Anda di halaman 1dari 24

Infeksi Radang

Panggul (PID)
Pengertian PID
Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah suatu kumpulan radang pada saluran
genital bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang
endometrium, tuba fallopi, ovarium maupun miometrium secara
perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun sebagai akibat hubungan
seksual. (widyastuti, rahmawati, & purnamaningrum, 2009)

Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang
merupakan infeksi serius pada wanita berusia 16-25 tahun.Penyakit radang pelvis
adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar kedalam
bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita, seperti rahim, tuba
fallopi dan/atau ovarium.
ETIOLOGI
Mekanisme infeksi menjalar saat,
menstruasi, persalinan dan abortus,
operasi ginekologi, disebab kan oleh
bakteri :
• GO (Gonorhoe)
• Kuman-kuman lain streptococcus,
aerob, maupun yang anaerob
stapylococus.
• Chlamydia, mycoplasma, ureaplasma,
virus, jamur dan parasit. (widyastuti,
rahmawati, & purnamaningrum, 2009)
Tanda dan Gejala
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita
merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan
disertai oleh mual dan muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba
fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan.
Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi
yang tidak teratur da kemandulan.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID :
a. Keluar cairan dari vagina dengan warna, f. Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
konsistensi dan bau yang abnormal. g. Nyeri punggung bagian bawah
b. Demam h. Kelelahan
c. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau i. Nafsu makan berkurang
spotting (bercak-bercak kemerahan di celana
j. Sering berkemih
dalam)
k. Nyeri ketika berkemih
d. Kram Karena menstruasi
e. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
KLASIFIKASI PID

Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society for Obstetrics &


Gynecology”, USA, Hager membagi derajat radang panggul menjadi :
• Derajat I : Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan
ovarium ), dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.
• Derajat II : Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang,
atau abses pada kedua tuba ovarium) dengan atau tanpa pelvio –
peritonitis.
• Derajat III : Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ
pelvik, misal adanya abses tubo ovarial.
● Endometritis adalah peradangan dari endometrium, lapisan mukosa bagian dalam uterus, disebabkan oleh
invasi bakteri. Endometrisis adalah suatu peradangan pada endometrium yang biasanya disebakan oleh infeksi
bakteri pada jaringan.
● Endometritis terdapat dua jenis yakni endometritis akut dan endometritis kronica.
1. Endometritis akut
○ Pada endometritis akut endometrium mengalami edema dan hiperemi terutama terjadi pada post
partum dan post abortus.
2. Endometritis kronica
○ Endometritis kronica tidak sering ditemukan. Pada pemeriksaan microscopic ditemukan banyak sel-sel
plasma dan limfosit.
3. Parametrisis (cellulitis pelvis) adalah peradangan parametrium, jaringan penyambung pelvis yang
mengelilingi uterus.
4. Salpingitis adalah peradangan tuba fallopi.
5. Ooforitis adalah peradangan ovarium
6. Myometrisis
7. Pelvioperitonitis (perimetritis)
○ Biasanya terjadi sbagai lanjutan dari salpingoophoritis. Kadang-kadang terjadi dari endometritis atau
parametritis.
PATOFISIOLOGI

1.
Tergangunya barier 3.
fisiologik Aktivitas seksual

2. 4.
Adanya organisme yang Peristiwa haid
berperan sebagai vektor.
PATHWAY
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Pemeriksaan lainya dilakukan adalah:
a) Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit darah yang merupakan indikator dari infeksi. Leukosit
normaal 5.000-15.000/mm3, mengetahui Hb, Ht, dan jenisnya.
b) Pemeriksaan cairan dari serviks untuk
c) Kuldosintesis
Untuk mengetahui bahwa perdarahan yang terjadi diakibatkan oleh hemoperitoneum (berasal dari KET yag rupture atau kista
hemoragik) dapat menyebabkan sepsis pelvis (salpingitis,abses pelvis rupture, atau appendiks yang rupture)
d) Laparaskopi
Adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera melalui insisi (potongan) kecil di perut untuk melihat secra
langsung organ didalam panggul apabila terdapat kelainan.
e) USG panggul
Merupakan tindakan non invasif, guna mengetahui keadaan didalam panggul meleiputi keadaan rahim, adanya pembesaran dan
abses pada saluran tuba valopi
PENATALAKSANAAN
Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi :

a. Terapi

Klien dengan penyakit akut yang menderita abses dalam panggul atau tuba-ovarium, seringkali membutuhkan perawatan duduk
rendam dengan air hangat dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan serta penyembuhan. Klien sebaiknya
ditidurkan pada posisi semi Fowler untuk memungkinkan pengeluaran cairan rambas mukopurulen.

b. Pengobatan rawat jalan.

Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I.

Obat yang diberikan ialah :

1. Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik. Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid
1 g sekali p.o/sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau

2. Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g p.o sekali sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Amoxilin 3 x 500
mg/hari p.o selama 7 hari, atau Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10
hari, atau
 Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau

 Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau

 Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.

1. Analgesik dan antipiretik.

 Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau

 Metampiron 3 x 500 mg/hari

a. Pengobatan rawat inap.

Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III. Obat yang diberikan ialah :

Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.

I. Ampisilin 1g im/iv 4 x sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB im/iv, 2 x sehari slama 5-7 hari dan
Metronidazol 1 g rek. Sup, 2 x sehari selama 5-7 hari atau, Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 ghx sehari selama 5-7 hari dan
Metronidazol 1 g rek. Sup 2 x sehari selama 5-7 hari.

II. Analgesik dan antipiretik.


KOMPLIKASI
Peritonitis pelvis atau peritonitis merata, abses, strikur, obstruksi tuba fallopi dapat terjadi. Obstruksi dapat
menyebabkan kehamilan ektopik dimasa mendatang jika telur yang dibuahi tidak dapat melewati tuba yang
mengalami trikur. Perlekatan umum sering menyebabkan nyeri pelvis kronis yang akhirnya memerlukan
pengangkatan uterus , tuba fallopi, dan ovarium. Komplikasi lainnya termasuk bakterimia disertai syok
septik dan tromboflebitis dengan kemungkinan embolisasi. (Brunner & Suddarth, 2002)
20%
Komplikasi radang panggul terjadi ketika penyakit tidak segera ditangani atau penderita tidak
menyelesaikan periode pengobatan yang diwajibkan. Jenis komplikasi yang bisa timbul adalah sakit panggul
jangka panjang, munculnya abses, berulangnya penyakit radang panggul pada penderita, infertilitas, dan
terjadinya kehamilan ektopik.

Radang panggul yang kembali dan menginfeksi area yang sama membuat kondisi organ reproduksi
tersebut rentan terhadap bakteri. Inilah kenapa penderita radang panggul harus menyelesaikan masa
pengobatannya hingga tuntas demi mengurangi risiko terjadi infertilitas dan sakit panggul yang sangat
mengganggu aktivitas.
PENCEGAHAN RADANG PANGGUL
A. Pemeriksaan kesehatan rutin pada diri Anda dan pasangan, lakukan pemeriksaan ginekologi maupun tes
infeksi menular seksual untuk mendeteksi gejala penyakit radang panggul atau penyakit lainnya. Makin
cepat penyakit dapat terdiagnosis, maka makin besar pula tingkat kesuksesan pengobatan.

B. Segera temui dokter jika Anda merasakan gejala radang panggul atau infeksi menular yang tidak biasa,
seperti sakit panggul berat atau perdarahan di antara periode menstruasi.

C. Saling terbuka mengenai sejarah infeksi menular seksual dengan pasangan Anda adalah salah satu tindakan
pencegahan yang dapat menyelamatkan kesehatan bersama.

D. Pertahankan kebiasaan kebersihan yang sehat, hindari mencuci vagina (vaginal douching) dan bilaslah alat
kelamin dari arah depan ke belakang seusai buang air untuk mencegah bakteri masuk melalui vagina.

E. Hindari atau pantang berhubungan seksual beberapa saat khususnya setelah persalinan, keguguran, aborsi,
atau setelah melalui prosedur ginekologi lain untuk menjaga agar kondisi rahim tetap aman dari infeksi
bakteri.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG KEMUNGKINAN MUNCUL

1. Hipertermia
01 04 05
2. Resiko ifeksi

3. Nyeri Akut

4. Disfungsi seksual

5. Ansietas

Refensi : Buku Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia ( SDKI )
 
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
• Data Subyektif
Biodata :
Umur : biasanya terjadi pada usia produktif yaitu pada usia dibawah 16 tahun
Pekerjaan : sering terjadi pada wanita yang berganti-ganti pasangan (PSK)
Keluhan Utama : Demam, mual muntah, perdarahan menstruasi yang tidak teratur, kram karena
menstruasi, nyeri BAK, nyeri saat hubungan, sakit pada perut bagian bawah, lelah, nyeri
punggung bagian bawah, nafsu makan berkurang.
Riwayat penyakit sekarang : Metroragia, Menoragia.Menderita penyakit kelamin, keputihan,
menggunakan alat kontrasepsi spiral.
Riwayat penyakit dahulu : KET, Abortus Septikus, Endometriosis.Pernah menderita penyakit
kelamin, abortus, pernah kuret, aktivitas seksual pada masa remaja, berganti-ganti pasangan
seksual, pernah mengunakan AKDR.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat menstruasi: Perdarahan menstruasi yang tidak teratur, Disminore, Fluor albus.
Riwayat Ginekologi: Kaji keluhan yang pernah dirasakan berkaitan dengan organ reproduksi,
berapa lama keluhan ibu rasakan, ada tidaknya upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
itu. Seperti menanyakan apakah ibu pernah mengalami keputihan yang berbau dan gatal, operasi
yang dialami.
Riwayat kesehatan: Kaji penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, suami, dan keluarga baik dari
ibu maupun suami seperti : penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, asma dll. Kaji apakah ibu
pernah kontak dengan penderita HIV/AIDS, TBC, hepatitis.

Pemeriksaan fisik
1. Suhu tinggi disertai takikardia
2. Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di kuadran atas abdomen. Rasa
nyeri biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan sulit
dirtegakkan.
3. Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn tenderness”, nyeri tekan dan
kekakuan otot sebelah bawah.
4. Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula disertai gejala
ileus paralitik.
5. Dapat disetai Manoragia, Metroragia.
6. Nyeri tekan dan nyeri goyang genitalia eksterna ( unilateral dan bilateral)
7. Daerah adneksa teraba kaku
8. Teraba massa dengan fluktuasi
 
• Data Obyektif
Pemeriksaan sistematis dan Ginekologis. Didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa
dan hasil pemeriksaan dengan tehnik palpasi, inspeksi, auskultasi, dan perkusi . Pemeriksaan sistematis ini meliputi:
1. Pemeriksaan Kepala dan Wajah
Kaji keadaan mata, hidung, mulut dan bibir ibu
2. Pemeriksaan pada leher
Periksa apakah ada pembesaran kelenjar pada leher seperti kelenjar limfe, tiroin atau pelebaran pembluh vena.
3. Pemeriksaan Dada dan Payudara:
Inspeksi: lihat berntuk payudara (simetris/ asimetris), warna (kemerahan atau normal), pengeluaran, puting susu
(menonjol, datar, masuk), retraksi.
4. Pemeriksaan Abdomen:
Kaji adaya masa atau benjolan dan nyeri tekan pada abdomen, jaringan parut , bekas luka operasi.
5. Pemeriksaan Anogenital
Kaji pengeluaran pervaginam : jumlah, warna, konsistensi dan bau kaji adanya tanda-tanda infeksi pada daerah genital,
perhatikan ada tidaknya varises dan oedema pada genetalia, inspikulo, dinding vagina (rugae vagina less), karsinoma.
Portio.Lakukan pemeriksaan adneksa dengan menekan daerah shympisis , apakah terasa nyeri atau tidak .
6. Pemeriksaan Genitalia
• Ada cairan flour albus yang berbau, dan berwarna kehijauan
• Nyeri pada servik, uterus dan kedua adnexa saat pemeriksaan bimanual.
• Terdapat masa iflamatoris daerah pelvis

Pemeriksaan penunjang
• Periksa darah lengkap : Hb, Ht, dan jenisnya, LED.
• Urinalisis
• Tes kehamilan
• USG panggul
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia
2. Resiko Infeksi
3. Nyeri Akut
4. Disfungsi seksual
5. Ansietas
INTERVENSI
1. Hipertermia ( Manajemen Hipertermia )
Observasi :
o Identifikasi penyebab hipertermia
o Monitor suhu tubuh
Terapeutik :
• Sediakan lingkungan yang dingin
• Longgarkan atau lepaskan pakaian
Edukasi :
• Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intervena, jika perlu

2. Resiko infeksi ( Manajemen imunisasi/Vaksinasi )


Observasi :
• Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
• Identifikasi status imunisasi setiap kunjungna ke pelayanan kesehatan
• Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi ( mis.reaksi anafilaksis terhadap vaksin sebelumnya atau sakit parah atau demam )
Terapeutik :
• Berikan suntikan pada bayi dibagian paha anterolateral
• Dokumentasikan informasi vaksinasi ( mis. Nama produsen, tanggal kadaluarsa )
• Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
• Edukasi :
Jelaskan tujuan,manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, efek samping
Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus ( mis. Rabies,tetanus )
3. Nyeri Akut ( Manajemen Nyeri ) 4. Disfungsi seksual ( Konseling seksualitas )
Observasi : Observasi :
• Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, • Identifikasi tingkat pengetahuan, masalah sistem
kualitas, identifikasi nyeri reproduksi, masalah seksualitas dan penyakit
• Identifikasi skala nyeri menular seksual
• Identifikasi respon nyeri non verbal • Identifkasi waktu disfungsi seksual dan
Terapeutik : kemungkinan penyebab
• Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri • Monitor stres, kecemasan, depresi dan penyebab
( mis. Suhu ruangan, pencahayaan, Kebisingan ) disfungsi seksual
• Fasilitasi istirahat tidur Terapeutik :
• Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam • Fasilitasi komunikasi antara pasien dan pasangan
pemilihan strategi meredakan nyeri • Berikan kesempatan kepada pasangan untuk
Edukasi : menceritakan permasalahan seksual
• Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri • Berikan saran yang sesuia kebutuhan pasangan
• Jelaskan strategi pereda nyeri dengan menggunakan bahasa yang mudah
• Anjurkan monitor nyeri secara mandiri diterima, dipahami dan tidak
 Kolaborasi : Edukasi :
• Kolaborasi pemberian analgetik , jika perlu • Jelaskan efek pengobatan, kesehatan dan
penyakit terhadap disfungsi seksual
• Informasikan pentingnya modifikasi pada aktifitas
seksual
Kolaborasi :
• Kolaborasi dengan spesialis seksologi, jika perlu
5. Ansietas ( Terapi Relaksasi )
Observasi :
• Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang
mengganggu kemmapuan kongnitif
• Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
• Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
• Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik :
• Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengna pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika kemungkinan
• Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
• Gunakan pakaian longgar
• Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan medis
lain,jika perlu
Edukasi :
• Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis elaksasi yang tersedia ( mis. Musik, meditasi,
nafas dalam, relaksasi otot progresif )
• Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi ynag dipilih
• Anjurkan mengambil posisi nyaman
• Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
 
Refensi : Buku Standart Intervensi Keperawatan Indonesia ( SIKI )
EVALUASI KEPERAWATAN
1. Hipertermia
Kriteria hasil : 4. Disfungsi seksual
• Suhu tubuh membaik Kriteria hasil :
• Menggigil menurun • Menggungkapkan aktifitas seksual
• Kulit merah menurun berubah
• Kejang menurun • Merasa hubungan seksual tidak
2. Resiko infeksi memuaskan
Kriteria hasil : • Mengungkapakan eksistensi seksual
• Tidak ada demam
berubah
• Tidak ada kemerahan
• Mengeluhkan hasrat seksual menurun
• Tidak ada nyeri
• Tidak menggigil  
• Vesikel normal 5. Ansietas
2. Nyeri akut Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil : • Klien tidak merasa binggung
• Keluhan nyeri menurun • Klien tidak gelisah
• Gelisah menurun • Klien tidak tampak tegang
• Frekuensi nadi membaik • Klien tidak sulit tidur
• Kesulitan tidur menurun Refensi : Buku standart Luaran Keperawatan
• Menarik diri menurun Indonesia ( SLKI )
• Tekanan darah membaik
KESIMPULAN
Penyakit radang Panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia interna, yang
disebabkan berbagai mikroorganisme dapat menyerang endometrium, tuba, ovarium
parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan organ sekitarnya,
secara homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual.
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui
vagina dan bergerak ke dalam rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus PID disebabkan oleh
bakteri yang juga menyebanbkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia,
gonare, mikroplasma, stafilokokous, streptokus).
Gejala biasanya muncul segera setalah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah.
Biasanya infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak
dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang
tidak teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan
terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ
perut serta menyebabkan nyeri menahun.
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai