DISUSUN OLEH:
DOSEN PEMBIMBING :
Tasman.S.KP.M.Kep.Sp.Kom
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Model
Konseptual Pada Keperawatan Gerontik” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun dengan semaksimal mungkin sehingga laporan makalah ini
bisa selesai dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapakan kritik dan saran dari dosen
pembimbing agar penulis bisa menghasilkan laporan makalah yang lebih baik lagi
kedepannya. Penulis berharap makalah ini bisa memberikan banyak manfaat bagi
penulis lain dan pembaca.
i
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Makalah..................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Sifat Pelayanan Keperawatan Gerontik..............................................................3
BAB III...........................................................................................................................9
PENUTUP......................................................................................................................9
A. Kesimpulan.........................................................................................................9
B. Saran....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu - isu legal dan etik yang memengaruhi lansia telah mengalami peningkatan
angka kejadian di pengadilan pada masa sekarang ini. Perawat yang merawat lansia
mengalami isu etis yang unik pada golongan usia ini. Sekelompok pertanyaan muncul
pada tingkat individu yang berkaitan dengan permasalahan penuaan dan arti manusia.
Kelompok pertanyaan kedua berkaitan dengan pengalaman subjektif dari kecacatan
1
dan penyakit sebagai yang dirasakan dan ditafsirkan oleh lansia dan respons
yang diberikan oleh perawat, dokter, atau tenaga kesehatan yang lain. Serta yang
terakhir kelompok ketiga masalah berpusat pada proses pengambilan keputusan medis
yang mengikutsertakan pasien, anggota keluarga, para tenaga kesehatan, petugas
lapangan, dan administrator rumah sakit. Akhirnya, masalah etis yang berhubungan
dengan lansia sebagai suatu kelompok muncul dalam konteks masyarakat yang lebih
besar (Mickey & Patricia, 2006). Oleh karnanya akan dibahas lebih lanjut mengenai
pengaruh nilai - nilai etis terhadap perawatan lansia berdasarkan evidence-based dari
beberapa Buku kesehatan lansia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan masalah “
Bagaimana Model Konseptual Keperawatan Gerontik”
C. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Untuk diketahuinya dan memahami sifat pelayanan dan legal etik
keperawatan gerontik.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya sifat pelayanan keperawatan gerontik.
b. Diketahuinya etik dan legal keperawatan gerontik.
3.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Virginia Henderson adalah ahli teori keperawatan yang penting yang telah
memberi pengaruh besar pada keperawatan sebagai profesi yang mendunia. La
membuat model konseptualnya pada awal 1960-an, ketika profesi keperawatan. Mulai
mencari identitasnya sendiri. Masalah intinya adalah apakah perawat cukup berbeda
dari profesi lain dalam layanan kesehatan dalam hal kinerja?. Pertanyaan ini
merupakan hal yang penting sampai 1950-an, perawat lebih sering melakuakan
instruksi dokter. Virginia Henderson adalah orang pertama yang mencarifungsi unik
dalam keperawatan. Pada saat ia menulis pada 1960-an ia dipengaruhi oleh aspek
negatif dan positif dari praktik keperawatan pada masa itu. Hal tersebut mencakup
3
1. Authoritarian dan struktur hierarki di rumah sakit
2. Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan gangguan fungsi
fisik semata
1. Perawat harus selalu mengakui bahwa terdapat pola kebutuhan pasien yang
harus dipenuhi
4
2. Perawat harus selalu mencoba menempatkan dirinya pada posisi pasien.
sebanyak mungkin. Sayangnya, tidak selalu memungkinkan bagi seseorang untuk
menempatkan diri pada posisi pasien, dan kalaupun memungkinkan hal tersebut tidak
selalu pas. Pada situasi ini kebutuhan pasien sulit untuk dipenuhi
d. Rumah perawatan
e. Perawatan di rumah.
5
1. Manusia
Individu sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, jiwa dan raga adalah satu
kesatuan. Lebih lanjut lagi, individu dan keluarganya dipandang sebagai unit tunggal.
Setiap manusia harus berupaya untuk mempertahankan keseimbangan fisiologi dan
emosional.
2. Lingkungan
Sehat adalah kualitas hidup tertentu yang oleh Henderson dihubungkan dengan
kemandirian. Karakteristik utama dari sakit adalah ketergantungan dan berbagai
tingkat inkapasitas individu (pasien) untuk memuaskan kebutuhan. manusianya.
Menganggap bahwa sehat adalah kemandirian dan sakit adalah ketergantungan dapat
dipandang sebagai simplifikasi. Dapat juga dikatakan bahwa sakit adalah keterbatasan
kemandirian.
4. Keperawatan
Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu, baik apakah ia sakit atau
sehat, dalam peran tambahan atau peran pendukung. Tujuan dari keperawatan adalah
6
untuk membantu individu memperoleh kembali kemandiriannya sesegera mungkin.
Namun demikian, keputusan Henderson. untuk meningkatkan kemandirian dan hanya
melakukan sesuatu untuk pasien, jika ia tidak dapat melakukannya maka sendiri tidak
disetujui oleh profesi sebagai prinsip dasar asuhan keperawatan sebelum Henderson
menjelaskan lebih lanjut.
1. Manusia
7
e. Tidur dan istirahat.
8
m. Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran
yang menuntun pada perkembangan normal dan
kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang
tersedia.
Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan menjadi empat
kategori, yaitu komponen komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis dan
spiritual. Kebutuhan dasar poin 19 termasuk komponen kebutuhan biologis. Poin 10
dan 14 termasuk komponen kebutuhan psikologis. Poin 11 termasuk kebutuhan
spiritual. Sedangkan poin 12 dan 13 termasuk komponen kebutuhan sosiologis.
Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan
satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga, mereka
merupakan satu kesatuan (unit).
2. Keperawatan
Menurut Henderson, perawat mempunyai fungsi yang unik yaitu untuk membantu
individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Sebagai anggota tim kesehatan,
perawat mempunyai fungsi independence di dalam penanganan perawat berdasarkan
kebutuhan dasar manusia (14 kebutuhan. dasar manusia) Untuk menjalankan
fungsinya, perawat harus memiliki pengetahuan biologis maupun sosio.
3. Kesehatan
Sehat adalah siklus hidup yang menjadi dasar seseorang dapat berfungsi bagi
kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting dari pada mengobati penyakit.
9
Untuk mencapai kondisi sehat, diperlukan kemandirian dan saling ketergantungan.
Individu akan meraih atau mempertahankan kesehatan bila mereka memiliki
kekuatan, kehendak serta pengetahuan yang cukup.
4. Lingkungan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek lingkungan.
a. Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka, namun kondisi sakit
akan menghambat kemampuan tersebut.
d. Dokter menggunakan hasil observasi dan penilaian perawat sebagai dasar dalam
memberikan resep.
e. Perawat harus meminimalkan peluang terjadinya luka melalui saran- saran tentang
konstruksi bangunan dan pemeliharaannya.
f. Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan untuk
memperkirakan adanya bahaya.
10
Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dan klien.
Menurut Henderson, hubungan perawat dengan klien terbagi menjadi tiga tingkatan,
mulai dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat mandiri.
Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti (substitute) di
dalam memenuhi kekurangan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan atau kemauan
pasien yang berkurang. Dalam hubungan antara perawat dan pasien ini perawat
berfungsi untuk "melengkapinya". Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada
pada fase pemulihan, perawat berperan sebagai penolong (helper), untuk menolong
atau membantu pasien mendapatkan kembali kemandiriannya kernandirian ini
sifatnya relatif, sebab tidak ada satu pun manusia yang tidak bergantung pada orang
lain. Meskipun demikian, perawat berusaha keras saling bergantung demi
mewujudkan kesehatan pasien. Sebagai mitra (partner), perawat dan pasien bersama-
sama menerusakan rencana perawatan bagi pasien. Meski diagnosisnya berbeda,
setiap pasien tetap memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja,
kebutuhan dasar tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis dan. faktor
lainnya seperti usia, tabiat, kondisi emosional, status sosial atau budaya, serta
kekuatan fisik dan intelektual.
Kaitannya dengan hubungan perawat dan dokter, berpendapat bahwa perawat tidak
boleh selalu melaksanakan perintah dokter. Henderson sendiri mempertanyakan
filosofi yang membolehkan seorang dokter memberi perintah kepada pasien atau
11
tenaga kerja lainnya. Tugas perawat adalah. membantu pasien dalam melakukan
manajemen kesehatan ketika tidak ada tenaga dokter. Rencana perawatan yang
dirumuskan oleh perawat dan pasiente arus dijalankan sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi rencana pengobatan yang ditentukan oleh dokter.
12
Pada tahap penilaian (pengkajian), perawat menilai kebutuhan dasar pasien
berdasarkan 14 komponen diatas. Dalam mengumpulkan data, perawat menggunaka
metode observasi, indra penciuman, peraba, dan pendengaran. Setelah data terkumpul,
perawat menganalisis data tersebut dan membandingkannya dengan pengetahuan
dasar tentang sehat-sakit. Hasil analisis tersebut menghasilkan diagnosis keperawatan
yang akan muncul. Diagnosis keperawatan, menurut Henderson dibuat dengan
mengenali kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhannya dengan atau tanpa
bantuan, serta dengan mempertimbangkan kekuatan atau pengetahuan yang dimiliki
individu, Tahap perencanaan, menurut Henderson, meliputi aktivitas penyusunan
rencan perawatan sesuai kebutuhan individu termasuk di dalamnya perbaikan. rencana
jika ditemukan adanya perubahan serta dokumentasi bagaimana perawat
f. Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan untuk
memperkirakan adanya bahaya.
Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dan klien.
Menurut Henderson, hubungan perawat dengan klien terbagi menjadi tiga tingkatan,
mulai dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat mandiri.
Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti (substitute) di
dalam memenuhi kekurangan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan atau kemauan
pasien yang berkurang. Dalam hubungan antara perawat dan pasien ini perawat
13
berfungsi untuk "melengkapinya". Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada
pada fase pemulihan, perawat berperan sebagai penolong (helper), untuk menolong
atau membantu pasien mendapatkan kembali kemandiriannya kernandirian ini
sifatnya relatif, sebab tidak ada satu pun manusia yang tidak bergantung pada orang
lain. Meskipun demikian, perawat berusaha keras saling bergantung demi
mewujudkan kesehatan pasien. Sebagai mitra (partner), perawat dan pasien bersama-
sama menerusakan rencana perawatan bagi pasien. Meski diagnosisnya berbeda,
setiap pasien tetap memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja,
kebutuhan dasar tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis dan. faktor
lainnya seperti usia, tabiat, kondisi emosional, status sosial atau budaya, serta
kekuatan fisik dan intelektual.
Kaitannya dengan hubungan perawat dan dokter, berpendapat bahwa perawat tidak
boleh selalu melaksanakan perintah dokter. Henderson sendiri mempertanyakan
filosofi yang membolehkan seorang dokter memberi perintah kepada pasien atau
tenaga kerja lainnya. Tugas perawat adalah. membantu pasien dalam melakukan
manajemen kesehatan ketika tidak ada tenaga dokter. Rencana perawatan yang
dirumuskan oleh perawat dan pasien
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Semoga makalah ini hendaknya bisa menambah wawasan setiap kita yang
membacanya agar kita bisa tahu tentang sifat layanan keperawatan gerontik serta
aspek etik dan legalnya
15
DAFTAR PUSTAKA
Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan keperawatan gerontik. Penerbit Andi.
Dewi, S. R., & Ners, S. K. (2015). Buku ajar keperawatan gerontik. Deepublish.
Ma'rifatul Lilik A. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Mickey & Patricia. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. EGC.Jakarta:
Buku Kedokteran.
SKM, Hardiwinoto, Stiabudi, Tony. Pandaun Gerontologi, Tinjauan Dari
Berbagai Aspek. 2005. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut), Edisi 2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
R, Rully. 2002. Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan Lansia di RSU dalam Perspektif
HAM. Jakarta: Harian Suara Pembaharuan.
SKM, Hardiwinoto, Stiabudi, Tony. Pandaun Gerontologi, Tinjauan Dari
Berbagai Aspek. 2005. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
16