Anda di halaman 1dari 60

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.D DENGAN DIAGNOSA


KEPERAWATAN KELUARGA DENGUE HAEMORHAGIC FEVER
DI POLI UMUM UPT PAHANDUT PALANGKA RAYA

Oleh :

FEBRIANTO EKA PUTRA

2017.B.18.0471

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
TAHUN 2020
STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN …………………. PADA Tn.D


DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA DENGUE
HAEMORHAGIC FEVER
DI POLI UMUM UPT PAHANDUT PALANGKA RAYA

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Dalam Kelulusan Pada Praktik


KOMUNITAS

Disusun Oleh :

FEBRIANTO EKA PUTRA

2017.B.18.0471

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
TAHUN 2020
PERNYATAAN ORISINALITAS

Nama : FEBRIANTO EKA PUTRA

Nim : 2017.B.18.0471

Program Studi : Diploma Tiga Keperawatan

Judul : Asuhan keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa


keperawatan Keluarga dengue haemorhagic fever//DHF di
ruang poli umum UPT Pahandut Palangka Raya

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Asuhan Keperawatan ini


merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan plagiat, begitu pula hal yang terkait
didalamnya baik mengenai isinya, sumber yang saya kutip, maupun teknik didalam
pembuatan dan penyusunan laporan ini.

Pertanyaan ini akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya, apabila


dikemudian hari bukti bahwa asuhan keperawatan ini bukan hasil karya saya atau
plagiat, maka saya akan menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut berdasaskan
peraturan yang berlaku.

Dibuat di : Palangka Raya


Pada Tanggal : Mei 2020

Saya Yang Menyatakan

Febrianto Eka Putra


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan studi kasus ini disusun oleh :

Nama : Febrianto Eka Putra

Nim : 2017.B.18.0471

Program Studi : Diploma Tiga Keperawatan

Judul : Asuhan keperawatan pada Tn.M dengan diagnosa


keperawatan Gawat dengue haemorhagic fever//DHF di ruang
poli umum UPT Pahandut Palangka Raya

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Asuhan Keperawatan ini


merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan plagiat, begitu pula hal yang terkait
didalamnya baik mengenai isinya, sumber yang saya kutip, maupun teknik didalam
pembuatan dan penyusunan laporan ini.

Telah melaksanakan ujian praktik sebagai persyaratan untuk menempuh


praktik klinik keperawatan (PPK) pada program Studi Diploma Tiga Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PENGUJI PRAKTIK

Penguji

(Dian Mitra D. Silalahi, S.Kep,.Ners)

Mengetahui,

Ketua Prodi Diploma Tiga Keperawatan


( Dewi Apriliyanti Ners., M.Kep )
KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiaran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kasih dan karunianya asuhan keperawatan pada Tn.S dengan DHF di poli umum UPT
Puskemas Pahandut Palangka Raya dapat diselesaikan tepat waktunya. Penulis
laporan asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik materi, moral, maupun spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes. Selaku ketua Stikes Eka Harap Palangka
Raya atas dukungannya kepada penulis dalam menuntut Ilmu Keperawatan dan
perkembangannya.
2. Dewi Apriliyanti.Ns, M.Kep selaku Ketua Prodi Diploma III Keperawatan di
STIKes Eka Harap Palangka Raya
3. Kepada kaka-kaka perawat yang diruang poli umum UPT Puskemas Pahandut
Palangka Raya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah
membantu saya dalam menuntut ilmu
4. Dian Mitra D. Silalahi, S.Kep. Ners selaku Pembimbing dalam penyusunan
Laporan Asuhan Keperawatan ini.
5. Para dosen dan pegawai di STIKes Eka Harap Palangka Raya yang tidak dapat
saya sebutkan satu-persatu yang telah membantu saya dalam menuntut ilmu.
6. Kedua orang tuaku yang selalu mendukung dan mendoakan, serta memberikan
kasih sayangnya selama ini
Penulis berusaha untuk tidak dapat menyelesaikan Laporan Asuhan
Keperawatan ini dengan sebaik-baiknya. Namaun demikian penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, demi kesempurnaan, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak, untuk
menyempurnakannya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas
segala kebaikannya dan diberikan pahala yang setimpal
Palangka Raya, Mei 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHLUAN

1.1 Latar Belakang


Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). DHF terutama menyerang
anak remaja dan dewasa dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita
(Christantie Effendi, 1995).
Dengue hemoragic fever (DHF) merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh
virus dengue yang termasuk golongan arbovirus (Arthropadborn Virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albopictus dan Aedes Aegepty).
Penyakit ini terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot
dan sendi yang disertai leukopenia, dengan atau tanpa ruam (rash) dan limfadenopati,
serta Trombocytopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan. Jadi demam berdarah
dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
menifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat
menyebabkan kematian.
DHF adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengan cirri
demam dan manifestasi perdarahan ( Pusdiknakes. Dep Kes RI, Asuhan Kesehatan
Anak Dalam Konteks Keluarga, 1992)
Dengue Haemoragic Fever adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
dan ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti (Ngastiyah, 1997)
Dengue adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan
oleh nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus (Kapita Selekta Kedokteran,
Edisi 2 FKUI, 1982)
Dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu
penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus
dan Aedes Aegypti) dan Arbovirus (Anthropoda virus) yang ditandai dengan adanya
demam 5-7 hari dan tidak atau disertai perdarahan atau renjatan, sehingga dapat
meimbulkan kematian jika tidak ditanggulangi sedini mungkin.

1.1. Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam Studi kasus
ini adalah Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn.S dengan DHF di ruang Poli
Umum UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya?

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan umum
Diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan DHF di
ruang Poli Umum UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Tn.S dengan DHF di
ruang Poli Umum UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.2.Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.S dengan
DHF di ruang Poli Umum UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.3. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada Tn.S dengan DHF
di ruang Poli Umum UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.4. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan sesuai
intervensi yang telah disusun pada Tn.S dengan DHF di ruang Poli Umum
UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada Tn.S
dengan DHF di ruang Poli Umum UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya

1.3. Manfaat
1.3.1. Teoritis
Sebagai bahan pembelajaran untuk memberikan asuhan keperawatan pada Tn.S
dengan DHF di ruang Poli Umum UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2. Praktis
1.3.2.1. Bagi mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi D3 Keperawatan STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
1.3.2.2. Bagi institusi STIKes Eka Harap Palangka Raya.
Sebagai sumber informasi dan sebagai acuan dalam menilai kemampuan
mahasiswa dalam aplikasi teori Asuhan Keperawatan dengan diagnosa DHF sebagai
bahan pengetahuan.
1.3.2.3. Bagi tenaga kesehatan
Memberi pengetahuan pada pembaca tentang pentingnya asuhan keperawatan
pada klien dengan DHF serta dapat mengaplikasikan tindakannya dalam asuhan
keperawatan pada kasus yang sma sehingga tercapainya kehidupan yang lebih baik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Definisi
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2015).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 2015).
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi, atau perkawinan (WHO, 2015).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan sekumpulan
orang yang tinggal satu rumah yangterikat oleh ikatan perkawinan dan mempunyai
ikatan darah.

2.1.2 Fungsi keluarga


Menurut Marilyn M. Friedman (2015) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu:
2.1.2.1 Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan
psikologis anggota keluarga.
2.1.2.2 Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan untuk menjadikan anak
sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada
anggota keluarga.
2.1.2.3 Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan
untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
2.1.2.4 Fungsi Ekonomi
Menyedeiakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.
2.1.2.5 Fungsi Perawatan Kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan
kesehatan(Marliyn M. Friedman, hal 86; 2015).
2.1.2.6 Fungsi Keagamaan
1) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup
seluruh anggota keluarga.
2) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada
seluruh anggota keluarga
3) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan
dari ajaran agama

4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang


keagamaan yang kurang dperolehnya di sekolah atau masyarakat.
5) Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai
pondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
2.1.2.7 Fungsi Budaya
1) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan
norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin
dipertahankan.
2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma
dan budaya asing yang tidak sesuai.
3) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya
mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif gobalisasi
dunia.
4) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat
berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa
Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi.
5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan
budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma
keluarga kecil bahagia sejahtera

2.1.2.8 Fungsi Cinta Kasih


1) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar
anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus-
menerus.
2) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga secara
kuantitatif dan kualitatif.
3) Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi
dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.
4) Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera.
2.1.2.9 Fungsi Perlindungan
1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak
aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai
bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.
3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai
modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
2.1.2.10 Fungsi Reproduksi
1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi
sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.
2) Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga
dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.

3) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan


dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak
yang diinginkan dalam keluarga.
4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang
kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
2.1.2.11 Fungsi Sosialisasi
1) Menyadari, merencnakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai
wahana pendidikan dan sosisalisasi anak pertama dan utama.
2) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga
sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai
konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik di lingkungan sekolah
maupun masyarakat.
3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang
diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan
mental), yang kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun
masyarakat.
4) Membina peran, pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga
sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi
orangtua, dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

2.1.2.12 Fungsi Ekonomi


1. Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan
keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan
kehidupan keluarga.
2. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan
dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.
3. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan
perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras
dan seimbang.
4. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
2.1.2.13 Fungsi Pelestarian Lingkungan
1) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan internal
keluarga.
2) Membina kesadaran, sikap dan praktik lingkungan eksternal keluarga.
3) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang
serasi, selaras dan seimbang dan antara lingkungan keluarga dengan
lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.
4) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup
sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil yang bahagia
sejahtera (UU No.10 Tahun 1992 PP No.21 Tahun 1994, dalam setiadi
2008)
5) Tugas keluarga dibidang Kesehatan kesehatan, keluarga Sesuai dengan
fungsi pemeliharaan mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu
dipahami dan dilakukan, meliputi :
(1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
(2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
(3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan..
(4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
(5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga. (Friedman, 2014).

2.1.3 Tipe dan bentuk keluarga


Tipe keluarga menurut Suprajitno (2014) yaitu sebagai berikut:
2.1.3.1 Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu
rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikaan perkawinan,
satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah
2.1.3.2 Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
2.1.3.3 Reconstitud Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,
tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu
bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau
keduanya dapat bekerja diluar rumah.
2.1.3.4 Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang. Istri dirumah/kedua-duanya bekerja di rumah,
anak- anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawianan/meniti
karier.
2.1.3.5 Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah
satu bekerja dirumah.
2.1.3.6 Single Parent
Satu orangtua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah.

2.1.3.7 Dual Carier


Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
2.1.3.8 Commuter Married
Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saing mencari pada waktu-waktu tertentu.
2.1.3.9 Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk menikah.
2.1.3.10 Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
2.1.3.11 Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
2.1.3.12 Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-
anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
2.1.3.13 Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan
semua adalah orangtua dari anak-anak.

2.1.3.14 Unmarried paret and child


Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya di adopsi.
2.1.3.15 Cohibing Couple
Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan
(Friedman, 2014).

2.1.4 Struktur keluarga


Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut:
2.1.4.1 Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara
jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki kekuatan. Komunikasi
keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas,
serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan,
memberikan umpan balik, dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup,
adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu
dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi
perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima
pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi
miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
1) Karakteristik pemberi pesan
a) Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
c) Selalu menerima dan meminta timbal balik
2) Karakteristik pendengar
a) Siap mendengarkan
b) Memberikan umpan balik
c) Melakukan validasi

2.1.4.2 Struktur peran


Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi
sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai
istri/suami.
2.1.4.3 Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (lagimate power), ditiru
(referent power), keahlian (experpower), hadiah (reward power), paksa (coercive
power), dan efektif (efektif power).
2.1.4.4 Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada
lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar
keluarga. Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak, dapat
mempersatukan aggota keluarga. Norma, pola perilaku yang baik menurut
masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya, kupulan daripada
perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah. (Friedman, 2015)

2.1.5 Tahap dan perkembangan keluarga


2.1.5.1 Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan
istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing, secara psikologi keluarga tersebut membntuk keluarga baru. Suami
istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang
baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari.
Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga orangtuanya dan
mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan
masing-masing. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pasi,
bekerja dan sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang
tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
1) Membina hubungan intim dan memuaskan.
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
4) Menetapkan tujuan bersama.
5) Merencanakan anak (KB)
6) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orangtua.
Masalah Kesehatan Yang Muncul : Penyesuaian seksual dan peran perkawinan,
aspek luas tentang KB,Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah menikah. Konsep
perkawinan tradisional : dijodohkan hokum adat. Tugas Perawat : membantu setiap
keluarga untuk agar saling memahami satu sama lain
2.1.5.2 Tahap perkembangan keluarga dengan kelahiran anak pertama(child
bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun).
Kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri melalui
beberapa tugas perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberi
perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan
perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan merasa
diabaikan karena faktor perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa
belum siap menjadi ayah atau sebaliknya.
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain:
1) Persiapan menjadi orangtua.
2) Membagi peran dan tanggung jawab.
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan. .
4) Mempersiapkan dana atau biaya untuk child bearing.
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
Masalah kesehatan keluarga : Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan
bayi, imunisasi, konseling perkembangan anak, KB, pengenalan & penanganan
masalah kesehatan fisik secara dini. Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas
perawatan ibu & anak.
2.1.5.3 Tahap keluarga ketiga dengan anak pra sekolah (famillies with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orangtua beradaptasi terhadap kebutuhan-
kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya.
Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada
orangtua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga
kebutuhn anak, suami/istri, dan pekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat
terpenuhi. Orangtua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan
cara menguatkan kerja sama antar suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk
menstimulasi perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar
tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat tinggal,
privasi, dan rasa aman.

2) Membantu anak untuk bersosialisasi


3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Masalah kesehatan keluarga : Masalah kesehatan fisik : penyakit menular,
jatuh, luka bakar, keracunan & kecelakaan dan lain- lain.
2.1.5.4 Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (famillies with
children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6
tahun dan beakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di
sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula
orang tua yang mempunyai aktifitas yang berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga
perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan.
Pada tahap ini keluarga (orangtua) perlu belajar berpisah dengan anak,
memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah
maupun di luar sekolah.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
(1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat
belajar

(2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan.


(3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
(4) Menyediakan aktifitas untuk anak.
(5) Menyesuaikan pada aktifitas kemunitas dengan mengikutsertakan anak.
Masalah kesehatan keluarga pada tahap ini yaitu: Kecelakaan dan injuri pada
anak, Kanker terutama leukemia pada usia 1-14 tahun, Bunuh diri, HIV-AIDS. Peran
perawat pda tahap ini adalah: diskusi keselamatan anak dengan orangtua, melakukan
screening atau pemeriksaan diri melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan diri.
2.1.5.5 Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (familles with teenagers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka anatara anak dan orangtua, hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.


Masalah-masalah kesehatan : Masalah kesehatan fisik keluarga biasanya
baik,tapi promosi kesehatan tetap perlu diberikan. Perhatian gaya hidup keluarga
yang sehat : penyakit jantung koroner pada orangtua (usia 35 th ). Pada remaja :
kecelakaan, penggunaan obat-obatan,alkohol, mulai menggunakan rokok sebagai alat
pergaulan, kehamilan tidak dikehandaki. Konseling Dan pendidikan tentang sex
education menjadi sangat penting. Terdapat beda persepsi antara orangtua dengan
anak remaja tentang sex education : konseling harus terpisah antara orangtua dengan
anak Persepsi remaja tentang sex education: uji kehamilan, AIDS, alat kontrasepsi
dan aborsi.
2.1.5.6 Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching
center famillies)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini bergantung pada banyaknya anak pada keluarga atau jika anak belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua.
Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk
tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga mempesiapkan
anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak
terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu
menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orangtua
akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa ksong karena anak-
anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orangtua
perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap
memelihara hubungan dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:


1) Memperluas keluarga int menjdi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orangtua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua.
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan sebagai suami, istri, kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
Masalah kesehatan : Masalah komunikasi anak dengan orangtua, perawatan
usia lanjut, masalah penyakit kronis, Hipertensi, Kolesterol, Obesitas, menopause,
DM, Dll
2.1.5.7 Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age afamilles)
Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap ini semua anak
meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kekuatan
dengan berbagai aktifitas.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat
sosial dan waktu santai.
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua.
4) Keakraban dengan pasangan.
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban pasangan.
Masalah kesehatan : Kebutuhan Promosi Kesehatan : istirahat cukup, kegiatan
waktu luang dan tidur, nutrisi, olahraga teratur, berat badan ideal, smoking. Masalah
hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak dan teman sebaya, masalah
ketergantungan perawatan diri.

2.1.5.8 Tahap kedelapan keluarga usia lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun
merupakan ralitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses stresor dan
kehilangan yang harus dialami keuarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya
pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta
perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan
kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia
lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal dirumah sendiri daripada tinggal
bersama anaknya.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan
pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan life review
6) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
(Suprajitno, 2015).
Masalah kesehatan pada tahap ini yaitu : Menurunnya fungsi dan kekuatan
fisik, sumber-sumber financial yan tidak memadai, isolasi sosial, kesepian dan
banyak kehilangan lainnya yang dialami lansia menunjukan adanya kerentanan
psikofisiologi dari lansia. Peran perawat pada tahap ini yaitu: memfasilitasi
perawatan kesehatan bagi lansia
2.2 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008):
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber
informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga,
observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data
sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah:
1) Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
(1) Nama kepala keluarga
(2) Alamat dan telepon
(3) Pekerjaan kepala keluarga
(4) Pendidikan kepala keluarga
(5) Komposisi keluarga dan genogram
(6) Tipe keluarga
(7) Suku bangsa
(8) Agama
(9) Status sosial ekonomi keluarga
(10) Aktifitas rekreasi keluarga

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :


(1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
(2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
(3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman- pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
(4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga dari pihak suami dan istri.
3) Pengkajian Lingkungan
(1) Karakteristik rumah
(2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
(3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
(4) Sistem pendukung keluarga
4) Struktur keluarga
(1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
(2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
(3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
(4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.
(5) Fungsi keluarga:
1. Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai.
2. Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan, yaitu menjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat
anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
4. Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
(6) Stres dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang
a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
b. Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
3. Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
4. Strategi adaptasi fungsional yang digunakan bila menghadapi
permasalah
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada
akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
2.2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa
keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah:
1) Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah kesehatan
dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota
keluarga.
2) Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan pengintegrasian
penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak
memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang diharapkan.
3) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan mengidentifikasi,
mengelola dan atau menemukan bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
4) Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota keluarga
dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif dan menunjukkan
keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.
5) Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman,
bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang
dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi masalah kesehatan.
6) Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi saat
ini atau yang akan datang.
7) Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat (anggota
keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi
dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.
Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul
adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5
unsur sebagai berikut:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DHF yang terjadi pada anggota
keluarga
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit DHF
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan DHF
4) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan
yang dapat mempengaruhi penyakit DHF
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan DHF
2.2.3 Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan
khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar
yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang
berorientasi pada kriteria dan standar. Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan
keperawatan keluarga dengan DHF ini adalah sebagai berikut:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DHF yang terjadi pada keluarga.
Sasaran: Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti
tentang penyakit DHF.
Tujuan: Keluarga mengenal masalah penyakit DHF setelah tiga kali kunjungan
rumah.
Kriteria: Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit DHF.
Standar: Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala
penyakit DHF serta pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi secara
lisan.

Intervensi:
1. Jelaskan arti penyakit DHF
2. Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit DHF
3. Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit DHF.
Sasaran: Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih
lanjut dari penyakit DHF.
Tujuan: Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan DHF setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria: Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil
tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar: Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat DHF
dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:
1. Diskusikan tentang akibat penyakit DHF
2. Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang menderita DHF.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan DHF
Sasaran: Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit DHF.
Tujuan: Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota
keluarga yang menderita DHF setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria: Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan
perawatan penyakit DHF
Standar: Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang
menderita penyakit DHF secara tepat.
Intervensi:
1. Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit DHF.
2. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah
raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita DHF.
4) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan
yang dapat mempengaruhi penyakit DHF berhubungan.
Sasaran: Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh
lingkungan terhadap penyakit DHF.
Tujuan: Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria: Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh
lingkungan terhadap proses penyakit DHF
Standar: Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi
penyakit DHF.
Intervensi:
1. Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi
penyakit hipertensi misalnya:
a. Jaga lingkungan rumah agar bebas dari lingkungan yang kotor
misalnya merapikan baju dan membuang sampah pada tempatnya.
b. Gunakan pengharum ruangan.
2. Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan DHF.
Sasaran: Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan: Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat
untuk mengatasi penyakit DHF setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria: Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus
meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit DHF.
Standar: Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi: Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan
untuk perawatan dan pengobatan

2.3 Konsep Dasar Penyakit


2.3.1 Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorhagic
fever//DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disetai leucopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok
(Sudoyo Aru, dkk 2009)
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod
Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes
Albopictus (Titik Lestari, 2016)
DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut, ditularkan oleh
nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005). Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk
aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler
dan sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil,
Amerika, termasuk diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan
ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan air laut. Demam berdarah dengue
tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai
penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk (Prasetyono
2012).

2.3.2 Etiologi
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue
Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus Dengue
mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang ditularkan
melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan tropis dan
berkembang biak pada sumber air yang tergenang. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan
menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang
lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh
3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan
diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010)
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap
inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 700C. Keempat tipe
tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling banyak
ditemukan (Hendarwanto 2010).

2.3.3 Patofisiologi
Ketika penderita DBD digigit nyamuk Aedes aegypti, maka virus yang ada di
dalam darah akan ikut terisap dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk
termasuk kelenjar air liurnya. Setelah satu minggu setelah menghisap darah, nyamuk
tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus dengue tersebut tetap berada
pada tubuh nyamuk dan merupakan penularan (infektif) sepanjang hidupnya.
Penularan ini terjadi karena nyamuk menggigit dan belum menghisap darah, maka
nyamuk dapat mengeluarkan kelenjar air liur melalui probosis, agar darah yang
dihisap tidak membeku. Bersama dengar air liur virus dengue dipindahkan dari
nyamuk keorang lain.
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi
viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai
gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh,
nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu
kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-
kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan
serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding kapiler atau vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar
ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan
volume plasma yang terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa terganggu
sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa menyebabkan
Anaphylaxia. Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan
menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang
berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan
koagulasi dan akhirnya sampai pada perdarahan kelenjar adrenalin. Plasma merembas
sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan
renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan
hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi
maka akan terjadi anoksia jaringan, 14 asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya
renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan
pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit <
100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada
intravaskuler (DIC) juga bisa terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti
petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada
traktus gastrointestinal (Rampengan, 1997).
Faktor kurangnya pengetahuan orang tua
Pathways
mengenai perawatan diri anak

Virus dengue
Defisit perawatan diri

Gigitan nyamuk
Aedes Aegypti Penampilan pasien tidak rapi, pakaian kotor,
bau, serta kuku kotor
Viremia

Resiko gangguan integument:


Demam akut Nyeri otot, Stimuasi RES Permabilitas gatal-gatal
tulang, dan sendi vaskuler meningkat

Keringat
Hepatomega
Hipertermi Nyeri akut li Kebocoran plasma
Dehidrasi Penumpukan Hematokit
Mendesak abdomen dan Trombositopeni
Dehidrasi cairan ekstra
Ht meningkat, Viskositas
vaskuler dan
Hipoproteinemia, Efusi darah
Defisit rongga serosa
serosa, Hiponatremi meningkat Fungsi trombosit
volume cairan Kelemahan Mual muntah
menurun,
dan elektrolit Pleura Faktor koagulasi
Tidak mampu melakukan Aliran darah menurun,
Nafsu makan menurun lambat Hematokrit
aktivitas Hipovelemi
Efusi menurun

Defisit perawatan diri Perubahan nutrisi Suplah O2 ke


Syok hipovolemik
kurang dari jaringan Resiko
kebutuhan tubuh Dispnea
menurun pendarahan
Gelisah, Takikardi, Akral
dingin, Hipotensi Pola nafas tidak
Gg perfusi jaringan
efektif
2.3.4 Klasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis
dibagi menjadi (WHO, 1986) :
1) Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+),
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2) Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.
3) Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-
tanda dini renjatan).
4) Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.

2.3.5 Manifestasi Klinis


1) Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua lebih
manifestasi klinis sebagai berikut :
a. Nyeri kepala
b. Nyeri retro-orbital
c. Mialgia / artralgia
d. Ruam kulit
e. Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
f. Leucopenia
g. Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2) Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,tempat
bekas suntik.
d) Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
a) Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin.
b) Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :
a) Hipoproteinemia
b) Asites
c) Efusi pleura
3) Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun <20mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin, lembab. (Wiwik dan Hariwibowo, 2008)

2.3.6 Komplikasi
Komplikasi yang sering timbul adalah DDS ( Dengue Syok Sindrome) yang
disebabkan oleh karena kebocoran dinding pembuluh darah sehingga cairran atau
serum elektrolit serta ke luar dari pembuluh darah sampai menimbulkan hypovolemia
syok
1) Efulsi pleura
2) Asikes
3) Sepsis
4) Kematian

2.3.7 Pemeriksaan Diagnostik


Pada pemeriksaan Laboratorium didapat :
1) Haemokonsentrasi (Hematokrit meningkat 20 % atau lebih)
2) Trombositoperia (100.000 / mm3 atau kurang)
3) HB meningkat > 20 %
4) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hypoproteinemia dan hipokloremia
5) Lekosit
6) Serologi : uji HI (Hemaglurination inhibita Test)
7) Pada pemeriksaan USG didapat Hepatomegali dan splenomegali
8) Rongent Thorax terdapat Effusi pleura
9) Uji Torniquet (+)
Cara melakukan Uji Torniquet
a. Pasang manset pada lengan atas, ukur tekanan darah, tentukan systole dan
diastole. Usahakan menetap selama percobaan. Selanjutnya hasil systole dan
diastole dijumlahkan, kemudian dibagi 2 ( S +D
2 )=X
b. Pompa manset sampai tekanan X tahan selama 5 menit
c. Perhatikan adanya bintik-bintik merah pada kulit di tengan bawah bagian media
pada ½ bagian proximal
d. Hasil uji tourniquet positif bila pada 7,84 Cm2 didapat lebih dari 20 bintik
(WHO 1975 dalam Christantie 1995)

Table I Gambar Uji Rumple leet Tesh dengan skala :


1+ 2+ 3+ 4+
Sedikit bintik-bintik Banyak bintik-bintik Banyak bintik-bintik Penut dengan bintik-
Merah pada daerah pada daerah lengan pada daerah lengan bintik merah pada
lengan Anterior Anterior dan tangan seluruh lengan dan
tangan

2.3.8 Pemeriksaan Penunjang


1) Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin,
PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya tropositopenia
(100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak 20% atau lebih
dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti
pada DHF dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji serologi
hemaglutnasi (Brasier dkk 2012).
c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
e. Protein rendah
f. Natrium rendah (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT bisa meningkat
h. Asidosis metabolic
i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2) Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum tulang
pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5
dengan gangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk semua
system
3) Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi
lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam mendeteksi cairan
dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
4) USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan karena
tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus berbagai
organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat
digunakan sebagai alat menentukan diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih
berat misalnya dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan
pankreas

2.3.9 Penatalaksanaan
1) Tirah baring
2) Diet makan lunak
3) Minum banyak (2 - 2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis, sirup dan
beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4) Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali). Ringer Laktat
merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan, mengandung Na+
130 mEg/l, K+ 4 mEg/l, korektor basa 28 mEg/l, Cl - 109 mEg/l, dan Ca++ 3
mEg/l.
5) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan). Jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6) Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap hari.
7) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin, dan
dipiron (kolaborasi dengan dokter).
8) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9) Pemberian antibiotika bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder (kolaborasi
dengan dokter).
10) monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-
tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11) Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).

ASUHAN KEPERAWATAN
2.4 Konsep Keperawatan
2.4.1 Pengkajian
1. Identitas pasien Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, apakah pernah
dirawat sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam, apakah
ada riwayat penyakit keturunan, kardiovaskuler, metabolik, dan sebagainya.
6. Riwayat psikososial
Bagaimana riwayat imunisasi, bagaimana pengetahuan keluarga mengenai
demam serta penanganannya.
a) Data subyektif
Merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau
keluarga pada pasien DHF, data subyektif yang sering ditemukan antara
lain:
a. Panas atau demam
b. Sakit kepala
c. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
d. Lemah
e. Nyeri ulu hati, otot dan sendi
f. Konstipasi
b) Data obyektif
Merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat pada
keadaan pasien. Data obyektif yang sering ditemukan pada penderita
DHF antara lain:
a. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor
b. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis,
ekimosis,hematoma, hematemesis, melena
c. Hiperemia pada tenggorokan
d. Nyeri tekan pada epigastrik
e. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa
f. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas
dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.
g. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan

2.4.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan proses inveksi virus dengue
2. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis
3. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat

2.4.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Paraf
kriteria hasil
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh
b.d proses perawatan selama 2. Monitor penurunan
inveksi 4x 24 jam suhu kesadaran
virus tubuh pasien dalam 3. Monitoring TTV
dengue rentang normal 4. Monitor intake dan output
yang ditandai 5. Kolaborasi pemberian
dengan: cairan intravena
1. Suhu tubuh 6. Kompres hangat
normal 26,2- 7. Kolaborasi pemberian obat
27,5°C
2. Nadi dalam
rentang normal
(dewasa 60-
100x/menit,
anak-anak 70-
120x/menit)
3. RR dalam
rentang normal
(dewasa 12-
20x/menit,
anak-anak 18-
30x/menit)

2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri


b.d cidera selama 3x24 jam menggunakan PQRST
biologis nyeri terkontrol 2. Observasi reaksi verbal dan
yang ditandai non verrbal pasien
dengan: 3. Lakukan penanganan nyeri
1. Mampu non farmakologis
mngontrol nyeri (stimulasi kutaneus,
2. Mampu distraksi, Anticipatory
mengenali nyeri Guidance, relaksasi)
3. Melaporkan 4. Kolaborasi pemberian
nyeri berkurang analgesik
dengan
menejemen
nyeri

3. Ketidaksei Setelah dilakukan 1. kaji adanya alergi makanan


mbangan perawatan selama 2. kolaborasi dengan ahli gizi
nutrisi dari 3x24 jam intake tentang pemberian kalori
kebutuhan nutrisi adekuat dan nutrisi yang
tubuh b.d yang ditandai dibutuhkan
intake nutri dengan: 3. monitor adnya penurunan
yang tidak 1.Peningkatan berat badan
adekuat berat badan 4. monitor tanda-tanda mal
sesuai dengan nutrisi (kurus, kulit kering,
berat badal ideal mata cowong, turgor kulit
2.tidak ada tanda- jelek)
tanda mal nutrisi 5. berikan informasi tentang
(kwashiorkor, kebutuhan nutrisi
marasmus,
kwashiorkor-
marasmus)
2.4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang  baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter &
Perry, 2011). 

2.4.5 Evaluasi
Menurut Craven dan Hirnle (2011) evaluasi didefenisikan sebagai keputusan
dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil.
Tujuan evaluasi antara lain :
1) Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
2) Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan
yang telah diberikan.
3) Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
4) Mendapatkan umpan balik
5) Sebagai tanggung jawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan
BAB 3 B. Riwayat Perkembangan Keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN
Tahap perkembangan (8 tahap perkembangan) keluarga saat ini :

Nama : Febrianto Eka Putra Keterangan


N
Nim : 2017.B.18.0471 Tahap perkembangan keluarga Terpe Seba
o nuhi gian Tdk
Tempat Praktek : Pahandut
Tanggal : 6 Mei 2020 1 Pasangan baru atau keluarga baru (berginning family), meliputi :
FORMAT PENGKAJIAN a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA b. Menetapkan tujuan bersama.
A. Identitas klien / keluarga c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
Nama KK : Tn.S social.
Umur : 56 Tahun d. Merencanakan anak ( KB).
Agama : Islam e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
Jenis Kelamin : Laki-laki menjadi orang tua.
Suku : Jawa 2 Keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
Pendidikan : SMA a. Persiapan menjadi orang tua
Pekerjaan : PNS b. Membagi peran dan tanggung jawab
Alamat : Jln. Pramuka Simp.LP III No.087 c. Menata ruangan untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
No.Telp : 082134xxxxxx yang menyenangkan
d. Mempersiapakan biaya atau dana child bearing.
Komposisi Keluraga e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
Nama Gender Hubungan f. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
No Umur Pendidikan Pekerjaan 3 Keluarga dengan anak prasekolah family with preschool)
(Inisial) (L/P) Dg KK
1 Ny.R 54 Thn P Ibu S1 Guru a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti tempat tinggal,
2 Ny.K 32 Thn P Anak 1 S1 Guru privasi dan rasa aman
3 Ny.R 29 Thn P Anak 2 S1 PNS b. Membantu anak untuk bersosialisasi
4 Ny.S 25 Thn P Anak 3 S1 PNS c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak
5 Tn.S 19 Thn L Anak 4 SMA Mahasiswa yang lain harus dipenuhi
6 d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun
7 diluar keluarga.
8 e. Pembagian waktu untuk individu pasangan dan anak
9 f. Pembagian tanggungjawab
g. Kegiatan dan waktu stimulasi untuk tumbuh dan kembang anak.
10
4 Keluarga dengan anak usia sekolah (family with school children)
a. Memberikan perhatian tentang kegiatan social anak, pendidikan, dan
Tipe Keluarga : Keluarga
semangat belajar
Inti Keluarga Besar V
b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam
Keluarga Campuran
perkawainan
Single Parent c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
Lain-lain d. Menyediakan aktivitas untuk anak
e. Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikutsertakan
anak
: Laki-laki (meninggal)
*Genogram (3 generasi):
Keterangan
N
Tahap perkembangan keluarga Terpe Seba : Perempuan(meninggal
o nuhi gian
Tdk
5 Keluarga dengan anak remaja (family with teenagers) : Laki-laki
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggungjawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya : Perempuan
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan : Menikah
orangtua, hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
: Pasien
6 Keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar V
b. Mempertahankan keintiman keluarga V C. Struktur Keluarga
c. Membantu orang tua suami atau istri yang sakit memasuki masa tua V Pola Komunikasi : V Baik Disfungsional
V Peran dalam keluarga : v Tidak Ada masalah Ada masalah
d. Mempersiapakan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya Nilai / norma keluarga : v Tidak ada konflik nilai Ada konflik
V
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga V
f. Berperan suami, istri, kakek dan nenek D. Fungsi Keluarga
7 Keluarga usia pertengahan (middle age family) Fungsi afektif : V Berfungsi Tidak berfungsi
a. Pertahankan kesehatan Fungsi Sosial : V Berfungsi Tidak berfungsi
b. Mempunyailebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengelola Fungsi Ekonomi : V Baik Kurang Baik
minat social dan waktu santai
c. Memulihkan hubungan antar generasi muda dengan generasi tua Fungsi Perawatan Kesehatan :
d. Keakraban dengan pasangan Pengetahuan Tentang Masalah Kesehatan : v Baik Tidak
e. Memelihara hubungan/kontak dengan keluarga dengan anak Pencegahan Penyakit : v Baik Tidak
f. Persiapkan masa tua atau pensiun dan meningkan keakraban Perawatan Penyakit : v Baik Tidak
pasangan Pemanfaatan Layanan Kesehatan : v Baik Tidak
8 Kelurga usia lanjut Modifikasi lingkungan : Baik Tidak
a. Mempertahnkan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan E. Pola Koping Keluarga
fisik dan pendapatan. V Efektif Tidak efektif
c. Mempertahankan keakraban suamiistri dan salingmerawat Stressor yang dihadapi keluarga :Tidak Ada
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dansosialmasyarakat
e. Menerimakematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian F. Spiritual
Taat beribadah: Ya V Tidak
Tugas Perkembangan Keluarga :
Sering Beribadang dimesjid
Dapat dijalankan V Sebagian dapat dijalankan Tidak dapat dijalankan
Kepercayaan yang berlawanan dengan kesehatan Tidak : karena dia dipercaya bisa
Jelaskan: Keluarga mengatakan mampu menjalankan semua peran nya masing-masing
sembuh karena Allah SWT
Distress Spiritual Tidak Ada
G. Pola Aktivitas sehari-hari J. Pemeriksaan Fisik
Pola makan Baik : 3x1 sehari VITAL SIGN
Nama Tanggal
Pola Minum Baik : 1500 ml x/hr BB/TB Lain- lain
(Inisial) TD N RR pemeriksaan
Istirahat Baik : 7-8 Jam
Tn.S 120/90 88 22 60/165 5 Mei 2020 S : 38,2 °C
Pola BAK Baik : 3-4 Sehari MmHg
Pola BAB Baik : 1 x sehari Data yang mendukung
Pola Kebersihan diri Baik : Mandi 2x sehari Tn.S mengatakan mempunyai riwayat penyakit asma sejak 5 tahun yang lalu, jarang control
Olahraga Baik : Sering bersepeda kepuskesmas kadang waktu sakit saja.Klien mengatakan sakit kepala, merasa demam,nyeri otot
Tingkat kemandirian Baik : dalam mengerjakan apapun
dan tulang, agak sesak nafas dan mual.setelah berobat dan cek lab untuk pemeriksaan trombosit
yang disarankan oleh dokter.Disarankan oleh dokter banyak- banyak untuk beristirahat, menjaga
H. Psikososial
keberihan sekitar,minum obat penurun panas, banyak-banyak minum air putih.
Keadaan emosi pada saat ini:
Keadaan emosi Ya/Tidak Keterangan (siapa, mengapa) Status mental:
Marah Tidak V : Karena tidak tau apa sebab terkena penyakit
Bingung
Sedih Tidak
Cemas Tidak Ada
Ketakutan Tidak
Putus asa Tidak Disorientasi Tidak Ada
Stress Tidak Depresi Tidak Ada
Kurang interaksi dengan orang lain Tidak : Px sering berinteraksi dengan tetangga Menarik diri Tidak Ada
Menarik diri dengan lingkungan Tidak : Px sering berbaur dengan keluarga dan tetangga
Konflik dengan keluarga Tidak : Karena px sering bercanda gurau dengan keluarga Sistem Kardiovaskuler :

Aritmia Tidak Ada


Nyeri dada Tidak Ada
Distensi vena jugularis Tidak Ada
Penurunan harga diri Tidak : Px selalu percaya diri Jantung berdebar Tidak Ada
Gangguan gambaran diri Tidak Ada
Nyeri spesifik :
I. Faktor resiko masalah kesehatan
Tidak pernah / jarang periksa kes. Ya : Pada saat sakit saja untuk berobat Lokasi
Tidak Ada
Social ekonomi kurang Tidak Tipe
Total pendapatan kelurga per bulan: Di bawah Tidak Ada
Durasi Tidak Ada
Rp. 600.000,-
Rp. 600.000,- s/d 1.000.000,- Intensitas Tidak Ada
Rp. 1.000.000,- s/d 2.000.000,-
v Diatas 2.000.000,- Sistem pernafasan :

Stridor Tidak Ada


Rumah / lingkungan tidak sehat Ya : Kurang Tersusun Rapi dan Kurang Ventilasi udara Tidak Ada
Hubungan klg tidak harmonis Tidak : Keluarga Tampak Harmonis Wheezing
Obesitas Tidak : Tidak Ada Ronchi V Rochi basah karena px memiliki penyakit Asma
Status gizi kurang Tidak : Tidak Ada Tidak Ada
Akumulasi Sputum
V
Sistem Integumen : Sistem Pencernaan :
Ciasonis Tidak Ada Tidak Ada
Intake cairan kurang
Akral Dingin Tidak Ada
Mual/ muntah Tidak Ada
Diaporesis Tidak Ada
Nyeri perut Tidak Ada
Juandice Tidak Ada
Muntah darah Tidak Ada
Luka Tidak Ada
Flatus Tidak Ada
Mukosa Mulut Distensi abdomen Tidak Ada
Kapiler refil time : Colostomy Tidak Ada
Lebih 2 detik Tidak Ada
Diare
Kurang dari 2 detik : V Tidak Ada
Konstipasi
Sistem Muskuloskeletal : Bising usus 8 x/menit
Terpasang sonde Tidak Ada
Tonus otot kurang Paralisis Riwayat Pengobatan :
Hemiparesis ROM kurang
Gangguan keseimbangan Alergi obat : Tidak Ada
Eksmeritas : 5/5/5/5 Jenis obat yang dikonsumsi : Tidak Ada

Sistem Persarafan : K. Pengkajian Lingkungan:


1. Ventilasi : V < 10% luas lantai 10% luas lantai
Nyeri kepala Tidak Ada 2. Pencahayaan : V Baik Kurang
Pusing Tidak Ada :
3. Lantai Semen Tegel Keramik
Tremor Tidak Ada
Tanah Lainnya,..............................................
Reflek pupil anisokor Tidak Ada
4. Kebersihan rumah : Baik V Kurang
Paralisis : lengan kiri/ lengan kanan/ kaki kiri/ kaki kanan
Anestesi daerah perifer Tidak Ada 5. Jenis bangunan : Permanen Semi permanen Nonpermanen

Sistem Perkemihan : 6. Air untuk keperluan sehari-hari


1) Sumber air untuk keperluan minum:
Disuria Tidak Ada V PDAM umur
Hematuria Tidak Ada Sungai Air mineral
Frekuensi Tidak Ada 2) Sumber air untuk keperluan mandi dan cuci:
Retensi Tidak Ada V PDAM umur
Inkontinensia Tidak Ada Sungai Air mineral
3) Jarak sumber air dengan pembuangan limbah keluarga/septic tank:
V <10 meter >10 meter
4) Tempat penampungan air sementara:
Bak Ember
V Gentong Lain-lain
5) Kondisi tempat penampungan air:
V Tertutup Terbuka
6) Kondisi air: CATATAN KEPERAWATAN KELUARG
Berasa Berwarna
Berbau Ada endapan II. Analisa Data
V Tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna

No Data Penunjang Masalah Penyebab


1 DS : Kurang Pengetahuan Ketidakmampuan
7. Sampah Keluarga - Menurut ibunya demam Keluarga Tn.S dalam
1) Pembuangan sampah:
V TPU Sungai Ditimbun Tn.S naik turun. Setelah mengenal masalah
Dibakar Sembarang tempat hari ke dua mulai timbul anggota keluarga
2) Apakah rumah memiliki tempat penampungan sampah sementara ? bintik-bintik merah pada dengan dengue
V Ya Tidak kulit Tn. S   haemorhagic fever
3) Bila ya bagaiman kondisisnya ? - Keluarga mengatakan aat
Tertutup V Terbuka kurang memahami cara
4) jarak tempat penampungan sampah dengan rumah ?
V <5 meter >5meter
merawat
- Keluarga kurang
8. Sistem pembuangan kotoran : memahami cara mengenal
1) Tempat Keluarga buang hajat(BAK/BAB) : masalah Tn.S yang
V Jamban(WC) Sungai Sembarang tempat khawatir demam nya akan
2) Apabila memiliki jamban,jenisnya apa :
bertambah tinggi
Cemplung V Leher angsa Plengseran
3) Pembuangan air limbah :
Resapan V Got Sembarang tempat DO:
- Keluarga tampak bingung
9. Hewan peliharaan / ternak dengan penyakit yang
1) Apakah memiliki hewan peliharan/ ternak ?
Ya V Tidak
diderita Tn.S
2) Apabila memiliki ,apakah termasuk hewan ternak/ peliharaan ? - Hasil Vital Sign :
Ya V Tidak TD : 120/90 mmHg
3) Bila ya, apakah hewan ternak ada kandangnya ? Nadi : 88 x/ menit
Ada V Tidak Ada
Rr : 22 x/menit
4) Bila ada, dimana letaknya ?
Didalam rumah V Diluar rumah BB : 60 Kg
5) Bila diluar rumah, berapa jauh jaraknya ? TB : 165 cm
<1meter >1 meter tetapi < 10 meter SUHU: 38,2 0C
6) kondisi kandang :
Terawat Tidak terawatt

Perawat yang mengkaji:

Nama : Febrianto Eka Putra Tgl : 05 Mei 2020 Pkl : 10.00 WIB
III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga IV. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
Kriteria Skore Pembenaran Prioritas Diagnosa Keperawatan Skore
Sifat Masalah (Bobot 1) 3/3x1= 1 karena masalah sudah terjadi sesuai 1 Kurang pengetahuan keluarga Tn.S tentang 4
Skala: dengan data subyektif dan objektif DHF b/d Ketidakmampuan Keluarga Tn.S dalam
yang mendukung mengenal masalah anggota keluarga dengan
3 : Aktual
dengue haemorhagic fever
2 : Resiko
1 : Pontensial
Kemungkinan Masalah 1/2x2=1 karena Tn. S dapat dengan mudah
Dapat Diubah (Bobot 2) menangkap penjelasan petugas.
Skala:
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Rendah
Pontensial Masalah Untuk 3/3x1=1 Masalah dapat dicegah agar tidak
Dicegah (Bobot 1) bertambah parah, namun sangat
membutuhkan peran serta keluarga
Skala: dalam mengubah perilaku hidup
3 : Tinggi bersih dan sehat
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah 2/2x1=1 Anggapan keluarga masalah DHF
(Bobot 1) penting segera diatasi
2 : Berat, Segera ditangani
1 : Tidak Perlu Segera
ditangani
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL 4
V. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Diagnosa Keperawatan : DHF
Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan penyuluhan selama Kemampuan verbal dan kognitif Keluarga mengetahui cara untuk 1. Diskusikan bersama keluarga Tn.S tentang :
1x30 menit diharapkan keluarga keluarga menjaga kebersihan lingkungan a. Pengertian tentang dengue haemorhagic fever//DHF
mampu mengenal penyebab b. Cara Untuk Mencegah dengue haemorhagic fever//DHF
terjadinya DHF serta dapat c. Pengertian PHBS
menerapkan hidup bersih dan sehat d. Manfaat Dari PHBS
e. Perilaku apa saja mengenai PHBS
f. Gaya hidup yang PHBS & Peran dalam upaya kesehatan
2. Anjurkan keluarga untuk tidak menumpuk pakaian dibelakang
pintu, membuang sampah pada tempat nya dan membuang
genangan air atau air yang tidak terpakai didalam rumah.
3. Tanyakan Kembali pada keluarga Tn.S serta beri motivasi agar
mau menyebutkan pengertian dengue haemorhagic
fever//DHF,cara untuk mencegah,pengertian,manfaat, perilaku
apa saja yang PHBS,gaya hidup PHBS serta peran dalam
upaya kesehatan
VI. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga
Hari/Tanggal Pukul Implementasi Evaluasi
Rabu, 05 Mei 2020 10.00 1. Mendiskusikan bersama keluarga Tn.S tentang : 1. Struktur
a) Pengertian tentang dengue haemorhagic fever//DHF Rencana yang akan dilakukan adalah melakukan
pendidikan kesehatan tentang dengue haemorhagic
b) Cara Untuk Mencegah dengue haemorhagic fever//DHF
fever//DHF dan PHBS
c) Pengertian PHBS
d) Manfaat Dari PHBS 2. Proses
Melakukan kunjungan dan penyuluhan kesehatan
e) Perilaku apa saja mengenai PHBS
tentang dengue haemorhagic fever//DHF dan PHBS
f) Gaya hidup yang PHBS & Peran dalam upaya kesehatan langsung kerumah Tn.S dengan metode leaflet dan
2. Menganjurkan keluarga untuk tidak menumpuk pakaian dibelakang Tanya jawab
pintu, membuang sampah pada tempat nya
3. Hasil
3. Menanyakan Kembali pada keluarga Tn.S serta beri motivasi agar mau Setelah dilakukan pemberian pendidikan penyuluhan
menyebutkan pengertian dengue haemorhagic fever//DHF,cara untuk kesehatan tentang dengue haemorhagic fever//DHF dan
mencegah,pengertian,manfaat, perilaku apa saja yang PHBS,gaya PHBS didapatkan hasil :
a) Pemahaman tentang pengertian dengue haemorhagic
hidup PHBS serta peran dalam upaya kesehatan
fever//DHF dan PHBS.
b) Manfaat dari PHBS bagi diri sendiri dan orang lain
c) Dapat menyebutkan gaya hidup sehat & peran serta
dalam upaya kesehatan
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis temukan antara
konsep dasar teori dengan kasus nyata Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. S
Dengan DHF pada tanggal 05 Mei 2020, dari tahap pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi serta pada tahap penulisan akhir dari penulisan laporan
studi kasus ini, penulis akan memberikan kesimpulan dan saran, yang diharapkan
dapat memberi manfaat dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien,
khususnya pada pasien dengan DHF
4.1 Pengkajian
Kasus asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama DHF pada Tn. S
didapat data awal dari rekam medis di yaitu berupa nama, diagnosa dan alamat
pasien.
Penulis datang ke rumah keluarga untuk bertemu dengan pasien dan
keluarganya dalam rangka melakukan pengkajian sesuai format asuhan keperawatan
keluarga yang telah disediakan. Proses pengkajian tidak mengalami hambatan dan
semua item bisa diperolah informasi dengan jelas karena keluarga kooperatif.
Data keluarga yang diperoleh meliputi data demografi, sosio kultural, data
lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, stress dan koping keluarga yang digunakan
keluarga dan perkembangan keluarga. Data yang berkaitan dengan individu sebagai
anggota keluarga meliputi pemeriksaan fisik, mental, emosi, sosio dan spiritual
didapatkan pada semua anggota keluarga sejumlah 4 orang yaitu Tn. S, Ayah, Ibu,
kaka ke 1 dan cucu. Tahap pengkajian keperawatan pada keluarga Tn. S tidak
mengalami kesulitan, keluarga kooperatif dan mau memberikan informasi yang
dibutuhkan. Hal yang menjadi hambatan adalah ketika akan melakukan proses
pengkajian Tn. S sekitar kamar Tn.S sampah-sampah sisa makanan berserakan,
tempat sampah penuh dan kurang rapi nya baju dan menumpuk dibelakang pintu
yang mengakibatkan banyak nyamuk.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Pada penentuan skor masalah dan prioritas masalah tidak mengalami hambatan
dan ditemukan satu masalah dari delapan kemungkinan diagnosa keperawatan
keluarga yang mungkin muncul yaitu kurang pengetahuan keluarga. Sedangkan
penyebab yang muncul pada asuhan keperawatan keluarga pada Tn. S dengan
diagnosa Kurang pengetahuan keluarga didapatkan 2 yaitu:
1) Ketidakmampuan mengenal masalah pada penyakit dengue haemorhagic fever
yaitu ditunjukkan dengan data bahwa demam, nyeri otot atau nyeri sendi.
2) Ketidakmampuan merawat yaitu belum tahu cara merawat Tn. S yang
menderita dengue haemorhagic fever dibuktikan dengan data bahwa keluarga
tidak tahu cara merawat Tn. S apabila mengalami keluhan akibat penyakit
dengue haemorhagic fever
Sesuai tinjauan pustaka terdapat 5 kemungkinan penyebab yang muncul pada
asuhan keperawatan keluarga dan 3 kemungkinan penyebab tidak ditemukan dengan
rasonalisasi sebagai berikut:
1) Keluarga mampu mengambil keputusan tepat dengan masalah utama dengue
haemorhagic fever yaitu Tn. S secara rutin mebersihakan kamar, tidak
menggantungkan pakain sembarang, kontrol dan minum obat
2) Keluarga memelihara dan memodifikasi lingkungan yang mendukung proses
terapi dan penyembuhan yaitu dengan menciptakan rumah yang bersih,
menjaga lingkungan.
3) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yaitu dibuktikan dengan Tn.
S kontrol secara rutin. Intervensi keperawatan yang disusun sesuai dengan
tinjaun pustaka dan bisa dilaksanakan asuhannya dengan baik. Dibuktikan
dengan data pada evaluasi bahwa keluarga mengatakan sudah memahami
tentang cara merawat keluarga dengan dengue haemorhagic fever dengan
memperhatikan kebersihan kamar, membuang sampah pada tempatnya dan
kontrol secara teratur sudah mampu menyebutkan kembali tentang masalah
yang mungkin muncul pada penderita dengue haemorhagic fever dan keluarga
mampu mengikuti langkah yang diajarkan oleh penulis tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
Penentuan diagnosa keperawatan dan penyebabnya tidak mengalami hambatan
dikarenakan adanya faktor pendukung yaitu, data wawancara dan pemeriksaan fisik
lengkap sesuai kebutuhan. Pada tahap perencanaan keperawatan masalah diagnosa
Kurang Pengetahuan Keluarga pada kasus keluarga Tn. S dengan masalah utama
dengue haemorhagic fever tidak mengalami kesulitan, dengan membaca tinjauan
pustaka sebagai landasan teori penyusunan dengan memperhatikaan data obyektif dan
subyektif yang ditemukan. Faktor pendukungnya adalah keluarga memahami masalah
yang ditegakkan dan mau mengikuti perencanaan keperawatan yang disusun.
Keluarga menyatakan paham tentang perencanaan yang disusun untuk mengatasi
masalah keperawatan yang muncul, ditunjukkan dengan menyatakan paham
penjelasan yang diberikan

4.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa keperawatan: Kurang Pengetahuan Keluarga Tn. S tentang DHF
berhubungan dengan Ketidakmampuan Keluarga Tn.S dalam mengenal masalah
anggota keluarga dengan dengue haemorhagic fever/DHF.
Dengan intervensi:
1 Diskusikan bersama keluarga Tn.S tentang :
a) Pengertian tentang dengue haemorhagic fever//DHF
b) Cara Untuk Mencegah dengue haemorhagic fever//DHF
c) Pengertian PHBS
d) Manfaat Dari PHBS
e) Perilaku apa saja mengenai PHBS
f) Gaya hidup yang PHBS & Peran dalam upaya kesehatan
2. Anjurkan keluarga untuk tidak menumpuk pakaian dibelakang pintu,
membuang sampah pada tempat nya dan membuang genangan air atau air yang
tidak terpakai didalam rumah.
3. Tanyakan Kembali pada keluarga Tn.S serta beri motivasi agar mau
menyebutkan pengertian dengue haemorhagic fever//DHF,cara untuk
mencegah,pengertian,manfaat, perilaku apa saja yang PHBS,gaya hidup PHBS
serta peran dalam upaya kesehatan

4.4 Implementasi Keperawatan


Pada tahap implementasi keperawatan mampu dilaksanakan sesuai perencanaan
yang sudah disusun, pendidikan kesehatan dan mengajari perilaku hidup bersih dan
sehat yang diikuti oleh keluarga Tn. S, sebagai anggota keluarga yang sakit dan
anggota keluarga lain bekerjasama yaitu mau menerima pendidikan kesehatan dan
membantu menfasilitasi tindakan yang dilakukan. Keluarga yang kooperatif
merupakan faktor pendukung sehingga implementasi bisa dilakukan sesuai
perencanaan yaitu 4 kali kunjungan. Tidak ada hambatan dalam melakukan
implementasi, Tn. S mampu mengikuti perilaku hidup bersih dan sehat.

4.5 Evaluasi
Menurut Suchman yang dikutip oleh Arikunto, Jabar, & Abdul (2010), evaluasi
dipandang sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai dalam
beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Penilaian  dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Pada tahap evaluasi, didapatkan data bahwa masalah bisa teratasi sebagian dan
masih perlu tindakan keperawatan. Keluarga kooperatif dengan menyatakan bahwa
mau melakukan apa yang sudah dianjurkan dan dilatihkan untuk menunjang upaya
penyembuhan Tn. S. Masih ada data bahwa Tn. S masih merasakan demam, nyeri
otot atau nyeri sendi dan menerapkan pendidikan kesehatan yang diberikan yaitu,
menyatakan bahwa bagaimana hidup bersih dan sehat untuk menjaga kenyamanan
lingkungan sekitar rumah.
Proses asuhan keperawatan mampu dilakukan tanpa mengalami hambatan berat
dengan adanya faktor pendukung yaitu pihak keluarga kooperatif dan mampu
bekerjasama mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi. Hambatan yang ditemukan
tidak sampai mengganggu jalannya asuhan keperawatan
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dengue hemoragic fever (DHF) merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh
virus dengue yang termasuk golongan arbovirus (Arthropadborn Virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albopictus dan Aedes Aegepty).
Penyakit ini terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot
dan sendi yang disertai leukopenia, dengan atau tanpa ruam (rash) dan limfadenopati,
serta Trombocytopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan. Jadi demam berdarah
dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
menifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat
menyebabkan kematian.
1) Kasus keluarga Tn. S telah dilakukan asuhan keperawatan keluarga yang
dimulai dari pengkajian sampai tahap evaluasi.
2) Pendokumentasian asuhan keperawatan keluarga Tn. S dilakukan bersama-
sama keluarga Tn. S melalui proses yang dimulai dari pengkajian sampai tahap
evaluasi dengan diawali penulisan tanggal, jam dan diakhiri nama dan tanda
tangan.
3) Faktor pendukung keluarga kooperatif sedangkan faktor penghambat adalah
kesibukan keluarga sebagai guru dan kantoran sehingga tidak bisa mengontrol
aktifitas.
4) Didapatkan pula diagnosa keperawatan yaitu Kurang Pengetahuan Keluarga Tn.
S tentang DHF berhubungan dengan Ketidakmampuan Keluarga Tn.S dalam
mengenal masalah anggota keluarga dengan dengue haemorhagic fever/DHF.
Dengan intervensi:
1. Diskusikan bersama keluarga Tn.S tentang :
a) Pengertian tentang dengue haemorhagic fever//DHF
b) Cara Untuk Mencegah dengue haemorhagic fever//DHF
c) Pengertian PHBS
d) Manfaat Dari PHBS
e) Perilaku apa saja mengenai PHBS
f) Gaya hidup yang PHBS & Peran dalam upaya kesehatan
2. Anjurkan keluarga untuk tidak menumpuk pakaian dibelakang pintu,
membuang sampah pada tempat nya dan membuang genangan air atau air
yang tidak terpakai didalam rumah.
3. Tanyakan Kembali pada keluarga Tn.S serta beri motivasi agar mau
menyebutkan pengertian dengue haemorhagic fever//DHF,cara untuk
mencegah,pengertian,manfaat, perilaku apa saja yang PHBS,gaya hidup
PHBS serta peran dalam upaya kesehatan

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Tempat Praktek
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
meningkatkan motivasi dan kemampuan perawat dalam penerapan asuhan
keperawatan dan semoga laporan ini dapat menjadi bahan masukan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami dengue haemorhagic
fever//DHF.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai referensi bacaan untuk
digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembacanya.
5.2.3 Bagi Laporan Selanjutnya
Diharapkan dari hasil laporan studi kasus ini dapat memberikan manfaat bagi
mahasiswa-mahasiswi yang akan datang yaitu sebagai bahan masukan mengenai
asuhan keperawatan pada pasien dengan dengue haemorhagic fever//DHF serta
laporan selanjutnya hendaknya menggali lebih dalam lagi gambaran atau faktor-
faktor yang menyebabkan perbedaan antara teori dan praktek dalam asuhan
keperawatan pada pasien dengan dengue haemorhagic fever//DHF.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Christantie. (1995). Ensiklopedia Demam Berdarah. Edisi Revisi. Jakarta :


Insan Utama
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC
Andarmoyo, S.2014.Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik
Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Indonesia, Jakarta.
Friedman,M.M.2015. Buku Ajar Keperawatan keluarga Riset, Teori Dan
Praktek..Jakarta:EGC
Setiadi.2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta:Graha Ilmu.
Setiadi.2015. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta:Graha Ilmu.
Suprajitno.2014.Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam
Praktik.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Nurlaila.Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Dengue Hemoragic
Fever[SerialOnline]http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/5/
jtstikesmuhgo-gdl-nurlalia-209-1-deguehe-r.pdf [Akses pada 08 Mei 2016]
UNIMUS.Bab II Konsep Dasar[Serial
Online]http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-ronisubiya-
5467-2-babiik-r.pdf [Akses pada 08 Mei 2016]
UNIMUS.Bab II Tinjauan Pustaka[Serial
Online]http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-khoiriyahn-
6972-3-babii.pdf [Akses pada 08 Mei 2016]
WHO.Demam Berdarah Dengue.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai