Anda di halaman 1dari 19

TUGAS SISTEM REPRODUKSI 1

KASUS LEGAL ETIK “ABORTUS”


Dosen Pembimbing : Diah Eko. S.Kep,Ns. M.Kes

Oleh : Kelompok 5
1. Andik Kuswantoro (12.02.01.0997)
2. Fahmi Syarifudin (12.02.01.1010)
3. Lailatul Sholikhah (12.02.01.1015)
4. Risa Fajar Umami (12.02.01.1040)
5. Siti Fatimah Nur Ida (12.02.01.1043)

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN

SI KEPERAWATAN

2014/2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nyalah, kami selaku penulis makalah yang berjudul ”Kasus Legal Etik Abortus” yang
mana makalah ini sebagai salah satu tugas Sistem Reproduksi I, Alhamdulillah dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Maka dengan terselesainya makalah ini, kami selaku penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada:
1. Drs H.Budi Utomo,Amd.Kep.M.Kes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris, S.Kep, Ns M.Kes, selaku ketua prodi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Lamongan.
3. Diah Eko. M .S.Kep,Ns. M.Kes., selaku dosen Mata Kuliah Sistem Reproduksi I.
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat
digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Lamongan, Nopember 2014


LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini di periksa dan di setujui untuk Di presentasikan Kepada Teman-Teman


Mahasiswa Program S1 Keperawatan Semester V A Stikes Muhammadiyah Lamongan, dengan
judul Kasus Legal Etik Abortus.

Lamongan, November 2014

Mengetahui
Dosen Pembimbing

Diah Eko M. S.Kep, Ns. M.Kes


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Keperawatan


2.2 Tujuan Etika Keperawatan
2.3 Prisip-prinsip etika keperawatan
2.4 Pengertian Abortus

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Contoh Kasus Dilema Etika


3.2 Masalah Etik Prinsip Etika yang berkaitan dengan kasus

BAB IV PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perawat merupakan profesi yang sifat pekerjaannya selalu dalam situasi yang
menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta saling mempengaruhi dan
dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan.

Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan untuk tercapainya


kesejahteraan manusia. Sebagai suatu profesi, perawat mempunyai kontrak social dangan
masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi kepercayaan bagi perawat untuk terus menerus
memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan yang di berikan. Untuk menjamin kepercayaan
ini,pelayan keparawatan harus dilandasi ilmu pengetahuan, metologi dan di landasi pula dengan
etika profesi.

Studi tentang etik makin penting bagi perawat karena teknologi maju telah menyebabkan
munculnya pertanyaan mengenai awal dan akhir dari kehidupan manusia dan kualitas hidup,
serta banyak klien yang menjadi lebih sadar akan hak mereka dalam perawatan kesehatan dan
sangat mempedulikan masalah etik.

Perawat memegang tanggung jawab terhadap praktik etik mandiri, karena masalah etik
sering kali sulit diselesaikan dan dijelaskan menyebabkan perawat menjadi frustasi atau dis-stres
atau dikenal lagi dengan dilema etik,oleh karena itu dalam mengatasi masalah ini perawat harus
faham dan mengerti apa yang disebut etika keperawatan dan prinsip –prinsip keperawatan karena
dengan mengerti tentang keduanya perawat mampu menyelesaikan dilema yang dihadapi.

Prinsip-prinsip etika keperawatan sangat berkaitan erat dengan praktik keperaawatan,


karena prinsip keperawatan adalah salah satu pedomonan dalam melakukan tindakan
keperawatan. Prinsip-prinsip keperawatan ini berguna untuk menghindari agar tidak terjadinya
penyimpangan seperti malpraktek dan kelalaian dalam melakukan suatu tindakan keperawatan.
Dalam bab selanjutnya akan dibahas lebih dalam lagi tentang etika keperawatan, prinsip-
prinsip etika keperawatan dan bagaimana seorang perawat mengaplikasikannya.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa definisi definisi dari etika keperawatan?
1.2.2 Apa Tujuan dari Etika Keperawatan?
1.2.3 Apa saja prinsip-prinsip Etika Keperawatan?
1.2.4 Bagaimana Cara Analisa Kasus yang menyangkut Prinsip-prinsip Etika
Keperawatan?
1.2.5 Apa pengertian dari aborsi?
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
sistem reproduksi I sebagai study kasus tentang aborsi

1.3.2 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui tentang etika keperawatan


2. Untuk mengetahui tentang tujuan etika keperawatan
3. Untuk mengetahui tentang prinsip – prinsip etika keperawatan
4. Untuk mengetahui bagaimana menganalisa sebuah kasus yang menyangkut etika
keperawatan
5. Untuk mengerti pengertian aborsi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Keperawatan

Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian
moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep sepertibenar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab.

Menurut kamus Webster etik adalah suatu ilmu yg mempelajari tentang apa yang baik
dan buruk secara moral

Etika merupakan Ilmu tentang kesusilaan yg menentukan bagaimana sepatutnya manusia


hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yg menentukan
tingkah laku yg benar yaitu baik dan buruk, kewajiban dan tanggung jawab.

Etika Keperawatan merupakan suatu ungkapan tentang bagaimana perawat wajib


bertingkah laku.

Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun perawat
dalam praktek sehari-hari (Fry, 1994)

2.2 Tujuan Etika keperawatan

Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan
kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan di antara sesame perawat, dan keparcayaan
masyarakat kepada profesi keparawatan.
Menurut American Ethics Commision Bureau on Teaching, tujuan etika profesi
keperawatan adalah mampu:

1) Mengenal dan mengidentifikasi unsure moral dalam praktik keperawatan


2) Membentuk strategi /cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam praktik
keperawatan
3) Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan pada
diri sendiri,keluarga,masyarakat,dan kepada Tuhan,sesuai dengan kepercayaannya.

Menurut Nation League for Nursing (NLN) pusat pendidikan keperawatan milik
perhimpunan perawat Amerika,pendidikan etika keperawatan bertujuan:

1) Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi kesehatan lain dan
mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut
2) Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moralitas,keputusan tentang
baik dan buruk yang akan dipertanggung jawabkan kepada uhan sesuai dengan
kepercayaannya.
3) Mengenbangkan sifat pribadi dan sikap professional peserta didik.
4) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik
keperawatan profisional.Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini melalui dilema etika
dan benar dipandang dari sudut profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan, dan
keperawatan.
5) Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika keperawatan
dalam praktik dan dalam situasi nyata.

2.3 Prinsip –prinsip Etika Keperawatan

Prinsip etika keperawatan merupakan asas, kebenaran yang jadi pokok dasar atau patokan
seorang perawat untuk berfikir, bertindak membuat keputusan yang mengarahkan tanggung
jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan dimana seorang perawat selalu
berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip etika keperawatan sehingga kejadian pelanggaran etika
dapat dihindarkan.

Adapun prinsip-prinsip etika keperawatan yakni:

1) Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi di dasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.

Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

2) Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan


pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

3) Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek
professional.Ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4) Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5) Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap

klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi
yang ada, danmengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.

6) Menepati janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

7) Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain
harus dihindari.

8) Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
9) Respek

a. perilaku perawat yang menghormati / menghargai pasien /klien. hak – hak pasien
b. penerapan inforned consent
c. Perilaku perawat menghormati sejawat
d. Tindakan eksplisit maupun implisitsimpatik, empati kepada orang lain

2.4 Pengertian Abotus

1) Pengertian Aborsi Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia

Pengertian aborsi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia atau KBBI (Prof. Dr. JS.
Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus
didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan
pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).

2) Pengertian Aborsi Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana

Pengertian aborsi menurut KUHP atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana di Indonesia
adalah :

 Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan
yang lengkap tercapai (38-40 minggu).
 Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (berat kurang dari
500 gram atau kurang dari 20 minggu).Dari segi medikolegal maka istilah abortus,
keguguran, dan kelahiran prematur mempunyai arti yang sama dan menunjukkan
pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang cukup.
 Lebih lanjut, pembahasan tentang pengertian aborsi versi KUHP tetap digolongkan tindakan
kriminal.

3) Pengertian Aborsi Menurut UU Kesehatan


Aborsi juga di bahas di UU Kesehatan. Pada UU Kesehatan, pengertian aborsi di bahas
secara tersirat pada pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam
keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu. Maksud dari kalimat ‘tindakan medis tertentu’, salahsatunya
adalah aborsi.

4) Aborsi Menurut Agama Islam

a. Alqur’an

Tidak ada satupun ayat di dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh
di lakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa
janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa
hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan.

 Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah Allah.


Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang dilakukan dengan
tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan medis dikenal
dengan istilah “abortus provokatus kriminalis” yang merupakan tindakan kriminal –
tindakan yang melawan Allah. Al-Quran menyatakan: “Adapun hukuman terhadap
orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan RasulNya dan membuat
bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong
tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman
yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat
mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)

b. Menurut Hadits

 Menggugurkan janin sebelum peniupan roh

“Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian


ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat.” (Hasyiat Al
Qalyubi: 3/159).
“Mereka berdalil dengan hadist ibnu Mas’ud yang menunjukkan bahwa sebelum
empat bulan, roh belum di tiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta di
anggap benda mati, sehingga boleh di gugurkan”

 Menggugurkan janin setelah peniupan roh

Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan ruh hukumnya haram. Peniupan ruh terjadi ketika janin sudah berumur
empat bulan dalam perut ibu, ketentuan ini berdasarkan hadist ibnu Mas’ud di atas.
Janin yang sudah di tiupkan ruh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu dia telah
menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika
pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Contoh Kasus Dilema Etik

Seorang wanita berumur 29 tahun datang ke rumah sakit bersama suaminya . Mereka
datang dengan maksud untuk memeriksakan kandungannya karena tidak mendapatkan
menstruasi. Setelah di lakukan pemeriksaan USG di temukan adanya detak jantung janin, dan
hasilnya adalah positif ibu hamil, usia janin saat ini adalah 2 bulan tetapi dari hasil pemeriksaan
lainnya juga di temukan adanya penyakit kelainan jantung koroner yang tidak memungkin ibu
untuk hamil.

Dokter menjelaskan kepada suaminya jika kehamilan ini di teruskan maka akan
berbahaya mempunyai resiko tinggi bagi sang ibu seperti terjadinya gagal jantung kongestif,
edema paru, hingga menyebabkan kematian. Kemudian pada janin jika tetap di pertahankan
dapat terjadi lahir premature, BBLR, hypoxia, gawat janin, lahir mati, nilai APGAR rendah dan
pertumbahan janin terhambat. Tetapi istrinya menginginkan kandungannya itu tidak di gugurkan
dan ingin tetap mempertahankannya karena kehamilan itu adalah anak pertama yang sudah di
tunggu bertahun-tahun.

Pada saat itu dokter sulit untuk memutuskan karena jika janin itu tetap tumbuh maka akan
sangat beresiko bagi sang ibu, tetapi di sisi lain menggugurkan juga perbuatan yang di larang
oleh agama karena sama saja dengan membunuh.

3.2 Analisa Kasus

Orang hamil dengan penyakit jantung koroner akan mempunyai resiko tinggi terjadinya
gagal jantung kongestif, edema paru, hingga menyebabkan kematian. Kemudian pada janin jika
tetap di pertahankan dapat terjadi lahir premature, BBLR, hypoxia, gawat janin, lahir mati, nilai
APGAR rendah dan pertumbahan janin terhambat.
Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah Allah.
Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang di lakukan dengan tujuan
menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah
“abortus provokatus kriminalis”.

3.3 Prinsip Etika Keperawatan berdasarkan Kasus


a) Autonomy (Menghargai Hak Pasien)

Individu memiliki hak untuk menentukan sendiri, memperoleh kebebasan dan


kemandirian. Respect of autonomy meliputi:

 Menyampaikan kebenaran
 Menghormati privasi orang lain
 Mendapat izin untuk melakukan tindakan
 Jika di minta, membantu orang lain dalam mengambil keputusan.

Dari kasus di atas seharusnya tenaga kesehatan menghargai hak pasien dengan
memberikan kesempatan pada ibu untuk tetap mempertahankan bayinya, tetapi dengan
memberikan penjelasan kepada ibu tentang resiko-resiko yang akan terjadi jika janin tetap di
pertahankan.

b) Beneficience (Asas Manfaat)

Individu berkewajiban melakukan hal yang baik sebagai kebalikan hal yang
membahayakan. Prinsip beneficence adalah suatu kewajiban moral untuk bertindak demi
keuntungan orang lain.

Berdasarkan kasus di atas pasien tetap memiliki hak untuk tetap mempertahankan
kandungannya dengan mengetahui banyaknya resiko yang akan terjadi baik bagi ibu maupun
pada bayinya nanti, dan jika di lakukan abortus maka resiko yang akan terjadi nantinya sangat
rendah. Tenaga kesehatan berupaya untuk memberikan yang terbaik baik bagi ibu dan bayinya
c) Non Mal Eficience (Tidak Merugikan)

Dari kasus di atas analisa menurut non mal eficience ini di lakukan untuk mencegah
terjadinya resiko pada ibu jika kehamilan tetap di pertahankan seperti terjadinya gagal jantung
kongestif, edema paru, hingga menyebabkan kematian. Kemudian pada janin jika tetap di
pertahankan dapat terjadi lahir premature, BBLR, hypoxia, gawat janin, lahir mati, nilai APGAR
rendah dan pertumbahan janin terhambat.

Menurut UU Kesehatan pasal 75:

(1) Setiap orang di larang melakukan aborsi


(2) Larangan sebagaimana di maksud pada ayat (1) dapat di kecualikan berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/ atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan

Sehingga tenaga kesehatan berupaya untuk tetap mempertahankan ibu dari resiko-resiko
yang akan terjadi nantinya dengan memberikan penjelasan tentang di lakukannya abortus
tersebut.

d) Justice (Asas Keadilan)

Dari kasus di atas tenaga kesehatan memberikan pengertian kepada ibu tentang keadaan
janin yang di kandungnya jika tetap di pertahankan maka dengan resiko yang sangat besar.
Tenaga kesehatan memberikan solusi yang terbaik dengan tetap mempertimbangkan hak pasien
untuk mendapatkan keadilan dalam pelayanan kesehatan.

e) Veracity (Asas Kejujuran)


Berdasarkan kasus di atas keadaan yang di alami oleh tenaga kesehatan dalam
menentukan pemiilihan tetap mempertahan janin maupun menggugurkan janin seharusnya di
informasikan kepada keluarga agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam melakukan pelayanan
kesehatan.

f) Confidentiality (Kerahasiaan)

Berdasarkan kasus di atas apapun yang terjadi pada pasien dalam mempertahankan atau
menggugurkan janin tersebut sebaiknya hanya pihak keluarga dan pihak kesehatan yang
bertanggung jawab terhadap tindakan tersebut terhadap pasien.

Pengumpulan Data (Pulta)

Informed Consent

Tenaga kesehatan (perawat) memberikan informasi dan persetujuan yang di berikan oleh pasien
atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan di lakukan terhadap
pasien,

Tujuan

Menentukan pemberian tindakan dalam mempertahankan janin atau dalam menggugurkan janin

Identifikasi Pilihan

1. Jika kehamilan ini di pertahankan maka akan berbahaya mempunyai resiko tinggi bagi sang
ibu yaitu dapat terjadi gagal jantung kongestif, edema paru, hingga menyebabkan kematian.
Kemudian pada janin dapat terjadi lahir premature, BBLR, hypoxia, gawat janin, lahir mati,
nilai APGAR rendah
2. Jika janin di gugurkan maka resiko yang akan terjadi sangat rendah yaitu pada janin saja,
abortus dapat di lakukan pada saat usia kehamilan di bawah 20 minggu.
Keputusan

Perawat memberikan tindakan untuk menggugurkan bayi karena resikonya lebih rendah
jika di bandingkan dengan harus pertahankan kehamilannya yang dapat membahayakan bagi
keduanya yaitu bagi ibu dan bayi.

Abortus di lakukan jika usia kehamilan di bawah 20 minggu dan ada alasan medis yang
dapat menguatakan untuk di lakukaknnya abortus.

Menggugurkan janin sebelum peniupan roh

“Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian ulama
membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat.” (Hasyiat Al Qalyubi: 3/159).

“Mereka berdalil dengan hadist ibnu Mas’ud yang menunjukkan bahwa sebelum empat bulan,
roh belum di tiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta di anggap benda mati, sehingga
boleh di gugurkan”

Menggugurkan janin setelah peniupan roh

Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan ruh
hukumnya haram. Peniupan ruh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan dalam perut ibu,
ketentuan ini berdasarkan hadist ibnu Mas’ud di atas. Janin yang sudah di tiupkan ruh dalam
dirinya, secara otomatis pada saat itu dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk
dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.
BAB VI

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Etika Keperawatan merupakan suatu ungkapan tentang bagaimana perawat wajib


bertingkah laku.

Pengertian aborsi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia atau KBBI (Prof. Dr. JS.
Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus di
definisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran
(dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang di kandung itu).

4.2 Kritik dan Saran

Dalam pembuatan makalah ini tentunya banyak kekurangan sehingga kami sebagai
penulis menerima kritikan dan saran untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai