Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ISU ETIKA KEPERAWATAN


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Keperawatan

Program Studi D-III Keperawatan

Dosen Pengampu :

Bpk. H. Iif Taufiq El Haque, S.Kep, M.Kes

Disusun oleh :

Iis Ismayanti

1901277050

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

STIKes MUHMMADIYAH CIAMIS

JL.KH.Ahmad Dahlan No.20 Ciamis

2019/2020

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3

2.1 Definisi Etika.......................................................................................................3

2.2 Isu Etika Keperawatan.........................................................................................4

2.3 Penanganan Isu Etika Keperawatan....................................................................11

BAB III PENUTUP....................................................................................................13

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................13

3.2 Saran.....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

i
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr.Wb

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam saya curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan kita sebagai umatnya.
Dengan izin Allah saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Isu Etika
Keperawatan”. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Etika Keperawatan.
Dengan segala kerendahan hati saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan-
kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan saya, baik dalam bidang pengetahuan
maupun dalam bidang pengalaman. Walaupun demikian saya telah berusaha seoptimal
mungkin agar makalah ini dapat memberikan manfaat, maka dari itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah
ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai masalah etis yang dihadapi perawat dalam praktik keperawatan telah
menimbulkan konflik antara kebutuhan klien dengan harapan perawat dan falsafah
keperawatan. Masalah etika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika
kesehatan, dalam kaitan ini dikenal istilah etika biomedis atau bioetis. Istilah bioetis
mengandung arti ilmu yang mempelajari masalah yang timbul akibat kemajuan ilmu
pengetahuan, terutama di bidang biologi dan kedokteran.

Untuk memecahkan berbagai masalah bioetis, telah dibentuk suatu organisasi


internasional. Para ahli telah mengidentifikasi masalah bioetis yang dihadapi oleh
para tenaga kesehatan, termasuk juga perawat. Masalah etis yang akan dibahas secara
singkat di sini adalah berkata jujur, AIDS, abortus; menghentikan pengobatan, cairan
dan makanan; rofession, transplantasi organ, inseminasi artifisial, dan beberapa
masalah etis yang langsung berkaitan dengan praktik keperawatan.

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat
maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-hariya. Salah satu
yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral
sering digunakan secara bergantian.
Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan rofessiona prinsip-
prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk
melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga
keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam
standar praktek rofessional. (Doheny et all, 1982).

iii
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang
dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral.
(Nila Ismani, 2001)
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang
dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral.
(Nila Ismani, 2001)
Profesi keperawatan mempunyai kontrak rofes dengan masyarakat, yang berarti
masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan
pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan
dari tindakan keperawatan harus mampu dipertanggung jawabkan dan dipertanggung
gugatkan dan setiap pengambilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada
pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi dari etika?
1.2.2 Apa itu isu etika keperawatan?
1.2.3 Bagaimana cara penanganan isu etika keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari etika
1.3.2 Untuk mengetahui isu etika keperawatan
1.3.3 Untuk mengetahui cara penanganan isu etika keperawatan

1.4 Manfaat Penulisan


Dalam pembuatan makalah ini saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan  pengetahuan sedikit tentang etika keperawatan, dan dapat di gunakan
sebagai penunjang proses belajar mengajar khususnya untuk mahasiswa jurusan
keperawatan.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Keperawatan


Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang
dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.
(Nila Ismani, 2001)
Etnik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaaan,
perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari pengertian
di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana
sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan
atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu baik dan
buruk, kewajiban dan tanggung jawab (Ismani,2001).
Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada
metode penyelidikan yang me mbantu orang memahami moralitas perilaku
manuia; yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik
adalah suatu aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu
mengenai perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan
standar perilaku kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat).
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat
dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi.
Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan.
Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang
merupakan “standar perilaku”
dan nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota
masyarakat di mana ia tinggal. Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal,
diketahui, diulang, serta menjadi suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa
kata-kata atau suatu bentuk perbuatan yang nyata.

v
2.2 Isu Etika Keperawatan
Beberapa isu etika keperawatan diantaranya :
1. Isu Etika Biomedis
Isu etika biomedis menyangkut persepsi dan perilaku profesional dan instutisional
terhadap hidup dan kesehatan manusia dari sejak sebelum kelahiran, pada saat-saat sejak
lahir, selama pertumbuhan, jika terjadi penyakit atau cidera, menjadi tua, sampai saat-
saat menjelang akhir hidup, kematian dan malah beberapa waktu setelah itu.
Sebenarnya pengertian etika biomedis dalam hal ini masih perlu dipilah lagi dalam isu-
isu etika biomedis atau bioetika yang lahir sebagai dampak revolusi biomedis sejak
tahun 1960-an, yang antara lain berakibat masalah dan dilema baru sama sekali bagi
para dokter dalam menjalankan propesinya. Etika biomedis dalam arti ini didefinisikan
oleh International association of bioethics sebagai berikut;
Bioetika adalah studi tentang isu-isu etis,sosial,hukum,dan isu-isu lainyang timbul dalam
pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biolagi (terjemahan oleh penulis).
Pengertian etika biomedis juga masih perlu dipilah lagi dalam isu-isu etika
medis’tradisional’ yang sudah dikenal sejak ribuan tahun, dan lebih banyak
menyangkuthubungan individual dalam interaksi terapeutik antara dokter dan pasien.
Kemungkinan adanya masalah etika medis demikianlah yang dalam pelayanan di rumah
sakit sekarang cepat oleh masyarakat (dan media masa) ditunding sebagai malpraktek.
2. Isu Bioetika
Beberapa contoh yang dapat dikemukakan tentang isu etika biomedis dalam arti pertama
(bioetika) adalah antara lain terkait dengan: kegiatan rekayasa genetik,teknologi
reproduksi,eksperimen medis, donasi dan transpalasi organ, penggantian kelamin,
eutanasia, isu-isu pada akhir hidup, kloning terapeutik dan kloning repraduktif.

Sesuai dengan definisi di atas tentang bioetika oleh International Association of


Bioethics ,kegiatan-kegiatan di atas dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biologi
tidak hanya menimbulkan isu-isu etika,tapi juga isu-isu sosial, hukum, agama, politik,

vi
pemerintahan, ekonomi,kependudukan,lingkungan hidup,dan mungikin juga isu-isu di
bidang lain.
Dengan demikian,identifikasi dan pemecaha masalah etika biomedis dalam arti tidak
hanya terbatas pada kepedulian internal saja-misalnya penanganan masalah etika medis
‘tradisional’- melainkan kepedulian dan bidang kajian banyak ahlimulti- dan inter-
displiner tentang masalahmasalah yang timbul karena perkembangan bidang biomedis
pada skala mikro dan makro,dan tentang dampaknya atas masyarakat luas dan
sistemnilainya,kini dan dimasa mendatang (F.Abel,terjemahan K.Bertens).
Studi formal inter-disipliner dilakukan pada pusat-pusat kajian bioetika yang sekarang
sudah banyak jumlahnya terbesar di seluruh dunia.Dengan demikian, identifikasi dan
pemecahan masalah etika biomedis dalam arti pertama tidak dibicarakan lebih lanjut
pada presentasi ini. Yang perlu diketahui dan diikuti perkembangannya oleh pimpinan
rumah sakit adalah tentang ‘fatwa’ pusat-pusat kajian nasional dan
internasional,deklarasi badan-badan internasional seperti PBB, WHO, Amnesty
International, atau’fatwa’ Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional (diIndonesia;AIPI)
tentang isu-isu bioetika tertentu, agar rumah sakit sebagai institusi tidak melanggar
kaidah-kaidah yang sudah dikonsesuskan oleh lembaga-lembaga nasional atau
supranasional yang terhormat itu. Dan jika terjadi masalah bioetika dirumah sakit yang
belum diketahui solusinya,pendapat lembaga-lembaga demikian tentu dapat diminta.
3. Isu Etika Medis

Seperti sudah disinggung diatas, masalah etika medis tradisional dalam pelayanan
medis dirumah sakit kita lebih banyak dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya
malpraktek. Padahal, etika disini terutama diartikan kewajiban dan tanggung
jawab institusional rumah sakit. Kewajiban dan tanggung jawab itu dapat berdasar
pada ketentuan rofe (Perdata, Pidana, atau Tata Usaha Negara) atau pada norma-
norma etika.

vii
4. Isu Kepearawatan Pelaksanaan Kolaborasi Perawat dengan Dokter

Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan


suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak
pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip
yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan,
tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit
didefinisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya yang menjadi esensi
dari kegiatan ini.

Seperti yang dikemukakan National Joint Practice Commision (1977) yang


dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak ada definisi yang mampu
menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam kontek
perawatan kesehatan. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu
pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh
kolaborator. Efektifitas hubungan kolaborasi rofessional membutuhkan mutual
respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut.
Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan
outcome yang lebih baik bagi pasien dalam mecapai upaya penyembuhan dan
memperbaiki kualitas hidup.

Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar


jika hanya dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi
itu terjadi justru menjadi point penting yang harus disikapi. Bagaimana masing-
masing profesi memandang arti kolaborasi harus dipahami oleh kedua belah pihak
sehingga dapat diperoleh persepsi yang sama.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing


pengetahuan yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk
merawat pasien. Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari
kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dan
dokter. Tentunya ada konsekweksi di balik issue kesetaraan yang dimaksud.
Kesetaraan kemungkinan dapat terwujud jika individu yang terlibat merasa

viii
dihargai serta terlibat secara fisik dan intelektual saat memberikan bantuan kepada
pasien.

Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran


pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator.
Efektifitas hubungan kolaborasi rofessional membutuhkan mutual respek baik
setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership
kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang
lebih baik bagi pasien dalam mecapai upaya penyembuhan dan memperbaiki
kualitas hidup.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing


pengetahuan yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk
merawat pasien. Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari
kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dan
dokter. Tentunya ada konsekweksi di balik issue kesetaraan yang dimaksud.
Kesetaraan kemungkinan dapat terwujud jika individu yang terlibat merasa
dihargai serta terlibat secara fisik dan intelektual saat memberikan bantuan kepada
pasien.

Sejak awal perawat dididik mengenal perannya dan berinteraksi dengan


pasien. Praktek keperawatan menggabungkan teori dan penelitian perawatan dalam
praktek rumah sakat dan praktek pelayanan kesehatan masyarakat. Para pelajar
bekerja diunit perawatan pasien bersama staf perawatan untuk belajar merawat,
menjalankan prosedur dan menginternalisasi peran. Kolaborasi merupakan proses
komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan yang
disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.

Anggota Tim interdisiplin

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok rofessional


yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan
berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan
pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat,

ix
dokter, fisioterapi, pekerja rofes, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu
tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab
dan saling menghargai antar rofes anggota tim.

Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien
dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana
menjadi efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat
dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa
persfektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu
pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan
lain.

Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi


pelayanan kesehatan. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis,
mengobati dan mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas
pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi
dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat rofessi pemberian
pengobatan.

Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan


kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang
efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan
kordinasi seperti skema di bawah ini.

Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk


memeriksa beberapa rofessiona pendapat dan perubahan kepercayaan. Asertifitas
penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan.
Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan rofessio
untuk dicapai. Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari
hasil rofessio dan harus terlibat dalam pelaksanaannya. Komunikasi artinya
bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting
mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk membuat keputusan
klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.

x
Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan
pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam
menyelesaikan permasalahan. Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum,
konstribusi praktisi rofessional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang
difokuskan kepada pasien. Kolegalitas menekankan pada saling menghargai, dan
pendekatan rofessional untuk masalah-masalah dalam team dari pada
menyalahkan seseorang atau ata menghindari tangung jawab.

Hensen menyarankan konsep dengan arti yang sama : mutualitas dimana


dia mengartikan sebagai suatu hubungan yang memfasilitasi suatu proses dinamis
antara orang-orang ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan
kepuasan setiap anggota. Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen
kolaborasi. Tanpa rasa pecaya, kerjasama tidak rofessi, asertif menjadi ancaman,
menghindar dari tanggung jawab, terganggunya komunikasi . Otonomi akan
ditekan dan koordinasi tidak akan terjadi. Elemen kunci kolaborasi dalam kerja
sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team
:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan


keahlian unik profesional
2. Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
3. Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
4. Meningkatnya kohesifitas antar profesional
5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang
lain.
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerja sama kemitraan
dengan dokter, perawat perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari
vokasional menjadi profesional. Status yuridis seiring perubahan perawat dari
perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter sangat kompleks. Tanggung
jawab hukum juga akan terpisah untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian.
Yaitu, malpraktik medis, dan malpraktik keperawatan. Perlu ada kejelasan dari

xi
pemerintah maupun para pihak terkait mengenai tanggung jawab hukum dari
perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus
berbenah dan memperluas struktur organisasi agar dapat mengantisipasi
perubahan.Pertemuan profesional dokterperawat dalam situasi nyata lebih banyak
terjadi dalam lingkungan rumah sakit. Pihak manajemen rumah sakit dapat
menjadi fasilitator demi terjalinnyanya hubungan kolaborasi seperti dengan
menerapkan sistem atau kebijakan yang mengatur interaksi diantara berbagai
profesi kesehatan. Pencatatan terpadu data kesehatan pasien, ronde bersama, dan
pengembangan tingkat pendidikan perawat dapat juga dijadikan strategi untuk
mencapai tujuan tersebut.

Ronde bersama yang dimaksud adalah kegiatan visite bersama antara dokter-
perawat dan mahasiswa perawat maupun mahasiswa kedokteran, dengan tujuan
mengevaluasi pelayanan kesehatan yang telah dilakukan kepada pasien. Dokter
dan perawat saling bertukar informasi untuk mengatasi permasalahan pasien
secara efektif. Kegiatan ini juga merupakan sebagai satu upaya untuk
menanamkan sejak dini pentingnya kolaborasi bagi kemajuan proses
penyembuhan pasien.

Kegiatan ronde bersama dapat ditindaklanjuti dengan pertemuan berkala untuk


membahas kasus-kasus tertentu sehingga terjadi rofessi pengetahuan diantara
anggota tim. Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif,
hal tersebut perlu ditunjang oleh sarana komunikasi yang dapat menyatukan data
kesehatan pasien secara komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi
semua anggota team dalam pengambilan keputusan.

Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status kesehatan pasien yang
memungkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif. Pendidikan
perawat perlu terus ditingkatkan untuk meminimalkan kesenjangan rofessional
dengan dokter melalui pendidikan berkelanjutan. Peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dapat dilakukan melalui pendidikan formal sampai kejenjang
spesialis atau minimal melalui pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan
keahlian perawat.

xii
2.3 Penanganan Masalah Isu-Isu Dalam Keperawatan

Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran


kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pemecahan masalah
termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang difokuskan untuk
mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai
kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”. Pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus
memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya
bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya.

Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan tim kesehatan
harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat
menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masingmasing profesi memiliki
kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi
kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Banyaknya faktor yang
berpengaruh seperti kerjasama, sikap saling menerima, berbagi tanggung jawab,
komunikasi efektif sangat menentukan bagaimana suatu tim berfungsi. Kolaborasi
yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitas terselenggaranya pelayanan
pasien yang berkualitas.

Memecahkan struktur masalah yang sudah teridentifikasi kedalam komponen-


komponennya, menganalisis komponen-komponen itu sehingga ditemukan akar
masalah. Akar masalah adalah penyebab paling dasar dari masalah etika yang terjadi.
Ia dapat berupa kelemahan pada manusia, kepemimpinan, manajemen, budaya
organisasi, sarana, alat, sistem, prosedur, atau faktorfaktor lain.

1. Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah ditemukan
(root cause analysis),untuk menetapkan arah pemecahannya.
2. Menetapkan beberapa alternatif untuk pemecahan akar masalah.
3. Memilih alternatif yang situasional terbaik untuk pemecahan masalah itu.
4. Mengevaluasi penerapan upaya pemecahan yang sudah dilaksanakan.

xiii
5. Melakukan tindakan koreksi jika masalah etika belum terpecahkan atau terulang
lagi terjadi.
Tindakan koreksi yang dapat menimbulkan masalah etika baru adalah jika
manusia sebagai penyebab akar masalah yang berulang-ulang dikeluarkan dari
rumah sakit.

xiv
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan tim kesehatan
harus saling bekerjasama. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas
yang lainnya. Masing-masing profesi memiliki kompetensi profesional yang berbeda
sehingga ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Banyaknya faktor yang berpengaruh seperti kerjasama, sikap saling menerima,
berbagi tanggung jawab, komunikasi efektif sangat menentukan bagaimana suatu tim
berfungsi. Penangananan masalah yang efektif dan cepat dalam mengatasi masalah antara
anggota tim kesehatan dapat memfasilitasi terselenggaranya pelayanan pasien yang
berkualitas.

3.2 Saran
Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, masing-masing profesi harus
berpedoman pada etika profesinya dan harus pula memahami etika profesi disiplin lainnya
apalagi dalam wadah dimana mereka berkumpul agar tidak saling berbenturan.

xv
DAFTAR PUSTAKA

Http//: www. Nursingworld. 1998.: Collaborations and Independent Practice: Ongoing


Issues for Nursing
Http//: www. Kompas.com/kompas-cetak/ 2001. Diskusi Era Baru: Perawat Ingin Jadi
Mitra Dokter.
Http//: www.nursingworld. Canon. 2005. New Horizons for Collaborative Partnership.
Http//: www.pikiran-rakyat.com/cetak.2002.Isu-isu etika dalam keperawatan.Be Health Be
Happy.htm

xvi

Anda mungkin juga menyukai