Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Iis Ismayanti
1901277050
2019/2020
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................13
3.2 Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
i
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr.Wb
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam saya curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan kita sebagai umatnya.
Dengan izin Allah saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Isu Etika
Keperawatan”. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Etika Keperawatan.
Dengan segala kerendahan hati saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan-
kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan saya, baik dalam bidang pengetahuan
maupun dalam bidang pengalaman. Walaupun demikian saya telah berusaha seoptimal
mungkin agar makalah ini dapat memberikan manfaat, maka dari itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah
ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Berbagai masalah etis yang dihadapi perawat dalam praktik keperawatan telah
menimbulkan konflik antara kebutuhan klien dengan harapan perawat dan falsafah
keperawatan. Masalah etika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika
kesehatan, dalam kaitan ini dikenal istilah etika biomedis atau bioetis. Istilah bioetis
mengandung arti ilmu yang mempelajari masalah yang timbul akibat kemajuan ilmu
pengetahuan, terutama di bidang biologi dan kedokteran.
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat
maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-hariya. Salah satu
yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral
sering digunakan secara bergantian.
Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan rofessiona prinsip-
prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk
melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga
keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam
standar praktek rofessional. (Doheny et all, 1982).
iii
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang
dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral.
(Nila Ismani, 2001)
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang
dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral.
(Nila Ismani, 2001)
Profesi keperawatan mempunyai kontrak rofes dengan masyarakat, yang berarti
masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan
pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan
dari tindakan keperawatan harus mampu dipertanggung jawabkan dan dipertanggung
gugatkan dan setiap pengambilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada
pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
2.2 Isu Etika Keperawatan
Beberapa isu etika keperawatan diantaranya :
1. Isu Etika Biomedis
Isu etika biomedis menyangkut persepsi dan perilaku profesional dan instutisional
terhadap hidup dan kesehatan manusia dari sejak sebelum kelahiran, pada saat-saat sejak
lahir, selama pertumbuhan, jika terjadi penyakit atau cidera, menjadi tua, sampai saat-
saat menjelang akhir hidup, kematian dan malah beberapa waktu setelah itu.
Sebenarnya pengertian etika biomedis dalam hal ini masih perlu dipilah lagi dalam isu-
isu etika biomedis atau bioetika yang lahir sebagai dampak revolusi biomedis sejak
tahun 1960-an, yang antara lain berakibat masalah dan dilema baru sama sekali bagi
para dokter dalam menjalankan propesinya. Etika biomedis dalam arti ini didefinisikan
oleh International association of bioethics sebagai berikut;
Bioetika adalah studi tentang isu-isu etis,sosial,hukum,dan isu-isu lainyang timbul dalam
pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biolagi (terjemahan oleh penulis).
Pengertian etika biomedis juga masih perlu dipilah lagi dalam isu-isu etika
medis’tradisional’ yang sudah dikenal sejak ribuan tahun, dan lebih banyak
menyangkuthubungan individual dalam interaksi terapeutik antara dokter dan pasien.
Kemungkinan adanya masalah etika medis demikianlah yang dalam pelayanan di rumah
sakit sekarang cepat oleh masyarakat (dan media masa) ditunding sebagai malpraktek.
2. Isu Bioetika
Beberapa contoh yang dapat dikemukakan tentang isu etika biomedis dalam arti pertama
(bioetika) adalah antara lain terkait dengan: kegiatan rekayasa genetik,teknologi
reproduksi,eksperimen medis, donasi dan transpalasi organ, penggantian kelamin,
eutanasia, isu-isu pada akhir hidup, kloning terapeutik dan kloning repraduktif.
vi
pemerintahan, ekonomi,kependudukan,lingkungan hidup,dan mungikin juga isu-isu di
bidang lain.
Dengan demikian,identifikasi dan pemecaha masalah etika biomedis dalam arti tidak
hanya terbatas pada kepedulian internal saja-misalnya penanganan masalah etika medis
‘tradisional’- melainkan kepedulian dan bidang kajian banyak ahlimulti- dan inter-
displiner tentang masalahmasalah yang timbul karena perkembangan bidang biomedis
pada skala mikro dan makro,dan tentang dampaknya atas masyarakat luas dan
sistemnilainya,kini dan dimasa mendatang (F.Abel,terjemahan K.Bertens).
Studi formal inter-disipliner dilakukan pada pusat-pusat kajian bioetika yang sekarang
sudah banyak jumlahnya terbesar di seluruh dunia.Dengan demikian, identifikasi dan
pemecahan masalah etika biomedis dalam arti pertama tidak dibicarakan lebih lanjut
pada presentasi ini. Yang perlu diketahui dan diikuti perkembangannya oleh pimpinan
rumah sakit adalah tentang ‘fatwa’ pusat-pusat kajian nasional dan
internasional,deklarasi badan-badan internasional seperti PBB, WHO, Amnesty
International, atau’fatwa’ Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional (diIndonesia;AIPI)
tentang isu-isu bioetika tertentu, agar rumah sakit sebagai institusi tidak melanggar
kaidah-kaidah yang sudah dikonsesuskan oleh lembaga-lembaga nasional atau
supranasional yang terhormat itu. Dan jika terjadi masalah bioetika dirumah sakit yang
belum diketahui solusinya,pendapat lembaga-lembaga demikian tentu dapat diminta.
3. Isu Etika Medis
Seperti sudah disinggung diatas, masalah etika medis tradisional dalam pelayanan
medis dirumah sakit kita lebih banyak dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya
malpraktek. Padahal, etika disini terutama diartikan kewajiban dan tanggung
jawab institusional rumah sakit. Kewajiban dan tanggung jawab itu dapat berdasar
pada ketentuan rofe (Perdata, Pidana, atau Tata Usaha Negara) atau pada norma-
norma etika.
vii
4. Isu Kepearawatan Pelaksanaan Kolaborasi Perawat dengan Dokter
viii
dihargai serta terlibat secara fisik dan intelektual saat memberikan bantuan kepada
pasien.
ix
dokter, fisioterapi, pekerja rofes, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu
tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab
dan saling menghargai antar rofes anggota tim.
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien
dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana
menjadi efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat
dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa
persfektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu
pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan
lain.
x
Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan
pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam
menyelesaikan permasalahan. Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum,
konstribusi praktisi rofessional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang
difokuskan kepada pasien. Kolegalitas menekankan pada saling menghargai, dan
pendekatan rofessional untuk masalah-masalah dalam team dari pada
menyalahkan seseorang atau ata menghindari tangung jawab.
xi
pemerintah maupun para pihak terkait mengenai tanggung jawab hukum dari
perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus
berbenah dan memperluas struktur organisasi agar dapat mengantisipasi
perubahan.Pertemuan profesional dokterperawat dalam situasi nyata lebih banyak
terjadi dalam lingkungan rumah sakit. Pihak manajemen rumah sakit dapat
menjadi fasilitator demi terjalinnyanya hubungan kolaborasi seperti dengan
menerapkan sistem atau kebijakan yang mengatur interaksi diantara berbagai
profesi kesehatan. Pencatatan terpadu data kesehatan pasien, ronde bersama, dan
pengembangan tingkat pendidikan perawat dapat juga dijadikan strategi untuk
mencapai tujuan tersebut.
Ronde bersama yang dimaksud adalah kegiatan visite bersama antara dokter-
perawat dan mahasiswa perawat maupun mahasiswa kedokteran, dengan tujuan
mengevaluasi pelayanan kesehatan yang telah dilakukan kepada pasien. Dokter
dan perawat saling bertukar informasi untuk mengatasi permasalahan pasien
secara efektif. Kegiatan ini juga merupakan sebagai satu upaya untuk
menanamkan sejak dini pentingnya kolaborasi bagi kemajuan proses
penyembuhan pasien.
Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status kesehatan pasien yang
memungkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif. Pendidikan
perawat perlu terus ditingkatkan untuk meminimalkan kesenjangan rofessional
dengan dokter melalui pendidikan berkelanjutan. Peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dapat dilakukan melalui pendidikan formal sampai kejenjang
spesialis atau minimal melalui pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan
keahlian perawat.
xii
2.3 Penanganan Masalah Isu-Isu Dalam Keperawatan
Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan tim kesehatan
harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat
menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masingmasing profesi memiliki
kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi
kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Banyaknya faktor yang
berpengaruh seperti kerjasama, sikap saling menerima, berbagi tanggung jawab,
komunikasi efektif sangat menentukan bagaimana suatu tim berfungsi. Kolaborasi
yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitas terselenggaranya pelayanan
pasien yang berkualitas.
1. Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah ditemukan
(root cause analysis),untuk menetapkan arah pemecahannya.
2. Menetapkan beberapa alternatif untuk pemecahan akar masalah.
3. Memilih alternatif yang situasional terbaik untuk pemecahan masalah itu.
4. Mengevaluasi penerapan upaya pemecahan yang sudah dilaksanakan.
xiii
5. Melakukan tindakan koreksi jika masalah etika belum terpecahkan atau terulang
lagi terjadi.
Tindakan koreksi yang dapat menimbulkan masalah etika baru adalah jika
manusia sebagai penyebab akar masalah yang berulang-ulang dikeluarkan dari
rumah sakit.
xiv
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan tim kesehatan
harus saling bekerjasama. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas
yang lainnya. Masing-masing profesi memiliki kompetensi profesional yang berbeda
sehingga ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Banyaknya faktor yang berpengaruh seperti kerjasama, sikap saling menerima,
berbagi tanggung jawab, komunikasi efektif sangat menentukan bagaimana suatu tim
berfungsi. Penangananan masalah yang efektif dan cepat dalam mengatasi masalah antara
anggota tim kesehatan dapat memfasilitasi terselenggaranya pelayanan pasien yang
berkualitas.
3.2 Saran
Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, masing-masing profesi harus
berpedoman pada etika profesinya dan harus pula memahami etika profesi disiplin lainnya
apalagi dalam wadah dimana mereka berkumpul agar tidak saling berbenturan.
xv
DAFTAR PUSTAKA
xvi