KEPERAWATAN
Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Ema Meryantika PO.71.20.1.20.067
2. Annisa Meilinda PO.71.20.1.20.076
3. Maharani Puspita Sari PO.71.20.1.20.056
4. Ana Wahya Septiana PO.71.20.1.20.070
5. Khairunnisa PO.71.20.1.20.086
6. Shakira Carita PO.71.20.1.20.072
7. Sri Ayu Hastari PO.71.20.1.20.049
8. Serlin Trias Mika PO.71.20.1.20.068
9. Rahma Nuranjani PO.71.20.1.20.052
10. Yuriko Salsabila PO.71.20.1.20.085
11. Indri Yuliana Sari PO.71.20.1.20.081
Tingkat 1B
Dosen Pengampuh :
Maliha Amin, SKM, M.Kes.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah
memberikan kesehatan kepada kita sekalian, hanya kepada-Nya kita berlindung dan
memohon pertolongan.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Uswatun Hasanah kita Nabi
Besar Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat serta pengikutnya sepanjang masa.
Alhamdulillah telah terselesaikannya tugas makalah kami pada mata kuliah Etika
Keperawatan dan Hukum Kesehatan dengan judul “ Konsep Etika Dalam Praktik
Asuhan Keperawatan ”
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini. Semoga dengan adanya tugas ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua,
Amin ya rabbal’alamin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
1
Fenomena keperawatan merupakan tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia (bio, psiko, sosial dan spiritual), mulai dari tingkat individu
untuk sampai pada tingkat masyarakat yang juga tercermin pada tingkat sistem
organ fungsional sampai dengan subseluler (Ann Mariner, 2003). Asuhan
keperawatan ditujukan untuk memandirikan pasien (Ann Mariner,
2003).dengan menggunakan metode ilmiah, bila membicarakan praktek
keperawatan tidak lepas dari fenomena keperawatan dan hubungan pasien dan
perawat. Fenomena keperawatan merupakan tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia (bio, psiko, sosial dan spiritual), mulai dari tingkat individu
untuk sampai pada tingkat masyarakat yang juga tercermin pada tingkat sistem
organ fungsional sampai dengan subseluler (Ann Mariner, 2003). Asuhan
keperawatan ditujukan untuk memandirikan pasien (Ann Mariner, 2003).
Perilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan
atau paksaan pihak lain (Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas
menentukan pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik.
Contoh: klien mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan
keperawatan yang diberikan. Kebenaran merupakan hal yang fundamental
dalam membangun hubungan saling percaya dengan pasien.Perawat sering
tidak memberitahukan kejadian sebenarnya pada pasien yang memang sakit
parah.
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama merupakan suatu prinsip
moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya, individu mendapat
tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan
kehidupan seseorang. Prinsip dari keadilan adalah mereka yang sederajat
harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan
secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka.
Menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan
merugikan/membahayakan dari tindakan yang dilakukan, melakukan hal-hal
yang baik untuk orang lain. Prinsip ini sering sulit diterapkan dalam praktek
keperawatan.
2
Berbagai tindakan yang dilakukan sering memberikan dampak yang
merugikan pasien, serta tidak adanya kepastian yang jelas apakah perawat
bertanggung jawab atas semua cara yang menguntungkan pasien. Setiap
perawat harus dapat merawat dan memperlakukan klien dengan baik dan
benar.
Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi
tanggung jawab menjaga janji,mempertahankan konfidensi dan memberikan
perhatian/kepedulian. Peduli kepada pasien merupakan salah satu dari prinsip
ketataatan. Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam memberi asuhan
keperawatan dengan pendekatan individual, bersikap baik, memberikan
kenyamanan dan menunjukan kemampuan profesional. Bila perawat sudah
berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka tidak boleh mengingkari
janji tersebut.
3
Puskesmas Waimital adalah salah satu Puskesmas yang ada di
Kabupaten Seram Bagian Barat dengan jumlah petugas Kesehatan sebanyak
45 orang dan jumlah penduduk di Kecamatan Kairatu sebanyak 1.302 jiwa
pada tahun 2013 sedangkan jumlah keseluruhan perawat yang terdapat pada
Kabupaten Seram Bagian Barat sebanyak 286 orang (pengurus PPNI
Propinsi) pada Puskesmas Waimital sendiri jumlah perawat yang ada
sebanyak 16 orang terdiri dari SPK berjumlah 6 orang, D3 berjumlah 6 orang ,
S1 berjumlah 2 orang, S2 berjumlah 1 orang.
Hasil wawancara yang di lakukan oleh peneliti pada bulan Agustus
2013 terhadap pengetahuan Perawat dalam penerapan prinsip-prinsip etika
keperawatan pada puskesmas Waimital mengatakan bahwa dalam penerapan
prinsip-prinsip keperawatan belum semuanya dapat di terapkan dengan baik
seperti yang di sampaikan salah satu perawat yang latar belakang pendidikan
D3 mengatakan bahwa, dirinya tidak bisa melakukan suatu tindakan sendiri
atau berani mengambil keputusan sendiri tanpa sepengetahuan kepala
puskesmas yang menjadi pimpinannya. Hal ini juga pada saat melakukan
tugas pelayanan pada Puskesmas juga belum berlaku adil dalam melayani
pasien dalam hal ini keluarga, sahabat atau kerabat lebih di utamakan di
bandingkan dengan yang lain. Ia belum juga melaksanakannya dengan baik
karena dilatarbelakangi oleh aktifitas yang banyak sehingga tidak menepati
janjinya terhadap pasien. Salah satu contoh pada saat pasien diberitahu untuk
melakukan pemeriksaan di puskesmas bersamaan dengan hari itu juga sedang
melaksanakan tugas lainnya sehingga apa yang telah disepakati bersama
dibatalkan kembali. Sedangkan perawat lainnya dengan latar belakang SPK
juga mengatakan demikian, belum sepenuhnya penerapan prinsip-prinsip
keperawatan dapat di terapkan dengan baik salah satunya dalam mengambil
keputusan perlu adanya kesepakatan bersama dengan pimpinan Puskesmas.
4
Pada pasien yang ditemukan pada saat melakukan pemeriksaan pada
Puskesmas Waimital juga mengatakan belum semua penerapan prinsip-prinsip
etika keperawatan yang di terapkan pada pasien belum semua dapat dilakukan
dengan baik salah satu contohnya, perawat belum bisa menepati janjinya
dengan baik kepada pasien yang datang melakukan pemeriksaan kesehatan
pada Puskesmas Waimital, alasannya karena di sibukan dengan tugas dan
tanggung jawab lain yang lebih penting.
1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian ini yaitu: “Apakah ada hubungan tingkat pendidikan
perawat tentang etika keperawatan dengan prinsip-prinsip etika keperawatan
di puskemas Waimital Kabupaten Seram Bagian Barat ?”
1. 3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh tingkat pendidikan
terhadap prinsip- prinsip etika (otonomi, berbuat baik, keadilan, tidak
merugikan, kejujuran, menepati janji, kerahasiaan, kkuntabilitas) keperawatan
pada Puskesmas Waimital Kabupaten Seram bagian Barat.
1. 4. Metode
Penelitian cross sectional ini dilaksanakan di Puskesmas Waimital
Kabupaten Seram Bagian Barat, mulai dari bulan september 2013 sampai
dengan Oktober 2013. Populasi penelitian adalah seluruh perawat yang
bekerja pada puskesmas Waimital Kabupaten Seram Bagian Barat, dengan
besar populasi 16 orang, dan seluruh anggota menjadi subyek penelitian (total
sampling). Data tentang tingkat pendidikan dan penerapan prinsip-prinsip
etika keperawatan dikumpulkan melalui pengisian kuesioner. Selanjutnya data
yang telah terkumpul dianalisis menggunakan uji regresi linier sederhana.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.TINJAUAN PUSTAKA
Sesuai dengan hasil yang telah di teliti dapat menunjukan bahwa penerapan
prinsip - prinsip etika di pengaruhi oleh pendidikan perawat semakin baik, maka
semakin baik pula penerapan prinsip-prinsip etika. Sedangkan penerapan prinsip-
prinsip etika yangberdasar pada otonom yaitu, apakah individu mampu berfikir logis
dan mampu mengambil keputusan sendiri atau tidak. Dari 16 responden yang ada,
hanya 81,25% yang telah menerapkan prinsip otonom dengan baik. Prinsip berbuat
baik berpatokan pada perlakuan yang baik dari seorang perawat kepada klien. Belum
semua perawat mampu melakukan prinsip ini, hanya 81,5% yang telah melakukan
prinsip ini dengan baik.
Prinsip keadilan merupakan salah satu prinsip yang menuntut perawat berbuat
baik dalam tugas dan tanggung jawabnya, dalam hal ini 68,75% perawat telah
melaksanakan prinsip ini dengan baik. Penerapan prinsip tidak merugikan berarti
perawat diharuskan melakukan tugas dan tanggung jawab secara berhati-hati sehingga
tidak menimbulkan kerugian atau hal yang fatal bagi orang lain. Diketahui bahwa
65,5% perawat telah melaksanakan prinsip ini dengan baik. Prinsip kejujuran
merupakan suatu prinsip yang harus dilakukan perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien. Dalam hal ini 68,75%
perawat telah melaksanakan prinsip ini dengan baik. Prinsip menepati janji
dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain,
dalam hal ini 75% perawat telah melaksanakan prinsip ini dengan baik. Prinsip
kerahasiaan merupakan informasi tentang klien yang harus dijaga juga privasi klien.
Terlihat bahwa 56,25% telah melaksanakan prinsip ini dengan baik. Prinsip
accountability merupakan prinsip keperawatan yang dalam hal ini tindakan perawat
profesional dapat dinilai dalam situasi apapun tanpa kecuali. Dalam hal ini, 87,5%
perawat telah melaksanakan prinsip ini dengan baik.
6
Menurut penelitian yang di lakukan oleh Niken (2006) hasil penelitian
menunjukkan bahwa 43 responden (86%) memiliki tingkat pendidikan tentang prinsip
etika adalah baik dan 50 responden (100%) memiliki persepsi caring dalam kriteria
cukup hal ini di karenakan Masalah etika yang dihadapi perawat dalam praktik
keperawatan telah menimbulkan konflik antara kebutuhan klien dengan harapan
perawat dan persepsi caring mengarahkan pada kompetensi secara umum dalam
aplikasi pendidikan sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul. Mengetahui
sejauh mana hubungan pendidikan perawat tentang prinsip etika terhadap persepsi
caring pada pasien intra operatif di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Kariadi
Semarang.
2.2.KONSEP ETIKA
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan
kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia
disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat
hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan
pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai
makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya.
Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan
dengan etika, terdapat dua jenis etika sebagai berikut:
• Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif berbicara mengenai fakta secara apa
adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang
terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya.
7
• Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Etika Normatif merupakan norma-
norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat.
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika, etika dapat diklasifikasikan
menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
8
• Confidentiality(kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang pasien harus
dijaga privasinya.Segala sesuatuyang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
pasien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien.Tidak ada
seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diizinkan oleh
pasien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang pasien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang pasien dengan tenaga
kesehatan lain harus dihindari. Pada prinsip confidentiality berarti tenaga
kesehatan wajib merahasiakan segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien
kepadanya, yaitu berupa informasi mengenai penyakitnya dan tindakan yang
telah, sedang, dan akan dilakukan, kecuali jika pasien mengizinkan atau atas
perintah undang-undang untuk kepentingan pembuktian dalam persidangan.
• Justice(keadilan)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada setiap klien
sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pada saat perawat dihadapkan pada
pasien total care, maka perawat harus memandikan dengan prosedur yang sama
tanpa membeda-bedakan klien. Tetapi ketika pasien tersebut sudah mampu
mandi sendiri maka perawat tidak perlu memandikannya lagi.Prinsip keadilan
dibutuhkan untuk perlakuan yang sama dan adil terhadap orang lainyang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika tenaga kesehatan bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Prinsip justice berarti
bahwa setiap orang berhak atas perlakuan yang sama dalam upaya pelayanan
kesehatan tanpa mempertimbangkan suku, agama, ras, golongan, dan kedudukan
sosial ekonomi. Idealnya perbedaan yang mungkin adalah dalam fasilitas, tetapi
bukan dalam hal pengobatan dan atau perawatan.
• Fidelity(Kesetiaan)
Prinsip ini menekankan pada kesetiaan perawat pada komitmennya,
menepati janji, menyimpan rahasia, caring terhadap klien/keluarga.Kasus yang
sering dihadapi misalnya perawat telah menyepakati bersama klien untuk
mendampingi klien pada saattindakan maka perawat harus siap untuk
memenuhinya.
9
• Prinsip Otonomi (Autonomy)
Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan untuk menentukan
sendiri atau mengatur diri sendiri sesuai dengan hakikat manusia yang
mempunyai harga diri dan martabat. Contoh: Klien berhak menolak tindakan
invasif yang dilakukan oleh perawat. Perawat tidak boleh memaksakan kehendak
untuk melakukannya atas pertimbangan bahwa klien memiliki hak otonomi dan
otoritas bagi dirinya.Perawat berkewajiban untuk memberikan penjelasan yang
sejelas-sejelasnya bagi klien dalam berbagai rencana tindakan dari segi manfaat
tindakan, urgensi dsb sehingga diharapkan klien dapat mengambil keputusan
bagi dirinya setelah mempertimbangkan atas dasar kesadaran dan pemahaman.
• Prinsip Kejujuran (Veracity)
Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan yang
sebenarnya dan tidak membohongi klien.Kebenaran merupakan dasar dalam
membina hubungan saling percaya.Contoh: klien yang menderitaHIV/AIDS
menanyakan tentang diagnosa penyakitnya. Perawat perlu memberitahukan apa
adanya meskipun perawat tetap mempertimbangkan kondisi kesiapan mental
klien untuk diberitahukan diagnosanya.
• Prinsip mencegahpembunuhan (Avoiding Killing)
Perawat menghargai kehidupan manusia dengan tidak
membunuh.Sumber pertimbangan adalah moral agama/kepercayaan dan
kultur/norma-norma tertentu. Contoh: ketika seorang suami menginginkan
tindakan euthanasia bagi istrinya atas pertimbangan ketiadaan biaya sementara
istrinya diyakininya tidak mungkin sembuh, perawat perlu mempertimbangkan
untuk tidak melakukan tindakan euthanasia atas pertimbangan kultur/norma
bangsa Indonesia yang agamais dan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, selain dasar
UU RI memang belum ada tentang legalitas tindakan euthanasia.
10
b. Dra. Hj. Mimin Emi Suhaem.( 2002), penggunaan istilah etika sekarang ini
banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku.
c. Drs. O.P. SIMORANGKIR : Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
11
• Pelanggaran etika kesehatan diselesaikan oleh majelis kehormatan etika profesi
dari masing-masing organisasi profesi,sedangkan pelanggaran hukum kesehatan
diselesaikan lewat pengadilan.
• Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik,sedangkan
pelanggaran hukum kesehatan memerlukan pembuktian dengan bukti fisik.
Menurut Wijono D (1999) kode etik adalah asas dan nilai yang berhubungan
erat dengan moral sehingga bersifat normatif dan tidak empiris, sehingga penilaian dari
segi etika memerlukan tolok ukur.Menurut PPNI (2003) Kode Etik Perawat adalah
suatu pernyataan atau keyakinan yang mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan
tujuan keperawatan. Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan standar profesional
yang digunakan sebagai pedoman perilaku perawat dan menjadi kerangka kerja untuk
membuat keputusan.Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam
melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia,
dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian
pelanggaran etik dapat dihindarkan.
Menurut Hasyim, dkk pada dasarnya tujuan kode etik keperawatan adalah
upaya agar perawat dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya dapat menghargai
dan menghormati martabat manusia.
12
Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman
sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun
dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya
3. Untuk mendukung profesi perawat yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan
secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan
5. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek
keperawatan.
➢ Kode Etik Keperawatan di Indonesia (PPNI)
➢ Perawat dan Klien
Seorang perawat akan menghadapi pasien dari berbagai suku dan ras serta
dengan segala keunikannya. Ada pasien kulit hitam, pasien kulit putih, beragama
Kristen, Islam, tua, muda , kaya, miskin, wangi, bau, diam, cerewet dan masih banyak
segala keunikan pasien yang bisa ditemui saat perawat merawat pasiennya. Perawat
tidak bisa memilih hanya mau merawat pasien yang muda saja, atau yang kaya saja,
atau yang bersih saja, atau yang pendiam saja.Perawat harus selalu siap sedia melayani
pasien dengan segala keunikannya.
Hal-hal yang perlu anda perhatikan dalam menjaga hubungan antara perawat dan klien
adalah:
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai seorang perawat terhadap
praktik keperawatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam menjaga hubungan dengan teman
sejawat yaitu:
14
➢ Perawat dan Profesi
Perawat harus didikan yang lebih tinggi.Perawat harus selalu update dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini di bidang
keperawatan.Perawat juga harus selalu berupaya untuk mengembangkan profesi
dengan berfokus pada peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.Perawat
mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
15
5. Perawat membina kompetensi keperawatan
6. Perawat menggunakan pertimbangan akan kualifikasi kompetensi orang yang akan
diminta konsultasi atau diberi tanggung jawab dan menerima delegasi tugas
7. Perawat turut serta dalam usaha profesi untuk mengadakan dan membina keadaan
tugas tenaga kerja yang memungkinkan untuk mencapai kualitas keperawatan yang
tinggi
8. Perawat turut serta dalam kegiatan pengembangan profesi ilmu pengetahuan
9. Perawat turut serta dalam usaha profesi untuk melindungi umum dari informasi
yang salah dan penyajian yang salah untuk memelihara integrasi keperawatan
10. Perawat berkolaborasi dengan anggota profesi kesehatan dan warga lain
dalammeningkatkan usaha nasional dan masyarakat untuk memperoleh kebutuhan
kesehatan masyarakat.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung
jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi
keperawatan adalah milik dan dilaksanakan oleh semua perawat. Tipe-tipe etika
etika keperawatan dibagi menjadi tiga, yaitu: Bioetik, Clinical Ethics / Etik Klinik,
dan Nursing Ethics / Etik Keperawatan. Metode pendekatan dalam etika
keperawatan adalah: otoritas, consensus hominum, pendekatan intuisi atau self-
evidence, dan metode argumentasi.
Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan
evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia.
Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan standar profesional yang digunakan
sebagai pedoman perilaku perawat dan menjadi kerangka kerja untuk membuat
keputusan. Tujuan dari kode etik: mengatur hubungan antar perawat, klien atau
pasien, teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi
keperawatan maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan. Kode Etik
Keperawatan Indonesia terdiri dari 5 pokok etik yaitu: 1) perawat & klien; 2)
perawat & praktek; 3) perawat dan masyarakat; 4) perawat dan teman sejawat; 5)
perawat dan profesi.
B. SARAN
Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami dan
mengetahui konsep dari etika keperawat agar dapat mengarahkan tanggung jawab
moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatn nantinya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Frans Magnis Suseno. 2005. Etika Dasar, Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.
Yogyakarta: Kanisius
John Stone. 2007. Fungsi dan Prinsip Etika. Jakarta: Gunung Agung
Kusmanto. 2003. Profesi Kehidupan Perawat. Jakarta: Gramedia Maunah, Binti. 2009.
Ilmu pendidikan. Yogyakarta
Nasir Ridwan. 2005. Mencari Tipologi Formal Pendidikan Ideal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
18
SOAL – SOAL
19
6. Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur
A. Perilaku moral dalam keperawatan
B. Tanggung jawab keperawatan
C. Kerja keras keperawatan
D. Tolak ukur pelayanan
E. Semua salah
7. Ketika klien berusia lanjut menolak untuk mengenakan tongkat atau alat bantu lain
sewaktu berjalan karena ia ingin berjalan dengan bebas. Pertanyaan di atas yang
termasuk permasalahan dasar etika yaitu....
A. Kebebasan versus penanganan dan pencegahaan bahaya
B. Terapi ilmiah konvensional versus terapi tidak ilmiah dan coba – coba
C. Berkata jujur versus berkata bohong
D. Kuantitas hidup versus kualitas hidup
E. Semua Benar
8. Ada 2 macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya perilaku manusia yaitu...
A. Etika umum dan khusus
B. Etika individual dan sosial
C. Etika susila dan sosial
D. Etika deskriptif dan normatif
E. Etika sopan dan santun
9. Yang merupakan pengertian etika menurut Berten dalam Satjipto Rahardjo adalah
A. Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Arti ini disebut sebagai sistem nilai dalam hidup manusia
perseorangan atau hidup bermasyarakat, misalnya etika orang jawa, bugis,
dan orang minang
B. Etika tidak dipakai dalam arti kumpulan asas atau nillai moral. Yang
dimaksud di sini kode etik, misalnya kode etik advokat indonesia, kode etik
notaris indonesia, dan lain-lain
C. Etika tidak dipakau dalam arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Arti
etika disini sama dengan filsafah moral
D. Etika tidak dipakai dalam arti kumpulan asas atau nilai moral. Yang
dimaksud disini kode etik, misalnya kode etik advokat indonesia, notaris
indonesia, dan lain-lain
E. Semua benar
10. Berikut adalah teori yang melandasi beretika dalam dunia maya, kecuali
A. Utilitarisme
B. Deontologi
C. Teori kewajiban
D. Teori hak
E. Teori keutamaan
20