Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. BARTOLINITIS
1. Pengertian
Glandula Bartholini adalah suatu kelenjar yang letaknya di seputar bibir
kemaluan (vulva) tepatnya di kiri dan kanan bawah dekat fossa navikulare.
Kelenjar Bartholini memiliki diameter lebih kurang 1 cm, terletak dibawah otot
konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5 – 2 cm yang bermuara
di vulva. Pada koitus, kelenjar bartholini mengeluarkan getah lendir.
Bartholinitis merupakan infeksi kelenjar Bartholini (nama diambil dari
seorang ahli anatomi belanda) yang letaknya bilateral pada bagian dasar labia
minor. Kelenjar ini bermuara pada posisi kira2 jam 4 dan jam 8. Ukurannya
sebesar kacang dan tidak melebihi 1 cm, dan pada pemeriksaan dalam keadaan
normal tidak teraba. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat
bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring
pembengkakan pada kelamin yang memerah.

2. Penyebab
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang
terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea,
dan sebagainya. Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat
diproduksinya cairan pelumas vagina.
3. Tanda dan Gejala
a. Pada vulva terjadi perubahan warna, kulit,membengkak, timbunan nanah
dalam kelenjar, nyeri tekan.
b. Kelenjar bartolin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan
atau duduk, juga dapat disertai demam
c. Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke PUSKESMAS
dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan
suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat
kelamin.
d. Terdapat abses pada daerah kelamin
e. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur
dengan darah.
Juga dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan memeriksa hapusan urethra
dan vulva dengan metode blue atau gram, positif bila dijumpai banyak sel nanah
dan diplokokkus intra maupun ekstraseluler.
3. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan pada kasus ini yaitu dengan:
a. antibiotika golongan cefadroxyl 500 mg, diminum 3×1 sesudah makan,
selama sedikitnya 5-7 hari,
b. asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum
3×1 untuk meredakan rasa nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar
tersebut mengempis,
c. eritromisin 4 x 0,5 gram perhari selama 5-10 hari, suntikan 1.000.000 S
Depot penisilin sehari selama 6-7 hari, atau jika ada alergi terhadap
penisilin dapat diberi chlorampenicol 1 gr intravena (i.v.) atau
intramuskuler (i.m.).
Juga dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan memeriksa hapusan
urethra dan vulva dengan metode blue atau gram, positif bila dijumpai banyak
sel nanah dan diplokokkus intra maupun ekstraseluler. Jika sudah bernanah
mencari jalan sendiri atau harus dikeluarkan dengan sayatan karena jika tidak
akan menjadi kista.
4. Dampak Bagi Kehamilan dan Persalinan
Dampak terhadap kehamilan dan bayi khususnya pada bartholinitis yang
disebabkan oleh Gonokokkusyaitu :
a. Sering dijumpainya kemandulan anak satu (one child sterility) pada
penderita atau bekas penderita karena pada saat persalinan lendir kental
dalam cervix lenyap dan ostium terbuka hingga akhirnya Gonokokkus ada
kesempatan untuk mejalar ke atas berturut-turut menyebabkan
endometritis dan salpingitis (salpingitis inilah penyebab kemandulan
tersebut),
b. Anak yang melalui jalan lahir dapat kemasukan Gonococcus ke dalam
matanya dan menderita konjungtivitis gonorea neonatorum (blenorea
neonati). Radang pada glandula bartholini dapat terjadi berulang - ulang
dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kista Bartholini.
Sebaiknya kista yang kecil dan tenang pada wanita hamil dibiarkan saja
dan baru diangkat kira-kira 3 bulan setelah persalinan. Apabila kista sering
meradang walaupun sudah diobati berukang kali, atau apabila kista sangat
besar sehingga dikhawatirkan akan pecah waktu persalinan, maka
sebaiknya kista tersebut diangkat dalam keadaan tenang sebelum
persalinan. Adakalanya kista yang sangat besar baru diketahui sewaktu
wanita sudah dalam persalinan. Dalam hal demikian dilakukan punksi dan
cairan dikeluarkan, walaupun ini bukan terapi tetap. Selanjutnya dilakukan
marsupialisasi (nanah dikeluarkan) sebagai tindakan tanpa resiko dengan
hasil yang memuaskan. Pada tindakan ini setelah diadakan sayatan dan isi
kista dikeluarkan, dinding kista yang terbuka dijahit pada kulit vulva yang
terbuka pada sayatan.

B. VAGINITIS
1. Pengertian

3
Radang pada vagina yeng disebabkan karena flora vagina telah terganggu oleh
adanya mikroorganisme patogen atau perubahan lingkungan vagina yang
memungkinkan mikroorganisme patogen berkembang biak/berproliferasi.
Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
parasit dan jamur.

Beberapa keadaan yang dapat memudahkan infeksi:


a. Coitus jika smegma prepurtiium mengandung kuman-kuman.
b. Tampon vagina misalnya untuk menampung darah haid
c. Hygiene yang kurang
d. Atrofi efitel vagina pada masa senil (ketuaan) dimana epitel vagina kurang
mengandung glycogen dan menjadi tipis.
2. Penyebab
a. Pada anak-anak disebabkan gonorea dan corpus allineum
b. Pada orang tua terjadi karena pertahanan terhadap infeksi pada vagina
menurun sehubungan dengan “aging process”
c. Vaginitis pada masa reproduksi sering terjadi pada martubasi, corpus
allineum (pressarium, obat atau alat kontrasepsi, kapas), dan rangsangan
termis.
3. Gejala
Gejala umum vaginitis adalah:
a. Pengeluaran keputihan berlebihan, dapat seperti nanah
b. Terasa panas dan gatal
c. Suhu badan dapat meningkat
d. Bagian luar terjadi pembengkakan
e. Pada vagina terdapat bintik merah, mudah berdarah
f. Terasa nyeri saat hubungan seks.
4. Penanganan
Pennanganan yang dapat diberikan pada pasien ini yaitu :
a. Informasikan tentang etiologi dan arah infeksi.
b. Hindari masukan alkohol selama perawatan dan selama 24 jam setelah
perawatan dilengkapi.
c. Jika sedang menyusui, hentikan selama perawatan dan selama setidaknya
24 jam setelahnya.
d. Jika meminum regimen multiple dosis, minum seluruh obat, walaupun
gejalanya mereda.
e. Gunakan hanya pakaian dalam dari katun untuk mengurangi gejala.
f. Hindari baju ketat : baju longgar akan meningkatkan sirkulasi udara untuk
meringankan gejala.
g. Jangan cebok dengan menggunakan produk hygiene kewanitaan.
h. Jangan melakukan hubungan seksual sampai anda dan patner anda
menjalani perawatan dan tanpa gejala.
i. Buat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
j. Therapi :
- Metronidazole 2 gr per oral dosis tunggal, atau 2 x 500 mg (Flagyl,
Protostat). Regimen yang direkomendasikan oleh CDC (Centers for
Disease Control dan Prevention) adalah 500 mg per oral untuk 7 hari.
Metronidazole dikontraindikasikan pada kehamilan trimester pertama
dan wanita melahirkan.

5
- Clotrimazole (Gyne-Lotrimin) krim vaginal (aplikator intravaginal
untuk 7 hari) dapat digunakan untuk meringankan gejala.
- Patner seksual wanita tersebut harus secara simultan dirawat dengan
metronidazole.

C. VULVOVAGINITIS
1. Pengertian
Vulvovaginitis berasal dari kata vaginitis yang artinya suatu peradangan pada
lapisan vagina, dan vulvitis yang artinya suatu peradangan pada vulva (organ
kelamin luar wanita). Sehingga vulvovaginitis adalah peradangan yang dapat
terjadi pada pada vulva dan vagina.
2. Penyebab
Penyebab vulvovaginis antaralain:
a. Infeksi
b. Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)
c. Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil
dan pemakai antibiotik
d. Protozoa (misalnya Trichomonas vaginalis)
e. Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes).
f. Zat atau benda yang bersifat iritatif
g. Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons
h. Sabun cuci dan pelembut pakaian
i. Deodoran
j. Zat di dalam air mandi
k. Pembilas vagina
l. Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap
keringat
m. Tinja
n. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
o. Terapi penyinaran
3. Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah :
a. Keluarnya cairan abnormal dari vagina. Dikatakan abnormal jika
jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan
nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan
cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam. Misalnya bisa
seperti keju, atau kuning kehijauan atau kemerahan. Infeksi vagina karena
bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu atau
keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan hubungan seksual
atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat
karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin
banyak yang tumbuh.
b. Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi. Infeksi jamur menyebabkan
gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina.
Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar cairan kental
seperti keju.
c. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita
yang mengkonsumsi antibiotik. Infeksi karena Trichomonas vaginalis
menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih, hijau keabuan atau
kekuningan dengan bau yang tidak sedap.Gatal-gatalnya sangat hebat.
d. Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan
oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium.
e. Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah
melakukan hubungan seksual.
f. Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi
virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium awal
yang belum menyebar ke daerah lain). Luka terbuka yang menimbulkan
nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi herpes atau abses. Luka
terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan ole kanker atau sifilis. Kutu

7
kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah
vulva.
4. Penanganan
Penanganan yang dapat diberikan pada kasus ini yaitu :
a. Jika cairan yang keluar dari vagina normal, pembilasan dengan air bisa
membantu mengurangi jumlah cairan.
b. Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan
penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan :
- Antibiotic
- anti-jamur
- anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. \
Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina dengan
campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama
dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya peradangan
panggul.
Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi
menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari. Selain
antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan
vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri.
Pada infeksi menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua
pasangan seksual diobati pada saat yang sama.
Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih
estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim
yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina.
5. Pengobatan Umum Untuk Vaginitis & Vulvitis
Jenis infeksi Pengobatan
· Miconazole, clotrimazole, butoconazole atau
Jamur terconazole (krim, tablet vagina atau supositoria)
· Fluconazole atau ketoconazole< (tablet)
· metronidazole atau clindamycin (tablet vagina) atau
metronidazole (tablet).
Bakteri
Jika penyebabnya gonokokus biasanya diberikan
suntikan ceftriaxon & tablet doxicyclin
Klamidia Doxicyclin atau azithromycin (tablet)
Trikomonas Metronidazole (tablet)
Virus papiloma Asam triklorasetat (dioleskan ke kutil), untuk infeksi yg
manusia (kutil berat digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil
genitalis) (dioleskan ke kutil)
Virus herpes Acyclovir (tablet atau salep)

Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang


tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga
(misalnya terbuat dari katun)
Menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun gliserin).
Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin
pada vulva atau berendam dalam air dingin.
Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa
dioleskan krim atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral(tablet). Krim
atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek
lamanya infeksi herpes. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
6. Pencegahan
a. Bilas sabun dari luar daerah genital setelah mandi, dan keringkan area itu
dengan baik untuk mencegah iritasi. Jangan gunakan sabun wangi atau
kasar, seperti yang mengandung deodoran atau antibakteri.
b. Hindari iritasi. Ini termasuk tampon dan bantalan berparfum.
c. Usap dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Hindari
penyebaran bakteri dari tinja ke vagina.

9
d. Jangan gunakan douche. Vagina anda tidak memerlukan pembersihan lain
dari mandi biasa. Berulang menggunakan douche mengganggu organisme
normal yang berada di vagina dan dapat benar-benar meningkatkan risiko
infeksi vagina. Douche tidak menghilangkan sebuah infeksi vagina.
e. Gunakan kondom lateks laki-laki. Ini membantu mencegah infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual.
f. Pakailah pakaian katun dan stoking dengan pembalut di selangkangannya.
Jika Anda merasa nyaman tanpa itu, langsung mengenakan pakaian tidur.
Ragi tumbuh subur di lingkungan lembab.

D. POLI CYCSTIC OVARY SYNDROME (PCOS)


Masalah ketidaksuburan pada wanita biasanya juga timbul akibat adanya
sindrom ovarium polisistik atau Poli Cycstic Ovary Syndrome (PCOS) dan
Endometriosis.
PCOS merupakan gangguan dimana folikel (kantung sel telur) tidak
berkembang dengan baik, sehingga tidak terjadi ovulasi (pematangan sel telur).
Wanita yang mengalami PCOS ini menjadi infertile (tidak subur) karena tidak ada
sel telur yang matang, sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Gejala yang timbul
dari PCOS ini biasanya adalah siklus haid yang tidak teratur (terlambat, tidak
haid, atau haid 2 – 3 kali dalam sebulan).
Sementara Endometriosis merupakan suatu keadaan patologi pada system
reproduksi perempuan dimana jaringan selaput lendir rahim (endometrium) yang
seharusnya berada dalam rahim, malah tumbuh di luar rongga rahim (saluran telur
/tuba falopi, indung telur, atau pada rongga pinggul). Hal ini bisa mengganggu
kesuburan wanita sehingga akan menghambat terjadinya kehamilan.

E. PENYAKIT INFEKSI GENETALIA PADA WANITA


1. Infeksi Kelenjar Bartholini
Disebabkan oleh bakteri gonorea, siapolokokus atau streptococus. Pada
pemeriksaannya dijumpai pembengkakan kelenjar, padat, berwarna merah,
nyeri, dan panas.
Pengobatan : dengan insisi yang mengurangi pembengkakan
mengeluarkan isinya.
Therapy : antibiotik dosis tepat
Yang menahun dalam letak kista bartholini yang diperlukan tindakan
marsupialisasi. Yaitu operasi menyembuhkan kista dalam membuka,
mengeluarkan isi dan menjahit tepi kista di irisan kulit.
2. Kondiloma Akuminata
Berbentuk seperti bunga kol dengan jaringan ikat dan tertutup oleh epitel
hiperkeratasis (Penebalan lapisan tanduk). Penyebabnya semacam virus
sejenis virus veruka. Pengobatan pada infeksi ini dengan tungtura podofilin
10%.
1. Infeksi Vagina (Vulvitis) Diabetika
Terdapat pembengkakan vagina, merah dan terutama ada rasa gatal yang
hebat, dapat disertai dengan rasa nyeri. Ini terjadi pada mereka yang berbadan
relatif gemuk. Pada pemerikaan laboratorium dijumpai penyakit kencing
manis.
2. Infeksi Liang Senggama (Vaginitis)
Di dalam liang senggama hidup bersama saling menguntungkan beberapa
bakteri yaitu hasil doderlain, stafilokokus dan streptokokus, serta hasil
difteroid. Secara umum gejala infeksi liang senggama (vaginitis) disertai
infeksi bagian luar (bibir), pengeluaran cairan (bernanah), terasa gatal dan
terbakar. Pada permukaan kemaluan luar tampak merah membengkak dan
terdapat bintik-bintik merah.
3. Infeksi Spesifik Vagina
Beberapa infeksi khusus pada vagina meliputi trikomonas vaginalis,
dengan gejala leukorea encer sampai kental, berbau khas, gatal dan rasa
terbakar. Disebabkan oleh bakteri trikomonas vaginalis. Cara utama

11
penularannya adalah dengan hubungan seksual. Infeksi vagina lain adalah
kandidiasis vaginitis, yang disebabkan oleh jamur candida albican. Leukorea
berwarna putih, bergumpal dan sangat gatal, dan pengobatan dengan
mycostatin sebagai obat minum atau dimasukkan kedalam liang senggama.
4. Servisitis Akuta
Infeksi ni dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea) sebagai salah satu
infeksi hubungan seksual. Gejalanya pembengkakan mulut rahim,
pengeluaran cairan bernanah, adanya rasa nyeri yang dapat menjalar
kesekitarnya.
5. Servisitis Menahun (Kronis)
Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan.
Terdapatnya perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejalanya leokorea yang
kadang sedikit atau banyak dan dapat terjadi perdarahan (saat berhubungan
seksual).
6. Penyakit Radang Panggul
Infeksi ini sebagian berkaitan dengan infeksi alat kelamin bagian atas.
Bentuk infeksi ini dapat mendadak (akut) dengan gejala nyeri dibagian perut
bawah.
7. Penyakit Gonore
Penyakit ini paling banyak dijumpai dalam jajaran penyakit hubungan
seksual. Penyebabnya Neisseria gonorhoe, tergolong bakteri diplokokus
berbentuk buah kopi. Gejala umumnya adalah rasa gatal dan patas diujung
kemaluan, rasa sakit saat kencing dan banyak kencing, diikuti pengeluaran
nanah diujung kemaluan dapat bercampur darah. Upaya preventif agar tidak
terinfeksi gonore pada mata dilakukan pemberian tetes mata nitras argentil 1%
secara crede dan tetes mata dengan antibiotika langsung pada BBL.
8. Penyakit Sifilis
Penyebab : Treponema pallidum, ordo spirochaetaeas. Yang diserang
adalah semua organ tubuh, sehingga cairan tubuh mengandung Treponema
pallidum. Masa inkubasinya sekitar 10-90 hari dan rata-rata 3 minggu. Timbul
perlukaan di tempat infeksi masuk, terdapat infiltrat (pemadatan karena
serbuan sel darah putih) yang mengelupas dan menimbulkan perlukaan
dengan permukaan bersih, berwarna merah dan kulit terdapat tanda radang
membengkak dan nyeri. Upaya preventif yaitu melakukan pemeriksaan
sebelum pernikahan.
9. Trikomoniasis
Adalah infeksi genitalia yang disebabkan oleh trichomonas vaginalis.
Trikomoniasis pada wanita pada keadaan akut terdapat gejala lendir vagina
banyak dan berbusa, bentuk putih bercampur nanah terdapat perubahan warna
(kekuningan, kuning-hijau), berbau khas. Adanya iritasi pada lipatan paha dan
kulit sekitar kemaluan sampai liang dubur. Dengan penyampaian penyakit
pada alat kelamin maka WUS diharapkan akan memeriksakan kesehatan dan
menjaga kebersihan dan tidak melakukan hubunganseks bebas serta tidak
berganti-ganti pasangan untuk mencegah penyakit menular seksual.

13
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 2008. Ginekologi. Bandung :
Elstar-offset.
http://medicastore.com/penyakit/95/Vaginitis_&_Vulvitis.html diakses tanggal 19
Mei 2018
http://www.f-buzz.com/2008/07/10/vaginitis-vulvitis/ diakses tanggal 19 Mei
2018
http://www.kesrepro.info/?q=node/315 diakses tanggal 19 Mei 2018
Sarwono dan Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai