa endoserviks lebih kelihatan dari
luar (ekstropion); Mukosa dalam keadaan ini lebih mudah terinfeksi dari vagina.
Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras, sekret
mukopurulen bertambah banyak.
Penderita cervicitis bisa saja tidak mengalami tanda-tanda atau gejala. Di
antara tanda-tanda dan gejala, penderita terkadang mendapati perdarahan diantara
periode menstruasi dan perubahan pada cairan vagina.

Sumber: httpwww.mayoclinic.orgdiseases-conditionscervicitismultimediacervicitisimg-20008354

Seringkali, penyebab cervicitis berasal dari infeksi menular seksual,


seperti klamidia atau gonore. Cervicitis juga dapat berkembang dari penyebab
yang non infeksius.

b. Gejala
Keberhasilan pengobatan cervicitis tidak terlepas dari cara mengobati
penyebab yang mendasari peradangan.Paling sering, cervicitistidak menyebabkan
tanda dan gejala, dan biasanya penderita baru menyadari kondisinya setelah
melakukan tes Pap Smear atau biopsi. Adapun tanda-tanda dan gejala yang bisa
muncul :
1. Keputihan
Keputihan yang berwarna hijau, kuning, ataupun coklat dalam jumlah
banyak, dan seperti nanah. kadang-kadang memiliki bau yang tidak sedap
bahkan bisa terasa gatal dan nyeri.
2. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang abnormal, yang tidak seperti dengan menstruasi
normal. Jenis perdarahan bisa berupa bercak/flek diantara periode menstruasi
atau perdarahan yang banyak sampai memerlukan pad atau tampon dalam
setiap satu sampai dua jam atau lebih.

3. Nyeri ketika Buang Air Kecil (Dysuria)


Dysuria adalah ketidaknyamanan atau perasaan terbakar saat buang air
kecil, biasanya dirasakan di saluran yang membawa urin keluar dari
kandung kemih (uretra) atau daerah sekitar alat kelamin (perineum).
4. Nyeri ketika Berhubungan Seksual (Dyspareunia)
Dyspareunia adalah nyeri yang berulang atau menetap/persistent yang
terjadi sebelum, selama atau setelah hubungan seksual.

c. Penyebab
Kemungkinan penyebab cervicitis meliputi :
1. Infeksi Menular Seksual (IMS).
Paling sering, infeksi bakteri dan virus yang menyebabkan cervicitis
ditularkan melalui kontak seksual termasuk gonore, klamidia, trikomoniasis
dan herpes genital.
2. Reaksi Alergi.
Alergi terhadap spermisida kontrasepsi atau lateks pada kondom, dapat
menyebabkan cervicitis. Alergi terhadap produk feminine hygiene, seperti
douche atau feminine deodorants, juga dapat menyebabkan cervicitis.
3. Perkembangan Bakteri yang Berlebih (Bacterial Overgrowth).
Pertumbuhan berlebih dari beberapa bakteri yang biasanya hidup di vagina
(bacterial vaginosis) bisa menyebabkan cervisitis.

d. Faktor Risiko

Faktor-faktor yang membuat perempuan lebih beresiko terpapar cervicitis :


1. Terlibat dalam perilaku seksual berisiko tinggi, seperti seks tanpa kondom,
hubungan seks dengan banyak pasangan (multiple partner) atau berhubungan
seks dengan seseorang yang terlibat dalam perilaku berisiko tinggi.
2. Mulai melakukan hubungan seksual pada usia dini.
3. Memiliki riwayat infeksi menular seksual.

e. Komplikasi
1. Serviks berfungsi sebagai barrier untuk menjaga bakteri dan virus memasuki
rahim. Ketika leher rahim terinfeksi, ada peningkatan risiko bahwa infeksi akan
melakukan perjalanan ke dalam rahim.
2. Cervicitis yang disebabkan oleh gonore atau klamidia dapat menyebar ke lapisan
rahim dan tuba fallopi, mengakibatkan Pelvic Inflamation Disease (PID), infeksi
pada organ reproduksi perempuan yang dapat menyebabkan masalah kesuburan
jika tidak ditangani.
3. Cervicitis juga dapat meningkatkan risiko seorang wanita terkena HIV dari
pasangan seks yang terinfeksi.
4. Pada ibu hamil, jika tidak segera diobati cervicitis yang disebabkan oleh penyakit
menular seksual dapat menyebabkan persalinan prematur dan keguguran. Hal ini
juga dapat menyebabkan infeksi pada mata dan paru-parubayi baru lahir.

Sumber: pregnancy.jpg

f. Tes dan Diagnosis


Untuk mendiagnosa cervicitis, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik
yang meliputi:
1. Pelvic Exam
Pelvic Exam atau Pemeriksaan panggul adalah prosedur yang relatif singkat,
di mana petugas kesehatan memeriksa vulva, vagina, leher rahim, rahim,
rektum dan panggul, termasuk ovarium, untuk mengecek adanya massa,
pertumbuhan atau kelainan abnormal lainnya. Ia memeriksa organ panggul
untuk daerah pembengkakan dan nyeri. Ia juga dapat melakukan pemeriksaan
inspeculo untuk melihat bagian atas dari vagina dan leher rahim. Sementara
secara bersamaan menekan perut, sehingga dapat mengevaluasi rahim,
ovarium dan organ panggul lainnya.
2. Tes Pap Smear
Tes Pap Smear, merupakan metode screening untuk kanker serviks, juga dapat
dilakukan selama pemeriksaan panggul.

Sumber: httpwww.mayoclinic.orgtests-procedurespap-smearmultimediapap-testimg-20007025

Dalam tes Pap Smear, petugas kesehatan menggunakan spekulum untuk menahan
dinding vagina (1). Selanjutnya, ia mengumpulkan sampel sel dari leher rahim
menggunakan small cone-shaped brush atau a cotton-tipped swab denganspatula
plastik/kayu kecil (2). Dokter kemudian memulaskan sampel sel ke kaca geser
atau menempatkannya ke dalam botol yang berisi larutan untuk melestarikan sel
untuk diperiksa di bawah mikroskop (3).

3. Urinalysis
Urinalysis adalah tes untuk mengevaluasi sampel urin. Urinalysis digunakan
untuk mendeteksi dan menilai berbagai gangguan, seperti infeksi saluran kemih,
penyakit ginjal dan diabetes.

Sumber: httpwww.24hrurine.com

Tes ini dilakukan dengan memeriksa penampilan, konsentrasi dan kandungan


pada urin. Hasil urinalysis abnormal dapat menunjukkan penyakit atau kelainan.
Misalnya, infeksi saluran kemih dapat membuat urin terlihat keruh. Ataupun
peningkatan kadar protein dalam urin bisa menjadi tanda penyakit ginjal.

g. Treatment dan Obat-obatan


Penderita mungkin tidak membutuhkan pengobatan untuk cervicitis yang
disebabkan oleh sesuatu diluar dari infeksi menular seksual (IMS). Tetapi
penderita yang disebabkan oleh IMS, cenderung membutuhkan pengobatan.
1. Obat-obatan yang dapat menghilangkan peradangan cervicitis :
a. Obat antibiotik, untuk infeksi bakteri seperti gonore atau klamidia. Dokter
mungkin menyarankan tes ulang untuk servisitis yang disebabkan oleh gonore

atau klamidia.
Penatalaksanaan:
Klamidia Trachomatis sensitif terhadap makrolida dan tetrasiklin. Antibiotik
ini sudah digunakan sejak lama untuk infeksi genitalia. Dapat diberikan

dengan dosis 500 mg 4 x sehari selama 7 hari atau 250 mg x 4 sehari selama
-

14 hari.
Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 100

mg 2 x sehari selama 7 hari.


Regimen alternatif dapat diberikan: Eritromisin 500 mg 4 x sehari selama 7
hari atau 250 mg 4 x sehari selama 14 hari (pasien yang sedang hamil).

b. Obat antivirus, untuk infeksi virus seperti herpes genital. Namun, obat antivirus
tidak menyembuhkan herpes, yang merupakan kondisi kronis dan dapat ditularkan
ke pasangan Anda setiap saat.
Penatalaksanaan:
- Acyclovir 200 400 mg 5 x sehari.
- Infus acyclovir I.V. untuk ensefalitis herpes simplex dan pasien yang
mengalami supresi imun.
2. Terapi
a. Pengobatan lokal tidak dapat menyembuhkan cervicitis kronika, karena tidak
dapat menjangkau kuman yang bersarang di kelenjar-kelenjar. Oleh karena itu
bisa dengan Kauterisasi-radial dengan termokauter, atau dengan Krioterapi.
b. Jika radang menahun mencapai endoserviks jauh ke dalam canalis servikalis,
perlu dilakukan Konisasi dengan mengangkat sebagian besar mukosa
endoserviks.
c. Pada laserasi serviks yang agak luas perlu dilakukan Trakhelorafia. Pinggir
sobekan dan sedikit endoserviks diangkat, lalu luka-luka baru dijahit sehingga
bentuk serviks seperti semula.
d. Jika sobekan dan infeksi sangat luas perlu dilakukan Amputasi Serviks. Efek
sampingnya, perpendekan serviks dapat mengakibatkan abortus, sehingga
sebaiknya dilakukan pada perempuan yang tidak ingin hamil lagi.
3. Untuk menghindari penularan infeksi bakteri dari atau kepada pasangan, Bisa
dengan menunda dahulu untuk tidak melakukan hubungan seks sampai selesai
dengan pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter.

h. Pencegahan
Selalu menjaga personal hygiene khususnya di area genitalia.

Cermat dan selektif dalam memilih dan menggunakan produk pemicu

timbulnya reaksi alergi.


Untuk mengurangi risiko cervicitis dari IMS, gunakan kondom secara
konsisten dan benar setiap kali berhubungan seks. Kondom sangat efektif
terhadap penyebaran IMS, seperti gonore dan klamidia, yang dapat
menyebabkan cervicitis. Selain itu, berada dalam hubungan jangka panjang
yang saling monogami dengan pasangan yang tidak terinfeksi juga dapat
mengurangi peluang tertular IMS.

2.2.2

UROGENITALIA
A. Pengertian
Sistem perkemihan atau biasa disebut system urogenital adalah suatu system
dimana terjadinya proses penyaringan darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem urogenital merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan
sistem genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian
atas dan bagian bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis
renalis dan ureter, sedangkan traktus urinarius bagian bawah terdiri dari vesika
urinaria dan uretra. Untuk sistem genitalia eksterna pada wanita berupa vagina,
uterus dan ovarium.
Adapun susunan system perkemihan (sistem urinaria) didalam tubuh manusia
adalah ginjal,ureter,vesica urinaria,dan uretra.
B. Etiologi
Infeksi biasanya dimulai mulai dari daerah kandung kemih yang kemudian
dapat menjalar ke ginjal. Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri yang
memasuki uretra, dan kemudian secara bertahap membuat jalan keatas kebagian
lain dari saluran kemih, sebelum akhirnya mencapai ginjal. Faktor farktor yang

dapat menghambat aliran urine atau pengosongan kandung kemih bisa


menyebabkan infeksi ginjal.
Perubahan hormone dan fisik yang menyertai kehamilan kadang dapat
membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi ginjal. Selama kehamilan, ibu
hamil kadang susah untuk dapat mengosongkan kandung kemih sepenuhnya, ini
membuat urine kembali mengalin kembali ke ureter. Semua factor ini membuat
semakin sulit bagi urine melewati saluran kemih dengan cepat. Hal ini dapat
memberikan lebih banyak kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak dan
menyebabkan infeksi yang akhirnya menyebar ke ginjal.
Selain itu Tonus otot kandung kemih lemah disebabkan berkurangnya suplay
hormon progesteron pada pascasalin. Rasa nyeri pada panggul dan daerah
sekitar jalan lahir yang menimbulkan rasa sakit pada saat berkemih. Faktor
psikologis ibu yang masih trauma dengan proses persalinan ataupun laseresi
jalan lahir yang dialaminya.

C. Patofisiologi
(Bendungan total urine) Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah
BBL dapat menyebabkan perdarahan karena kontraksi uterus terganggu dan jika
terjadi pada tahap lanjut maka dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka
terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih normal,bila hal ini
berlangsung

lama

maka

dinding

kandung

kemih

akan

mengalami

kerusakan. Hematuria (Adanya darah dalam urine)yang terjadi pada minggu


pertama postpartum menandakan adanya trauma pada kandung kemih waktu
persalinan, selanjutnya terjadi infeksi pada saluran perkemihan.
D. Klasifikasi
Dalam system perkemihan, bisa saja terjadi gangguan-gangguan terperinci,
gangguan-gangguan itu adalah sebagai berikut.
1. Infeksi saluran urogenital
Infeksi saluran urogenital umumnya disebabkan oleh bakteri
Escherichia coli. Dapat pula disebabkan oleh proteus, klebsiella,dan

staphylococcus terutama bila sedang terpasang kateter. Pada saluran


urogenital dapat terjadi penyakit,seperti :
a.

Sistitis
Sistitis

adalah

infeksi

saluran

kemih,yang

lebih

banyak

menyerang wanita dari pada pria,karena pada wanita muara uretra dan
vagina dekat dengan daerah anal. Factor resiko sititis adalah
bersetubuh,kehamilan, kandung kemih neurogenis, pemasangan
kateter,keadaan-keadaan obstruktif dan diabetes mellitus. Apabila
berlanjut,akan menyebabkan kuman-kuman naik dari kandung kemih
ke pelvis ginjal,yang disebut dengan pielonefritis. Penderita sistitis
akan merasakan keluhan seperti dysuria (nyeri saat miksi), sering
berkemih, merasa ingin berkemih terus, dan sakit diatas daerah
suprapubis.
b.

Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang pelvis ginjal. Penyebab paling sering
penyakit ini adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang
menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada
yang menahun. Pielonefritis menahun ada dua tipe yaitu pielonefritis
yang disebabkan oleh refluks vesikouretral yang dapat menyebabkan
infeksi papilla senyawa perifer dan jaringan parut dikutub ginjal. Dan
pielonefritis yang disebabka oleh obstruksi saluran kemih yang
menimbulkan tegangan tinggi aliran balik urine, yang menyebabkan
infeksi semua papila, jaringan parut ginjal menyebar dan penipisan
lapisan korteks ginjal.

2. Penyakit Glomerular
a.

Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi di nasofaring oleh Streptococcus -hemolitik. Lebih sering
menyerang anak-anak, dengan gejala yaitu edema akut, oiguria,

proteinuria, urine berwarna, dan biasa disertai dengan hipertensi.


Penyakit ini merupaka penyakit autoimun karena terbentuk antibodi yang
merusak membran basal gromerulus tubuh itu sendiri. Penyakit ini dapat
menyebabkan gagal ginjal.
b. Sindrom Nefrotik (nefrosis)
Nefrosis dapat menyebabkan glomerulonefritis, gejala yang
dominan adalah albuminaria (>3,5 gram/hari). Hilangnya protein akibat
meningkatnya permeabilitas membran basal glomerulus. Akibatnya
terjadi hipoalbuminemia yang menyebabkan edema generalisata.
3. Obstruksi Saluran Kemih
Obstruksi saluran kemih disebabkan oleh hipertrofi prostat, batu ginjal dan
tumor ginjal. Gangguan obstruktif dapat menyebabkan disfungsi ginjal berat
yang meliputi hemoragi dan gagal ginjal, bila tidak diatasi.
a.

Hipertrofi Prostat
Penyebabnya diduga ketidakseimbangan hormon kelamin pria dan
wanita, yang terjadinya dengan meningkatnya usia. Biasanya testosteron
adalah androgen utama dalam darah dan membentuk dua metabolit, yaitu:
dihidrotestosteron dan -estradiol. Estradiol adalah steroid yang memiliki
sifat-sifat estrogenik. Ia biasanya bekerja sama dengan androgen, namun
dapat bekerja independen dengan menimbulkan efek berlawanan dengan
androgen. Testosteron serta metabolitnya bekerja sama menghasilkan
hiperplasia prostat. Pada pria dia atas 60 tahun, testosteron plasma
menurun, namun hipertrofi prostat sudah dapat timbul 10-20 tahun
sebelum adanya penurunan kadar plasma itu.

b. Gagal Ginjal
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ
ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja
sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh,
menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan

kalium didalam darah atau produksi urine. Penyakit gagal ginjal ini dapat
menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana
hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal
lebih sering dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum
lanjut usia. Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam
kehamilan dan nifas karena dapat menimbulkan kematian atau kerusakan
fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi.
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius
yang diderita oleh tubuh yang mana secara perlahan - lahan berdampak
pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali
berdampak kerusakan ginjal diantaranya :

Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)

Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)

Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor,


penyempitan/striktur)

Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik

Menderita penyakit kanker (cancer)

Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada


organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)

Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat infeksi atau pun
dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut
sebagai glomerulonephritis.
Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan

fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah; Kehilangan
carian banyak yang mendadak (muntaber, perdarahan, luka bakar), serta
penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis,
Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis. Penyakit gagal ginjal
berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk dimana ginjal
sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana funngsinya.
Gagal ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan komplikasi
yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas, karena dapat

menimbulkan kematian atau kerusakan fungsi ginjalyang tidak bisa


sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam 1300-1500 kehamilan.
Kelainan ini didasari oleh 2 jenis patologi.
1. Nekrosis tubular akut, apabila sumsum ginjal mengalami kerusakan.
2. Nekrosis kortikal bilateral apabila sampai kedua ginjal yang
menderita
Penderita yang mengalami gagal ginjal mendadak ini sering
dijumpai pada kehamilan muda 12-18 minggu, dan kehamilan telah
cukup bulan. Pada kehamilan muda, sering diakibatkan oleh abortus
septic

yang

diakibatkan

oleh

bakteri

Chlostridia

welchii

atau

streptococcus. Gambaran klinik lain yaitu berupa sepsis, dan adanya


tanda-tanda oligouria mendadak dan azothemia serta pembekuan darah
intravaskuler (DIC), sehingga terjadi nekrosis tubular yg akut. Kerusakan
ini dapat sembuh kembali bila kerusakan tubulus tidak terlalu luas dalam
waktu 10-14 hari. Seringkali dilakukan tindakan tindakan histerektomi
untuk menagatasinya, akan tetapi ada peneliti yang menganjurkan tidak
perlu melakukan operasi histerektomi tersebut asalkan penderita
diberikan antibiotic yang adekuat dan intensif serta dilakukan dialysis
terus menerus sampai fungsi ginjal baik. Lain halnya dengan nekrosis
kortikal yang bilateral, biasanya dihubungkan dengan solusio plasenta,
preeclampsia berat atau eklampsia, kematian janin dalam kandungan
yang lama, emboli air ketuban yang mnyebabkan terjadinya DIC, reaksi
transfuse darah atau pada perdarahan banyak yang dapat menimbulkan
iskemi.
Penderita dapat meninggal dalam waktu 7-14 hari setelah timbulnya
anuria. Kerusakan jaringan dapat terjadi di beberapa tempat yang tersebar
atau ke seluruh jaringan ginjal.
Pada masa nifas sulit diketahui sebabnya, sehingga disebut sindrom ginjal
idiopatik postpartum. Penanggulangan pada keadaan ini, penderita diberi
infuse, atau transfusi darah, diperhatikan keseimbangan elektrolit dan
cairan dan segera dilakukan hemodialisis bila ada tanda-tanda uremia.

Banyak penderita membutuhkan hemodialis secara teratur atau dilakukan


transplantasiginjal untuk ginjal yang tetap gagal. Gagal ginjal dalam
kehamilan ini dapat dicegah bila dilakukan:
1. Penangan kehamilan dan persalinan dengan baik
2. Perdarahan, syok, dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan baik
3. Pemberian trannfusi darah dengan hati-hati.

E. Faktor Resiko
1. Retensi Urin
Bentuk uterus yang inkarserta dan retroversi akan menyebabkan ureter stasis
dan meregang. Hal ini akan mengakibatkan rasa nyeri ketika miski dan
retensi urin akut, dan lebih jauh lagi akan menyebabkan cystitis.
2. Ureter yang pendek
Wanita yang memiliki ureter yang pendek, yang lebih panjangnya hanya
sekitar 3,5cm dan letaknya hampir berdekatan dengan rektum,perineum dan
vagina. Ureter dapat tertekan ketika terjadi prolapsutro-vaginal, hal ini yang
menyebabkan sisa urin tertinggal dan menjadi sumber infeksi.
3. Trauma Jalan Lahir
Trauma dapat terjadi saat persalinan, ketika bagian dasar kandung kemih dan
leher janin berada dalam posisi yang sulit.
F.

Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami penderita
secara akut antara lain : Bengkak mata, kaki, nyeri pinggang hebat (kolik),
kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing merah /darah, sering kencing.

Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri.
Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya gagal ginjal
kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan, mual, muntah,
bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi. Kelainan urin:
Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain: Creatinine
darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif.
G.

Komplikasi
Komplikasi seperti hipertensi dan preeklamsi lebih sering pada perempuan
dengan penyekit ginjal polikistik. Kehamilan tampaknya tidak menyebabkan
perburukan

atau

akselerasi

percepatan

perjalanan

penyakit.

(Prawiroharjo.2009:841) Komplikasi yang dapat terjadi adalah abortus dan janin


yang terinfeksi. Mortalitas ibu dan bayi apabila tidak diobati berkisar 3040%,kelahiran prematur dan IFUD.
Prognosis pada ibu akhirnya buruk; ada yang segera meninggal, ada yang
agak lama,hal itu tergantung dari luasnya kerusakan ginjal waktu diagnosis
dibuat, dan ada atau tidak adanya faktor-faktor yang mempercepat proses
penyakit.
Prognosis bagi janin dalam kasus tertentu tergantung pada fungsi ginjal dan
derajat hipertensi. Wanita dengan fungsi ginjal yang cukup baik tanpa hipertensi
yang berarti dapat melanjutkan kehamilan sampai cukup bulan walaupun
biasanya bayinya lahir dismatur akibat insufiensi plasenta. Apabila penyakit
sudah berat, apalagi disertai tekanan darah yang sangat tinggi, biasanya
kehamilan berakhir dengan abortus dan partus prematurus, atau janin mati
dalam kandungan.
H.

Penanganan
Penyakit ginjal tidak dapat disembuhkan. Perawatan difokuskan untuk
mencegah dan memperlambat agar penyakit tidak berkembang serta meredakan
rasa sakit. Selain itu, pengobatan juga bertujuan untuk mengurangi risiko
munculnya penyakit lainnya yang terkait.

Untuk wanita dengan fungsi ginjal yang normal atau menurun saat sebelum
hamil (kreatinin serum di bawah 125 umol / l), biasanya tidak timbul efek yang
merugikan selama jangka panjang, tetapi ada peningkatan risiko komplikasi
kehamilan seperti darah tinggi (hipertensi dan pre- eklampsia).
Wanita dengan gangguan ginjal berat lebih mungkin untuk menderita darah
tinggi (hipertensi, pre-eklampsia) atau persalinan kurang bulan (prematur),
memiliki bayi yang kecil, keguguran atau penurunan fungsi ginjal yang menetap
dalam jangka panjang.
Biasanya kehamilan sangat jarang terjadi pada wanita pada stadium akhir
gagal ginjal karena kebanyakan wanita tersebut tidak subur. Kesuburan sering
kembali dengan cepat setelah transplantasi ginjal berhasil.
Jika perempuan dengan dialisis terjadi kehamilan, biasanya ia mempunyai
resiko yang sangat tinggi akan terjadinya keguguran, hipertensi berat, bayi kecil,
dan persalinan kurang bulan. Angka kelahiran hidup hanya sekitar 50%. Bila
dilakukan transplantasi ginjal, hasilnya lebih baik Obat-obatan, terutama
antihipertensi, harus ditinjau pada wanita dengan penyakit ginjal yang ingin
hamil.
Pada wanita hamil dengan penyakit ginjal, target tekanan darah harus di
bawah 140/90 mmHg. Wanita dengan penyakit ginjal harus diberikan aspirin
dosis rendah sebagai profilaksis terhadap pre-eklampsia, dengan pengobatan
dimulai dalam trimester pertama.
Infeksi gagal ginjal juga dapat diobati dengan antibiotik. Dalam kondisi
yang parah, wanita hamil dengan infeksi ginjal mungkin perlu dirawat dirumah
sakit dan diberikan cairan intravena dan antibioti. Perawatan selam kehamilan
pada dasarnya akan bergantung pada tingkat parahnya infeksi.
Jika tidak segera diobati, infeksi ginjal akan dapat merusak ginjal, selain
itu. Wanita hamil yang mengalami infeksi ginjal dapat memiliki resiko yang
sangat tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
I. Pengobatan sesuai Tingkat Keparahan
Tingkat keparahan chronic kidney disease (CKD) menentukan jenis
pengobatan yang diberikan. Dalam beberapa kasus, kerusakan pada ginjal dan

sirkulasi tubuh dapat dicegah dengan konsumsi obat-obatan untuk mengontrol


tekanan darah dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Di samping itu, obat-obatan juga diberikan untuk mengontrol atau
mencegah CKD berkembang hingga tubuh kehilangan hampir semua fungsi
ginjal. Kondisi ini disebut dengan gagal ginjal permanen atau established renal
failure (ERF). Selain konsumsi obat-obatan, perkembangan CKD dan tekanan
darah tinggi dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup sebagai berikut:

Mengurangi berat badan, terutama jika Anda mengalami obesitas.


Berolahraga teratur.
Berhenti merokok.
Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang dan rendah lemak
Membatasi konsumsi minuman keras.
Menjaga konsumsi garam tidak lebih dari 6 gram atau satu sendok teh per

hari.
Kecuali diresepkan oleh dokter, hindari konsumsi obat anti-inflamasi nonsteroid seperti ibuprofen.

2.2.3

ENDOMETRIOSIS

A. Definisi dan penyebab


Kata Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang
melapisi bagian dalam rahim (uterus). Endometriosis terjadi ketika jaringan yang
serupa dengan jaringan endometrium ditemukan di luar rahim, biasanya di dalam
rongga perut.
Banyak kemiripan antara jaringan endometrium yang ditemukan di luar
rahim tersebut dengan endometrium di dalam rahim dalam merespon siklus
menstruasi. Pada akhir setiap siklus menstruasi, ketika hormon yang
menyebabkan rahim untuk melepaskan lapisan endometriumnya, maka jaringan
endometrium yang tumbuh di luar rahim tersebut juga akan pecah dan berdarah.
Bedanya adalah, cairan menstruasi dari rahim dapat dibuang dari dalam tubuh
selama menstruasi, sedangkan darah dari jaringan di luar rahim tersebut tidak
dapat dibuang. Jaringan di sekitar daerah endometriosis dapat meradang atau
bengkak. Peradangan ini dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar daerah

endometriosis. Daerah dari jaringan endometrium tersebut dapat berkembang


menjadi lesi, implan, nodul, atau pertumbuhan. Daerah yang paling
umum untuk pertumbuhan ini adalah pada ovarium wanita.
Penyebab endometriosis diketahui karena potongan-potongan dari
endometrium masuk kembali melalui tuba falopi dan keluar ke dalam rongga
panggul (yaitu ruang di dalam panggul yang terdapat organ reproduksi).
Potongan kecil dari jaringan endometrium tersebut dapat menempel pada
permukaan organ reproduksi. Selama menstruasi, jaringan tersebut mengalami
perdarahan sama seperti endometrium di dalam rahim. Perdarahan diluar rahim
tersebut dapat menyebabkan iritasi pada jaringan di sekitarnya, yang dapat
menyebabkan pembengkakan dan peradangan. Seiring berlalunya waktu,
jaringan parut dan kista (endometrioma) dapat terbentuk.
Kadar hormon estrogen yang tinggi terbukti dapat memperparah penderita
endometriosis. Karena itu, endometriosis umumnya menyerang wanita di usia produktif.
Ada beberapa faktor risiko selain estrogen yang diduga sebagai pemicunya, yaitu faktor
keturunan, pengaruh infeksi panggul yang pernah diidap, serta keabnormalan pada
rahim.

B. Insidensi dan edipidemiologi


Setiap wanita yang mengalami siklus menstruasi dapat terkena
endometriosis. Endometriosis paling sering terjadi antara usia 25 sampai 40
tahun, tetapi bisa juga terjadi pada wanita yang lebih muda. Kondisi ini paling
sering terjadi pada wanita yang belum memiliki anak.
Endometriosis merupakan penyakit yang bergantung dengan kadar estrogen
akibat P450 aromatase dan defisiensi 17 beta-hidrohidroksisteroid
dehidrogenase. Aromatase mengkatalisis sintesis estron dan estradiol dari
androstenedion dan testosteron, dan berada pada sel retikulum endoplasma. Pada
sel granulosa 17beta-hidrohidroksisteroid dehidrogenase mengubah estrogen
kuat (estradiol) menjadi estrogen lemah (estron).
C. Diagnosis klinis

Seringkali endometriosis tidak menunjukkan gejala-gejala. Ketika gejala


endometriosis terlihat, gejalanya antara lain:
a. Kram perut atau nyeri punggung saat menstruasi. Kadang diikuti oleh
kejang-kejang di otot perut.
b. Kram menstruasi yang sangat menyakitkan.
c. Buang air besar yang menyakitkan. Dan biasanya akan menyebabkan sakit
pada anus dan daerah sekitarnya.
d. Jika pernah mengalami sakit maag, maka gejala endomteriosis akan mirip
e.
f.
g.
h.
i.

saat sakit perut ketika mengalami maag


Buang air kecil yang menyakitkan, terutama saat menstruasi.
Perdarahan abnormal atau berat selama menstruasi.
Sakit ketika hubungan intim.
Pada saat haid berlangsung, jumlah darah yang keluar berlimpah
Sulit hamil.

D. Terapi untuk endometriosis


Untuk kasus endometriosis ringan, dokter mungkin meresepkan pil hormon
yang harus diminum setiap hari. Terapi hormon dapat mengurangi ukuran
pertumbuhan jaringan. Setelah terapi hormon dihentikan, biasanya pertumbuhan
jaringan kembali ke ukuran semula. Hormon juga mengurangi jumlah perdarahan
yang dihasilkan selama menstruasi sehingga memberikan waktu bagi jaringan
untuk sembuh dan mengurangi potensi jaringan parut dari di dalam jaringan.
Hormon-hormon yang umumnya diresepkan dokter antara lain:

Pil KB

Progesteron (progestin),
Danazol, yaitu hormon pria hasil buatan orang, yang mengurangi ukuran
jaringan abnormal. Danazol dapat menyebabkan cacat lahir. Wanita yang
menggunakan obat ini harus menggunakan salah satu jenis KB untuk
mencegah kehamilan. Karena hormon ini merupakan hormon pria, maka
efek samping lain yang muncul adalah jerawat dan pertumbuhan rambut
abnormal. Efek samping tersebut menyebabkan obat ini kurang umum

digunakan untuk mengobati endometriosis.


Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis, yaitu hormon yang
meniru menopause dan dapat digunakan untuk mengobati dan
mendiagnosis endometriosis.

Obat untuk mengurangi nyeri kram antara lain:

Motrin
Anaprox

E. Pembedahan untuk Endometriosis


Untuk kasus endometriosis yang lebih parah, jaringan parut dapat
dihilangkan selama laparoskopi. Hal ini tampaknya memperbaiki gejala nyeri
dan dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan. Tindakan alternatif lain yang
juga dapat dilakukan adalah histerektomi untuk mengangkat ovarium dan rahim.
Prosedur yang kurang umum dilakukan dan mungkin dapat membantu mengatasi
rasa sakit dari endometriosis adalah LUNA (Laparoscopically Uterosacral Nerve
Ablation) dan Presacral Neurectomy.
F. Diagnosis laparoskopi
Merupakan baku emas yag harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis
endometriosis, dengan pemeriksaan visualisasi langsung ke rongga
abdomen,yang mana pada banyak kasus sering dijumpai jaringan endometriosis

tanpa adanya gejala klinis. Invasi jaringan endometrium dapat ditemukan di


daerah abdomen atas, permukaan kandung kemih dan usus. Penampakan klasik
dapat berupa jelaga biru-hitam dengan keragaman derajat pigmentasi dan fibrosis
di sekelilingnya. Warna hitam disebabkan timbunan hemosiderin dari serpih haid
yang terperangkap, kebanyakan invasi ke peritoneum berupa lesi-lesi atipikal tak
berpigmen berwarna merah atau putih. Diagnosis endometriosis secara visual
pada laparoskopi tidak selalu sesuai dengan pemastian histopatologi meski
penderitanya mengalami nyeri pelvik kronik. Endometriosis yang didapat dari
laparoskopi sebesar 36%, ternyata secara histopatologi hanya terbukti 18% dari
pemeriksaan histopatologi.

G. Hubungan warna lesi endometriosis peritoneal secara laparoskopi dan makna


klinisnya
Warna lesi

Merah

Putih

Hitam

Aktivitas biologis
Sangat tervaskularisasi dan
proliferatif; aktivitas produksi
prostaglandin F 2 alpha sama

Makna klinis

Stadium dini endometriosis

dengan lesi hitam.


Sedikit sekali tervaskularisasi,

Lesi yang sembuh atau laten

metabolik tak aktif, jaringan

kurang nyeri dibandingkan

fibrosa.
Aktivitas produksi

lesi hitam atau merah


Stadium lanjut endometriosis

prostaglandin F 2 alpha sama

(76- 93% terpastikan secara

dengan lesi merah.

histopatologis)

H. Stadium endometriosis
Penentuan stadium endometriosis sangat penting dilakukan terutama untuk
menerapkan cara pengobatan yang tepat dan untuk evaluasi hasil pengobatan.
Namun stadium ini tidak memiliki korelasi dengan derajat nyeri, keluhan pasien,
maupun prediksi respon terapi terhadap nyeri atau infertilitas. Hal ini dapat
dimengerti karena endometriosis dapat dijumpai pada pasien yang asimptomatik
(pasien yang tidak menyadari gejala yang timbul). Klasifikasi Endometriosis
yang digunakan saat ini adalah menurut American Society For Reproductive
Medicine yang telah di revisi pada tahun 1996 yang berbasis pada tipe, lokasi,
tampilan, kedalaman invasi lesi, penyebaran penyakit dan perlengketan.
Penentuan stadium atau keterlibatan endometriosis didasarkan pada system
nilai bobot (weighted point system). Catat jumlah, ukuran dan letak susukan
endometriosis, bongkah (plak), endometrioma, dan atau perlekatan. Pada stadium

I (minimal), bobot : 1 5 gram ; stadium II (ringan), bobot : 6 15 gram ;


stadium III (sedang), bobot : 16 40 gram ; stadium IV (berat), bobot : > 40.
Susukan endometriosis peritoneum didefinisikan sebagai lesi superfisial, dimana
tampilan lesi dapat sebagai warna merah (merah, merah-muda, merah menyala,
gelembung darah, gelembung bening), warna putih (opasifikasi/keruh, cacat
pertitoneum, coklat-kekuningan), atau hitam (hitam, tumpukan hemosiderin,
biru). Endometriosis diklasifikasikan sebagai lesi dalam jika menyebuk lebih dari
5 mm dibawah permukaan peritoneum.

2.2.4

MYOMETRITIS

A. Pengertian
Myometritis / Metritis adalah radang miometrium. Metritis adalah infeksi
uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian
ibu. Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari
endometritis, sehingga gejala dan terapinya seperti endometritis.
B. Klasifikasi Myometritis
1. Metritis Akut
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi
postpartum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian
dari infeksi yang lebih luas yaitu merupakan lanjutan dari endometriosis.
Kerokan

pada

wanita

menimbulkan metritis akut.

dengan

endometrium

yang

meradang

dapat

Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa


pembengkakan dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan
limfe atau lewat tromboflebitis dan kadang kadang dapat terjadi abses.
2. Metritis Kronik
Metritis Kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragia dengan uterus yang lebih besar dari biasanya, sakit pinggang
dan leukore. Akan tetapi pembesaran uterus pada multipara umumnya
disebabkan oleh penambahan jaringan ikat akibat kehamilan, sedang gejala
gejala yang lain mungkin mempunyai sebab lain. Bila pengobatan terlambat
ataukurang adekuat dapat menjadi abses, peritonitis, Syok septik, infeksi
pelvik yang menahun, penyumbatan tuba dan infertilitas.
3. Tanda dan gejala
Gejala metritis sama dengan gejala yang muncul pada Endometritis :
a.
b.
c.
d.
e.

Demam
Nyeri perut bawah, keluar lochea berbau / purulent
Perdarahan vaginal
Sakit pinggang
Nyeri tekan uterus

C. Diagnosa
Pada metritis diagnosa hanya dapat dibuat secara Patologi Anatomis
D. Komplikasi

Dapat terjadi penyebaran ke jaringan sekitar seperti :

a.
b.
c.
d.

Parametritis ( infeksi sekitar rahim )


Salpingitis ( infeksi saluran otot )
Ooforitis ( infeksi indung telur )
Pembentukan nanah sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan, 407)

E. Penanganan
Terapi miometritis :
a.
b.
-

Antibiotika spektrum luas


Ampisilin 2 g iv / 6 jam
Gentamisin 5 mg kg / BB
Metronidasol 500 mg iv / 8 jam
Profilaksi Antitetanus

c. Evakuasi sisa hasil konsepsi


Antibiotik kombinasi
Transfusi jika diperlukan

F. LANDASAN ASUHAN KEBIDANAN


I.
PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri abdomen, keluar keputihan yang berbau tidak
sedap, serta demam.
3. Riwayat Menstruasi
4. Riwayat perkawinan
5. Riwayat kebidanan lalu
6. Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
7. Riwayat laktasi
8. Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan pernah mengalami keguguran dan kemudian
dikuret.
9. Riwayat Penyakit pasien
10. Riwayat penyakit keluarga
11. Bio-psiko-sosial-spiritual
-

Pola nutrisi

Pola Aktivitas

Personal Hygiene : wanita yang kurang menjaga hygiene rentan


terhadap infeksi

Pola Seksual :ibu mengatakan sakit saat melakukan hubungan


seksual pada daerah panggul

12. Pengetahuan ibu

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU, Kesadaran, TD ( 110 170 mmHg ), Nadi ( >100 x/mnt ), Suhu
( > 37,5oC ),Respirasi ( >24 x/mnt )
2. Pemeriksaan Fisik
1). Kepala dan muka : tidak ada masalah
2). Mata : kalau perdarahan banyak biasanya konjungtiva pucat,
sklera putih.
3). Telinga : tidak terdapat masalah
4). Hidung : tidak terdapat masalah
5). Mulut dan Gigi : tidak terdapat masalah
6). Leher : tidak terdapat masalah
7). Dada : tidak terdapat masalah
8). Abdomen : terdapat nyeri tekan pada perut dan terasa sakit pada
perut
9). Genetalia : adanya keluaran terdapat pengeluaran berupa
darah/keputihan kental dan berbau busuk
10). Anus : tidak terdapat hemoroid
11). Ekstremitas : tidak terdapat masalah
3. Pemeriksaan penunjang :
HB : 8 10 gr%
II.

INTERPRETASI DATA DASAR


Dalam langkah ini data subjektif dan data objektif yang sudah
dikaji kemudian dianalisa menggunakan teori-teori fisiologis dan teori-teori

patologis sesuai dengan perkembangan kondisi ibu selama di berikan


asuhan. Hasil analisis dan interpretasi data menghasilkan rumusan
diagnosis.

a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah merupakan kesimpulan yang ditegakkan
oleh bidan dalam lingkup praktik kebidanan dengan memenuhi standar
diagnosa nomenklatur kebidanan.
b. Masalah
Masalah merupakan suatu kondisi yang tidak sesuai dengan
perkembangan fisiologis.
c. Kebutuhan
Merupakan hal-hal yang dibutuhkan oleh ibu atau menurut bidan hal itu
harus diketahui oleh ibu tapi tidak dirasakn oleh ibu. Hal yang
dibutuhkan oleh ibu dapat berupa informasi/tindakan
III.

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Pada tahap ini setelah bidan merumuskan diagnosa atau masalah
dituntut untuk memikirkan masalah atau diagnosa potensial yang merupakan
akibat dari masalah/diagnosa yang ada. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar
terjadi.

IV.

MERUMUSKAN

KEBUTUHAN

AKAN

TINDAKAN

SEGERA,

TINDAKAN KOLABORASI DAN RUJUKAN


Kebutuhan akan tindakan segera untuk mengantisipasi ancaman
yang fatal, sehingga nyawa ibu dapat terselamatkan. Tindakan segera bisa

merupakan intervensi langsung oleh bidan bisa juga berdasarkan hasil


kolaborasi dengan profesi lain.
V.

MENYUSUN RENCANA ASUHAN


Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu
kepada diagnosa, masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan
kondisi klien saat diberi asuhan.

VI.

PELAKSANAAN ASUHAN SESUAI DENGAN PERENCANAAN


SECARA EFISIEN
Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah
direncanakan pada langkah sebelumnya, baik yang bersifat antisipasi,
tindakan segera, support, kolaborasi, bimbingan konseling, pemeriksaan dan
follow up.

VII.

EVALUASI
Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan
klien terpenuhi, masalah yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari,
klien dan keluarga mengetahui kondisi kesehatannya dan klien mengetahui
apa yang harus dilakukan dalam rangka menjaga kesehatannya.

2.2.5

PARAMETRITIS

Gambar : dengan parametritis (selulitis parametrium), infeksi rahim menyebar ke ligamentum


latum, dengan gejala yang berkembang setelah minggu pertama postpartum

A. Pengertian
Parametritis (atau dikenal juga dengan selulitis parametrium) adalah
peradangan jaringan yang berdekatan dengan rahim (parametrium). Infeksi
menyebar melalui limfatik melewati dinding rahim menuju ligamentum latum
atau seluruh panggul (Gorrie, dkk., 1994).
Radang paling banyak berlokasi di parametrium bagian lateral akan tetapi
dapat juga ke depan dan ke belakang, serta dapat menjadi abses. Jika terjadi abses,
nanah harus dikeluarkan karena abses dapat mencari jalan ke rongga perut yang
menyebabkan

peritonitis,

ke

rektum

atau

kandung

kencing

(Sarwono

prawirohardjo, 2010)
B. Etiologi
Penyebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi persalinan. Ada 3 hal
yang menjadi penyebab parametritis yaitu :
a. Endometritis dengan 3 cara yaitu:
Percontinuitatum : endometritis metritis parametitis

Lymphogen
Haematogen : phlebitis periphlebitis parametritis
b. Dari robekan serviks
c. Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD)
C. Klasifikasi
Parametritis akut terjadi apabila kuman jalan limfe melewati batas uterus dan
sampai ke jaringan ikat di paremetrium. Infeksi ini sering disebabkan oleh
streptokokus dan stafilokokus. Kejadian ini muncul karena infeksi puerperal atau
postapartum, akan tetapi dapat ditemukan pula sebagai akibat tindakan
intrauterin dan sebagainya. Radang ini berlokasi paling banyak di parametrium
bagian lateral atau (parametritis lateralis) akan tetapi bisa juga ke dapan
(parametritis anterior) dan kebelakang (parametritis posterior) dan radang ini
bisa juga menjadi abses.
Apabila terjadi abes dan proses berkembang terus maka abses akan mencari
jalan keluar di atas ligamentum pourparti ke daerah ginjal melalui foramen
obturatorium ke paha bagian dalam dan sebagainya. Parametritis dapat pula
menahun dan ditempat radang terjadi fibrosis. Jika abses meluas maka di tempat
abses mendekati permukaan terdapat odema dan hiperemi dan di bawah kulit dan
jaringan subkutan dapat diraba bagian dari tumor yang akan memecah keluar.
nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke
rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung
kencing.
D. Patofisiologi
Endometritis Infeksi meluas Lewat jalan limfe atau tromboflebitis
Infeksi menyebar ke miometrium Miometritis Infeksi meluas lewat jalan
limfe / tromboflebitis Parametritis
E. Tanda dan gejala
Biasanya muncul sekitar 7-10 hari setelah infeksi awal

Suhu naik ( >38C)

Nadi cepat
Nyeri pada perut bagian bawah
Nyeri saat bersenggama
Saat pemeriksaan dalam teraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus
dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat
meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu
dapat tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara
menetap menjadi naik turun disertai dengan menggigil.
Dalam dua pertiga kasus tidak terjadi pembentukan abses. Tumor di \
sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat
parametrium yang kaku.

F. Prognosis
Demam kontinyu lebih buruk prognosanya dari demam remitens. Demam
menggigil berulang-ulang, insomnia dan ikterus merupakan tanda-tanda yang
kurang baik. Kadar Hb yang rendah dan jumlah leukosit yang rendah atau sangat
tinggi memburukkan prognosa.
Juga kuman penyebab yang ditentukan dengan pembiakan menentukan
prognosa.
Menurut derajatnya septikemia merupakan infeksi yang paling berat dengan
mortalitas tinggi, dan segera diikuti oleh peritonitis umum. Pada Pelvioperitonitis
dan Sellulitis pelvis bahaya kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang
sesuai. Abses memerlukan tindakan untuk mengeluarkan nanahnya.
G. Diagnosis
Palpasi perut pada awal penyakit ini tidak menimbulkan rasa sakit, ketika

perut bernanah menjadi sensitif terhadap palpasi.


Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kenaikan dari sel darah putih

yang menandakan terjadinya infeksi.


Kultur untuk GO dan chlamydia digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG abdomen (perut) atau
USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat reproduksi lainnya.
Biopsi endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya infeksi.

Laparaskopi adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera


melalui insisi (potongan) kecil di perut untuk melihat secara langsung organ
di dalam panggul apabila terdapat kelainan.

H. Pencegahan
a. Selama hamil
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi partus,
harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan
faktor penting karenanya asumsi makanan yang baik harus diperhatikan
b. Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin
kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya partus tidak berlarutlarut, menyelesaikan kelahiran dengan trauma sedikit mungkin, dan
mencegah terjadinya perdarahan banyak.
c. Setelah partus
Sesudah partus terdapat luka-luka di beberapa tempat pada jalan
lahir harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari
luar.
I.

Pengobatan
Antibiotika memegang peranan penting dalam pengobatan infeksi partus
karena pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai
tanpa menunggu hasilnya. Terapi pada parametritis yaitu dengan memberikan
antibiotika berspektrum luas. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam
dosis tinggi atau antibiotika dengan spektrum luas, seperti ampicillin dan lainlain. Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk
mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat
penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya
diberikan. Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya
nanah tidak masuk ke dalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang
agak besar tidak sampai dilukai. Jika ditemukan abses, di tempat itu perlu
diadakan pembukaan tumor dan drainase karena abses mencari jalan ke

jaringan tubuh yang lain. Kalau ada fluktasi perlu dilakukan insisi. Tempat
insisi ialah di atas lipat paha atau pada cavum douglas.
J. Penanganan
1. Antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan metronidazol
2. Berikan obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg 1M setiap 6jam

2.2.6

ADNEKSITIS

A. Definisi
Radang tuba falloppi dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Oleh
sebab itu tepatlah nama salfingo-ooritis atau adneksitis untuk radang tersebut.
Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar

ke atas dari uterus,

walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan
darah atau menjalar dari jaringan-jaringan di sekitarnya.
B. Etiologi
Di antara sebab- sebab yang paling banyak terdapat ialah infeksi gonorrhea
dan infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10 % infeksi disebabkan oleh
tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan

( kerokan, laparotomi, pemasangan IUD dan sebagainya ) dan perluasan radang


dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
C. Klasifikasi
1. Salpingo-ooritis akut
Salpingo-ooritis akut yang disebabkan oleh gonorrhea sampai ke tuba
sampai uterus melalui mukosa . Pada endosalping tampak oedema serta
hyperemia dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan, epitel masih
utuh., tapi pada infeksi yang lebih beratkelihatan degenerasi epitel yang
kemudian menghilang pada daerah yang agak luas, dan ikut juga terlihat
lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen
yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan
peradangan di sekitarnya ( peritonitis pelvika )
Salpingitis akuta piogenik banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau
pada abortus septic, akan tetapi dapat disebabkan pula sebagai akibat
berbagai tindakan, seperti Streptococcus ( aerobic dan anaerobic ),
stafilococcus, E.coli, Klostridium welchii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar
dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke
parametrium terus ke tuba, dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Di sini
timbul salpingitis interstisialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal
dan menunjukkan infiltrasi leukosit tetapi mukosa seringkali normal. Hali
ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, di mana
radang terdapat terutama pada mukosa dengan dengan sering terjadi
penyumbatan lumen tuba. Dalam hubungan ini, dalam salpingitis piogenik
kemungkinan lebih besar bahwa tuba terbuka setelah penyakitnya sembuh.
Ovarium biasanya ikut dalam salpingitis. Kadang-kadang ovarium tidak
ikut meradang, sebaliknya biarpun jarang bisa terjadi radang terbatas pada
ovarium, bahlan bisa terjadi abses ovarium.
2. Salpingo-ooforitis kronika

Dapat didadakan pembagian antara :


a. Hidrosalping, terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian
dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan
dengan akibat retensi cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping dapat
berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping folikularis. Pada
hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang
hidrosalping folikularis terbagi dalam ruangan-ruangan kecil.
b. Piosalping, dalam stadium menahun merupakan kantong dengan
dinding tebal yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat
perlekatan dengan jaringan di sekitarnya.
c. Salpingitis interstisial kronika, pada salpingitis interstisial kronika
dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan
pengumpulan nanah sedikit-sedikit di tengah-tengah jaringan otot.
Terdapat pula perlekatan dengan jaringan-jaringan di sekitarnya, seperti
ovarium, uterus dan usus.
d. Kista tubo-ovarial, pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan
kista folikel ovarium, sedang pada abses tuboovarial piosalping bersatu
dengan abses ovarium. Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri,
daru stadium akut dapat memasuki stadium menahun
e. Abses ovarial
f. Salpingitis tuberculosis
D. Gejala
Gambaran klinis salpingo-ooforitis akuta ialah demam, leukositosis dan rasa
nyeri di sebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang terdapat
pada kedua adneksa. Setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan
batas yang tidak jelas dan yang nyeri tekan.Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri
mendadak dan apabila defence musculiare tidak teralu keras, dapat diraba tumor
nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata. Suhu dan leukositosis juga
tidak seberapa tinggi. Ruptura tuba pada kehamian ektopik terganggu disertai

dengan gejala-gejala yangmendadak, sangat nyeri, dan anemi. Umumnya


peristiwa ini tidak menimbulkan banyak kesukaran dalam diagnosis dferensial.
Yang lebih sulit ialah diagnosis abortus tuba. Umumnya pada abortus tuba suhu
tidak naik atau hanya naik sedikit, dan leukositosi juga tidak seberapa tinggi.
Gejala-gejala salpingo-ooforitis kronika tidak selalu jelas, penyakit bisa
didahului oleh penyakit-penyakit akut dengan panas, rasa nyeri yang cukup kuat
di perut bagian bawah, akan tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau
menahun. Umumnya penderita merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri
atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan
penyakit pinggang. Leukorea sering terdapat disebabkan oleh servisitis kronika.
Haid umumnya lebih banyak dari biasa dengan siklus yang seringkali tidak
teratur. Penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas,
disminore dapat ditemukan juga pada kasus ini.
E. Terapi
Terapi pada salpingo-ooforitis akuta terdiri atas istirahat baring, perawatan
umum, pemberian antibiotika dan analgetika.Dengan terapi tersebut, penyakit
dapat menjadi sembuh atau mennjadi menahun. Jarang sekali terpai salpingoooforitis akuta memerlukan pembedahan. Pembedahan perlu dilakukan :
1. Jika terjadi rupture piosalping atau abses ovarium
2. Jika terdapat gejala-gejala ileus karena perlekatan
3. Jika terdapat kesukaran untuk membedakan antara apendisitis akuta dan
salpingo-ooforitis akuta
Pada salpingo-ooforitis kronika, jika penyakitnya msaih dalam keadaan
subakut, penderita harus diberi terapi dengan antibiotika dengan spectrum luas.
Jika keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan
penderita dinasehatkan supaya penderita jangan melakukan pekrjaan yang beratberat. Dengan terapi ini, biarpun sisa- sisa peradangan masih ada, keluhan
keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang.

Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis kronika. Indikasi


untuk terapi ini adalah ;
1. Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi diatermi, keluhan tetap ada
dan mengganggu kehidupan sehari-hari
2. Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang
3. Apabila ada tumor di sebelah uterus, dan setelah dilakukan beberapa terapi
diatermis tumor tidak mengecil, sehingga timbul adanya dugaan
hidrosalping, piosalping, kista tuba ovarial dan sebagainya
4. Apabila ada infertiitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini
sebaiknya dilakukan laparoskopi dahulu apakah ada harapan yang cukup
besar bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan
perlekatan dapat dilepaskan.
F. Konsep Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu yang memiliki masalah
yangberhubungan dengan

gynekologi

dilakukan dengan pendekatan

manajemen Varney tetapi pendokumentasiannya dalam bentuk SOAP.


Penerapan 7 langkah manajemen menurut Varney di dalam memberi asuhan
kebidanan pada ibu hamil secara sistematis sebagai berikut.
I. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data subyektif dan data obyektif, berupa data focus yang
dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya,
menggunakann anamnesa, pemeriksaan fisik, penimbangan berat badan,
tinggi badan, dan pemeriksaan laboratorium. Jenis data yang dikumpulkan
adalah :
`

a. Data subyektif yang terdiri dari :

Biodata ibu dan suami


Wanita yang mengalami adneksitis bisa saja wanita yang
sudah menikah ataupun yang belum menikah. Semua wanita
berpotensi untuk mengalami adneksitis, terutama wanita pada usia

subur, mulai dari wanita yang baru mengalami menstruasi hingga


yang menjelang menpause ataupun wanita yang sudah menopause
sendiri.

Alasan ibu memeriksakan diri


Sebagian besar adneksitis menimbulkan gejala berupa
nyeri, dan bila sudah dalam tingkatan yang tingi akan menjdi nyeri
yang sangat tajam. Perlu diperhatikan bila pasien yang datang
dengan adneksitis biasanya mengeluh: merasa nyeri di perut bagian
bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada
pekerjaan berat, disertai dengan penyakit pinggang.

Leukorea

sering terdapat disebabkan oleh servisitis kronika. Haid umumnya


lebih banyak dari biasa dengan siklus yang seringkali tidak teratur.
Penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas,
disminore dapat ditemukan juga pada kasus ini.

Riwayat menstruasi
Wanita dengan adneksitis biasanya mengalami gangguan
haid, baik dari siklusnya maupun banyaknya darah yang keluar, tak
jarang juga mengalami dismenorhoe

Riwayat perkawinan
Wanita yang mengalami adneksitis tidak terbatas pada
wanita yang sudah pernah menikah atau berhubungan seksual saja,
wanita yang belum pernah menikah dan berhubungan seksual juga
tidak menutup kemungkinan terkena adneksitis.

Riwayat obstetric

Kehamilan tidak mempengaruhi timbulnya adneksitis pada


wanita karena baik wanita yang sudah pernah hamil dan
melahirkan ataupun yang belum.

Riwayat pemakaian alat kontrasepsi


Wanita yang mengalami adneksitis bisa yang sudah pernah
menggunakan alat kontrasepsi maupun yang belum pernah
menggunakan

alat

kontrasepsi.

Namun,

pemasangan

IUD

merupakan salah satu fator penyebab dari terjadinya adneksitis,


sehingga perlu dikaji adakah riwayat penggunaan alat kontrasepsi
berupa IUD sebelumnya bagi ibu yang pernah menggunakan alat
kontrasepsi.

Riwayat laktasi
Adneksitis bisa terjadi baik pada wanita yang belum pernah
menyusui ataupun yang sudah pernah menyusui sebelumnya.

Riwayat gynekologi
Adneksitis dapat juga terjadi pada wanita dengan
permasalahan lainnya pada organ genitalianya, di mana adneksitis
juga dapat terjadi karena adanya penjalaran infeksi dari tempat
peradangan awal di satu organ genital sekitar adneksa.

Riwayat kesehatan
Adneksitis bisa dialami oleh setiap wanita, terutama wanita
yang menderita PMS dalam hal ini kaitannya adalah dengan
penyakit Gonorhea.Wanita dengan penyakit gonorrhea lebih
berpotensi mengalami adneksitis dibandingkan dengan wanita
yang sehat. Adneksitis juga dapat disebabkan oleh karena
peradangan yang meluas dari organ lain, appendiks misalnya,

sehingga ibu dengan appendiks juga berisiko mengalami


adneksitis.

Riwayat biopsikososial spiritual


Gaya

hidup

atau

perilaku

wanita

juga

berpotensi

menyebabkan seorang wanita mengalami adneksitis.Wanita yang


sering melakukan seks bebas maupun melakukan hubungan
seksual dengan lebih dari satu partner akan berisiko mengalami
adneksitis. Wanita yang social ekonominya rendah dan tidak
memiliki pendidikan juga kemungkinan mengalami kista ovarium
karena tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk
memenuhi pola hidup sehat.
b. Data objektif
Didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa
dan hasil pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan sistematis dan obstetri
dengan tehnik palpasi, inspeksi, auskultasi, dan perkusi serta hasil
pemeriksaan penunjang (lab, rontgen, Laparoskopi)
1. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum pada wanita yang mengalami adneksitis akan
mendapatkan data yang berbeda sesuai dengan kondisinya. Bila wanita
tersebut masih di tingkat akut, mungkin masih dalam keadaan yang baik,
komunikatif dan tidak terlalu mengalami gangguan dalam keadaan
umumnya. Namun keadaan akan lebih buruk bila ibu sudah memasuki
tahap salpingo-ooforitis kronik.
2. Pemeriksaan Sistematis dan Gynekologis
a. Kepala dan Leher
Hasil pada pemeriksaan pada kepala dan leher akan mengikuti
hasil pemeriksaan umum. Bila keadaan umum klien tampak
anemis maka keadaan wajah akan menunjukkan tanda-tanda
anemis seperti pucat dan konjungtiva berwarna pucat pula.
Pembengkakan pada kelenjar limfe dan tiroid atau pelebaran vena

jugularis tidak terjadi pada penderita kecuali bila penderita juga


mengalami gangguan lain seperti penyakit jantung atau struma.
b. Dada dan aksila
Penderita adneksitis, umumnya tidak akan dijumpai kelainan pada
daerah payudara maupun aksilanya.
c. Abdomen
Pada penderita adneksitis, pada pemeriksaan abdomen akan
ditemukan nyeri tekan pada bagian perut bawah di tempat
terjadinya adneksitis. Setelah lewat beberapa hari dijumpai pula
tumor dengan batas yang tidak jelas dan yang nyeri tekan.Pada
torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence
musculiare tidak teralu keras, dapat diraba tumor nyeri tekan
dengan batas nyeri tekan yang nyata
d. Anogenital
Pada pemeriksaan anogenital tidak akan mengalami kelainan yang
berarti pada penderita adneksitis, hanya saja biasanya pada
adneksitis akan ditemukan adanya pengeluaran berupa leukorhe
dari vagina ibu.
e. Ekstermitas
Pada penderita adneksitis umumnya tidak mengalami masalah
pada ekstremitasnya, namun pada beberapa kasus adneksitis ada
pula yang mengalami oedema. Hanya saja pada kejadian anemis,
maka dapat dilihat perubahan dari warna kkuku jari tangan dan
kaki ibu.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang penderita adneksitis khususnya
pemeriksaan darah lengkap akan ditemukan leukositosis akibat adanya
peradangan yang ditimbulkan.
Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti Ultrasonografi
(USG) Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer)
digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi
tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan
gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat

dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keadaan adneksa,


ada atau tidaknya tumor di bagian tuba maupun ovarium ibu.
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan
melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat
ovarium, mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
II. Interpretasi data dasar/analisa data
Dalam langkah ini data subjektif dan data objektif yang sudah
dikaji kemudian dianalisa menggunakan teori-teori fisiologis dan teori-teori
patologis sesuai dengan keluhan, gejala yang dirasakan dan hasil
pemeriksaan. Hasil analisis dan interpretasi data menghasilkan rumusan
diagnosis penyakit yang diderita.
III. Merumuskan diagnosa/masalah potensial
Pada tahap ini setelah bidan merumuskan diagnosa atau masalah
dituntut untuk memikirkan masalah atau diagnosa potensial yang
merupakan akibat dari masalah/diagnosa yang ada. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
Komplikasi atau keadaan yang potensial terjadi pada penderita kista
ovarium antara lain:
-

perdarahan dalam kista: Perlahan menimbulan rasa sakit dan kemudian


mendadak menjadi akut abdomen.

Torsi tangkai kista.dapat terjadi pada tumor dengan panjang tangkai


sekitar 5 cm atau lebih dan ukurannya masih kecil dan gerakan yang
terbatas .Sering terjadi pada saat hamil dan asca partumdan saat terjadi
akut abdomen.

Dapat pula terjadi peradangan yang meluas ke bagian organ lainnya


sehingga kadang bisa pula terjadi peritonitis.

Infeksi
Menimbulkan gejala dolor , kolor dan fungsiolesa.perut tegang dan

panas hasil pemeriksaan laboratorium menujukkan gejala infeksi.

IV. Merumuskan Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Tindakan Kolaborasi Dan


Rujukan
Kebutuhan akan tindakan segera untuk mengantisipasi ancaman yang
fatal. Tindakan segera bisa merupakan intervensi langsung oleh bidan bisa
juga berdasarkan hasil kolaborasi dengan profesi lain.
V. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu kepada
diagnosa, masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi
klien saat diberi asuhan. Perencanaan yang mungkin disusun untuk
penderita adneksitis, antara lain:
a. istirahat baring, perawatan umum, pemberian antibiotika dan
analgetika
b. Pembedahan pada salpingo-ooforitis akut perlu dilakukan :
- Jika terjadi rupture piosalping atau abses ovarium
- Jika terdapat gejala-gejala ileus karena perlekatan
- Jika terdapat kesukaran untuk membedakan antara apendisitis
akuta dan salpingo-ooforitis akuta
c. Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis kronika.
Indikasi untuk terapi ini adalah ;
- Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi diatermi, keluhan
tetap ada dan mengganggu kehidupan sehari-hari
- Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang
- Apabila ada tumor di sebelah uterus, dan setelah dilakukan
beberapa terapi diatermis tumor tidak mengecil, sehingga timbul

adanya dugaan hidrosalping, piosalping, kista tuba ovarial dan


sebagainya
- Apabila ada infertiitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal
ini sebaiknya dilakukan laparoskopi dahulu apakah ada harapan
yang cukup besar bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka
dengan sempurna dan perlekatan dapat dilepaskan.
VI. Pelaksanaan asuhan sesuai dengan perencanaan secara efisien
Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah
direncanakan pada langkah sebelumnya, baik yang bersifat antisipasi,
tindakan segera, support, kolaborasi, bimbingan konseling, pemeriksaan
dan follow up.
VII. Evaluasi
Padalangkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien
terpenuhi, masalah yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari,
klien dan keluarga mengetahui kondisi kesehatannya dan klien mengetahui
apa yang harus dilakukan dalam rangka menjag kesehatannya.
2.2.6

PERITONITIS PELVIS
A. Pengertian
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan
pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon
inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi
atau invasi bakteri
B. Klasifikasi
Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Peritonitis bakterial primer
Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada
cavum peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen.
Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau
Pneumococus. Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Spesifik

: misalnya Tuberculosis

2. Non spesifik

: misalnya pneumonia non tuberculosis an Tonsilitis.

Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi,
keganasan intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi.
Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal
kronik, lupus eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.
b. Peritonitis bakterial akut sekunder (supurativa)
Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi
gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umumnya organisme tunggal
tidak akan menyebabkan peritonitis yang fatal. Sinergisme dari multipel
organisme dapat memperberat terjadinya infeksi ini. Bakterii anaerob,
khususnya spesies Bacteroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob
dalam menimbulkan infeksi.
Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat memperberat
suatu peritonitis. Kuman dapat berasal dari:
- Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam
cavum peritoneal.
- Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan
oleh bahan kimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari usus.
- Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra abdominal, misalnya
appendisitis.
c. Peritonitis tersier, misalnya:
- Peritonitis yang disebabkan oleh jamur
- Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.
Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, seperti misalnya
empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine.
d. Peritonitis Bentuk lain dari peritonitis:
- Aseptik/steril peritonitis
- Granulomatous peritonitis

- Hiperlipidemik peritonitis
- Talkum peritonitis
C. Etiologi
Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa
inflamasi dan penyulitnya misalnya perforasi appendisitis, perforasi tukak
lambung, perforasi tifus abdominalis. Ileus obstruktif dan perdarahan oleh
karena perforasi organ berongga karena trauma abdomen
1. Infeksi bakteri
Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
Appendisitis yang meradang dan perforasi
Tukak peptik (lambung / dudenum)
Tukak thypoid

Tukan disentri amuba / colitis

Tukak pada tumor

Salpingitis

Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha dan
beta hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling
berbahaya adalah clostridium wechii.

2. Secara langsung dari luar.


Operasi yang tidak steril
Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi
peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai
respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa

serta merupakan peritonitis lokal.


Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati
Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk
pula peritonitis granulomatosa.

Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti


radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis,
glomerulonepritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau

pnemokokus.
D. Patofisiologi
Peritonitis menimbulkan efek sistemik. Perubahan sirkulasi, perpindahan
cairan, masalah pernafasan menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Sistem sirkulasi mengalamin tekanan dari beberapa sumber. Respon
inflamasi mengirimkan darah ekstra ke area usus yang terinflamasi. Cairan dan
udara ditahan dalam lumen ini, meningkatkan tekanan dan sekresi cairan ke
dalam usus. Sedangkan volume sirkulasi darah berkurang, meningkatkan
kebutuhan oksigen, ventilasi berkurang dan meninggikan tekanan abdomen
yang meninggikan diafragma.
E. Tanda dan Gejala
Peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut
abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya
(peritoneum visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum
parietal). Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu
demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi,
dehidrasi hingga menjadi hipotensi selain itu perut kembung dan nyeri. Muka
penderita mula mula yang merah menjadi pucat, mata cekung, kulit muka
dingin.. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum
ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang
karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari
palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada
wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri
akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa
jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya
diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita
dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik,

syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dnegan paraplegia dan


penderita geriatric.

F. Cara Menegakkan Diagnosis


Diagnosis dari peritonitis dapat ditegakkan dengan adanya gambaran
pemeriksaan laboratorium dan X-Ray.
a. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya lekositosis, hematokrit
yang meningkat dan asidosis metabolik.
Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal mengandung banyak protein
(lebih dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit; basil tuberkel diidentifikasi
dengan kultur. Biopsi peritoneum per kutan atau secara laparoskopi
memperlihatkan granuloma tuberkuloma yang khas, dan merupakan dasar
diagnosa sebelum hasil pembiakan didapat.
b. Pemeriksaan X-Ray
Ileus merupakan penemuan yang tidak khas pada peritonitis; usus halus dan
usus besar berdilatasi. Udara bebas dapat terlihat pada kasus-kasus
perforasi.
G. Penatalaksanaan
1. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok
dan kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan
vena yang berupa infuse NaCl atau Ringer Laktat untuk mengganti
elektrolit dan kehilangan protein. Lakukan nasogastric suction melalui
hidung ke dalam usus untuk mengurangi tekanan dalam usus.
2. Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam:
Ampisilin 2g IV, kemudian 1g setiap 6 jam, ditambah gantamisin 5 mg/kg
berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8
jam

3. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan
perbaikan dapat diupayakan.
4. Pembedahan atau laparotomi mungkin dilakukan untuk mencegah
peritonitis. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor
adalah insisi dan drainase terhadap abses.
LANDASAN ASKEB VARNEY
I.

Pengumpulan Data
a. Data Subyektif

Biodata: nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat

Alasan datang dan keluhan utama

Riwayat menstruasi: menarche, siklus haid, lama haid, banyaknya darah


haid, keluhan, HPHT

Riwayat perkawinan: pernikahan ke, lama menikah, jumlah anak

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu: anak ke, umur anak,
tempat lahir, penolong, jenis persalinan, BBL, PB, JK, keadaan saat lahir,
keadaan nifas, keadaan sekarang

Riwayat KB: jenis KB, lama penggunaan, keluhan

Riwayat Laktasi: lama menyusui, keluhan saat menyusui

Riwayat gynekologi: adakah penyakit yang berhubungan dengan organ


reproduksi

Riwayat penyakit ibu dan keluarga

Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

B. Data Obyektif

Pemeriksaan umum: Keadaan Umum (Tekanan

Berat Badan).

Darah,Nadi,

Suhu,Respirasi dan

Pemeriksaan fisik : Kepala dan leher, Dada dan Axila, Abdomen,

Genetalia

dan

Anus, dan Extremitas.

II.

Interpretasi Data Dasar


Dalam langkah ini, data subjektif dan data objektif yang sudah di kaji
kemudian dianalisa menggunakan teori-teori fisiologis dan teori-teori
patologis. Hasil analisis dan interpretasi data menghasilkan rumusan diagnosis
peritonitis

III.

Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial


Pada tahap ini setelah bidan merumuskan diagnosa dan atau masalah yang di
tuntut untuk memikirkan masalah atau diagnosa potensial yang merupakan
akibat dari masalah /diagnosa yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila kemungkinan di lakukan pencegahan. Bidan di harapkan dapat bersiapsiap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
IV.

Merumuskan Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Tindakan Kolaborasi dan


Rujukan
Kebutuhan akan tindakan segera untuk mengantisipasi ancaman yang fatal,.
Tindakan segera bisa merupakan intervensi langsung oleh bidan bisa juga
merupakan hasil kolaborasi dengan profesi lain.

V.

Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh


Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu kapada
diagnosa, masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi
klien saat di beri asuhan.
VI. Pelaksanaan Asuhan Sesuai Dengan Perencanaan Secara Efisien

Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah di


rencanakan pada langkah sebelumnya, baik yang bersifat antisipasi, tindakan
segera, support, kolaborasi, bimbingan, konseling, pemeriksaan dan follow up.

VII. Evaluasi
Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien telah
terpenuhi, masalah yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari, klien
dan keluarga mengetahui kondisi kesehatannya dan klien mengetahui apa
yang harus di lakukan dalam rangka menjaga kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba, Ida Bagus. (2001). Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan, dan keluarga berencana
untuk pendidikan bidan, Jakarta: ECG
2. Prawirohardjo Sarwono . 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
3. Sinklair,C.C.R.,Webb,J.B. (1992). Segi praktis ilmu kebidanan dan kandungan untuk pemula.
Jakarta: Binarupa Aksara.
4. (Mochtar, Rustam Prof.Dr.1998. SINOPSIS OBSTETRI JILID 1. Jakarta: EGC)
5. (Prawirohardjo, Sarwono.2002.ILMU KEBIDANAN.Jakarta: Tridasa printer)
6. (http://homegarden.feedfury.com/content/40426481-askep-peritonitis.html) diakses pada hari
Jumat, 26 Februari 2016 pukul 09:00 WIB
7. (Mansjoer, Arif dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran jilid 1.Jakarta: Fakultas Kedokteran
Unifersitas Indonesia)
8. ( Saifuddin, Abdul Bari.2008.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo)
9. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cervicitis/in-depth/CON-20026738

diakses

pada hari Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10:00 WIB


10. Servicitis e.c. Klamidia dan Herpes Simpleks : PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI
PUSKESMAS, DEPKES RI
11. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhaddi T. Ilmu Kandungan . Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999
12. http://bidanku.com/endometriosis-dan-kehamilan diakses pada hari Jumat, 26 Februari 2016
pukul 10:00 WIB
13. http://dokita.co/blog/endometriosis/ diakses pada hari Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10:00
WIB
14. http://www.alodokter.com/endometriosis/ diakses pada hari Jumat, 26 Februari 2016 pukul
10:00 WIB
15. https://www.endometriosis-uk.org/publications diakses pada hari Jumat, 26 Februari 2016
pukul 10:00 WIB

16. https://www.menstruasi.com/node/137 diakses pada hari Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10:30
WIB
17. Manuaba.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan

dan Keluarga Berencana Untuk

Pendidikan Bidan. EGC: Jakarta


18. Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
19. http://www.slideshare.net/wardashakil7/parametritis-pelvic-cellulitis diakses pada hari Jumat,
26 Februari 2016 pukul 10:30 WIB
20. http://www.slideshare.net/Hishgeeubuns/9-complication-of-postpartum

Anda mungkin juga menyukai