PENDAHULUAN
2.1. Vaginitis
2.1.1 Definisi
Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina
(Nugroho,2014).Vaginitis adalah diagnosis masalah ginekologis yang paling
sering terjadi di pelayanan primer. Pada sekitar 90% dari perempuan yang
terkena, kondisi ini disebabkan oleh vaginosis bakterial, kandidiasis atau
trikomoniasis vulvovaginal. Vaginitis merupakan infeksi vagina yang dapat
terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum. Permukaan
mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus. Penyebaran dapat terjadi,
tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas (Prawirohardjo,2010).
2.1.2 Penyebab
Penyebab bisa berupa:
1. Infeksi
a. Bakteri (misalnya klamida, gonokokus)
b. Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita
hamil dan pemakaian antibiotik.
c. Protozoa
Seperti Trichomonas vaginalis merupakan suatu parasit dengan
flagella yang bergerak sangat aktif. Walaupun infeksi dapat terjadi
dengan berbagai cara, penularan dengan jalan koitus ialah cara
yang paling sering terdapat. Dalam hubungan ini parasit pada pria
dengan trikosomonas biasanya terdapat (tanpa gejala) di urethra
dan prostat. Vaginitis karena trichosomonas menyebabkan leukorea
yang encer sampai kental, berwarna kekuning-kuningan dan agak
berbau (Prawirohardjo,2009).
2. Zat atau benda yang bersifat iritatif
a. Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup servika dan
spons
b. Sabun cuci dan pelembut pakaian
c. Deodoran
3
d. Zat di dalam air mandi
e. Pembilas vagina
f. Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak
menyerap keringat.
g. Tinja
3. Tumor atau jaringan abnormal lainnya
4. Terapi penyinaran
5. Obat-obatan
6. Perubahan hormonal(Nugroho,2014).
2.1.3 Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal
dari vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak baunya
menyengat atau disertai ggattal-gattal dan nyeri.
Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan
yang normal dan warnanya bermacam-macam. Misalnya bisa seperti keju, atau
kuningg kehijauan atau kemerahan.
Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna
putih, abu-abu, atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan
hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin
menyengat karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri
semakin banyak yang tumbuh ula terasa agak gatal dan menggalami iritasi.
Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa
terbakar pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari
vagina keluar cairan kental sepertti keju. Infeksi ini cenderung berulang pada
wanita penderita diabetes dan wanita mengkonsumsi antibiotic.
Infeksi kaena Trichomonas vaginalis menghasilkan caian berbusa yang
berwarna putih, hijau keabuan aau kekuningan dengan bau yang tidak sedap.
Gatal-gatalnya sangat hebat.
Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebabkan
oleh kanker vagina , serviks (leher rahim) atau endometrium (Nugroho,2014).
4
2.1.4 Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan
karakteristik cairan yang keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa
dengan mikroskop dan dibiakkan untuk mengetahui organism penyebabnnya.
Untuk mengetahui adanya keganasan, dilakukan pap smear (Nugroho,2014).
2.1.5 Pengobatan
Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air
bisa membantu mengurangi jumlah cairan. Cairan vagina akibbat vaginitis
perlu diobati secara khusus sesuai dengan penyebabnya. Jika penyebabnya
adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti jamur atau antivirus, tergantung
kepada organism penyebabnya.
Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina dengan
campuran cuka dan air. Terapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu
lama dan terlalu sering karena meningkatkan resiko terjadinya peradangan
panggul.
Jika akibat infeksi labia menjadi menempel satu sama lain, bisa dioleskan
krim esterogen selama 7-10 hari. Selain antibiotik, unttuk infeksi bakteri juga
diberikan jeli asam propionat agar cairan vagina lebih asam sehingga
mengurangi pertumbuhan bakteri.
Pada infeksi menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi. Kedua
pasangan seksual diobati pada saat yang sama. Penipisan vagina paska
menopause diatasi dengan teraapi sulih esterogen. Esterogen bisa diberikan
dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke
vagina.
Jenis Infeksi Pengobatan
-Miconazole, clotrimazole, butoconazole atau
Jamur terconazole (krim, tablet vagina atau supositoria)
- Fluconazole atau ketoconazole < (tablet)
Biasanya metronidazole atau clindarnycin (ttablet
vagina) atau metronidazole (tablet). Jika
Bakteri
penyebabnya gonokokus biasanya diberikan
suntikan ceftriaxon dan tablet doxicyclin.
5
Klamida Doxicyclin atau azithromycin (tablet)
Trichomonas Metronidazole (tablet)
Asam triklorasetat (dioleskan ke kutil) untuk
Virus papiloma manusia
infeksi yang berat digunakan larutan nitrogen atau
(kutil genetalis)
fluororacil (dioleskan ke kutil)
Virus herpes Acyclovir (tablet atau salep)
Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang
tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga
(misalnya terbuat dari katun). Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa
dibantu dengan kompres dingin atau berendam air dingin. Untuk mengurangi
gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim atau salep
corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet).
Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan
memperpendek lamanya infeksi herpes. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan
obat pereda nyeri (Nugroho,2014).
2.1.6 Pencegahan
Kebersihan yang baik dapat mencegah beberapa jenis vaginitis dari
berulang dan dapat meredakan beberapa gejala:
a. Hindari bathtup dan pusaran air panas spa. Bilas sabun dari luar daerah
genital anda setalah mandi, dan keringkan area itu dengan baik untuk
mencegah iritasi. Jangan gunakan sabun wangi atau kasar, seperti
yangg dengan deodorant atau antibakteri.
b. Hindari iritasi , ini termasuk tampon dan bantalan berparfum.
c. Usap dari ke depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Hindari
penyebaran bakteri dari tinja ke vagina.
Hal-hal lain yang dapat membantu mencegah vaginitis meliputi:
a. Jangan gunakan douche. Vagina tidak memerlukan pembersihan lain
dari mandi biasa. Berulang menggunakan douche mengganggu
organisme normal yang berada di vagina dan dapat benar-benar
meningkatkan risiko infeksi vagina. Douche tidak menghilangkan
sebuah infeksi vagina.
6
b. Gunakan kondom lateks laki-laki. Ini membantu mencegah infeksi
yang ditularkan melalui hubungan seksual.
c. Pakailah pakaian katun dan stoking dengan pembalut di
selangkangannya. Jika merasa nyaman tanpa itu, langsung
mengenakan pakaian tidur (Nugroho,2014).
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan
2.2.1 Definisi
Menurut Varney H bahwa dalam melakukan manajemen kebidanan bidan
harus memiliki kemampuan berfikir kritis untuk menegakkan diagnosis atau
masalah potensial kebidanan. Selain itu diperlukan pula kemampuan kolaborasi
atau kerjasama. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan
kebidanan selanjutnya.
2.2.2 Lima Langkah Asuhan Kebidanan
1. Pengkajian Data Asuhan Kebidanan
Dalam tahap ini data atau fakta yang dikumpulkan adalah data
subyektif dan attau obyektif dari pasien. Bidan dapat mencatat hasil
penemuan data dalam catatan harian sebelum didokumentasikan.
a. Data Subyektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh
dari hasil wawancara lansung kepada klien (anamnesis) atau dari
keluarga dan tenaga kesehatan (allo anamnesis).
1. Biodata
a. Nama Ibu dan Suami
Mengenal atau memanggil nama ibu untuk mencegah kekeliruan
bila ada nama yang sama.
b. Umur
Dalam kurun waktu yang sehat, usia aman reproduktif adalah 20 –
30 tahun.
c. Agama
d. Berhubungan dengan perawatan pasien yang berkaitan dengan
ketentuan agama.
e. Pendidikan
7
Mengetahui tingkat intelektual. Tingkat pendidikan seseorang
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
f. Pekerjaan
Mengetahui apakah ada pengaruh terhadap kesehatannya, misal
bekerja di pabrik rokok, sopir dan lain – lain.
g. Alamat
Mengetahui tempat tinggal ibu, menjaga kemungkinan bila ada ibu
yang namanya sama dan digunakan untuk kunjungan rumah.
2. Alasan Datang
Alasan datang apakah periksa kesehatan atau kunjungan ulang.
3. Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui alasan klien datang ke fasilitas
kesehatan.
4. Riwayat Menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan adalah umur saat pertama kali menstruasi,
siklus, lamanya menstruasi, banyaknya darah yang keluar dan hari
pertama haid terakhir.
5. Riwayat Perkawinan
Hal yang ditanyakan berapa kali menikah, usia saat menikah, dan
lamanya menikah.
6. Riwayat Kesehatan
Gali mengenai riwayat kesehatan penyakit yang pernah diderita baik
sekarang maupun yang lalu seperti masalah kardivaskuler, hipertensi,
diabetes, malaria, penyakit kelamin dan HIV/AIDS.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Gali mengenai riwayat kesehatan penyakit yang pernah diderita
keluarga klien untuk mengidentifikasi apakah klien beresiko menderita
penyakit genetik.
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
a. Kehamilan
Pengkajian mengenai masalah / gangguan saat kehamilan.
b. Persalinan
8
Pengkajian mengenai jenis kelamin, berat badan bayi lahir, panjang
badan, penolong dan apakah ada masalah saat persalinan.
c. Nifas
Pengakajian mengenai masalah saat masa nifas.
9. Riwayat Kontrasepsi
Sudah berapa lama, apakah ada masalah saat menggunakan
kontrasepsi.
10. Kebiasaan Sehari – Hari
Yang perlu dikaji adalah nutrisi, eliminasi, Personal Hygiene, Seksual,
aktivitas sehari – hari dan pola istirahat.
11. Riwayat Psikososial, sosial dan kultural
Faktor situasi, latar belakang budaya, status ekonomi sosial, persepsi
tentang penyakit yang di derita klien.
b. Data Obyektif
Penunjang hasil laboratorium seperti VRDL, HIV, pemeriksaan
radiodiagnostikm ataupun USG yang dilakukan sesuai dengan
beratnya masalah. Data yang sudah terkumpul diolah, dengan
kebuuhan pasien kemudian dilakukan pengolahan data yaitu
menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang lainnya
sehinga menunjukkan fakta. Tujuan dari pengolahan data adalah untuk
menunjukkan fakta berdasarkan kumpulan data. Data yang telah
diolah dianalisis dan hasilnya didokumentasikan.
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Mengetahui keadaan klien secara keseluruhan.
b. Kesadaran
Penilaian pada GCS. Composmestis (sadar penuh), apatis
(perhatian kurang), samnolen (mudah tidur walau diajak bicara),
sopor (dengan rangsangan kuat masih memberi respon gerakan),
soporo-comatus (tinggal reflek kornea) dan coma (tidak ada respon
sama sekali).
c. Tekanan darah
Dikatakan tinggi apabila lebih dari 140/90 mmHg.
9
d. Nadi
Normal 70x/menit.
e. Suhu
Normal 36,5 ° C – 37,5 ° C
f. Pernapasan
Normal 16 – 24 x/menit.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a. Rambut : warna, rontok atau tidak
b. Muka : oedem atau tidak, pucat atau tidak
c. Hidung : ada secret atau tidak, ada polip atau tidak, pernapasan
cuping hidung atau tidak.
d. Mulut : bibir lembab atau tidak, pucat atau tidak, ada caries gigi
atau tidak.
e. Leher : tampak pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
atau tidak.
f. Dada : ada retraksi dinding dada atau tidak
g. Payudara : simetris atau tidak, ada benjolan abnormal atau tidak.
h. Abdomen : ada pembesaran atau tidak, ada bekas operasi atau
tidak.
i. Genetalia : Adakah cairan abnormal dan berbau serta kelainan
pada genetalia.
j. Ekstremitas : oedem atau tidak, varises atau tidak.
2) Palpasi
a. Leher : teraba pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis atau
tidak.
b. Payudara : teraba benjolan abnormal atau tidak.
c. Abdomen : Adakah nyeri tekan dan kelainan pada abdomen.
d. Ekstremitas : Oedem (-/+), varises (-/+)
3) Auskultasi
Dada : Ronchi (-/+), Wheezing (-/+)
4) Perkusi : reflek patela (-/+)
10
5) Pemeriksaan Penunjang
2. Intepretasi Data Dasar
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar
terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis
yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan intepretasi yan benar terhadap
data dasar. Selain itu, sudah terfikirkan perencanaan yang dibutuhkan
terhadap masalah. Sebagai contoh masalah yang menentukan diagnosis
seperti kemungkinan wanita hamil maka masalah yang berhubungan
adalah wanita tersebut mungkin tidak meninginkan kehamilannya attau
apabila wanita hamil tersebutt masuk trimester tiga, maka masalah yang
kemungkinan dapat muncul adalah takut untuk menghadapi proses
persalinan dan melahirkan.
3. Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosis
masalah yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi yang cukup dan
apabila memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam kondisi
tertentu pasien membutuhkan tindakan segera.
4. Identifikasi dan Penetapan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan
Segera
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi,
dan melakukan rujukan.
5. Perencanaan Asuhan secara Menyeluruh
Setelah beberapa kebutuhan klien ditetapkan, diperlukan perencanaan
secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam
proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi
beberapa data yang tidak lengkap aar pelaksanaan secara menyeluruh
dapat berhasil.
6. Pelaksanaan Perencanaan
11
Tahap ini merupakan tahap pelaksana dari semua rencana sebelumnya,
baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan.
Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
7. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan yakni melakukan
evaluasi dari peencanaan maupun pelaksanaan yan dilakukan bidan.
Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan terus menerus untuk
meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai
dengan kondisi attau kebutuhan klien.
Evaluasi ini sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan
penerapan manajemen kebidanan. Evaluasi yan dilakukan terus menerus
dan terencana akan mendapatkan hasil yan sesuai diharapkan. Pelaksanaan
evaluasi dilakukan sendiri ataupun dapat juga dilakukan bersama-sama.
Kegunaan evaluasi kita dapat merencanakan langkah kedepan yang lebih
baik.
Evaluasi sebagai upaya memberikan penilaian terhadap manajemen
kebidanan ataupun suatu kegiatan yang sedang dijalankan. Asuhan
kebidanan perlu di evaluasi untuk meningkatkan kualitas asuhan yang
akan diberikan berikutnya. Disamping itu dapat pula dipakai sebagai
rujukan dalam memberikan laporan yang tepat (Fauziah,2011).
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Pasien : Nn. “N”
Usia : 20 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Srono, Banyuwangi
2. Alasan Datang
Klien mengatakan ingin memeriksa keadaannya
3. Keluhan Utama
Klien mengatakan mengalami keputihan dalam jumlah banyak, berwarna
kekuningan, alat kelaminnya terasa gatal dan berbau.
4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami infeksi alat genetalia dengan
tanda keputihan yang banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal
dan nyeri.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
13
Klien mengatakan mengalami keputihan dalam jumlah banyak, hampir
setiap hari, sudah lama, alat kelaminnya terasa gatal dan berbau.
14
c. Kebiasaan
Klien tidak pernah merokok dan minum – minuman keras.
d. Pola seksual
Klien belum pernah menikah dan berhubungan seksual.
15
Dada : Payudara simetris, tidak ada benjolan abnormal
Abdomen : Bersih, tidak tampak pembesaran dan tidak ada bekas
operasi
Genetalia : Tidak ada varises, tidak ada bekas luka, tidak ada
peradangan di kelenjar bartolini, ada pengeluaran fluor
albus kental kekuningan dan berbau
Anus : Tidak ada haemoroid
Ekstermitas : Tidak terlihat oedem dan varises
b. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba
pembesaran vena jugularis, dan tidak teraba pembesaran
kelenjar limfe
Dada : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
pada kedua payudara
Abdomen : Tidak teraba pembesaran, tidak ada nyeri tekan pada perut
bagian bawah
Ekstermitas : Tidak odem
c. Auskultasi
Dada : Tidak terdengar ronchi ataupun wheezing
d. Perkusi
Reflek Pattela : Positif
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
16
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
BB : 50 kg
Masalah : Cemas dengan keputihan yang tidak normal seperti
biasanya.
Ds : Klien mengatakan mengalami keputihan dalam
jumlah banyak setiap hari, sudah lama, berwarna
kekuningan, gatal dan berbau
Do : Klien nampak cemas ditandai dengan klien yang
terus menanyakan kepada bidan apakah
penyakitnya berbahaya. Klien juga nampak
gelisah.
17
3. Anjurkan pada pasien agar menjaga kebersihan daerah genetalianya.
R/ dengan menjaga kebersihan daerah genetalianya, terhindar dari
infeksi dan memberi rasa nyaman.
4. Ajarkan pasien cara merawat genetalianya dengan benar.
R/ mencegah infeksi genetalia.
5. Anjurkan pada pasien untuk tidak menggunakan sabun saat
membersihkan alat genetalianya.
R/ terlalu sering menggunakan sabun akan mengakibatkan penurunan
keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak tumbuh.
6. Anjurkan pada pasien agar memakai celana dalam yang tidak terlalu
ketat dan dapat menyerap keringat
R/ terhindar dari kelembaban, karena lembab dapat memicu
pertumbuhan bakteri semakin menyebar.
7. Jelaskan tanda-tanda infeksi pada pasien
R/ pasien lebih kooperatif akan tanda infeksi sehingga bisa cepat
melaporkannya kepada petugas kesehatan terdekat
8. Kolaborasikan dengan dokter terkait terapi antibiotic
Masalah : Pasien cemas dengan keadaannya
Tujuan : Pasien jadi lebih tenang setelah dilakukan asuhan
kebidanan
Kriteria Hasil : Ekspresi klien tampak tenang
Intervensi masalah :
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada pasien
R/ akan tercipta suatu hubungan yang kooperatif antara klien dan
bidan.
2. Berikan dukungan pada pasien
R/ dapat menimbulkan kepercayaan pada diri klien.
3. Dengarkan keluhan dan pertanyaan pasien
R/ dengan mengungkapkan perasaan yang dialami dapat
membantu mengatasi rasa cemas ibu.
VI. IMPLEMENTASI
18
Tanggal : 07 Maret 2016
Jam : 11.30 WIB
Dx : Nn. “N” Usia 20 tahun dengan vaginitis
Implementasi :
1. Menjelaskan kepada pasien sekarang bahwa dia menderita keputihan
tidak biasa.
Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak baunya
menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri.
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa keputihan yang dialami belum
diketahui penyebabnya sebelum ada tes laboratorium sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan melalui USG.
3. Menganjurkan pasien agar menjaga kebersihan daerah genetalianya
agar terasa nyaman dan untuk menghindari terjadinya infeksi.
4. Menganjurkan pasien untuk mengeringkan daerag genetalia setelah
selesai BAK maupun BAB. Serta mengajarkan pasien cara
membersihkan genetalianya dengan benar yaitu dari arah depan ke
belakang agar tidak terjadi infeksi.
5. Menganjurkan pasien untuk tidak menggunakan sabun atau
membersihkan alat genetalianya. Karena terlalu sering menggunakan
sabun akan mengakibatkan penurunan keasaman vagina sehingga
bakteri semakin banyak tumbuh.
6. Menganjurkan pada pasien agar memakai celana dalam yang tidak
terlalu ketat dan dapat menyerap keringat. Sehingga daerah genetalia
tidak lembab.
7. Menjelaskan kepada pasien tanda-tanda infeksi seperti demam dan
nyeri serta kemerahan di daerah genetalia.
8. Melaksanakan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi dan
KIE
Masalah : Cemas dengan keadaannya
Intervensi :
1. Melakukan pendekatan terapeutik dengan memperkenalkan diri dan
mendengarkan.
19
2. Memberi dukungan pada klien dengan menunjukkan sikap dan rasa
empati.
3. Mendengarkan keluhan – keluhan dan pertanyaan yang dilontarkan
klien serta menjawab dengan baik dan benar.
VII. EVALUASI
Tanggal : 07 Maret 2011
Jam : 12.00 WIB
Dx : Nn. “N” Usia 20 tahun dengan vaginitis
S : Pasien mengatakan mengerti dan memahami penjelasan yang
diberikan bidan
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37oC
Inspeksi Genetalia : tidak ada varises, tidak ada bekas luka,
tidak ada peradangan di kelenjar bartolini,
ada pengeluaran fluor albus kental
kekuningan dan berbau.
A : Nn. “N” Usia 20 tahun dengan vaginitis
P : -Memberitahukan hasil pemeriksaan pada klien
-Menganjurkan pasien melakukan pemeriksaan laboratorium
untuk mengetahui lebih jelas penyebab keputihan yang dialami.
-Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan genetalianya
-Kolaborasi SpOG
20
BAB III
PEMBAHASAN
Dari data subyektif Nn. “N” berumur 20 tahun datang BPM bidan Melati
untuk memeriksakan keadaannya. Saat bidan melakukan pengkajian, klien
mengatakan mengalami sering keputihan dalam jumlah banyak, berwarna
kekuningan, alat kelaminnya terasa gatal dan berbau, dan hal itu terjadi hampir
setiap hari. Dari anamneses diatas dapat mengarah pada infeksi pada vagina yang
pada teori dijelaskan vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina, yang
disebabkan oleh vaginosis bakterial, kandidiasis atau trikomoniasis vulvovaginal.
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari
vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak baunya menyengat
atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih
kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam.
Misalnya bisa seperti keju, atau kuningg kehijauan atau kemerahan.
Dari data anamnese, Nn. “N” memiliki kebiasaan pola hygiene yang
kurang baik, yaitu setiap habis mandi, ia selalu menggunakan sabun pembersih
wanita saat membersihkan alat kelamin, dan membilas alat kelamin dari arah
bawah keatas atau dari arah belakang ke depan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
bakteri tersebut berasal dari kebiasaan memakai sabun vagina yang dapat
membunuh bakteri baik dalam vagina, sehingga keseimbangan asam pada vagina
terganggu. Selain itu kebiasaan cebok yang salah dapat memindahkan bakteri
Ecoli dari anus menuju vagina, sehingga hal ini dapat menjadi faktor munculnya
vaginitis.
Dari data Obyektif hasil pemeriksaan umum Nn. “N” adalah Keadaan
Umum baik, Kesadaran composmentis, Tekanan Darah 110/80 mmHg,
Suhu 37 o C, Nadi 80 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, BB 50 kg. Pemeriksaan fisik
Nn. “N” pada genitalianya ditemukan ada pengeluaran fluor albus kental
kekuningan, jumlahnya banyak, berbau dan disertai gatal. Hal ini sesuai dengan
teori dari gejala penyakit vaginitis.
Pengobatan terkait perkembangan infeksi yang dapat dilakukan yaitu
dengan berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antibiotic. Namun
21
Nn. “N” juga harus menghilangkan kebiasaan buruknya yakni menggunakan
sabun pembersih vagina saat setelah mandi, juga kebiasaan cebok seharusnya dari
arah depan ke belakang dapat membantu mengurangi kontaminasi
mikroorganisme dari rektum, serta menggunakan pakaian dalam yang berbahan
katun.
Nn. “N” mengaku sangat tidak nyaman dengan kondisinya saat ini. Untuk
menegakkan diagnose berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, bidan membuat
intervensi dan mengimplementasikan memberikan konseling tentang personal
hygiene yang benar, memberikan terapi obat antibiotic dan berkolaborasi dengan
dokter SpOG.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. Vaginitis adalah
diagnosis masalah ginekologis yang paling sering terjadi di pelayanan primer.
Penyebabnya bisa berupa infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, dan
protozoa. Bisa juga karena zat atau benda yang bersifat iritatif seperti
spermisida, sabun cuci, deodoran, pembilas vagina pakaian dalam yang terlalu
ketat dan lain-lain. Gejalanya yang paling sering ditemukan adalah keluarnya
cairan abnormal dari vagina. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil
pemeriksaan fisik dan karakteristik cairan yang keluar dari vagina. Pada kasus
vaginitis, perlu diobati secara khusus sesuai dengan penyebabnya. Untuk
mencegah penyakit vaginitis, bisa dilakukan dengan menerapkan cara cebok
yang benar, menghindari bathup dan pusaran air panas spa, dan menghindari
iritasi. Cara lainnya yaitu tidak menggunakan douche, menghindari
penggunaan kondom berbahan lateks, dan sebaiknya memakai pakaian yang
berbahan katun.
4.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24