Anda di halaman 1dari 43

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kesehatan Reproduksi

Reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan
demi keselstarian hidup.

Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata mata bebas dari
penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta
fungsi dan prosesnya. ( Cairo,ICPD Programme zof Actio )

Adapun tujuan sasaran hak reproduksi secara umum bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
pemahamann, perlindungan serta dukungan untuk pemenuhan hak-hak reproduksi bagi semua
individu dan keluarga .

Secara khusus bertujuan untuk :

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran keluarga dan anggotanya tentang hak hak
reproduksi
2. Terpenuhinya hak-hak reproduksi seluruh keluarga dan anggotanya
3. Meningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi para pemberi pelayanan tentang
tindak lanjut pelanggaran hak-hak reproduksi
4. Meningkatkan kesadaran seluruh anggota masyarakat mengenai pentingnya
penegakkan hak-hak reproduksi.

Adapun sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan hak hak reproduksi :

1. Meningkatkan cakupan emberian informasi tentang hak-hak reproduksi keluarga dan


anggotanya serta meningkatnya kesadaran dalam menegakkannya.
2. Tersedianya pusat pusat pelayanan informasi dan rujukan pelanggaran hak – hak
reproduksi
3. Terciptanya jaringan kerja (net working) antara pusat pelayanan hak reproduksi dan
pusat rujukan serta masyarakat.
2.2 Gangguan Kesehatan Reproduksi dan Deteksi Dininya

2.2.1 Vaginitis dan Vukvitis

Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah suatu
peradangan pada vulva ( oegan kelaminan luar wanita ) vulvovaginitis adalah peradangan
pada vulva dan vagina

Penyebab

1. Infeksi
a. Bakteri ( misalnya klamidia, gonokukus)
b. Jamur (misalnya kandida ), terutama pada penderita diabete, wanita hamil dan
pemakai antibiotik
c. Protozoa ( misalnya trichomanas vaginalis)
d. Virus ( misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes )
2. Zat atau benda yang bersifat iritatif
a. Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons
b. Sabun cuci dan pembalut pemakaian
c. Deodoran
d. Zat di dalam air mandi
e. Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap
keringat
f. Tinja

Gejala

Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari
vagina. Dikatakan abnormal jika jumlah sangat banyak baunya menyengat atau di sertai
gatal-gatal dan nyeri

Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal
dan warnanya macam-macam, misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan atasu
kemerahan
Inspeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih ,
abu-abu atau keruh kekuningan dab berbau amis setelah melakukan hubungan seksual atau
mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat karena terjadi penurunan
keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbun vulva terasa agak gatal
dan mengalami iritasi

Insfeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar
pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar cairan
cairan kental seperti keju. Insfeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes
dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik.

Insfeksi karena Trichomanas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna


bputih. Hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap. Gatail-gatalnya
sangat hebat

Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebabkan oleh
kanker vagina, serviks ( leher rahim ) atau endometrium

Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan


hubungan seksual. Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi
virus papiiloma manusia maoun penapisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan
kulit estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plesterkulit maupun krim yang
dioleskan langsung ke vulva dan vagina.

Jenis infeksi Pengobatan


Jamur  Miconazole, clotrimazole, butoconazole atau terzanazole ( krim,
tablet vagina atau supositoria)
 Fluconazole atau ketoconazole <(tablet)

Bakteri Biasanya metronidazole atau clindamycin ( tablet vagina) atau


metronidazole ( tablet)
Jika penyebabnya gonokukus biasanya diberikann suntikan ceftriaxon
dan tablet doxicyclin
Klamidia Doxicyclin atau azithromycin ( tablet)
Trikomonas Metronidazole ( tablet)
Virus papiloma Asam triklorasetat ( dioleskan ke kuntil )untuk infeski yang berat
manusia ( kutil digunakan larutan nitrogen atas fluorouracil ( dioleskan ke kutil)
genitalis)
Virus herpes Acyclovir (tablet atau salep )
Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak
terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga ( misalnya terbuat
dari katun ) serta menjaga kebersihan vulva ( sebaiknya gunakan sabun gliserin )

Untuk mengurangi nyeri gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada
vulva atau beredam dalam air dingin. Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan
disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim atau salep corticosteroid dan antihistamin per-
oral (tablet)

Pencegahan

Kebersihan yang baik dapat mencegah beberapa jenis vaginitis dari berulang
dan dapat meredakan beberapa gejala

1. Hindari bathtub dan pusaran air panas spa, bilas sabun dari luar daerah genital
anda setelah mandi dan keringkan area itu dengan baik untuk mencegah iritasi.
Jangan gunakan sabun wangi atau kasar, seperti deodoran atau antibakteri
2. Hindari iritasi ini termasuk tampon dan bantalan berparfum
3. Usap dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet hindari penyebaran
bakteri dan tinja ke vagina

Hal-hal lain yang dapat membantu mencegah vaginitis meliputi

1. Jangan gunakan douche. Vagina anda tidak memerlukan pembersihan lain dari
mandi biasa. Berulang menggunakan douche mengganggu organisme normal
yang berada di vagina douche tidak menghilangkan sebuah infeksi vagina.
2. Gunakan kondom lateks laki-laki ini membantu mencegah infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual
3. Pakailah pakaian katun dan stoking dengan pembalut di selangkangannya, jika
anda merasa nyaman tanpa itu, langsung mengenakan pakaian tidur. Ragi
tumbuh subuh di lingkungan lembab.
2.2.2 Keputihan

Keputihan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap wanita. Ada banyak
faktor yang dapat membuat keputihan. Faktor tersebut bisa disebabkan oleh makanan, gaya
hidup hingga pikiran.

meski keputihan adalah hal yang wajar, tak jarang merasa keputihan pun menjadi
hal yang sangat mengganggu. Bahkan tak hanya itu, keputihan pun jika tidak ditangani bisa
berbahaya.

Hal-hal yang dapat mengalami keputihan :

1. Ovulasi

Keputihan bisa terjadi saat adanya perubahan hormon setelah ovulasi, hal ini
disebabkan karena progesteron pada tubuh meningkat. Penyebab keputihan ini tidak
berbahaya, terlebih apabila terjadi saat menjelang menstruasi.

2. Kehamilan

Selama masa kehamilan perubahan hormon yang menyebabkan Moms keputihan


akan terjadi, hal ini guna menjaga infeksi kandung kemih. Jumlah keputihan pun akan
meningkat hingga menjelang melahirkan

3. Stress

Keputihan dapat terjadi bila perempuan mengalami stres , karena hormon dalam
tubuh menjadi tidak seimbang. Meski hal ini tidak berbahaya, kita harus tetap menghindari
stres sebisa mungkin

4. Aktivitas Seksual

Apabila aktivitas seksual berlebihan, sel – sel mati akan meningkat dan otomatis
meningkatkan keputihan. Nah! Sebaiknya dalam melakukan aktivitas seksual tidak
berlebihan agar sedikit menghindari adanya keputihan
5. Makanan

Penyebab keputihan ternyata bisa dari makanan , berikut adalah beberapa makanan
yang dapat menyebabkan keputihan, seperti: gorengan, buah yang dikeringkan, keju,
nanas, makanan kaleng, makanan pedas hingga gula.

Terdapat dua jenis keputihan, normal dan tidak normal. Untuk jenis keputihan yang
normal, ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Warna cairan bening atau transparan


2. Cairan berair
3. Tidak bau
4. Tidak lengket
5. Jumlah cairan yang keluar hanya sedikit
6. Tidak menyebabkan gatal

Untuk jenis keputihan yang tidak normal, akan ditandai dengan:

1. Berwarna kuning, putih susu, keabu-abuan atau kehijauan


2. Cairan kental
3. Bau tak sedap
4. Terkadang cairan lengket
5. Bintik polinomial yang ditinggalkan pada celana dalam
6. Gatal

Cara mengatasi Keputihan

langkah awal mengatasi keputihan, mungkin bisa mencoba beberapa hal berikut:

1. Kompres dingin guna mengurangi gatal dan bengkak


2. Cobalah konsumsi yoghurt untuk menurunkan risiko terkena infeksi jamur
3. Gunakanlah krim atau gel anti jamur bila penyebabnya adalah infeksi jamur
4. Gunakanlah kondom atau tundalah hubungan seksual
5. Untuk menghindari keputihan, cobalah menjaga agar Miss V tetap kering dan tidak
lembab. Biasakan diri untuk mengeringkan area genital dengan handuk khusus sesaat
setelah buang air kecil atau buang air besar
6. Hindari menggunakan pakaian yang terlalu ketat seperti stocking, legging, atau kain
(celana) yang terbuat dari bahan sintetis
7. Biasakan membasuh kemaluan dari depan ke belakang setelah buang air kecil, dan
bukan sebaliknya
8. Bila keputihan terus berlangsung, segeralah periksakan diri ke pelayanan kesehatan

2.2.3 Infertilitas

Infertilitas adalah kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan,


jadi bukan merupakan ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan (steril).
Infertilitas diklarifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu infertilitas primer dan infertilitas
sekunder. Pasangan dikatakan mengalami infertilitas primer apabila terjadi tanpa
kehamilan sebelumnya, sedangkan infertilitas sekunder apabila sebelumnya pernah
terjadi konsepsi.

Faktor Penyebab

fertilitas (kesuburan) diperngaruhi banyak faktor, setidaknya ada 5 faktor penting


yaitu: usia, frekuensi hubungan seksual, lingkungan, gizi dan nutrisi, serta stress psikis

1. Usia

Usia puncak fertilitas untuk pria adalah usia 24-25 tahun dan wanita 21-24 tahun.
Sebelum usia tersebut kesuburan belum benar benar matang dan setelahnya berangsur
menurun. tingkat kesuburan pria maupun wanita pada umumnya akan mengalami
penurunan saat usianya bertambah. Biasanya kondisi ini mulai terjadi saat usia sudah
mencapai di atas 35 tahun.

2. Frekuensi hubungan seksual

Frekuensi penting karena memengaruhi kemungkinan kehamilan.


3. Lingkungan

Baik fisik, kimia, maupun biologi ( panas, radiasi, rokok, narkotika, alkohol dll

4. Gizi dan nutrisi

Infertilitas dapat terjadi terutama karena kekurangan protein dan vitamin tertentu

5. Stress psikis

Stress psikis dapat menganggu siklus menstruasi, menurunkan libido, dan kualitas
spermatozoa

6. Berat badan

Proses ovulasi juga bisa terhambat ketika berat badan berlebihan atau justru
kekurangan. Terutama jika indeks massa tubuh (IMT) mencapai 30 atau lebih. Ya,
kelebihan maupun kekurangan berat badan dapat memengaruhi siklus ovulasi pada
wanita dan mengurangi tingkat kesuburan.

7. Kelainan bawaan

Infertilitas wanita bisa disebabkan oleh kelainan bawaan misalnya septate uterus,
yang dapat menyebabkan keguguran berulang atau tidak dapat hamil. Septate uterus
adalah kondisi ketika adanya kelainan pada rongga rahim, di mana uterus terbagi oleh
dinding otot atau jaringan ikat.

Pemeriksaan

Dengan memperhatikan kemungkinan penyebab infertilitas, pada wanita dapat


disampaikan rencana pemeriksaan yang dilakukan seperti berikut :

1. Periksa dalam

periksa dalam diharapkan dapat memberi gambaran tentang alat kelamin wanita secara
umum. Misalnya kelainan rahim, kelainan pada tuba falopoo, dan kelainan fungsi alat
kelamin secara kasar.

2. pemeriksaan terhadap ovulasi


pemeriksaan ovulasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan suhu basal tubuh, uji lendir
rahim dalam sitologi vagina, dan biopsi lapisan dalam rahim.

3. pemeriksaan khusus

macam-macam pemeriksaan khusus :

1. pemeriksaan histeroskopi

pemeriksaan histeroskopi merupakan dengan memasukkan alat optik ke dalan rahim untuk
mendapatkan keterangan tentang mulut saluran dalam rahim.

2. pemeriksaan laparoskopi

pemeriksaan laparoskopi adalah pemeriksaan dengn memasukkan alat optik ke dalam


abdomen untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan indung telur.

3. pemeriksaan ultrasonografi

dilakukan sekitar waktu ovulasi dan didahului dengan pemberian klimofen sitral.
Pemeriksaan ini untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai anatomi alat
kelamin bagian dalam, mengikuti tumbuh kembang folikel Graff dan sebagainya.

4. Pemeriksaan uji pascasanggama

untuk mengetahui kemampuan tembus spermatozoa menyerbu lendir serviks.

5. pemeriksaan hormonal

untuk mengetahui keterangan tentang hubungan hipotalamus dengan hipofisis dan ovarial
aksis.

Penatalaksaan Pasangan infertil

setelah mengetahui penyebab infertilitas pada suami-istri, dapat diperkirakan pengobatan yang
dapat diberikan didasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut.

1. penyebab idiopatik infertilitas


semua baik baik saja, tetapi belum juga hamil. Akan tetapi, jika ini terjadi, masih
diperkirakan faktor alergi atau faktor stres. Oleh sebab itu, pengobatan yang dilakukan
sebaiknya berupa pengobatan medis disertai doa kepada tuhan yang maha esa.

2. penyebab infertilitas karena gangguan hormonal

a. bila gangguan karena proses ovulasi, pengobatan yang dilakukan adalah induksi ovulasi
atau klimofen sitrat

b. bila gangguan akibat faktor peningkatan kadar prolaktin pengobatan dilakukan dengan
pemberian bromoktiptin atau parlodel.

c. bila akibat kurangnya kadar progesteron, pengobatan dilakukan dengan menambah


progesteron

3. kelainan yang terletak pada tuba

kelainan yang terletak pada tuba akibat dari kelainan infeksi yang menimbulkan
gangguan fungsi dapat diselesaikan dengan bedah rekonstruksi tuba dengan berbagai
implikasi opersinya. Pemecahan kegagalan fungsi tuba dapat diselesaikan dengan rekayasa
canggih assisted fertilization invitro (bayi tabung).

2.2.4 Gangguan haid

Gangguan haid/menstruasi adalah hal yang sering ditemukan, terutama sering terjadi pada
awal-awal menstruasi. Gangguan tersebut dapat seperti nyeri saat menstruasi, menstruasi
yang tertunda, menstruasi yang tidak teratur serta perdarahan yang banyak saat menstruasi.
Gangguan menstruasi perlu mendapatkan evaluasi karena apabila gangguan ini tidak di-
tangani secara tepat maka akan berpengaruh terhadap akti- vitas sehari-hari serta kualitas
hidupnya.Adapun gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya pada masa reproduksi
adalah:

1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan saat menstruasi:

a. Hipermenore atau menorragia.

b. Hipomenore.
2. Kelainan Siklus menstruasi:

a. Polimenorea.

b. Oligomenorea

c. Amenorea.

3. Perdarahan di luar siklus menstruasi:

a. Metorragia.

4. Gangguan lainya yang berhubungan dengan menstruasi:

a. Premenstrual tension (ketegangan pra menstruasi).

b. Mastodinia.

c. Mittelschmerz (rasa nyari pada saat ovulasi).

d. Dismenore.

Gangguan menopause Secara biological, menopause didefinisikan sebagai


pengakhiran masa menstruasi, hal ini pertanda hilangnya kemampuan seseorang untuk
menghasilkan keturunan. Adapun pengertian menopause yang lainnya yaitu berhentinya
masa ovulasi yang disebabkan oosit indung telur (ovarium) tidak memberikan re. spondan
hal ini terjadi sekitar usia 47-53 tahun. Perubahan yang terjadi saat menopause:

1. Perubahan vagina dan urethra Pada wanita menopause akan terjadi defisiensi hormon
es- trogen yang akan menyebabkan vagina dan urethra atropi karena vagina dan urethra
ini adalah jaringan yang tergantungdengan estrogen. Sel-sel vagina menjadi atropi
kare- na vagina menjadi kering, dan lapisan dinding sel menjadi lebih tipis serta sekresi
lubricant yang menurun. Perubahan pada sel-sel vagina ini akan menimbulkan rasa
nyeri, iritasi bahkan perlukaan saat melakukan coitus serta infeksi pada vagina,
sedangkan pada urethra mudah ter- jadi uretritis.

2. Osteoporosis Osteoporosis pada wanita terjadi pada periode pasca meno- pause dan
akan meningkat pada periode menopause. Hal ini terjadi karena pembentukan tulang
baru yang berkurang sedangkan reabsobsi kalsium dari tulang terus meningkat. Pada
wanita yang mengalami menopause terapi estrogen sangat diperlukan karena akan
meningkatkan kadar kalsi- tonin yang merupakan penghambat resorbsi tulang yang
akan membatasi kehilangan kalsium pada tulang.

3. Pengaruh pada Kardiovaskular Estrogen memberikan perlindungan terhadap


kardiovasku- lar akan menghilang pada saat seorang mengalami meno- pause. Maka
sangat diperlukan estrogen pengganti sebagai perlindungan yang sangat bermanfaat
dan bermakna.

4. Sindroma menopausal Sindroma menopausal adalah merupakan gejala tamba- han


yang terjadi pada masa pascamenopause. Adapun masalah-masalah yang terjadi pada
periode pasca meno- pause adalah sakit kepala, keletihan, kegelisahan, insom- nia,
depresi, nyeri otot dan sendi, pusing. Dengan adanya terapi pengganti estrogen akan
menurunkan sindroma menopausal yang dihadapi. Defesiensi estrogen akibat usia
mengakibatkan kehilangan elastisitas jaringan serta menyebabkan keriput.

2.2.4 Kanker vagina

1.Definisi
Kanker vagina adalah tumor ganas pada vagina . Vagina adalah saluran sepanjang
7,5 sampai 10cm, ujung atasnya berhubungan dengan serviks (leher rahim atau bagian
terendah dari rahim) , sedangkan ujung bawahnya berhubungan dengan vulva.

Jenis kanker vagina :


1. Karsinoma sel skuamosa (85-90%). Berasal dari lapisan epitel vagina lebih
banyak ditemukan di vagina bagian atas. Biasanya ditemukan pada wanita berusia
60-80 tahun. Karsinoma ini tumbuh kearah rongga vagina dan tampak semacam
kutil atau bunga kol.
2. Adenokarsinoma (5-10%). Paling sering terjadi pada wanita berusia 12-30 tahun.
Melanoma maligna (2-3%) . Lebih banyak ditemukan divagina bagian bawah.
Sarkoma (2-3%). Kanker ini tumbuh jauh dalam dinding rahim, bukan pada
epitelium.

2.Penyebab
Penyebabnya tidak di ketahui. Faktor resiko terjadinya kanker vagina :
1. Usia sekitar 50% wanita usia 60tahun ke atas.
2.D.E.S (dietilstillbestrol) adalah suatu obat hormonal yang banyak digunakan.
3. Infeksi HVP adalah virus penyebab kutil kelamin yang ditularkan melalui
hubungan seks.
4. Hubungan seksual pertama pada usia dini.
5. Berganti ganti pasangan.
6. Merokok.

3.Gejala
kanker vagina menyebabkan kerusakan pada lapisan vagina yang menyebabkan
terbentuknya luka terbuka yang bisa mengalami pendarahan infeksi melalui vagina
(seringkali setelah melakukan hubungan seksual) atau vagina keluar cairan encer.
Jika kanker berukuran besar bisa mempengaruhi fungsi kandung kemih dan rektum
sehingga mengalami nyeri ketika berkemih gejala lainnya adalah :
1.keluar cairan ubnormal dari vagina.
2. Terasa ada benjolan
3. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual

Pada kanker stadium lanjut akan timbuh nyeri ketika berkemih, sembelit dan nyeri
panggul yang menetap.

4.Diagnosa

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada


pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan.
Pemeriksaan lainnya yang dilakukan :

1.kolposkopi (pemeriksaan dinding vagina dengan kaca pembesar)


2. Biopsi (pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan vagina)
Pengobatan

Pengobatan untuk prekanker (NIVA)


Untuk menentukan niva yang pasti dilakukan pemeriksaan kolposkopi. Untuk
memperkuat diagnosis dilakukan biopsi.

Pilihan pengobatan untuk NIVA :


1. Belah laser untuk menguapkan jaringan yang ubnormal
2. Leep (loop elecroexcition procedure) : digunakan kauter panas untuk membuang lesi
pada vagina
3. Kemoterapi topikal : dioleskan langsung ke vagina setiap malam 1-2 minggu atau
setiap minggu selama 10 Minggu.

Pengobatan untuk kanker vagina terdapat 3 macam :


1. Pembedahan ada 3 (bedah laser, eksisi lokal luas, vaginektomi)
2. Terapi penyinaran (sinar x dosis tinggi untuk membunuh sel kanker dan memperkecil
ukuran tumor.
3. Kemoterapi untuk membunuh sel kanker tersedia dalam bentuk sel dalam bentuk pil
atau suntikan intra Vena.
Pencegahan

Cara terbaik untuk mengurangi resiko kanker vagina adalah menghindari faktor
resikonya.
2.2.6 Kanker Leher Rahim (kanker serviks)
1. DEFINISI

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina) Kanker
serviks basanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun 90% dari kanker serviks berasal
dari sel skuarmosa yang melapisi servik dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil
lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim
2. PENYEBAB

Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnommal da membelah secara tak
terkendali Jika sel serviks terus membelah mak akan terbentuk suatu massa jaringan yang
disebut tumor yang bisa bersifat jnak atau ganas Jika tumor tersebut ganas, maka
keadaannya disebut kanker serviks Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak
diketahu secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks > HPV (uman papillomavirus). HPV adalah virus penyebab ku
genitalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual Varian yang
sangat berbahaya adalah HPV tipe 16. 18. 45 dan 56.
a. Meroko Tembakau merusak sistem kekebalan dan anggota pengaruhi kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi HPV pada serviks. > Hubungan seks pertama dilakukan pada usia
dini

b. Berganti-ganti pasangan seks

c. Suami atau pasangan seksnya melakukan hubungan seks pertama pada usia di bawah 18
tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker
serviks

d. Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk pencegahan keguguran


(banyak digunakan pada tahun 1940-1970)

e. Gangguan sistem kekebalan

f. Pemakaian pil KB
g. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klarmidia menahun

h. Golongan ekonomi lemah (tidak dapat digunakan Pap smear secara rutin)

Keadaan Prekanker Pada Serviks

Sel-sel pada permukaan serviks terkadang tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para
ahli yakin beberapa perubahan abnormal pada sel-sel serviks merupakan langkah awal dari
perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian dapat menyebabkan kanker.
Karena beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah
menjadi kanker. Saat ini telah digunakan istilah yang berbeda untuk perubahan abnormal
pada sel-sel di permukaan serviks, salah satu adalah lesi skuamosa intraepitel (lesi artinya
kelainan jaringan, intraepitel artinya sel-sel yang abnormal hanya ditemukan di lapisan
permukaan).
a. Lesi tingkat rendah merupakan perubahan awal pada ukuran, bentuk dan
jumlah sel yang membentuk permukaan serviks. Beberapa lesi tingkat rendah
hilang dengan sendirinya. Namun yang lain tumbuh menjadi lebih besar dan
lebih abnormal, membentuk lesi tingkat tinggi Lesi tingkat rendah juga
disebut displasia ringan atau neoplasa intraepitel servikal 1 (NIS 1). Lesi
tingkat terendah ditemukan pada wanita yang ber usia 25-35 tahun, tetapi juga
bisa terjadi pada semua kelompok umur.

b. Lesi tingkat tinggi: Ditemukan sejumlah besar sel prekanker yang tampak
sangat berbeda dari sel yang normal. Perubahan prekanker ini hanya terjadi
pada sel di permukaan serviks. Selama berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun, sel-sel tersebut tidak akan menjadi ganas dan tidak akan menyusut ke
lapisan serviks yang lebih dalam .

Lesi tingkat tinggi disebut juga sebagai displasia menengah atau displasia
berat, NIS 2 atau 3, atau karsinoma in situ. Lesi tingkat tinggi paling sering
ditemukan pada wanita 30-40 tahun.
Jika sel-sel abnormal menyebar lebih dalam ke dalam serviks atau ke jaringan
juga organ lainnya, maka keadaannya disebut kanker serviks atau kanker
serviks invasif. Kanker serviks paling sering ditemukan pada usia diatas 40
tahun.
3. Gejala

Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan masalah dan perubahan
ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita ini memeriksa pemeriksaan panggul dan Pap smear.
Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan
dan menyusut ke jaringan di sekitarnya.
Pada saat ini akan timbul gejala berikut:
a. Perdarahan vagina yang abnormal, terutama antara menstruasi, setelah melakukan
hubungan seksual dan setelah menopause

b. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak).

c. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwana merah muda, coklak,
mengandung darah atau hitam serta dilengkapi busuk.

Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:


1) Nafsu makan mengurangi berat tadan, kelelahan

2) Nyeri panggul, punggung atau tungkai

3) Dari vagina keluar air kemih atau tinja

4) Patah tulang (fraktur).

4. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:


1. Pap smear

Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker serviks secara akurat dan
dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
Akibatnya angka kematian kanker serviks pun menurun 50% .
setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usia telah mencapai 18
tahun,sebaiknya menjalani papsmear secara teratur yaitu 1kali pertahun.Jika selama 3
kali berturut turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali /
2-3 tahun.
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:
a. Normal

b. Displasia ringan (perubahan dini yang tidak bersifat ganas)

c. Displasia berat (perubahan lanjutan yang belum bersifat ganas)

d. Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)

e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih atau ke organ tubuh
lainnya).

2. Biopsi
Biopsi dilakukan pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada
serviks, atau jika Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.
3. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan menggunakan lensa pembesar)

4. Tes Schiller

Serviks diolesi dengan lauran yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi
coklat, sedangkan sel.Yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning. Untuk
membantu menentukan stadium kanker,

Dilakukan beberapa pemeriksan berikut:


1) Sistoskopi

2) Rontgen dada

3) Urografi intravenad Sigmoidoskopi

4) Skrining tulang dan hati

5) Barium enema.

5. Pengobatan

A. Pengobatan lesi prekanker

Pengobatan lesi prekanker tergantung pada beberapa faktor berikut:


a. tingkat lesi (tingkat rendah atau tingkat tinggi)

b. rencana penderita untuk hamil lagi

c. usia dan keadaan umum penderita.

Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,terutama


jika daerah yang abnormal seluruh nya telah diangkat pada waktu pemeriksaan
biopsi.tetapi penderita harus menjalani pap smear dan memeriksa panggul secara rutin.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa:
1) Kriosurgeri (pembekuan)

2) Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)

3) Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa


melukai jaringan yang sehat di sekitamya
4) LEEP (loop excision electrosurgical procedure) atau konisasi.

Setelah menjalani Pengobatan, penderita mungkin akan merasakan kram atau nyeri
lainnya, perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina. Pada beberapa kasus,
mungkin perlu dilakukan histerektomi (pengangkatan rahim),terutama jika sel sel
abnormal ditemukan di dalam lubang serviks.
Histerektomi dilakukan jka penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi.
B. Pengobatan untuk kanker serviks

pemilihan medik serviks bergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia,
keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi.
1.Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker Yang terbatas pada lapisan serviks yang paling luar),
seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah atau pun melalui
LEEP.
Dengan pengobatan tersebut, penderita masih dapat memiliki anak,Karena kanker dapat
kembali kambuh, disarankan untuk menjalani periksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan
selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak mermiliki
rencana untuk hamil lagi, disarankan untuk menjalani histerektomi.
Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya
(prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda,
ovarium (indung telur) yang normal dan masih bertungsi tidak diangkat.
2. Terapi penyinaran Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati
kankerinvasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.
Ada 2 macam radioterapi:
A. Radiasi eksternal: sinar berasal dari sebuah mesin besar Penderita tidak perlu dirawat
di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan selama 5 hari perminggu selama 5-6
minggu. Radiasi internal: zat radioaktif terdapat didalam sebuah Kapsul yang
dimasukan langsung kedalam serviks.kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama
itu penderita dirawat di rumah sakit.Pengobatan ini dapat ulang beberapa kali selama
1-2 minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah:

a) iritasi rektum dan vagina

b) kerusakan kandung kemih dan rectum

c) ovarium berhenti berfungsi.


3. Kemoterapi

Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani
kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-
kanker dapat diberikan melalui suntikan intravera atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan
dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu
dilakukan pengobatan, diselingi dengan pemulihan, begitu seterusnya.
4. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam
melawan penyakit.terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar kebagian tubuh
lainnya.yang paling sering digunakan adalah interferon,yang bisa dikombinasikan dengan
kemoterapi.
5. Efek Samping Pengobatan
Selain membunuh sel-sel kanker, juga pengobatan yang menyebabkan kerusakan pada sel-
sel yang sehat sehingga seringkali menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan.
Efek samping dari pengobatan kanker sangat tergantung pada jenis dan luasnya pengobatan.
Selain itu, reaksi dari setiap panderita juga berbeda-beda. Metoda untuk membuang atau
menghancurkan sel-sel kanker pada permukaan serviks sama dengan metode yang digunakan
untuk menyembuhkan lesi prekanker.
Efek samping yang timbul berupa kram atau nyeri lainnya, perdarahan atau keluar cairan encer
dari vagina.
Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa mengalami nyeri di perut bagian
bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan obat pereda nyeri. Penderita juga mungkin akan
mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air besar. Untuk membantu pembuangan air
kemih bisa dipasang kateter. Beberapa saat setelah pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi
agar penyembuhan berjalan lancar, Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual) biasanya bisa
kembali dilakukan dalam waktu 4-8 minggu. Setelah menjalani histerektomi, pendenta tidak akan
mengalami menstruasi lagi. Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi gairah seksual dan
kemampuan untuk melakukan hubungan seksual.Tetapi banyak penderita yang mengalami
gangguan emosional setelah histerektomi. Pandangan penderita terhadap seksualitasnya bisa
berubah dan penderita merasakan kehilangan karena dia tidak dapat hamil lagi.
Selama menjalani radioterapi, penderita mudah mengalami kelelahan yang luar biasa, terutama
seminggu sesudahnya,Istirahat yang cukup merupakan hal yang penting, tetapi dokter biasanya
menganjurkan agar penderita sebisa mungkin tetap aktif. Pada radiasi eksternal, sering terjadi
kerontokan rambut di daerah yang disinari dan kulit menjadi merah, kering serta gatal-gatal.
Mungkin kulit akan menjadi lebih gelap Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan udara yang
cukup, tetapi harus terlindung dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak menggunakan
pakaian yang bisa mengiritasi daerah yang disinari. Biasanya, selama menjalani radioterapi
penderita tidak boleh melakukan hubungan seksual. Kadang setelah radiasi internal, vagina
menjadi lebh sempit dan kurang lentur, sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika melakukan
hubungan seksual.Untuk mengatasi hal ini, penderita diajari untuk menggunakan dilator dan
pelumas dengan bahan dasar air Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering berkemih.
Efek samping dari kemoterapi sangat tergantung pada jenis dan dosis obat yang digunakan.selain
itu.efek sampingnya pada setiap penderita berlainan. Biasanya obat anti-kanker akan
mempengaruhi sel-sel yang membelah dengan cepat, termasuk sel darah (yang berfungsi melawan
infeksi, membantu pembekuan darah atau mengangkut oksigen seluruh tubuh). Jika sel darah
terkena pengaruh obat anti kanker, jika sel darah terkena pengaruh obat anti kanker ,penderita akan
lebih mudah mengalami infeksi, mudah memar dan mengalami perdarahan serta kekurangan
tenaga.
Sel-sel pada akar rambut dan sel-sel yang melapisi saluran pencernaan juga membelah dengan
cepat. Jika sel-sel tersebut terpengaruh oleh kemoterapi, penderita akan mengalami kerontokan
rambut, nafsu makannya berkurang, mual muntah atau luka terbuka di mulut.
Terapi biologis bisa menyebabkan gejala yang menyerupai flu. yaitu menggigil, demam, nyeri
otot, lemah, nafsu makan berkurang. mual, muntah dan diare. Kadang timbul ruam, selain itu
penderita juga bisa mudah memar dan mengalami perdarahan.
6. Pencegahan
Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks:
a. Mencegah terjadinya inteksi HPV

b. Melakukan pemeriksaan Pap smear secara teratur

Pap smear (tes Papanicolau) Adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang
diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan Pap smear, contoh sel serviks diperoleh
dengan bantuan sebuah spatula yang terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan bagian luar
serviks) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal). Sel- sel serviks
lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorum untuk
diperiksa
24 jam sebelum menjalani Pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan
vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon.
Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi perubahan prekanker pada serviks. Jika hasil Pap
smear menunjukkan displasia atau serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kolposkopi
dan biopsi Anjuran untuk melakukan Pap smear secara teratur:
a) Setiap tahun untuk wanita berusia diatas 35tahun

b) Setiap tahun untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual atau pernah menderita
infeksi HPV atau kutil kelamin.

c) Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.


d) Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang melampaui 35 tahun jika 3 kali Pap smear berturut
turut menunjukkan hasil negatif atau untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan
karena kanker.

e) Sesering mungkin jika hasil Paps mear menunjukkan abnormal

f) Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prekanker atau kanker serviks. Untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya:

1) Anak perempuan yang berusia dibawah 18 tahun tidak melakukan hubungan


seksual.

2) Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kutil kelamin atau gunakan
kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin

3) Jangan berganti-ganti pasangan seksual

4) Berhenti merokok. Pemeriksaan panggul setiap tahun (termasuk Pap smear) harus
dimulai ketika seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual atau pada
usia 20 tahun.

Setiap hasil yang abnormal harus dikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi.
Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa vitamin .
berperan dalam menghentikan atau mencegah perubahen keganasan pada sel-sel,
seperti yang terjadi pada permuka serviks.
2.2.7 Herpes
Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus herpes simpleks. Virus herpes terbagi
2 macam, yaitu herpes 1 dan herpes 2. Perbedaan diantaranya adalah kebagian mana virus tersebut
menyerang. Herpes 1 menyerang dan menginfeksi bagian mulut dan bibir, sedangkar herpes 2 atau
disebut genital herpes menyerang dan menginfeksi bagian seksual (penis atau vagina). (Ajen
Dianawati, 2003)
Virus herpes ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diobati. Obat yang biasa diberikan untuk
genital herpes adalah Acyclovir. Karena cara kerjanya menetap dalam system saraf tubuh, virus
tersebut tidak dapat disembuhkan atau dihilangkan selama-lamanya. (Ajen Dianawati, 2003).
Pencegahan Herpes

Untuk mencegah penyebaran virus herpes ke orang lain, dapat dilakukan langkah-langkah berikut ini:

-Menghindari kontak fisik dengan orang lain, terutama kontak dari koreng yang muncul akibat herpes.

-Mencuci tangan secara rutin.

-Mengoleskan obat antivirus topikal, misalnya acyclovir topikal, menggunakan kapas agar kulit tangan
tidak menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
-Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus, seperti gelas, cangkir, handuk,
pakaian, make up, dan lip balm.

-Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama munculnya gejala penyakit
herpes.

Khusus bagi penderita herpes genitalia, harus menghindari segala bentuk aktivitas seksual selama masa
tersebut. Perlu diingat bahwa meskipun sudah menggunakan kondom, virus herpes tetap dapat
menyebar melalui kontak kulit yang tidak terlindungi kondom.

2.2.8 Granula inguinale


Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian yang terserang
biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah membentuk jaringan
berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap selanjutnya akan terjadi pembesaran yang bersifat
permanen atau terlihat sesekali pada penis, klitoris, dan kandung pelir. Penderita bisa kehilangan
berat badan, kemudian meninggal dunia. Penyakit ini tidak memperlihatkan gejala-gejala awal,
Memasuki masa 3 bulan, barulah terlihat adanya infeksi yang sangat berbahaya dan dapat
ditularkan kepada orang lain. (Ajen Dianawati, 2003)
2.2.9 Gonorea
Gonorea merupakan penyakit menular yang paling sering di jumpai di berbagai Negara yang lebih
maju. Rerata di Negara-negara ini adalah 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Negara yang
kurang maju. (Linda, 2008). N. Gonorrhea terbaik hidup pada udara yang mengandung 2-10 %
CO2, dengan suhu 35oC, dan Ph optimum 7,2-7,6. N. Gonorrhea dapat beradaptasi dengan
keadaan mukosa yang basah, membelah diri dengan cepat, menghasilkan keradangan yang
eksudatif, dan juga dapat masuk kealiran darah.
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah.
Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu akan menyerang selaput lendir
mulut, mata, anus, dan beberapa bagian organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini
dinamakan gonococcus. Kokus gram negative yang menyebabkan penyakit ini yaitu Neisseria
Gonorrhoeae. (Ajen Dianawati, 2003)

2.2.10 IMS
1. Pengertian IMS Infeksi menular seksual (IMS) adalah merupakan salah satu masalah kesehatan,
sosial dan ekonomi yang terjadi di banyak Negara, dan hal ini juga merupakan salah satu jalan
untuk masuknya HIV. Infeksi menular seksual ini memberikan pengaruh yang besar dalam
pengendalian AIDS. IMS dapat ditularkan melalui hubungan seksual, namun IMS juga dapat
ditularkan melalui ibu ke janin dalam kandungan serta saat kelahiran. Dibeberapa Negara
berkembang, IMS menempati pering- kat 10 besar sebagai alasan seseorang berobat.
2. Program Pencegahan IMS Adapun tujuan dari program pencegahan IMS adalah:
a. Mengurangi morbiditas dan mortalitas berkaitan dengan IMS Di Negara berkembang dengan
sumber daya terbatas, IMS selain infeksi HIV menimbulkan beban morbidi- tas dan mortalitas.
Dapat berdampak secara langsung pada kualitas hidup, kesehatan reproduksi dan anak- anak.
Sedangkan dampak tidak langsung dapat mempermudah transmisi seksual infeksi HIV yang
berdam- pak kepada individu maupun secara nasional.
b. Mencegah infeksi HIV Upaya untuk melakukan pencegahan serta pengobatan IMS dapat pula
mengurangi risiko penularan HIV me- lalui hubungan seks terutama pada mereka yang ba- nyak
mempunyai pasangan seksual dalam hal ini pen- jaja seks dan pelanggannya.
c. Mencegah komplikasi serius pada kaum perempuan Komplikasi yang serius terjadi pada kaum
perempuan akibat IMS adalah kemandulan. Perempuan yang me- ngalami infeksi Chlamydia yang
tidak diobati, 10%-40% akan mengalami radang panggul (PRP). Kerusakan Tuba fallopii pasca
infeksi berperan 30%-40% dalam kasus kemandulan perempuan. Perempuan yang me- ngalami
PRP akan besar kemungkinan mengalami ke- hamilan ektopik. Sehingga perlu upaya pencegahan
terjadinya PRP agar tidak terjadi kematian ibu akibat kehamilan ektopik.
d. Mencegah efek kehamilan yang buruk Perlu upaya pencegahan efek kehamilan yang buruk,
karena IMS yang tidak diobati sering kali dihubungkan dengan infeksi kongenital atau perinatal.
30% bayi yang lahir dari ibu dengan klamidio tanpa dilakukan pe- ngobatan akan mengalami
oftalmia neonatorum yang dapat mengakibatkan kebutaan.
e. Penanganan Berdasarkan Pendekatan Sindrom Pasien IMS perlu dilakukan penanganan secara
pari- purna, dengan meliputi: anamnesis, pemeriksaan kli- his, diagnosis yang tepat, pengobatan
dini dan efektif, edukasi pasien, penyediaan dan anjuran untuk gunakan kondom, notifikasi dan
penanganan pasangan seksnya. Penanganan yang dilakukan untuk pasien IMS berdasarkan
pendekatan sindrom melalui identifikasi sekelempok keluhan dan gejala sindrom yang mudah
dikenal dan selanjutnya ditetapkan pengobatannya terhadan sebagian besar atau hampir semua
mikroorganisme yang diyakini sebagai penyebab sindrom.

3. Pemeriksaan Pasien IMS Pada penderita IMS, perlu penatalaksanaan pasien IMS secara efektif,
tidak hanya memperoleh kesembuhan dan menurunkan tingkat penularan namun juga memberikan
pelayanan paripurna untuk mencapai derajat reproduksi yang baik. Adapun komponen
penatalaksanaan IMS meliputi: Melakukan anamnesis tentang riwayat infeksi/penyakit.
Melakukan pemeriksaan fisik dan pengambilan speci- men/bahan pemeriksaan. Melakukan
diagnosis secara tepat. Melakukan pengobatan yang efektif. Memberikan nasehat yang berkaitan
dengan prilaku seksual. Menyediakan kondom dan memberikan penjelasan mengenai
pemakaiannya. Penatalaksanaan mitra seksual. Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus.
Melakukan tindak lanjut klinis secara tepat. Informasi yang perlu ditanyakan kepada pasien:
Keluhan utama.Keluhan tambahan. Riwayat perjalanan penyakit. Siapa yang menjadi pasangan
seksual tersangka. Kapan kontak seksual tersangka dilakukan. Cara melakukan hubungan seksual
seperti genital- genital, orogenital, anogenital. Penggunaan kondom. Riwayat dan pemberi
pengobatan sebelumnya, Hubungan keluhan dengan keadaan lainnya seperti kelelahan fisik,
penyakit, penggunaan obat, pemakaian alat kontrasepsi, rangsangan seksual. Riwayat IMS
sebelumnya dan pengobatannya. Hari terakhir haid. Nyeri perut bagian bawah. Cara kontrasepsi
yang digunakan dan mulai kapan.
4. Diagnosis dan pengobatan IMS untuk menegakan diagnosis pasien ims dapat di lakukakan
dengan pendekatan sindrom bagi sarana pelayanan kesehatan yang tidak memiliki fasilitas
laboratorium atau secara etiologis berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sederhana

2.2.11 Klamidia
Klamidia berasal dari kata Chlamydia, sejenis organisme mikroskopik yang dapat menyebabkan
infeksi pada leher rahim, saluran indung telur, dan dan saluran kencing. Gejala yang banyak
dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya cairan dari vagina yang berwarna kuning,
disertai rasa panas seperti terbakar ketika kencing. Karena organisme ini dapat menetap selama
bertahun-tahun dalam tubuh seseorang. Ia juga akan merusak organ reproduksi penderita dengan
atau tanpa merasakan gejala apa pun. (Ajen Dianawati, 2003)

2.2.12 Chancroid
Penyakit ini diawali dengan benjolan-benjolan kecil yang muncul disekitar genetalia atau anus, 4-
5 hari setelah kontak dengan penderita. Benjolan itu akhirnya akan terbuka dan mengeluarkan
cairan yang berbau tidak sedap. Borok chancroid pada pria biasanya sangat menyakitkan,
sedangkan pada wanita tidak menimbulkan rasa sakit (Rosari, 2006)
Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan menyebabkan luka kecil
bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar kearah pubik dan kelamin. (Ajen Dianawati,
2003).
2.2.13 Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)
1. Definisi

Mola Hidatisoda atau hamil anggur adalah suatu massa atau pertumbuhan di dalam rahim yang terjadi
pada awal kehamilan.

2. Penyebab

Mola Hidatisoda berasal dari plasenta atau jaringan janin sehingga hanya mungkin terjadi pada awal
kehamilan. Massa biasanya terjadi terdiri dari bahan-bahan yang tumbuh tak terkendali. Sering tidak
ditemukan janin sama sekali. Penyebab terjadinya mola belum sepenuhnya dimengerti. Penyebab yang
paling mungkin adalah kelainan pada sel telur, rahim dan atau kekurangan gizi. Resiko yang paling tinggi
ditemukan pada wanita yang berusia dibawah 20 tahun atau di atas 40 tahun.

Faktor resiko terjadinya mola adalah :


- Status sosial-ekonomi yang rendah

- diet rendah protein, asam folat dan karotin.

3. Gejala

Gejalanya bisa berupa :

- perdarahan pada vagina pada wanita hamil (trimester 1)

- mual dan muntah berat

- pembesaran perut melebihi usia kehamilan

- gejala-gejala hipertiroidisme, ditemukan pada 10% kasus (denyut jantung yang cepat, gelisah, cemas,
tidak tahan panas, penurunan berat badan yang tidak diketahui oleh penyebabnya, tinja encer, tangan
gemetar, kulit lebih hangat dan basah).

4. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan panggul akan
ditemukan tanda-tanda yang menyerupai kehamilan normal tetapi ukuran rahim abnormal dan terjadi
perdarahan. Tingngi fundus rahim tidak sesuai dengan umur kehamilan dan tidak terdengar denyut
jantung bayi.

Pemeriksaan yang biasanya adalah :

- serum HCG untuk memastikan kehamilan, lalu HCG serial (diulang ada interval waktu tertentu).

- USG panggul

- Rontgen dada dan CT scan/ MRI perut

5. Pengobatan

Mola harus dibuang seluruhnya, jika tidak terjadi aborsi spontan dan diagnosisnya sudah pasti, dilakukan
aborsi terapeutik melalui prosedur dilatasi dan kuretase. Setelah prosedur, dilakukan pengukuran HCG
untuk mengetahui apakah seluruh mola telah terbuang. Jika seluruh mola terbuang, maka dalam waktu
8 minggu kadar HCG akan kembali normal.

Wanita yang pernah menjalani pengobatan untuk mola sebaiknya tidak hamil dulu dalam waktu 1tahun.
2-3% kasus mola bisa berkembang menjadi keganasan (koriokarsinoma). Pada koriokarsinoma diberikan
kemoterapi yaitu metotreksat, daktimomisin atau kombinasi kedua obat tersebut.

2.2.14 Chlamydia

1. Definisi

adalah salah satu penyakit menular seksual yang ditularkan melalui hubungan seks tanpa menggunakan
kondom. Kaum wanita yang berusia muda umumnya yang paling sering mengidap chlamydia, baik pria
maupun wanita segala usia pun bisa terkena chlamydia.
2. Gejala Chlamydia

Chlamydia biasanya tidak menimbulkan gejala. Meski demikian, penderita chlamydia tetap dapat menularkan
penyakit ini kepada orang lain. Bila terdapat gejala, biasanya gejala tersebut baru muncul 1-3 minggu setelah
penderita terinfeksi.

Karena organ yang terinfeksi berbeda, gejala chlamydia pada pria dan wanita juga akan berbeda. Berikut ini
adalah gejala yang dapat dialami oleh penderita chlamydia:

Gejala chlamydia pada wanita

1.Keputihan yang sangat bau.

2.Rasa terbakar ketika buang air kecil.

3.Sakit saat sedang berhubungan seksual, dan dapat mengalami perdarahan di vagina sesudahnya.

Bila infeksi sudah menyebar, maka penderita akan merasa mual, demam, atau merasa sakit pada perut
bagian bawah.

3. Penyebab Chlamydia

Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, yang menyebar melalui cairan pada organ
kelamin. Seseorang dapat tertular penyakit ini bila berhubungan seksual dengan penderita, terutama bila
tidak menggunakan kondom.

Selain hubungan seksual melalui vagina, chlamydia juga dapat menular melalui hubungan seksual secara oral
atau anal, yang bisa menyebabkan chlamydia pada dubur maupun tenggorokan. Bakteri Chlamydia juga
dapat menginfeksi organ mata. Infeksi bakteri Chlamydia pada mata dinamakan penyakit trakhoma, yang bisa
menimbulkan kebutaan.

Trakhoma dapat terjadi pada bayi baru lahir dari ibu penderita chlamydia yang tidak diobati. Selain pada bayi
baru lahir, trakhoma juga sering ditemukan pada orang yang tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang
buruk.

Melihat cara penularannya, chlamydia lebih mudah terjadi pada orang-orang yang memiliki faktor risiko
berikut:

1. Pernah menderita penyakit menular seksual.

2. Sering bergonta-ganti pasangan seksual.

2.2.15 MYOMA UTERI

Uterine fibroid atau miom adalah benjolan atau tumor jinak yang tumbuh di rahim. Miom atau fibroid
uterus dapat tumbuh di dinding rahim bagian dalam maupun bagian luar.

Seorang wanita yang mengalami miom dapat memiliki lebih dari satu buah tumor di dalam rahimnya.
Gejala miom yang muncul pada penderitanya bergantung kepada ukuran, lokasi dan jumlah tumor yang
terdapat pada rahim.
1. Gejala Miom

Miom umumnya tidak menimbulkan gejala pada penderitanya. Namun jika muncul gejala, penderita
dapat merasakan perdarahan menstruasi yang banyak dan berlangsung lebih dari seminggu, nyeri perut
bagian bawah, dan sering buang air kecil.

2. Penyebab Miom

Penyebab miom belum diketahui dengan pasti, namun ada beberapa hal yang dapat meningkatkan
risiko munculnya miom. Salah satunya adalah peningkatan hormon estrogen, misalnya pada siklus
menstruasi atau kehamilan.

Sedangkan faktor yang dapat menurunkan risiko terjadinya miom adalah riwayat melahirkan. Wanita
yang pernah menjalani persalinan memiliki risiko lebih rendah untuk menderita miom.

3. Diagnosis Miom

Miom terkadang tidak terdiagnosis karena sering tidak menimbulkan gejala. Meskipun demikian, miom
dapat terdeteksi saat melakukan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan. Untuk memastikannya, dokter
kandungan dapat melakukan pemeriksaan USG atau MRI.

4. Pengobatan Miom

Pada kasus miom yang kecil dan tidak menimbulkan gejala, tidak diperlukan pengobatan karena dapat
menyusut dengan sendirinya. Meski demikian, penderitanya tetap perlu menjalani pemeriksaan rutin
untuk memantau kondisi miomnya.

Sedangkan pada miom yang menimbulkan gejala, pengobatannya berupa terapi hormon untuk
mencegah perkembangan miom dan meredakan gejalanya, atau tindakan operasi untuk mengangkat
miom.

5. Komplikasi Miom

Meskipun jarang, miom tetap dapat menimbulkan komplikasi pada penderitanya. Komplikasi yang dapat
timbul akibat miom adalah anemia, kemandulan, dan gangguan saat hamil akibat miom.

2.2.16 Sindrom Premenstruasi

a. Definisi

Premenstruasi sindrom (premenstrual syndrome atau premenstrual tension-PMS) adalah gabungan dari
gejala fisik dan atau fisiologis yang biasanya terjadi mulai beberapa hari sampai satu minggu sebelum
haid dan menghilang setelah haid datang.
b. Etiologi

Etiologi PMS tidak jelas, tetapi ada beberapa faktor yang memegang peranan, yaitu sebagai berikut.

1) Ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron, retensi air dan natrium, serta penambahan
berat badan, sehingga terjadi defisial luteal dan pengurangan produksi estrogen.

2) Faktor kejiwaan, biasanya wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal akan mudah
mengalami gejala ini.

c. Gejala

Gejala premenstruasi sindrom yang sering ditemui adalah sebagai berikut.

1) Gejala somatik

a) Perut kembung.

b) Jerawat.

c) Mamae membesar.

d) Nyeri.

e) Konstipasi atau diare.

f) Sakit kepala.

g) Edema perifer.

h) Berat badan bertambah.

2) Gejala emosional dan mental

a) Kecemasan.

b) Perubahan libido,

c) Letih, lelah.

d) Depresi dan mudah panik.

e) Insomania.

f) Mudah tersinggung.

d. Penatalaksanaan Medis

1) Untuk mengurangi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10 hari sebelum haid penggunaan
garam dibatasi dan ininum sehari-hari dikurangi.

2) Pemberian obat diuretik.

3) Progesteron sintetik dapat diberikan selama 8-10 hari sebelum haid untuk mengimbangi
kelebihan relatif dari estrogen.
4) Pemberian testoteron dalam bentuk methiltestosteron dapat diberikan dalam mengurangi
kelebihan estrogen.

2.2.17 Virus HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS.
HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya ke dalam
sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari
RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro
virus dan kemudian melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang
bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada
akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak
Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih
sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang
penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal
dunia akibat terkena pilek biasa.
Penyakit AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau efek dari perkembang
biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk
menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan
oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4
pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
Bahaya Aids
Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan penular AIDS selama
hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat. AIDS juga dikatakan penyakit yang
berbahaya karena sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang bisa mencegah virus AIDS.
Selain itu orang terinfeksi virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan penderitaan batin
karena sebagian besar orang di sekitarnya akan mengucilkan atau menjauhinya. Dan penderitaan
itu akan bertambah lagi akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya AIDS yang lain adalah
menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya
pun akan menyebabkan sakit atau bahkan meninggal.

1. Penyebab dan Gejala Terserang Virus HIV/AIDS


HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan,
bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan
nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal
serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS.
Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah,
ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi
proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi
dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-
gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain.
Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-
tanda klinis penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar
tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan
kondom
2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV
Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus
HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita
hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat
kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap
sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit
karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan
menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang
berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti
dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri
dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa
pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti
hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga
mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu
kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem
protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga
karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang
mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan
kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon
anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan
nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu
mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes
simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang
menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan
rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta
Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit
jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran
kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak
jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak
yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic
inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).
2.Cara Penularan
Cara penularan HIV ada tiga :
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang pengidap. Ini
adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi penularan bila terdapat lesi
penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes genitalis, sifilis,
gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih besar
disbanding seks vaginal dan resiko juga lebih besar pada yang reseptive dari pada yang
insertive.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
a. Transfusi darah yang tercemar HIV
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan sempritnya pada
para pencandu narkotik suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selam hamil, saat
melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI). Saat ini belum
diketahui dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa hanya terjadi pada
beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI terdapat lebih banyak virus
HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan ibu-ibu yang telah memperlihatkan tanda-
tanda penyakit AIDS.
3. Cara Pencegahan dan Penanganan HIV/AIDS
Cara pencegahan:
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan dengan
satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus, hendaknya
jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus dijamin
sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk mencegah
penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada
seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui
seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang berhubungan
dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa baik media cetak maupun media
elektronik.penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat
mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang
bisa menimbulkan virus AIDS.
4. Penyebaran Virus HIV Dalam Tubuh
Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel dan materi genetik virus dimasukkan
ke dalam DNA sel sehingga terjadi infeksi. Di dalam sel, Virus berkembng biak pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan pertikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian
menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki satu reseptor protein yang disebut CD4, yang
terdapat di selaput bagian luar. Sel-sel yang memiliki reseptor biasanya, disebut sel CD4+ atu
disebut limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan menagatur sel-sel
lain pada sistem kekebalan.(misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T stitostik), yang
kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga teradi kelemahan sistem
tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi HIV akan kehilangan limfosit Tpenolong melalui 3 tahap selama
beberpa bulan atau tahun.
1. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada
beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV sejumlah sel menurun sebanyak 40-50%.
Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak
partikel virus yang terdapat dalam luar darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus,
tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi.
2. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus didalam darah mencapai kadar yang stabil,
yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada
orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dak kadar Limfosit CD4+ yang
rendah membantu dokter mendapati orang-orang yang berisiko tinggi menderita AIDS.
3. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika
kadarnya turun hingga 200 sel/Ml darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B. Limfosit B adalah limfosit
yang menghasilkan antibodi. Seringkali HIV meyebabkan produksi antibodi berlebihan. Antibodi
yang diperuntukkan melawan HIV dan infeksi lain ini banyak membantu dalam melawan berbagai
infeksi oportunistik pada AIDS.
Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan
berkurangnya kemampuan Sistem kekebalan tubuh dalam mengenali dan sasaran baru yang harus
diserang.
2.2.18 Kanker Indung Telur
1. Definisi

Kanker indung telur (kanker ovarium) adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur).
Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun dan 1 dari 70
wanita menderita kanker ovarium.

Kanker ovarium bias menyebar secara langsung ke daerah di sekitarnya dan melalui
sistemgetah bening bias menyebar ke bagian lain dari panggul dan perut sedangkan melalui
pembuluh darah, kanker bisa menyebar ke hati dan paru-paru.

2. Penyebab

Penyebabnya tidak diketahui. Efek perlindungan terhadap kanker ovarium ditemukan


pada wanita yang memiliki banyak anak, wanita yang kehamilan pertamanya terjadi di usia dini
dan wanita yang memakai pil KB.

Sedangkan factor resiko terjadinya kanker ovarium adalah

1.obat kesuburan

2.pernah menderita kanker payudara

3.riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan/atau kanker ovarium

4.riwayat keluarga yang menderita kanker kolon ,paru-paru,prostat dan Rahim (menunjukan
adanya sindroman lynch ll)

3. Gejala

Gejala awalnya berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut bagian
bawah.Ovarium yang membesar pada wanita pasca menopause bisa merupakan pertanda awal
dari kanker ovarium. Di dalam perut terkumpul cairan dan perut membesar ataupun karna
penimbunan cairan. Pada saat ini penderita mungkin akan merasakan nyeri panggul,anemia dan
berat badanya menurun. Kadang kanker ovarium melepaskan hormone yang menyebabkan
pertumbuhan berlebih pada lapisan Rahim,pembesaran payudara atau peningkatan
pertumbuhan rambut.

Gejala lainnya yang mungkin terjadi

1.panggul terasa berat

2.perdarahan pervaginam

3.siklus menstruasi abnormal

4.gejala saluran pencernaan (perut kembung,nafas makan berkurang,mual,muntah,tidak


mampu mencerna makanan dalam jumlah seperti biasanya)
5.sering berkemih.

4. Diagnosa

Diagnose pada stadium dini sulit di tegakkan karena kanker baru menimbulkan gejala
setelah mencapai stadium lanjut dan gejalanyapun menyerupai beberapa penyakit lainnya. Pada
pemeriksaan fisik,lingkar perut bertambah atau ditemukan asites (penimbunan cairan di dalam
rongga abdomen).pada pemeriksaan panggul ditemukan massa ovarium atau massa perut.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan

1.pemeriksaan darah lengkap

2.pemeriksaan kimia darah

3.CA125

4.serum HCG

5.alfa fetoprotein

6.analisa air kemih

7.pemeriksaan saluran pencernaan

8.laparatomi

9.USG 1

10.CT scan atau MRI perut.

5. Pengobatan

Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan pengangkatan ovarium
yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya (saluran indung telur). Jika kanker telah
menyebar keluar ovarium, maka dilakukan pengagkatan kedua ovarium dan Rahim,serta
kelenjar betah bening dan struktur di sekitarnya. Setelah pembedahan bisa dilakukan terapi
penyinaran dan kemoteropi untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker.

Kanker Saluran Telur

1. Definisi

Kanker saluran telur adalah tumor ganas pada saluran telur (tuba falopii). Kanker tuba
falopii sangat jarang terjadi, di seluruh dunia dilaporkan kasus sebanyak kurang dari 1500-
2000. Kanker biasanya merupakan penyebaran dari organ lain (misalnya ovarium/inding
telur)

Kanker saluran telur paling banyak ditemukan pada wanita pasca menopause, tetapi
bisa juga ditemukan pada wanita yang lebih muda. Kebanyakan kanker saluran telur
memiliki gambaran mikroskopik yang sama dengan kanker ovarium. Yang saling sering
ditemukan dalah adenokarsinoma.

2. Penyebab

Penyebab Tidak diketahui.

3. Gejala

Kanker saluran telur adalah tumor ganas pada saluran telur (tuba falopii). Kanker tuba
faalopii sangat jarang terjadi, di seluruh dunia dilaporkan kasus sebanyak kurang dari 1500-
2000.

Kanker biasanya merupakan penyebaran dari organ lain (misalnya ovarium/inding telur).
Kanker saluran telur paling banyak ditemukan pada wanita pasca menopause, tetapi bisa
juga ditemukan pada wanita yang lebih muda. Kebanyakan kanker saluran telur memiliki
gambaran mikroskopik yang sama dengan kanker ovarium. Yang saling sering ditemukan
dalah adenokarsinoma.

4. Diagnosa

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada panggul
ditemukan suatu massa yang membesar.

5. Pengobatan

Pengobatan yang utama untuk kanker saluran telur adalah pembedahan untuk
mengangkat kedua saluran telur, kedua indung telur dan Rahim disertai pengangkatan
kelenjar getah bening perut dan panggul. Pada kanker stadium lanjut, setelah pembedahan
mungkin perlu dilakukan kemoterapi atau terapi penyinaran.

Kista indung telur

1. Definisi
Kista indung telur biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang
berisi material cairan atau setengah cair. Meskipun kista tersebut biasanya kecil dan
tidak mengghasilkan gejala, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meyakinkan bahwa
hal ini bukan kanker.

Tipe umum dari kista indung telur adalah kista folikel, kista lutein dan yang
berkaitan dengan penyakit polisistik indung telur. Kista indung telur dapat terbentuk
kapan saja antara masa pubertas sampai menopause. Termasuk selama kehamilan.
Beberapa kista lutein malah sering terjadi saat kehamilan. Prognosisnya sangat baik
apabila tidak berupa kanker

2. Penyebab

Kista Folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai saat
menoupouse, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagi respon
terhadap hipersekresi folikel stimulation hormone (FSH) dan lutenizing hormone (LH)
normalnya ditemui saat mounopause.

Kista granulpsa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah
yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.

Kista theka-lutein biasanya bersifat bileteril dan berisi cairan bening, berwarna
seperti jerami, biasanya berhubungan dengan type lain dari tumor indung telur, serta
terapi hormone.

3. Gejala

Kista indung telur kecil (seperti kista folker) biasanya tidak menghasilkan gejala,
kecuali terjadi pecah atau terpuntir sehingga menyebabkan sakit perut, distensi, dan
kaku. Kista yang besar atau kista jumlah banyak dapat menyebabkan ketidaknyamanan
pada panggul, sakit pinggang, rasa sakit saat berhubungan seksual, pendarahan uterus
yang abnormal tidak sepenting pola gangguan ovulasi. Kista indung telur yang
mengalami pemuntiran menyebabkan sakit perut yang akut seperti serangan apendistis.

Kista granulo lutein, timbul pada permulaan kehamilan dan dapat diameternya
menjadi sebesar 5-6cm dan menghasilkan rasa tidak enak didaerah panggul, apabila
pecah terjadi pendarahan massif pada satu sisi rongga perut. Pada wanita yang tidak
hamil, kista ini akan membuat menstruasi terlambat diikuti dengan perpanjangan dan
pendarahan ireguler.

Kista indung telur polisistik juga menghasilkan tidak adanya menstruasi


sekunder, penurunan siklus menstruasi dan terjadinya infertilitas.

4. Diagnose

Biasanya dokter akan mendiagnosis kista indung telur berdasarkan gejala dan
tanda tandanya. Pemeriksaan fisik dan beberapa jenis pemeriksaan laboraturium akan
membantu diagnosis dari beberapa type kista. Penglihatan indung telur melalui
ultrasone, laparoskopi, atau operasi (selalu untuk kondisi yang berbeda) akan
mengkonfirmasikan kista indung telur.

5. Pengobatan

Kista folikel tidak perlu diobati akan sembuh sendiri dalam waktu 60 hari.
Walaupun demikian, apabila mengganggu aktivitas sehari hari berikan clomhipene
Citrate secara oral atau Progesteron intramuscular (juga selama 5 hari) akan
memperbaiki siklus hormonal dan menginduksi ovulasi. Kontrasepsi oral juga akan
mempercepat ovulasi fungsi kista (termasuk kedua type dar kista lutein dan kista
folikel).

Pengobatan pada kista granulosa lutein yang dijumpai saat kehamilan karena
kista ini akan mengalami kemunduran pada kehamilan semester ke-3 dan jarang
memmerlukan operasi. Kista theka-lutein akan menghilang secara spontan sesudah
menyingkirkan mulahidatidosa atau koriokarsinoma, untuk memutuskan pemberian
human chorio ganodotropin atau terapi.

Pengobatan kista polisistik indung telur dengan pemberian clomiphene Citrate


untuk mendorong ovulasi, Medroxyprogesterone acetate selama 10 hari dari setiap
bulan bagi wanita yang tidak ingin hamil, atau dosis rendah kontarsepsi oral bagi wanita
yang menginginkan pemakaian kontrasepsi. Operaasi berguna untuk mengangkat kista
yang parsisten atau yang dicurigai.

2.2.19 Sifilis

Sifilis dikenal juga dengan sebutan “raja singa”. Penyakit ini sangat berbahaya. Penyakit ini ditularkan
melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang tertular (seperti baju,
handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adalah kuman treponema pallidum. Kuman
ini menyerang organ-organ penting tubuh lainnya seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut.
(Ajen Dianawati, 2003)

Gejala umum yang timbul pada sifilis yaitu adanya luka atau koreng, jumlah biasanya satu, bulat atau,
lonjong, dasar bersih, teraba kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri pada penekanan. Kelenjar getah
bening di lipat paha bagian dalam membesar, kenyal, juga tidak nyeri pada penekanan. (Depkes RI,
2008)

2.2.20 Hipermenorea (menoragia)

a. Definisi

Menoragia adalah perdarahan lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari)
dengan kehilangan darah lebih dari 80-100 ml (Sarwono, 2002).

b. Etiologi dan Faktor Risiko

1) Gangguan hormon estrogen yang akan menyebabkan pertumbuhan endonietirum. Akibatnya


terjadi peluruhan jaringan endometrium abnormal dan sekali-kali akan menyebabkan perdarahan yang
memanjang dan peluruhan yang tidak teratur.
2) Anovulasi, yaitu kegagalan pelepasan ovarium atau produksi telur yang matang menyebabkan
90% dari perdarahan uterus yang tidak normal ini terjadi pada wanita saat dan akhir masa produktif.
Anovulasi ini menyebabkan pola menstruasi yang bervariasi, perdarahan yang lebih berat, atau yang
lebih ringan dari biasanya. Anovulasi ini disebabkan oleh hal-hal berikut ini.

a) Sekresi estrogen berlebihan terjadi gagal berovulasi akan menyebabkan

tidak terbentuknya korpus luteum yang akan memproduksi progesteron

untukperubahan sekresi endometriun. Sekresi estrogen berlebih awalnya

akan menyebabkan hiperplasia adenomatus, hiperplasia atipical, dan akhirnya adenokarsinoma.

b) Anovulasi juga disebabkan oleh adenoma putiitari yang memproduksi proklaktin berlebihan dan
mengganggu kelenjar hipotalamus.

c) Sindrom polikista ovarium bisa menyebabkan anovulasi karena berhubungan dengan sekresi
gonadotropin yang tidak normal dan aktivitas androgen yang berlebihan.

d) Perdarahan berat bisa terjadi karena penggunaan alat kontrasepsi.

e) Infeksi berat bisa menyebabkan perdarahan yang berat karena terganggunya mekanisme
pengumpulan darah, perokok, dan radang serviks merupakan risiko infeksi serviks.

f) Penyebab organik seperti luka uterus, termasuk letomioma, polip, hiperplasia endometrial,
danrnaligna.

g) Obat-obatan.

c. Manifestasi Klinis

Tanda-tanda dan gejala-gejala termasuk haid tidak teratur, ketegangan menstruasi yang terus
meningkat, darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara, menopause
dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, dispepsia, tekanan pada pelvis, dan sering berkemih.

Gejala-gejala ini biasanya samar, tetapi setiap wanita dengan gejala-gejala gastrointestinal dan tanpa
diagnosis yang diketahui harus dievaluasi dengan menduga kanker ovarium. Flatulenes dan rasa penuh
setelah memakan makanan kecil dan lingkar abdomen yang terus meningkat merupakan gejala-gejala
signifikan. Kombinasi dari dua isyarat utama.

1) Riwayat disfungsi ovarium jangka panjang.

2) Gejala-gejala gastrointestinal samar, tak terdiagnosis menetap.

Hal ini harus menyadarkan perawat terhadap kemungkinan malignasi ovarium dini. Setiap ovarium yang
teraba pada wanita telah melewati masa menopouse biasanya diperiksa karena ovarium menyusut
setelah menopause. Tahap-tahap kanker ovarium.

· Tahap I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium.


· Tahap II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluasan pelvis.

· Tahap III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis di luar pelvis atau
nodus inguinal atau retroperitoneal positif.

· Tahap IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.

Pengaruh tumor ovarium terhadap kehamilan dan persalinan.

1) Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin, sehingga menyebabkan abortus,
partus, dan partus prematurus.

2) Tumor yang bertangkai karena perbesaran uterus atau pengecilan uterus partus: terjadi torsi dan
menyebabkan rasa nyeri, nekrosis, dan infeksi yang disebut abdomen akut.

3) Tumor kistik dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.

4) Tumor besar dan berlokasi di bawah dapat menghalangi persalinan.

d. Gejala Klinis

1) Perdarahan haid lebih dari 80-100 ml

2) Lamanya haid lebih dari 8 hari.

Komplikasi yang biasa terjadi adalah syok hipovolemik

e. Pengobatan

Sesuai penyebab, misalnya menoragia pada mioma uterus, maka bergantung pada penanganan mioma
uterus.

4.Hipomenorea

Hipomenorea ialah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Penyebabnya
terdapat pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah miomektomi), pada gangguan
endokrin dan lain-lain. Hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.

5.Polimenorea

Pada polimenoria siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Perdarahan kurang lebih sama
atau lebih banyak dari haid biasa. Polimenoria dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang
mengakibatkan gangguan ovulasi, atu menjadi pendek masa luteal. Sebab lain yaitu kongesti ovarium
karena peradangan endometriosis dan sebagainya.

2.2.21 Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Parasit


1) Trichomoniasis

Trichomoniasis atau trich adalah suatu infeksi vagina yang disebabkan oleh suatu parasit atau suatu
protozoa (hewan bersel tunggal) yang disebut trichomonas vaginalis. Gejalanya meliputi perasaan gatal
dan terbakar di daerah kemaluan, disertai dengan keluarnya cairan berwarna putih seperti busa atau
juga kuning kehijauan yang berbau busuk. Sewaktu bersetubuh atau kencing sering terasa agak nyeri di
vagina. Namun sekitar 50% dari wanita yang mengidapnya tidak menunjukkan gejala apa-apa

2) Pediculosis

Pediculosis adalah terdapatnya kutu pada bulu-bulu di daerah kemaluan. Kutu pubis ini diberi julukan
crabs karena bentuknya yang mirip kepiting seperti di bawah mikroskop. Parasit ini juga dapat dilihat
dengan mata telanjang. Parasit ini menempel pada rambut dan dapat hidup dengan cara mengisap
darah, sehingga menimbulkan gatal-gatal. Masa hidupnya singkat, hanya sekitar satu bulan. Tetapi kutu
ini dapat tumbuh subur dan bertelur berkali-kali sebelum mati (Hutapea, 2003).

Anda mungkin juga menyukai