Oleh : Kelompok 5
1. Andik Kuswantoro (12.02.01.0997)
2. Fahmi Syarifudin (12.02.01.1010)
3. Lailatul Sholikhah (12.02.01.1015)
4. Risa Fajar Umami (12.02.01.1040)
5. Siti Fatimah Nur Ida (12.02.01.1043)
SI KEPERAWATAN
2014/2015
KATA PENGANTAR
Mengetahui
Dosen Pembimbing
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Perawat merupakan profesi yang sifat pekerjaannya selalu dalam situasi yang
menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta saling mempengaruhi dan
dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan.
Studi tentang etik makin penting bagi perawat karena teknologi maju telah menyebabkan
munculnya pertanyaan mengenai awal dan akhir dari kehidupan manusia dan kualitas hidup,
serta banyak klien yang menjadi lebih sadar akan hak mereka dalam perawatan kesehatan dan
sangat mempedulikan masalah etik.
Perawat memegang tanggung jawab terhadap praktik etik mandiri, karena masalah etik
sering kali sulit diselesaikan dan dijelaskan menyebabkan perawat menjadi frustasi atau dis-stres
atau dikenal lagi dengan dilema etik,oleh karena itu dalam mengatasi masalah ini perawat harus
faham dan mengerti apa yang disebut etika keperawatan dan prinsip –prinsip keperawatan karena
dengan mengerti tentang keduanya perawat mampu menyelesaikan dilema yang dihadapi.
Tujuan khusus pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
sistem reproduksi I sebagai study kasus tentang aborsi
PEMBAHASAN
Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian
moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep sepertibenar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab.
Menurut kamus Webster etik adalah suatu ilmu yg mempelajari tentang apa yang baik
dan buruk secara moral
Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun perawat
dalam praktek sehari-hari (Fry, 1994)
Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan
kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan di antara sesame perawat, dan keparcayaan
masyarakat kepada profesi keparawatan.
Menurut American Ethics Commision Bureau on Teaching, tujuan etika profesi
keperawatan adalah mampu:
Menurut Nation League for Nursing (NLN) pusat pendidikan keperawatan milik
perhimpunan perawat Amerika,pendidikan etika keperawatan bertujuan:
1) Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi kesehatan lain dan
mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut
2) Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moralitas,keputusan tentang
baik dan buruk yang akan dipertanggung jawabkan kepada uhan sesuai dengan
kepercayaannya.
3) Mengenbangkan sifat pribadi dan sikap professional peserta didik.
4) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik
keperawatan profisional.Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini melalui dilema etika
dan benar dipandang dari sudut profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan, dan
keperawatan.
5) Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika keperawatan
dalam praktik dan dalam situasi nyata.
Prinsip etika keperawatan merupakan asas, kebenaran yang jadi pokok dasar atau patokan
seorang perawat untuk berfikir, bertindak membuat keputusan yang mengarahkan tanggung
jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan dimana seorang perawat selalu
berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip etika keperawatan sehingga kejadian pelanggaran etika
dapat dihindarkan.
1) Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi di dasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
3) Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek
professional.Ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5) Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi
yang ada, danmengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
7) Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain
harus dihindari.
8) Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
9) Respek
a. perilaku perawat yang menghormati / menghargai pasien /klien. hak – hak pasien
b. penerapan inforned consent
c. Perilaku perawat menghormati sejawat
d. Tindakan eksplisit maupun implisitsimpatik, empati kepada orang lain
Pengertian aborsi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia atau KBBI (Prof. Dr. JS.
Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus
didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan
pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).
Pengertian aborsi menurut KUHP atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana di Indonesia
adalah :
Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan
yang lengkap tercapai (38-40 minggu).
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (berat kurang dari
500 gram atau kurang dari 20 minggu).Dari segi medikolegal maka istilah abortus,
keguguran, dan kelahiran prematur mempunyai arti yang sama dan menunjukkan
pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang cukup.
Lebih lanjut, pembahasan tentang pengertian aborsi versi KUHP tetap digolongkan tindakan
kriminal.
a. Alqur’an
Tidak ada satupun ayat di dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh
di lakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa
janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa
hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan.
b. Menurut Hadits
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan ruh hukumnya haram. Peniupan ruh terjadi ketika janin sudah berumur
empat bulan dalam perut ibu, ketentuan ini berdasarkan hadist ibnu Mas’ud di atas.
Janin yang sudah di tiupkan ruh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu dia telah
menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika
pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Seorang wanita berumur 29 tahun datang ke rumah sakit bersama suaminya . Mereka
datang dengan maksud untuk memeriksakan kandungannya karena tidak mendapatkan
menstruasi. Setelah di lakukan pemeriksaan USG di temukan adanya detak jantung janin, dan
hasilnya adalah positif ibu hamil, usia janin saat ini adalah 2 bulan tetapi dari hasil pemeriksaan
lainnya juga di temukan adanya penyakit kelainan jantung koroner yang tidak memungkin ibu
untuk hamil.
Dokter menjelaskan kepada suaminya jika kehamilan ini di teruskan maka akan
berbahaya mempunyai resiko tinggi bagi sang ibu seperti terjadinya gagal jantung kongestif,
edema paru, hingga menyebabkan kematian. Kemudian pada janin jika tetap di pertahankan
dapat terjadi lahir premature, BBLR, hypoxia, gawat janin, lahir mati, nilai APGAR rendah dan
pertumbahan janin terhambat. Tetapi istrinya menginginkan kandungannya itu tidak di gugurkan
dan ingin tetap mempertahankannya karena kehamilan itu adalah anak pertama yang sudah di
tunggu bertahun-tahun.
Pada saat itu dokter sulit untuk memutuskan karena jika janin itu tetap tumbuh maka akan
sangat beresiko bagi sang ibu, tetapi di sisi lain menggugurkan juga perbuatan yang di larang
oleh agama karena sama saja dengan membunuh.
Orang hamil dengan penyakit jantung koroner akan mempunyai resiko tinggi terjadinya
gagal jantung kongestif, edema paru, hingga menyebabkan kematian. Kemudian pada janin jika
tetap di pertahankan dapat terjadi lahir premature, BBLR, hypoxia, gawat janin, lahir mati, nilai
APGAR rendah dan pertumbahan janin terhambat.
Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah Allah.
Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang di lakukan dengan tujuan
menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah
“abortus provokatus kriminalis”.
Menyampaikan kebenaran
Menghormati privasi orang lain
Mendapat izin untuk melakukan tindakan
Jika di minta, membantu orang lain dalam mengambil keputusan.
Dari kasus di atas seharusnya tenaga kesehatan menghargai hak pasien dengan
memberikan kesempatan pada ibu untuk tetap mempertahankan bayinya, tetapi dengan
memberikan penjelasan kepada ibu tentang resiko-resiko yang akan terjadi jika janin tetap di
pertahankan.
Individu berkewajiban melakukan hal yang baik sebagai kebalikan hal yang
membahayakan. Prinsip beneficence adalah suatu kewajiban moral untuk bertindak demi
keuntungan orang lain.
Berdasarkan kasus di atas pasien tetap memiliki hak untuk tetap mempertahankan
kandungannya dengan mengetahui banyaknya resiko yang akan terjadi baik bagi ibu maupun
pada bayinya nanti, dan jika di lakukan abortus maka resiko yang akan terjadi nantinya sangat
rendah. Tenaga kesehatan berupaya untuk memberikan yang terbaik baik bagi ibu dan bayinya
c) Non Mal Eficience (Tidak Merugikan)
Dari kasus di atas analisa menurut non mal eficience ini di lakukan untuk mencegah
terjadinya resiko pada ibu jika kehamilan tetap di pertahankan seperti terjadinya gagal jantung
kongestif, edema paru, hingga menyebabkan kematian. Kemudian pada janin jika tetap di
pertahankan dapat terjadi lahir premature, BBLR, hypoxia, gawat janin, lahir mati, nilai APGAR
rendah dan pertumbahan janin terhambat.
Sehingga tenaga kesehatan berupaya untuk tetap mempertahankan ibu dari resiko-resiko
yang akan terjadi nantinya dengan memberikan penjelasan tentang di lakukannya abortus
tersebut.
Dari kasus di atas tenaga kesehatan memberikan pengertian kepada ibu tentang keadaan
janin yang di kandungnya jika tetap di pertahankan maka dengan resiko yang sangat besar.
Tenaga kesehatan memberikan solusi yang terbaik dengan tetap mempertimbangkan hak pasien
untuk mendapatkan keadilan dalam pelayanan kesehatan.
f) Confidentiality (Kerahasiaan)
Berdasarkan kasus di atas apapun yang terjadi pada pasien dalam mempertahankan atau
menggugurkan janin tersebut sebaiknya hanya pihak keluarga dan pihak kesehatan yang
bertanggung jawab terhadap tindakan tersebut terhadap pasien.
Informed Consent
Tenaga kesehatan (perawat) memberikan informasi dan persetujuan yang di berikan oleh pasien
atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan di lakukan terhadap
pasien,
Tujuan
Menentukan pemberian tindakan dalam mempertahankan janin atau dalam menggugurkan janin
Identifikasi Pilihan
1. Jika kehamilan ini di pertahankan maka akan berbahaya mempunyai resiko tinggi bagi sang
ibu yaitu dapat terjadi gagal jantung kongestif, edema paru, hingga menyebabkan kematian.
Kemudian pada janin dapat terjadi lahir premature, BBLR, hypoxia, gawat janin, lahir mati,
nilai APGAR rendah
2. Jika janin di gugurkan maka resiko yang akan terjadi sangat rendah yaitu pada janin saja,
abortus dapat di lakukan pada saat usia kehamilan di bawah 20 minggu.
Keputusan
Perawat memberikan tindakan untuk menggugurkan bayi karena resikonya lebih rendah
jika di bandingkan dengan harus pertahankan kehamilannya yang dapat membahayakan bagi
keduanya yaitu bagi ibu dan bayi.
Abortus di lakukan jika usia kehamilan di bawah 20 minggu dan ada alasan medis yang
dapat menguatakan untuk di lakukaknnya abortus.
“Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian ulama
membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat.” (Hasyiat Al Qalyubi: 3/159).
“Mereka berdalil dengan hadist ibnu Mas’ud yang menunjukkan bahwa sebelum empat bulan,
roh belum di tiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta di anggap benda mati, sehingga
boleh di gugurkan”
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan ruh
hukumnya haram. Peniupan ruh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan dalam perut ibu,
ketentuan ini berdasarkan hadist ibnu Mas’ud di atas. Janin yang sudah di tiupkan ruh dalam
dirinya, secara otomatis pada saat itu dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk
dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengertian aborsi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia atau KBBI (Prof. Dr. JS.
Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus di
definisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran
(dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang di kandung itu).
Dalam pembuatan makalah ini tentunya banyak kekurangan sehingga kami sebagai
penulis menerima kritikan dan saran untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik.