Anda di halaman 1dari 107

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT

TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH


DENGUE DENGAN UPAYA PENCEGAHAN
DEMAM BERDARAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Strata 1 Keperawatan

MELIS
19142010024

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH
PADANG TAHUN 2021
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama Lengkap :
NIM :
Tempat/Tgl. Lahir : ………………
Tanggal Masuk : ……………..
Program Studi : Keperawatan
Nama Pembimbing Akademik : Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep.J
Nama Pembimbing I :
Nama Pembimbing II :
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penelitian usulan Skripsi
saya yang berjudul :
“HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG
PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN UPAYA
PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE”.
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padang, Maret 2021

MELIS

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : MELIS

NIM : 19142010024

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat

Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue

Dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah

Dengue

Telah disetujui untuk diseminarkan dan dipertahankan dihadapan Tim Pengguji

Seminar Proposal Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Alifah Padang.

Padang, ...................................................2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Febry Handiny, M.KM Ns. Welly, S.Kep., M.Kep

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang


Ketua,

Ns.Asmawati, M.Kep

ii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH
PADANG
Skripsi, Maret 2021

MELIS
Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah
Dengue Dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue

viii + 68 Halaman + 2 Tabel + 6 Gambar + 6 Lampiran

ABSTRAK

Kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia selalu ada sepanjang tahun


karena kurangnya pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue. Rendahnya
pengetahuan tentu saja membawa pengaruh negatif karena masyarakat tidak
mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pemberantasan penyakit dan
pencegahannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui literasi
hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah
Dengue dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue berdasarkan
penelusuran artikel ilmiah.
Metode penelitian yang digunakan adalah literature review dengan
menggunakan elektronik elektronik based pada jurnal Nasional yang terakreditasi
maupun yang tidak terakreditasi. Kriteria literatur review disaring berdasarkan
judul literature, abstrak, kata kunci yang kemudian disaring kembali dengan
melihat keseluruhan isi teks. Jumlah artikel yang dikaji sebanyak 14 artikel
dengan daftar referensi dari tahun 2015 sampai tahun 2020.
Hasil penelitian dari 14 literatur review didapatkan mayoritas jurnal dengan hasil
tingkat pengetahuan masyarakat pada tingkat yang baik, mayoritas jurnal dengan
upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue sudah baik dengan pelaksanaan 3M
dan mayoritas jurnal dengan hasil terdapat hubungan tingkat pengetahuan
masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dengan upaya
pencegahanDemam Berdarah Dengue.
Dapat disimpulkan dari 14 jurnal dalam literatur review ini, 9 jurnal
menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang
penyakit Demam Berdarah Dengue dengan upaya pencegahan Demam Berdarah
DengueDisarankan bagi masyarakat agar menjaga lingkungan tetap bersih dan
dapat berperan aktif dalam pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue.

Daftar Bacaan : 34 (2011-2020)


Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue, Pengetahuan, Pencegahan

ii
ALIFAH HEALTH SCIENCE COLLAGE
PADANG
Thesis, March 2021

MELIS
The Relationship between Public Knowledge Level about Dengue Hemorrhagic
Fever and Dengue Hemorrhagic Fever Prevention Efforts

viii + 68 Pages + 2 Tables + 5 Pictures + 6 Attachments

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever cases in Indonesia always exist throughout the


year due to a lack of knowledge about Dengue Hemorrhagic Fever. Low
knowledge of course has a negative effect because people do not know anything
related to disease eradication and prevention. The purpose of this study was to
determine the relationship between the level of public knowledge about Dengue
Hemorrhagic Fever and the prevention of dengue fever based on scientific
articles.
The research method used is literature review using electronic electronics
based on both accredited and non-accredited National journals. Literature review
criteria are filtered based on literature title, abstract, keywords which are then
filtered again by looking at the entire text content. The number of articles
reviewed was 14 articles with a list of references from 2015 to 2020.
The results of the 14 literature review found the majority of journals with the
result of the level of public knowledge at a good rate, the majority of journals with
the prevention of Dengue has been good with the implementation of 3M and a
majority of journals with the result there is a relationship between the level of
public knowledge about the disease Dengue Hemorrhagic Fever with prevention
efforts Dengue fever.
It can be concluded from the 14 journals in this review literature, 9 journals
show that there is a relationship between the level of public knowledge about
Dengue Hemorrhagic Fever and the prevention of Dengue Hemorrhagic Fever. It
is recommended that the community keep the environment clean and can play an
active role in eradicating Dengue Hemorrhagic Fever.

Reading List: 34 (2011-2020)


Keywords : Dengue Hemorrhagic Fever, Knowledge, Prevention

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan, kemampuan, kemudahan serta memberikan inspirasi

penuh sehingga peneliti dapat menyusun skripsi dengan metode literature review

yang membahas mengenai “Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat

Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue Dengan Upaya Pencegahan

Demam Berdarah Dengue”. Shalawat beriring salam selalu tercurah untuk Nabi

Muhammad S.A.W sebagai inspirasi yang tidak habis sepanjang zaman yang telah

memberikan tauladan bagi umatnya.

Skripsi dengan metode literature review ini telah peneliti susun dengan

maksimal dengan mencari informasi dari berbagai sumber. Terlepas dari itu

semua, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari

segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu peneliti

mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar peneliti dapat memperbaiki

literature review ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti tujukan kepada:

1. Ibu Ns. Febry Handiny, M.KM selaku pembimbing I.

2. Ibu Ns. Welly, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing II.

3. Ibu Ns.Asmawati, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah

Padang.

4. Bapak/ Ibu dosen pengajar Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Alifah Padang yang telah memberikan ilmu kepda peneliti selama

perkuliahan.

iv
5. Keluarga dan sahabat yang telah memberikan semangat, dorongan dan doa

kepada peneliti dalam mempersiapkan diri dalam menyusun literature review

ini.

Demikian yang dapat peneliti sampaikan, semoga literature review ini bisa

bermanfaat bagi peneliti khususnya, serta pembaca. Terakhir, hanya kepada Allah

Tuhan Yang Maha Kuasa peneliti menyerahkan segalanya. Aamiin.

Padang, Maret 2021

Peneliti

v
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................. ............... i


PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................. iii
ABSTACK ............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

BAB l PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 6

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teoritis ..................................................................... 8
B. Kerangka Teori ......................................................................... 37
C. Kerangka Konsep .................................................................... 38
D. Definisi Operasional ................................................................ 38
E. Hipotesis .................................................................................. 39

BAB lll METODE PENELITIAN


A. Rancangan Strategi Pencarian Literatur Review ..................... 40
B. Kriteria Literatur Review .......................................................... 41
C. Tahapan Literatur Review ....................................................... 41

BAB IV HASIL KAJIAN LIERATUR DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Kajian Literatur Review ................................................. 43
B. Pembahasan ............................................................................. 54
C. Keterbatan ............................................................................... 66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ................................................................................. 67
B. Saran ........................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Definisi Operasional .............................................................................. 39
4.1 Hasil kajian literature Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue Dengan Upaya
Pencegahan Demam Berdarah Dengue ................................................. 44

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Tempat Yang Diperlukan Untuk Siklus Perkembangan Nyamuk ......... 19
2.2 Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypty ................................................... 20
2.3 Kerangka Teori ...................................................................................... 37
2.4 Kerangka Konsep .................................................................................. 38
3.1 Tahapan Literature Review .................................................................... 42

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Jurnal Review
2. Tabel Sintesa Hasil Penelitian pada Bab IV
3. Dokumentasi Pencarian Jurnal
4. Gancart
5. Kegiatan bimbingan mahasiswa
6. Daftar matrik perbaikan

x
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue dalam Permenkes Nomor 374 Tahun 2010

adalah salah satu jenis penyakit menular melalui hewan perantara (vektor)

yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi,

terutama nyamuk Aedes aegypti. Demam Berdarah Dengue ringan sering

ditandai dengan flu, demam tinggi, sakit kepala, nyeri dibelakang mata, nyeri

otot dan persendian, mual, muntah, kelenjar bengkak atau ruam. Dengue berat

ditandai dengan gejala nyeri perut berat, muntah terus-menerus, pernafasan

cepat, gusi berdarah, kelelahan, gelisah, muntah darah. Mengalami syok

hipovolemik (Sindrom Syok Dengue) yang disebabkan oleh kebocoran plasma

(WHO, 2020). Munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan

dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).

Demam Berdarah Dengue hingga kini masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat di dunia dengan angka kesakitan dan kematian yang

cukup tinggi dan berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)

(Handiny et al., 2020). Menurut WHO (2020), sekitar setengah dari populasi

dunia sekarang berisiko. Diperkirakan ada 100-400 juta infeksi setiap tahun.

Berdasarkan data WHO tahun 2018, jumlah kasus Demam Berdarah Dengue

terjadi peningkatan dari 2,2 juta kasus pada tahun 2010 menjadi 3,2 juta kasus

pada tahun 2015, sekitar 40% dari populasi dunia. Termasuk kasus yang tidak

dilaporkan, WHO memperkirakan terdapat sekitar 50 juta-100 juta kasus

1
2

Demam Berdarah Dengue yang terjadi setiap tahunnya, terutama di Asia,

Amerika Latin, dan Afrika. Pada tahun 2016, dilaporkan lebih dari 2,38 juta

kasus terjadi di wilayah Amerika, 375.000 kasus dugaan di Wilayah Pasifik

Barat, dan 1.061 kemungkinan kasus di Wilayah Afrika.

Kasus (Incidence Rate/ IR) Demam Berdarah Dengue di Indonesia

tahun 2020 mencapai terdapat 103.781 penderita dengan angka kematian

(Case Fatality Rate / CFR) mencapai 727 orang. Angka IR 38,25/100 ribu

penduduk sedangkan CFR 0,70 %. Jumlah kasus dan kematian tahun 2020

masih rendah jika dibandingkan tahun 2019 yang berjumlah 112.954 kasus.

tahun 2019 dengan angka kematian mencapai 751. Namun CFR Demam

Berdarah Dengue masih tinggi, karena target nasional sebesar < 49 per

100.000 (Kementrian Kesehatan RI, 2020).

Kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia selalu ada sepanjang

tahun dan cenderung mengalami peningkatan disebabkan oleh perubahan

iklim yang sulit diprediksi (Dharmasuari & Sudarmaja, 2019), sanitasi

lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina dan

pemahaman masyarakat yang kurang tentang Demam Berdarah Dengue dan

juga partisipasi masyarakat yang sangat rendah (Kementerian Kesehatan RI,

2014), karena kurangnya pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue

dapat mempengaruhi tindakan pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat

(Assa, 2019).

Pengetahuan ditujukan untuk mengetahui cara pencegahan, gejala dan

tanda, serta penanganan penyakit Demam Berdarah Dengue agar keluarga dan
3

dirinya sendiri tidak terjangkit DBD, karena pengetahuan merupakan

pengendalian perilaku kesehatan pada seseorang berkaitan dengan informasi

yang dimilikinya (Ginandra, 2015). Rendahnya pengetahuan tentu saja

membawa pengaruh negatif karena masyarakat tidak mengetahui hal-hal yang

berhubungan dengan pemberantasan penyakit dan pencegahan yang dapat

dilakukan, begitu juga sebaliknya (Rau et al., 2019).

Untuk menekan terjadinya kejadian Demam Berdarah Dengue, perlu

membudayakan kembali Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus

secara berkelanjutan dan sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan

dengan mengajak serta masyarakat untuk menutup, menguras, mengubur,

pegunaan lotion dan obat anti nyamuk, kelambu, pemasangan kasa pada

ventilasi, dll), maupun fogging Selain PSN 3M Plus (Pantouw, 2017). Selain

PSN 3M Plus, ada juga gerakan Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK). Gerakan

ini dimaksudkan untuk mengajak setiap keluarga dan seluruh masyarakat agar

mencegah munculnya perindukkan nyamuk Aedes Aegypti di rumah

(Kementerian Kesehatan RI, 2018)

Berdasarkan penelitian Lontoh et al. (2016) di Kelurahan Malalayang

2 Lingkungan III Kota Manado, menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara pengetahuan masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah Dengue

dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue di Kelurahan

Malalayang 2 Lingkungan III Kota Manado. Pada penelitian Muhammad et al.

(2018) di Kabupaten Pringsewu juga menunjukkan hasil bahwa terdapat


4

hubungan antara pengetahuan kepala keluarga terhadap upaya PSN 3M Plus

dalam upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue di Desa Pajaresuk.

Penelitian Husin et al. (2020) di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah

Lebar Kota Bengkulu juga menunjukkan hasil adanya hubungan yang

signifikan antara pengetahuan keluarga dalam upaya pencegahan Demam

Berdarah Dengue terhadap keberadaan jentik nyamuk. Namun berbeda dengan

penelitian Istiqomah et al. (2017) yang dilakukan di Kelurahan Kramas Kota

Semarang dengan hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan

upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue pada IRT di Kelurahan Kramas

Kota Semarang.

Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan informasi terkait dengan hubungan tingkat pengetahuan

masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dengan upaya

pencegahannya dan merujuk pada beberapa penelitian maka peneliti tertarik

untuk melakukan literature review secara sistematis tentang Hubungan

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah

Dengue Dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah adakah hubungan tingkat pengetahuan masyarakat

tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dengan upaya pencegahan Demam

Berdarah Dengue berdasarkan literature review?


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui literasi

hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit Demam

Berdarah Dengue dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue

berdasarkan penelusuran artikel ilmiah.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya literasi upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue

berdasarkan literature review.

b. Diketahuinya literasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit

Demam Berdarah Dengue berdasarkan literature review.

c. Diketahuinya literasi hubungan tingkat pengetahuan masyarakat

tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dengan upaya pencegahan

Demam Berdarah Dengue berdasarkan literature review.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan ilmu tentang upaya pencegahan

Demam Berdarah Dengue dan untuk bahan pustaka bagi penelitian

terkait hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan Demam

Berdarah Dengue.
6

b. Bagi peneliti selanjutnya

Agar hasil penelitian ini dapat menjadi pembanding penelitian

dan menggunakan variabel lain terkait upaya pencegahan Demam

Berdarah Dengue dalam masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menjadi pemicu masyarakat untuk

menjaga lingkungan tetap bersih dan dapat berperan aktif dalam

pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue.

b. Bagi Petugas Kesehatan

Bagi Petugas kesehatan lebih meningkatkan perannya dalam

memberikan penyuluhan kesehatan khususnya mengenai penyakit

Demam Berdarah Dengue dan cara pencegahan agar masyarakat tetap

waspada.

c. Bagi Bidang Keperawatan

Perkembangan Ilmu Keperawatan diharapkan lebih banyak

menyediakan literatur yang mendukung kegiatan penelitian khususnya

literature tentang pengetahuan Demam Berdarah Dengue.

d. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi mengenai

upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue.


7

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian literature review yang diperoleh

dari penelusuran artikel penelitian-penelitian ilmiah dari rentang tahun 2015-

2021 dengan menggunakan database google scholar, pubmed, dan BioMed

Central dan Sinta. Metode yang digunakan diawali dengan pemilihan topik,

kemudian menuliskan kata kunci sesuai untuk pencarian jurnal berbahasa

Indonesia menggunakan kata kunci “pengetahuan dan upaya pencegahan

Demam Berdarah Dengue” dan “knowledge dan the prevention of Dengue

Hemorrhagic Fever” untuk pencarian jurnal berbahasa Inggris. Jurnal yang

sesuai dengan kriteria inklusi diambil untuk selanjutnya di analisa.


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Demam Berdarah Dengue
a. Pengertian

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit virus yang

ditularkan melalui nyamuk yang dengan cepat menyebar di seluruh

wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan

oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan pada

tingkat yang lebih rendah, Ae.albopictus. Nyamuk ini juga merupakan

vektor dari chikungunya, demam kuning dan virus Zika dengan ciri

khas nyamuk (WHO, 2020).

DBD adalah penyakit yang ditandai dengan demam tinggi

mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama

2-7 hari, manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan

konjungtiva, epistaksis,ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi,

hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji toniquet (Rumple Leede)

positif, trombositopenia (Jumlah trombosit ≤ 100.000/μl),

hemokonsentrasi (Peningkatan hematokrit ≥ 20 %) dan disertai dengan

atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali) (Direktorat Jendral

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).

8
9

b. Etiologi Demam Berdarah Dengue

DBD disebabkan oleh virus dari famili Flaviviridae dan ada

empat serotipe yang berbeda, tetapi berkerabat dekat, dari virus

penyebab dengue (DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4).

Pemulihan dari infeksi diyakini akan memberikan kekebalan seumur

hidup terhadap serotipe tersebut. Namun, kekebalan silang terhadap

serotipe lain setelah pemulihan hanya bersifat parsial, dan sementara.

Infeksi lanjutan (infeksi sekunder) oleh serotipe lain meningkatkan

risiko berkembangnya demam berdarah parah (WHO, 2020).

c. Epidemiologi

Timbulnya suatu penyakit dapat di terapakan melalui konsep

segitiga epidemiologi, yaitu adanya agent, host, dan Lingkungan

(Ariani, 2016):

1) Agent (Virus Dengue)

Agent penyebab utama penyakit Demam Berdarah Dengue

berupa virus atau suatu substansi elemen tertentu yang kurang

kehadirannya atau tidak hadirnya dapat menimbulkan atau

mempengaruhi perjalanan suatu penyakit atau dikenal ada empat

virus Dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4. Virus ini

memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7

hari virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa

tersebut penderita merupakan sumber penularan penyakit Demam

Berdarah Dengue (Ariani, 2016).


10

2) Host (Penjamu)

Faktor utama adalah semua faktor yang terdapat pada diri

manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta pelayanan

suatu penyakit.

Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah:

a) Umur

Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

kepekaan terhadap infeksi virus dengue.Semua golongan umur

dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa

hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epidemic dengue di

Gorontalo kebanyakan anak-anak 105 tahun. Di Indonesia,

Filipina, dan Malaysia pada awal tahun terjadi epidemi Demam

Berdarah Dengue penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-

9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus

DBD menyerang anak-anak di bawah 15 tahun. Hasil

penelitian Monintja tahun 2015 diperoleh bahwa umur < 46

tahun sebanyak 34 responden (53,1%) memiliki tindakan PSN

yang kurang, sedangkan umur > 46 tahun sebanyak 47

responden (70,1%) memiliki tindakan Pemberantasan Sarang

Nyamuk yang baik.


11

b) Jenis kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan

terhadap serangan Demam Berdarah Dengue dikaitkan dengan

perbedaan jenis kelamin (gender). Meskipun ditemukan angka

kematian yang lebih tunggi pada anak perempuan namun

perbedaan angka tersebut tidak signifikan.

c) Nutrisi

Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan

penyakit dan ada hubungan dengan teori imunologi, bahwa

pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan

karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka

terjadi infeksi virus dengue yang berat.

d) Populasi

Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah

terjadinya infeksi virus dengue, karena darah yang

berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus

Demam Berdarah Dengue tersebut.

e) Mobilitas penduduk

Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada

transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor

yang mempengaruhi penyebaran epidemic dan Queensland ke

New Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil


12

militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang

dilewati merupakan jalur penyebaran virus dengue.

3) Lingkungan (Environment)

Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit

Demam Berdarah Dengue atau dikebal dengan kondisi dan

pengaruh-pengatuh luar yang mempengaruhi kehidupan dan

perkembangan suatu organisasi (Ariani, 2016).

d. Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Virus-virus dengue ditularkan ke tubuh manuasia melalui

gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi, terutama Aedes Aegepti, dan

karenanya dianggap sebagai arbovirus (virus yang ditularkan melalui

arthopoda). Bila terinfeksi, nyamuk tetap akan terinfeksi seumur

hidupnya, menularkan ke individu rentan selama menggigit dan

menghisap darah. Nyamuk betina terinfeksi dapat menurunkan virus

ke generasi nyamuk dengan penularan transvarian, tetapi jarang terjadi

dan kemungkinan tidak meperberat penularan yang signifikan pada

manuasia. Manusia adalah penjamu utama yang dikenal virus, virus

bersirkulasi dalam darah manusia terinfeksi pada kurang lebih waktu

dimanan mereka mengalami demam, dan nyamuk tak terinfeksi

mengkin mendapatkan virus bila mereka menggigit individu saat ia

dalam keadaan viraemik. Virus kemudian berkembang didalam

nyamuk selama periode 8-10 hari sebelum ini dapat ditularkan ke

manusia lain selama menggigit atau menghsap darah berikutnya. Lama


13

waktu yang diperlukan untuk inkubasi ekstrinsik ini tergantung pada

kondisi lingkungan, khususnya suhu sekitar (Ester, 1999).

e. Tanda dan Gejala Demam Berdarah Dengue

Dengue adalah penyakit parah seperti flu yang menyerang bayi,

anak kecil dan orang dewasa, tetapi jarang menyebabkan kematian.

Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa inkubasi

4 –10 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. WHO (2020)

mengklasifikasikan demam berdarah menjadi 2 kategori utama:

demam berdarah (dengan / tanpa tanda peringatan) dan demam

berdarah parah dengan tanda dan gejala sebagai berikut:

1) Demam berdarah

Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40° C / 104 ° F)

disertai dengan 2 gejala berikut selama fase demam:

a) sakit kepala parah

b) sakit di belakang mata

c) nyeri otot dan sendi

d) mual

e) muntah

f) kelenjar bengkak

g) ruam.

2) Demam berdarah parah

Seorang pasien memasuki apa yang disebut fase kritis

biasanya sekitar 3-7 hari setelah onset penyakit. Ketika demam


14

turun (di bawah 38°C / 100°F) pada pasien, tanda peringatan yang

terkait dengan demam berdarah parah dapat terwujud. Dengue

parah adalah komplikasi yang berpotensi fatal, karena plasma

bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, perdarahan hebat,

atau kerusakan organ. Tanda peringatan yang harus diperhatikan

meliputi (WHO, 2020):

a) sakit perut yang parah

b) muntah terus-menerus

c) pernapasan cepat

d) gusi berdarah

e) kelelahan

f) kegelisahan

g) darah dalam muntahan.

Jika pasien menunjukkan gejala ini selama fase kritis,

observasi ketat selama 24-48 jam ke depan sangat penting agar

perawatan medis yang tepat dapat diberikan, untuk menghindari

komplikasi dan risiko kematian (WHO, 2020).

Diagnosa penyakit Demam Berdarah Dengue dapat dilihat

berdasarkan kriteria diagonsa klinis dan laboratorium. Menurut

Misnadiarly (2016) tanda dan gejala penyakit Demam Berdarah

Dengue yang dapat dilihat dari penderita kasus Demam Berdarah

Dengue dengan diagnosa klinis dan laboratorium.


15

1) Diagnosa klinis setelah masa inkubasi selama 4-6 hari (berkisar 3-

14 hari) berbagai gejala prodromal yang tidak khas akan timbul

seperti :

a) Nyeri kepala

b) Nyeri punggung

c) Malaise (kelelahan umum)

d) Demam, dengan suhu tubuh umumnya berkisar 39-40◦C,

bersifat bifasik, berlangsung selama 5-7 hari.

e) Ruam Kemerahan pada wajah atau timbulnya ruam menyerupai

urtikaria pada wajah, leher, dan dada yang timbul pada fase

demam. Ruam mokulopapular atau ruam skalatina mulai

tampak kira-kira di hari sakit ketiga atau keempat. Menjelang

masa akhir demam atau segera setelah demam reda, tampak

petekia menyeluruh di punggung kaki, lengan, maupun tangan.

Petekia yang mengelompok ditandai dengan daerah bulat,

pucat, diantaranya yang merupakan titik normal, petekia sering

kali disertai gatal.

f) Perdarahan kulit Uji tourniquet positif dan atau terdapat

petekia.
16

2) Diagnosa laboratoris, hasil pemeriksaan laboratorium demam

berdarah yaitu :

a) Jumlah leukosit biasanya normal pada awal demom,

selanjutnya terjadi leucopesia yang berlangsung selama fase

demam

b) Jumlah trombosit biasanya normal, juga terjadi pada factor

pembekuan darah lainnya.

c) Pemeriksaan kimia darah dan enzim biasanya normal tetapi

enzim mungkin meningkat. Trombositopeni pada hari ke 3

sampai ke 7 ditemukan penurunan trombosit hingga

100.000/mmHg Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit

sebanyak 20 % atau lebih (Sitorus, 2019).

f. Nyamuk Aedes Aegypti

Aedes Aegypti telah lama dikenal sebagai penyebar virus

Dengue penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue. Masa

pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes Aegypti yang dikutip

dari Sitorus (2019) dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:

1) Telur

Telur nyamuk Aedes Aegypti berbentuk elips atau oval

memanjang, warna hitam, ukuran 0.5-0.8 mm, permukaan

poligonal, tidak memiliki alat pelampung, dan diletakkan satu per

satu pada benda- benda yang terapung atau pada dinding bagian

dalam tempat penampungan air (TPA) yang berbatasan langsung


17

dengan permukaan air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas,

sebanyak 85% melekat di dinding TPA, sedangkan 15% lainnya

jatuh ke permukaan air. Telur nyamuk Aedes Aegypti di dalam air

dengan suhu 20-40 akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2

hari.

2) Larva

Larva nyamuk Aedes Aegypti tubuhnya memanjang tanpa

kaki dengan bulu-bulu sederhana yang tersusun secara bilateral

simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya

mengalami 4 kali pergantian kulit, dan larva yang terbentuk

berturut-turut disebut larva instar I, II, III, IV.

a) Instar I : berukuran paling kecil. Yaitu 1-2 mm

b) Instar II : 2.5-3.8 mm

c) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar ke II

d) Instar IV : berukuran paling besar, yaitu 5mPerkembangan dari

instar I sampai IV memerlukan waktu sekitar 5 hari.

Setelah mencapaI instar IV, larva berubah menjadi

pupa dimana larva memasuki masa dorman

(inaktif/tidur), pada bagian kepala terdapat sepasang

mata majemuk, Larva ini tubuhnya langsing dan

bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif,

dan waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak

lurus dengan bidang permukaan air. Pada kondisi


18

optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam

waktu 4-9 hari.

3) Pupa

Pupa nyamuk Aedes Aegypti bentuk tubuhnya bengkok,

dengan bagian kepala sampai dada lebih besar bila dibandingkan

dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca

“koma”. Pada bagian punggung dada terdapat alat pernafasan

seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat

pengunyah yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut

berjumbai panjang dan bulu di nomor 7 pada ruas perut ke-8 tidak

bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya

lebih lincah bila dibandingkan dengan larva.Waktu istirahat posisi

pupa sejajar dengan bidang permukaan air. Pupa berkembang

menjadi nyamuk dewasa dalam 2-3 hari.

4) Dewasa (Imago)

Nyamuk dewasa Aedes Aegypty keluar dari pupa melalui

celah antara kepala dan dada.Nyamuk dewasa betina yang

menghisap darah manusia untuk keperluan pematangan telurnya.

Nyamuk ini menyerang manusia dari bagian bawah atau belakang

tubuh mangsanya. Umur Aedes Aegypti di alam bebas sekitar 10

hari.Umur ini telah cukup bagi nyamuk ini mengembangkan Virus

Dengue menjadi jumlah yang lebih banyak dalam tubuhnya

(Sitorus, 2019).
19

Gambar 2.1
Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti

Sumber: Meiriza (2019)

g. Ciri-Ciri Nyamuk Aedes Aegpti

Menurut Nadezul (2007) dalam Sitorus (2019), nyamuk Aedes

Aegpti telah lama diketahui sebagai vector utama dalam penyebaran

penyakit Demam Berdarah Dengue, adapun cirri-cirinya adalah

sebagai berikut :

1) Badan kecil berwarana hitam dengan bintik-bintik putih

2) 2 Jarak terbang nyamuk sekitar 100 m

3) Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan

4) Menghisap darah pada pagi hari sekitar pukul 09.00-10.00 dan sore

hari pukul 16.00-17.00

5) Nyamuk betina menghisap darah untuk pematangan sel telur,

sedangkan nyamuk jantan memakan sari-sari tumbuhan


20

6) Hidup di genangan air bersih bukan di got atau comberan

7) Di dalam rumah dapat hidup di bak mandi, tempayan, vas bunga,

dan tempat air minum burung

8) Di luar rumah dapat hidup di tampungan air yang ada di dalam

drum, dan ban bekas.

h. Perilaku Nyamuk

Ada tiga tempat yang diperlukan untuk kelangsungan hidup

nyamuk, hubunganya tersebut pada digram berikut (Sitorus, 2019):

Gambar 2.2
Tempat Yang Diperlukan Untuk Siklus Perkembangan Nyamuk

Tempat untuk
berkembang biak

ENVIRONMENT
Tempat untuk
Tempat untuk mencari makan
istirahat

Sumber : Sumantri (2010) dalam Sitorus (2019)

Perilaku vektor yang berhubungan dengan ketiga macam

habitat tersebut penting diketaahui untuk menunjang program

pemberantasan vector, yaitu:

1) Tempat berkembangbiak vektor

Tempat perkembangbiakan vektor utama nyamuk Aedes

Aegpti adalah tempat penampungan air bersih di dalam atau sekitar


21

rumah, berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau

bejana seperti bak mandi, tempayan, tempat minum burung dan

barangbarang bekas yang dibuang sembarangan yang dapat terisi

air pada waktu hujan. Nyamuk Aedes Aegpti tidak dapat

berkembangbiak pada genangan air yang berhubungan langsung

dengan tanah (Ariani, 2016).

Menurut Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan (2011), jenis tempat perkembangbiakan

nyamuk Aedes Aegpti dapat dikelompokkan menjadi :

a) Tempat Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-hari,

seperti : drum, tangki reservoir, bak mandi, tempayan dan

ember.

b) Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari

(non TPA), seperti tempat minum burung, vas bunga,

perangkap semut, dan barang-barang bekas (ban, botol, kaleng,

dan lain-lain).

c) Tempat penampungan air alamiah, seperti lubang pohon,

lubang batu, potongan bambu dan lain-lain (Sitorus, 2019).

2) Tempat Mencari Makan Vektor

Nyamuk Aedes Aegpti memiliki kebiasaan yang disebut

dengan endopagic, artinya golongan nyamuk yang lebih senang

mencari makan di dalam rumah. Selain itu nyamuk Aedes Aegpti

bersifat diurnal yakni aktif pada pagi hari dan sore hari, biasanya
22

jam 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Nyamuk betina membutuhkan

protein untuk memproduksi telunya. Oleh karena itu setelah kawin

nyamuk betina memerlukan darah untuk pemenuhan kebutuhan

proteinnya. Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2-3

kali sehari. Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina

sering menggigit labih dari satu orang. Posisi menghisap darah

nyamuk Aedes Aegpti sejajar dengan permukaan kulit manusia.

Arah tempat nyamuk ini sekitar 100 meter (Sitorus, 2019).

3) Tempat Istirahat Vektor

Setelah selesai menghisap darah, nyamuk betina akan

beristirahat sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telurnya. Nyamuk

Aedes Aegpty hidup domestik, artinya lebih menyukai tinggal di

dalam rumah daripada di luar rumah (Sitorus ,2019).

2. Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue sangat tergantung

vektornya. Pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue yang paling

utama adalah dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui kegiatan

yang dikenal sebagai 3M Plus. Kegiatan ini bertujuan untuk memutus

rantai perkembangbiakan nyamuk dengan cara membasmi telur dan jentik-

jentik nyamuk, sehingga diharapkan tidak sampai menjadi nyamuk

dewasa. Kegiatan 3M Plus ini harus dilaksanakan oleh masyarakat di

lingkungan tempat tinggalnya masing-masing (Direktorat Jendral

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).


23

Adapun program PSN, yaitu (Kementerian Kesehatan RI, 2018) :

a. Menguras, menguras tempat yang biasa digunakan sebagai tempat

penampungan air seperti bak mandi, tempat penampungan air minum,

ember air dan lain-lain.

b. Menutup, menutup rapat-rapat TPA seperti drum, toner air, kendi, dll.

c. Mengubur, mengubur dan mendaur ulang barang bekas yang dapat

menjadi tempat genangan air.

Adapun yang dimaksud dengan 3M plus dalam Modul

Pengendalian Demam Berdarah Dengue (Kementerian Kesehatan RI,

2011) adalah segala bentuk pencegahan seperti :

a. Menaburkan bubuk Abate.

b. Menggunakan obat nyamuk atau lotion anti nyamuk.

c. Menggunakan kelambu saat tidur.

d. Menanam tanaman pengusir nyamuk.

e. Memelihara ikan pemakan jentik.

f. Menghindari kebiasaan menumpuk pakaian atau menggantung pakaian

didalam rumah.

Berikut ini beberapa langkah-langkah pemberantasan Demam

Berdarah Dengue yang dikutip dari berbagai sumber, yaitu:

a. Pencegahan primer

Pencegahan tingkat pertama merupakan suatu upaya untuk

mempertahankan orang yang sehat tetap sehat atau mencegah orang

yang sehat menjadi sakit. Sebelum ditemukannya vaksin terhadap


24

virus Demam Berdarah Dengue, pengendalian vector adalah satu-

satunya upaya yang diandalkan dalam mencegah Demam Berdarah

Dengue. Secara garis besar ada cara pengendalian vektor yaitu:

1) Fisik

Cara ini yaitu memakai kelambu, menguras bak mandi

menutup Tempat Penampungan Air (TPA), mengubur sampah,

memasang kawat anti nyamuk, menimbun genangan air dan

membersihkan rumah. Bila Pemberantasan Sarang Nyamuk

Demam Berdarah Dengue dilakukan oleh seluruh masyarakat,

maka populasi nyamuk Aedes Aegypty dapat ditekan serendah

rendahnya, sehingga penularan Demam Berdarah Dengue tidak

terjadi lagi.

a) Memakai kelambu di ranjang tidur. Kelambu berfungsi agar

nyamuk tidak mengganggu kualitas tidur dan tidur lebih

nyenyak tanpa digigit nyamuk. Terutama jika ibu mempunyai

balita maka akan terhindar dari Demam Berdarah Dengue.

b) Menguras bak mandi dilakukan secara teratur dan rutin seetiap

seminggu sekali agar tidak ada jentik nyamuk.

c) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air yang ada

dirumah. Penampungan air menjadi salah satu tempat

berkembangbiak yang digemari nyamuk. Oleh karena itu, tutup

rapat tempat penampungan air.


25

d) Mengubur sampah yang dapat menampung air. Sampah yang

tidak didaur ulang dan menumpuk di perkarangan rumah akan

menyebabkan berkembangbiaknya jentik nyamuk. Segera tutup

lubang sampah yang sekiranya dapat menampung air.

e) Memasang kawat anti nyamuk di seluruh ventilasi rumah.

Kawat nyamuk sangat berfungsi sebagai pertukaran udara dan

mencegah agar nyamuk tidak masuk ke dalam rumah. Rumah

yang sehat sangat mengutamakan udara yang sehat pula.

f) Menimbun genangan air di lingkungan rumah. Nyamuk suka

berkembangbiak di genangan-genangan air. Karena itu pastikan

tidak ada genangan air di sekitar rumah. Periksa benda-benda

yang berpotensi menjadi tempat genangan air.

g) Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan rumah di sekitar

rumah. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan menjadi

salah satu faktor penting yang bisa menjauhkan rumah Anda

dari serangan nyamuk penyebab penyakit. Oleh karena itu,

usahakan untuk selalu menciptakan lingkungan rumah yang

bersih dan sehat. Pangkaslah tanaman rimbun dan rumput liar

yang juga menjadi tempat yang sangat disukai oleh nyamuk.

2) Kimia

Cara memberantas Aedes Aegypti dengan menggunakan

insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal

dengan istilah larvasida. Cara ini dikenal dengan 4 M yaitu


26

menyemprotkan cairan pembasmi nyamuk, mengoleskan lotion

nyamuk, menaburkan serbuk abate, mengadakan fogging. Pada

pengendalian kimia digunakan insektisida yang ditunjukan pada

nyamuk dewasa atau larva.

a) Menyemprotkan cairan pembasmi nyamuk di bagian dalam

rumah. Cairan pembasmi nyamuk salah satu alternative yang

bisa digunakan untuk mengusir nyamuk. Semprotkan cairan

pembasmi nyamuk beberapa jam sebelum tidur di kamar.

b) Mengoleskan lotion anti nyamuk, terutama yang mengandung

N-diethylmetatoluamide (DEET) yang terbukti efektif. Namun

jangan gunakan broduk ini pada bayi yang masih berusia di

bawah dua tahun. Bagi yang memiliki kulit sensitif, pemakaian

lotion anti nyamuk tidak disarankan karena berpotensi

menimbulkan reaksi iritasi hingga alergi.

c) Menaburkan serbuk Abate agar jentik-jentik nyamuk mati.

Abate adalah nama dagang dari temefos, suatu insektisida

golongan organfosfat yang efektif membunuh larva nyamuk

atau insekta air lainnya. Abate berbentuk bubuk Kristal padar

dan segera larut saat dimasukkan ke dalam air.

d) Mengadakan fogging untuk mensterilkan lingkungan dari

nyamuk Aedes Aegypti. Sebenarnya tidak hanya nyamuk tetapi

juga nyamuk lainnya dan serangga lainnya.


27

3) Biologi

Pemberantasan jentik nyamuk Aedes Aegypti secara biologi

dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan

kepala timah, ikan gupi, ikan cupang, atau tempalo, dan lain-lain).

Dapat digunakan Bacillus Thruringiensis var Israeliensi (BTI).

Cara ini dikenal dengan 2 M yaitu memelihara ikan dan menanam

bunga.

a) Memelihara ikan cupang di tempat penampungan air atau

kolam. Ikan cupang akan memakan jentik-jentik dan telur-telur

nyamuk sampai tidak tersisa. Bisa dimasukkan ke dalam bak

mandi, gentong, drum, dan tempat yang dijadikan sebagai

penampungan air.

b) Menanam bunga yang tidak disukai nyamuk. Tanaman hias

yang aromanya tidak disukai oleh nyamuk antara lain

Lavender, Geranium, Zodia. Ageratum, Rosemary dan

sebagainya. Selain membebakan rumah dan lingkungan sekitar

dari nyamuk membandel, tanaman-tanaman hias tersebut akan

mempercantik tampilan taman di rumah.

4) Radiasi

Pengendalian cara radiasi memakai bahan radio aktif

dengan dosis tertentu sehingga nyamuk jantan menjadi mandul.

Nyamuk jantan yang telah diradiasi dilepaskan kea lam bebas.

Meskipun nanti nyamuk jantan akan berkopulasi dengan nyamuk


28

betina, tapi nyamuk betina tidak akan dapat menghasilkan telur

fertile.

b. Pencegahan Sekunder

Dalam pencegahan sekunder dilakukan upaya diagnosis dan

dapat diartikan sebagai tindakan yang berupaya untuk mengentikan

proses penyakit pada tingkat permulaan, sehingga tidak akan menjadi

lebih parah.

1) Melakukan diagnosis sedini mungkin dan memberikan pengobatan

yang tepat bagi penderita Demam Berdarah Dengue.

2) Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang menemukan penderita

Demam Berdarah Dengue segera melaporkan ke Puskesmas dan

Dinas kesehatan dalam waktu 3 jam.

3) Penyelidikan epidemiologi dilakukan petugas Puskesmas untuk

pencarian penderita panas tanpa sebab yang jelas sebanyak 3 orang

atau lebih, pemeriksaan jentik, dan juga dimaksudkan terjadinya

penularan lebih lanjut, sehingga perlu dilakukan fogging fokus

dengan radius 200 meter dari rumah penderita, disertai penyuluhan.

c. Pencegahan Tertier

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mencegah kematian akibat

penyakit Demam Berdarah Dengue dan melakukan rehabilitasi. Upaya

pencegahan ini dapat dilakukan sebagai berikut :


29

1) Ruang gawat darurat

Membuat ruangan gawat darurat khusus untuk penderita

Demam Berdarah Dengue di setiap unit pelayanan kesehatan

terutama di Puskesmas agar penderita dapat penanganan yang lebih

baik.

2) Transfusi darah

Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti

hematemesis dan malena diindikasikan untuk mendapatkan

transfuse darah secepatnya.

3) Mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)

Adapun jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan

stratifikasi daerah rawan seperti:

a) Endemis

Daerah dengan kejadian tiap tahunnya dalam tahun

terakhir. Kegiatan yang dilakukan yang dilakukan adalah

fogging Sebelum Musim Penularan (SMP), abatesasi selektif,

Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), dan penyuluhan kesehatan

kepada masyarakat.

b) Sporadik

Daerah yang dalam tahun terakhir terjangkit Demam

Berdarah Dengue tetapi tidak setiap tahun. Kegiatan yang

dilakukan adalah Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), dan

penyuluhan.
30

c) Potensial

Daerah yang dalam tahun terakhir tidak terjadi kejadian

DBD tetapi mempunyai penduduk yang padat dan ditemukan

house index lebih dari 10%. Kegiatan yang dilakukan adalah

PJB dan penyuluhan.

d) Bebas

Daerah yang tidak pernah terjadi Demam Berdarah

Dengue dan berada lebih dari 1.000 meter di atas permukaan

laut. Kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan.

3. Perilaku Kesehatan

Pemberantasan Demam Berdarah Dengue adalah suatu bentuk

perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan menurut Achmadi (2014) adalah

aksi yang dilakukan oleh orang untuk memelihara atau mencapai

kesehatan dan/ atau mencegah penyakit. Perilaku kesehatan menurut

Notoatmodjo (2012) adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, system

pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.

Menurut Achmadi (2014), perilaku kesehatan dibentuk oleh faktor-

faktor, yaitu:

a. Faktor Internal, faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri,

yaitu berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan

sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Motivasi


31

merupakan penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini

sangat kompleks.

b. Faktor Eksternal, Faktor yang berada di luar individu yang

bersangkutan yang meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil

kebudayaan yang disajikan sasaran dalam mewujudkan bentuk

perilakunya.

Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor utama,

yakni:

a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, pendidikan, kepercayaan, keyakinan, usia, paritas

nilai-nilai dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Menurut Achmadi

(2014), faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-

hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan

sebagainya.

b. Faktor Pemungkin (Enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana kesehatan dan keterjangkauan jarak. Menurut Achmadi (2014),

faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas keshatan bagi masyarakat.

c. Faktor Penguat (Reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan


32

kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Achmadi (2014), faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan

perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan perilaku petugas

termasuk petugas kesehatan, suami dalam memberikan dukungannya.

4. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi

setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognotif merupakan dominan yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo,

2012).

b. Tingkatan

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif

mempunyai enam tingkat, yakni:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik


33

dan seluruh bahan yang dipelajari rangsangan yang telah diterima.

Ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterupsi materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya).

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lainnya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri (Notoatmodjo, 2012).


34

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012)

adalah sebagai berikut :

a) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan.

1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan

dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat dilakukan dengan

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Upaya memperoleh pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular

atau disebut metodologi penelitian atau penelitian ilmiah.

d. Proses Prilaku Tahu

Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012),

perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat

diamati langsung dari maupun tidak apat diamati oleh pihak luar.
35

Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Interest (merasa tertarik), dimana individu mulai menaruh

perhatian dan tertarik pada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang), individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru

5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.

e. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian dan respon. Pengukuran pengetahuan menurut

Notoadmodjo (2012), dapat dikategorikan:

1) Baik, apabila sujek mampu menjawab dengan benar 76-100 % dari

semua pertanyaan.

2) Cukup, apabila subjek mampu menjawab dengan benar 60-75%

dari semua pertanyaan.

3) Buruk, apabila subjek mampu menjawab pertanyaan <60% dari

semua pertanyaan.
36

Pengetahuan masyarakat mengenai Demam Berdarah Dengue

merupakan langkah awal untuk menentukan tindakan pencegahan dan

penanganan penyakit Demam Berdarah Dengue. Banyaknya Kejadian

Luar Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue seringkali disebabkan

minimnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Demam Berdarah

Dengue (Kemenkes RI, 2015).


37

B. Kerangka Teori

Berdasarkan teori sebelumnya, kerangka teori yang dipakai mengacu

pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan yang dijelaskan

oleh Notoatmodjo (2012) dan Achmadi (2014). Kerangka teori tersebut dapat

dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini.

Gambar 2.3
Kerangka Teori

Faktor predisposisi
o Usia
o Paritas
 Pengetahuan
o Sikap
o Motivasi
o Kepercayaan
o Persepsi

Faktor pendukung
o Sarana dan prasarana
kesehatan Prilaku kesehatan
o Jarak Prasarana
kesehatan

Upaya pencegahan
Faktor pendorong Demam Berdarah Dengue
o Keterpaparan media - 3M Plus
informasi - JUMATIK
o Dukungan keluarga
o Dukungan Tokoh
masyarakat
o Dukungan Petugas

Keterangan:
 Diteliti
o Tidak diteliti

(Sumber: Modifikasi Teori L.Green dalam Notoatmodjo (2012))


38

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka konsep dalam literature

review ini digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Upaya pencegahan
Pengetahuan
DBD

Gambar 2.4
Kerangka Konsep
Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam
Berdarah Dengue Dengan Upaya Pencegahan
Demam Berdarah Dengue
39

D. Definisi Operasional

Tabel 2.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran
1 Variabel Dependen
Upaya Segala sesuatu yang telah dilakukan Literature review
pencegahan masyarakat dalam upaya pencegahan
Demam Demam Berdarah Dengue antara lain
Berdarah (3M Plus dan JUMATIK)
Dengue.
2 Variabel Independent
Pengetahuan Pengetahuan tentang Demam Literature review
Berdarah Dengue (pengertian, tanda
dan gejala, penyebab, komplikasi,
akibat Demam Berdarah Dengue dan
upaya pencegahan Demam Berdarah
Dengue.

E. Hipotesis

Berdasarkan literasi, hipotesis yang digunakan yaitu:

Ha: Terdapat hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit

Demam Berdarah Dengue dengan upaya pencegahan Demam Berdarah

Dengue berdasarkan literature review.


40

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Strategi Pencarian Literature Review

Metode penelitian ini adalah Literature Review atau tinjauan pustaka.

Literatur review merupakan penelitian dengan melakukan survey literatur

tentang penemuan-penemuan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang

berhubungan dengan topik penelitian yang diperoleh dari penelusuran artikel

penelitian-penelitian ilmiah dari rentang tahun 2015-2021 dengan

menggunakan database google scholar, pubmed, BioMed Central, Sinta dan

Elsevier.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pencarian data berdasarkan

judul penelitian hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit

Demam Berdarah Dengue dengan upaya pencegahan Demam Berdarah

Dengue, maka peneliti melakukan pencarian data jurnal menggunakan kata

kunci “ pengetahuan dan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue

(knowledge dan the prevention of Dengue Hemorrhagic Fever)”. Kemudian

data yang diperoleh dari telaah pustaka dianalisis menggunakan teknik

criticize oleh peneliti dengan memberikan kritik artikel dalam bentuk suatu

pendapat atau opini, bisa setuju atau tidak setuju yang didukung oleh bukti

atau evidence. Data-data yang diperoleh dituangkan ke dalam sub bab-sub bab

sehingga menjawab rumusan masalah penelitian.

40
41

B. Kriteria Literature Review

Kriteria bahan kajian yang digunakan pada penelitian ini antara lain:

1. Kriteria Inklusi

a. Diakses dari database google scholar, pubmed, BioMed Central, Sinta

dan Elsevier.

b. Naskah fulltext.

c. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

d. Tahun terbit 1 Januari 2015 sampai 28 Februari 2021.

e. Sesuai dengan topik penelitian yaitu tingkat pengetahuan masyarakat

tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dengan upaya pencegahan

Demam Berdarah Dengue.

2. Kriteria eksklusi :

a. Naskah dalam bentuk abstrak atau tidak dapat diakses.

b. Artikel tidak sesuai topik penelitian.

C. Tahapan Literature Review

Pada bagian ini dijelaskan proses setiap tahapan dalam pencarian

Literatur Review dengan tahapan berikut ini:

1. Melakukan pencarian literature, dilakukan melalui basis data: google

scholar, pubmed, BioMed Central, Sinta dan Elsevier.

2. Hasil pencarian akan disaring atas judul, abstrak dan kata kunci.

3. Artikel yang disaring menggunakan kata kunci “ pengetahuan dan upaya

pencegahan Demam Berdarah Dengue (knowledge dan the prevention of


42

Dengue Hemorrhagic Fever)”, kemudian dilakukan lagi proses

penyaringan dengan melihat keseluruhan teks sesuai dengan kriteria

inklusi.

4. Hasil penyaringan yang sesuai dengan kriteria inklusi yang akan dijadikan

bahan literature review.

Pencarian Literature
Basic data: google scholar (n=2040), pubmed (n=27), BioMed Central (n=179),
researchgate (n=25) dan Elsevier (n=2) =2273

Hasil Pencarian Literatur


n = 25

Artikel yang disaring atas dasar judul, abstrak dan kata kunci

Hasil pencarian yang akan Hasil pencarian yang tidak


diproses kembali n=15 diproses kembali n=10

Artikel yang disaring kembali atas


dengan melihat keseluruhan teks

Hasil pencarian yang akan Hasil pencarian yang tidak


diproses kembali n=14 diproses kembali n=1

Artikel yang relevan dg penelitian n=14


Dengan daftar referensi minimal 5 tahun terakhir (tahun 2015-2021)

Gambar 3.1
Diagram Gambar Alur Review Jurnal Hubungan Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue Dengan Upaya
Pencegahan Demam Berdarah Dengue
43

BAB IV
HASIL KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kajian Literatue Review

Berdasarkan hasil pencarian literature dengan memanfaatkan bantuan

mesin pencarian digital yang berbasis web didapatkan 2273 jurnal yang terdiri

dari Researchgate sebanyak 25 jurnal, Google Scholar sebanyak 2040 jurnal,

BMC sebanyak 179 jurnal, Elsevier sebanyak 2 jurnal, dan PubMed sebanyak

27 Jurnal. Jurnal yang didapatkan dari penyaringan diatas, kemudian

dilakukan lagi proses penyaringan dengan melihat keseluruhan teks dan

didapatkan sebanyak 14 jurnal yang telah memenuhi kriteria inklusi yang

terdiri dari 14 jurnal nasional bersumber dari google shoolar. Artikel

penelitian tersebut mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan

masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dengan upaya

pencegahan Demam Berdarah.

Berdasarkan hasil pencarian literature, jurnal yang didapat seluruhnya

bersumber dari Google Scholar. Hasil pencarian disusun sesuai nama peneliti,

Bahasa jurnal/artikel, sumber, tujuan metode penelitian dan hasil penelitian

seperti pada tabel berikut ini.

43
44

Tabel 4.1
Hasil Kajian Literatur
Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam
Berdarah Dengue Dengan Upaya Pencegahan
Demam Berdarah Dengue

No Peneliti / Bahasa Sumber Judul Metode Hasil/ Temuan


Tahun Artikel Penelitian Penelitian
terbit
1 Dawe et Indonesia https://e Pengetahuan Penelitian ini Hasil penelitian
al., (2020) jurnal.u dan Sikap adalah menunjukkan ada
ndana.a Masyarakat penelitian hubungan antara
c.id/CJ serta Peran dengan desain pengetahuan
PS/artic Petugas deskriptif dengan
le/view/ Kesehatan analitik pencegahan DBD
2283 Terkait dengan (p=0,003); ada
Pencegahan pendekatan hubungan antara
Demam cross sikap dengan
Berdarah sectional pencegahan DBD
Dengue study dengan (p=0,000); dan
(DBD) teknik simple ada hubungan
random antara peran
sampling dan petugas kesehatan
dianalisi dengan
dengan uji pencegahan DBD
chi-square (p=0,004)
2 Kasenda Indonesia https://ej Pengetahuan Penelitian Hasil penelitian
et al. ournal.u dan menggunakan ini
(2020) nsrat.ac.i Tindakan penelitian menunjukkan
d/index. tentang survei bahwa
php/ijph Pencegahan deskriptif. pengetahuan
cm/articl Demam Instrumen responden
e/view/3 Berdarah yang masuk kategori
45

0355 Dengue digunakan baik dengan


yaitu jumlah 20
kuesioner, responden
kamera, dan (46,5%) dan
alat tulis tindakan
menulis. responden
Analisis data masuk kategori
dilakukan baik dengan
secara jumlah 29
univariat responden
(67,4%).
3 Wulandari Indonesia https://jo Hubungan Jenis Hasil penelitian
& urnal.uw Pengetahuan penelitian ini menunjukkan
Ramadhan gm.ac.id , Sikap Dan adalah Cross bahwa dari uji chi
(2019) /index.p Praktik Sectional square
hp/KES Pengunjung dengan jumlah menunjukan
MAS/art Terhadap sampel bahwa ada
icle/viewPencegahan sebanyak 100 hubungan yang
/464 Demam responden. bermakna pada
Berdarah Analisis data variabel
Dengue Di yang pengetahuan dan
Pusat digunakan kejadian DBD
Kesehatan adalah uji Chi pada taraf
Masyarakat square (alpha kepercayaan 90 %
Teluk Bayur = 0.1 .) karena nilai P
Kabupaten vaule = 0.030, ada
Berau hubungan yang
Tahun 2018 bermakna pada
variabel sikap dan
kejadian DBD
46

pada taraf
kepercayaan 90 %
karena nilai P
vaule = 0.056 dan
tidak ada
hubungan yang
bermakna pada
variabel praktik
dan kejadian
DBD pada taraf
kepercayaan 90 %
karena nilai P
vaule = 0.130
4 Tho & Indonesia https://inoAnalisis Metode Hasil penelitian
Purnama him.esau Determinan penelitian ini menunjukkan
(2019) nggul.ac.i Pengetahuan merupakan bahwa terdapat
d/index.p dengan penelitian hubungan antara
hp/INO/a Upaya analitik pengetahuan
rticle/vie Pencegahan dengan desain dengan upaya
w/196 Kejadian cross pencegahan
DBD di sectional. Kejadian DBD di
Kelurahan Populasi Kelurahan Rawa
Rawa adalah seluruh Buaya,
Buaya, kepala rumah Kecamatan
Kecamatan tangga di Cengkareng,
Cengkareng, Kelurahan Jakarta Barat
Jakarta Rawa Buaya, dengan p-value
Barat Cengkareng, 0,0025, nilai OR
Jakarta Barat. = 3,4738. Artinya
Sampel tingkat
47

penelitian ini pengetahuan yang


berjumlah 210 baik tentang
sampe Kejadian DBD
memiliki
kecenderungan
3,5 kali lebih
tinggi dalam
upaya pencegahan
Kejadian DBD.
5 Assa Indonesia http://ejo Hubungan Penelitian Hasil penelitian
(2019) urnal.uin- Pengetahuan kuantitatif menunjukkan
malang.a dengan Sikap dengan desain bahwa responden
c.id/index Masyarakat korelasi dan yang
.php/jim/ dalam pendekatan berpengetahuan
article/vie Pencegahan cross sectional. cukup sebanyak
w/7085 Penyakit Populasi adalah 83 (38,8%),
Demam semua responden yang
Berdarah masyarakat di berpengetahuan
Dengue di desa Betalemba baik sebanyak 68
Desa sebanyak 303 (39,8%) dan
Betalemba kepala responden yang
Kecamatan keluarga. berpengetahuan
Poso Pesisir Dengan teknik kurang sebanyak
Selatan pengambilan 20 (11,7%),
sampel dengan kemudian
cara responden yang
proporsionate memiliki sikap
stratified cukup sebanyak
random 105 (61,4%),
sampling. Data responden yang
48

dianalisis dan memiliki sikap


diuji dengan baik sebanyak 53
menggunakan (31,0%) dan
uji Chi-Square responden yang
memiliki sikap
kurang sebanyak
13 (7,6%). Hasil
analisis uji Chi-
Square di
diperoleh nilai p =
0,00 (p<0,05) ini
berarti terdapat
hubungan antara
pengetahuan
dengan sikap
masyarakat dalam
pencegahan
penyakit DBD di
desa Betalemba
Kecamatan Poso
Pesisir Selatan.
6 Muhamma Indonesia https://jukHubungan Penelitian ini Hasil penelitian
d et e.kedokte Pengetahuan menggunakan ini menunjukkan
al.(2018) ran.unila. dan Status metode hasil uji Chi-
ac.id/inde Sosial observasi Square
x.php/maj Ekonomi analitik dengan menunjukkan
ority/artic Terhadap pendekatan bahwa terdapat
le/view/2 Upaya cross sectional. hubungan
055 Pencegahan Dengan sampel pengetahuan
Demam kepala keluarga (pvalue sebesar
49

Berdarah sebanyak 92 0,000); pada


Dengue orang. Hasil tingkat
(DBD) di analisis pendidikan (p
Desa menggunakan value sebesar
Pajaresuk uji Chi-Square 0,043); pada
Kecamatan tingkat
Pringsewu pendapatan (p
Kabupaten value sebesar
Pringsewu 0,007) terhadap
perilaku
pencegahan
demam berdarah
dengue, serta pada
variabel pekerjaan
didapatkan p
value sebesar
0,408 terhadap
perilaku
pencegahan
demam berdarah
dengue.
7 Putri & Indonesia https://jur Hubungan Penelitian ini Hasil penelitian
Naftassa nal.unimuTingkat menggunakan menunjukkan
(2018) s.ac.id/in Pendidikan desain studi bahwa 55,0%
dex.php/ dan cross sectional. responden
APKKM/ Pengetahuan Pengambilan memiliki
article/vie Masyarakat sampel pengetahuan baik
w/3275 dengan sebanyak 100 dan responden
Perilaku responden dengan
Pencegahan dengan teknik pengetahuan
50

Demam random kurang sebanyak


Berdarah sampling. 35,0%, Hasil
dengue di Instrumen yang analisis bivariat
Desa digunakan menunjukkan
Kemiri,Keca adalah hubungan yang
matan kuesioner signifikan antara
Jayakerta, dengan analisis variabel tingkat
Karawang data pendidikan
tahun 2016 menggunakan dengan perilaku
uji Chi-square. pencegahan
(p=0,008), dan
terdapat hubungan
yang signifikan
antara variabel
tingkat
pengetahuan
dengan perilaku
pencegahan.
8 Pantouw Indonesia https://ej Hubungan Penelitian ini Hasil penelitian
(2017) ournal.u pengetahuan dilakukan menunjukkan
nsrat.ac.i dan sikap dengan metode bahwa dari hasil
d/index. masyarakat analitik cross analisis bivariat
php/JKK dengan sectional didapatkan nilai
T/article/tindakan dengan sampel signifikansi 0,128.
view/14 pencegahan Penelitian ini Yang berarti tidak
832 penyakit berjumlah 95 ada hubungan
demam kepala keluarga antara
berdarah yang diambil pengetahuan dan
dengue di dengan cara tindakan
Kelurahan proportional pencegahan DBD.
51

Tuminting simple random didapatkan nilai


sampling. signifikansi 0,228
analisa statistik yang berarti tidak
menggunakan ada hubungan
uji statistik chi antara sikap dan
square tindakan
pencegahan DBD.
9 Awaluddi Indonesia https://w Korelasi Penelitian ini Hasil uji chi-
n (2017) ww.rese Pengetahuan merupakan square di peroleh
archgate. Dan Sikap kuantitatif nilai p value =
net/publi Keluarga desain 0,007< α 0,05.
cation/3 Terhadap observasional Dapat
2057351 Tindakan analitik dengan disimpulkan
4 Pencegahan pendekatan adanya korelasi
Demam cross sectional. yang signifikan
Berdarah Teknik antara
Dengue pengambilan pengetahuan
sampel dalam terhadap tindakan
penelitian ini pencegahan DBD,
menggunakan Ada korelasi yang
total sampling signifikan antara
sebanyak 33 sikap dengan
orang. Alat tindakan
ukur yang pencegahan DBD
digunakan dengan p value =
adalah lembar 0,009.
kuesioner.
Analisis data
menggunakan
Chi square.
52

10 Aritonang Indonesia http://ojs.l Tingkat Jenis penelitian Hasil penelitian


et al. ppmmeth Pengetahuan ,ini adalah menunjukkan
(2016) odistmedaSikap dan penelitian bahwa responden
n.net/inde Tindakan deskriptif dengan tingkat
x.php/JK Masyarakat dengan desain pengetahuan baik
M/article/ Terhadap cross sectional. sebanyak 54%
view/317/ Upaya Penelitian ini menunjukkan
296 Pencegahan bertujuan untuk baiknya
Demam mengetahui pengetahuan
Berdarah tingkat mengenai DBD
Dengue di pengetahuan, Responden
Desa sikap dan dengan sikap baik
Sukamaju tindakan sebesar 70%
Kecamatan masyarakat menunjukkan
Sunggal terhadap upaya bahwa sikap
Kabupaten pencegahan responden
Deli Serdang demam terhadap DBD
Tahun 2016 berdarah sudah termasuk
dengue di Desa ke dalam kategori
Sukamaju baik. responden
Kecamatan dengan tindakan
Sunggal tindakan cukup
Kabupaten Deli sebanyak 55%
Serdang tahun menunjukkan
2016 dan sedangnya
sampel tindakan
sebanyak 100 responden
orang diperoleh mengenai DBD
secara random
sampling. Data
53

dikumpulkan
melalui
pengisian
kuesioner.
11 Lontoh et Indonesia https://ej Hubungan Penelitian ini Hasil penelitian
al., (2016) ournal.u Antara menggunakan menunjukkan
nsrat.ac.i Pengetahuan metode survei bahwa terdapat
d/index. Dan Sikap yang bersifat hubungan antara
php/phar Dengan analitik dengan pengetahuan
macon/a Tindakan pendekatan dengan tindakan
rticle/vie Pencegahan Cross Sectional pencegahan DBD
w/11382 Demam study. dengan (p = 0.027) dan
Berdarah sampel terdapat hubungan
Dengue sebanyak 70 antara sikap
(DBD) Di responden dengan tindakan
Kelurahan dengan teknik pencegahan DBD
Malalayang 2 pengambilan (p = 0.011).
Lingkungan sampel secara
III Systematic
random
sampling
menggunakan
uji chi-square
12 Adri et al. Indonesia http://w Hubungan Penelitian ini Hasil penelitian
(2016) ww.jim. Pengetahuan merupakan menunjukkan
unsyiah. dan Sikap observasional bahwa responden
ac.id/FK Terhadap analitik dengan memiliki tingkat
M/articleTindakan desain cross pengetahuan baik
/downlo Pencegahan sectional. sebanyak 34
ad/1385/ Demam Pengambilan orang (35,4%),
54

753 Berdarah sampel Pengetahuan


Dengue Pada dilakukan pada sedang sebanyak
Masyarakat bulan 1 Maret 42 orang (43,8%)
Di 2016 sampai 31 dan memiliki
Kecamatan Maret 2016. pengetahuan
Baiturrahman Pengambilan kurang sebanyak
sampel 20 orang (20.8%),
menggunakan responden
teknik quota memiliki sikap
sampling. baik sebanyak 54
Analisis orang (56,2%),
bivariat sikap sedang
digunakan sebanyak 37
untuk orang (38,5 %)
mengetahui dan sikap kurang
hubungan sebanyak 5 0rang
variabel ( 5,2 %).
independen dan Responden
variabel memiliki tindakan
dependen, pada baik sebanyak 70
penelitian ini orang (72,9%),
menggunakan responden dengan
uji korelasi tindakan sedang
Spearman. sebanyak 25
orang (26,0%)
dan yang
melakukan
tindakan kurang
sebanyak 1 orang
(1,1%).
55

Dari hasil analisis


korelasi Spearman
dan analisis
korelasi ganda
diperoleh nilai p =
0,002 dan rs =
0,695 yang berarti
terdapat hubungan
yang signifikan
antara
pengetahuan
terhadap tindakan
responden, nilai p
= 0,002 < 0,05
serta nilai
rs=0,695 dan nilai
p = 0,002 dan rs =
0,697 yang berarti
terdapat hubungan
yang signifikan
antara sikap
terhadap tindakan
responden
13 Herminto Indonesia https://w Hubungan Penelitian ini Hasil penelitian
et al. ww.resear Tingkat merupakan menunjukkan
(2015) chgate.net Pengetahuan penelitian bahwa analisis
/publicati Warga analitik, univariat
on/34092 Tentang dengan desain menghasilkan
8536 Demam penelitian data sebagai
Berdarah korelasi dan berikut yaitu
56

Dengan pendekatan mean : 27,77 yang


Upaya cross sectional. berarti
Pencegahan Populasi dalam rata-rata tingkat
Demam penelitian ini pengetahuan
Berdarah Di adalah semua warga tinggi,
Dukuh kepala mean : 16,44 yang
Gunung RT keluarga berarti upaya
01 RW 12 Dukuh Gunung pencegahan
Desa Rt 01/12 demam berdarah
Pucangan Pucangan baik . Hasil
Kecamatan Kartasura analisa bivariate
Kartasura Sukoharjo dengan hasil uji
Kabupaten dengan teknik Chi Square
Sukoharjo simple random didapatkan hasil
sampling. p: 0,004 yang
dengan analisa berarti Ada
data hubungan antara
menggunakan tingkat
uji chi square pengetahuan
warga tentang
demam berdarah
dengan upaya
pencegahan
demam berdarah
14 Parulian Indonesia http://ejou Pengetahuan Penelitian ini Hasil penelitian
Manalu and rnal2.litba dan Perilaku menggunakan menunjukkan
Munif ng.kemke Masyarakat rancangan 92,8 % responden
2016) s.go.id/in dalam penelitian tidak pernah
dex.php/a Pencegahan menggunakan mendengar
spirator/arDemam Cross Demam Berdarah
57

ticle/dow Berdarah Sectional Dengue, 77 %


nload/113 Dengue di dengan responden
8/598 Provinsi Jawa menggunakan memiliki
Barat dan kuesioner pengetahuan
Kalimantan sebagai Demam Berdarah
Barat instrumen Dengue sebagai
penelitian, penyakit menular,
dilakukan pada 81,5 % responden
600 responden memiliki
pada 4 Kota/ pengetahuan cara
Kabupaten penularan Demam
yang Berdarah Dengue
mempunyai dengan gigitan
endemisitas nyamuk dan
yang paling sebesar 63,7 %
tinggi yang responden
berkaitan melakukan
dengan tindakan
masalah pencegahan
penelitian, melalui
yang diambil Pemberantasan
secara simple Sarang Nyamuk.
random
sampling.
58

B. Pembahasan

1. Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue

Penelitian Dawe et al., (2020) menunjukkan perilaku pencegahan

DBD yang baik sebesar 53,53%. Penelitian Kasenda et al. (2020)

menunjukkan hasil bahwa tindakan responden kategori baik sebanyak 29

responden (67,4%). Penelitian Muhammad et al.(2018) dengan tindakan

PSN 3M Plus dalam upaya pencegahan DBD sebanyak 52 orang (56,5%)

perilaku baik dalam upaya pencegahan DBD. Penelitian Putri & Naftassa

(2018) juga menunjukkan responden yang melakukan tindakan

pencegahan baik sebanyak 63,0%. Pada penelitian Tho & Purnama (2019)

menunjukkan hasil bahwa sebagian besar kepala keluarga memiliki upaya

pencegahan yang baik yaitu sebesar 79,52%. Penelitian Herminto et al.

(2015) juga menunjukkan bahwa sebanyak 39 responden (59,1%)

mempunyai upaya pencegahan baik. Hasil penelitian Parulian Manalu &

Munif (2016) juga menunjukkan bahwa r 63,7 % responden melakukan

tindakan pencegahan melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk.

Sejalan dengan itu, Penelitian Pantouw (2017) menunjukkan

bahwa sebagian besar responden (69,5%) sudah memiliki tindakan yang

baik tentang pencegahan DBD. Penelitian Lontoh et al., (2016)

menunjukkan frekuensi dari tindakan responden sebagian besar memiliki

tindakan yang baik yaitu sebanyak 49 orang (70%) dan penelitian Parulian

Manalu & Munif (2016) yang menunjukkan bahwa 63,7 % responden

melakukan tindakan pencegahan melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk.


59

Penelitian Aritonang et al. (2016) menunjukkan bahwa responden dengan

tindakan cukup yaitu sebanyak 55 orang (55%). Penelitian Lontoh et al.,

(2016) menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki tindakan yang baik

dengan jumlah 49 orang atau sebesar 70%. Begitu juga dengan penelitian

Adri et al. (2016) menunjukkan bahwa responden memiliki tindakan baik

sebanyak 70 orang (72,9%).

Berbeda dengan penelitian Wulandari & Ramadhan (2019) yang

diketahui hasil bahwa responden yang tidak melakukan 3M sebanyak

69%. Penelitian Awaluddin (2017) yang menunjukkan bahwa tindakan

pencegahan yang baik dilakukan hanya sebanyak 12 responden (36,4%).

Kementerian Kesehatan RI (2018), mengatakan bahwa perlu

membudayakan kembali Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus

secara berkelanjutan dan sepanjang tahun khususnya pada musim

penghujan. Selain Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M Plus, ada juga

gerakan Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK). Gerakan ini dimaksudkan

untuk mengajak setiap keluarga dan seluruh masyarakat agar mencegah

munculnya perindukkan nyamuk Aedes Aegypti di rumah. 3M plus adalah

segala bentuk pencegahan seperti menaburkan bubuk Abate, menggunakan

obat nyamuk atau lotion anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur,

menanam tanaman pengusir nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik dan

menghindari kebiasaan menumpuk pakaian atau menggantung pakaian

didalam rumah.
60

Menurut asumsi peneliti, upaya pencegahan Demam Berdarah

Dengue merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan yang merupakan

suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat

diamati secara langsung maupun tidak langsung, sedangkan perilaku

kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta

lingkungan. Perilaku yang aktif berpengaruh dalam pencegahan DBD.

Salah satu bentuk perilaku yang berpengaruh dalam pencegahan DBD

adalah dengan melaksanakan gerakan 3M plus. Kurangnya pengetahuan

dapat mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga untuk meningkatkan

pengetahuan dapat dilakukan kegiatan penyuluhan tentang secara rutin

oleh petugas kesehatan (Puskesmas). Kerjasama antara petugas kesehatan

dengan kader dan warga yang didukung pemerintah akan menjadikan

upaya penurunan angka penderita DBD dan lingkungan bebas vektor DBD

yang lebih baik. Sehingga upaya pencegahan DBD dapat dilakukan

dengan pemahaman pengetahuan yang dimiliki masyarakat melalui

penyuluhan dan perilaku kesehatan dalam bentuk upaya pencegahan DBD

dalam bentuk tindakan nyata oleh masyarakat untuk menjaga kebersihan

lingkungan sangat diperlukan karena akan menjadi faktor yang penting

dalam mencegah penyakit DBD.


61

2. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam


Berdarah Dengue

Penelitian Wulandari & Ramadhan (2019) menunjukkan hasil

jumlah responden yang berpengetahuan baik sebanyak 58%. Penelitian

Muhammad et al. (2018) menunjukkan hasil bahwa pengetahuan tinggi

sebanyak 65 orang (70,7%). Penelitian Assa (2019) menunjukkan hasil

bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup

tentang DBD yaitu sebanyak 83 orang (48,5%%), responden dengan

pengetahuan baik sebanyak 68 orang (39,8%). Penelitian Putri & Naftassa

(2018) menunjukkan bahwa 55,0% responden memiliki pengetahuan baik.

Begitu juga dengan Penelitian Pantouw (2017) yang menunjukkan

hasil bahwa sebagian besar responden (66,3%) sudah memiliki

pengetahuan yang baik tentang pencegahan DBD. Penelitian Awaluddin

(2017) dengan hasil yang menunjukkan bahwa 18 responden (54,5%) yang

memiliki pengetahuan baik tentang DBD. Sementara dari Penelitian Adri

et al. (2016) menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat

pengetahuan baik sebanyak 34 orang (35,4%), pengetahuan sedang

sebanyak 42 orang (43,8%). Serupa dengan penelitian Herminto et al.

(2015) yang menunjukkan hasil bahwa 36 responden (54,5%) memiliki

tingkat pengetahuan tinggi. Lain halnya dengan Penelitian Parulian

Manalu & Munif (2016) yang menunjukkan bahwa 77 % responden

memiliki pengetahuan Demam Berdarah Dengue.


62

Berbeda dengan hasil penelitian Kasenda et al. (2020) juga

menunjukkan bahwa pengetahuan responden paling banyak terdistribusi

pada kategori baik sebanyak 20 responden (46,5%) yaitu masuk kategori

baik. Penelitian Dawe et al., (2020) menunjukkan hasil bahwa sebanyak

51,52% responden memiliki pengetahuan yang kurang mengenai DBD dan

pencegahannya. Penelitian Tho & Purnama (2019) juga menunujkkan

hasil tingkat pengetahuan yang kurang baik yaitu sebanyak 57,62%.

Diikuti dengan hasil penelitian Aritonang et al. (2016) yang menunjukkan

bahwa sebesar 44.3% dan yang memiliki pengetahuan kurang baik.

Penelitian Lontoh et al., (2016) juga menunjukkan hasil bahwa yang

memiliki pengetahuan kurang baik dengan jumlah 39 orang atau sebesar

55.7%.

Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan adalah merupakan

hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu karena pengetahuan merupakan dominan

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior)

(Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan ditujukan untuk mengetahui cara

pencegahan, gejala dan tanda, serta penanganan penyakit Demam

Berdarah Dengue agar keluarga dan dirinya sendiri tidak terjangkit DBD,

karena pengetahuan merupakan pengendalian perilaku kesehatan pada

seseorang berkaitan dengan informasi yang dimilikinya (Ginandra, 2015).

Rendahnya pengetahuan tentu saja membawa pengaruh negatif karena

masyarakat tidak mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan


63

pemberantasan penyakit dan pencegahan yang dapat dilakukan, begitu

juga sebaliknya (Rau et al., 2019)

Menurut asumsi peneliti, kurangnya pengetahuan tenang hal-hal

mendasar mengenai DBD tentu bisa saja mempengaruhi tindakan

pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat karena pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2012), kurangnya

pengetahuan dapat berpengaruh pada tindakan yang akan dilakukan.

Perilaku baru pada seseorang dimulai dari pengetahuan. Hal ini mungkin

disebabkan sosialisasi oleh puskesmas kepada masyarakat yang kurang

merata, sehingga sebagian warga hanya mendapatkan informasi melalui

pembicaraan dengan warga yang lain, atau bahkan tidak sama sekali.

Kurangnya Maka apabila sosialisasi yang di lakukan kepada masyarakat

bisa merata, maka tindakan pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat

bisa menjadi lebih baik.

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit


Demam Berdarah Dengue Dengan Upaya Pencegahan Demam
Berdarah Dengue

Penilaian hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

penyakit DBD dengan Upaya Pencegahan Demam berdarah didapatkan

dari 14 jurnal yang ditelaah, 10 jurnal menggunakan analisa bivariate

didapatkan hasil diantaranya pada penelitian Dawe et al., (2020)

menunujkkan ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku


64

pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Bakunase dengan p-value

0,003. Dari Penelitian Wulandari & Ramadhan (2019) juga menunjukkan

terdapat hubungan antara pengetahuan pengunjung Pusat kesehatan

masyarakat dengan pencegahan Demam Berdarah Dengue dengan P value

= 0.030. Dari hasil penelitian Tho & Purnama (2019) dengan uji statistik

di peroleh P-value = 0,0025 yang juga berarti terdapat hubungan antara

tingkat pengetahuan tentang penyakit DBD dengan upaya pencegahan

penyakit DBD di Kelurahan Rawa Buaya, Kecamatan Cengkareng, Jakarta

Barat. Penelitian Muhammad et al.(2018) menunjukkan hasil uji chi

square didapatkan p value sebesar 0,000 yang berarti terdapat hubungan

yang signifikansi antara pengetahuan terhadap perilaku pencegahan

demam berdarah dengue. Penelitian Putri & Naftassa (2018) menunjukkan

p=0,008 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel

tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan. Penelitian Awaluddin

(2017) menunjukkan hasil uji chi-square di peroleh nilai p value = 0,007

yang berarti ada korelasi yang signifikan antara pengetahuan terhadap

tindakan pencegahan DBD.

Penelitian Lontoh et al., (2016) menunjukkan nilai probabilitas

(p value) 0.027 yang berarti terdapat hubungan antara pengetahuan dengan

Tindakan Pencegahan DBD di Kelurahan Malalayang 2, Lingkungan III.

Penelitian Adri et al. (2016) menunjukkan bahwa nilai p = 0,002 < 0,05

serta nilai rs=0,695 menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat

antara pengetahuan dengan tindakan terhadap pencegahan demam


65

berdarah dengue. Penelitian Herminto et al. (2015) menunjukkan bahwa

hasil uji Chi Square diketahui p value = 0,004 yang berarti ada hubungan

yang signifikan antara tingkat pengetahuan warga dengan upaya

pencegahan demam berdarah di Dusun Gunung Rt 01 Rw 12 Desa

Pucangan, Kartasura, Sukoharjo. Namun, berbeda dengan hasil penelitian

Pantouw (2017) menunjukkan hasil uji statistik chi square, didapatkan p

0,128, yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dan tindakan

pencegahan DBD.

Pengetahuan masyarakat mengenai Demam Berdarah Dengue

merupakan langkah awal untuk menentukan tindakan pencegahan dan

penanganan penyakit Demam Berdarah Dengue. Banyaknya Kejadian

Luar Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue seringkali disebabkan

minimnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Demam Berdarah

Dengue (Kemenkes RI, 2015). Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

adalah suatu bentuk perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan menurut

Achmadi (2014) adalah aksi yang dilakukan oleh orang untuk memelihara

atau mencapai kesehatan dan/ atau mencegah penyakit. Perilaku kesehatan

menurut Notoatmodjo (2012) adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit,

system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.

Menurut asumsi peneliti, bahwa semakin baik pengetahuan

masyarakat, maka semakin baik pula upaya masyarakat dalam pencegahan

DBD. Teori yang menyatakan bahwa pengetahuan yang baik belumlah


66

mempunyai peranan penting untuk tindakan yang baik, karena sangat sulit

untuk mengubah perilaku seseorang. Hal sebaliknya bisa juga terjadi,

bahwa seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru terlebih dahulu

tanpa mengetahui makna dari rangsangan yang diterimanya. Artinya

tindakan seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan. Hal ini mungkin

disebabkan oleh adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi tindakan

pencegahan DBD seperti kunjungan rutin petugas ke rumah penduduk,

peranan keluarga, peranan tokoh masyarakat, peranan tetangga, dan status

sosial ekonomi. Oleh karena itu, masyarakat bisa saja sudah mengetahui

mengenai pencegahan DBD, tetapi tidak melakukannya, ataupun

sebaliknya melakukan tindakan pencegahan tersebut tanpa pengetahuan

mengenai pencegahan DBD.

C. Keterbatasan

Review artikel ini mempunyai keterbatasan yang mengacu pada artikel

yang kurang banyak menganalisa secara cross sectional karena hanya melihat

gambaran per variabel saja, dan peneliti kurang memperhitungkan faktor lain

yang mempengaruhi upaya pencegahan DBD. Kemudian karena tidak semua

jurnal yang ditampilkan bisa diakses karena banyak berbayar, dan

keterbatasan penelitian lainnya karena tidak menggunakan jurnal

internasional dalam literature ini dikarenakan jurnal internasional tersebut di

publikasikan dibawah tahun 2015 sehingga masuk dalam kriteria ekslusi

dalam penlitian ini.


67

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan

masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dengan upaya

pencegahan Demam Berdarah Dengue, terbukti bahwa:

1. Berdasarkan penelusuran artikel ilmiah, didapatkan mayoritas jurnal

terkait upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue menunjukkan bahwa

upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue sudah baik dengan

pelaksanaan 3M.

2. Berdasarkan penelusuran artikel ilmiah, didapatkan mayoritas jurnal

terkait tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah

Dengue menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat pada tingkat

yang baik.

3. Berdasarkan penelusuran artikel ilmiah, didapatkan mayoritas jurnal

terkait hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit

Demam Berdarah Dengue dengan upaya pencegahan Demam Berdarah

Dengue menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan

masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dengan upaya

pencegahan Demam Berdarah Dengue.

67
68

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Agar hasil penelitian ini dapat menjadi pemicu masyarakat untuk

menjaga lingkungan tetap bersih dan dapat berperan aktif dalam

pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Bagi Petugas kesehatan lebih meningkatkan perannya dalam

memberikan penyuluhan kesehatan khususnya mengenai penyakit Demam

Berdarah Dengue dan cara pencegahan agar masyarakat tetap waspada.

3. Bagi Bidang Keperawatan

Agar hasil penelitian ini dapat menjadi perkembangan Ilmu

Keperawatan dan diharapkan lebih banyak menyediakan literatur yang

mendukung kegiatan penelitian khususnya literature tentang pengetahuan

Demam Berdarah Dengue.

4. Bagi Akademik

Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi

mengenai upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Agar hasil penelitian ini dapat menjadi pembanding penelitian dan

menggunakan variabel lain terkait upaya pencegahan Demam Berdarah

Dengue dalam masyarakat.


69

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Fahmi Umar. 2014. Kesehatan Masyarakat Teori Dan Aplikasi. Vol. 2.
Jakarta: PT. RajaGrafindo.

Adri, Azka Muda, Kurnia Fitri Jamil, and Rachmad Suhanda. 2016. “Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Tindakan Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Pada Masyarakat Di Kecamatan Baiturrahman.” Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Medisia 1 (4): 1–5.

Ariani, Ayu Putri. 2016. Demam Berdarah Dengue. Yogyakarta: Nuha Medika.
Aritonang, Paramita, Thomson P Nadapdap, and Hondo Supeno. 2016. “Tingkat
Pengetahuan , Sikap Dan Tindakan Masyarakat Terhadap Upaya
Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Desa Sukamaju Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016.” Jurnal Kedokteran
Methodist 10 (2): 149–51.

Assa, Anggri. 2019. “Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Masyarakat Dalam


Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Desa Betalemba
Kecamatan Poso Pesisir Selatan.” Journal Of Islamic Medicine 3 (1):
1689–99.

Awaluddin, Awaluddin. 2017. “Korelasi Pengetahuan Dan Sikap Keluarga


Terhadap Tindakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue.” Jurnal
Endurance 2 (3): 263–69. https://doi.org/10.22216/jen.v2i3.2084.

Dawe, Maria A.L, Petrus Romeo, and Enjelita Ndoen. 2020. “Pengetahuan Dan
Sikap Masyarakat Serta Peran Petugas Kesehatan Terkait Pencegahan
Demam Berdarah Dengue (DBD).” Journal of Health and Behavioral
Science 2 (2): 138–47. https://doi.org/10.35508/jhbs.v2i2.2283.

Dharmasuari, Made Sushmita, and I Made Sudarmaja. 2019. “Hubungan Tingkat


Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan DBD Terhadap Kejadian DBD Di
Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat.” E-JURNAL
MEDIKA 8 (4). https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011.


Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Ditjen PP & PL
Kementerian Kesehatan RI.

Ester, Monica. 1999. “Demam Berdarah Dengue ; Diagnosis, Pengobatan,


Pencegahan Dan Pengendalian.” In , edited by Yasmin Asih, 2nd ed.
Jakarta: EGC.
70

Ginandra, Imba Wahyu. 2015. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga


Dengan Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Desa
Sendangmulyo Kabupaten Blora.” Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Handiny, Febry, Gusni Rahma, and Nurul Prihastita Rizyana. 2020. Buku Ajar
Pengendalian Vektor. Edited by Ndari Pangesti. I. Malang: Ahlimedia
Press.

Herminto, Budi, Diyono, and Windra Kusumaningtya. 2015. “Hubungan Tingkat


Pengetahuan Warga Tentang Demam Berdarah Dengan Upaya
Pencegahan Demam Berdarah Di Dukuh Gunung Rt 01 Rw 12 Desa
Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.” KOSALA 3 (2):
59–65. https://doi.org/10.12816/0013114.

Huang, Lei, Yun Wang, Juan Liu, Pengfei Ye, Xijian Chen, Huayan Xu, Haibo
Qu, and Gang Ning. 2020. “Factors Influencing Anxiety Of Health Care
Workers In The Radiology Department With High Exposure Risk To
Covid-19.” Medical Science Monitor 26: 1–9.
https://doi.org/10.12659/MSM.926008.

Husin, Hasan, Riska Yanuarti, and Mutia Ade Fandini. 2020. “Hubungan Perilaku
Keluarga Dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (Dbd)
Terhadap Keberadaan Jentik Nyamuk Di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah
Lebar Kota Bengkulu.” Jurnal Ilmiah AVICENNA 15 (1): 34–42.
http://jurnal.umb.ac.id/index.php/avicena/article/view/743.

Istiqomah, Syamsulhuda BM, and Besar Tirto Husodo. 2017. “Faktor-Faktor


Yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue
(Dbd) Pada Ibu Rumah Tangga Di Kelurahan Kramas Kota Semarang.”
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) 5 (1): 510–18.

Kasenda, Sindy Naomi, Odi Roni Pinontoan, and Oksfriani Jufri Sumampouw.
2020. “Pengetahuan Dan Tindakan Tentang Pencegahan Demam Berdarah
Dengue.” Journal of Public Health and Community Medicine 1 (4): 1–6.

Kemenkes RI. 2015. “Kendalikan DBD Dengan PSN 3M Plus.” Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2015. www.depkes.go.id.

———. 2016. Profil Kesehatan Indonesia.

_____. 2014. Petunjuk Teknis Jumantik – PSN Anak Sekolah. Jakarta: Ditjen PP
dan PL.
71

———. 2018. InfoDatin Situas Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Pusat Data
Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodati
n/InfoDatin-Situasi-Demam-Berdarah-Dengue.pdf.

______. 2020. “Hingga Juli, Kasus DBD Di Indonesia Capai 71 Ribu.”


Kementrian Kesehatan RI. (2020). Hingga Juli, Kasus DBD Di Indonesia
Capai 71 Ribu. 2019–2020.
Https://Www.Kemkes.Go.Id/Article/View/20070900004/Hingga-Juli-
Kasus-Dbd-Di-Indonesia-Capai-71-Ribu.Html, 2019–20.
https://www.kemkes.go.id/article/view/20070900004/hingga-juli-kasus-
dbd-di-indonesia-capai-71-ribu.html.

Lockhart, Shannon L., Laura V. Duggan, Randy S. Wax, Stephan Saad, and
Hilary P. Grocott. 2020. “Personal Protective Equipment (PPE) For Both
Anesthesiologists And Other Airway Managers: Principles And Practice
During The COVID-19 Pandemic.” Canadian Journal of Anesthesia 67
(8): 1005–15. https://doi.org/10.1007/s12630-020-01673-w.

Lontoh, Reinhard Yosua, A. J. M. Rattu, and Wulan P. J. Kaunang. 2016.


“Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Malalayang 2 Lingkungan
III.” Pharmacon 5 (1): 382–89.
https://doi.org/10.35799/pha.5.2016.11382.

Meiriza, Nimas Tri. 2019. “Gambaran Kegiatan Pemberantas Sarang Nyamuk


(PSN) Pada Rumah Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sukabumi Kecamatan Sukabumi
Kota Bandar Lampung Tahun 2019.” Repository Poltekes Tanjungkarang.
Poltekes Tanjungkarang.

Misnadiarly. 2016. Demam Berdarah Dengue (DBD): Ekstrak Daun Jambu Biji
Bisa Untuk Mengatasi DBD. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Muhammad, Farhandika, Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani, and Gigih


Setiawan. 2018. “Hubungan Pengetahuan Dan Status Sosial Ekonomi
Terhadap Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue ( DBD ) Di Desa
Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu.” Jurnal Majority
7 (3): 68–72.

Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan . Jakarta: Rineka


Cipta.
72

Pantouw, Rinaldo G. 2017. “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat


Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di
Kelurahan Tuminting.” Jurnal Kedokteran Komunitas Dan Tropik 5 (1):
217–21.

Parulian Manalu, Helper Sahat, and Amrul Munif. 2016. “Pengetahuan Dan
Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di
Provinsi Jawa Barat Dan Kalimantan Barat.” ASPIRATOR - Journal of
Vector-Borne Disease Studies 8 (2): 69–76.
https://doi.org/10.22435/aspirator.v8i2.4159.69-76.

Putri, Rezki, and Zaira Naftassa. 2018. “Hubungan Tingkat Pendidikan Dan
Pengetahuan Masyarakat Dengan Perilaku Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Di Desa Kemiri,Kecamatan Jayakerta, Karawang Tahun 2016.”
MAGNA MEDICA: Berkala Ilmiah Kedokteran Dan Kesehatan 1 (4): 1.
https://doi.org/10.26714/magnamed.1.4.2017.1-7.

Rau, Muh. Jusman, Nadia Soraya, and Pitriani. 2019. “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (Dbd)
Di Kelurahan Birobuli Selatan.” PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN
MASYARAKAT VOLUME 10 (10): 73–82.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/preventif/index.

Sitorus, Citra Melda Cristina. 2019. “Gambaran Pengetahuan ,Sikap Dan


Tindakan Ibu Rumah Tangga Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Desa Aji Jahe Kabupaten Karo 2019.” Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan.

Tho, Ita La, and Fenita Purnama. 2019. “Analisis Determinan Pengetahuan
Dengan Upaya Pencegahan Kejadian DBD Di Kelurahan Rawa Buaya,
Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.” Indonesian of Health Information
Management Journal 7 (2): 91–96.
WHO. 2020. “Dengue and Severe Dengue.” WHO. WHO.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/.

Wulandari, Kartina, and Aditya Ananda Ramadhan. 2019. “Hubungan


Pengetahuan, Sikap Dan Praktik Pengunjung Terhadap Pencegahan
Demam Berdarah Dengue Di Pusat Kesehatan Masyarakat Teluk Bayur
Kabupaten Berau Tahun 2018.” KESMAS UWIGAMA: Jurnal Kesehatan
Masyarakat 4 (2): 64. https://doi.org/10.24903/kujkm.v4i2.464.
73

Lampiran 1 : JURNAL REVIEW

1. Adri, A. M., Jamil, K. F., & Suhanda, R. (2016). Hubungan Pengetahuan


dan Sikap Terhadap Tindakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada
Masyarakat Di Kecamatan Baiturrahman. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Medisia, 1(4), 1–5.

2. Aritonang, P., Nadapdap, T. P., & Supeno, H. (2016). Tingkat


Pengetahuan , Sikap dan Tindakan Masyarakat Terhadap Upaya
Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Desa Sukamaju Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016. Jurnal Kedokteran
Methodist, 10(2), 149–151.

3. Assa, A. (2019). Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Masyarakat dalam


Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Desa Betalemba
Kecamatan Poso Pesisir Selatan. Journal Of Islamic Medicine, 3(1), 1689–
1699.

4. Awaluddin, A. (2017). Korelasi Pengetahuan Dan Sikap Keluarga


Terhadap Tindakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue. Jurnal
Endurance, 2(3), 263–269. https://doi.org/10.22216/jen.v2i3.2084

5. Dawe, M. A. ., Romeo, P., & Ndoen, E. (2020). Pengetahuan dan Sikap


Masyarakat serta Peran Petugas Kesehatan Terkait Pencegahan Demam
Berdarah Dengue (DBD). Journal of Health and Behavioral Science, 2(2),
138–147. https://doi.org/10.35508/jhbs.v2i2.2283

6. Herminto, B., Diyono, & Kusumaningtya, W. (2015). Hubungan Tingkat


Pengetahuan Warga Tentang Demam Berdarah Dengan Upaya
Pencegahan Demam Berdarah Di Dukuh Gunung Rt 01 Rw 12 Desa
Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. KOSALA, 3(2), 59–
65. https://doi.org/10.12816/0013114

7. Kasenda, S. N., Pinontoan, O. R., & Sumampouw, O. J. (2020).


Pengetahuan dan Tindakan tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue.
Journal of Public Health and Community Medicine, 1(4), 1–6.

8. Lontoh, R. Y., Rattu, A. J. M., & Kaunang, W. P. J. (2016). Hubungan


Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Malalayang 2 Lingkungan III.
Pharmacon, 5(1), 382–389. https://doi.org/10.35799/pha.5.2016.11382
74

9. Muhammad, F., Wardani, D. W. S. R., & Setiawan, G. (2018). Hubungan


Pengetahuan dan Status Sosial Ekonomi Terhadap Upaya Pencegahan
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di Desa Pajaresuk Kecamatan
Pringsewu Kabupaten Pringsewu. Jurnal Majority, 7(3), 68–72.

10. Pantouw, R. G. (2017). Hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat


dengan tindakan pencegahan penyakit demam berdarah dengue di
Kelurahan Tuminting. Jurnal Kedokteran Komunitas Dan Tropik, 5(1),
217–221.

11. Parulian Manalu, H. S., & Munif, A. (2016). Pengetahuan dan Perilaku
Masyarakat dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jawa
Barat dan Kalimantan Barat. ASPIRATOR - Journal of Vector-Borne
Disease Studies, 8(2), 69–76.
https://doi.org/10.22435/aspirator.v8i2.4159.69-76

12. Putri, R., & Naftassa, Z. (2018). Hubungan Tingkat Pendidikan dan
Pengetahuan Masyarakat dengan Perilaku Pencegahan Demam Berdarah
dengue di Desa Kemiri,Kecamatan Jayakerta, Karawang tahun 2016.
MAGNA MEDICA: Berkala Ilmiah Kedokteran Dan Kesehatan, 1(4), 1.
https://doi.org/10.26714/magnamed.1.4.2017.1-7

13. Tho, I. La, & Purnama, F. (2019). Analisis Determinan Pengetahuan


dengan Upaya Pencegahan Kejadian DBD di Kelurahan Rawa Buaya,
Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Indonesian of Health Information
Management Journal, 7(2), 91–96.

14. Wulandari, K., & Ramadhan, A. A. (2019). Hubungan Pengetahuan, Sikap


Dan Praktik Pengunjung Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Di Pusat Kesehatan Masyarakat Teluk Bayur Kabupaten Berau Tahun
2018. KESMAS UWIGAMA: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(2), 64.
https://doi.org/10.24903/kujkm.v4i2.464
1

Lampiran 2: Tabel Sintesa Hasil Penelitian pada Bab IV

No Peneliti / Bahasa Sumber Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil/ Temuan


Artikel
Tahun terbit
1 Dawe et al., Indonesia https://ejurna Pengetahuan dan Sikap Penelitian ini adalah Hasil penelitian
(2020) l.undana.ac.i Masyarakat serta Peran penelitian dengan desain menunjukkan ada hubungan
d/CJPS/articl Petugas Kesehatan Terkait deskriptif analitik antara pengetahuan dengan
e/view/2283 Pencegahan Demam dengan pendekatan pencegahan DBD (p=0,003);
Berdarah Dengue (DBD) cross sectional study ada hubungan antara sikap
dengan sampel sebanyak dengan pencegahan DBD
99 orang dengan teknik (p=0,000); dan ada hubungan
simple random sampling antara peran petugas
dan dianalisi dengan uji kesehatan
chi-square dengan pencegahan DBD
(p=0,004)
2 Kasenda et al. Indonesia https://ejourna Pengetahuan dan Penelitian menggunakan Hasil penelitian ini
(2020) l.unsrat.ac.id/i Tindakan tentang penelitian survei menunjukkan bahwa
ndex.php/ijph Pencegahan Demam deskriptif. Instrumen pengetahuan responden
cm/article/vie Berdarah Dengue yang digunakan yaitu masuk kategori baik
w/30355 kuesioner, kamera, dan dengan jumlah 20
2

alat tulis menulis. responden (46,5%) dan


Analisis data dilakukan tindakan responden masuk
secara univariat kategori baik dengan
jumlah 29 responden
(67,4%). Pengetahuan dan
tindakan responden sudah
baik.
3 Wulandari & Indonesia https://journal. Hubungan Pengetahuan, Jenis penelitian ini Hasil penelitian
Ramadhan uwgm.ac.id/in Sikap Dan Praktik adalah Cross Sectional menunjukkan bahwa dari uji
(2019) dex.php/KES Pengunjung Terhadap dengan jumlah sampel chi square menunjukan
MAS/article/v Pencegahan Demam sebanyak 100 bahwa ada hubungan yang
iew/464 Berdarah Dengue Di Pusat responden. Analisis data bermakna pada variabel
Kesehatan Masyarakat yang digunakan adalah pengetahuan dan kejadian
Teluk Bayur Kabupaten uji Chi square (alpha = DBD pada taraf kepercayaan
Berau Tahun 2018 0.1) 90 % karena nilai P vaule =
0.030, ada hubungan yang
bermakna pada variabel sikap
dan kejadian DBD pada taraf
kepercayaan 90 % karena
3

nilai P vaule = 0.056 dan


tidak ada hubungan yang
bermakna pada variabel
praktik dan kejadian DBD
pada taraf kepercayaan 90 %
karena nilai P vaule = 0.130
4 Tho & Indonesia https://inohim.e Analisis Determinan Metode penelitian ini Hasil penelitian
Purnama saunggul.ac.id/ Pengetahuan dengan merupakan penelitian menunjukkan bahwa terdapat
(2019) index.php/INO/ Upaya Pencegahan analitik dengan desain hubungan antara
article/view/19 Kejadian cross sectional. Populasi pengetahuan dengan upaya
6 DBD di Kelurahan Rawa adalah seluruh kepala pencegahan Kejadian DBD
Buaya, Kecamatan rumah tangga di di Kelurahan Rawa Buaya,
Cengkareng, Jakarta Barat Kelurahan Rawa Buaya, Kecamatan Cengkareng,
Cengkareng, Jakarta Jakarta Barat dengan p-value
Barat. Sampel penelitian 0,0025, nilai OR = 3,4738.
ini berjumlah 210 sampe Artinya tingkat pengetahuan
dengan teknik sampek yang baik tentang Kejadian
acak. Analisis data DBD memiliki
menggunakan uji chi- kecenderungan 3,5 kali lebih
4

square tinggi dalam upaya


pencegahan Kejadian DBD.
5 Assa (2019) Indonesia http://ejournal. Hubungan Pengetahuan Penelitian Hasil penelitian
uin- dengan Sikap Masyarakat kuantitatif dengan desain menunjukkan bahwa
malang.ac.id/in dalam Pencegahan Penyakit korelasi dan pendekatan responden yang
dex.php/jim/art Demam Berdarah Dengue di cross sectional. Populasi berpengetahuan cukup
icle/view/7085 Desa Betalemba Kecamatan adalah semua masyarakat sebanyak 83 (38,8%),
Poso Pesisir Selatan di desa Betalemba responden yang
sebanyak 303 kepala berpengetahuan baik
keluarga. Dengan teknik sebanyak 68 (39,8%) dan
pengambilan sampel responden yang
dengan cara proporsionate berpengetahuan kurang
stratified random sebanyak 20 (11,7%),
sampling. data dianalisis kemudian responden yang
dan diuji dengan memiliki sikap cukup
menggunakan uji Chi- sebanyak 105 (61,4%),
Square responden yang memiliki
sikap baik sebanyak 53
(31,0%) dan responden yang
5

memiliki sikap kurang


sebanyak 13 (7,6%). Hasil
analisis uji Chi-Square di
diperoleh nilai p = 0,00
(p<0,05) ini berarti terdapat
hubungan antara
pengetahuan dengan sikap
masyarakat dalam
pencegahan penyakit DBD di
desa Betalemba Kecamatan
Poso Pesisir Selatan.
6 Muhammad et Indonesia https://juke.ked Hubungan Pengetahuan Penelitian ini Hasil penelitian ini
al.(2018) okteran.unila.a dan Status Sosial menggunakan metode menunjukkan hasil uji Chi-
c.id/index.php/ Ekonomi Terhadap Upaya observasi analitik Square menunjukkan bahwa
majority/article Pencegahan Demam dengan pendekatan terdapat hubungan
/view/2055 Berdarah Dengue (DBD) cross sectional. Dengan pengetahuan (p value sebesar
di Desa Pajaresuk sampel kepala keluarga 0,000); pada tingkat
Kecamatan Pringsewu sebanyak 92 orang. pendidikan (p value sebesar
Kabupaten Pringsewu Hasil analisis 0,043); pada tingkat
6

menggunakan uji Chi- pendapatan (p value sebesar


Square 0,007) terhadap perilaku
pencegahan demam berdarah
dengue, serta pada variabel
pekerjaan didapatkan p value
sebesar 0,408 terhadap
perilaku pencegahan demam
berdarah dengue. Sebagai
7 Putri & Indonesia https://jurnal.u Hubungan Tingkat Penelitian ini Hasil penelitian
Naftassa nimus.ac.id/ind Pendidikan dan menggunakan desain menunjukkan bahwa 55,0%
(2018) ex.php/APKK Pengetahuan Masyarakat studi crosssectional. responden memiliki
M/article/view/ dengan Perilaku Pengambilan sampel pengetahuan baik dan
3275 Pencegahan Demam sebanyak 100 responden responden dengan
Berdarah dengue di Desa dengan teknik random pengetahuan kurang
Kemiri,Kecamatan sampling. Instrumen sebanyak 35,0%, Hasil
Jayakerta, Karawang yang digunakan adalah analisis bivariat
tahun 2016 kuesioner dengan menunjukkan hubungan yang
analisis data signifikan antara variabel
menggunakan uji Chi- tingkat pendidikan dengan
7

square. perilaku pencegahan


(p=0,008), dan terdapat
hubungan yang signifikan
antara variabel tingkat
pengetahuan dengan perilaku
pencegahan.
8 Pantouw Indonesia https://ejourna Hubungan pengetahuan Penelitian ini dilakukan Hasil penelitian
(2017) l.unsrat.ac.id/i dan sikap masyarakat dengan metode analitik menunjukkan bahwa dari
ndex.php/JKK dengan tindakan cross sectional dengan hasil analisis bivariat
T/article/view/ pencegahan penyakit sampel Penelitian ini didapatkan nilai signifikansi
14832 demam berdarah dengue berjumlah 95 kepala 0,128. Yang berarti tidak ada
di Kelurahan Tuminting keluarga yang diambil hubungan antara
dengan cara proportional pengetahuan dan tindakan
simple random sampling. pencegahan DBD.
analisa statistik didapatkan nilai signifikansi
menggunakan uji statistik 0,228 yang berarti tidak ada
chi square hubungan antara sikap dan
tindakan pencegahan DBD.
9 Awaluddin Indonesia https://www.r Korelasi Pengetahuan Dan Penelitian ini Hasil uji chi-square di
8

(2017) esearchgate.ne Sikap Keluarga Terhadap merupakan kuantitatif peroleh nilai p value =
t/publication/3 Tindakan Pencegahan desain observasional 0,007<α0,05. Dapat
20573514 Demam Berdarah Dengue analitik dengan disimpulkan adanya
pendekatan cross korelasi yang
sectional. Teknik signifikan antara
pengambilan sampel pengetahuan terhadap
dalam penelitian ini tindakan pencegahan DBD,
menggunakan total Ada korelasi yang signifikan
sampling sebanyak 33 antara sikap dengan tindakan
orang. Alat ukur yang pencegahan DBD dengan p
digunakan adalah value = 0,009.
lembar kuesioner.
Analisis data
menggunakan Chi
square.
10Aritonang et al. Indonesia http://ojs.lppm Tingkat Pengetahuan , Jenis penelitian ini Hasil pnelitian menunjukkan
(2016) methodistmeda Sikap dan Tindakan adalah penelitian bahwa responden dengan
n.net/index.php Masyarakat Terhadap deskriptif dengan desain tingkat pengetahuan baik
/JKM/article/vi Upaya Pencegahan Demam cross sectional. sebanyak 54% menunjukkan
9

ew/317/296 Berdarah Dengue di Desa Penelitian ini bertujuan baiknya pengetahuan


Sukamaju Kecamatan untuk mengetahui mengenai DBD Responden
Sunggal Kabupaten Deli tingkat pengetahuan, dengan sikap baik sebesar
Serdang Tahun 2016 sikap dan tindakan 70% menunjukkan bahwa
masyarakat terhadap sikap responden terhadap
upaya pencegahan DBD sudah termasuk ke
demam berdarah dengue dalam kategori baik.
di Desa Sukamaju responden dengan tindakan
Kecamatan Sunggal tindakan cukup sebanyak
Kabupaten Deli Serdang 55% menunjukkan
tahun 2016 dan sampel sedangnya tindakan
sebanyak 100 orang responden mengenai DBD
diperoleh secara random
sampling. Data
dikumpulkan melalui
pengisian kuesioner.
11 Lontoh et al., Indonesia https://ejourna Hubungan Antara Penelitian ini Hasil penelitian
(2016) l.unsrat.ac.id/i Pengetahuan Dan Sikap menggunakan metode menunjukkan bahwa terdapat
ndex.php/phar Dengan Tindakan survei yang bersifat hubungan antara
10

macon/article/ Pencegahan Demam analitik dengan pengetahuan dengan tindakan


view/11382 Berdarah Dengue (DBD) pendekatan Cross pencegahan DBD p = 0.027.
Di Kelurahan Malalayang Sectional study. engan Didapati hubungan antara
2 Lingkungan III sampel sebanyak 70 sikap dengan tindakan
responden dengan pencegahan DBD p = 0.011.
teknik pengambilan
sampel secara
Systematic random
sampling. Analisis
hubungan dengan
mengunakan uji chi-
square
12 (Adri et al., Indonesia http://www.ji Hubungan Pengetahuan Penelitian ini Hasil penelitian
2016) m.unsyiah.ac.i dan Sikap Terhadap merupakan menunjukkan bahwa
d/FKM/article Tindakan Pencegahan observasional analitik mayoritas responden
/download/13 Demam Berdarah Dengue dengan desain cross memiliki tingkat
85/753 Pada Masyarakat Di sectional. Pengambilan pengetahuan baik sebanyak
Kecamatan Baiturrahman sampel dilakukan pada 34 orang (35,4%),
bulan 1 Maret 2016 Pengetahuan sedang
11

sampai 31 Maret 2016. sebanyak 42 orang (43,8%)


Pengambilan sampel dan memiliki pengetahuan
menggunakan teknik kurang sebanyak 20 orang
quota sampling. Analisis (20.8%), responden memiliki
bivariat digunakan sikap baik sebanyak 54 orang
untuk mengetahui (56,2%), sikap sedang
hubungan variabel sebanyak 37 orang (38,5 %)
independen dan variabel dan sikap kurang sebanyak 5
dependen, pada 0rang ( 5,2 %). Responden
penelitian ini memiliki tindakan baik
menggunakan uji sebanyak 70 orang (72,9%),
korelasi Spearman. responden dengan tindakan
sedang sebanyak 25 orang
(26,0%) dan yang melakukan
tindakan kurang sebanyak 1
orang (1,1%).
Dari hasil analisis korelasi
Spearman dan analisis
korelasi ganda diperoleh nilai
12

p = 0,002 dan rs = 0, 695


yang berarti terdapat
hubungan yang signifikan
antara pengetahuan terhadap
tindakan responden, nilai p =
0,002 < 0,05 serta nilai
rs=0,695 dan nilai p = 0,002
dan rs = 0,697 yang berarti
terdapat hubungan yang
signifikan antara sikap
terhadap tindakan responden
13 Herminto et al. Indonesia https://www.resHubungan Tingkat Penelitian ini Hasil penelitian
(2015) earchgate.net/p Pengetahuan Warga Tentang merupakan penelitian menunjukkan bahwa analisis
ublication/3409 Demam Berdarah Dengan analitik, dengan desain univariat menghasilkan data
28536 Upaya Pencegahan Demam penelitian korelasi dan sebagai berikut yaitu mean :
Berdarah Di Dukuh Gunung pendekatan cross 27,77 yang berarti
RT 01 RW 12 Desa sectional. Populasi rata-rata tingkat
Pucangan Kecamatan dalam penelitian ini pengetahuan warga tinggi,
Kartasura Kabupaten adalah semua kepala mean : 16,44 yang berarti
13

Sukoharjo keluarga Dukuh Gunung upaya pencegahan demam


Rt 01/12 Pucangan berdarah baik . Hasil analisa
Kartasura Sukoharjo bivariate dengan hasil uji Chi
dengan teknik simple Square didapatkan hasil p:
random sampling. 0,004 yang berarti Ada
dengan analisa data hubungan antara tingkat
menggunakan uji chi pengetahuan warga tentang
square demam berdarah dengan
upaya pencegahan demam
berdarah
14 (Parulian Indonesia http://ejournal2 Pengetahuan dan Perilaku Penelitian ini Hasil penelitian
Manalu & .litbang.kemkesMasyarakat dalam menggunakan rancangan menunjukkan 92,8 %
Munif, 2016) .go.id/index.ph Pencegahan Demam penelitian menggunakan responden tidak pernah
p/aspirator/artic Berdarah Dengue di Cross Sectional dengan mendengar Demam Berdarah
le/download/11 Provinsi Jawa Barat dan menggunakan kuesioner Dengue, 77 % responden
38/598 Kalimantan Barat sebagai instrumen memiliki pengetahuan
penelitian, dilakukan Demam Berdarah Dengue
pada 600 responden sebagai penyakit menular,
pada empat 81,5 % responden memiliki
14

Kota/Kabupaten yang pengetahuan cara penularan


diambil secara simple Demam Berdarah Dengue
random sampling. dengan gigitan nyamuk dan
sebesar 63,7 % responden
melakukan tindakan
pencegahan melalui
Pemberantasan Sarang
Nyamuk.

Lampiran 3: Dokumentasi Pencarian Jurnal


15
16
17
18
19
20
21
22

GENCHART PELAKSANAAN KEGIATAN


MAHASISWA S1 ILMU KEPERAWATAN PROGRAM B
STIKES ALIFAH PADANG TAHUN AJARAN 2020/2021

2020 2021
No Kegiatan November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyerahan Topik/ Judul Penelitian
2 Seleksi Judul Permasalahan Penelitian dan Penentuan
Pembimbing
3 Pengumuman Judul Diterima & Mahasiswa Mengambil
surat kesediaan menjadi Pembimbing
4 Proses Bimbingan/Konsultasi Proposal (minimal 8x dengan
Mengisi Daftar Bimbingan
5 Sidang Proposal
6 Perbaikan & Penyerahan Proposal yang sudah Ditanda Tangani
oleh Pembimbing I & II Kebagian Sekretariat
7 Penelitian dan Konsultasi Laporan
8 Pendaftaran Ujian Hasil
9 Ujian Hasil (Sidang Hasil)
10 Perbaikan & Penyerahan Skripsi yang sudah Ditanda
Tangani oleh Pembimbing I & II dan Penguji I & 2
Kebagian Sekretariat
11 Perbaikan/ Penyerahan LTA
12 Yudisium
Padang, November 2020
Pembimbing I Pembimbing II Mahasiswa

(Ns. Febry Handiny, M.KM) (Ns. Welly, S.Kep., M.Kep) (MELIS)

Anda mungkin juga menyukai