Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KODE ETIK INDONESIA ICN


(INTERNATIONAL COUNCIL OF NURSES)
& DILEMA ETIK

DOSEN PENGAMPU:
ACHMAD DJOJO, APP.MM

DISUSUN OLEH:
ILHAM HAFIZI 231101041
FARAH 231101029
MILDA 231101052
SELVILLIA PUTRI 231101072

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


PRODI D-III KEPERAWATAN SINGKAWANG
TAHUN 2023
VISI DAN MISI
D-III KEPERAWATAN SINGKAWANG

VISI
Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan Vokasi dan Profesi sebagai Rujukan
Nasional Berkualitas Global

MISI
1. Menyelenggarakan kegiatan Tridarma perguruan Tinggi di Bidang Keperawatan
Vokasi dan Profesi Keperawatan yang berkualitas Global.
2. Menghasilkan lulusan keperawatan yang berintelektualitas tinggi, berbudi luhur dan
mampu bersaing secara Global.
3. Mengembangkan tata kelolaPerguruan Tinggi dibidang Keperawatan Vokasi dan
Profesi Keperawatan yang Mandiri, Transparan dan Akuntabel.
4. Berperan Aktif dalam Kerjasama, Pengembangan dan Peningkatan Sistem Pendidikan
Keperawatan ditingkat Global.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat rahmat-
Nya,kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “KODE ETIK
INDONESIA ICN (INTERNATIONAL COUNCIL OF NURSES) & DILEMA ETIK” yang
bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bapak “Achamad Djojo, APP,
MM” selaku dosen pengampu mata kuliah “Etika dan hukum Kesehatan”

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak Bapak Dr. Kelana Kusuma Dharma,


S.kp., M.kes
2. Ketua Jurusan Keperawatan Bapak Ns.Raju Kapadia, S.kep., M.Med.
3. Ketua Program Studi D-III Ibu Nurbani, S.kep, M.kep
4. Ketua Dosen Pengampu Mata Kuliah Bapak Achamd Djojo,APP, MM

Lebih lanjut, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dalam penulisan makalah ini ,sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Singkawang, 24 september 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kode etik keperawatan merupakan alat pengambil keputusan yang valid dan
berguna bagi perawat dalam menghadapi masalah etik pada praktek klinik sehari-hari
(Bijani et al., 2017).

Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu
kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema
etik ini,sukar untuk menentukan mana yang benar atau salah serta dapat menimbulkan
stress pada perawat karena perawat tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat,
klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam
mengambil keputusan. Pada saat berhadapan dengan dilema etik terdapat juga
dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan
keputusan rasional yang harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan
komunikasi yang baik dari seorang perawat.

Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah
selalu bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik
dan konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam
praktik profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial
dan hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart
perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan
internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus mampu
menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan
keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat
memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai
advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan
dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap
keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2001)
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi etik?

2. Apa sajakah tipe-tipe etika?

3. Apa sajakah teori etik?

4. Bagaimanakah prinsip-prinsip etik?

5. Bagaimanakah definisi dan kode etik keperawatan?

6. Bagaimanakah dilema etik dan cara penyelesainnya?

7. Bagaimanakah contoh kasus dilema etik dan penyelesainnya?

C. TUJUAN PENULISAN

a. Untuk mengetahui dan memahami definisi etik.


b. Untuk mengetahui dan memahami tipe-tipe etika.
c. Untuk mengetahui dan memahami teori etik.
d. Untuk mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik
e. Untuk mengetahui dan memahami definisi dan kode etik keperawatan.
f. Untuk mengetahui dan memahami dilema etik dan cara penyelesainnya.
g. Untuk mengetahui dan memahami contoh kasus dilema etik dan penyelesainnya
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI ETIK

Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku


manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah
tujuannya ( Pastur scalia, 1971 ). Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos,
yang menurut Araskar dan David (1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau
standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah
etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi
prilaku. (Mimin. 2002).
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup,
sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi
perilaku profesional. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik
merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya
manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.
Sehingga juga dapat disimpulkan bahwa etika mengandung 3 pengertian pokok yaitu :
nilai-nilai atau norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah laku, kumpulan azas atau nilai moral, misalnya kode etik dan
ilmu tentang yang baik atau yang buruk (Ismaini, 2001)

B. TIPE TIPE ETIKA


Etik terbagi ke dalam beberapa jenis tipe (Nasrullah, 2019) (suhaermi,2003), yaitu:

1. Bioetik
Merupakan studi filosofi yang memperlajari tentang kontroversi dalam etik yang
menyangkut masalah biologi dan pengobatan serta di fokuskan lebih secara spesifik
pada evaluasi etik pada moralitas treatment tertentu dan inovasi teknologi yang
dikembangkan dan pelaksanaan treatment ini di lakukan pada manusia, artinya hal ini
berfokus pada perawatan modern dan aplikasi pada aplikasi teori dan prinsip etik
terhadap masalah pelayanan Kesehatan
2. Etik Klinik (Clinical ethics)
Merupakan bagian dari bioetik yang lebih berfokus pada masalah etik selama
pemberian pelayanan pada klien, misalnya pemberian persetujuan dan penolakan
terhadap Tindakan.
3. Etik Keperawatan (Nursing Ethics)
Merupakan bagian dari bioetik yang merupakan studi formal tentang isu etik
pada keperawatan dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dievaluasi
dan dianalisis untuk pengambilan keputusan etik.

C.Teori Etika

Teori dasar etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik
professional (Fry,1991 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori etik digunakan dalam
pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat
moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontology.

1). Teleologi

Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata telos, berarti akhir). Istilah
teleologi dan utilitarianisme sering digunakkan saling bergantian. Teleologi
merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang
dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut
dengan ungkapan the end justifies the means atau makna dari suatu tindakan
ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian
hasil akhir yang terjadi. Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang maksimal
dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kellly, 1987 dalam Suhaemi,
2010).

2). Dentiologi

Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon, berarti tugas) berprinsip pada
aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil
akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya.
Dalam konteks ini, perhatian difokuskan pada tindakann melakukan tanggung
jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara
moral benar atau salah. Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait
dengan tugas harus bersifat universal, tidak kondisional, dan imperative. Contoh
penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa klien harus
diberi tahu tentang yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat
menyakitkan. Contoh lain: seorang perawat menolak membantu pelaksanaan
abortus karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan membunuh. Dalam
menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan pertimbangan,
misalnya tindakan abortus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibunya
karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini calon bayi)
merupakan tindakan buruk secara moral. Secara lebih luas, teori deontologi
dikembangkan menjadi lima prinsip penting, yaitu kemurahan hati, keadilan,
otonomi, kejujuran dan ketaatan (Fry, 1991 dalam buku Suhaemi, 2010).

D. Prinsip-prinsip etik

Prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku


yang etis dan dalam pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum
dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik.Prinsip moral
berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan,
atau diizinkan dalam suatu keadaan. Menurut Dalami (2010), prinsip-prinsip etika
keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Otonomy (Autonomy) Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa
individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,memilih
dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain.Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang,atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktik profesional merefleksikan otonomi 14 saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.
b. Berbuat Baik (Beneficience) Beneficience berarti,hanya melakukan sesuatu
yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan
orang lain. Terkadang dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice) Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu
yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip
moral,legal,dan kemanusiaan.Nilai ini Direfleksikan dalam praktik profesional
ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,standar praktik
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak Merugikan (Non Maleficienci) Prinsip ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis selama perawat memberikan asuhan
keperawatan pada klien dan keluarga.
e. Kejujuran (Veracity) Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai
diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip
veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran.Informasi harus ada agar menjadi akurat,komprehensif,dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada,dan
mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.Walaupun
demikian,terdapat beberapa argumen mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa “doctors know best”
sebab individu memiliki otonomi,mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam
membangun hubungan saling percaya. 15
f. Menepati Janji (Fidelity) Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk
menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain.Perawat setia pada
komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
klien.Ketaatan,kesetiaan,adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan
komitmennya yang dibuatnya. Kesetiaan,menggambarkan kepatuhan perawat
terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari
perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan,mencegah
penyakit,memulihkan kesehatan,dan meminimalkan penderitaan.
g. Kerahasian (Confidentiality) Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah
informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.Segala sesuatu yang terdapat
dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada
teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dihindari.
h. Akuntabilitas (Accountability) Akuntabilitas merupakan standar yang pasti
bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak
jelas atau tanpa terkecuali.

E. Definisi dan kode etik keperawatan

Kode etik Adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan.
Kode etik adalah standar professional yang digunakan untuk dijadikan pedoman,
tolok ukur serta menjadi kerangka kerja dalam mengambil dan membuat keputusan
(Suhaemi, 2004) (Nasrullah, 2019) dan merupakan aturan bagi perawat Indonesia
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya agar selalu berpegang teguh pada kode etik
sehinga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan terhindar dari pelanggaran etik.

F. Dilema etik dan cara penyelesainnya

Dilema adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu tindakan
tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif
memiliki landasan moral atau prinsip.

Manajemen pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan banyak mengalami
tantangan perubahan yang juga mengakibatkan terjadinya dilema etik, dalam hal ini
mempengaruhi pengambilan keputusan oleh kepala perawat (Dignam et al., 2012). Untuk
menyelesaikan dilema etik, kepala perawat sebagai manajer di bangsal perlu membuat
keputusan berdasarkan kepercayaan dan perasaan yang secara fundamental baik atau benar.
Konsep dilema etik digunakan untuk merujuk pada keadaan dimana perawat dihadapkan pada
dua keputusan yang sama-sama tidak memuaskan (Oerlemans, et al 2015).

Menurut Amestiasih (2015) dilema etik yang dirasakan perawat, timbul akibat kurangnya
pengalaman, pengetahuan dan informasi terkait tindakan DNR (Do Not Resuscitate) yang
tidak cukup informasinya dan mempengaruhi keefektifan pemberian perawatan yang
bermartabat. Perawat menjadi kurang optimal dalam pengambilan keputusan karena
tingginya stres dan kecemasan maupun faktor lingkungan (Chan, 2011).

G. Contoh kasus dilemma etik dan cara penyelesaiannya

1. Dilema Etik di Lingkungan Kerja

Kasus: Seorang karyawan mengetahui bahwa atasan mereka melakukan kecurangan dalam
laporan keuangan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Penyelesaian: Karyawan dapat mempertimbangkan beberapa opsi, seperti melaporkan hal


ini kepada atasan yang lebih tinggi atau departemen kepatuhan internal. Jika tidak ada
tindakan yang diambil, karyawan mungkin perlu mempertimbangkan melaporkan ke lembaga
yang berwenang atau mencari nasihat dari ahli hukum atau etika profesional.

2. Dilema Etik dalam Pelayanan Kesehatan

Kasus: Seorang dokter dihadapkan pada situasi di mana perawatan mahal yang
direkomendasikan mungkin tidak terjangkau bagi pasien.

Penyelesaian: Dokter harus mempertimbangkan kesejahteraan pasien di atas segalanya.


Dokter dapat mencari opsi alternatif yang lebih terjangkau, memberikan saran tentang
program bantuan keuangan, atau bekerja sama dengan tim perawatan kesehatan untuk
mencari solusi terbaik bagi pasien.

3. Dilema Etik dalam Penelitian Medis

Kasus: Seorang peneliti menemukan bahwa hasil studi yang didanai oleh perusahaan
farmasi telah dimanipulasi untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan, sementara
merugikan kesehatan publik.

Penyelesaian: Peneliti dapat mempertimbangkan untuk melaporkan temuannya kepada


otoritas pengawas, seperti badan pengatur atau komisi etika. Mereka juga dapat
mempertimbangkan mempublikasikan temuannya secara anonim atau mencari advokat atau
organisasi etika yang dapat memberikan nasihat tentang langkah selanjutnya.
Dalam setiap kasus, penyelesaian dilema etik harus didasarkan pada prinsip-prinsip etika dan
nilai-nilai moral yang mengutamakan keadilan, kebenaran, dan kesejahteraan bersama. Selain
itu, konsultasi dengan ahli atau organisasi etika dapat membantu dalam pengambilan
keputusan yang tepat.
BAB 3

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Demikian makalah yang dapat saya buat kurang lebihnya harap dimaklumi.
Dan pada Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku
manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah
tujuannya.

B. PENUTUP
Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini yang jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran sangat membantu penulis dalam
mencapai tujuan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai