Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

“ TEORI KEPERAWATAN BETTY NEUMAN “

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Sri Gunanti 2021-01-14201-188


2. Sugiyatmi 2021-01-14201-189
3. Trimariane 2021-01-14201-190
4. Tury Wulandari 2021-01-14201-191

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
PROGRAM KHUSUS
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul ”Teori Keperawatan olen Neuman”. Makalah ini terdapat beberapa
pembahasan diantaranya, “ Falsafah dalam Keperawatan, Paradigma dalam
Keperawatan, Teori Keperawatan Betty Neuman, Hubungan Paradigma,
Keperawatan dan Teori Keperawatan Betty Neuman, dan Contoh Implementasi Teori
Keperawatan Betty Neuman.”

Penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan pengarahan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis untuk
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis. Sehingga pada akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.

Penulis juga menyadari banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan


makalah ini, oleh karena itu penulis berharap adanya kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun dan bermanfaat. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan pembaca.

Palangka Raya, 09 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................3
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….....................3

1.2 Rumusan Masalah………………………………............................................... 4

1.3 Tujuan Masalah………………………...............................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................6


2.1 Falsafah dalam Keperawatan...............................................................................6

2.1.1Definisi…………………………………………………………………….6

2.1.2 Teori Falsafah Keperawatan menurut beberapa Ahli……………………..7

2.1.3 Konsep Inti Falsafah Keperawatan……………………………………….8

2.2 Paradigma dalam Keperawatan...........................................................................9

2.2.1 Definisi Paradigma Keperwatan…………………………………………..9

2.2.2 Paradigma Keperawatan…………………………………………………10

2.3 Teori Keperawatan Betty Neuman …………………………………………...15

2.3.1 Data Biografi…………………………………………………………….15

2.3.2 Teori Keperawatan Betty Neuman……………………………………....18

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………..28

3.1 Hubungan Paradigma Keperawatan dan Teori Keperawatan Betty Neuman…28

3.2 Contoh Implementasi Teori Keperawatan Betty Neuman…………………….36

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………41
3.1 Kesimpulan........................................................................................................41

3.2 Saran…………………………………………………………………………..41

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….42

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk
pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan biopsikososio dan spiritual yang komprehensif ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia.

Ada 4 skenario masa depan yang diprediksikan akan terjadi dan harus di antisipasi
dengan baik oleh profesi keperawatan Indonesia ( Ma’arifin Husin, 1999 ) antara lain : a.
masyarakat berkembang disini masyarakat akan lebih berpendidikan, lebih sadar akan hak
dan hukum, menuntut berbagai jenjang pelayanan kesehatan/ keperawatan yang professional
serta rentang kehidupan daya ekonomi masyarakat semakin melebar. b. Rentang masalah
kesehatan yang semakin melebar mulai dari yang sederhana sampai pada masalah yang
komplek c. IPTEK yang terus berkembang, dimana penggunaan teknologi dari yang
sederhana sampai pada teknologi yang sangat canggih. d.. Tuntutan profesi terus
meningkat.

Tantangan tersebut tentunya harus dapat dikelola dengan baik oleh profesi
keperawatan keperawatan . Namun disisi lain ada permasalahan pokok yang dihadapi
perawat Indonesia dalam sistem pelayanan kesehatan, seperti yang dikemukakan oleh Azrul
Anwar, 1999 dikutip oleh Nursalam, 2002 adalah sebagai berikut : peran perawat
professional yang belum optimal, terlambatnya pengakuan body of knowledge profesi
keperawatan, terlambatnya pengembangan pendidikan keperawatan professional,
terlambatnya pengembangan sistem pelayanan asuhan keperawatan professional.

Langkah strategik yang harus dilakukan dalam mengahadapi tantangan dan


permasalahan diatas adalah “ The Nurse Should Do No Harm To Your Self “ ( Nigthtingale,
dikutip oleh Nursalam 2002 ) artinya semua tindakan keperawatan harus dapat memenuhi
kebutuhan pasien tanpa ada resiko negative yang ditimbulkan. Hal ini ditegaskan oleh Lynn

3
Basford dan Oliver Slevin ( 2006 ) yang menyatakan profesi keperawatan menginginkan
adanya perawat yang berpikir, yaitu perawat yang tidak hanya melakukan tugasnya tanpa
berpikir, namun yang memikirkan dengan cermat tentang apa yang dilakukannya dan
bertindak bijaksana demi kepertingan pasien atau klien. Salah satu strategi adalah
penerapan model keperawatan yang merupakan aplikasi praktek keperawatan berdasarkan
teori, disamping itu peningkatan pendidikan, pengembangan Ilmu keperawatan, pelaksanaan
riset keperawatan. Untuk dapat menerapkan model keperawatan yang merupakan aplikasi
praktek keperawatan berdasarkan teori maka perlu dipahami dahulu konsep dan teori model
keperawatan

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, keperawatan harus selalu


mengembangkan ilmunya berdasarkan pemahaman konsep model dan teori keperawatan
yang sudah ada agar tidak terjadi penyimpangan didalam mengaplikasikan ilmu
keperawatan, sehubungan dengan hal tersebut maka pada kesempatan ini kami mencoba
untuk membahas salah satu teori konsep model yang sudah ada yaitu model keperawatan
yang dikembangkan oleh Betty Neuman

Model sistem Betty Neuman memberikan perspektif keperawatan yang fleksibel,


holistik dan komprehensif. Model tersebut berfokus pada respon sistem klien terhadap
stressor aktual maupun potensial. Model tersebut digunakan dalam intervensi keperawatan
yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier dalam upaya mencapai dan memelihara
sistem kesehatan klien yang optimal.

Model sistem Neuman (1970) memberikan gambaran baru tentang cara pandang
terhadap manusia sebagai mahluk Holistik (memandang manusia secara keseluruhan)
meliputi aspek (variable) fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual
yang berhubungan secara dinamis seiring dengan adanya respon-respon sistem terhadap
stressor baik dari lingkungan internal maupun eksternal (Asmadi, 2005).

1.2 Rumusan Masalah


1. Falsafah dalam Keperawatan
2. Paradigma dalam Keperawatan

4
3. Teori Keperawatan Betty Neuman
4. Hubungan Paradigma Keperawatan dan Teori Keperawatan Betty Neuman
5. Contoh Implementasi Teori Keperawatan Betty Neuman

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Falsafah Dalam Keperawatan
2. Mengetahui Paradigma dalam Keperawatan
3. Mengetahui Teori Keperawatan Betty Neuman
4. Mengetahui Hubungan Paradigma Keperawatan dan Teori Keperwatan Betty Neuman
5. Mengetahui Contoh Implementasi Teori Keperawatan Betty Neuman

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Falsafah keperawatan


2.1.1. Definisi
Falsafah adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-
sebab, azas-azas, hukum,dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta
ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu (WJS Poerwadarminta, 2003).

Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentamg hakikat manusia dan


esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan.
Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan..
Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu kebutuhan manusia
bio-psiko-sosial-spiritual (Erfandi, 2009).

Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk


mencapai suatu tujuan dan menjadi pandangan hidup. Falsafah menjadi ciri utama suatu
komunitas, berskala besar maupun kecil, salah satunya adalah profesi keperawatan.
Berdasarkan pengertian falsafah tersebut dapat dikatakan bahwa falsafah keperawatan
adalah keyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam
memberikan asuhan keperawatan baik terhadap individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat. Keyakinan terhadap nilai keperawatan harus menjadi pegangan setiap
perawat (Asmadi, 2008).

Falsafah keperawatan adalah dasar pemikiran yang harus dimiliki perawat sebagai
kerangka dalam berfikir, pengambilan keputusan dan bertindak yang diberikan pada klien
dalam rentang sehat sakit, yang memandang manusia sebagai mahluk yang holistic, yang
harus dipenuhi kebutuhan biologi, psikologi, social, cultural dan spiritual melalui upaya
asuhan keperawatan yang komprehensif, sistematis, logis, dengan memperhatikan aspek
kemanusiaan bahwa setiap klien berhak mendapatkan perawatan tanpa membedakan
suku, agama, status social dan ekonomi (WIRA, 2012).

6
Filsafat keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan
esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan.
Pendapat lain tentang filsafat keperawatan adalah suatu ilmu yg mempalajari tentang cara
berfikir seorang perawat dalam menghadapi pasiennya tentang kebenaran dan
kebijaksanaan sehingga tingkat kesejahteraan dan kesehatan pasien dapat meningkat.
Ilmu keperawatan jika dilihat dari sudut pandang filsafat akan dapat muncul pertanyaan-
pertanyaan antara lain pertanyaan ontologi (apa ilmu keperawatan), pertanyaan
epistemologi (bagaimana lahirnya ilmu keperawatan ) dan pertanyaan aksiologi (untuk
apa ilmu keperawatan itu digunakan) (Aan, 2012).

Falsafah keperawatan adalah dasar pemikiran yang harus dimiliki perawat sebagai
kerangka dalam berfikir, pengambilan keputusan dan bertindak yang diberikan pada klien
dalam rentang sehat sakit, yang memandang manusia sebagai mahluk yang holistic, yang
harus dipenuhi kebutuhan biologi, psikologi, social, cultural dan spiritual melalui upaya
asuhan keperawatan yang komprehensif, sistematis, logis, dengan memperhatikan aspek
kemanusiaan bahwa setiap klien berhak mendapatkan perawatan tanpa membedakan
suku, agama, status social dan ekonomi.Perbedaan falsafah keperawatan dengan falsafah
dari disiplin ilmu lainnya. Falsafah keperawatan memandang manusia secara holistic
sehingga harus dipenuhi kebutuhannya secara utuh/ holistic dan komprehensif juga. Hal
ini tidak ditemukan pada falsafah profesi yang lain. Esensi keperawatan memandang
bahwa pasien adalah mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan (Ikrimah, 2011).

2.1.2. Teori Falsafah Keperawatan menurut beberapa ahli


Falsafah keperawatan menurut beberapa ahli sebagai berikut :
1. Roy (Mc Quiston, 1995)
Memandang manusia sebagai makhluk biopsikososial yang merupakan dasar bagi
kehidupan yang baik. Keperawatan merupakan disiplin ilmu yang berorientasi kepada
praktik keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan yang ditujukan untuk
memberikan pelayanan kepada klien.
2. Jean Watson (Caring)
Caring adalah suatu ilmu pengetahuan yang mencakup suatu hal berperikemanusiaan,
orientasi ilmu pengetahuan manusia ke proses kepedulian pada manusia, peristiwa,
7
dan pengalaman. Ilmu pengetahuan caring meliputi seni dan umat manusia seperti
halnya ilmu pengetahuan.
Perilaku caring meliputi mendengarkan penuh perhatian, penghiburan, kejujuran,
kesabaran, tanggung jawab, menyediakan informasi sehingga pasien dapat membuat
suatu keputusan
3. Betty Neuman
Betty Neuman menggunakan pendekatan manusia utuh dengan memasukkan konsep
holistik, pendekatan sistem terbuka dan konsep stresor. Sistem klien terdiri dari lima
variabel yang beriteraksi:
a. Fisiologi; struktur tubuh dan fungsi
b. Psikologi: proses mental dan hubungan
c. Sosiokultural: kombinasi fungsi sosiol dan kulkural
d. Perkembangan: proses perkembangan manusai
e. Spiritual: keyakinan spiritual
4. Florence Nightingale (Modern Nursing)
Melihat penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan reparative proses.
Manipulasi dari lingkungan eskternal perbaikan dapat membantu proses perbaikan
atau pergantian dan kesehatan klien.
5. Martha Rogers, 1970
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan penyakit, perawatan
rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat.

2.1.3. Konsep Inti Falsafah Keperawatan


Menurut Ikrimah (2011) menyebutkan beberapa konsep inti falsafah keperawatan
yang disampaikan oleh beberapa ahli :
1. Roy
Konsep inti dari teori Roy menekankan pada kemanusiaan dan kebenaran dalam
melaksanakan praktik keperawatan
2. Jean Watson

8
Konsep inti menurut Jean Watson adalah pentingnya perilaku caring dalam merawat
klien.
3. Betty Neuman
Konsep inti dari Neuman adalah memandang manusia secara holistic.
4. Florence Nightingale
Konsep inti dari teori Florence Nightingale tentang falsafah keperawatan adalah
lingkungan berpengaruh terhadap proses pemulihan klien/ Membuat lingkungan yang
kondutif bagi manusia untuk hidup sehat.
5. Martha Rogers, 1970
Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang utuh , yang memiliki sifat
dan karakter berbeda-beda.

2.2. Konsep Paradigma keperawatan


2.2.1. Definisi Paradigma Keperawatan
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita
melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap
fenomena yang ada dalam keperawatan (La Ode Jumadi, 1999).

Paradigma keperawatan adalah interaksi antara manusia yang menerima


perawatan, lingkungan tempat menusia berada, kesehatan yang selalu menjadi bagian dari
bidang garapan keperawatan serta tindakan keperawatan (Kozier, 2000).

Poerwanto (1997) mengartikan paradigma sebagai suatu perangkat bantuan yang


memiliki nilai tinggi dan sangat menentukan bagi penggunanya untuk dapat memiliki
pola dan cara pandang dasar khas dalam melihat, memikir, memberi makna, menyikapi
dan memilih tindakan mengenai suatu kenyataan atau fenomena kehidupan manusia.

Paradigma keperawatan menurut Gaffar, 1997, adalah cara pandang yang


mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih
tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Dengan demikian
paradigma keperawatan berfungsi sebagai acuan atau dasar dalam melaksanakan praktek
keperawatan yang bersifat professional.

9
2.2.2 Paradigma Keperawatan
Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu
faktor yang memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga
keperawatan berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan
terlama dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka perawat
perlu mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran, fungsi dan
tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawata pada klien. Perawat
harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio, psiko, sosial,
spiritual dan cultural.
Paradigma memiliki fungsi antara lain :
1. Menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi
keperawatan sebagai aspek pendidikan dan pelayanan kperawatan, praktik dan
organisasi profesi.
2. Membantu individu dan masyarakat untuk memahami dunia keperawatan kita dan
membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi disekitar kita.
Dalam keperawatan ada empat komponen yang merupakan pola dasar dari teori –
teori keperawatan atau paradigma keperawatan. Empat komponen tersebut meliputi :
manusia, keperawatan, lingkungan, dan kesehatan.
1. Konsep Manusia
Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh, dalam
arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena
mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya
(Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992).

Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap


dengan lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan
keadaan internalnya (homeoatatis), (Kozier, 2000).

Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu
beradaptasi dan merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi dan
interdependensi (La Ode Jumadi, 1999 :40).

10
Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia
sebagai sistem terbuka, sistem adaptif , personal dan interpersonal yang secara
umum dapat dikatakan holistik atau utuh.

Sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh


lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan
spiritual sehingga perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam
pemenuhan kebutuhan dasarnya. Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon
terhadap perubahan lingkungannya dan akan menunjukan respon yang adaptif
maupun respon maladaptif. Respon adaptif akan terjadi apabila manusia tersebut
mempunyai mekanisme koping yang baik menghadapi perubahan lingkungannya,
tetapi apabila kemampuannya untuk merespon perubahan lingkungan yang terjadi
rendah maka manusia akan menunjukan prilaku yang maladaptif .

Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu, keluarga ataupun


masyarakat yang menerima asuhan keperawatan. Peran perawat pada individu
sebagai klien adalah memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi,
sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien. Peran
perawat dalam membantu keluarga meningkatkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan adalah perawat sebagai pendeteksi adanya
masalah kesehatan, memberi asuhan kepada anggota keluarga yang sakit,
koordinator pelayanan kesehatan keluarga, fasilitator, pendidik dan penasehat
keluarga dalam masalah – masalah kesehatan. Dalam memberikan asuhan
keperawatan pada keluarga perawat perlu memperhatikan sifat – sifat keluarga
yaitu keluarga mempunyai reaksi dan cara yang unik dalam menghadapi
masalahnya, pola komunikasi yang dianut, cara pengambilan keputusan, sikap,
nilai, cita – cita keluarga dan gaya hidup keluarga yang berbeda – beda. Individu
dalam keluarga mempunyai siklus tumbuh kembang. Pelayanan kesehatan pada
masyarakat ini dapat berbentuk pelayanan kepada masyarakat umum dan
kelompok-kelompok masyarakat tertentu (balita dan lansia).

11
2. Konsep Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanana profesional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial,
spiritual dan kultural secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurang kemauan meuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari – hari secara mandiri. Sebagai suatu profesi,
keperawatan memiliki falsafah yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan
yang dilakukan.

Dalam hal ini, pertama, keperawatan menganut pandangan yang holistik


terhadap manusia yaitu Ketuhanan Manusia sebagai makhluk bio – psiko – sosial –
spiritual dan kultural. Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan
humanistik dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia memberi
perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia.
Ketiga, keperawatan bersifat universal dalam arti tidak dibedakan atas ras, jenis
kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama, aliran politik dan status ekonomi sosial.

Keempat, keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan serta


kelima, bahwa keperawatan menganggap klien sebagai partner aktif dalam arti
perawat selalu bekerjasama dengan klien dalam memberikan asuhan keperawatan.

3. Kosep kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri
dengan perubahan – perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk
memepertahankan keadaan kesehatannya. Adapun faktor lingkungan internal yang
mempengaruhi adalah psikologis, dimensi intelektual dan spiritual dan proses
penyakit. Faktor – faktor lingkungan eksternal adalah faktor – faktor yang berada
diluar individu yang mungkin mempengaruhi kesehatan antara lain variabel
lingkungan fisik, hubungan sosial dan ekonomi.

12
Salah satu ukuran yang dipakai untuk mengukur tingkat atau status
kesehatan adalah rentang sehat sakit. Rentang sehat sakit merupakan skala hipotesa
yang berjenjang untuk mengukur keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang
berada pada skala yang bersifat dinamis, individualis, dan tergantung pada faktor –
faktor yang mempengaruhi kesehatan. Menurut model ini, keadaaan sehat selalu
berubah secara konstan, dimana rentang sehat sakit berada diantara dua kutub yaitu
sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian
kita berada dalam area sakit (illness area), tetapi apabila status kesehatan kita
bergerak ke arah sehat maka kita berada dalam area sehat (wellness area).

4. Konsep Lingkungan
Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah (kawasan
dsb) yang termasuk didalamnya. Lingkungan adalah faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan
sosial, status ekonomi dan kesehatan. Fokus lingkungan yaitu lingkungan fisik,
psikologi, sosial,budaya dan spiritual. Lingkungan dibagi 2 yaitu :
a. Lingkungan dalam terdiri dari:
- Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi
dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang
bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam
ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus
bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan.
Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik
bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur
harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat
tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan
bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya
mendapat ventilasi.
- Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)

13
F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat
menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh
karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan
sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag
semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara
menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-
putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya
sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar
lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan
harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi
penyakitnya. Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia
berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik
dapat memberikan rasa nyaman.
-. Lingkungan sosial (social environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang
spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan
penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap
perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan
kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan
pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan
sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu
lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah
atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang
berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.

b. Lingkungan luar ( kultur, adat, struktur masyarakat, status sosial, udara, suara,
pendidikan, pekerjaan dan sosial ekonomi budaya )
Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara
terapi lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan
tubuh terhadap penyakit untuk meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan

14
klien. Lingkungan dengan timbulnya penyakit yaitu apabila lingkungan kita
kotor dan tidak bersih maka akan berpotensi sekali untuk terciptanya banyak
penyakit – penyakit.

2.3 Teori Keperawatan Betty Neuman


2.3.1 Data Biografi
1. Betty Neuman foto’s

Gambar 1 : Betty M. Neuman, R.N., B.S.N., M.S., Ph.D., PLC., FAAN


2. Sejarah dan Latar Belakang Betty Neuman
Betty Neuman lahir di Lowell di Ohio pada tahun 1924. Ayahnya seorang petani
dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dia anak kedua dari tiga bersaudara dan
merupakan anak perempuan satu-satunya. Ayahnya meninggal karena penyakit Chronic
Renal Failure ketika beliau berumur 11 tahun. Rasa cinta pada tanah kelahiran
membuat beliau bertekad untuk membangun desanya, Ohio. Latar belakang kehidupan
di pedesaan membantu dirinya mengembangkan rasa kasih sayang terhadap orang-orang
yang membutuhkan , seperti yang dilakukan sepanjang kariernya. Setelah lulus SMA
Neuman bekerja sebagai teknisi pada perusahaan pesawat terbang dan sebagai juru
masak di Ohio dalam rangka menabung untuk pendidikannya dan membantu ibu serta

15
adiknya. Adanya program militer di keperawatan mempercepat masuknya Neuman ke
sekolah keperawatan (Fawcett, 2005)
Beliau pertama kali memperoleh pendidikan di People Hospital School of
Nursing yang sekarang berubah nama menjadi General Hospital Akron di Akron, Ohio
pada tahun 1947 dan beliau pindah ke Los Angeles untuk tinggal dengan keluarganya di
California. Di California Neuman bekerja dibanyak bagian diantaranya perawat di
sekolah, perawat industri, beliau juga memegang jabatan penting yaitu sebgai staf
keperawatan rumah sakit di California, dan sebagai instruktur klinik di University of
California Medical Center.

Pada tahun 1957 beliau menyelesaikan pendidikan sarjananya di University of


California dengan jurusan psikologi dan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1966 beliau
mendapat gelar Master dibidang kesehatan mental, konsultan kesehatan masyarakat di
University of California, dan menyelesaikan program doktoralnya di jurusan Psikologi
Klinik di Pacific Western University (Tomey and Alligood, 2006). Pada tahun yang
sama Neuman juga bekerja sebagai konsultan kesehatan mental di sebuah rumah sakit
dan aktif dalam terapi keluarga. Banyak sekali pengalaman yang telah beliau dapat
diantaranya menjadi dosen keperawatan jiwa, konsultan dan organisasi, pemimpin
konseling model Whole Person Approach serta beliau telah membuat sebuah sistem
model keperawatan di UCLA dan memfokuskan sistem tersebut dalam masalah
keperawatan.

Gelar sarjana muda didapat pada tahun 1957 di public health dan psykologi
dengan peringkat sangat baik. Gelar master diperoleh pada tahun 1966 pada kesehatan
mental, konsultasi kesehatan masyarakat dari Universitas California Los
Angelea(UCLA). Dia mendapatkan gelar doktornya dalam klinikal psykologi dari
Pacivic western University pada tahun 1985 (Neuman &Fawcett, 2002 dalam McEwen
& Willis, 2007).

Neuman merupakan penggagas perkembangan keperawatan khususnya dalam


kesehatan mental. Neuman mengajarkan program kesehatan mental komunitas pada
perawat di level post-master di UCLA. Neuman mengembangkan suatu metode

16
pembelajaran yang terbuka dan model praktik untuk konsultasi kesehatan mental pada
akhir 1960 an, sebelum dia membuat “model system”. Neuman mengajarkan dan
mempraktekkan model yang kemudian dibuat dalam bentuk buku yang berjudul
Consultation and Community Organization in Community Mental Health Nursing.
(Neuman, Deloughery & Gebbie, 1971).

Neuman menjabarkan modelnya secara komperehensif (menyeluruh) dan


dinamis. Model tersebut merupakan sebuah tinjauan multidimensional terhadap
individu, kelompok (keluarga), dan masyarakat yang selalu berinteraksi dengan
ketegangan-ketegangan lingkungan. Pada prinsipnya, model tersebut memfokuskan
pada reaksi klien terhadap ketegangan dan faktor-faktor yang mendukung rekonstitusi
( mengembalikan keadaan jasmani ) dan adaptasi. Model yang sesuai adalah model yang
berlaku untuk semua profesi yang ada hubungannya dengan perawatan kesehatan.

Betty Neuman mulai mengembangkan model saat mengajar di komunitas


kesehatan mental di UCLA. Pada tahun 1972 Model keperawatannya pertama kali
diterbitkan sebagai 'Model untuk mengajar dengan pendekatan total ke masalah pasien'.
Tahun 1985 Menerima gelar doktor di bidang Psikologi Klinis dari Pacific Western
University. Tahun 1998 Menerima gelar doktor kehormatan kedua, ini salah satu dari
Grand Valley State University, Allendale, Michigan.

Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang terhadap
manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara keseluruhan) meliputi
aspek (variabel) fisiologis, psikologis sosiokultural, perkembangan dan spiritual yang
berhubungan dengan adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik dari
lingkungan internal maupun eksternal (Tomey and Alligod, 2006).

Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap stress.
Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input, proses output
dan feedback sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan
perspektif sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga,
komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin
keilmuan (Fawcett, 2005).

17
Tujuan dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara optimal.
Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai sistem terbuka
maka klien akan selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan
mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam maupun diluar
sistem yang berupaya untuk mengusahakannya. Neuman menyebutkan gangguan-
gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki dampak negatif atau positif. Reaksi
terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan gejala yang dapat
diidentifikasi (Tomey and Alligod, 2006)

Evaluasi terbaru dari modelnya adalah komponen yang perlu untuk lebih
dikembangkan adalah variabel spiritual dan lingkungan yang diciptakan, selanjutnya
adalah pandangan Neuman tentang konsep kesehatan dan hubungan antara klien dan
lingkungan merupakan dua area yang perlu diidentifikasi dan diklarifikasi untuk
perkembangan selanjutnya. Fawcett menyarankan bahwa klarifikasi dari konsep
kesehatan melalui identifikasi sehat dan sakit sebagai batas akhir dari satu rangkaian
daripada melihatnya sebagai sesuatu yang terpisah. Ia juga menambahkan bahwa
interaksi antara klien dan lingkungan dipandang sebagai sesuatu keseimbangan yang
dinamis, tetap dan homeostatis sebagai bentuk logik yang tidak tepat (Tomey and
Alligood, 2006).

2.3.2 Teori Betty Neuman


Model sistem Neuman (1970) memberikan gambaran baru tentang cara pandang
terhadap manusia sebagai mahluk Holistik (memandang manusia secara keseluruhan)
meliputi aspek (variable) fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual
yang berhubungan secara dinamis seiring dengan adanya respon-respon sistem terhadap
stressor baik dari lingkungan internal maupun eksternal (Asmadi, 2005)

Konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah konsep “Health care
system” yaitu model konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan yang ditujukan
kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara
fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan adalah komunitas
(Mubarak, 2009).

18
Teori neuman berpijak pada metaparadigma keperawatan yang terdiri dari klien,
lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Fokus kepelayanan keperawatan adalah klien
yang berinteraksi dengan lingkungan. Yang terpenting adalah menjaga agar klien dapat
berinteraksi dengan perubahan yang ada. Model ini berdasarkan kepada teori Gestalt teori
Stress dari Selye dan teori sistem secara umum. Sistem Neuman lebih melihat pada
hubungan individu terhadap stress, reaksi terhadap stress serta faktor rekonstruksi yang
dinamis (Sumijatun, 2005).

Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap stress.
Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input, proses, output
dan feedback sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan
perspektif sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga,
komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin
keilmuan (Mubarak, 2009).

Tujuan ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara
optimal. Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai sistem
terbuka maka klien selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan
mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam maupun diluar
sistem yang berupaya untuk mengusahakannya. Neuman menyebut gangguan-gangguan
tersebut sebagai stressor yang memiliki dampak negatif atau positif. Reaksi terhadap
stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan gejala yang dapat diidentifikasi
(Hidayat, A. Aziz Alimul, 2004).

a. Dasar Perkembangan Teori Neuman


Model konsep yang dikemukan oleh Betty Neuman adalah konsep Health Care
System yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan yang
ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan
diri secara fleksibel atau normal maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah
komunitas.

Filosofi dari perkembangan teori sistem Neuman adalah berdasarkan pendekatan


perorangan total untuk memandang masalah pasien. Sistem yang digunakan adalah

19
sistem terbuka sehingga menghasilkan interaksi yang dinamis. Variabel interaksi
mencakup semua aspek yaitu fisiologis, psikologis, sosio kultural, perkembangan dan
spiritual. Sistem Neuman terbentuk dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas
yang berinteraksi secara konstan dengan stressor di lingkungan secara dimensional.
Model fokus pada klien terhadap stress serta faktor pemulihan (adaptasi).

Asumsi dasar dari teori Neuman yaitu individu merupakan sistem yang unik
dengan respon yang berbeda. Kurang pengetahuan, perubahan lingkungan dapat
merubah stabilitas individu (fisiologis, psikologis, sosio kultural, perkembangan dan
spiritual). Individu dalam memberikan respon harus mempunyai koping yang stabil
terhadap stressor, karena lingkungan internal dan eksternal dapat menyebabkan stress.
Untuk itu individu akan bereaksi terhadap stressor dari lingkungan dengan mekanisme
pertahanan diri.

Pencegahan primer berdasarkan teori sistem Neuman yaitu mengidentifikasi


faktor resiko dan membantu masyarakat dalam meningkatkan kesehatan dan aktifitas
pendidikan kesehatan. Pencegahan sekunder yaitu inisiatif dalam bentuk intervensi
jika terjadi masalah. Perawat berperan sebagai Early Case Finding, pengobatan setelah
pasien terdiagnosa mengidap suatu penyakit. Pencegahan tersier yaitu
mempertahankan kesehatan, perawat membantu adaptasi dan reduksi untuk mencegah
komplikasi.

b. Sumber – Sumber Teori


Model system Neuman berasal dari teori system yang umum dan merupakan
refleksi dari organisme yang dialami sebagai suatu system yang terbuka
(Bertalanffy,1968). Dalam modelnya, Neuman mensitensis keilmuan dari beberapa
disiplin dan menyatukan dalam kepercayaan filosofinya dan keahlian klinis
keperawatannya terutama dalam bidang keperawatan kesehatan mental (Tomey and
Alligood, 2006).

Salah satu teori yang digunakan adalah teori Gestalt. Teori Gestalt yang
menjelaskan tentang hemeostatic yang menggambarkan keseimbangan sebagai suatu

20
proses dimana organisme (makhluk hidup) memelihara keseimbangan dan
konsekuensinya adalah sehat dengan berbagai kondisi.

Neuman menjelaskan bahwa penyesuaian sebagai proses dimana kepuasan


organisme (makhluk hidup) adalah suatu kebutuhan. Banyaknya kebutuhan dan
adanya gangguan keseimbangan dan stabilitas. Oleh karena itu proses penyesuaian
bersifat dinamis dan terus menerus. Kehidupan ditandai oleh adanya suatu proses yang
terus menerus saling mempengaruhi antara keseimbangan dan ketidakseimbangan
dalam organisme (makhluk hidup). Ketika proses stabilisasi tidak dicapai pada
beberapa tingkatan atau ketika organisme berada dalam kondisi yang tidak harmonis
dalam waktu yang lama konsekuensinya yaitu ketidakmampuan memuaskan
kebutuhan timbulnya suatu penyakit. Ketika sakit sebagai proses kompensasi gagal,
organisme akan mati (Neuman & Young, 1972). Teori Gestalt menyatakan bahwa
individu berada dalam interaksi antara organisme dan lingkungan dan melihat tingkah
laku sebagai refleksi daru hubungan dalam interaksi tersebut (Perls, 1973). (Tomey
and Alligood, 2006).

Model system Neuman juga menggunakan pandangan filosofi dari de Chardin


dan Marx (Neuman, 1982). Filosofi Marxist menjelaskan bahwa milik dari suatu
bagian akan ditentukan secara khusus oleh bagian terbesar dari keseluruhan dalam
system organism yang bersifat dinamis. Melalui pandangan ini, Neuman yakin bentuk
dari keseluruhan akan mempengaruhi munculnya bagian-bagian, hal ini juga
dinyatakan dalam filsafat Chardin tentang keseluruhan kehidupan (Tomey and
Alligood, 2006)

Neuman juga menggunakan definisi stress dari Selye’s yang menjelaskan bahwa
stress merupakan respon non spesifik tubuh terhadap kebutuhan pada saat itu. Stress
meningkatkan kebutuhan untuk menyesuaikan kembali. Kebutuhan tidak spesifik,
memerlukan adaptasi terhadap masalah, tanpa memandang asal dari masalah. Oleh
karena itu, inti dari stress adalah kebutuhan yang tidak spesifik untuk aktivitas (Selye,
1974). Stressor adalah rangsangan yang menghasilkan ketegangan yang bisa bersifat
negatif dan positif (Tomey And Alligood, 2006)

21
Neuman mengadaptasi konsep tahapan pencegahan dari konsep model Caplan
(1964) dan menghubungkan tahapan pencegahan untuk keperawatan. Pencegahan
primer digunakan organisme (makhluk hidup) sebelum menghadapi suatu stressor
yang berbahaya.

Pencegahan primer meliputi pengurangan pertemuan dari stressor atau


memperkuat garis pertahanan normal klien untuk mengurangi reaksi terhadap stressor.
Pencegahan sekunder dan tersier digunakan ketika klien mendapatkan stressor yang
berbahaya. Pencegahan sekunder tujuannya untuk mengurangi efek atau kemungkinan
efek dari stressor melalui diagnosa awal dan perawatan yang efektif dari gejala suatu
penyakit. Neuman menjelaskannya sebagai kekuatan pada garis pertahanan internal.
Pencegahan tersier menekankan pada pengurangan efek dari stressor yang tersisa dan
mengembalikan klien kepada keadaan sehat setelah perawatan (Capres,1996; Neuman,
2002b) (Tomey and Alligood,2006).

c. Penggunaan Bukti Empiris dari Teori Model Neuman


Betty Neuman mengemukakan teori berdasarkan penelitian yang ia lakukan
untuk mengetahui kondisi mental atau psikologi. Evaluasi yang ia lakukan juga turut
membantu dalam membangun suatu konsep tentang kombinasi antara tindakan dan
respon mental. Tetapi tidak selamanya hal diatas dapat dijadikan evaluasi dan bukti
statistik yang mendukung. Jadi empiris tidak terlalu diutamakan dalam konsep ini.

System model Neuman mereflesikan perawat tertarik terhadap manusia sehat


dan sakit sebagai system yang holistik dan lingkungan mempengaruhi kesehatan.
Klien dan perawat berpendapat stressor dan sumber-sumber adalah penting, dan klien
bertindak sebagai partner perawat untuk menentukan tujuan dan mengidentifikasi
tindakan pencegahan yang relevan. Individu, keluarga, kelompok lain, masyarakat dan
isu sosial semuanya merupakan system klien, dimana digambarkan sebagai gabungan
interaksi fisiologi, psikologis, sosial, cultural, perkembangan dan variable-variabel
spiritual.

Konsep utama yang teridentifikasi dalam model ini seperti yang dilukiskan pada
skema Neuman System Model (gambar 1-1) adalah pendekatan holistik, system

22
terbuka (meliputi fungsi, input dan out put, feed back, negentropy, egentropy dan
stabilitas), lingkungan, lingkungan yang dibuat, sehat, sakit, system klien (meluputi
lima variable klien, struktur dasar, garis pertahanan, garis pertahanan normal, garis
pertahanan fleksibel), stressor, tingkat reaksi, pencegahan dan intervensi dan
rekontruksi. Adapun maksud dari konsep-konsep utama tersebut adalah :

 Pendekatan Holistik
Klien sebagai suatu system dapat didefinisikan sebagai orang, keluarga,
kelompok, masyarakat atau sosial. Klien digambarkan sebagai sesuatu yang utuh
bagian dari interaksi dinamis. Model ini mempertimbangkan semua variabel yang
secara simultan mempengaruhi klien: fisiologi, psikologi, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual.
 Open System :
Elemen-elemen system secara continue bertukar informasi dan energi
dalam suatu organisasi yang kompleks. Stress dan reaksi terhadap stress adalah
komponen dasar pada suatu system terbuka.
 Fungsi atau Proses :
Klien sebagai system bertukar energi, informasi, berbagai hal dengan
lingkungannya dan menggunakan sumber energi yang didapat untuk bergerak
kearah stabilitas yang utuh.
 Input dan Out put :
Klien sebagai suatu system, input dan output adalah zat-zat, energy, informasi
yang saling bertukar antara klien dan lingkungan.
 Feed Back:
Sistem output dalam bentuk zat, energi, dan informasi memberikan sebagai feed
back untuk input selanjutnya untuk memperbaiki tindakan untuk merubah,
meningkatkan, atau menstabilkan system.
 Negentropy :
Suatu proses pemanfaatan energy konservasi yang membantu kemajuan system
kearah stabilitas atau baik.
 Entropy :

23
Suatu proses kehabisan energi atau disorganisasi yang menggerakkan sistem
kearah sakit atau kemungkinan kematian.
 Stability :
Suatu keinginan keadaan seimbang antara penanggulangan system dan stressor
untuk memelihara tingkat kesehatan yang optimal dan integritas.
 Enviroment :
Kekuatan internal atau eksternal disekitarnya dan mempengaruhi klien setiap saat
sebagai bagian dari lingkungan.
 Created Enviroment :
Suatu pengembangan yang tidak disadari oleh klien untuk mengekspresikan
system secara simbolik dari keseluruhan system. Tujuannya adalah menyediakan
suatu arena aman untuk system fungsi klien. Dan untuk membatasi klien dari
stressor.
 Client system :
Lima Variabel (fisiologi, psokologi, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual)
klien dalam berinteraksi dengan lingkungan bagian dari klien sebagai system.
 Basic Clien Structure :
Klien sebagai system terdiri dari pusat inti yang dikelilingi oleh lingkaran
terpusat. Pusat diagram dari lingkaran menghadirkan faktor kehidupan dasar atau
sumber energi klien. Inti struktur ini terdiri dari faktor kehidupan dasar yang
umum untuk seluruh anggota organisme. Seperti sebagai faktor bawaan atau
genetik.
 Lines of Resistance :
Serangkaian yang merusak lingkaran disekitar struktur inti dasar disebut garis
pertahanan, lingkaran ini menyediakan sumber-sumber yang membantu klien
mempertahankan melawan suatu stressor. Sebagai contoh adalah respon system
imun tubuh. Ketika garis pertahanan efektif, klien dapat menyusun system
kembali. Jika tidak efektif maka kematian dapat terjadi. Jumlah pertahanan
stressor ditentukan oleh interrelationship kelima variable system klien.
 Normal line defence :

24
Garis pertahanan normal adalah suatu model diluar lingkaran padat. Hal itu
menghadirkan suatu keadaan stabil untuk individu atau system. Itu dipelihara dari
waktu ke waktu dan melayani sebagai suatu standar untuk mengkaji
penyimpangan dari kebiasaan baik klien. Itu semua meliputi variabel system dan
perilaku seperti kebiasaan pola koping seseorang, gaya hidup, dan tahap
perkembangan. Pelebaran dari garis normal merefleksikan suatu peningkatan
keadaan sehat, pengecilan, suatu penyusutan keadaan kesehatan.
 Garis Pertahanan Fleksibel :
Garis lingkaran patah-patah terluar dinamakan garis pertahanan fleksibel. Hal ini
dinamis dan dapat berubah dengan cepat dalam waktu yang singkat. Hal ini
dipersepsikan sebagai penahan yang melindungi terhadap stressor dari
pecahnya/berubahnya kondisi kesehatan yang stabil yang di presentasikan sebagai
garis pertahanan normal. Hubungan antara variabel (fisiologi, psikologi,
sosoikultural, perkembangan, dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat
kemampuan individu untuk menggunakan pertahanan garis fleksibel untuk
melawan kemungkinan dari reaksi stressor seperti gangguan tidur. Neuman
menggambarkan pertahanan garis fleksibel meluas, hal ini akan memberikan
pertahanan yang lebih besar dalam waktu yang singkat terhadap invasi stressor.
Demikian sebaliknya, akan memberikan lebih sedikit pertahanan.
 Kesejahteraan (Wellness) :
Keadaan sejahtera merupakan kondisi ketika tiap bagian dari sistem klien
berinteraksi secara harmoni dengan seluruh sistem. Kebutuhan sistem terpenuhi.
 Sakit (Illness) :
Sakit terjadi ketika kebutuhan tidak terpenuhi yang mengakibatkan keadaan tidak
seimbang dan penurunan energy.
 Stressor :
Stressor adalah kekuatan yang secara potensial dapat mengakibatkan gangguan
pada system yang stabil. Stressor dapat berupa :
 Kekuatan intrapersonal yang ada pada tiap individu, seperti respon
kondisional seseorang.

25
 Kekuatan interpersonal yang terjadi antara satu atau lebih individu, seperti
harapan peran.
 Kekuatakn ekstrapersonal yang terjadi diluat individu, seperti keadaan
finansial.
 Tingkat reaksi :
Tingkat reaksi merupakan jumlah energy yang diperlukan oleh klien untuk
menyesuaikan terhadap stressor.
 Pencegahan sebagai intervensi :
Intervensi adalah tindakan yang bertujuan untuk membantu klien menahan,
mencapai, atau mempertahankan stabilitas system. Intervensi dapat terjadi
sebelum dan sesudah garis perlindungan dan perlawanan yang dilakukan pada
fase reaksi dan rekonstitusi. Intervensi didasarkan pada kemungkinan atau faktual
dari tingkat reaksi, sumber daya, tujuan, dan hasil antisipasi. Neuman
mengidentifikasi tiga level intervensi :
 Pencegahan primer, pencegahan primer dilakukan ketika stressor dicurigai
atau diidentifikasi. Reaksi belum terjadi tetapi tingkat resiko diketahui.
Neuman menyatakan sebagai berikut :
Pelaku atau pengintervensi akan berusaha untuk mengurangi kemungkinan
pertemuan individu dengan stressor, atau dengan kata lain usaha untuk
memperkuat seseorang bertemu dengan stressor, atau menguatkan garis
pertahanan fleksibel untuk menurunkan kemungkinan reaksi.
 Pencegahan sekunder, pencegahan sekunder meliputi intervensi atau
treatment awal sesudah gejala dari stress telah terjadi. Sumber daya internal
dan eksternal digunakan agar sistem stabil dengan menguatkan garis internal
resistensi, mengurangi reaksi, dan meningkatkan faktor resistensi.
 Pencegahan tersier, pencegahan tersier terjadi sesudah treatment atau
pencegahan sekunder. Pencegahan ini difokuskan pada penyesuaian kearah
kestabilan sistem yang optimal. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan
resistensi terhadap stressor untuk membantu mencegah terjadinya kembali
reaksi atau regresi. Proses ini mendorong untuk kembali pada tipe siklus ke

26
pencegahan primer. Sebagai contoh akan dihindarinya suatu stressor yang telah
diketahui akan membahayakan klien.
 Rekonstitusi :
Rekonstitusi terjadi mengikut treatment reaksi stressor. Hal ini menggambarkan
kembalinya sistem stabil dimana tingkat kesejahteraannya lebih tinggi atau lebih
rendah dari sebelumnya untuk melawan stressor.
Hal ini menacakup faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal, dan
lingkungan yang berhubungan dengan variable sistem klien 9fisiologi, psikologi,
sosiokultural, perkembangan, dan spiritual).

27
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hubungan Paradigma Keperawatan dan Teori Keperawatan Betty Neuman


Sistem Model Neuman menyediakan cara memandang domain keperawatan yakni
manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan (Neuman, 1995, dalam Parker &
Smith, 2010).
A. Manusia

Neuman memandang manusia atau klien secara keseluruhan (holistic) yang terdiri
dari:

 Faktor fisiologis meliputi struktur dan fungsi tubuh


 Faktor psikologis terdiri dari proses dan hubungan mental
 Faktor sosial budaya meliputi fungsi sistem yang menghubungkan sosial dan
ekspektasi kultural dan aktivasi.
 Faktor perkembangan sepanjang hidup.
 Faktor spiritual pengaruh kepercayaan spiritual.

Klien juga dipandang mengalami kondisi yang bervariasi sesuai stress yang dialami.
ketika stressor terjadi individu banyak membutuhkan informasi atau bantuan untuk
mengatasi stressor. Pemberian motivasi merupakan rencana tindakan perawat untuk
membantu perkembangan klien.

Sistem klien diartikan dalam struktur dasar dan lingkaran-lingkaran konsentrik yang
saling berkaitan. Struktur dasar meliputi faktor dasar kelangsungan hidup yang lebih
umum dari karakter sehat dan sakit yang merupakan gambaran yang unik dari sistem
klien. Secara umum gambaran keunikan sistem klien dari Neuman adalah range
temperatur normal, struktur genetik, pola respon, kekuatan dan kelemahan organ, struktr
ego dan pengetahuan atau kebiasaan.

28
Flexible Lines of Defense digambarkan sebagai lingkaran putus-putus paling luar
yang berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem dari stressor.
Garis ini diibaratkan sebagai suatu accordion yang bisa menjauh atau mendekat pada
normal line of defense. Bila jarak antara flexible lines of defense dan normal lines of
defense meningkat maka tingkat proteksi juga harus meningkat. Line of defense bertindak
sebagai buffer untuk mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien. Bersifat dinamis
dan dapat berubah dalam waktu yang relatif singkat.

Normal Lines of Defense merupakan lingkaran utuh kedua yang mencerminkan suatu
keadaan stabil untuk individu, sistem atau kondisi yang menyertai pengaturan karena
adanya stressor yang disebut keadaan wellness normal dan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness untuk sistem klien. Berbagai stressor
dapat menginvasi normal line defense jika flexible lines of defense tidak dapat melindungi
secara adekuat. Jika itu terjadi maka sistem klien akan bereaksi yang akan tampak pada
gejala ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi kemampuan sistem untuk
mengatasi stressor tambahan. Normal lines of defense terbentuk dari beberapa variabel
dan perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan.

Lines of Resistance merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang mengelilingi


struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar dan akan teraktivasi
jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal pertahanan (normal line of
defense). Misalnya adalah mekanisme sistem immun tubuh. Jika lines of resistance
efektif dalam merespon stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika tidak
efektif maka energi berkurang dan bisa timbul kematian.
Hubungan dari berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan
spiritual) dapat mempengaruhi tingkat penggunaan flexible lines of defense terhadap
berbagai reaksi terhadap stressor.

B. Kesehatan
Neuman mempertimbangkan kerjanya sebagai model sejahtera. Dia memandang
kesehatan sebagai kodisi yang terus menerus dari sehat menuju sakit yang secara
alamiah dinamis dan secara konstan seseorang berubah untuk mencapai kondisi sehat

29
yang optimal atau stabil yang diindikasikan seluruh kebutuhan sistem terpenuhi.
Menurunnya kondisi sehat merupakan akibat dari tidak terpenuhi kebutuhan sistem.
Klien berada dalam kondisi dinamis baik sehat atau sakit dalam beberapa tahap yang
diberikan pada waktu itu.
C. Keperawatan
Neuman menyatakan bahwa keperawatan adalah memperhatikan semua aspek
manusia. Dia juga menggambarkan bahwa keperawatan adalah profesi yang unik yang
memperhatikan semua variabel yang mempengaruhi respon individu terhadap stress.
Persepsi perawat mempengaruhi terhadap pelayanan yang diberikan sehingga Neuman
menyatakan bahwa persepsi antara pemberi pelayanan dan pasien harus dikaji. Dia
mengembangkan instrument pengkajian dan intervensi untuk membantu melakukan
tugas tersebut.

Neuman (1981) menyatakan bahwa dia memandang model sebagai sesuatu yang
berguna untuk semua profesi kesehatan dimana mereka dan keperawatan mungkin
berbagi bahasa umum dari suatu pengertian. Neuman juga percaya bahwa keperawatan
dengan perspektif yang luas dapat dan seharusnya mengkoordinasi pelayanan kesehatan
untuk pasien supaya fragmentasi pelayanan dapat dicegah

D. Lingkungan
Lingkungan dan manusia diidentifikasi sebagai dasar fenomena dari model sistem
Neuman, bahwa hubungan manusia dengan lingkungan adalah hubungan yang timbal
balik. Lingkungan didefinisikan sebagai semua faktor internal dan eksternal yang
berada disekelilingi manusia dan berinteraksi dengan manusia dan klien. Stressor
(intrapersonal, interpersonal, dan ekstrapersonal) adalah signifikan terhadap konsep
lingkungan dan digambarkan sebagai kekuatan lingkungan yang berinteraksi dengan
dan secara potensial dapat mengubah stabilitas sistem.
Neuman mengidentifikasi tiga lingkungan yang relevan sebagai berikut :
1. Lingkungan Internal adalah intrapersonal dengan semua interaksinya yang terjadi
pada klien
2. Lingkungan Eksternal adalah interpersonal atau ekstrapersonal dengan semua
interaksinya yang terjadi di luar klien.

30
3. Lingkungan yang diciptakan adalah perkembangan tidak sadar dan digunakan klien
untuk membantu mekanisme pertahanan.
Hal ini merupakan komponen utama pada intrapersonal. Lingkungan yang diciptakan
adalah kondisi dinamis yang diatur atau memobilisasi varibel-variabel sistem untuk
menciptakan efek yang ditentukan sehingga dapat membantu klien mengatasi
stressor lingkungan yang mengancam dengan melakukan perubahan pada diri sendiri
atau situasi. Contohnya respon menolak (variabel fisiologi), dan semangat untuk
survife pada siklus kehidupan (variabel perkembangan). Lingkungan yang diciptakan
secara terus menerus mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perubahan oleh keadaan
sehat yang dipersepsikan klien.

Frame Work Model Konsep Betty Neumen: “System Model”

Gambar 2 : Model System Neuman

31
E. Konsep Inti Model Betty Neuman (penjelasan frame work)

1. Konsep dasar
Konsep dasar yang terdapat pada model Neuman, meliputi stressor, garis
pertahanan dan perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem klien,
struktur dasar, intervensi dan rekonstitusi (Fitzpatrick & Whall, 1989). Berikut ini
akan diuraikan tentang masing-masing variable :
a. Stressor (Tekanan)
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan
berpotensi untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi
stressor sebagai berikut :
1) Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan
dengan lingkungan internal. Misalnya : respons autoimun.
2) Stressor interpersonal : yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang
memiliki pengaruh pada sistem. Misalnya ; ekspektasi peran.
3) Stressor ekstrapersonal : juga terjadi diluar linkup sistem atau individu/keluarga
tetapi lebih jauh jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal. Misalnya :
sosial politik.
b. Garis pertahanan dan perlawanan
Garis pertahanan menurut Neuman terdiri dari garis pertahanan normal dan
garis pertahanan fleksibel. Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang
mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu, sistem atau kondisi yang
menyertai pengaturan karena adanya stressor yang disebut wellness normal dan
digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness
untuk sistem klien.

Selain itu ada berbagai stressor yang dapat mengivasi garis pertahanan normal
jika garis pertahanan fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat. Jika itu
terjadi, maka sistem klien akan bereaksi dengan menampakkan adanya gejala
ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi kemampuan sistem untuk
mengatasi stressor tambahan. Garis pertahanan normal ini terbentuk dari beberapa
variabel dan perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap

32
perkembangan. Garis pertahanan normal ini merupakan bagian dari garis
pertahanan fleksibel.

Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau


perlindungan pada sistem dari stressor. Garis ini bisa menjauh atau mendekat pada
garis pertahanan normal. Bila jarak antara garis pertahanan meningkat maka tingkat
proteksipun meningkat. Oleh karena itu untuk mempertahankan keadaan satabil
dari sistem klien, maka perlu melindungi garis pertahanan normal dan bertindak
sebagai buffer. Kondisi ini bersifat dinamis dan dapat berubah dalam waktu relatif
singkat. Disamping itu hubungan dari berbagai variabel (fisiologi, psikologis,
sosiokultur, perkembangan dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat penggunaan
garis pertahanan diri fleksibel terhadap berbagai reaksi terhadap stressor.

Sedangkan garis perlawanan menurut Neuman merupakan serangkaian


lingkaran putus-putus yang mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini
melindungi struktur dasar dan akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor
lingkungan melalui garis normal pertahanan (normal line of defense). Misalnya
mekanisme sistem immune tubuh, jika lines of resistance efektif dalam resepon
stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika tidak efektif maka energy
berkurang dan bisa timbul kematian.

c. Tingkat pencegahan
Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang
terdiri dari :
1) Pencegahan primer : terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi
: promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencagahan primer
mengutamakan pada penguatan flexible lines of desese dengan cara mencegah
stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko
atau masalah sudah diidentifikasikan tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya
mencakup : imunisasi, pendidikan kesehatan, olahraga dan perubahan gaya
hidup.
2) Pencegahan sekunder : meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada
gejala dari stressor. Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan

33
internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor
resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang
tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem
secara optimal dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil
dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem
dan intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.
3) Pencegahan Tersier. Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi
pencegahan sekunder, pencagahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali
kearah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk
memperkuat resistensi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali
atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier
cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.
d. Sistem Klien
Model sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka
dan dinamis terhadap klien yang dikembangkan untuk memberikan suatu kesatuan
fokus definisi keperawatan dan pemahamam terbaik dari interaksi klien dengan
lingkungan. Elemen-elemen yang ada dalam sistem terbuka mengalami pertukaran
energi informasi dalam organisasi kompleksnya. Stress dan reaksi terhadap stress
merupakan komponen dasar dari sistem terbuka.

Klien sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok, komunitas atau


sosial issue (Tomey & Alligood, 2006). Klien sebagai suatu sustem memberikan
arti bahwa adanya keterkaitan antar aspek yang terdapat dalam sistem tersebut.
Kesehatan klien akan dipengaruhi oleh keluarganya, kelompoknya, komunitasnya,
bahkan lingkungan sosialnya.

Neuman menyakini bahwa klien adalah sebagai suatu sistem, memiliki lima
variabel yang membentuk sistem klien yaitu fisik, psikologis, sosiokultur,
perkembangan dan spiritual. Selanjutnya juga dijelaskan oleh Neuman bahwa klien
merupakan cerminan secara holistik dan multidimensional (Fawcett,2005). Dimana
secara holistik klien dipandang sebagai keseluruhan yang bagian-bagiannya berada
dalam suatu interaksi dinamis. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa setiap

34
orang itu akan memiliki keunikan masing-masing dalam mempersepsikan dan
menanggapi suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Disamping itu klien atau sistem dapat menangani stressor dengan baik,
sehingga sakit atau kematian atau stabilitas system. Perubahan dapat
mempertahankan kesehatan secara adekuat. Keseimbangan fungsional atau
harmonis menjaga keutuhan integritas sistem. Apabila bagian-bagian dari klien
berinteraksi secara harmonis, maka akan terwujud jika kebutuhan-kebutuhan sistem
telah terpenuhi. Namun apabila terjadi ketidakharmonisan diantara bagian-bagian
system, hal ini disebabkan karena adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi.

e. Struktur dasar
Struktur dasar berisi seluruh variabel untuk mempertahankan dasar yang
biasa terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik.. variabel-
variabel tersebut yaitu variabel system, genetik, dan kekuatan/kelemahan bagian-
bagain sistem.
f. Intervensi
Merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh,
meningkatkan dan memelihara sistem keseimbangan, terdiri dari pencegahan
primer, sekunder dan tertier.
g. Rekonstitusi
Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi
yang terjadi berkaitan sebelum sakit. Yang dengan tingkat reaksi terhadap
stressor. Rekonstitusi dapat dimulai menyertai tindakan terhadap invasi stressor.
Rekonstitusi adalah suatu adaptasi terhadap stressor dalam lingkungan internal
dan eksternal. Rekonstitusi bisa memperluas normal line of defense ke tingkat
sebelumnya, menstabilkan sistem klien pada tingkat yang lebih rendah, dan
mengembalikan pada tingkat semula sebelum sakit. Yang termasuk rekonstitusi
adalah faktor-faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal dan lingkungan
yang berkaitan dengan variabel fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan
dan spiritual. Model sistem Neuman ini sangat sesuai untuk diterapkan pada

35
pengkajian di masyarakat, karena pendekatan yang dipergunakan adalah pada
komunitas sebagai sistem klien.

3.1 Contoh Implementasi Teori Keperawatan Betty Neuman


1. Instrumen dalam Implementasi Model Teori
Dalam pelaksanaan Model Neuman, dirancang beberapa sistem model yaitu Sistem
Model Neuman format proses keperawatan, Sistem Model Neuman penilaian dan
Model Neuman alat intervensi (Neuman, 2002, dalam Parker & Smith, 2010):
a. Sistem Model Neuman, format proses keperawatan memandu pengolahan
informasi dan kegiatan diarahkan pada tujuan keperawatan. Neuman
menggunakan proses keperawatan dalam tiga kategori yaitu: diagnosis
keperawatan, tujuan keperawatan dan hasil keperawatan. Format Neuman proses
keperawatan telah di validasi oleh mahasiswa program doktor. Validasi dan
utulitas didukung dalam berbagai bidang pendidikan keperawatan dan praktek.
b. Penilaian klien dalam menentukan diagnosa keperawatan di gunakan untuk
memandu proses keperawatan. Perawat mengumpulkan data yang komprehensif,
holistik untuk menentukan dampak atau kemungkinan dampak stres klien pada
sistem lingkungan, maka perawat memvalidasi data klien sebelum menetukan
suatu diagnosa keperawatan. Bila hasil sudah ada maka ditentukan diagnosa
keperawatan prioritas yang terkaiat dan relevan dengan pengetahuan. Tujuan
keperawatan ditentuken bersama dengan sistem asuhan klien-klien. Bersama-sama
menentukan pencegahan sebagai strategi intervensi.
c. Tujuan dan intervensi ditentukan dan disepakati secara konsisten  dalam sistem
perawatan kesehatan untuk klien terkait dengan masalah kesehatan. Pengkajian
klien, diagnosis keperawatan dengan pencegahan primer, sekunder, dan tersier
seperti intervensi adalah yang dikembangkan dalam melakukan tindakan
keperawatan yang sesuai dengan masing- masing tipologi pencegahan. Ada
petunjuk yang jelas untuk untuk mendorong dan meninjau kembali sebelum
menulis tindakan keperawatan tersebut. Perlu diingat bahwa sifat stres dan
ancaman mereka untuk sistem klien-klien yang pertama ditentukan untuk setiap
jenis pencegahan sebelum tindakan keperawatan lainnya dimulai. stressor yang

36
sama bisa menghasilkan dampak variabel/ reaksi. Dalam hal ini ditentukan oleh
intervensi dan evaluasi akhir setelah intervensi.

Contoh Kasus

1. Pengkajian
a.Identitas
Nama : Tn. B

Usia : 59 tahun

Jenis Kelamin : Pria

Status : Pernikahan menikah

b.Keluhan

Informasi yang dikumpulkan dari pasien dan istrinya. Pasien menderita nyeri perut
dengan skala 7 disertai mual, muntah, sklera ikterik, nafsu makan berkurang dan
penurunan berat badan (8kg dalam 4 bulan). Pasien didiagnosis memiliki “ Carsinoma
Periampula” satu minggu sebelumnya. Pasien menjalani PROSEDUR-Pancreato
Duodenectomy operasi prosedur Whipple yaitu pada 27/3/2021. Psikologis terganggu
tentang penyakitnya. Pasien depresi dan tidak berinteraksi. Pasien terganggu oleh pikiran
bahwa ia menjadi beban bagi anak dan istrinya karena harus di rawat di rumah sakit dan
tidak dapat bekerja. Terdapat pitting edema di daerah pergelangan kaki, Pasien memiliki
riwayat BPH beberapa bulan yang lalu dan menjalani operasi TURP pada 17 Januari. Ia
masih mengalami kesulitan BAK. Pasien memiliki riwayat Diabetes Melitus sejak 3
tahun terakhir dan selama 2 tahun terakhir dia baru mendapatkan injeksi Insulin (4U-0-
0). Hal ini menambahkan penderitaan pasien tentang kesehatannya.

Pasien adalah guru sekolah, hidup dengan anaknya dan keluarganya. Aktif di
keagaman dan berpartisipasi dalam pertemuan kelompok masyarakat yaitu politik lokal.
Memiliki pasangan dan keluarga yang mendukung. Tidak memiliki kebiasaan merokok
atau minum alkohol. Menghabiskan waktu luang dengan membaca surat kabar, menonton
TV, menghabiskan waktu dengan anggota keluarga dan kerabat.

37
Pengkajian dari perawat didapatkan pasien kelelahan. Mengalami penurunan berat
badan (8 kg berat badan dengan dalam 4 bulan). Kesulitan BAK dan edema ekstremitas
bawah. Pasien depresi. Pasien mengalai nyeri akut pada lokasi yang dilakukan
pembedahan dengan skala 7. Mual dan muntah sebelum dan sesudah operasi. Pasien
cemas terhadap pemulihan dan prognosis penyakit dan cemas terhadap modifikasi gaya
hidup yang harus diikuti.

c. Pemeriksaan Fisik
 Tinggi : 162 cm
 Berat : 42 kg
 S : 37 C, N : 74x/menit, RR : 16x/menit
 TD : 130 / 78 mm Hg
 Visus mata normal. Konjungtiva anemis. Pupil bereaksi terhadap cahaya.
 Terdapat edema di atas pergelangan kaki kiri
 Pasien memiliki keluhan mual, muntah, nafsu makan berkurang. Bising usus
berkurang 5x/menit. Perut tidak bisa di palpasi karena adanya sayatan bedah.
 Pasien melakukan aktivitas dengan bantuan alat dan orang lain
 Paien telah mendapatkan imunisasi hepatitis sekitar 8 tahun yang lalu
 Pasien mengatakan bahwa tidur berkurang karena rasa sakit dan karena
lingkungan bising.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post operasi
Tujuan : Nyeri pasien berkurang (dari skala 5-7)

Tindakan Keperawatan

Pencegahan primer Pencegahan sekunder Pencegahan tersier

 Menilai keparahan nyeri  Ajarkan pasien tentang  Mengajarkan klien


dengan menggunakan teknik relaksasi dan tentang pentingnya
membuat untuk kebersihan dan

38
skala nyeri melakukannya mendorong dia untuk
 Periksa area  Dorong pasien untuk menjaga kebersihan
pembedahan untuk mengalihkan pikirannya diri sendiri dengan baik
setiap tanda-tanda dari rasa sakit dan untuk  Libatkan anggota
infeksi atau komplikasi terlibat dalam aktivitas keluarga dalam
 Mendukung daerah yang menyenangkan perawatan pasien
dengan bantal tambahan seperti berbicara dengan  Mendorong kerabat
untuk memungkinkan orang lain untuk bersama klien
alignment normal dan  Jangan biarkan pasien dalam rangka
untuk mencegah beban untuk melakukan memberikan
 Menangani area aktivitas berat. Dan kesejahteraan
lembut. Hindari menjelaskan pada pasien psikologis kepada
penanganan yang tidak mengapa aktivitas pasien.
perlu karena hal ini akan tersebut kontraindikasi.  Mengajarkan anggota
mempengaruhi proses  Libatkan pasien dalam keluarga tentang
penyembuhan membuat keputusan langkah-langkah
 Rawat daerah sekitar tentang perawatan manajemen rasa sakit.
luka sayatan bedah dan sendiri dan memberikan  Memberikan langkah-
untuk mencegah segala dukungan psikologis langkah pencegahan
bentuk infeksi yang positif primer dan sekunder
 Menyediakan tindakan  Memberikan perawatan untuk klien bila
non-farmakologis untuk pencegahan primer diperlukan.
menghilangkan rasa ketika diperlukan.
sakit seperti aktivitas
pengalihan yang
mengalihkan pikiran
pasien.
 Mengelola obat nyeri
sesuai resep oleh klinik
rasa sakit untuk
meringankan keparahan

39
nyeri.
 Jaga tubuh pasien bersih
untuk menghindari
infeksi

3. Evaluasi 
 Pasien mengatakan bahwa rasa sakit berkurang dan mendapat skor skala nyeri ringan
adalah 1-3. Ekspresi wajahnya juga mengungkapkan bahwa ia nyeri berkurang
 Pasien mengatakan jika lebih ikhlas untuk menghadapi penyakitnya berkat dukungan
keluarga,

40
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam praktik pelayanan keperawatan, penggunaan model keperawatan akan


membantu perawat dalam mendefinisikan area panilaian dan memberikan pedoman untuk
menentukan standar outcome yang sesuai. Ketika perawat melakukan sebuah riset
keperawatan, maka model konseptualakan membantu dalam menyusun struktur yang logis
dan konsisten dengan asumsi-asumsi yang sudah ada, terutama dalam menyusun berbagai
instrumen, metode, dan indikator hadil pengukuran

Berdasarkan teori Betty Neuman diatas maka dapat kita simpulkan sebagai berikut ;

1. Keperawatan klien adalah dinamis, mereka mempunyai karakteristik yang unik dan
universal dan berada dalam pertukaran energi yang konstan dengan lingkungan.
2. Hubungan antara variable-variabel klien: fisiologis, psikologis, sosio kultural,
perkembangan dan spiritual mempengaruhi mekanisme pertahanan klien dan
menentukan respon klien.
3. Klien berada pada rentang respon yang normal terhadap lingkungan yang diperlihatkan
pada keadaan baik dan sehat.
4. Stressor menyerang garis pertahanan flexible kemudian garis pertahanan normal.
“Tindakan perawat difokuskan pada pencegahan primer, sekunder dan tersier.”

4.2 Saran

Dengan adanya makalah ini hendaknya pembaca khususnya mahasiswa keperawatan


lebih memahami tentang “ Teori Keperawatan Betty Neuman “. Saran yang membangun
sanat kami perlukan dari para pembaca demi kelancaran dan perbaikan dalam pembuatan
makalah berikutynya.

41
DAFTAR PUSTAKA

McEwen, Melanie; Wills, Evelyn. (2007). Theoretical Basis for Nursing. 2nd
edition.Philadelphia. Lippincot Williams & Wilkins.

Pearson A., Vaughan B.(1986). Nursing Models for Practice. London : William Heinemann
Medical Books.

Tomey Ann Marriner, Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists and Their work. 6 Ed. USA :
Mosby Inc.

Ali, H. Zaidin. 2000. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Mediks

Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Gaffar, La Ode Jumadi. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Mediks

Machfoedz, Ircham dan Eko suryani. 2008. Pendidikan kesehatan bagian dari promosi
kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya

McKenzie J.M., Robert R. P., dan Jerome E.K. 2006. Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar.
Jakarta: EGC.

Mubarak, W. I.2005. Pengantar  Keperawatan Komunitas 1. Jakarta: CV.      Sagung Seto

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume I. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Sumijatun. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta:

42
Aan. 2012. Filsafat Dalam Keperawatan. Tersedia di
http://aanborneo.blogspot.com/2012/11/makalah-filsafat-dalam keperawatan.html diakses
tanggal 15 Januari 2013

Alimul H, A. Aziz. 2006. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : salemba medika

Anggi. 2012. Paradigma Keperawatan. Tersedia di


http://anggifatma.blogspot.com/2012/04/paradigma-keperawatan.html diakses tanggal 14
Januari 2013

DeLaune,   Sue   C.,   Ladner,   K.   Patrcia.   2002.   Fundamental   of   Nursing:   Standard   andP
ractice 2nd Edition. Delmar. New York

Erfandi. 2009. Falsafah dan Paradigma Keperawatan dalam Praktik Keperawatan. Tersedia di
http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/19/falsafah-dan-paradigma-keperawatan-
dalam-praktik-keperawatan.html Diakses tanggal 15 Januari 2013

Hartono. 2012. Falsafah dan Paradigma Keperawatan. Tersedia di


http://hartsant.blogspot.com/2012/11/falsafah-dan-paradigma-keperawatan.html diakses
tanggal 14 Januari 2013

Ikrimah. 2011. Falsafah Keperawatan. Tersedia di


http://pengantarkonsepdasarkeperawatan.blogspot.com/2011/04/falsafah-keperawatan-
2.html diakses tanggal 14 Januari 2013

Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

43

Anda mungkin juga menyukai