Anda di halaman 1dari 206

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

CAKUPAN PELAYANAN ANTENATAL CARE


DI PUSKESMAS KABUPATEN AGAM
TAHUN 2020

TESIS

Oleh :

BISMIHAYATI
NIM : 1813101025

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2020
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
CAKUPAN PELAYANAN ANTENATAL CARE
DI PUSKESMAS KABUPATEN AGAM
TAHUN 2020

TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Master Kesehatan Masyarakat

Oleh :

BISMIHAYATI
NIM : 1813101025

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2020
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : Bismihayati
Tempat/Tgl lahir : Dumai, 28 Februari 1977
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : PNS
Anak ke/dari : 3/7 Bersaudara
Alamat : Komplek Perumahan Pinang Agam Permai, Blok
B10, Lubuk Basung

Nama Orang Tua


Ayah : Arben (Alm)
Ibu : Nadiar (Alm)

B. PENDIDIKAN

1. Tahun 1984 - 1989 : SDN 020 Jayamukti, Dumai


2. Tahun 1990 - 1992 : SMPN Karang Anyer, Dumai
3. Tahun 1993 - 1995 : SPK Yarsi Bukittinggi
4. Tahun 1996 : PPB Yarsi Bukittinggi
5. Tahun 2008 - 2010 : DIII Program Studi Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Padang
6. Tahun 2014 - 2016 : S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Fort De
Kock Bukittinggi
7. Tahun 2018 - 2020 : S2 Magister Kesehatan Masyarakat Universitas
Fort De Kock bukittinggi
PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
TESIS, Juli 2020

Bismihayati
1813101025

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Cakupan Pelayanan Antenatal


Care di Puskesmas Kabupaten Agam Tahun 2020
viii + 135 halaman + 14 tabel + 5 gambar + 11 lampiran

ABSTRAK

Salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia yaitu


menurunkan angka kematian ibu. Di Kabupaten Agam jumlah kematian ibu pada
tahun 2019 yaitu 7 kasus (94,2/100.000 kelahiran hidup). Upaya untuk
menurunkan angka kematian ibu yaitu dengan memberikan pelayanan antenatal
care yang berkualitas minimal 4 kali selama kehamilannya dengan standar 10T.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kabupaten Agam , bulan Februari-
Maret 2020, menggunakan mix methode. Responden yang diteliti adalah ibu hamil
trimester III sebanyak 69 orang dan Informan penelitian sebanyak 20 orang. Data
di analisis dengan menggunakan uji chi square dan regresi logistik ganda dengan
analisa data univariat, bivariate dan multivariate dan untuk kualitatif melalui
wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan dengan cakupan
pelayanan antenatal care yaitu pendidikan (p value = 0,028), paritas (p value =
0,021), pengetahuan (p value = 0,000), sikap (p value = 0,016), jarak (p value =
0,007) dan dukungan suami (p value = 0,001), faktor umur tidak berhubungan
dengan cakupan pelayanan antenatal dan factor yang paling berpengaruh adalah
pengetahuan ibu (p value = 0,000). Sementara hasil kualitatif yaitu kebijakan
mengacu pada kebijakan program dari Kementerian Kesehatan, jumlah tenaga dan
sarana prasarana belum mencukupi, ketersediaan dana cukup tetapi pelaksanaan
pelayanan antenatal care di Puskesmas Kabupaten Agam belum maksimal.
Disimpulkan bahwa program pelaksanaan pelayanan antenatal care di
Puskesmas Kabupaten Agam belum maksimal dan untuk meningkatkan
pengetahuan serta dukungan yang diberikan suami pada ibu hamil yaitu melalui
kegiatan “Kelas Suami Peduli Istri” (KSPI).

Daftar Bacaan: 89 (2000 - 2020)


Kata kunci: Cakupan pelayanan antenatal care, paritas, pengetahuan dan
dukungan suami
THE MAGISTER OF PUBLIC HEALTH
FORT DE KOCK UNIVERSITY
THESIS, July 2020

Bismihayati
1813101025

Factor Analysis Related to the Implementation of Antenatal Care Services in


Agam District Health Center in 2020
viii + 135 pages + 15 tables + 4 pictures + 11 attachments

ABSTRACT

One of the main priorities in health development in Indonesia is to reduce


maternal mortality. In Agam District the number of maternal deaths in 2019 was 7
cases (94.2 / 100,000 live births). Efforts to reduce maternal mortality is to
provide quality antenatal care services at least 4 times during pregnancy with a
10T standard.
This research was conducted at the Community Health Center in Agam
Regency, from February to March 2020, using a mix method. The respondents
studied were 69 third trimester pregnant women and 20 research informants. The
data were analyzed using chi square test and multiple logistic regression with
univariate, bivariate and multivariate data analysis and in-depth interview for
qualitative.
The results of the study showed that factors related to antenatal care
service training were education (p value = 0.028), parity (p value = 0.021),
knowledge (p value = 0,000), attitude (p value = 0.016), distance (p value =
0.007) and husband's support (p = 0.001), age is not associated with antenatal care
support and the most important factor is maternal knowledge (p = 0,000). While
the qualitative results are policies approved in the policy program of the Ministry
of Health, insufficient number of personnel and infrastructure, adequate funding
but the implementation of antenatal services at the Agam District Health Center is
not yet optimal.
It was concluded that the implementation of antenatal care services
program at the Agam District Health Center was not optimal and to increase the
knowledge and support provided to pregnant women through the "Husband
Caring Wife Class" (KSPI).

References : 89 (2000 - 2020)


Keywords: Implementation of antenatal care, knowledge, parity and husband's
support
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis aturkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan kerunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Tesis yang berjudul “Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan

Cakupan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Kabupaten Agam Tahun

2020.” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

Magister Kesehatan Masyarakat pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Program Magister.

Dalam menyusun Tesis ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang

terhormat Ibu Dr. Hj. Neila Sulung, S. Pd, Ns, M. Kes selaku Pembimbing I dan

Ibu Oktavianis, S. ST. M.Biomed selaku Pembimbing II yang penuh kesabaran

meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing penulis menyelesaikan

Tesis ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada

yang terhormat :

1. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd. Ns. M. Kes selaku Rektor Universitas Fort

de Kock Bukittinggi sekaligus Penguji I.

2. Ibu Dr. Hj. Neila Sulung, S. Pd, Ns, M. Kes selaku Direktur Program Studi

Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Fort de Kock Bukittinggi

3. Ibu Nurhayati S.ST, M.Biomed selaku Penguji II

4. Bapak dr.Indra, MPPM selaku Penguji III

5. Bapak/Ibu Kepala Puskesmas Padang Luar, Batu Kambing, Maninjau dan

Magek Yang telah Memberi Dukungan dalam penelitian ini.

i
6. Bapak/Ibu Bidan Koordinator dan Bidan Desa di Puskesmas Padang Luar,

Batu Kambing, Maninjau dan Magek Yang telah Memberi Dukungan

dalam penelitian ini.

7. Kepada Bapak, Ibu, dan staf dosen Universitas Fort De Kock Bukittinggi

yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada peneliti selama proses

pendidikan.

8. Teristimewa buat keluarga besar saya yang telah memberikan dorongan

baik moril maupun materil demi selesainya Tesis ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan serta sahabat-sahabat yang telah memberikan

dukungan dalam penyelesaian Tesis ini.

Selanjutnya, walaupun penulis telah berusaha menyusun Tesis ini sebaik

mungkin, namun apabila terdapat kesalahan dan kekurangan penulis

mengharapkan kritik serta saran yang membangun. Akhirnya kepada-Nya jualah

kita berserah diri, semoga memberi manfaat untuk kita semua.

Bukittinggi, Juli 2020

Bismihayati

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................9
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................9
D. Manfaat Hasil Penelitian..........................................................................11
E. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................12
F. Keaslian Penelitian..................................................................................13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kahamilan................................................................................................17
B. Konsep Antenatal Care............................................................................21
C. Kerangka Teori........................................................................................53

BAB III KERANGKA KONSEP, KERANGKA PIKIR, DEFENISI


OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep Penelitian Kuantitatif.................................................55
B. Kerangka Pikir Kualitatif.........................................................................56

iii
C. Defenisi Operasional (Kuantitatif)...........................................................57
D. Defenisi Istilah (Kualitatif)......................................................................58
E. Hipotesis..................................................................................................59

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian.....................................................................................60
B. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................60
C. Kuantitatif................................................................................................61
D. Kualitatif..................................................................................................66

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Lokasi.........................................................................72
B. Hasil Penelitian........................................................................................73

BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan Univariat.............................................................................98
B. Pembahasan Bivariat..............................................................................112
C. Pembahasan Multivariat........................................................................127

BAB VII PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................130
B. Saran......................................................................................................131

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman
5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Cakupan Pelayanan Antenatal
Care di Puskesmas Kabupaten Agam Tahun 2020........................................73

5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Sikap, Pelayanan ANC 10T, Jarak,


Dukungan Suami dan Cakupan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas
Kabupaten Agam...........................................................................................74

5.3 Hubungan Umur, Pendidikan, Pendidikan, Paritas, Pengetahuan, Sikap,


Pelayanan ANC 10T, Jarak dan Dukungan Suami dengan Cakupan Pelayanan
Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam Tahun 2020.......................75

5.4 Hasil Seleksi Kandidat Multivariat Pendidikan, Pendidikan, Paritas


Pengetahuan, Sikap, Pelayanan ANC 10T, Jarak dan Dukungan Suami
dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam
Tahun 2020....................................................................................................78

5.5 Karakteristik Informan Wawancara Mendalam.............................................80

5.6 Matriks Hasil Wawancara Mendalam tentang Kebijakan Pelayanan


Antenatal Care...............................................................................................82

5.7 Matriks Hasil Wawancara Mendalam tentang Sumber Daya Manusia


Pelayanan Antenatal Care..............................................................................85

5.8 Matriks Hasil Wawancara Mendalam tentang Pendanaan Pelayanan


Antenatal Care...............................................................................................86

5.9 Matriks Wawancara Mendalam tentang Sarana dan Prasarana Pelayanan


Antenatal Care...............................................................................................88

5.10 Matriks Wawancara Mendalam tentang Pelayanan ANC dengan 10T.......90

5.11 Matriks Wawancara Mendalam tentang Peningkatan Peran


Serta Masyarakat dalam Pelayanan Antenatal Care....................................92

5.12 Matriks Wawancara Mendalam tentang Kemitraan/Jejaring kerja


Pelaksanaan Pe layanan Antenatal Care......................................................94

5.13 Matriks Wawancara Mendalam Monitoring dan Evaluasi dalam


Pelayanan Antenatal Care............................................................................95

5.14 Matriks Wawancara Mendalam Komponen Output dalam Pelayanan


Antenatal Care.............................................................................................96

v
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

2.3 Kerangka Teori Perilaku Kesehatan L. Green...............................................54


3.1 Kerangka Konsep Penelitian..........................................................................55
3.2 Kerangka Pikir Penelitian Kualitatif..............................................................56
3.3 Defenisi Operasional......................................................................................57
3.4 Defenisi Istilah...............................................................................................58

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Ghanchart
Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Persetujuan Responden
Lampiran 4 : Kisi-Kisi Kuisioner
Lampiran 5 : Kuisioner
Lampiran 6 : Pedoman Wawancara
Lampiran 7 : Master Tabel
Lampiran 8 : Hasil Pengolahan Data
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 10 : Data Yang Mendukung Penelitian
Lampiran 11 : Lembar Konsultasi

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang

perlu dan mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber

daya manusia pada generasi mendatang. Tingginya angka kematian ibu dan angka

kematian perinatal serta lambatnya penurunan angka tersebut menunjukkan bahwa

pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangat mendesak untuk meningkatkan

jangkauan maupun kualitas pelayanannya (Depkes RI, 2010).

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terjadi pada ibu hamil yang

berisiko tidak terdeteksi secara dini. Berdasarkan hal tersebut maka peran bidan

sebagai ujung tombak pelayanan harus mampu dan terampil dalam memberikan

pelayanan sesuai dengan standart yang ditetapkan. Peran serta yang proaktif dari

bidan diharapkan dapat menekan penurunan angka kematian ibu dan bayi di

Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas

utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab

terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi neonatal.

Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan angka kematian dan kesakitan

di kalangan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu

(AKI) (Kementerian Kesehatan RI, 2014)

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 Angka

Kematian Ibu (AKI) tertinggi terdapat di wilayah Afrika Barat yaitu negara Sierra

Leone sebesar 1.100 per 100.000 kelahiran hidup dan terendah terdapat di wilayah

1
2

Eropa yaitu negara Belarus sebesar 1 per 100.000 kelahiran hidup. Adapun

di negara-negara berkembang seperti Indonesia (190/100.000 kelahiran hidup),

Malaysia (29/100.000 kelahiran hidup), dan Myanmar (200/100.000 kelahiran

hidup), AKI masih sangat tinggi angkanya bila dibandingkan dengan negara

negara maju seperti Australia (6/100.000 kelahiran hidup), Italia (4/100.000

kelahiran hidup), dan Singapura (6/100.000 kelahiran hidup) (World Health

Organization (WHO), 2014).

Menurut hasil Riskesdas (2018) kesehatan ibu di Indonesia juga membaik

terlihat dari meningkatnya proporsi pemeriksaan kehamilan dari 95,2% tahun

2013 menjadi 96,1% tahun 2018, sedangkan proporsi pemeriksaan kehamilan (K1

ideal) dari 81,3% tahun 2013 menjadi 86% pada tahun 2018, proporsi

pemeriksaan kehamilan (K4) dari 70% pada tahun 2013 menjadi 74,1% pada

tahun 2018, proporsi persalinan di fasilitas kesehatan dari 66,7% 2013 menjadi

79,3% tahun 2017. Meskipun dari data kesehatan ibu di Indonesia sudah membaik

tetapi bukan berarti perhatian pemerintah tidak terfokus lagi untuk kesehatan ibu

karena tidak semua daerah pelayanan kesehatan dan kualitas kesehatan sudah baik

dan ini perlu perhatian pemerintah (Riset Kesehatan Dasar, 2018).

Menurut (Permenkes No 43 Tahun 2016) setiap ibu hamil harus

mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar. Pelayanan sesuai standar adalah

pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilannya

dengan jadwal satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan

dua kali pada trimester ketiga yang dilakukan oleh bidan atau dokter spesialis

kebidanan baik yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun

swasta yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Standar waktu pelayanan
3

tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan janin

berupa deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi

kehamilan. Pemantauan kehamilan selama antenatal care sangat menentukan

terhadap keberhasilan bagi kesehatan ibu hamil (Ryadi, 2016).

Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2017) pelayanan kesehatan ibu

hamil diberikan kepada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di

fasilitas pelayanan kesehatan. Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan

ibu yang dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama,

trimester kedua, dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang

diberikan harus memenuhi elemen pelayanan penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran Lingkar Lengan

Atas (LILA), pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri), penentuan status

imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi,

pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan, penentuan

presentasi Denyut Jantung Janin (DJJ), pelaksanaan temu wicara (pemberian

komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana), pelayanan

tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan

protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan

sebelumnya), dan tatalaksana kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat

dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu

hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga

kesehatan dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada

kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang
4

telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat

kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran

ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut

memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat

kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan

(Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Menurut (Notoatmodjo, 2007) yang mengutip pendapat Anderson,

menggambarkan model sistem kesehatan (health system model) yang berupa

model kepercayaan kesehatan. Di dalam model Anderson dapat disimpulkan

bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga maupun individu

bergantung pada beberapa karakteristik, yaitu faktor predisposisi (predisposing

factors) yang dikelompokkan dalam 3 variabel yaitu: variabel demografi, variabel

struktur sosial, dan variabel kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan) yang

mencakup usia, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, pendidikan, pengetahuan,

jenis pekerjaan, budaya, dan sikap; faktor pendukung (enabling factors) seperti

sumber pembiayaan, sarana dan prasarana, harga, akses ke pelayanan kesehatan,

dan kualitas pelayanan; dan faktor kebutuhan (need factors) seperti kondisi

kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 sampai 2019 diketahui bahwa

persentase Ibu hamil mendapat pelayanan antenatal care (K1) dari tahun 2017

hingga 2018 mengalami penurunan, dimana angkanya mengalami penurunan dari

88,93% tahun 2017 menjadi 80,25% tahun 2018 (target 98%). Sedangkan tahun

2019 cakupan kontak pertama ibu hamil mengalami peningkatan sedikit yaitu

sebesar 84,45%. Selain daripada itu cakupan K4 juga mengalami penurunan dari
5

tahun 2017 hingga 2018, cakupan K4 mengalami penurunan pada 2018 menjadi

81,56% dari 86,57% pada tahun 2017 (target 95%), hal yang sama juga terjadi

pada tahun 2019 cakupan ibu hamil K4 sebesar 83,32% (Kementerian Kesehatan

RI, 2017).

Secara nasional indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil

K4 jika dilihat berdasarkan provinsi, Provinsi Sumatera Barat berada pada

peringkat 12 dari 33 provinsi. Pencapaian K1 Provinsi Sumatera Barat tahun 2017

adalah 90,1% , tahun 2018 mengalami penurunan yaitu 80,7%, sedangkan target

nasional yaitu 95%. Sedangkan untuk pencapaian K4 tahun 2017 yaitu 80,7% dan

sedikit mengalami penurunan pada tahun 2018 yaitu 76,53%. Untuk tahun 2019

cakupan K1 dan K4 sedikit mengalami peningkatan yaitu K1 sebesar 87,9% dan

cakupan K4 sebesar 78,4%, tetapi masih belum memenuhi target yang telah

ditetapkan (Dinkes Provinsi Sumbar, 2020).

Kabupaten Agam merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Barat

dengan pencapaian kunjungan ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal yang

belum tercapai. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Agam dalam tiga tahun

terakhir yaitu tahun 2017 sampai tahun 2019 diketahui capaian indikator kinerja

“Persentase Ibu Hamil Mendapat Pelayanan Antenatal” yaitu K1 83,8 tahun 2019

sedikit mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2018 yaitu 78,2 %. Dan

tahun 2017 sebesar 84,3%. Sedangkan untuk cakupan K4 yaitu 69,2% pada tahun

2018 dan tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi 71,2%, sementara tahun

2017 cakupan K4 sebesar 75,4% . Meskipun terjadi peningkatan namun capaian

tersebut belum melampaui target Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk

target K1 adalah 98% dan target K4 adalah 95% (Dinkes Agam, 2020).
6

Jumlah kematian ibu di Kabupaten Agam selama tahun 2017 hingga 2019

mengalami peningkatan dan penurunan yaitu tahun 2017 sebanyak 10 kasus (AKI

= 137,7 per 100.000 KH) dengan rincian kematian ibu bersalin 2 orang dan

kematian ibu nifas 5 orang. Jika dilihat usia ibu yang meninggal, 60% ibu berusia

> 35 tahun (Dinkes Agam, 2018). Sedangkan tahun 2018 mengalami peningkatan

yaitu sebanyak 12 kasus (AKI = 164,7 per 100.000 kelahiran hidup) (Dinkes

Agam, 2019) dan tahun 2019 terjadi penurunan angka kematian ibu yaitu 7 kasus

(AKI = 94,2 per 100.000 kelahiran hidup ) (Dinkes Agam, 2020).

Dari survey pendahuluan yang peneliti lakukan di 2 ( dua) Puskesmas

yang berada di Kabupaten Agam yaitu Puskesmas Batu Kambing dan Puskesmas

Padang Luar. Puskesmas Batu Kambing merupakan Puskesmas dengan

pencapaian program KIA yang mencapai target, ditemukan program atau kegiatan

yang sudah dilaksanakan dalam upaya meningkatkan cakupan K4 yaitu P4K

dengan stiker, konseling pra nikah dengan sasarannya adalah calon pengantin,

kelas Ibu Hamil yang akan meningkatkan demand creation di kalangan ibu hamil

dan keluarganya, dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu

hamil dan keluarganya dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara

paripurna serta kegiatan pendampimgan ibu hamil yang dilakukan oleh kader

yang bertujuan untuk mempercepat akses pertama ibu hamil (K1) ke tenaga

kesehatan, namun hal ini berbeda dengan Puskesmas Padang Luar, pelayanan KIA

yang diberikan belum mencapai dari target yang telah ditentukan, antara lain

kegiatan konseling pranikah yang belum terlaksana dan belum seluruh ibu hamil

yang ikut dalam kelas ibu hamil (Dinkes Agam, 2017).


7

Beberapa variabel yang mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan

antara lain pengetahuan dan sikap dalam melaksanakan pelayanan tersebut.

Berdasarkan teori perilaku kesehatan dari (Green, 2002) bahwa perilaku

dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pendukung dan factor pendorong di

dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan

kunjungan antenatal care. Menurut penelitian (Sumarni, 2014) terdapat hubungan

antara pengetahuan dan sikap dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care

( ANC). Penelitian yang dilakukan oleh (Mamalanggo, 2019) menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap serta dukungan petugas kesehatan

dengan kunjungan antenatal care (ANC), hal senada juga diungkapkan oleh

(Indrastuti & Mardian, 2019) bahwa factor pekerjaan, pengetahuan, sikap,

dukungan keluarga, kemudahan informasi, keluhan penyakit memiliki hubungan

dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care.

Menurut penelitian (Alanazy et al., 2019) ibu hamil memandang

perawatan antenatal sebagai hal yang penting untuk kesehatan ibu dan bayi, tetapi

ada kendala untuk mendapatkannya antara lain kurangnya transportasi, pendidikan

ibu yang rendah dan fasilitas kesehatan yang tidak memadai. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh (Indrastuti & Mardian, 2019) menyatakan bahwa

faktor pekerjaan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, kemudahan informasi

dan keluhan penyakit memiliki hubungan dengan pemanfaatan pelayanan

antenatal care, sedangkan faktor umur dan kepemilikan jaminan kesehatan tidak

memiliki hubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care.


8

Pelayanan kesehatan ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan

persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir Kualitas

antenatal care yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan

janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Dalam antenatal care

terpadu tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung

normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil,

melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani

persalinan normal. Setiap kehamilan dalam perkembangannya, mempunyai resiko

mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu antenatal care harus

dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk antenatal care yang

berkualitas (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

Melakukan kunjungan antenatal care secara rutin kondisi kesehatan ibu

dan janin dalam kandungan dapat terpantau dan terkontrol serta dapat melakukan

deteksi dini terhadap penyulit atau komplikasi serta kehamilan dengan risiko

tinggi yang terjadi pada proses kehamilan sehingga dapat mendapatkan

penanganan yang tepat dan terwujudnya gagasan pemerintah untuk menurunkan

angka kematian ibu melalui persalinan yang aman menuju well born baby dan

well health mother (Manuaba, 2016).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji

lebih jauh dan mengangkatnya dalam sebuah penelitian dengan judul “Analisis

Faktor yang Berhubungan Dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care di

Puskesmas Kabupaten Agam”


9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan ini maka perlu dilakukan pengkajian “Analisis

Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care di

Puskesmas Kabupaten Agam Tahun 2020”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk memperoleh dan mendapatkan deskripsi,

analisis, interprestasi serta faktor yang paling berpengaruh terhadap cakupan

pelayanan antenatal care di Puskesmas Kabupaten Agam tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Tujuan Kuantitatif

1) Untuk mengetahui distribusi frekuensi variable dependen (cakupan

pelayanan antenatal care) di Puskesmas Kabupaten Agam Tahun

2020.

2) Untuk mengetahuai distribusi frekuensi variable confounding (umur,

pendidikan dan paritas) pada cakupan pelayanan antenatal care di

Puskesmas Kabupaten Agam Tahun 2020.

3) Untuk mengetahui distribusi frekuensi variable independen

(pengetahuan, sikap, jarak dan dukungan suami) pada cakupan

pelayanan antenatal care di Puskesmas Kabupaten Agam Tahun

2020.
10

4) Untuk mengetahui hubungan variable confounding (umur,

pendidikan dan paritas) dengan cakupan pelayanan antenatal care di

Puskesmas Kabupaten Agam Tahun 2020.

5) Untuk mengetahui hubungan variable independen (pengetahuan,

sikap, jarak dan dukungan suami) dengan cakupan pelayanan

antenatal care di Puskesmas Kabupaten Agam Tahun 2020.

6) Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap

cakupan pelayanan antenatal care di Puskesmas Kabupaten Agam

Tahun 2020.

7) Untuk mendapatkan model penerapan antenatal care dengan

pendekatan multi strategi di Puskesmas Kabupaten Agam Tahun

2020.

b. Tujuan Kualitatif

1) Diperoleh input dalam kajian pelaksanaan pelayanan antenatal care

meliputi kebijakan, dana dan sarana di Kabupaten Agam tahun 2020.

2) Diperoleh proses dalam kajian pelaksanaan pelayanan antenatal care

meliputi pelayanan antenatal dengan 10 T, peran serta masyarakat,

kemitraan/jejaring kerja serta monitoring dan evaluasi di Kabupaten

Agam tahun 2020.

3) Diperoleh output dalam kajian pelaksanaan pelayanan antenatal care

yaitu terwujudnya pelaksanaan pelayanan antenatal care yang

berkualitas.
11

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Agam

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

mengetahui pelaksanaan pelayanan antenatal care di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Agam tahun 2020 dan dapat digunakan

sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan selanjutnya.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan

untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan evaluasi pelaksanaan

pelayanan antenatal care di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten

Agam Tahun 2020.

4. Bagi Pemerintah Kabupaten / Kecamatan/Desa

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan

mendapatkan informasi terhadap pelaksanaan pelayanan antenatal care

yang bisa digunakan sebagai dasar untuk advokasi di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2020.

5. Bagi Responden

Memberikan informasi tentang pelaksanaan pelayanan antenatal care

secara menyeluruh.

6. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya terutama adalah faktor-

faktor independen lain yang belum diteliti oleh peneliti.


12

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis factor umur,

pendidikan, paritas, pengetahuan, sikap, jarak dan dukungan suami yang

berhubungan dengan cakupan pelayanan antenatal care di Puskesmas Kabupaten

Agam tahun 2020.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran

atau kombinasi (mixed methods) . Metode pengumpulan data kuantitatif

menggunakan kuesioner sedangkan penelitian kualitatif menggunakan metode

wawancara mendalam (indept interview) agar ditemukan permasalahan secara

lebih terbuka serta melakukan observasi dan studi dokumen. Penelitian kuantitatif

menggunakan desain cross sectional. Data variabel independen dan variabel

dependen dikumpulkan dan dinilai dalam satu waktu. Penelitian dilaksanakan

pada tanggal 19 Februari sampai tanggal 9 Maret 2020. Populasi pada penelitian

ini adalah ibu hamil trimester III usia kehamilan 28 minggu s.d bersalin di

Kabupaten Agam sebanyak 515 dan jumlah responden sebanyak 69 orang.

Informan dalam penelitian kualitatif adalah Kepala Puskesmas, Bidan

Koordinator, Bidan desa, ibu hamil trimester III dan kader di 2 (dua) Puskesmas

dengan capaian KIA tertinggi dan 2 (dua) Puskesmas dengan capaian KIA

terendah diwilayah kerja Puskesmas Kabupaten Agam sebanyak 20 orang.

Teknik analisa data untuk penelitian kuantitatif menggunakan analisis

univariat, bivariat dan multivariat dan teknik pengolahan data untuk penelitian

kualitatif dengan cara membuat transkrip data, mereduksi data, penyajian data,

menyimpulkan dan menafsirkan data dan teknik analisa data menggunakan

metode triangulasi.
13

F. Keaslian Penelitian

NO Peneliti Judul Desain Dan Metode Metode Pengumpulan Hasil


Analisis Data
1 Arine Hubungan Antara Kuantitatif Survey Analitik desain Terdapat hubungan antara pengetahuan,
Mamalanggo Pengetahuan, Sikap serta crossectional study sikap serta dukungan petugas kesehatan
Dukungan Petugas dengan Kunjungan Antenatal Care
Kesehatan dengan ( ANC)
Kunjungan Antenatal
Care ( ANC) di
Puskesmas Ranotana
Weru Kota Manado
Tahun 2019
2 Afifah Nur Pemanfaatan pelayanan Kuantitatif dan Survey Analitik desain Faktor pekerjaan, pengetahuan, sikap,
Indrastuti
antenatal di Puskesmas kualitatif crossectional study dan dukungan keluarga, kemudahan informasi,
Kalongan Kabupaten kajian kualitatif dengan keluhan penyakit memiliki hubungan
Semarang tahun 2019 wawancara mendalam dengan pemanfaatan pelayanan antenatal
care sedangkan umur dan kepemilikan
jaminan kesehatan tidak memiliki
hubungan dengan pemanfaatan pelayanan
antenatal care dan masih terdapat ibu yang
tidak memeriksakan kehamilannya dengan
14

alas an tidak terdapat keluhan

3 Ulin Nafiah dkk Kajian Pelayanan Kualitatif Pendekat Pelayanan K4 di Puskesmas dilaksanakan
Antenatal K4 dan Fenomenologis oleh bidan dan dokter dengan penerapan
Pertolongan Persalinan di operasional yang dikenal dengan standar
Puskesmas Kabupaten pelayanan minimal (10T), pertolongan
Pati Tahun 2019 persalinan sebagian besar sudah di
Puskesmas oleh bidan dan dokter
4 Alanazy Exploring maternal and Kualitatif Studi Eksplorasi Ibu hamil memandang perawatan
health professional beliefs Kualitatif antenatal sebagai hal yang penting untuk
About the factors that kesehatan ibu dan bayi, tetapi ada kendala
affect untuk mendapatkannya antara lain
Whether women in Saudi hambatan untuk menghadiri disebabkan
Arabia attend antenatal oleh factor ibu dan tenaga kesehatan.
care clinic appointments Seperti hambatan fisik (mis., kurangnya
Tahun 2019 transportasi), pendidikan ibu yang rendah,
dan fasilitas kesehatan yang tidak
memadai (termasuk sikap staf yang negatif
dan komunikasi yang buruk). Serta
kepercayaan pasangan dan keluarga.

5 Ayu Indah Dukungan Keluarga Tidak Kuantitatif Case Control Besar risiko dukungan keluarga yang tidak
15

Rahmawati dkk Baik sebagai Faktor baik untuk terjadinya ketidaklengkapan


Risiko Keteidaklengkapan kunjungan Antenatal Care (ANC) di
Kunjungan Antenatal Puskesmas Sukamaju 7,7 kali lebih besar
Care (ANC) di Puskesmas dibandingkan dengan ibu dengan
Sukamaju Bandar dukungan keluarga yang baik
Lampung Tahun 2019
16

Perbedaan Penelitian ini dengan sebelumnya

Adapun perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2020.

2. Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) Puskesmas dengan capaian KIA

tertinggi dan 2 (dua) Puskesmas dengan capaian KIA terendah diwilayah

kerja Puskesmas Kabupaten Agam.

3. Penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran/kombinasi mix

methods

4. Penelitian ini melihat cakupan pelayanan antenatal care di Puskesmas

Kabupaten Agam

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III usia kehamilan 28

mg sampai bersalin sebanyak 69 orang. Informan penelitian ini sebanyak 20 orang

yaitu : Kepala Kepala Puskesmas, Bidan Koordinator, Bidan desa, ibu hamil

trimester III serta kader di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Agam.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang penting dalam kehidupan

seorang wanita dan keluarga pada umumnya. Kehamilan merupakan proses

fisiologi yang memberikan perubahan pada ibu maupun lingkungannya. Dengan

adanya kehamilan maka seluruh system genetalia wanita mengalami perubahan

yang mendasar untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan janin dalam

Rahim selama proses kehamilan berlangsung. Kehamilan merupakan suatu proses

perubahan identitas serta peran bagi setiap anggota keluarga. Pada masa

kehamilan ibu sering kali mengalami suatu ketidakseimbangan psikologis yang

mungkin disebabkan oleh situasi atau tahap perkembangan tersebut sehingga

berbagai dukungan dan bantuan sangat penting dan dibutuhkan bagi seorang ibu

untuk mendukung selama kehamilannya (Hutahaean, 2009). Sikap penerimaan ibu

terhadap kehamilannya, sangat mempengaruhi kesehatan atau keadaan umum ibu

serta keadaan janin dalam kehamilannya (Setiawati. D, 2013).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya

hamil normal adalah 240 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari

pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama

dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai

enam bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2014).

Kehamilan membawa perubahan ketubuhan dan kebutuhan pada seorang

ibu. Pada bulan-bulan pertama mungkin tidak akan banyak perubahan yang

terlihat. Akan tetapi, sesungguhnya tubuh anda secara aktif berubah untuk

17
18

menyesuaikan proses kehamilan ini. Perubahan ini adalah wajar-wajar saja

dan tidak perlu dicemaskan (Indiarti, 2015). Trimester III sering disebut periode

menunggu dan waspada sebab ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran

bayinya. Ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu

meningkatkan kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala persalinan serta

ketidaknormalan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali, merasa

diri aneh dan jelek, serta gangguan body image. Perubahan body image dapat

berdampak besar pada wanita dan pasangannya saat kehamilan (Jannah, 2012).

2. Tanda-Tanda Kehamilan

Berikut tanda-tanda yang dapat kita perhatikan pada kehamilan

(Ratnawati, 2014):

a. Tanda pasti kehamilan

1) Gerakan janin yang dapat dilihat / diraba / dirasa, juga bagian-

bagian janin.

2) Denyut jantung janin

a) Didengar dengan stetoskop monoral leannec (stetoskop

yang dirancang khusus untuk dapat mendengarkan detak

jantung janin secara manual)

b) Dicatat dan didengar alat Doppler.

c) Dicatat dengan foto elektrokardiogram

3) Dilihat pada ultrasonografi (USG).

4) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen


19

b. Tanda tidak pasti kehamilan (persumptive)

1) Amenorea(tidak menstruasi) : Umur kehamilan dapat dihitung dari

tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT) dan taksiran tanggal

persalinan (TTP) yang dihitung menggunakan rumus naegele yaitu

TTP = (HPHT + 7) dan (bulan HT + 3).

2) Nausea and Vomiting (mual dan muntah) : Biasanya terjadi pada

bulan bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama.

Sering terjadi pada pagi hari, maka disebut morning sickness.

3) Mengidam : Ibu hamil sering meminta makanan / minuman

tertentu terutama pada bulan-bulan triwulan pertama, tidak tahan

suatu bau-bauan.

4) Pingsan : Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan

padat bisa pingsan.

5) Anoreksia (hilangnya nafsu makan) : Hanya berlangsung pada

triwulan pertama kehamilan kemudian nafsu makan timbul

kembali.

6) Fatigue (kelelahan) : kondisi berkurangnya kapasitas yang dimiliki

seseorang untuk bekerja dan mengurangi efisiensi prestasi, dan

biasanya disertai dengan perasaan letih dan lelah.

7) Mammae membesar : Mammae membesar, tegang dan sedikit nyeri

disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang

duktus dan alveoli payudara. Kelenjar montgomery terlihat

membesar.
20

8) Miksi (buang air kecil) : Miksi sering terjadi karena kandung kemih

tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini akan hilang pada

triwulan kedua kehamilan.

9) Konstipasi / obstipasi (sembelit) : Konstipasi terjadi karena tonus

otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid.

10) Pigmentasi kulit : Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon

kortikosteroid plasenta, dijumpai di muka (Chloasma gravidarum),

areola payudara, leher dan dinding perut (linea nigra=grisea).

11) Epulis atau dapat disebut juga hipertrofi dari papil gusi.

12) Pemekaran vena-vena (varises) : Terjadi pada kaki, betis dan

vulva.

13) Keadaan ini biasanya dijumpai pada triwulan akhir.

c. Tanda kemungkinan hamil

1) Perut membesar.

2) Uterus membesar.

3) Tanda Hegar : Ditemukan pada kehamilan 6-12 minggu, yaitu

adanya uterus segmen bawah rahim yang lebih lunak dari bagian

yang lain.

4) Tanda Chadwick : Adanya perubahan warna pada serviks dan

vagina menjadi kebiru-biruan.

5) Tanda Piscaseck : yaitu adanya tempat yang kosong pada rongga

uterus karena embrio biasanya terletak disebelah atas, dengan

bimanual akan terasa benjolan yang asimetris.


21

6) Kontraksi-kontraksi kecil pada uterus bila dirangsang (braxton

hicks).

7) Teraba ballotement.

8) Reaksi kehamilan positif.

B. Konsep Antenatal Care (ANC)

1. Pengertian Antenatal Care

Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan yang dilakukan/diberikan

kepada seorang ibu hamil sampai saat persalinan. Pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya,

dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam

Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi

anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium

rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan

dalam pemeriksaan) (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Antenatal Care merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama

ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba,

2016).

Antenatal Care (ANC) adalah salah satu upaya pencegahan awal dari

faktor risiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal

care(ANC) untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan

persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan

janin (Mardiatun, 2015). Pentingnya melakukan pemeriksaan antenatal care

(ANC) dibuktikan melalui risiko-risiko yang dapat terjadi ketika tidak


22

memeriksakan pertumbuhan dan perkembangan baik janin maupun ibu seperti

perkiraan berat badan janin yang tidak sesuai dengan usia kehamilan.

Antenatal care adalah suatu pengawasan yang dilakukan selama

kehamilan dengan tujuan untuk mengetahui kesehatan umum ibu, mendeteksi

secara dini penyakit yang meyertai kehamilan, mendeteksi secara dini komplikasi

kehamilan, menetapkan risiko yang dapat terjadi pada masa kehamilan baik itu

kategori risiko tinggi, risiko meragukan, dan risiko rendah, mempersiapkan

persalinan ibu menuju well born baby dan well health mother, mempersiapkan ibu

untuk memelihara bayi dan laktasi serta dapat mengantarkan ibu sampai pulih saat

akhir kala nifas (Manuaba, 2016)

Antanatal care adalah pengawasan yang dilakukan pada masa kehamilan

sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan

janin dalam kandungan (Yulaikhah L, 2008). Antenatal care adalah perawatan

yang dilakukan pada masa kehamilan sebelum bayi lahir dan yang paling

diutamakan pada kesehatan ibu (Manuaba, 2007).

2. Tujuan Antenatal Care (ANC)

Tujuan Antenatal Care (ANC) adalah:

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu


23

maupun bayinya.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal, perawatan bayi dan

pemberian ASI eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi

agar tumbuh kembang secara normal (Saifudin. AB, 2002).

Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care yang baik akan memberi

manfaat bagi ibu hamil antara lain menurunkan angka kematian maternal, yaitu

dengan mengidentifikasi faktor resiko yang berhubungan dengan usia, paritas,

riwayat obstetric buruk dan perdarahan selama kehamilan, sehingga dapat

ditentukan pertolongan persalinan yang aman. Selain itu ibu hamil dapat

mendapatkan konseling tentang kehamilannya, kesehatan reproduksi dan alat

kontrasepsi (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

3. Manfaat Antenatal Care

Manfaat dari pemeriksaan antenatal secara garis besar terbagi menjadi

tujuh, yaitu 1) pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan penunjang yaitu

ultrasonografi (USG) dan didukung dengan pemeriksaan laboratorium yang

dilakukan oleh dokter atau bidan, 2) untuk memastikan seseorang hamil atau

tidak, melihat kondisi dalam Rahim, 3) untuk mengetahui posisi kehamilan berada

di dalam rahim atau tidak, 4) untuk mengetahui usia kandungan, melihat

pertumbuhan dan perkembangan dari janin, 5) melihat kelainan atau penyakit

yang terdapat pada janin, 6) untuk melihat posisi dari janin mengalami kelainan

atau tidak dan 7) melihat penyakit yang dapat menyertai ibu selama kehamilan

(Musbiki I., 2006).


24

Pemeriksaan antenatal memiliki keuntungan dan manfaat yang sangat

besar karena dapat menjaga kesehatan ibu dan janin pada masa kehamilan, dapat

mengurangi terjadinya risiko yang terdapat pada ibu hamil dan dapat mengurangi

terjadinya kelahiran premature dan berat badan lahir rendah (Thuladar H and

Dhakal N., 2011).

4. Jadwal Kunjungan Antenatal Care

Keuntungan dari pemeriksaan antenatal care sangat besar karena dengan

segera dapat diketahui berbagai macam kelainan yang terjadi selama kehamilan,

risiko yang terdapat pada masa kehamilan, dan komplikasi selama kehamilan

sehingga dapat diarahkan untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit yang

mempunyai fasilitas yang memadai. Di Negara maju, pemeriksaan antenatal care

dilakukan sebanyak 12-13 kali selama masa kehamilan, hal ini berbeda dengan di

negara berkembang yang melakukan pemeriksaan antenatal care cukup empat

kali sebagai kasus tercatat (Bagus G.M.I., 2003).

Pengawasan antenatal yang dianjurkan dilakukan oleh ibu hamil minimal

sebanyak 4 kali, yaitu pada trimester I sebanyak 1 kali, pada trimester II sebanyak

1 kali, dan pada trimester III sebanyak 2 kali. Dengan memperhatikan batasan dan

tujuan pengawasan antenatal maka dijadwalkan pemeriksaan pertama dilakukan

segera setelah diketahui terlambat datangnya haid, selanjutnya pemeriksaan

ulangan dilakukan setiap bulan sampai usia kehamilan enam sampai tujuh bulan,

pemeriksaan setiap dua minggu sampai usia kehamilan delapan bulan dan setiap

satu minggu sejak usia kehamilan delapan bulan sampai terjadinya proses

persalinan. Jadwal pemeriksaan antenatal care adalah sebagai berikut (Bagus

G.M.I., 2003).
25

a. Pemeriksaan trimester I dan II

Dilakukan sebulan sekali, pengambilan data hasil pemeriksaan

laboratorium (Hb, Golongan darah, gula darah), pemeriksaan

ultrasonografi, nasihat diet (empat sehat lima sempurna yaitu protein

0,5/kg BB, ditambah satu telur/hari), observasi penyakit yang dapat

mempengaruhi kehamilan dan komplikasi kehamilan, serta rencana

(mengobati penyakit, menghindari terjadinya komplikasi pada usia

kehamilan I atau II, imunisasi tetanus I). Pada kehamilan trimester I, janin

sangat sensitif terhadap pengaruh dari luar seperti infeksi, obat-obatan dan

pengaruh makanan yang tidak sehat. Infeksi yang paling sering terjadi

yaitu TORCH yang akan sangat merugikan terhadap perkembangan janin

dalam kandungan (Siswosuharjo S dan Chakrawati F., 2012). Selain itu

kebanyakan dari abortus spontan dapat terjadi pada trimester I

(Cuningham G, 2012).

Pada kehamilan trimester II, khususnya pada usia kehamilan 16

minggu janin akan memproduksi alfafetoprotein yaitu protein yang

ditemukan pada darah ibu, kelebihan kadar dari protein ini akan

menyebabkan kelainan pada spina bifida sehingga menyebabkan kelainan

kongenital pada saraf tulang belakang. Hal ini sebaliknya dapat terjadi,

jika kadar alfafetoprotein kurang maka akan menyebabkan kelainan

sindrom down. Pada usia 19 minggu tubuh janin sudah mulai

memproduksi cairan serebrospinalis yang akan bersirkulasi di otak dan

saraf tulang belakang. Jika cairan tersebut terhalang oleh sesuatu maka

akan menyebabkan penumpukan cairan diotak (hidrosefalus) yang


26

berdampak fatal bagi jaringan otak janin. Pada usia kehamilan 20 minggu

kebutuhan darah janin akan meningkat. Agar dapat menghindari anemia,

maka ibu harus mencukupi asupan gizi untuk janinnya dengan

mengkonsumsi makanan bergizi terutama makanan yang banyak

mengandung zat besi (Siswosuharjo S dan Chakrawati F., 2012).

b. Pemeriksaan trimester III

Setiap dua minggu, dilanjutkan seminggu sekali sampai tibanya

tanda-tanda kelahiran, evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil dari

pengobatan, diet empat sehat lima sempurna, pemeriksaan penunjang

ultrasonografi, imunisasi tetanus II dan observasi (penyakit penyerta

kehamilan, komplikasi kehamilan pada trimester III, berbagai kelainan

kehamilan trimester III). Pada kehamilan trimester III biasanya terdapat

kelainan preeklampsia. Walaupun pada beberapa kasus dapat ditemukan

pada awal kehamilan (Hefnner I.J and Schust D.J. At a Glance, 2008).

Selain itu sebagian besar dari wanita hamil dengan penyakit hipertensi

akibat kehamilan juga dapat didiagnosa pada kehamilan trimester III

(Cuningham G, 2012). Oleh sebab itu pemeriksaan harus lebih sering

dilakukan untuk dapat mencegah terjadinya kelainan pada saat kehamilan

mengingat penyebab kematian ibu terbanyak dapat disebabkan karena

perdarahan, infeksi, dan preeclampsia (Siswosuharjo S dan Chakrawati F.,

2012). Pemeriksaan yang dilakukan pada ibu hamil terbagi menjadi

beberapa tahapan, yaitu (Rachman. M, 2000).

1) Kunjungan ibu hamil pertama (K1)


27

Kunjungan ibu hamil pertama kali pada saat kehamilan yaitu

kunjungan yang dilakukan ibu hamil untuk melakukan

pemeriksaan kandungan pada umur kehamilan 1 sampai 12

minggu. Pada kunjungan pertama ini akan dilakukan pemeriksaan

dengan tujuan untuk mengetahui indentitas ibu dan suami,riwayat

kehamilan sekarang, riwayat kehamilan sebelumnya, jumlah

paritas, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium (Hb, Gula

darah, golongan darah, HbsAg, sipilis, dan HIV), pemeriksaan

obstetrik, pemberian tablet zat besi pada masa kehamilan, skrining

imunisasi tetanus toksoid serta pemberian bimbingan pada ibu

hamil (Rachman. M, 2000).

2) Kunjungan ulang

Kunjungan ulang adalah kontak yang dilakukan ibu hamil untuk

yang kedua dan seterusnya kepada tenaga kesehatan baik dokter

ataupun bidan guna memperoleh pelayan antenatal sesuai dengan

standar yang berlaku pada masa kehamilan. Pada kehamilan yang

mempunyai risiko tinggi, maka pemeriksan harus lebih sering

dilakukan, tetapi pada kehamilan yang tidak mempunyai risiko

maka jumlah kunjungan dengan tenaga kesehatan dapat dilakukan

lebih sedikit. Pada setiap kunjungan ulang maka akan dilakukan

langkah- langkah untuk dapat menentukan kesehatan ibu dan

janinnya. Evaluasi yang biasanya dilakukan mencakup

pemeriksaan pada ibu dan janinnya. Adapun pemeriksaan yang

dilakukan pada janin meliputi kecepatan jantung, ukuran saat ini


28

dan laju pertumbuhan janin, jumlah cairan amnion, bagian

presentasi dan station serta aktivitas dari janin. Sedangkan

pemeriksaan yang dilakukan pada ibu meliputi tekanan darah saat

ini dan tingkat perubahan, berat badan saat ini dan jumlah

perubahan, gejala- gejala yang terdapat pada masa kehamilan

(nyeri kepala, penglihatan kabur, nyeri abdomen, mual dan

muntah, perdarahan, pengeluaran cairan dari vagina dan disuria),

tinggi fundus uteri dari simfisis dalam sentimeter dan pemeriksaan

vagina pada kehamilan tahap lanjut sering memberikan informasi

yang berguna (Cuningham G, 2012).

3) Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)

Kunjungan ibu hamil K4 merupakan kontak ibu hamil dengan

tenaga kesehatan untuk yang keempat kalinya atau lebih pada umur

kandungan 32 sampai 40 minggu untuk memperoleh pelayanan

pada masa kehamilan yaitu pelayanan antenatal care sesuai dengan

standar yang ditetapkan untuk melakukan pemeriksaan pada

trimester pertama dilakukan satu kali (K1) pada usia kehamilan 1

sampaI 12 minggu, pada trimester kedua (K2) usia kehamilan 13

sampai 27 minggu dilakukan pemeriksaan satu kali, pada trimester

ketiga (K3 dan K4) usia kehamilan lebih dari 28 minggu

dilakukan: pemeriksaan dua kali dan akan dilakukan pemeriksaan

khusus apabila ditemukan adanya keluhan atau kelainan tertentu

(Rachman. M, 2000). Kunjungan antenatal hal yang sangat


29

diperlukan adalah untuk mendapatkan informasi yang sangat

penting diantaranya yaitu : (Saifudin A.B., 2008)

- Trimester pertama (kunjungan ibu hamil sebelum 14 minggu)

yaitu: Untuk membangun hubungan saling percaya antara

petugas kesehatan dan ibu hamil, Mendeteksi masalah dan

segera menanganinya, Melakukan suatu tindakan pencegahan

seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi,

penggunaan praktek tradisional yang merugikan, Meningkat

perilaku hidup sehat (gizi, latihan kebersihan, istirahat dan

sebagainya).

- Trimester kedua (kunjungan ibu hamil sebelum minggu ke 28)

yaitu sama halnya seperti yang dilakukan pada trimester 1,

tambahannya antara lain kewaspadaan khusus mengenai

preeklampsia (tanya ibu tentang gejala preeklamsia yaitu

pantau tekanan darah dan evaluasi edema).

- Trimester ketiga (kunjungan ibu hamil antara minggu ke 28

sampai 36) yaitu sama seperti pada trimester kedua dan

ditambahkan palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada

kehamilan ganda atau tidak.

- Trimester keempat (kunjungan ibu hamil setelah 36 minggu)

yaitu sama halnya pada trimester ketiga ditambah dengan

mendeteksi letak janin yang tidak normal atau kondisi lain

yang memerlukan tempat kelahiran di rumah sakit.


30

5. Cakupan Pelayanan ANC


Kunjungan ibu hamil merupakan kontak antara ibu hamil dengan tenaga kesehatan profesional untuk

memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar yang berlaku. Cakupan K1 merupakan cakupan kontak pertama sekali ibu

hamil pada saat kehamilan dengan tenaga kesehatan guna mendapatkan pelayanan anenatal yang diberikan oleh tenaga

kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan pertama (KI) dipergunakan sebagai suatu

indikator akses pelayanan angka cakupan ibu hamil yang diperoleh dengan menggunakan rumus perhitungan yaitu

(Kementerian Kesehatan RI, 2009).

Jumlah Kunjungan Ibu Hamil Pertama (K1)


x 100%
Jamlah Sasaran Ibu Hamil Dalam Satu Tahun

Cakupan kunjungan K4 merupakan suatu cakupan pemeriksaan ibu hamil

yang telah mendapatkan pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar

pelayanan, paling minimal dengan distribusi waktu yaitu trimester pertama

dilakukan satu kali, trimester kedua dilakukan satu kali dan pada trimester ketiga

dilakukan dua kali pada kurun waktu tertentu di suatu wilayah kerja (Kementerian

Kesehatan RI, 2009)

Jumlah Kunjungan Ibu Hamil Keempat (K4)


x 100%
Jamlah Sasaran Ibu Hamil Dalam Satu Tahun

6. Kebijakan Pelayanan Antenatal Care

Pelayanan Antenatal Care yang bermutu pada dasarnya merupakan suatu

pelayanan medik dasar yang strategis dalam upaya untuk dapat meningkatkan

kesehatan ibu dan janinnya. Agar dapat mencapai keinginan tersebut hal yang

perlu diperhatikan yaitu pelayanan dapat dijangkau oleh ibu hamil dan

keluarganya, sehingga ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan secara teratur dan

dapat mendeteksi sedini mungkin terhadap kemungkinan yang dapat terjadi pada

masa kehamilan.

Tedapat dua program kebijakan dalam pelayanan antenatal care yaitu :


31

a. Kebijakan Program

Dalam pemeriksaaan kehamilan selain memperhatikan jumlah

kunjungan yang dilakukan ibu hamil juga perlu memperhatikan kualitas

dari pemeriksaan yang dilakukan. Kebijakan dari program pelayanan

antenatal dalam melakukan kunjungan sebaiknya dilakukan empat kali

pada masa kehamilan. Dalam pelaksanaan operasionalnya, terdapat standar

mini Kebijakan Pelayanan Antenatal Care yang bermutu pada dasarnya

merupakan suatu pelayanan medik dasar yang strategis dalam upaya untuk

dapat meningkatkan kesehatan ibu dan janinnya. Agar dapat mencapai

keinginan tersebut hal yang perlu diperhatikan yaitu pelayanan dapat

dijangkau oleh ibu hamil dan keluarganya, sehingga ibu hamil dapat

melakukan pemeriksaan secara teratur dan dapat mendeteksi sedini

mungkin terhadap kemungkinan yang dapat terjadi pada masa kehamilan.

Tedapat dua program kebijakan dalam pelayanan antenatal care yaitu :

Kebijakan Program Dalam pemeriksaaan kehamilan selain memperhatikan

jumlah kunjungan yang dilakukan ibu hamil juga perlu memperhatikan

kualitas dari pemeriksaan yang dilakukan. Kebijakan dari program

pelayanan antenatal dalam melakukan kunjungan sebaiknya dilakukan

empat kali pada masa kehamilan. Dalam pelaksanaan operasionalnya,

terdapat standar minimal pelayanan antenatal atau dikenal dengan istilah

10T yang terdiri atas timbang berat badan dan ukur berat badan, ukur

tekanan darah, pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) lengkap,

pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, ukur

tinggi fundus uteri, tes terhadap penyakit menular seksual dan tes wicara
32

dalam rangka mempersiapkan rujukan. Pelayanan antenatal ini sebaiknya

diberikan oleh tenaga kesehatan operasional (Kementerian Kesehatan RI,

2007). Pelayanan antenatal atau dikenal dengan istilah 10T yang terdiri

atas timbang berat badan dan ukur berat badan, ukur tekanan darah,

tentukan status gizi, skrining dan pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

lengkap, pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan,

ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin, tes terhadap penyakit

menular seksual dan tes wicara dalam rangka mempersiapkan rujukan.

Pelayanan antenatal ini sebaiknya diberikan oleh tenaga kesehatan

operasional (Kementerian Kesehatan RI, 2007).

b. Kebijakan Teknis

Setiap kehamilan mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya

komplikasi. Oleh sebab itu setiap kehamilan diperlukan pemantauan

khusus pada masa kehamilan. Keuntungan dari pemeriksaan pada masa

kehamilan sangat besar karena dengan segera dapat diketahui berbagai

macam kelainan yang dapat terjadi selama kehamilan, risiko yang terdapat

pada masa kehamilan, dan komplikasi selama kehamilan sehingga dapat

diarahkan untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit yang mempunyai

fasilitas yang memadai, rujukan bila diperlukan, serta mempersiapkan

kehamilan yang bersih dan aman sehingga dapat mencegah terjadinya

infeksi dan lain-lain (Kementerian Kesehatan RI, 2007).

7. Standar ANC
33

Standar pelayanan minimal antenatal dan penerapan operasionalnya

dikenal dengan standar minimal “10T” itu terdiri atas (Kementerian Kesehatan RI,

2010) :

a. Timbang berat badan, penambahan berat badan selama kehamilan rata-

rata 0,3 sampai 0,5 kg per minggu. Pada akhir kehamilan pertambahan

berat badan total adalah 9-12,5 kg. Bila terdapat penambahan berat badan

yang berlebihan perlu diperkirakan adanya resiko (hidramnion, janin

besar, kehamilan kembar).

b. Tentukan status gizi, Bidan / dokter saat pemeriksaan masa kehamilan

akan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Pengukuran

LILA dilakukan pada wanita usia subur (15-45 tahun) dan ibu hamil untuk

memprediksi adanya kekurangan energi dan protein yang bersifat kronis

atau sudah terjadi dalam waktu lama. Jika LILA kurang dari 23,5 cm,

berarti status gizi ibu hamil kurang, misalnya kemungkinan mengalami

KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan berisiko lebih tinggi

melahirkan bayi BBLR. Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm, berarti

status gizi ibu hamil baik, dan  risiko melahirkan bayi BBLR lebih rendah.

c. Ukur tekanan darah, tekanan darah tinggi di dalam kehamilan merupakan

resiko. Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg.

d. Ukur Tinggi Fundus Uteri, merupakan satu cara penentuan umur

kehamilan dan berat badan janin dalam rahim.

e. Tentukan posisi janin dan denyut jantung janin, dalam melakukan

pemeriksaan fisik saat kehamilan, bidan / dokter akan melakukan suatu

pemeriksaan untuk menentukan posisi janin, terutama saat trimester III


34

atau menjelang waktu prediksi persalinan. Selain itu, akan dilakukan pula 

pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ)  sebagai acuan untuk mengetahui

kesehatan ibu dan perkembangan janin, khususnya denyut jantung janin

dalam rahim. Denyut jantung janin normal permenit adalah sebanyak 120-

160 kali. Pemeriksaan denyut jantung  janin harus dilakukan pada ibu

hamil, dan  denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan

16 minggu / 4 bulan.

f. Skrining dan pemberian imunisasi atau tetanus toxoid. Pemberian

imunisasi TT baru memberikan perlindungan bila diberikan sekurang-

kurangnya 2x dengan interval kira-kira 4 minggu, kecuali bila sebelumnya

sudah diberikan pada masa calon pengantin.

g. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, tablet zat

besi sebaiknya tidak diminum bersama teh, kopi, susu karena mengganggu

proses penyerapan.

h. Tes Laboratorium, tes laboratorium sederhana yang dilakukan saat

pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan Hb untuk menilai status

anemia atau tidak pada ibu hamil. Sebaiknya pemeriksaan Hb ini

dilakukan sejak trimester I, sehingga apabila ditemukan kondisi anemia

akan dapat segera diterapi dengan tepat. Apabila didapatkan resiko

penyakit lainnya saat kehamilan seperti darah tinggi/hipertensi dan

kencing manis/diabetes melitus, maka dapat dilakukan tes laboratorium

lainnya seperti tes fungsi ginjal, kadar protein (albumin dan globulin),

kadar gula darah dan urin lengkap. Tes laboratorium dilakukan sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil saat melakukan pemeriksaan


35

kehamilan dan bertujuan untuk mengatasi risiko penyakit lain selama

kehamilan. Sehingga ketika waktu persalinan dapat berlangsung dengan

aman dan sehat.

i. Tata laksana kasus

j. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan, memberikan konseling pada

ibu hamil, suami dan keluarga agar mengerti tanda-tanda resiko

kehamilan.

8. Faktor Pendorong ANC

Banyak penyebab atau faktor yang mendorong ibu hamil dalam

memutuskan untuk melakukan dan tidak melakukan pemeriksaan kehamilannya

atau antenatal care. Ada beberapa variabel yang mempengaruhi ibu hamil mau

memeriksakan kehamilan, diantaranya adalah (Kementerian Kesehatan RI, 2010):

a. Kerentanan yang ia rasakan (perceived susceptibility) terhadap kehamilan.

Ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya jika ia tahu bahwa setiap

kehamilan itu beresiko.

b. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness) tentang faktor resiko

dan resiko tinggi pada kehamilan. Jika ia mengetahui bahwa ia beresiko itu

akan mendorong ibu untuk melakukan ANC untuk mengatasinya.

c. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benefits an

barriers) ibu mau memeriksakan kehamilan jika mengetahui manfaat apa

yang didapatkan dari melakukan ANC dan tindakan ibu memeriksakan

kehamilannya juga dapat dipengaruhi oleh rintangan-rintangan yang

ditemukan waktu akan melakukan ANC, seperti suami atau keluarga tidak

mengijinkan, perilaku petugas kesehatan tidak memuaskan (petugas tidak


36

melakukan asuhan sayang ibu), transportasi yang sulit.

d. Pendorong untuk bertindak (cues to action), untuk mendapatkan tingkat

penerimaan yang benar tentang kerentanan, keseriusan dan keuntungan

sehingga ibu mau memeriksakan kehamilannya atau ANC maka

diperlukan isyarat-isyarat berupa faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut

misalnya media massa, petugas kesehatan, keluarga (Notoatmodjo, 2003).

9. Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan

Frekuensi pemeriksaan kehamilan adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.

b. Pemeriksaan ulang yakni setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7

bulan, setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan, setiap 1

minggu sejak umur hamil 8 bulan sampai terjadi persalinan (Manuaba,

2016).

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam

jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali

kunjungan selama periode antenatal yaitu :

a. Satu kali kunjungan trimester pertama (sebelum 14 minggu)

Kunjungan pertama bertujuan mendiagnosis dan menghitung umur

kehamilan, mengkaji status kesehatan untuk mengetahui masalah medis.

b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

Yang dikaji dalam kunjungan ulang Trimester III antara lain : kemajuan

kehamilan, tanda bahaya kehamilan, identifikasi gerakan janin

c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga


37

Yang dikaji dalam kunjungan ulang trimester III, antara lain :

1) Meninjau kesehatan umum dan tanda bahaya trimester III, misalnya

penambahan berat badan yang berlebihan secara tiba-tiba karena

oedem, nyeri abdomen, mata kabur dan lain-lain.

2) Mengidentifikasi tanda kelahiran preterm Pemeriksaan fisik,

meliputi : tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri dan detak

Jantung Janin (Walsh, 2008).

Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan terdidik

dalam bidang kebidanan yaitu pembantu bidan, bidan, dokter dan perawat yang

sudah dilatih. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik. Kehamilan juga

mengandung resiko, dan resiko kehamilan tersebut bersifat dinamis, karena ibu

hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi beresiko tinggi.

Faktor resiko pada ibu hamil, seperti umur terlalu muda/tua, banyak anak,

dan beberapa faktor biologis lainnya, adalah keadaan yang langsung menambah

resiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang

berbahaya dan mungkin menjadi penyebab langsung kematian ibu, misalnya

perdarahan melalui jalan lahir, eklampsia dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang

sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan ibu, misalnya perdarahan

melalui jalan lahir, eklampsia dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang sekaligus

terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan kehamilannya beresiko tinggi di

tingkat pelayanan dasar, pemeriksaan antenatal hendaknya memenuhi tiga aspek

pokok (Depkes RI, 2002) yaitu :

a. Aspek medik yang meliputi:


38

1) Diagnosa kehamilan

2) Penemuan kelainan secara dini

3) Pemberian terapi sesuai diagnose

b. Penyuluhan, komunikasi dan motivasi ibu hamil, antara lain megenai :

1) Penjagaan kesehatan dirinya dan janinnya.

2) Pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor resiko yang dimilikinya.

3) Pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu

c. Rujuk

Ibu hamil dengan resiko tinggi harus dirujuk ke tempat pelayanan yang

mempunyai fasilitas lebih lengkap.

10. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan

Menurut Andersen (1995) dalam (Pohan, 2003) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pelayanan kesehatan dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) bagian,

yaitu :

a. Faktor predisposisi (predispossing factor)

Komponen predisposisi menggambarkan karakteristik pasien yang

mempunyai kecenderungan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan

terdiri dari:

1) Demografi (umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi)

2) Struktur sosial (suku, ras, kebudayaan, pekerjaan, pendidikan,

sikap)

3) Kepercayaan (kepercayaan terhadap penyakit, dokter, petugas

kesehatan)
39

b. Faktor pemungkin (enabling factor) Faktor pemungkin terdiri dari:

1) Kualitas pelayanan kesehatan

Hasil penelitian Bank Dunia di Indonesia pada tahun 1988

menunjukkan salah satu penyebab rendahnya pemanfaatan rumah

sakit oleh masyarakat adalah kualitas pelayanan yang rendah.

2) Jarak pelayanan

Salah satu pertimbangan pasien dalam menentukan sikap untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan adalah jarak yang ditempuh dari

tempat tinggal pasien sampai ke tempat sumber perawatan.

3) Status sosial ekonomi

Status ekonomi mempengaruhi seseorang dalam membayar

pelayanan kesehatan. Setiap orang dari segala lapisan sosial berhak

menerima kesehatan. Tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa

lebih sering diprioritaskan orang dengan status ekonomi yang lebih

tinggi. Status ekonomi merupakan salah satu faktor terhadap

pelayanan kesehatan.

c. Kebutuhan Pelayanan (need)

Keadaan status kesehatan seseorang menimbulkan suatu kebutuhan

yang dirasakan dan membuat seseorang mengambil keputusan untuk

mencari pertolongan kesehatan. Selain dipengaruhi faktor di atas ada


40

beberapa faktor lagi yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan

kesehatan, yaitu:

1) Tarif atau biaya

Tarif atau biaya kesehatan sangat penting untuk menentukan dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Adanya peningkatan harga

pelayanan kesehatan akan menyebabkan penurunan permintaan.

2) Fasilitas

Fasilitas yang baik akan mempengaruhi sikap dan perilaku pasien,

pembentukan fasilitas yang benar akan menciptakan perasaan

sehat, aman, dan nyaman. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan dan

pelayanan sosial mempunyai pandangan yang mungkin menambahi

atau mengurangi kepuasan pasien dan penampilan kerja (Kotler,

1997).

3) Pelayanan personil

Pelayanan personil memegang peranan dalam menjagamutu

pelayanan sehingga pemakai jasa pelayanan kesehatan menjadi

puas. Personil itu terdiri dari dokter maupun perawat, tenaga para

medis serta penunjang non medis. Pelayanan personil dapat berupa

pelayanan secara profesional dan keramahan sehingga

meningkatkan citra dari rumah sakit tersebut.

4) Lokasi

Lokasi pelayanan kesehatan yang berada di lingkungan sosial

ekonomi rendah biasanya yang berkunjung, juga pelanggan dari

masyarakat miskin, karena orang berpenghasilan tinggi akan


41

datang ke lingkungan miskin untuk perawatan medis (Kotler,

1997). Lokasi adalah yang paling diperhatikan bagi pencari

pelayanan kesehatan karena jarak yang dekat akan mempengaruhi

bagi pencari pelayanan kesehatan untuk berkunjung. Suatu studi

mengatakan bahwa alasan yang penting untuk memilih rumah sakit

adalah yang dekat dengan lokasi.

5) Kecepatan dan Kemudahan Pelayanan

Pada dasarnya manusia ingin kemudahan, begitu juga dengan

mencari pelayanan kesehatan, mereka suka pelayanan yang cepat

mulai dari pendaftaran sampai pada waktu pulang.

6) Informasi

Dengan adanya iklan dan promosi sangat efektif karena dapat

langsung didengar dan dilihat baik itu mengenai fasilitas, harga

yang akan mempengaruhi pilihan konsumen. Informasi dapat

berupa pengalaman pribadi, teman-teman, surat kabar.

Keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan merupakan

kombinasi dari kebutuhan normatif dengan kebutuhan yang dirasakan, karena

untuk konsumsi pelayanan kesehatan. Konsumen sering tergantung kepada

informasiyang disediakan oleh institusi pelayanan kesehatan ditambah dengan

profesinya.

Faktor-faktor lain yang berpengaruh antara lain pendapatan, harga, lokasi,

dan mutu pelayanan (Mills, 1990). Menurut Groner dan Sorhin (1977) dalam

(Pohan, 2003), 5 (lima) faktor utama yang mempengaruhi demand terhadap

pelayanan kesehatan adalah :


42

a. Persepsi sakit

b. Realisasi kebutuhan (harapan, kepercayaan, pengalaman sebelumnya, adat

istiadat).

c. Kemampuan membayar

d. Motivasi untuk memperoleh pelayanan kesehatan

e. Lingkungan (tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan)

Menurut Dever (1973) dalam (Muninjaya, 2004) faktor-faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah sosial budaya,

organisasi, faktor konsumen, proses pelayanan kesehatan. Menurut Handoko

(1999) dalam (Lupiyoadi, 2001), bahwa pengambilan keputusan merupakan

bagian dari proses berpikir ketika seseorang mempertimbangkan, memahami,

mengingat, dan menalar tentang segala sesuatu. Sesuatu diputuskan akan

dilakukan setelah menilai suatu keadaan, kenyataan, atauperistiwa yang sedang

dihadapi.

Proses pengambilan keputusan pembeli/individu atas jasa-jasa professional

berbeda-beda, tergantung dari jenis keputusan, partisipasi dalam pengambilan

keputusan, jenis jasa, dan beberapa faktor lainnya. Dalam upaya mengurangi

ketidak pastian yang dialami pembelian jasa-jasa profesional, orang cenderung

untuk mencari informasi seluas-luasnya dari orang lain sebelum mengambil

keputusan. Anggota keluarga, teman, rekan kerja, dan sumber-sumber terpercaya

lainnya seringkali terlihat dalam pengambilan keputusan seseorang. Adapun jenis-

jenis orang mungkin ikut berperan dalam pengambilan keputusan individu adalah:

a. Pengambilan inisiatif adalah orang-orang yang pertama-tama

menyarankan atau memikirkan ide pembelian jasa-jasa tertentu.


43

b. Pemberi pengaruh adalah orang-orang yang berpandangan dan nasehatnya

berperan cukup besar dalam pengambilan keputusan.

c. Pengambilan keputusan adalah orang yang akhirnya menentukan sebagian

atau seluruh pengambilan keputusan, membeli atau tidak, apa yang dibeli,

bagaimana atau dimana membeli.

d. Pembeli adalah orang-orang yang melakukan pembelian sebenarnya.

e. Pemakai adalah orang (badan usaha) yang menerima jasa.

Sedangkan menurut Herbert (1998) dalam (Iqbal, 2006), proses

pengambilan keputusan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang. Perilaku

konsumen dalam proses pengambilan keputusan merupakan fungsi dari

determinan-determinan : pengaruh lingkungan, perbedaan individu, proses

psikologis yang masing-masing mempunyai kekuatan pengaruh terhadap proses

keputusan konsumen. Proses ini merupakan tahapan dari pengambilan keputusan

oleh konsumen yang terdiri dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,

evaluasi alternatif, pembelian, evaluasi hasil, dan pembelian ulang.

11. Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care :

a. Umur Ibu

Umur ibu dapat dijadikan salah satu alat ukur dalam menetapkan

diagnosa apakah kehamilan atau persalinan beresiko atau tidak beresiko.

Semakin rendah umur seseorang dalam kehamilan, maka semakin

beresiko terhadap kehamilan dan persalinannya. Begitu juga sebaliknya

semakin tinggi umur seseorang dalam kehamilan dapat mempengaruhi


44

keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada persalinan yang akan

dihadapi (Prawirohardjo. S., 2009).

Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya

adalah maternal age / usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal

bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah

20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian

maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal

meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun. Usia seorang

wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi

untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap

fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi (Iis Sinsin, 2008).

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan diuur dengan rata-rata lamanya penduduk

dalam usia kerja telah mengikuti sekolah, tingkat pendidikan di Indonesia

masih rendah. Sekitar 70% angkatan kerja Indonesia dalam tahun 2000

masih berpendidikan maksimum sekolah dasar, kemudian meliputi

banyak lulusan SLTP, SLTA dan perguruan tinggi namun kompetensinya

pada umumnya rendah. Pekerja Indonesia juga kurang terbiasa

menambah pengetahuan dan kemampuannya melalui belajar sendiri,

membaca buku-buku bacaan dan pedoman kerja, kebanyakan lebih


45

menyukai menerima penjelasan langsung dengan bertatap muka

(Simanjuntak. P. J, 2005).

Menurut (Notoatmodjo, 2003), pendidikan dalam arti formal

adalah suatu proses penyampaian bahan/ materi pendidikan kepada

sasaran pendidikan guna pencapaian perubahan perilaku. (Siagian. S. P,

2003) menyatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin

besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan.

Menurut penelitian (Inaya, 2019) di Puskesmas Gamping I Sleman

menyatakan bahwa ada terdapat hubungan antara pendidikan dan

pekerjaan dengan keteraturan kunjungan kunjungan ANC pada ibu hamil

trimester III. Hal ini serupa dengan penelitian (Safitri et al., 2016) di

Puskesmas Suka Makmur Sibreh menyatakan bahwa faktor pendidikan,

pengetahuan, paritas dan jarak tempat pelayanan kesehatan memiliki

kontribusi terhadap kepatuhan ibu hamil melakukan kunjungan antenatal

care.

c. Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang

berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media

elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan dan sebagainya. Pengetahuan

ini dapat membentuk keyakinan tertentu. (Notoatmodjo, 2007)

menyatakan bahwa pengetahuan merupakan result dan akibat proses

penginderaan sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek dan pengindraan terjadi


46

melalui indra penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa, dan raba.

Pengetahuan/kognisi merupakan domain yang sangat penting untuk

terbetuknya tindakan seseorang. Pada umumnya seseorang memperoleh

pengetahuan dari berbagai sumber baik atas inisiatif sendiri maupun orang

lain (Notoatmodjo, 2005).

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif (Notoatmodjo,

2012), tercakup dalam 6 tingkatan, yaitu:

1) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan

protein pada anak kita.

2) Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan suatu materi tersebut secara benar.

Contoh : dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan

bergizi.

3) Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

real (sebenarnya). Contoh : dapat menggunakan rumus-rumus

statistik dalam perhitungan perhitungan hasil penelitian.

4) Analisis (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi


47

masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Contoh : dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Contoh : dapat menyusun, merencanakan dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada

6) Evaluasi (evaluation), tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Contoh : dapat membandingkan antara

anak yang cukup gizi dengan yang kekurangan gizi.

Cara memperoleh pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2002) ada

2 cara yaitu:

1) Cara tradisional atau non ilmiah

a) Cara coba-salah (trial and error), memperoleh pengetahuan

dari cara coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial

and error”

b) Cara kekuasaan atau otoritas. Kebiasaan ini bisa diwariskan

turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya

c) Berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman adalah guru

yang terbaik, mengandung maksud bahwa pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran


48

pengetahuan.

2) Cara modern.

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut lebih

populer disebut metodologi penelitian (researchmethodology).

d. Paritas

Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu

atau lebih dengan berat lebih dari 500 gram. Usia kehamilan lebih dari 24

minggu dapat digunakan untuk menghitung berat badan bayi jika tidak

diketahui beratnya, berdasarkan definisi diatas maka paritas dapat

mempengaruhi kehamilan (Ralph C.B dan Pernoll M.L., 2008). Paritas

rendah dengan jumlah kelahiran 1-2 dan paritas tinggi (≥3) akan memiliki

angka kematian maternal yang lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka

akan semakin kurang baik lapisan dari endometriumnya (Wiknojosastro

H., 2005). Beberapa istilah yang termasuk kepada jumlah paritas, yaitu

(Manuaba, 2001)

1) Nullipara Adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi atau

anak dengan berat lebih dari 500 gram atau dengan usia kehamilan

lebih dari 24 minggu.

2) Primipara
49

Adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali atau

pernah melahirkan satu janin. Primipara terbagi 2 yaitu primipara

muda dan primipara tua. Primipara muda yaitu umur kurang dari

16 tahun, primipara tua umur yaitu umur di atas 35 tahun,

sedangkan primipara sekunder yaitu dengan umur anak terkecil di

atas 5 tahun (Manuaba, 2001)

3) Multipara

Seorang wanita yang pernah melahirkan dua kali atau lebih. Hal

yang dapat menentukan paritas yaitu jumlah kehamilan yang

mencapai viabilitas, bukan ditentukan oleh jumlah janin yang

pernah dilahirkan (Manuaba, 2001)

Ibu yang baru pertama kali hamil maka akan merasakan suatu hal

yang baru dalam hidupnya sehingga sangat memotivasi ibu untuk

melakukan pemeriksaan kehamilannya kepada tenaga kesehatan. Hal ini

berbanding terbalik dengan ibu hamil yang sudah pernah melahirkan lebih

dari satu orang anak sebelumnya, mereka beranggapan bahwa sudah lebih

berpengalaman dalam kehamilan selanjutnya sehingga tidak termotivasi

untuk melakukan pemeriksaan kehamilan kepada tenaga kesehatan

(Manuaba, 2001).

e. Sikap

(Azwar. A., 1995) mendefinisikan sikap dikatakan sebagai suatu

respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan

pada suatu stimulan yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon

Evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu
50

timbulnya didasari oleh proses evaluasi dari individu yang memberi

kesimpulan terhadap stimulus. Dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-

negatif, menyenangkan, tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal

sebagai potensi reaksi terhadap obyek sikap.

Sikap merupakan respon evaluatif yang banyak menentukan

tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata

tidak hanya ditentukan oleh sikap semata, akan tetapi oleh berbagai faktor

eksternal lainnya. Ketidak harmonisan sikap lebih merupakan masalah

orientsi individu terhadap situasi yang ada. Pada dasarnya, sikap memang

lebih bersifat pribadi sedangkan tindakan atau kelakuan lebih bersifat

umum atau sosial. Bila konsistensi sikap dan perilaku dilihat dari arti

korelasi antara keduanya, maka hasil studi telah memperlihatkan bahwa

adanya hubungan sikap dan perilaku hanya tampak apabila pengukuran

sikap itu erat berkaitan dengan macam perilaku yang bersangkutan. Pada

umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan

sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain

dimotivasi oleh keinginan menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut.

(Notoatmodjo, 2007) menyatakan suatu sikap belum otomatis

terwujud dalam bentuk praktek. Terwujudnya sikap menjadi perbuatan

yang nyata (praktek) diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang

memungkinkan.

f. Jarak

Menurut (Hasyim Hasanah, 2016) keterjangkauan tempat


51

pelayanan sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, di tempat

pelayanan yang sulit untuk dijangkau, ibu hamil sulit memeriksakan

kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau tempat

pelayanan tersebut sehingga akan mempengaruhi kunjungan ibu hamil.

Rendahnya kunjungan pasien pada suatu tempat pelayanan kesehatan

membuktikan bahwa suatu tempat pelayanan kesehatan sulit dijangkau

oleh masyarakat hal ini terkait dengan letak geografis, kurangnya sarana

transportasi serta rendahnya kemampuan masyarakat untuk membayar

biaya transportasi. Masyarakat mengharapkan tenaga kesehatan Puskesmas

melakukan pelayanan pengobatan di rumah atau di tempat yang dekat

dengan tempat tinggalmereka. Keadaan ini menunjukkan tingginya waktu

yang tidak efektif digunakan oleh perawat dan bidan dalam melaksanakan

tugasnya di Puskesmas. Bila dilihat dari determinan penyediaan, persoalan

penting di daerah yang sulit untuk dijangkau adalah masalah transportasi

di samping masalah sumber daya Puskesmas. Oleh karena itu pemenuhan

kebutuhan alat transportasi direncanakan dengan baik. Estimasi mengenai

kebutuhan alat transportasi tergantung kepada beberapa faktor antara lain

kondisi wilayah, jumlah dan penyebaran sasaran pelayanan serta jumlah

dan jenis kegiatan yang dilakukan. Menurut (Depkes RI, 2006), hubungan

antara lokasi pemeriksaan dengan tempat tinggal ibu hamil dapat diukur

dengan satuan jarak, waktu tempuh, ataupun biaya tempuh bergantung dari

jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Kondisi geografis secara

umum penduduk pedesaan jauh dari Puskesmas dan maupun rumah sakit

sebagai tempat pemeriksaan kehamilan sering kali menyebabkan ibu hamil


52

sulit untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya. Jarak dengan

pelayanan kesehatan di bagi menjadi:

1) Jarak absolut (mutlak) adalah jarak yang dihitung dari tempat

tinggal pengunjung menuju fasilitas kesehatan.

2) Jarak tempuh yaitu waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk

menempuh jarak menuju fasilitas kesehatan menggunakan alat

transportasi maupun jalan kaki. Menurut (Sugandi, 2011) jarak

yang dipandang optimal untuk tempat pelayanan kesehatan adalah

area dengan jari jari 3 km atau dengan waktu tempuh kurang dari

30 menit.

g. Dukungan Suami

Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi

kebutuhan orang lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan

dorongan/motivasi atau semangat dan nasihat kepada orang lain dalam

situasi pembuat keputusan (Nursalam dan Kurniati, 2007). Menurut

(Legiati. Titi dkk, 2012) sumber sumber dukungan sosial memberikan arti

yang berbeda bagi masing-masing individu. Dukungan sosial yang berarti

bagi seseorang mungkin tidak berarti bagi orang yang lain. Dukungan

sosial dapat berasal dari orang-orang yang penting yang dekat (significant

others) bagi individu yang membutuhkan bantuan. Dukungan sosial bisa

berasal dari partner, anggota keluarga, teman. Menurut (Nursalam dan

Kurniati, 2007) dukungan sangat di butuhkan ibu hamil terutama ibu hamil

dengan usia kehamilan mendekati masa melahirkan. Individu yang

termasuk berperan dalam memberikan dukungan adalah suami, orang tua,


53

anak, sanak keluarga, teman , tenaga kesehatan, atasan dan konselor.

Dukungan suami sangat penting dalam hal ini karena masih adanya

budaya patriarki, dimana suami merupakan kepala keluarga dan pengambil

keputusan dalam keluarganya. Dalam pengambilan keputusan untuk

melakukan kunjungan ANC dukungan suami yang paling besar adalah

dalam bentuk memberikan izin pada istrinya untuk melakukan

pemeriksaan antenatal care , karena dalam hal ini izin suami sangat

penting bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal care dan

mendukung ibu hamil untuk datang ke pelayanan kesehatan, serta

membantu ibu hamil pada saat-saat penting (Depkes RI, 2006).

C. Kerangka Teori

Seperti pembangunan di sektor yang lain di Indonesia, pembangunan

kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan,

manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,

gender dan nondiskriminatif, dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang

produktif secara sosial dan ekonomis.

Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan adalah

dilihat dari faktor sumber daya manusia berupa (inputrecruitment), faktor internal

dan eksternal, faktor internal yaitu faktor yang berhubungan dengan sifat-sifat

seseorang. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi


54

perilaku seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti sikap, dan tindakan-

tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi

serta motivasi pegawai itu sendiri dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelayan

kesehatan.

Faktor yang berhubungan dengan cakupan pelayanan antenatal care yang

berkualitas dapat digambarkan dengan diagram dibawah ini :


Cakupan Pelayanan ANC

Faktor Internal Faktor Eksternal


 Umur - Dukungan tenaga kesehatan
- Jenis Kelamin  Jarak
 Pengetahuan - Kecepatan dan Kemudahan
 Paritas pelayanan
- Status Sosial Ekonomi  Dukungan Suami
- Pekerjaan
  Pendidikan
Yang diteliti
 Sikap
- - Yang
Sosial tidak
Budayaditeliti
- Suku

Gambar 2.3
Kerangka Teori Perilaku Kesehatan L. Green
BAB III
KERANGKA KONSEP, KERANGKA PIKIR, DEFENISI

OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep Penelitian Kuantitatif

Penelitian ini cakupan pelayanan antenatal care merupakan variabel

dependen yang dapat diukur dengan menggunakan kuisioner, berdasarkan teori

yang telah dibahas diatas maka cakupan pelayanan antenatal care merupakan

variabel dependen. Umur, pendidikan dan paritas merupakan variable

counfounding. Sedangkan pengetahuan, sikap, jarak dan dukungan suami

merupakan variable independen. Untuk lebih jelasnya uraian tentang konsep ini

maka peneliti menyusun variabel – variabel tersebut seperti di bawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap
Cakupan Pelayanan
Jarak
Antenatal Care

Dukungan Suami

Umur
Pendidikan
Paritas

Variabel Confounding

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

55
56

B. Kerangka Pikir Kualitatif

Kerangka pikir dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sistem

dengan teori yang dibawa oleh (Kellog, 2004) yang mana peneliti melihat

komponen masukan (input), proses dan luaran (output). Kerangka pikir penelitian

ini adalah cakupan pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam.

Kerangka Pikir Penelitian dapat dilihat pada bagan berikut :

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

A.
PROSES
a. Pelayanan
INPUT ANC 10T OUTPUT
b. Peningkatan Terwujudn IMPACT
a. Kebijak Peran Serta ya
an masyarakat/ Menurunn
pelayanan
b. SDM kader ya AKI
c. Dana
ANC yang
c. Kemitraan/ dan AKB
d. Sarana jejaring
Berkualita
Kerja s
d. Monev

Gambar 3.2
Kerangka Pikir Penelitian Kualitatif

C. Definisi Operasional (Kuantitatif)

Pada penelitian kuantitatif yang diteliti adalah faktor-faktor yang

berhubungan dengan cakupan pelayanan antenatal care. Variabel

counfounding terdiri dari umur, pendidikan dan paritas. Variabel

independen terdiri dari pengetahuan, sikap, jarak dan dukungan suami.

Sedangkan variabel dependen adalah cakupan pelayanan antenatal care.

Untuk pengukuran dan pengumpulan data perlu dilakukan definisi

operasional variabel agar tidak terjadi kesalahan persepsi terhadap variabel-


57

variabel yang digunakan. Batas operasional variabel tersebut didefinisikan

sebagai berikut :
58

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Cakupan Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Kuisioner Wawancara 1=Kurang baik < 14.00 Ordinal
Pelayanan tenaga kesehatan untuk ibu selama masa 2=Baik ≥ 14.00
Antenatal Care kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam standar
2 Umur Informasi yang diketahui oleh ibu hamil Kuisioner Wawancara 1=Beresiko < Umur 20 tahun Ordinal
tentang pelaksanaan pelayanan antenatal dan > 35 tahun
2=Tidak Beresiko > Umur 20 – <
35 Tahun
3 Pendidikan Riwayat pendidikan terakhir ibu hamil Kuisioner Wawancara 1=Rendah tamatan SD dan SMP Ordinal
2=Tinggi tamatan SMA dan PT

4 Paritas Jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau Kuisioner Wawancara 1=Rendah < 4 org Ordinal
mati, satu atau lebih dengan berat lebih 2=Tinggi ≥ 4 org
dari 500 gram
5 Pengetahuan Informasi yang diketahui oleh ibu hamil Kuisioner Wawancara 1=Rendah < 15.00 Ordinal
tentang pelaksanaan pelayanan antenatal 2=Tinggi skor ≥ 15.00
6 Sikap Persepsi atau penilaian ibu hamil terhadap Kuisioner Wawancara 1=Negatif < 24.00 Ordinal
pelayanan antenatal yang diberikan oleh 2=Positif ≥ 24.00
bidan
7 Jarak Kemampuan ibu hamil dalam mencapai Kuisioner Wawancara 1=Kurang baik < 3.00 Ordinal
fasilitas kesehatan untuk mendapatkan 2=Baik ≥ 3.00
pelayanan antenatal
8 Dukungan Suami Dorongan/motivasi yang diberikan oleh Kuisioner Wawancara 1=Kurang baik < 35.00 Ordinal
suami kepada ibu hamil untuk 2=Baik ≥ 35.00
memeriksakan kehamilannya

Tabel 3.3
Defenisi Operasional
59

D. Defenisi Istilah (Kualitatif)

Penelitian kualitatif dilakukan untuk mengetahui informasi mendalam mengenai cakupan pelayanan antenatal care di Puskesmas

Kabupaten Agam. Variabel penelitian tersebut didefinisikan sebagai berikut :

No Komponen Variabel Defenisi istilah Alat Ukur Cara Ukur


1 Input Kebijakan Sejumlah keputusan yang dibuat oleh mereka yang bertanggung jawab dalam Pedoman Wawancara dan
pemberian pelayanan antenatal yang terstandar dan bermutu di Puskesmas Wawancara telaah dokumen
Kabupaten Agam.

Sumber Daya Ketersediaan sumber daya bidan untuk pelaksanaan pelayanan antenatal di Pedoman Wawancara dan
Manusia Puskesmas Kabupaten Agam. Wawancara telaah dokumen

Dana Ketersediaan dana untuk pelaksanaan pelayanan antenatal di Puskesmas Pedoman Wawancara dan
Kabupaten Agam. Wawancara telaah dokumen

Sarana dan Ketersediaan sarana dan prasarana/fasilitas untuk menunjang pelaksanaan Pedoman Wawancara dan
Prasarana pelayanan antenatal di Puskesmas Kabupaten Agam. Wawancara telaah dokumen

2 Proses Pelayanan ANC Pelayanan yang diberikan pada ibu hamil yang meliputi timbang berat badan dan Pedoman Wawancara dan
10T ukur tinggi badan, ukur LILA, periksa tekanan darah, tinggi fundus Wawancara telaah dokumen
uteri,skriniing imunisasi TT,pemberian tablet FE, tes labor,tentukan presentase
janin dan DJJ, tata laksana kasus serta temu wicara

Peningkatan Peran Keterlibatan masyarakat/kader didalam mewujudkan pelayanan antenatal care Pedoman Wawancara dan
Serta yang berkualitas bagi ibu hamil Wawancara telaah dokumen
Masyarakat/kader
Kemitraan/Jejaring Suatu jalinan kerjasama yang saling menguntungkan dalam memberikan Pedoman Wawancara dan
Kerja pelayanan antenatal care pada ibu hamil Wawancara telaah dokumen

Monev Kegiatan pemantauan dan penilaian oleh pejabat berwenang untuk melihat Pedoman Wawancara dan
60

pelaksanaan pelayanan antenatal kepada ibu hamil dan menilai kinerja bidan di Wawancara telaah dokumen
Puskesmas Kabupaten Agam.

3 Output Terwujudnya Pelayanan yang diberikan kepada seorang ibu hamil minimal 4 kali selama Pedoman Wawancara dan
Pelayanan ANC kehamilannya yaitu satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II dan 2 Wawancara telaah dokumen
yang berkualitas kali pada trimester III dengan standar 10T
61

E. Hipotesis

1. Adanya hubungan umur dengan cakupan pelayanan antenatal care.

2. Adanya hubungan pendidikan dengan cakupan pelayanan antenatal care.

3. Adanya hubungan paritas dengan cakupan pelayanan antenatal care.

4. Adanya hubungan pengetahuan dengan cakupan pelayanan antenatal care.

5. Adanya hubungan sikap dengan cakupan pelayanan antenatal care.

6. Adanya hubungan jarak dengan cakupan pelayanan antenatal care .

7. Adanya hubungan dukungan suami dengan cakupan pelayanan antenatal

care.

8. Adanya hubungan faktor dominan dengan cakupan pelayanan antenatal

care.
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kombinasi yaitu metode penelitian

yang menggabungkan antara metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian

kualitatif (Sugiyono, 2014) yang dikenal dengan nama mixed methods, merupakan

metode penelitian yang mengkombinasikan penggunaan metode penelitian

kuantitatif dan kualitatif secara simultan/bersama-sama (atau sebaliknya), tetapi

bobot metodenya berbeda. Pada model ini ada penelitian kuantitatif sebagai

metode primer digunakan untuk memperoleh data yang utama, dan penelitian

kualitatif merupakan metode sekunder digunakan untuk memperoleh data guna

mendukung data yang diperoleh dari metode primer. Penelitian kuantitatif

menggunakan desain cross sectional. Data variabel independen dan variabel

dependen dikumpulkan dan dinilai dalam satu waktu. Kemudian penelitian

kualitatif dilakukan untuk menggali informasi mendalam mengenai cakupan

pelayanan antenatal care di Puskesmas Kabupaten Agam.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) Puskesmas dengan capaian KIA

tertinggi dan 2 (dua) Puskesmas dengan capaian KIA terendah diwilayah kerja

Puskesmas Kabupaten Agam dengan waktu penelitian mulai tanggal 19 Februari

sampai 9 Maret 2020.

60
63

C. Kuantitatif

1. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut (Sugiyono, 2014) populasi merupakan subjek/obyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada

penelitian ini adalah ibu hamil trimester III usia kehamilan 28 mg sampai

bersalin di Kabupaten Agam sebanyak 515 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2014). Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil

trimester III usia kehamilan 28 mg sampai bersalin sebanyak 170 orang di

Puskesmas Kabupaten Agam yang memenuhi kriteria penerimaan (inklusi)

dan penolakan (eksklusi) serta berdasarkan perhitungan sampel.

c. Besar sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan

rumus Stanley Lemeshow (1997).

Z²1-α/2·P(1-P)N
n=
d²(N-1)+Z²1-α/2·P(1-P)
Keterangan :

N = Besar Populasi (170 orang)

P = Proporsi (0,44)

d = presisi absolute yang diinginkan (10%)


64

Z²1-α/2 = derajat kepercayaan (95%)

n = Besar Sampel

(1,96)2 (0,44) (1-0,44) (170)


n=
(0,1)2 (170-1) + (1,96)2(0,44) (1-0,44)
n =61,88 (dibulatkan jadi 62)

Untuk mengantisipasi hilangnya sampel penelitian maka dilakukan koreksi

besar sampel dengan menggunakan rumus:

n’ = n/(1-f)

Keterangan:

n’ = Koreksi besar sampel

n = Besar sampel

f = Proporsi sampel drop out (10%)

n = 62/(1-0,1)

= 69

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 69 orang.

a. Kriteria sampel

1) Kriteria inklusi

a) Ibu hamil trimester III usia kehamilan 28 mg sampai bersalin

yang sudah mendapatkan K4.

b) Bersedia menjadi responden

c) Mampu berkomunikasi dengan baik.

2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah jika responden tidak

dijumpai dalam tiga kali kunjungan.

d. Teknik pengambilan sampel


65

Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk observasi atau

pengamatan pada penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu pemilihan

informan yang dianggap mengetahui masalahnya secara lebih luas dan

mendalam serta dapat dipercaya sebagai sumber data serta teknik

proportional sampling. Teknik pengambilan sampel ini adalah dengan

mengambil sampel berdasarkan proporsi di masing-masing Puskesmas.

Sampel yang diambil mewakili Puskesmas yang ada di 2 (dua) Puskesmas

dengan capaian KIA tertinggi dan 2 (dua) Puskesmas dengan capaian KIA

terendah diwilayah kerja Puskesmas Kabupaten Agam yaitu sebanyak 4

Puskesmas.

2. Sumber Data

Pengumpulan data dibagi atas data primer dan data skunder :

a. Data Primer

Pengumpulan data primer diperoleh secara langsung dari

responden dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner dan

observasi. Pengambilan data dilakukan oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data skunder dilakukan dengan menelusuri dan

menelaah laporan-laporan atau dokumen-dokumen yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti. Data sekunder diperoleh dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Agam.

3. Teknik Pengolahan Data


66

Pengolahan data ini sangat penting dalam penelitian. Data yang masih

mentah harus diolah dan dianalisis, hal ini supaya data bisa disajikan dan

diinformasikan dengan benar. Adapun langkah – langkah pengolahan data

dan analisa data adalah sebagai berikut : (Notoatmodjo, 2012)

a. Menyunting data (editing)

Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pemeriksaan

kelengkapannya sehingga data yang kurang, dapat langsung diketahui dan

diperbaiki di tempat pengumpulan data.

b. Mengkode data (coding)

Mengaplikasikan jawaban-jawaban atau hasil yang ada ke dalam bentuk

yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode agar proses

pengolahan data dapat menjadi lebih mudah.

c. Memasukkan data (entry data)

Memasukkan kode jawaban ke dalam komputer dengan menggunakan

program pengolah data.

d. Membersihkan data (cleaning)

Sebelum dilakukan analisis data terhadap data yang sudah dimasukkan

dilakukan pengecekan apabila terdapat kesalahan pada saat entry data

sehingga nilai yang ada sesuai dengan hasil pengumpulan data.

4. Teknik Analisa Data


67

Analisa data dilakukan dengan tiga tahap, yaitu :

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dimaksudkan untuk melihat gambaran distribusi

frekuensi dari setiap variabel yang diteliti yaitu variabel dependen

(cakupan pelayanan antenatal care ), variabel counfounding (umur,

pendidikan dan paritas) serta dan variabel independen (pengetahuan, sikap,

jarak dan dukungan suami).

b. Analisa Bivariate

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua

variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen, yang terdiri dari

umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, sikap, jarak dan dukungan suami,

diuji satu persatu dengan variabel dependen cakupan pelayanan antenatal

care. Jenis uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi

square dengan confident interval (CI) 95% dan α =0,05. Kesimpulan dari

hasil uji apabila nilai p≤0,05 maka Ho ditolak, berarti terdapat hubungan

yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen

(Hastono, 2007).

c. Analisis Multivariat

Analisa multivariat digunakan untuk menganalisis hubungan satu

atau beberapa variabel independen dengan sebuah dependen kategorik

yang bersifat dikotom/binary yaitu hubungan umur, pendidikan, paritas,

pengetahuan, sikap, jarak dan dukungan suami dengan cakupan pelayanan

antenatal care. Data yang dikumpulkan tersebut dianalisa dengan uji

statistik Regresi Logistik untuk melihat nilai OR yang sudah terkontrol


68

(adjusted) oleh variabel lain. Untuk mengetahui variabel yang paling besar

pengaruhnya terhadap variabel dependen dengan cara melihat nilai exp (B)

untuk variabel yang signifikan, semakin besar nilai exp (B) maka semakin

besar pengaruh terhadap variabel dependen yang dianalisa (Hastono,

2007).

D. Kualitatif

1. Informan Penelitian

Pemilihan informan dalam penelitian ini adalah secara Purposive

Sampling yaitu pemilihan informan yang dianggap mengetahui masalahnya

secara lebih luas dan mendalam serta dapat dipercaya sebagai sumber data.

Pada penelitian ini untuk lebih mendapatkan data yang akurat tentang

pelaksanaan pelayanan antenatal care yang berkualitas di 2 (dua) Puskesmas

dengan capaian KIA tertinggi dan 2 (dua) Puskesmas dengan capaian KIA

terendah diwilayah kerja Puskesmas Kabupaten Agam, informan yang diambil

adalah mereka yang relevan dengan masalah penelitian ini. Informan yang

terpilih adalah :

a. Kepala Puskesmas.

b. Bidan koordinator.

c. Bidan desa

d. Ibu hamil trimester III

e. Kader.

2. Sumber Data
69

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara

mendalam (indepth interview) dengan informan yang telah ditetapkan

dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan.

Selain itu, data juga diperoleh melalui observasi dengan menggunakan

lembar checklis/ lembar observasi. Observasi dilakukan terhadap sarana dan

prasarana pendukung pelaksanaan pelayanan antenatal care di Wilayah

Kerja Puskesmas di Kabupaten Agam Tahun 2020.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Agam,

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Agam, serta catatan laporan puskesmas

mengenai pelaksanaan pelayanan antenatal care di Wilayah Kerja

Puskesmas Kabupaten Agam.

3. Instrumen Penelitian

(Sugiyono, 2014) menyebutkan yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti harus paham tehadap metode

kualitatif, menguasai teori dan wawancara terhadap bidang yang diteliti, serta

memiliki kesiapan untuk memasuki lapangan. Ciri khas penelitian kualitatif

tidak dapat dipisahkan dari pengamatan, dimana pengamat memungkinkan

melihat dan mengamati sendiri situasi yang terjadi. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian dilapangan adalah berupa pedoman wawancara, lembar

observasi, alat tulis, buku catatan, kamera, dan alat perekam untuk

mendokumentasikan kegiatan penelitian.


70

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam

pada informan dan observasi. Proses pengumpulan data melalui wawancara

dapat digambarkan pada matriks dibawah ini :

Tabel 4.1 Matriks Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Informasi Yang Kepala Bidan Ibu Kad


No Bikor
diperlukan Puskesmas Desa Hamil er
1 Input
a. Kebijakan √
b. SDM √ √
c. Dana √ √ √
d. Sarana √ √ √

2 Proses
a. Pelayanan ANC 10T √ √ √ √ √
b. Peningkatan Peran serta √ √ √ √ √
Masyarakat
c. Kemitraan/Jejaring √ √ √ √ √
Kerja
d. Monitoring dan √ √ √
Evaluasi
3 Output √ √
Terwujudnya Pelayanan
ANC yang berkualitas
4 Wawancara Mandalam √ √ √ √ √

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini peneliti

memilih jenis dekriptif, yaitu kualitatif maka dalam mengumpulkan data harus

diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh

Sugiyono (2012) bahwa secara umum terdapat 4 (empat) macam teknik

pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu dengan
71

menggabungkan 3 (tiga) teknik pengumpulan data (observasi, dokumentasi dan

wawancara)

a. Observasi

Observasi merupakan informasi yang diperoleh dari hasil

pengamatan pada ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan,

kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan, untuk menyajikan

gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan,

untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi

melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu serta melakukan umpan

balik terhadap pengukuran tersebut. Pada penelitian ini, teknik observasi

yang digunakan adalah observasi mengenai sarana dan prasarana yang

digunakan dalam pelayanan antenatal care dengan menggunakan

formulir checklist. Menurut (Sugiyono, 2014) peneliti dalam

pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa

peneliti sedang melakukan penelitian.

b. Dokumentasi

Menurut (Sugiyono, 2014) dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya

monumental dari seseorang. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel

apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang

telah ada.

c. Wawancara
72

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik

wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatapan

muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam

berupa wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur menurut

(Sugiyono, 2014) dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan

dengan wawancara terstruktur. Wawancara jenis ini bertujuan untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka. Dalam melakukan

wawancara, peneliti menggunakan bantuan pedoman wawancara untuk

memudahkan dan memfokuskan pertanyaan yang akan diutarakan.

Peneliti juga menggunakan alat bantu rekam untuk memudahkan dalam

proses pengolahan data.

5. Analisa Data

Analisis data dilakukan dengan trianggulasi dan metode trianggulasi yang

digunakan pada penelitian ini adalah :

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari sumber yang

berbeda (Sugiyono, 2014). Dalam implementasinya triangulasi sumber


73

dilakukan dengan menggunakan kelompok informan yang berbeda pada

saat pengumpulan data.

b. Triangulasi Teknik

Trianggulasi teknik adalah pola pengujian kredibilitas data yang

dilakukan dengan mengecek data dengan teknik yang berbeda (Sugiyono,

2014). Dalam implementasinya diadakan crosscheck kebenaran

informasi dengan cara melakukan uji silang terhadap hasil wawancara,

observasi dan dokumentasi.


BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi

1. Letak Geografis

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Kabupaten Agam memiliki luas

wilayah yaitu 2.232,30 km2 atau 5,29% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat

yang mencapai 42,297,30 km2. Topografi daerah Kabupaten Agam bervariasi

mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relative rendah, dengan ketinggian

berkisar antara 0 sampai 2.891 meter dari permukaan laut.

Wilayah administrasi Kabupaten Agam terdiri atas 16 Kecamatan dengan

82 Nagari. Pusat Pemerintahan berada di Kota Lubuk Basung, yang berjarak 114

km dari Kota Padang atau 63 km dari kota Bukittinggi. Batas- batas wilayah

kabupatan Agam meliputi:

a. Sebelah utara dengan Kabupaten Pasaman Barat.

b. Sebelah selatan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Tanah Datar.

c. Sebelah timur dengan Kabupaten Lima Puluh Kota.

d. Sebelah barat dengan Samudera Hindia

2. Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Agam, jumlah

penduduk Kabupaten Agam 2019 adalah 476.890 jiwa, yang terdiri dari jumlah

penduduk laki- laki sebanyak 234.194 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak

242.696 dengan rasio jenis kelamin 96. Angka ini menunjukkan bahwa terdapat

96 laki- laki diantara 100 perempuan. Kecamatan Lubuk Basung merupakan

Kecamatan dengan penduduk terbanyak yaitu sebanyak 72.842 jiwa, Kecamatan

72
75

Ampek Angkek sebanyak 47.997 jiwa, dan Kecamatan Banu Hampu

sebanyak 39.739 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terendah yaitu pada

Kecamatan Malalak sebanyak 8.914 jiwa.

3. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada diwilayah kerja Kabupaten Agam terdapat 23

buah Puskesmas, 8 buah Puskesmas mampu PONED , Pustu 120 buah, Poskesri

46 buah, Polindes 80 buah, 820 buah posyandu dengan jumlah kader 2084 orang

untuk operasional Puskesmas saat ini tersedia mobil ambulan dan kendaraan roda

dua.

4. Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan yang ada di wilayah kerja Kabupaten Agam

berjumlah 645 orang dan tenaga kesehatan yang terbanyak yaitu Bidan (400

orang)

B. Hasil Penelitian

1. Data Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Cakupan Pelayanan ANC di


Puskesmas Kabupaten Agam Tahun 2020

No Variabel f %
1 Umur
Beresiko 25 36,2
Tidak Beresiko 44 63,8
2 Pendidikan
Rendah 29 42,0
Tinggi 40 58,0
3 Paritas
Rendah 35 50,7
Tinggi 34 49,3
76

Dari analisis pada tabel 5.1 diatas pada variabel Umur didapatkan

responden yang memiliki Umur yang tidak beresiko ada sebanyak 44 (63,8%),

Pada Variabel Pendidikan didapatkan responden yang memiliki pendidikan tinggi

ada 40 (58,0%), Pada Variabel Paritas didapatkan responden yang Paritas tinggi

ada sebanyak 34 (49,3%).

2. Hasil Analisis Univariat

Hasil analisis univariat merupakan analisis untuk melihat distribusi

frekuensi masing – masing variabel penelitian yang diteliti yaitu : variabel

dependen cakupan pelayanan antenatal care dan variabel independen yaitu

pengetahuan, sikap, jarak dan dukungan suami dengan menganalisis data dari 69

orang sampel yang telah berhasil dikumpulkan, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Sikap, Jarak, Dukungan Suami dan


Cakupan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam
Tahun 2020

No Variabel f %
1 Pengetahuan
Rendah 32 46,4
Tinggi 37 53,6
2 Sikap
Negatif 26 37,7
Positif 43 62,3
3 Jarak
Kurang Baik 7 10,1
Baik 62 89,9
4 Dukungan Suami
Kurang Baik 33 47,8
Baik 36 52,2
5 Cakupan Pelayanan ANC
Kurang Baik 31 44,9
Baik 38 55,1
77

Dari analisis pada tabel 5.2 diatas pada variable Pengetahuan didapatkan

responden yang memiliki pengetahuan tinggi ada 37 (53,6%), Pada Variabel

Sikap didapatkan responden yang memiliki sikap positif ada 43 (62,3%), Pada

Variabel Jarak didapatkan Responden dengan jarak pelayanan baik ada 62

(89,9%), Pada Variabel Dukungan Suami responden dengan dukungan suami

yang baik ada 36 (52,2%) dan Pada Cakupan Pelayanan ANC didapatkan

responden yang cakupan pelayanan ANC baik sebanyak 38 (55,1%).

3. Hasil Analisis Bivariat

Tabel 5.3

Hubungan Umur, Pendidikan, Paritas, Pengetahuan, Sikap, Jarak,


Dukungan Suami Dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care
di Puskesmas Kabupaten Agam
Tahun 2020

Cakupan Pelayanan
ANC
P
Kurang Total OR
Variabel Baik Value
Baik
n % n % N %
Umur
Beresiko 13 41,9 12 31,6 25 100 0,523 1,565
Tidak Beresiko 18 58,1 26 68,4 44 100
Pendidikan
Rendah 18 58,1 11 28,9 29 100 0,028 3,399
Tinggi 13 41,9 27 71,1 40 100
Paritas
Rendah 21 71,9 14 36,8 35 100 0,021 3,600
Tinggi 10 32,3 24 63,2 34 100
Pengetahuan
Rendah 28 90,3 4 10,5 32 100 0,000 79,333
Tinggi 3 9.7 34 89,5 37 100
Sikap
Negatif 17 54,8 9 23,7 26 100 0,016 3,913
Positif 14 45,2 29 76,3 43 100
Jarak
Kurang Baik 7 22,6 0 0 7 100 0,007 0,774
Baik 24 77,4 38 100 62 100
Dukungan Suami
Kurang Baik 22 71,0 11 28,9 33 100 0,001 6,000
Baik 9 29,0 27 71,1 36 100
78

Dari Hasil Analisis Pada Tabel 5.3 Dapat Disimpulkan :

1. Variabel Umur Diketahui Dari 25 Orang Responden dengan

Umur yang Beresiko dan Cakupan Pelayanan Antenatal Care

Kurang Baik didapatkan 13 (41,9%) Umur Beresiko dan

Cakupan Pelayanan Antenatal Care kurang baik. Dari Hasil Uji

Statistik Didapatkan P Value 0,523, Maka Dapat Disimpulkan

Bahwa Tidak Ada Hubungan Yang Bermakna Antara Umur

Dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care. Dan Hasil Uji

Statistik Didapatkan OR 1,565

2. Variabel Pendidikan Diketahui Dari 29 Orang Responden

Berpendidikan Rendah dan Cakupan Pelayanan Antenatal Care

Kurang Baik didapatkan 18 (58,1%) Yang Berpendidikan

Rendah dan Cakupan Pelayanan Antenatal Care Kurang Baik.

Dari Hasil Uji Statistik Didapatkan P Value 0,028, Maka Dapat

Disimpulkan Bahwa Ada Hubungan Yang Bermakna Antara

Pendidikan Dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care. Dan

Hasil Uji Statistik Didapatkan OR 3,399.

3. Variabel Paritas Diketahui Dari 35 Orang Responden Paritas

Rendah dan Cakupan Pelayanan Antenatal Care Kurang Baik

didapatkan 21 (71,9%) Yang Paritas Rendah dan Cakupan

Pelayanan Antenatal Care Kurang Baik. Dari Hasil Uji

Statistik Didapatkan P Value 0,021, Maka Dapat Disimpulkan

Bahwa Ada Hubungan Yang Bermakna Antara Pendidikan


79

Dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care. Dan Hasil Uji

Statistik Didapatkan OR 3,600.

4. Variabel Pengetahuan Diketahui Dari 32 Orang Responden

Berpengetahuan Rendah dan Cakupan Pelayanan Antenatal

Care Kurang Baik didapatkan 28 (90,3%) Yang

Berpengetahuan Rendah dan Cakupan Pelayanan Antenatal

Care Kurang Baik. Dari Hasil Uji Statistik Didapatkan P Value

0,000, Maka Dapat Disimpulkan Bahwa Ada Hubungan Yang

Bermakna Antara Pengetahuan Dengan Cakupan Pelayanan

Antenatal Care. Dan Hasil Uji Statistik Didapatkan OR 79,333.

5. Variabel Sikap Diketahui Dari 26 Orang Responden Yang

Memiliki Sikap Negatif dan Cakupan Pelayanan Antenatal

Care Kurang Baik didapatkan 17 (54,8%) Yang Memiliki

Sikap Negatif dan Cakupan Pelayanan Antenatal Care Kurang

Baik. Dari Hasil Uji Statistik Didapatkan P Value 0,016, Maka

Dapat Disimpulkan Bahwa Ada Hubungan Yang Bermakna

Antara Sikap Dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care. Dan

Hasil Uji Statistik Didapatkan OR 3,913.

6. Variabel Jarak Pelayanan Diketahui Dari 7 Orang Responden

Jarak Pelayanan Kurang Baik dan Cakupan Pelayanan

Antenatal Care Kurang Baik didapatkan 7 (22,6%) Jarak

Pelayanan Kurang Baik dan Cakupan Pelayanan Antenatal

Care Kurang Baik. Dari Hasil Uji Statistik Didapatkan P Value

0,007, Maka Dapat Disimpulkan Bahwa Ada Hubungan Yang


80

Bermakna Antara Jarak Pelayanan Dengan Cakupan Pelayanan

Antenatal Care. Dan Hasil Uji Statistik Didapatkan OR 0,774.

7. Variabel Dukungan Suami Diketahui Dari 33 Orang

Responden Dukungan Suami Kurang Baik dan Pelaksanaan

Pelayanan Antenatal Care Kurang Baik didapatkan 22 (71,0%)

Dukungan Suami Kurang Baik dan Cakupan Pelayanan

Antenatal Care Kurang Baik. Dari Hasil Uji Statistik

Didapatkan P Value 0,001, Maka Dapat Disimpulkan Bahwa

Ada Hubungan Yang Bermakna Antara Dukungan Suami

Dengan Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care. Dan Hasil Uji

Statistik Didapatkan OR 6,000.

4. Hasil Analisis Multivariat

Analisis multivariat diawali dengan seleksi bivariat yang dimaksudkan

untuk menyeleksi variabel yang akan masuk kedalam tahap selanjutnya dalam

analisis multivariat. Bila hasil multivariat mempunyai p-value <0,25, maka

variabel dapat masuk model multivariat. Berdasarkan analisis bivariat yang sudah

dilakukan, maka didapatkan variabel yang masuk ke dalam tahap selanjutnya

yaitu :

Tabel 5.4

Hasil Seleksi Kandidat Multivariat Umur, Pendidikan, Paritas, Pengetahuan,


Sikap, Jarak dan Dukungan Suami Dengan Cakupan Pelayanan Antenatal
Care di Puskesmas Kabupaten Agam Tahun 2020

95% CI for Exp (B)


Variabel P Value OR
Lower Upper
Langkah 1 Umur 0,375 1,565 0,582 4,204
Pendidikan 0.017 3,399 1,250 9,240
81

Paritas 0,012 3,600 1,323 9,793


Pengetahuan 0,000 79,333 16,368 384,506
Sikap 0,009 3,913 1,398 10,953
Jarak 0,999 25578 0,000
Dukungan Suami 0,001 6.000 2,109 17,068
Langkah 2 Pengetahuan 0,000 153.592 13.050 1807.710
Pendidikan 0,112 5.398 0.676 43.127
Paritas 0,064 9.032 0,879 92.769
Sikap 0,487 2.233 0,232 21.477
Dukungan Suami 0,322 3,366 0,304 37.246
Langkah 3 Pengetahuan 0,000 178.373 17.198 1849.992
Pendidikan 0,072 5.377 .859 33.663
Paritas 0,028 12.279 1.305 115.561
Berdasarkan tabel 5.4 pada langkah 1, maka dapat disimpulkan bahwa

variabel-variabel yang masuk ke tahap berikutnya adalah pengetahuan,

pendidikan, paritas, sikap, dan dukungan suami dikarenakan mempunyai Value

<0,25. Setelah dilakukan uji multivariat dengan uji regresi berganda (multiple

regression). Pada langkah 2, didapatkan variabel yang layak masuk ke analisa

multivariat regresi berganda adalah Value <0.25 yaitu variabel pengetahuan,

pendidikan dan variable paritas dan pada langkah 3, didapatkan variabel yang

paling berpengaruh terhadap cakupan pelayanan antenatal care di Puskesmas

Kabupaten Agam tahun 2020 adalah Pengetahuan ibu dengan nilai Value paling

rendah yaitu 0.000 dengan OR 178.373 dengan rentang CI 95% (17.198 –

1849.992) berarti pengetahuan ibu mempunyai peluang 178 kali untuk mengikuti

pelayanan antenatal care yang baik dan begitu sebaliknya.

5. Hasil Penelitian Kualitatif

Data kualitatif didapatkan dengan wawancara mendalam. Wawancara

mendalam dilakukan dengan Kepala Puskesmas, Bidan Koordinator, Bidan Desa,

Kader dan Ibu Hamil di 4 Puskesmas yaitu dua Puskesmas dengan capaian
82

program tertinggi dan dua Puskesmas dengan capaian program terendah di

wilayah kerja Kabupaten Agam.

Tabel 5.5

Karakteristik Informan Wawancara Mendalam

No Kode Informan Jenis Jabatan Umur Pendi


Kelamin (th) dikan
1 Informan-1 (IF-1) P Kepala Puskesmas Padang Luar 36 S1
2 Informan-2 (IF-2) P Bidan Koordinator Puskesmas 46 D4
Padang Luar
3 Informan-3 (IF-3) P Bidan Desa Puskesmas Padang 44 D3
Luar
4 Informan-4 (IF-4) P Kader di Puskesmas Padang Luar 52 SMA
5 Informan-5 (IF-5) P Ibu Hamil di Puskesmas Padang 36 S1
Luar
6 Informan-6 (IF-6) L Kepala Puskesmas Batu Kambing 53 S1
7 Informan-7 (IF-7) P Bidan Koordinator Puskesmas Batu 46 D3
Kambing
8 Informan-8 (IF-8) P Bidan Desa Puskesmas Batu 54 D3
Kambing
9 Informan-9 (IF-9) P Kader di Puskesmas Batu Kambing 30 SMA
10 Informan-10 (IF-10) P Ibu Hamil di Puskesmas Batu 36 SD
Kambing
11 Informan-11 (IF-11) L Kepala Puskesmas Maninjau 56 S2
12 Informan-12 (IF-12) P Bidan Koordinator Puskesmas 47 D4
Maninjau
13 Informan-13 (IF-13) P Bidan Desa Puskesmas Maninjau 31 D3
14 Informan-14 (IF-14) P Kader di Puskesmas Maninjau 28 SMA
15 Informan-15 (IF-15) P Ibu Hamil di Puskesmas Maninjau 27 SMA
16 Informan-16 (IF-16) P Kepala Puskesmas Magek 42 S1
17 Informan-17 (IF-17) P Bidan Koordinator Puskesmas 44 D3
Magek
18 Informan-18 (IF-18) P Bidan Desa Puskesmas Magek 36 D3
19 Informan-19 (IF-19) P Kader di Puskesmas Magek 36 SMA
20 Informan-20 (IF-20) P Ibu Hamil di Puskesmas Magek 38 S1

a. Komponen Input

1) Kebijakan

Kebijakan terhadap pelayanan antenatal care didapat informasi

berdasarkan hasil wawancara mendalam yaitu sebagai berikut :

IF-1 “Kebijakan khusus yang dibuat oleh Puskesmas tidak ada, tetapi
Puskesmas sudah membuat Surat Keputusan (SK) yang tentang
jenis jenis pelayanan baik pelayanan dibidang perorangan
83

maupun upaya kesehatan masyarakat (UKM), salah satu


pelayanan upaya kesehatan perorangan (UKP) adalah pelayanan
kesehatan ibu pada ibu hamil yang mana indikator nya K1 dan K4,
untuk sosialisasi sudah dilaksanakan di Puskesmas tentang adanya
SPM yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan dimana pelayanan
antenatal care ini merupakan SPM pertama, renstra juga sudah
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan dengan adanya indicator
indicator tentang program kesehatan ibu, untuk sosialisasi
ditingkat masyarakat dilakukan dengan melaksanakan kelas ibu
hamil yang merupakan salah program KIA yg mana ibu hamil
dikumpulkan diberi pengetahuan tentang kehamilannya,
persalinan sampai masa nifas dan juga dilakukan penyuluhan-
penyuluhan di posyandu sedangkan untuk perencanaan program
KIA dimulai dalam bentuk penyusunan rencana usulan kegiatan
(RUK) yang dituangkan dalam rencana pelaksanaan kegiatan
(RPK) tahunan dan bulanan, nantinya setiap pemegang program
membuat rencana kerja bulanan dan tahunan, untuk tahun
berjalan, untuk pengorganisasian dan pengembangan SDM jika
ada kesempatan dari Dinas Kesehatan akan mengikut sertakan
petugas, pengawasan dilakukan melalui evaluasi setiap bulan dan
pengiriman laporan bulanan serta akan dilakukan bimbingan
terhadap peningkatan capaian program”

IF-6 “Kebijakan tentang pelaksanaan antenatal care di Puskesmas


mengacu kepada kebijakan dari Dinas Kesehatan dan tidak ada
kebijakan khusus yang dibuat oleh Puskesmas, cuma ada surat
Keputusan (SK) sebagai penunjukkan penanggungjawab KIA di
Puskesmas , untuk sosialisasi sudah terlaksana baik dari
Puskesmas maupun dari Dinas Kesehatan, terkait renstra sudah
ada renstra dan juga mengacu kepada Dinas Kesehatan, dari sisi
manajemen untuk program KIA mengancu kepada manajemen
Puskesmas ada perencanaan kegiatan, penggerakkan
pelaksanaan, lokmin, rapat serta ada struktur organisasi serta
pembagian tugas dan ada SK nya, jika ada pelatihan yang
diadakan oleh dinas Kesehatan ,jika ada pelatihan dari puskesmas
dan melibatkan Puskesmas maka Puskesmas akan mengikutinya
untuk pengawasan gabung dengan kegiatan lain pembinaan ke
pustu polindes, posyandu dan pemantauan langsung kelapangan”

IF-11 “Kebijakan untuk antenatal sesuai dengan kebijakan dari Depkes


dan Dinas Kesehatan Kabupaten Agam. Puskesmas membuat surat
keputusan (SK), sosialisasi serta renstra, renstra dibuat
berdasarkan capaian program yang ada dan masalah dimasukkan
dalam RUK serta RPK yg merupakan hasil daripada pencapaian
program yg lalu, karena ANC ini terus menerus dan bermanfaat
untuk ibu hamil supaya tidak ada AKI, AKB, dan juga kebijakan
dalam pengambilan keputusan dan perencanaan dilingkungan
pusk, untuk sosialisasi melibatkan seluruh bides dan
84

mendatangkan narasumber dari Dinas Kesehatan , untuk internal


rutin dilaksanakan oleh Puskesmas agar program ANC berjalan
dengan baik, untuk proses manajemen juga sudah terlaksana,
bentuk pengawasan yang dilakukan yaitu internal setiap minggu
bidan desa diundang ke Puskesmas untuk mengetahui
permasalahan agar dicari solusinya”

IF-16 “Kebijakan pelayanan ANC itu mengacu pada standart pelayanan


minimal Kesehatan yang dikeluarkan oleh Kemenkes,
bahwasannya pelayanan ibu hamil ini minimal pemeriksaan ANC
4 kali selama dalam masa kehamilannya, berpatokan pada
kebijakan itu maka kita laksanakan di Puskesmas dengan melalui
bidan di desa dan koordinator KIA. Artinya masing-masing bidan
itu melalui wilayah kerjanya melalui bidan koordinator
mewajibkan semua ibu hamil itu harus memeriksakan
kehamilannya. Kita mensosialisasikan itu Standar pelayanan
minimal dalam lokakarya mini puskesmas. Dalam lokakarya mini
itu kita presentasikan pada petugas masalah program ANC.
Kalau di puskesmas kita punya kesepakatan untuk pelayanan ANC
ini yang disebut dengan POA yang tertuang dalam RKA atau
rencana kegiatan anggaran untuk pertahun, perbulan dan
perminggu”

Tabel 5.6

Matriks Hasil Wawancara Mendalam tentang Kebijakan Pelayanan


Antenatal Care (ANC)

Topik Observasi Dokumen Wawancara Analisis Triangulasi


Kebijaka Pemegang program Ada Permenkes Kebijakan Kebijakan
n dalam tentang pelaksanaan pelaksanaan pelayanan
melaksanakan Pelaksanaan pelayanan antenatal care
pelayanan ANC Standar antenatal care mengacu kepada
mengacu pada Pelayanan mengacu kepada
kebijakan
kebijakan Minimal (SPM) kebijakan
Kementerian untuk Kabupaten kementerian Kementerian
Kesehatan kesehatan berupa Kesehatan berupa
penetapan penetapan SPM
Standar kabupaten/Kota dan
Pelayanan dilaksanakan pada
Minimal (SPM) tingkat
Kabupaten/Kota Kabupaten/kota.
Kabupaten/kota
kemudian membuat
renstra berdasarkan
target Kabupaten/kota
dan
diimplementasikan ke
puskesmas dilanjutkan
pada masing-masing
85

pemegang program
sampai ke bidan desa.
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui hasil wawancara mendalam didapatkan

informasi bahwa kebijakan pelaksanaan pelayanan antenatal care (ANC)

mengacu kepada kebijakan kementerian kesehatan dan dilaksanakan pada tingkat

Kabupaten/Kota. Kabupaten/Kota kemudian membuat renstra berdasarkan target

Kabupaten/Kota serta diimplementasikan ke Puskesmas dilanjutkan pada masing-

masing pemegang program sampai ke bidan desa.

2) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia terhadap pelayanan antenatal care didapat

informasi berdasarkan hasil wawancara mendalam yaitu sebagai berikut :

IF-1 “Untuk pustu dan Poskesri sudah ada bidan kecuali dua buah
Pustu yang belum ada bidan nya yaitu Pustu Salimpariak dan
Cupak karena bidan tersebut pindah kedaerah lain, kalau untuk
semua jorong memang tidak semua jorong ditempati bidan, cuman
ada pembina wilayahnya di Puskesmas, setiap posyandu akan
datang kejorong tersebut, selain itu ada upaya yang dilakukan,
contoh ada salah satu Nagari, dimana Pustunya jauh dari
pemukiman penduduk yang padat yang letak Pustunya ditepi
Nagari tersebut, diusulkan didalam musyawarah nagari agar
Pustu dipindahkan ke tempatkan pemukiman penduduk yang
padat, kendalanya tidak ada tanah yang bisa dibangun untuk
Pustu tersebut. Dalam hal capaian program, meskipun capaian
masih belum rendah atau belum tercapai, disebabkab karena ada
nya pengetahuan ibu hamil yang kurang, adanya ibu hamil yang
tidak menetap tempat tinggalnya karena tingginya angka
mobilisasi, dan untuk kuantitas pemeriksaan oleh petugas dilihat
dari pendidikan yang rata rata sudah D4, rasanya sudah cukup”

IF-2 “Sumber daya manusia dalam pelaksanaan pelayanan antenatal


care cukup, tetapi yang kurang itu adalah integrasi dengan tenaga
labor , dimana harus ada pemeriksaan laboratorium lengkap,
sementara tenaga labor yang ada cuman satu orang“

IF-6 “Untuk pelayanan antenatal care tidak ada hambatan, SDM sudah
cukup, pelayanan antenatal sesuai standar, distribusi untuk
melakukan pelayanan antenatal sudah sesuai dengan kebutuhan
86

dilapangan dimana setiap jorong yang jarak tempuh


jauh dr Puskesmas sudah ada Pustu dan Polindes atau Poskesri,
dan disana sudah ada petugasnya sehingga untuk distribusi
tenaga pelayanan antenatal sudah cukup”

IF-7 “SDM lai berkualitas misalnyo tentang pemeriksaan labor lengkap


sadonyo, tenaga kami lah ado yang pelatihan APN, sudah
sosialisasi dengan bidan di Puskesmas dan bidan di Pustu dan
Polndes, dari 9 jorong yang ndak ado bidan Jorong Alahan Siriah
yang ado perawat, untuk pelayanan anc terjangkau seluruhnyo
untuk 9 jorongnyo, untuk Jorong Alahan Siriah ibu hamil datang
ke Puskesmas dan kalau untuk hambatan tidak ada, semua wilayah
terjangkau untuk pemriksaan alat alatnya lengkap”

IF-11 “Dari segi kuantitas atau jumlah bidan belum mencukupi


dibandingkan dengan jorong yang ada atau pustu yang ada tidak
semua ada bidannya kemudian ada bidan yang sudah diberitahu
tentang ANC dan sudah diundang dalam rapat-rapat di Puskesmas
tetapi ada juga bidan yang kurang pas memberikan pelayanan
ANC dan diharapkan nantinya pengetahuan petugas ditingkatkan
dan kalau dapat didalam penerimaan bidan diperhatikan
komptensinya atau skillnya karena masih ada bidan yang kurang
paham tentang ANC, jadi kualitas sangat diperlukan sekali
sehingga seluruh program yg menyangkut ANC bisa dilaksanakan
dengan baik dan untuk kekurangan tenaga tadi, kalau dapat diberi
kesempatan Puskesmas untuk menerima tenaga kontrak bisa
pendanaan dari BOK atau JKN”

IF-12 “Untuk ketersedian tenaga disini ada sepuluh Pustu dan Polindes
dengan 28 jorong dan menurut hemat kani masih kurang kemudian
dari sepuluh pustu yang ada semenjak akhir tahun 2019 ada satu
Pustu yang kosong yaitu Pustu panta karena petugasnya pindah ke
Bukittinggi, dan untuk kualitas sudah memiliki kompetensi tetapi
ada sekiatr10-12% belum melaksanakan anc sesuai dg standar,
terkait dg 10T”.

IF-17 “Selaku Bidan coordinator, kalau menurut uni bidan lai


berkualitas dalam memberikan pelayanan ANC dan untuk
pelatihan sebagian lai ado sebagian indak, untuk distribusi bidan
kalau kini ado jorong yg kosong, Pustu nyo Tigo Lurah dan samo
Poskesri Nan Tujuah, dan ciek Pustu tu jorongnyo ada nan tigo
ado nan limo, kalau untuk hambatan dalam pelaksanaan indak
ado”
87

Tabel 5.7

Matriks Hasil Wawancara Mendalam tentang Sumber Daya Manusia


Pelayanan Antenatal Care (ANC)

Topik Observasi Dokumen Wawancara Analisis Triangulasi


Sumber Tenaga pelaksana Setiap tenaga Tenaga SDM dari segi kuantitas
Daya pelayanan ANC pelaksana pelayanan Pelaksana Kab. Agam kekurangan
Manuasia dilaksanakan oleh antenatal care di pelayanan ANC SDM tenaga bidan di
Bidan baik Bidan di berikan SK (surat secara umum Puskesmas dan dari segi
Puskesmas maupun keputusan) dari masih kurang
kualitas pelayanan yang
Bidan di Desa kepala Puskesmas
serta ada uraian tugas diberikan oleh bidan
pokok dan fungsi beragam, oleh karena itu
sebagai bidan untuk peningkatan
Pembina wilayah kualitas pelayanan
dilakukan pelatihan,
pembinaan, pada masing-
masing puskesmas

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui hasil wawancara mendalam didapatkan

informasi bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) dari segi kuantitas Kab. Agam

kekurangan SDM tenaga bidan di Puskesmas dan dari segi kualitas pelayanan

yang diberikan oleh bidan beragam, oleh karena itu untuk peningkatan kualitas

pelayanan dilakukan pelatihan, pembinaan, pada masing- masing Puskesmas.

3) Dana

Pendanaan dalam pelaksanaan pelayanan antenatal care didapat

informasi berdasarkan hasil wawancara mendalam yaitu sebagai berikut :

IF-1 “Pendanaan untuk kegiatan yang berhubungan dengan dengan


anc seperti kelas ibu hamil. swepping sudah cukup baik bersumber
dari BOK dan JKN karena pencapaian KIA sudah cukup baik”
IF-2 “Untuk dana pelaksanaan anc didukung dengan BOK Puskesmas
seperti pemantauan K1 baru, pendampingan ibu hamil oleh kader
dan pemantauan ibu hamil beresiko tinggi, hambatan dalam
melaksanakan ANC, masih ada ibu hamil yang periksa ke bidan
88

praktek swasta dan dokter praktek swasta kadang-kadang tidak


terpantau oleh bidan Puskesmas.”
IF-6 “Dana untuk pelaksanaan pelayanan ANC tidak masalah karena
ada DAK Non fisik (BOK) kalau tidak cukup juga ada dana JKN,
cuma saja dalam pelaksanaan penggunaan dana ini untuk
kegiatan ANC, pertanggung jawaban makan waktu yang panjang,
pencatatannya, penggandaannya, kelengkapannya, belum lagi
pengurusannya, kalau seandainya ada dana yang pertanggungan
jawaban nya simple itu akan membantu kualitas pelayanan, dapat
kita katakan ini fifty fifty, 50 50 separo melakukan kegiatan dan
separo lagi membuat pertangungan jawaban.”

IF-11 “Dukungan dana ada dari nagari untuk posyandu dll, agar
menunjang program KIA dan pertanggungjawabannya tidak
bermasalah.”

IF-12 “Kalau masalah dana untuk kegiatan ANC dan seluruh kegiatan
KIA lainnya didanai dengan BOK, prosedur atau pertanggung
jawabannya untuk menaiakan SPJ yang agak ribet.”

IF-17 “ Sumber dana berasal dari dana BOK, ada dana perjalanan BOK
khususnya untuk kunjungan ibu hamil resti dan P4K dan ibu hamil
yang memeriksakan kehamilannyo ka Pustu pakai dana BPJS,
kalau indak ado pakai retribusi umum.”

Tabel 5.8

Matriks Hasil Wawancara Mendalam tentang Pendanaan Pelayanan


Antenatal Care (ANC)

Topik Observasi Dokumen Wawancara Analisis


Triangulasi
Dana Kegiatan Pendanaan di Dukungan dana Dukungan dana dalam
pelayanan ANC dalam dalam pelayanan ANC
mengacu kepada melaksanakan melaksanakan dilapangan sudah
Juknis BOK yang pelayanan pelayanan ANC cukup, dana yang ada
ada antenatal melalui berasal dari
beragam, berasal dana
dana BOK dan BOK, JKN serta
JKN serta ada dari Nagari JKN, dan bantuan
petunjuk teknis operasional kesehatan
pelaksanaannya (BOK) serta dari
Nagari. Hambatan
didalam pencaiaran
dana adalah ketika
membuat Surat
Pertanggung Jawaban
(SPJ) yang sedikit
memakan waktu yang
lama.
89

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui hasil wawancara mendalam didapatkan

informasi bahwa dukungan dana dalam pelayanan ANC dilapangan sudah cukup,

dana yang ada beragam, berasal dari dana JKN, dan bantuan operasional

kesehatan (BOK) serta dari Nagari. Hambatan didalam pencaiaran dana adalah

ketika membuat Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) yang sedikit memakan waktu

yang lama.

4) Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana dalam pelaksanaan pelayanan antenatal care

didapat informasi berdasarkan hasil wawancara mendalam yaitu sebagai

berikut :

IF-1 “Sarana dan pra sarana di Puskesmas sudah cukup memadai


karena ada dana JKN ketika didata alat ini ada atau tidak kalau
memang tidak ada langsung didanai oleh JKN.”

IF-2 “Cukup, tetapi ada sarana dan prasarana yang kurang lengkap
seperti untuk pemeriksaan tinggi fundus uteri seharusnya ada
centimeter kadang kadang centimeter tersebut tidak tersedia di
Puskesmas maupun dibeberapa Pustu dan mengenai buku KIA
cukup begitu juga dengan pendistribusianmya lai lancar, cuma
dalam pemasangan stiker P4K yg kurang lancar, kadang
masyarakat ndak mau memasangkan stiker P4K dimuko
rumahnyo.”

IF-6 “Terkait sarana dan pra sarana untuk pelayanan ANC sudah
cukup, baik di Puskesmas maupun satelit , untuk buku KIA di
Puskesmas itu mencukupi bahkan berlebih dan untuk pemasangan
stiker sudah terpasang hanya saja ada beberapa masyarakat yang
tidak bisa merawatnya sehingga ada beberapa stiker yang rusak,
ada juga ibu hamil yang pindah tempat sehingga tidak pas tempat
pemasangan dan juga ada yang rusak oleh anaknya.”

IF-11 “Dari segi sarana untuk pelayanan ANC bisa di Puskesmas, Pustu
maupun di Posyandu, yang jadi masalah adalah tidak tersedianya
ruangan ditempat Posyandu untuk pemeriksaan kehamilan karena
tempat Posyandunya yang menumpang, untuk sarana yang lain
90

seperti tensimeter serba keterbatasan ada juga alat yang diganti


baru atau dikalibrasi belum terlaksana dengan sebaik baiknya,
biasanya didatangkan tenaga dari Medan karena masalah
pembiayaan Puskesmas tidak sanggup mendatangkan petugas
tersebut. Sumber sarana yg ada saat ini ada yang berasal dari
pusat, Kabupaten dan ada juga dari subsidi PLN atau Nagari,
mengenai buku KIA selama ini cukup distribusinya dari Dinkes
misalnya ada kekurangan akan dicetak dari dan BOK dan untuk
stiker tidak seluruhmya ditempel oleh petugas sehingga ketika
datang ke Pustu kurang mendapatkan informasi yang pasti.”

IF-12 “Sarana yang ada di Puskesmas cukup tetapi untuk Pustu yang
kurang misalnya seperti dopler karena dopler yang lama udah
rusak maka mereka atau teman teman bidan desa beli sendiri.
Dana pembelian dari Puskesmas itu butuh permintaan tetapi harus
pula tertuang dulu dalam RPK, kalau tidak tertuang dalam RPK
tidak bisa dibeli, kalau untuk buku KIA jumlahnya cukup, tetapi
permasalahannya misalnya ada yg bukan sasaran kita, sementara
buku KIA hanya kita berikan kepada sasaran yang masuk dalam
wilayah kerja Puskesmas, ini menajdi dilemma karena tujuan
meminta Buku KIA tersebut adalah untuk klem persalinan,
mengenai stiker belum terpasang semua karena ada yg malu
sehingga stiker dipasang dibelakang pintu.”
Tabel 5.9

Matriks Hasil Wawancara Mendalam tentang Sarana dan Prasarana


Pelayanan Antenatal Care (ANC)
Topik Observasi Dokumen Wawancara Analisis Triangulasi
Sarana dan Ada beberapa Setiap Sarana dan pra Ada beberapa sarana dan
Prasarana sarana dan Puskesmas sarana kurang prasarana yang kurang,
prasarana untuk maupun Pustu seperti tempat seperti tempat pelaksanaan
pelayanan ANC atau polindes pelaksanaan Posyandu yang masih
yang belum ada Kartu Posyandu serta
menumpang, peralatan
memadai Inventaris adanya
ruangan (KIR) tensimeter, penunjang bidan dalam
untuk dopler yang melakukan pemeriksaan
mengetahui sudah rusak yang sudah rusak seperti
sarana dan tensimeter, dopler dan lain-
prasarana yang lainnya. Seharusnya
ada di dengan program JKN dana
Puskesmas kapitasi 40 % untuk
maupun di Pustu
memenuhi kebutuhan.
Petugas puskesmas bisa
menggunakan langsung
uang tersebut untuk
pembelian alat alat untuk
pemeriksaan ANC
91

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui hasil wawancara mendalam

didapatkan informasi bahwa ada beberapa sarana dan prasarana pelaksanaan

pelayanan ANC yang kurang, seperti tempat pelaksanaan Posyandu yang

masih menumpang, peralatan penunjang bidan dalam melakukan pemeriksaan

yang sudah rusak seperti tensimeter, dopler dan lain-lainnya. Seharusnya

dengan program JKN dana kapitasi 40 % untuk memenuhi kebutuhan. Petugas

puskesmas bisa menggunakan langsung uang tersebut untuk pembelian alat

alat untuk pemeriksaan ANC.

b. Komponen Proses

1) Pelayanan Antenatal care dengan 10T

IF-2 “Pelaksanaan ANC dengan 10T masih kurang, baik di Puskesmas


maupun di satelit contohnyo sajo konseling yang diberikan pada
kunjungan pertama dan kunjungan kedua itu sama seharusnyakan
berbeda sesuai dengan usia kehamilannya atau keluhan yang
dirasakan.”

IF-3 “Pelaksanaan yang 10T lai takarajoan sadonyo dan untuk tes
labor yang dikarajoan HB, kalau ado stik pareso gula darah
dikarajoan, untuk tensimeter pakai tensimeter digital dan air
raksa, untuk ukur lila ado, jadi rasonyo indak ado hambatan
pelaksanaan ANC 10T dan pelaksanaan ANC tersebut dicatat
dalam buku KIA serta kartu ibu.”

IF-5 “Promosi tentang pemeriksaan kehamilan seperti spanduk atau


poster itu ndak ado dan ndak pernah nampak dijorong ko doh dan
informasi tentang kesehatan ibu ko didapek katiko pai pareso ka
Pustu dan petugas ndak ado yang datang mengunjungi doh, kalau
kelas ibu hamil ndak ado masuak doh.”

IF-10 “Sosialisasi seperti kelas ibu hamil lai, promosi atau spanduk
tentang seputar ibu hamil indak ado dikantua jorong do, yang ado
tu leafletnyo, kalau untuk pareso Hb pai paresonyo ka Puskesmas,
pareso hamil ke bidan dan Puskesmas. Suami hanyo nganta
pareso hamil sekalinyo sudah tu indak ado, kelas ibu hamil lai
ikuit salamo 4 kali.”
92

IF-12 “Standar pelayanan ANC dengan 10T masih ada yang belum
walaupun basicnya sama tergantung masing-masing orang
karena terpaku dengan konsep, selesai ANC langsung melakukan
pengobatan sehingga temu wicara sering terabaikan dan untuk
melatih nya dilakukanlah pelaksanaan kelas ibu hamil ini dijorong
masing masing jadi Puskesmas hanya sebagai fasilitator, masuk
diawal pertemuan saja dan untuk pertemuan selanjutnya
diserahkan ke bidan bidan desa.”

IF-13 “Pelaksanaan ANC yang 10T, yang kalau temu wicara yang untuk
suami nyo yang susah karano ibu hamilnyo datang sorang dan
kalau pemeriksaan labor triple eliminasi itu yang agak payah
karena harus ka Puskesmas, kendalanyo ndak ado yang ngantar
dek jauah.”

IF-15 “Spanduk atau baliho tentang kesehatan ibu dan anak seperti
tando tando bahayo pada ibu hamil indak ado di jorong atau
nagari ko doh, kalau skrining TT indak ado dilaksanakan doh dek
bidannyo dan kalau penyuluhan lai, katiko pareso lai dianta suami
kadang suami masuak kadang indak, kalau untuk pemeriksaan
kami yang datang ke Pustu atau Puskesmas petugas tidak pernah
dating kerumah doh, kelas ibu hamil ndak pernah ikuit.”

IF-17 “Kalau untuk pelaksanan ANC dengan 10 T ado yang indak,


karano sebagian hamil yg indak datang jo suaminyo, seperti temu
wicara yang harus ado suaminyo atau keluarganya tidak bisa
menghadirkan dan untuk labor ado yang tertunda seperti triple
eliminasi jadi untuk pemeriksaan labornyo ditunda bisa bulan
depan dan untuk labor sederhana wajib. Standar kuantitas ada
kiro kiro 15% datang trimester satu biasonyo disebabkan karena
ibu tu ndak tau inyo hamil ndak perhatian jo HPHT nyo kironyo
nyo lah mual.”

IF-20 “Promosi tentang kesehatan ibu dan anak lai ado nampak di Pustu
dan Puskesmas, dikantua jorong indak ado, penyuluhan lai
diagiah bidan kalau lah sudah pareso dan bidan lai datang
memantau ke rumah ibu sebanyak 1 kali, kalau datang untuk
pareso surang se nyo, stiker belum ditempel.”

Tabel 5.10

Matriks Hasil Wawancara Mendalam tentang Pelayanan ANC dengan 10 T

Topik Observasi Dokumen Wawancara Analisis Triangulasi


Pelayanan Pelayanan ANC Pelayanan ANC Pelaksanaan Pelaksanaan pelayanan
ANC dengan 10T tidak dengan 10 T pelayanan antenatal dengan 10T
dengan 10T terlihat di dalam tercatat di antenatal belum maksimal seperti
buku KIA, karena dalam kohort dengan 10T pelaksanaan temu wicara,
93

tidak ada tanda dan kartu ibu belum karena setiap memberikan
checklist terhadap maksimal konseling wajib
pelayanan ANC menghadirkan suaminya
10T yang sudah dan informasi tentang
diberikan
kesehatan ibu dan anak
untuk ibu hamil juga
masih kurang

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui hasil wawancara mendalam didapatkan

informasi tentang pelaksanaan pelayanan ANC bahwa Pelaksanaan pelayanan

antenatal dengan 10T belum maksimal seperti pelaksanaan temu wicara, karena

setiap memberikan konseling wajib menghadirkan suaminya dan informasi

tentang kesehatan ibu dan anak untuk ibu hamil juga masih kurang.

2) Peningkatan Peran Serta Masyarakat

IF-3 “Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan anc seperti jorong


peduli ibu hamil atau dasolin maupun tubulin indak ado, pakai
dana pribadi sajo.”

IF-4 “Peran serta masyarakat melalui musyawarah masyarakat desa


tidak ada dilaksanakan. Untuk dasolin belum ado terbentuk
keterlibatan kader dalam P4K seperti pendampingan terhadap ibu
hamil belum ada terlaksana, tetapi kalau ado ibu hamil yang
ngeluh disuruah datang ka buk Bidan.”

IF-6 “Peran serta masyarakat melalui program P4K yang tidak bisa
dipenuhi yaitu calon donor yang belum terkelola dengan baik,
kalau untuk tabulin ada JKN atau Jampersal jadi masyarakat
bergantung kepada jaminan yang ada, biaya untuk mendampingi
belum bisa diterima masyarakat sebagai suatu kebutuhan. Untuk
ambulan desa tidak terkoordinir dengan baik karena jarak faskes
yang tidak masalah begitu juga dengan dasolin belum ada.
Musyawarah masyarakat desa ada dilaksanakan setiap akhir
tahun yang dibahas adalah seluruh masalah yang ada termasuk
masalah KIA.”

IF-4 “Peran serta masyarakat melalui musyawarah masyarakat desa


tidak ada dilaksanakan. Untuk dasolin belum ado terbentuk
keterlibatan kader dalam P4K seperti pendampingan terhadap ibu
hamil belum ada terlaksana, tetapi kalau ado ibu hamil yang
ngeluh disuruah datang ka buk Bidan.”
94

IF-8 “Peran serta masyarakat melalui pelaksanaa kelas ibu hamil lai
terlaksana tetapi suaminyo alun terlibat lai. Untuk pelaksanaan
P4K yang alun terorganisasi yaitu calon doroh, lah disampaian
pada saat kelas ibu tetapi masyarakat alun ngarati bana, kalau
ambulan jorong alun ado tapai dadakan ado oto yang dicater
urang dan untuk tubulin indak ado karena ado JKN, ado jampersal
begitu juga dengan dasolin alun ado lai.”

IF-11 “Peran serta masyarakat melalui program P4K yang bermasalah


adalah calon donor darah yang sulit dilakukan karena masyarakat
untuk mendonorkan darahnya agak susah, tetapi untuk ambulan,
tubulin biasanya masyarakat mau iuran agar seluruh ibu hamil
terlayani dengan baik, kalau untuk dasolin baru ada satu yaitu di
Jorong Nagari tatapi di Jorong lain belum ada. Pelaksanaan kelas
ibu hamil, masih ada ibu hamil yang belum masuk kelas hamil,
sekitar 90% dari ibu hamil sudah ikut kelas, kalau suaminya yang
ikut kelas persentasenya hanya sekitar 10%.”

IF-14 “Peran serta masyarakat melalui program P4K belum ado


terlaksana dan untuk kader ado dilibatkan dalam pemantauan ibu
hamil. Mengenai pelaksanaan kelas ibu hamil lai diikuti begitu
juga dengan kelas ibu balitanyo.”

IF-16 “Peran serta masyarakat melalui program P4K belum semua


jorong belum bisa dikatakan Jorong P4K, seperti Tabulin tidak
ada yang terkoordinir dan kalau untuk calon donor darah setiap
ibu hamil ada, tetapi belum terorganisasi dengan baik bahkan
sudah dilakukan sosialisasi dan pembentukkan quick win dengan
menghadirkan seluruh Jorong.”

Tabel 5.11

Matriks Hasil Wawancara Mendalam tentang Peningkatan Peran Serta


Masyarakat Dalam Pelayanan ANC

Topik Observasi Dokumen Wawancara Analisis Triangulasi


Peran Peningkatan peran Pelaksanaan Peran serta Peran serta masyarakat
Serta serta masyarakat program P4K baru masyarakat dalam dalam pelayanan antenatal
Masyaraka melalui hanya sebatas pelayanan care seperti melalui
t pelaksanaan stiker dan belum antenatal care program P4K belum
musyawarah memenuhi seluruh belum maksimal
maksimal disebabkan
masyarakat desa komponen P4K
belum memadai yang ada karena pemahaman
masyarakat tentang
program P4K itu yang
masih rendah, begitu pula
dengan pelaksanaan kelas
ibu, masih ada ibu hamil
95

yang tidak masuk dalam


kelas dan kurangnya
keterlibatan kader di dalam
pelayanan antenatal untuk
ibu hamil

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui hasil wawancara mendalam didapatkan

informasi tentang Peran serta masyarakat dalam pelayanan antenatal care seperti

melalui program P4K belum maksimal disebabkan karena pemahaman

masyarakat tentang program P4K itu yang masih rendah, begitu pula dengan

pelaksanaan kelas ibu, masih ada ibu hamil yang tidak masuk dalam kelas dan

kurangnya keterlibatan kader di dalam pelayanan antenatal untuk ibu hamil

3) Kemitraan/ Jejaring Kerja

IF-1 “Kegiatan kemitraan yang berhubungan dengan pelayanan pada


ibu yaitu pelaksanaan kespro bagi catin, ini sudah rutin diadakan
yaitu melakukan penyuluhan dengan bekerjasama dengan kantor
KUA dan sudah ada kerjasama (MOU) antara Puskesmas dengan
KUA Kecamatan.”

IF-6 “Kemitraan dengan lintas sector lain yang sudah terlaksana


seperti Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), konseling
catin, sosialisasi yg melibatkan suami atau suami siaga dan
mengenai kelas ibu sudah dilakukan pada semua ibu hamil.”

IF-11 “Kemitraan dengan lintas sector sudah terlaksana seperti kegiatan


konseling pra nikah yaitu dengan ada jadwal dari KUA untuk
memberikan penyuluhan atau konseling ,mengenai pernikahan.”

IF-16 “Kemitraan dengan lintas sector yaitu konseling catin lai


terlaksana satu sekali seminggu tergantung jadwal yang diberikan
KUA, kalau ado calon kami datang ka kantua KUA.”

Tabel 5.12
96

Matriks Hasil Wawancara Mendalam tentang Kemitraan/Jejaring Kerja


Pelayanan ANC

Topik Observasi Dokumen Wawancara Analisis Triangulasi


Kemitr Bentuk kemitraan Kemitraan yang Bentuk kegiatan Kemitraan atau jejaring
aan/Jej yang telah berhubungan dengan kemitraan kerja dengan lintas sector
aring dilaksanakan antara pelayanan ANC dengan lintas terkait dengan pelaksanaan
Kerja lain Konseling bagi berupa MOU dalam sector melalui ANC, bentuk kegiatannya
catin dan kegiatan melaksanakan pemberian
adalah konseling catin yang
PKPR (pelayanan konseling bagi catin konseling bagi
Kesehatan Peduli catin dengan bertujuan mempersiapkan
remaja) bekerjasama kesehatan reproduksi
dengan Kantor seorang catin untuk menjadi
Urusan Agama seorang ibu, tetapi
(KUA) dan pelaksanaannya masih di
pemberian kantor urusan agama belum
edukasi bagi dalam bentuk kelas Catin.
remaja yang
ada di sekolah

Berdasarkan tabel 5.12 diketahui hasil wawancara mendalam didapatkan

informasi tentang Kemitraan atau jejaring kerja dengan lintas sector terkait

dengan pelaksanaan ANC, bentuk kegiatannya adalah konseling catin yang

bertujuan mempersiapkan kesehatan reproduksi seorang catin untuk menjadi

seorang ibu, tetapi pelaksanaannya masih di kantor urusan agama belum dalam

bentuk kelas Catin.

4) Monitoring dan Evaluasi

IF-2 “Monitoring terhadap pelaksanaan antenatal dengan 10T masih


rendah, belum terlaksana dengan baik karena sebagai Bikor pada
tahun 2019, karena banyak beban kegiatan dan batas tegas antara
penanggung jawab program dengan Bikor yang tidak jelas dan
sehingga selama tahun 2019 kurang dilibatkan dan monev atau
supervise fasilitasi hanya dilakukan oleh pengelola KIA saja dan
mengenai buku panduan untuk supervise itu ada.”

IF-6 “Monitoring dan evaluasi dilakukan secara bertingkat,


dipercayakan kepada penanggungjawab KIA dan Bikor, monev yg
pasti dilakukan oleh kepala Puskesmas yaitu monev terhadap
pencatatan dan pelaporan yang dilakukan satu kali satu minggu
setiap meeting dan lokmin bulanan, Dinas Kesehatan juga ada
beberapa kali melakukan monev kelapangan, bersamaan dengan
pembinaan sampai ke Pustu dan untuk tindak lanjut, waktu lokmin
97

dievaluasi capaian program masing-masing dan dianjurkan untuk


dilakukan pembinaan oleh penanggungjawab program masing-
masing.”

IF-11 “Monitoring yang dilakukan Dinas Kesehatan melalui bimtek dari


Dinkes dan didalam acara lokmin yang dilaksanakan satu kali
sebulan dengan menhadirkan petugas dari Dinas Kesehatan dan
bentuk tindak lanjut diberikan bimbingan kepada petugas yang
sesuai dengan sop yang ada.”

IF-16 Monitoring dilakukan oleh dinas kesehatan berupa bimtek dan lai
tigo kali, pembinaan oleh bikor ke Pustu dilakukan dalam bentuk
supervisi dan pembinaan di Puskesmas dua kali disetiap Pustu
dalam satu tahun dan memakai daftar tilik.”

Tabel 5.13

Matriks Hasil Wawancara Mendalam tentang Monitoring dan Evaluasi


dalam Pelayanan Antenatal Care (ANC)

Topik Observasi Dokumen Wawancara Analisis Triangulasi


Monev Pelaksanaan Ada laporan melalui Monitoring Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan daftar tilik yang dilakukan dilakukan berjenjang, mulai
evaluasi diberikan Puskesmas berjenjang mulai dari puskesmas ada bidan
dilaksanakan satu ke Dinas Kesehatan dari Bidan koordinator, pengelola KIA,
kali sebulan serta administrasi Koordinator,
kepala puskesmas, dari
melalui lokakarya pelaksanaan peneglola KIA,
mini serta Lokakarya Mini kepala Puskesmas kabupaten ada pemantauan
supervise Bulanan di serta bimbingan dalam bentuk bimbingan
fasilitatif oleh Puskesmas teknis yang teknis. Kemudian ada forum
bidan kordinator dilakukan oleh rapat bulanan puskesmas
Dinas Kesehatan atau monev di Puskesmas
Berdasarkan tabel 5.13 diketahui hasil wawancara mendalam didapatkan

informasi bahwa monitoring dan evaluasi dilakukan berjenjang, mulai dari

Puskesmas ada bidan koordinator, pengelola KIA, kepala Puskesmas, dari

Kabupaten ada pemantauan dalam bentuk bimbingan teknis. Kemudian ada forum

rapat bulanan Puskesmas atau monev di Puskesmas.

c. Komponen Output
98

Output yang diharapkan dari pelaksanaan pelayanan pelayanan antenatal

care di Puskesmas Kabupaten Agam adalah terwujudnya pelayanan antenatal

care yang berkualitas.

IF-1 “Untuk pencapaian program KIA dari segi kuantitas walaupun


tidak mencapai target 100%, tahun 2019, tetapi untuk Puskesmas
kami sudah tercapai kurang lebih 76%, hal ini disebabkan karena
pengetahuan ibu hamil yang kurang tentang pemeriksaan
kehamilan minimal 4 kali dan juga adanya ibu hamil yang tidak
menetap serta tingginya angka mobilisasi.”

IF-2 “Pencapaian program ANC belum maksimal, ini dapat dilihat dari
hasil capaian program KIA Puskesmas yang selalu dikirim ke
Kabupaten setiap bulan.”

IF-6 “Pencapaian program ANC yang berkualitas, saya rasa sudah


berkualitas dilihat dari presentase capaian program, alat dan
sarananya, tetapi ketika ibu hamil dirujuk ke Rumah sakit, seakan
akan RS meragukan hasil pemeriksaan yang dilakukan Puskesmas,
yang seharusnya ibu bisa melahirkan normal, tetapi nyatanya
sampai di RS persalinannya di lakukan dengan tindakan operasi,
tetapi juga ada juga permintaan pasien.”

IF-7 “Kualitas pelayanan ANC cukup berkualitas karena hambatannyo


ndak ado doh, dari segi alat dan sarana cukuit.
IF-11 “Kualitas pelayanan ANC masih kurang terlihat dari hasil
capaian program KIA khususnya K4, masih ada ibu hamil yang
tidak kontak pada triwulan satu.”

IF-12 “Kalau dilihat dari capaian program KIA, khususnya pelayanan


ANC berkualitas belum mencapai target yang diharapkan, masih
ada sekitar 10% ibu hamil yang tidak kontak pada triwulan satu.”

IF-16 “Kualitas pelayanan ANC untuk 1 1 2 sudah, tetapi dari segi


standar yang 10T belum terlaksana.”

IF-17 “Kualitas pelayanan ANC belum terlaksana dengan maksimal


seperti pemeriksaan labor yang masih ada tertunda dan ado kiro
kiro 15% ibu hamil yang tidak kontak pada trimester satu, karena
ketidak tahuan ibu, ndak perhatian dengan HPHT nyo, tau tau lah
mual mual.”

Tabel 5.14
99

Matriks Hasil Wawancara Mendalam tentang Output dalam Pelayanan


Antenatal Care (ANC)

Topik Observasi Dokumen Wawancara Analisis Triangulasi


Output Hasil Pelayanan Laporan tahunan Pelayanan ANC Pencapaian Program KIA
antenatal care yang yang menunjukkan belum mencapai khususnya cakupan pelayanan
dapat dilihat dari angka capaian target yang sesuai ANC belum mencapai , hal ini
laporan tahunan dan cakupan pelayanan dengan target terlihat masih adanya ibu hamil
membandingkannya ANC yang telah
yang kontak pertama tidak pada
dengan target ditetapkan
berdasarkan triwulan satu. Hal ini disebabkan
indicator program karena masih rendahnya
kesehatan keluarga pengetahuan ibu hamil tentang
dan ternyata belum kesehatan ibu dan anak serta
mencapai target masih adanya ibu hamil yang
tidak mengetahui kalau dirinya
hamil.
Berdasarkan tabel 5.14 diketahui hasil wawancara mendalam didapatkan

informasi bahwa Pencapaian Program KIA khususnya cakupan pelayanan

antenatal care belum mencapai target sesuai dengan yang diharapkan, hal ini

terlihat masih adanya ibu hamil yang kontak pertama tidak pada triwulan satu dan

juga disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang

kesehatan ibu dan anak serta masih adanya ibu hamil yang tidak mengetahui kalau

dirinya hamil.
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Univariat

1. Cakupan Pelayanan Antenatal Care

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 69 orang responden di Puskesmas

Kabupaten Agam, didapatkan bahwa cakupan pelayanan Antenatal Care yang

baik ada sebanyak 38 (55,1%) responden , sedangkan pelaksanaan pelayanan

Antenatal Care yang kurang baik ada 31 (44,9%) responden.

Pemeriksaan antenatal merupakan pemeriksaan yang dilakukan atau

diberikan kepada seorang ibu hamil sampai saat persalinan. Pelayanan antenatal

sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium

serta intervensi umum dan khusus (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Banyak penyebab atau factor yang mendorong ibu hamil dalam

memutuskan untuk melakukan dan tidak melakukan pemeriksaan kehamilannya

atau antenatal care antara lain kerentanan yang ia rasakan, keseriusan yang

dirasakan tentang factor resiko dan resiko tinggi pada kehamilannya, manfaat dan

rintangan- rintangan yang dirasakan dan pendorong untuk bertindak (Kementerian

Kesehatan RI, 2010).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Indrastuti &

Mardian, 2019) tentang factor factor yang berhubungan dengan pemanfaatan

pelayanan antenatal di Puskesmas Kalongan Kabupaten Semarang, sebagian

besar (52,9%) responden tidak memanfaatkan pelayanan antenatal care.

Penelitian ini juga sejalan dengan (Manuputty, 2016) yang meneliti tentang factor

98
terkait jumlah kunjungan antenatal di Puskesmas Jayapura, dimana berdasarkan

hasil penelitian,

98
102

menunjukkan bahwa pekerjaan merupakan factor yang dapat mempengaruhi

kunjungan antenatal care.

Menurut penelitian (Alanazy et al., 2019) ibu hamil memandang

perawatan antenatal sebagai hal yang penting untuk kesehatan ibu dan bayi, tetapi

ada kendala untuk mendapatkannya antara lain kurangnya transportasi, pendidikan

ibu yang rendah dan fasilitas kesehatan yang tidak memadai.

Kebijakan publik adalah suatu arahan untuk melakukan atau tidak

melakukan tindakan tertentu sehingga menggerakkan seluruh sektor atau

perangkat pemerintahan dan menciptakan perubahan pada kehidupan yang terkena

dampak dari kebijakan tersebut. Ketetapan oleh pengambil kebijakan dengan

tujuan menyelesaikan permasalahan bersama/masyarakat (collective problem)

yang menjadi perhatian terpenuhi (public needs, degree of unmeet need), namun

untuk menyelesaikannya membutuhkan tindakan bersama (collective action) uang

bukan sekedar keputusan tunggal dan reaktif (Ayuningtyas, 2014). Disisi lain

Kebijakan sangat mempengaruhi kesuksesan sebuah program, tanpa adanya

kebijakan suatu kegiatan akan tanpa arah.

Hasil penelitian ini didukung dengan wawancara mendalam, diketahui

kebijakan pelayanan antenatal care (ANC) mengacu kepada kebijakan

kementerian kesehatan dan dilaksanakan pada tingkat Kabupaten/Kota.

Kabupaten/Kota kemudian membuat renstra berdasarkan target Kabupaten/Kota

serta diimplementasikan ke Puskesmas dilanjutkan pada masing-masing

pemegang program sampai ke bidan desa.

Menurut asumsi peneliti baik atau kurang baiknya cakupan pelayanan

antenatal care berdasarkan wawancara yang telah dilakukan yaitu disebabkan


103

oleh tinggi rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan ibu dan anak,

terutama tentang pemeriksaan kehamilan. Responden menganggap bahwa

memeriksakan kehamilan jika ada keluhan saat kehamilan. Selain itu kurang

baiknya cakupan pelayanan antenatal care juga bisa disebabkan oleh masih

adanya ibu hamil yang kontak pertama dengan tenaga kesehatan untuk

memeriksakan kehamilannya tidak pada triwulan satu. Pernyataan lain responden

bahwa tanpa periksa kehamilan ibu tetap melahirkan bayi yang sehat dan jika

kondisi badan ibu sehat maka tidak perlu melakukan pemeriksaan kehamilan.

Akan tetapi jika ditinjau dari hasil wawancara dan studi dokumen

terhadap cakupan pelayanan antenatal care sesuai standar karena masih ada

Puskesmas yang belum melakukan pencatatan dan pelaporan yang benar ini

terlihat dari isi buku KIA ibu hamil, dimana didalam pengisian buku KIA tersebut

pengisiannya belum lengkap sehingga informasi tentang kesehatan ibu dan anak

belum tergambar, perlu dilakukan pengawasan dan pemantauan yang lebih ketat

melalui bimbingan teknis oleh Dinas Kesehatan.

Sementara itu jika dilihat dari sarana dan prasarana yang ada diketahui

bahwa masih adanya kegiatan Posyandu dimana tempat pelaksanaannya

menumpang di rumah warga sehingga untuk pelayanan antenatal care tidak bisa

dilakukan. Kebutuhan sarana dan prasarana yang masih kurang mengharuskan

bidan di desa untuk membeli sendiri sarana tersebut. Sementara setiap Puskesmas

memiliki dana JKN yang 40%nya bisa di gunakan untuk melengkapi sarana dan

pra sarana tersebut.


104

2. Umur

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 69 orang responden di Puskesmas

Kabupaten Agam, didapatkan bahwa ibu hamil yang memiliki umur yang tidak

beresiko ada sebanyak 44 (63,8%) responden , sedangkan ibu hamil yang beresiko

ada 25 (36,2%) responden.

Umur ibu dapat dijadikan salah satu alat ukur dalam menetapkan diagnosa

apakah kehamilan atau persalinan beresiko atau tidak beresiko. Semakin rendah

umur seseorang dalam kehamilan, maka semakin beresiko terhadap kehamilan

dan persalinannya. Begitu juga sebaliknya semakin tinggi umur seseorang dalam

kehamilan dapat mempengaruhi keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada

persalinan yang akan dihadapi (Prawirohardjo. S., 2009).

Hasil penelitian (Indrastuti & Mardian, 2019) tentang pemanfaatan

pelayanan antenatal care di Puskesmas didapatkan hasil kategori umur yang tidak

beresiko sebesar 72,%%. Selain itu penelitian yang dilakukan (Paputungan, 2016),

terkait kunjungan antenatal yang dilakukan di Provinsi Papua, hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kunjungan

antenatal care, karena sebagian besar ibu hamil yang melakukan kunjungan

antenatal adalah antara umur 20-35 tahun dan umur tersebut bukan ibu hamil

yang beresiko.

Menurut asumsi peneliti semakin banyak pengetahuan dan pengalaman ibu

maka akan semakin baik pula dalam memanfaatkan pelayanan antenatal care

sehingga factor umur ibu yang beresiko tidak mempengaruhi ibu dalam

memanfaatkan pelayanan antenatal care.


105

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pada saat wawancara

mendalam sebagian besar umur ibu yaitu kelompok umur ibu yang tidak beresiko

jadi mereka cendrung memanfaatkan pelayanan antenatal care. Hal ini dapat

dilihat dari hasil wawancara mendalam yang peneliti lakukan kepada ibu hamil

yang menyatakan bahwa umur tidak mempengaruhi seorang ibu hamil untuk

memeriksakan kehamilannya.

3. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 69 orang responden di Puskesmas

Kabupaten Agam, didapatkan bahwa ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi

ada sebanyak 40 (58,0%) responden , sedangkan ibu hamil dengan pendidikan

rendah ada 29 (42,0%) responden.

Hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap lima orang ibu hamil,

hanya satu dari ibu hamil tersebut dengan pendidikan yang rendah dan sisanya

berpendidikan tinggi.

Menurut (Notoatmodjo, 2003), pendidikan dalam arti formal adalah suatu

proses penyampaian bahan/ materi pendidikan kepada sasaran pendidikan guna

pencapaian perubahan perilaku. (Siagian. S. P, 2003) menyatakan bahwa makin

tinggi pendidikan seseorang makin besar keinginan untuk memanfaatkan

pengetahuan dan keterampilan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Lumempouw et al., 2016) tentang

hubungan factor social ekonomi ibu hamil dengan keteraturan pemeriksaan

antenatal care terdapat sebesar 64,4 % responden memiliki pendidikan tinggi. Hal

senada juga diungkapkan oleh (Inaya, 2019) tentang hubungan pendidikan,


106

pekerjaan dan dukungan suami terhadap keteraturan kunjungan ANC pada ibu

hamil trimester III sebesar 61,5% responden memliki tingkat pendidikan

menengah.

Menurut asumsi peneliti pendidikan merupakan metode yang diterapkan

dilingkungan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

berpikir yang dimiliki masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang

dimiliki maka akan semakin baik pula cara berpikir yang dimiliki seseorang, hal

ini dikarenakan selama proses pendidikan seseorang akan dipaksa untuk

mengembangkan pola berpikir yang dimiliki untuk menangkap setiap materi yang

disampaikan.

Ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi sudah memiliki dasar untuk

bisa berpikir secara logis untuk menyikapi mengenai kunjungan antenatal care,

sebaliknya ibu hamil dengan pendidikan rendah belum bisa secara logis untuk

menyikapi mengenai cara pelaksanaan antenatal yang sesuai standar. Hal ini juga

didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada ibu hamil dengan

pendidikan tinggi menyatakan bahwa ibu tersebut akan melakukan pemeriksaan

kehamilan setiap satu bulan sekali ke fasilitas kesehatan.

4. Paritas

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 69 orang responden di Puskesmas

Kabupaten Agam, didapatkan bahwa ibu hamil yang memiliki paritas tinggi ada

sebanyak 34 (49,3%) responden , sedangkan ibu hamil dengan paritas rendah ada

35 (50,7%) responden.
107

Hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap lima orang ibu hamil,

hanya satu dari ibu hamil tersebut dengan paritas yang rendah dan sisanya ibu

dengan paritas tinggi.

Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu atau lebih

dengan berat lebih dari 500 gram. Usia kehamilan lebih dari 24 minggu dapat

digunakan untuk menghitung berat badan bayi jika tidak diketahui beratnya,

berdasarkan definisi diatas maka paritas dapat mempengaruhi kehamilan (Ralph

C.B dan Pernoll M.L., 2008)

Penelitian yang dilakukan oleh (Nababan & Sirait, 2020) tentang factor

yang berhubungan dengan kunjungan K4 pada ibu hamil terdapat sebesar 39,7 %

responden memiliki paritas tinggi. Hal senada juga diungkapkan oleh (Safitri et

al., 2016) tentang kontribusi factor predisposisi dan factor enabling terhadap

kepatuhan antenatal care pada ibu hamil sebesar 38,9% responden dengan paritas

tinggi.

Menurut asumsi peneliti ibu dengan paritas tinggi banyak melakukan

kunjungan antenatal yang tidak teratur. Beberapa responden menuturkan dirinya

sudah berpengalaman dalam kehamilan dan persalinan, sehingga tidak terlalu

khawatir lagi seperti saat kehamilan sebelumnya, sedangka ibu dengan paritas

rendah merasa bahwa pemeriksaan kehamilan merupakan suatu kewajiban yang

harus dilakukan setiap mengalami kehamilan, bukan hanya pada kehamilan

tertentu saja sehingga dengan kunjungan antenatal yang teratur sesuai standar,

maka dapat segera dideteksi masalah pada saat kehamilan.

Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada ibu

hamil dengan menyatakan bahwa ibu hamil dengan paritas tinggi > 4 sudah
108

memahami kehamilannya, jadi jika tidak ada keluhan maka ibu rasa tidak perlu

mengunjungi fasiltas kesehatan kecuali kalau ibu dalam keadaan sakit.

5. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 69 orang responden di Puskesmas

Kabupaten Agam, didapatkan bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan tinggi

ada sebanyak 37 (53,6%) responden , sedangkan ibu hamil dengan pengetahuan

rendah ada 32 (46,4%) responden.

Dari hasil wawancara mendalam dengan informan diketahui bahwa tenaga

yang berperan dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan antenatal

care diwilayah kerja Puskesmas Kabupaten Agam belum semuanya terpenuhi

tetapi sudah dapat melaksanakan pelayanan antenatal, tenaga ini terdiri dari unsur

kesehatan seperti dokter dan bidan, selanjutnya ada tenaga penjangkau yang

berasal dari masyarakat yaitu kader.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu obyek dan pengindraan terjadi melalui indra

penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa, dan raba. Pengetahuan/kognisi

merupakan domain yang sangat penting untuk terbetuknya tindakan seseorang.

Pada umumnya seseorang memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber baik

atas inisiatif sendiri maupun orang lain (Notoatmodjo, 2005).

Sumber daya manusia merupakan unsur penting dalam penyelenggaraan

suatu organisasi agar bisa tetap bertahan di masa yang akan datang dimana

pesaing akan menjadi hebat maka pemerintah Kota/Kabupaten harus dilengkapi

dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan mengelola pemerintahan.


109

Tenaga merupakan unsur yang sangat vital dalam pelaksanaan kegiatan, tanpa

adanya tenaga yang menjalankannya, suatu kegiatan tidak akan berjalan (Siagian,

2011).

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh (Nurlaelah et al., 2014)

tentang factor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care menunjukkan

bahwa terdapat 52,4 % responden dengan tingkat penegetahuan yang cukup dan

47,6 % dengan tingkat pengetahuan kurang. Berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Mamalanggo, 2019) tentang hubungan antara pengetahuan, sikap

ibu serta dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan antenatal care

menunjukkan bahwa paling banyak ibu memiliki pengetahuan yang baik yaitu

sebesar 59.3%.

Menurut asumsi peneliti jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik

tentu akan mempunyai pemikiran yang lebih rasional dan akan lebih mudah

menerima serta melaksanakan pemeriksaan antenatal secara teratur sesuai dengan

standar yang ada, karena pengetahuan sangat mempengaruhi perilaku ibu hamil

dalam melaksanakan pelayanan antenatal care, pengetahuan yang baik tentang

pemeriksaan kehamilan akan mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya.

Pengetahuan ibu yang baik akan meningkatkan kepeduliannya terhadap

kehamilannya sehingga ibu termotivasi untuk memanfaatkan pelayanan antenatal

care. Hal ini tidak terlepas dari peran petugas kesehatan atau kader sebagai tenaga

penjangkau yang akan memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya kepada

ibu hamil tentang kesehatan ibu dan anak.

Akan tetapi jika dilihat dari kondisi tenaga yang dilaksanakan pada

penelitian kualitatif dan wawancara mendalam kepada informan untuk


110

pelaksanaan pelayanan antenatal, dari segi kuantitas Kabupaten Agam kekurangan

SDM tenaga bidan di Puskesmas dan dari segi kualitas pelayanan yang diberikan

oleh bidan beragam, oleh karena itu untuk peningkatan kualitas pelayanan

dilakukan pelatihan, pembinaan, pada masing- masing Puskesmas

Dari hasil wawancara belum semua jorong yang ada di Puskesmas

Kabupaten Agam memiliki bidan desa. Disamping itu masih kurangnya tenaga

yang telah mengikuti pelatihan pelatihan yang berorientasi tentang kesehatan ibu

dan anak sehingga sangat diperlukan pelatihan berjenjang yang dilaksanakan

untuk pelatihan tenaga Puskesmas dengan menghadirkan Nara Sumber Propinsi

dan pelatihan dilakukan di masing masing Puskesmas dengan nara sumber

penanggung Jawab Kesehatan Ibu dan Anak Dinkes dan petugas Puskesmas yang

telah dilatih. Disamping itu perlu dilakukan Bimtek yang lebih terpadu untuk

peningkatan kemampuan petugas pelaksana pelayanan antenatal care. Selain dari

pelatihan serta bimtek terpadu perlunya melibatkan tenaga penjangkau seperti

kader didalam pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya

pelaksanaan pelayanan antenatal care.

6. Sikap

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 69 orang responden di Puskesmas

Kabupaten Agam, didapatkan bahwa ibu hamil dengan sikap positif ada sebanyak

43 (62,3%) responden , sedangkan ibu hamil dengan sikap negative ada 26

(37,7%) responden.

(Azwar. A., 1995) mendefinisikan sikap dikatakan sebagai suatu respon

evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu
111

stimulan yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti

bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh

proses evaluasi dari individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus. Dalam

bentuk nilai baik-buruk, positif- negatif, menyenangkan, tidak menyenangkan,

yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap obyek sikap.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Indrastuti & Mardian, 2019) tentang

pemanfaatan pelayanan antenatal care di Puskesmas menunjukkan sebanyak

47,1% responden memiliki sikap yang kurang dan sebanyak 52,9% responden

memiliki sikap yang baik. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Mamalanggo, 2019) tentang hubungan antara pengetahuan, sikap ibu serta

dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan antenatal care sebanyak 58,0%

ibu memiliki sikap yang baik.

Menurut asumsi peneliti, sikap sesorang terhadap suatu hal akan

menunjukkan seberapa baik pengetahuan orang tersebut dan informasi yang

mereka dapatkan akan mempengaruhi responden untuk menerima secara positif

(mendukung) begitu juga sebaliknya, hal ini dibuktikan dengan adanya pernyataan

responden yang mengatakan bahwa kunjungan antenatal harus dilakukan dengan

lengkap. Hal senada juga disampaikan oleh ibu hamil pada saat dilakukan

wawancara mendalam bahwa ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan

setiap bulan ke fasilitas kesehatan yang berguna untuk mengetahui keadaan janin

yang sedang dikandungnya.


112

7. Jarak

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 69 orang responden di Puskesmas

Kabupaten Agam, didapatkan bahwa jarak pelayanan baik ada sebanyak 62

(89,9%) responden , sedangkan jarak pelayanan kurang baik ada 7 (10,1%)

responden.

Menurut (Depkes RI, 2006), hubungan antara lokasi pemeriksaan dengan

tempat tinggal ibu hamil dapat diukur dengan satuan jarak, waktu tempuh,

ataupun biaya tempuh bergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya

yang ada. Kondisi geografis secara umum penduduk pedesaan jauh dari

Puskesmas dan maupun rumah sakit sebagai tempat pemeriksaan kehamilan

sering kali menyebabkan ibu hamil sulit untuk melakukan pemeriksaan

kehamilannya.

Penelitian yang dilakukan oleh (Rachmawati et al., 2017) menunjukkan

bahwa kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan antenatal dipengaruhi

oleh factor usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas , pengetahuan, sikap dan

jarak tempat tinggal, hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Wuryani, 2019) tentang analisa determinan yang berhubungan dengan kunjungan

pemeriksaan kehamilan menunjukkan bahwa jarak pelayanan yang jauh maupun

dekat tidak mempengaruhi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.

Menurut asumsi peneliti ibu hamil tidak akan sulit mendapatkan pelayanan

kesehatan jika tempat tinggal ibu tersebut mudah dijangkau begitu pula

sebaliknya. Hal ini juga didapat dari hasil wawancara mendalam yang telah

dilakukan kepada beberapa orang hamil yang mengatakan bahwa jarak ke fasilitas
113

kesehatan tidak terlalu jauh sehingga ibu hamil mudah menjangkaunya karena

memiliki alat transportasi.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada kepala

Puskesmas, bahwa tidak ada hambatan didalam akses ibu hamil menuju fasilitas

kesehatan karena dengan adanya bidan di Puskesmas Pembantu, Poskesri dan

Polindes bisa menjadi perpanjangan tangan Puskesmas untuk memberikan

pelayanan kesehatan pada ibu hamil, sehingga ibu hamil tidak perlu datang ke

Puskesmas kecuali jika harus memerlukan perawatan lanjutan. Walaupun

kenyataannya tidak semua jorong memiliki bidan desa, tetapi Puskesmas tetap

mengupayakan bagaimana seluruh ibu hamil bisa terakses oleh tenaga kesehatan.

8. Dukungan Suami

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 69 orang responden di Puskesmas

Kabupaten Agam, didapatkan bahwa ibu hamil yang mendapat dukungan suami

yang baik ada sebanyak 36 (52,2%) responden , sedangkan dukungan suami

kurang baik ada 33 (47,8%) responden.

Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan kepada lima orang ibu

hamil menyatakan bahwa untuk pemeriksaan kehamilan suami memberikan

dukungan penuh, termasuk didalamnya pemenuhan biaya untuk pemeriksaan

kehamilan, hanya saja ada beberapa ibu hamil yang datang untuk pemeriksaan

kehamilan tidak ditemani oleh suami, sehingga bidan hanya memberikan hasil

pemeriksaan kesehatan ibu hanya kepada ibu hamil tersebut, tetapi ada juga ibu

hamil yang ditemani suami tetapi suami tidak ikut ketika ibu dilakukan

pemeriksaan oleh tenaga kesehatan.


114

Menurut (Nursalam dan Kurniati, 2007) dukungan sangat di butuhkan ibu

hamil terutama ibu hamil dengan usia kehamilan mendekati masa melahirkan.

Individu yang termasuk berperan dalam memberikan dukungan adalah suami,

orang tua, anak, sanak keluarga, teman , tenaga kesehatan, atasan dan konselor.

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh (Inaya, 2019) tentang

hubungan pendidikan, pekerjaan dan dukungan suami terhadap keteraturan

kunjungan ibu hamil trimester III menunjukkan bahwa sebnayak 30 responden

(57,5%) responden mendapat dukungan dari suami. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Rachmawati et al., 2017) diketahui bahwa

kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan antenatal care (ANC)

dipengaruhi oleh factor usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan,

sikap, jarak tempat tinggal, penghasilan keluarga, sarana media informasi,

dukungan suami, dukungan kelaurga serta dukungan dari petugas kesehatan.

Menurut asumsi peneliti, dukungan suami terhadap pelaksanaan pelayanan

antenatal care terhadap istrinya perlu dimaksimalkan dan didalam program KIA

khususnya pelaksanaan pemeriksaan kehamilan pada istrinya sehingga suami tahu

bagaiamana kondisi serta keadaan kehamilan ibu.

Hal ini juga dibuktikan dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan

pada Bidan Koordinator dan bidan desa dalam hal pelaksanaan kelas ibu hamil,

dimana setiap pelaksanaan kelas ibu hamil yang seyogyanya harus diikuti atau

dihadiri oleh suami, dalam hal ini suami tidak pernah ikut atau hadir dalam kelas

ibu hamil tersebut, tetapi untuk pelaksanaan kelas ibu hamil tersebut suami sangat

memberikan dukungan, berbagai alasan mengapa suami tidak ikut dalam kelas ibu
115

hamil, salah satunya disebabkan karena suami yang sedang mencari nafkah

sehingga tidak bisa ikut hadir pada saat pelaksanaan kelas ibu hamil.

B. Pembahasan Bivariat

1. Hubungan Umur dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care

Hasil uji statistik dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p =

0,523, dimana p > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang

bermakna antara umur dengan cakupan pelayanan antenatal care.

Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan

tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,

berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus

siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi (Iis Sinsin, 2008).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Indrastuti & Mardian, 2019) tentang pemanfaatan pelayanan antenatal di

Puskesmas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan

pemanfaatan pelayanan antenatal care karena sebagian besar ibu di wilayah kerja

Puskesmas tersebut termasuk kelompok umur tidak beresiko. Dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,956. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Paputungan, 2016) terkait kunjungan antenatal care yang

dilakukan di provinsi Papua, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara umur dengan kunjungan antenatal care.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang tidak beresiko memiliki

persentase yang lebih tinggi dalam pelaksanaan pelayanan antenatal care. Hasil

ini sejalan dengan aspek kebutuhan layanan antenatal care dimana seharusnya
116

lebih diutamakan pemenuhannya pada kelompok umur yang beresiko karena

tingkat kerentanan kehamilan dan potensi komplikasi kehamilan yang lebih tinggi

dibanding kelompok umur yang tidak beresiko. Pada umur dibawah 20 tahun

Rahim belum tumbuh mencapai ukuran dewasa, akibatnya ibu hamil pang pada

umur tersebut kemungkinan mengalami persalinan yang lama atau gangguan

gangguan lainnya karena ketidak siapan ibu menerima tanggung jawab sebagai

orang tua. Sedangkan pada umur 35 tahun lebih, kesehatan ibu sudah mulai

menurun, akibatnya ibu hamil pada umur tersebut mempunyai kemungkinan lebih

besar mengalami persalinan lama dan perdarahan.

Menurut asumsi peneliti umur tidak mempengaruhi ibu hamil untuk

melakukan kunjungan antenatal care disebabkan karena sebagian besar responden

yaitu umur ibu berada pada kelompok umur ibu yang tidak beresiko sehingga

mereka cendrung memanfaatkan pelayanan antenatal care. Umur yang tidak

beresiko lebih memiliki kesiapan bagi seorang perempuan untuk hamil antara lain

harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi. Semakin banyak

pengetahuan dan pengalaman ibu maka akan semakin baik pula dalam

melaksanakan pelayanan antenatal care sehingga factor umur ibu yang beresiko

tidak mempengaruhi ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Ini juga

didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan pada ibu hamil bahwa ibu

menyatakan bahwa umur tidak menjadi masalah utama bagi ibu untuk

mendapatkan pelayanan antenatal care baik di Puskesmas maupun di Puskesmas

Pembantu.
117

2. Hubungan Pendidikan dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care

Hasil uji statistik dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p =

0,028, dimana p < 0,05. maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna

antara pendidikan dengan cakupan pelayanan antenatal care.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh (Siagian. S. P, 2003) menyatakan

bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin besar keinginan untuk

memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan. Tingkat pendidikan diukur dengan

rata-rata lamanya penduduk dalam usia kerja telah mengikuti sekolah, tingkat

pendidikan di Indonesia masih rendah. Sekitar 70% angkatan kerja Indonesia

dalam tahun 2000 masih berpendidikan maksimum sekolah dasar, kemudian

meliputi banyak lulusan SLTP, SLTA dan perguruan tinggi namun kompetensinya

pada umumnya rendah. Pekerja Indonesia juga kurang terbiasa menambah

pengetahuan dan kemampuannya melalui belajar sendiri, membaca buku-buku

bacaan dan pedoman kerja, kebanyakan lebih menyukai menerima penjelasan

langsung dengan bertatap muka (Simanjuntak. P. J, 2005).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Inaya,

2019) tentang hubungan pendidikan, pekerjaan dan dukungan suami terhadap

keteraturan kunjungan ANC pada ibu hamil trimester III menunjukkan ada

hubungan antara pendidikan dengan keteraturan kunjungan ANC pada ibu hamil

trimester III, ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi akan memeriksakan

kehamilannya secara rutin untuk mengetahui bagaiamana perkembangan janinnya.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Safitri et

al., 2016) tentang kontribusi factor predisposisi dan factor enabling terhadap

kepatuhan antenatal care pada ibu hamil bahwa pendidikan ibu hamil memiliki
118

kontribusi yang signifikan terhadap kepatuhan ibu hamil melakukan pemeriksaan

antenatal care , pendidikan ibu yang rendah menyebabkan kurangnya

pengetahuan ibu tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.

Menurut asumsi peneliti, tingkat pendidikan ibu yang rendah dapat

menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan termasuk didalamnya

tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang berpendidikan

memiliki pemahaman yang lebih mengenai masalah kesehatan sehingga

mempengaruhi sikap mereka terhadap kehamilannya sendiri maupun pemenuhan

gizinya selama hamil. Seseorang yang berpendidikan tinggi memiliki rasa ingin

tahu yang besar sehingga mendorong ibu hamil mencari tahu informasi mengenai

kehamilannya serta menanyakan keluhan-keluhan yang dirasakan selama

kehamilan.

Dalam penelitian ini sebagian responden berpendidikan tinggi sehingga

memberikan respon yang baik dalam pelaksanaan pelayanan antenatal care.

Semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin tinggi pula dalam memanfaatkan

pelayanan antenatal care sehingga terwujudnya pelayanan antenatal care yang

berkualitas.

Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan dengan Kepala Puskesmas

menyatakan bahwa pendidikan yang tinggi dan pengetahuan yang baik akan

membuat ibu hamil mudah menerima informasi dan melakukan pemeriksaan

kehamilan dengan teratur, Ibu hamil yang berpendidikan tinggi akan

memeriksakan kehamilannya sesuai stnadar demi menjaga keadaan kesehatan

dirinya dan anak dalam kandungannya,


119

Hal yang sama juga disampaikan oleh Bidan Koordinator bahwa ibu yang

tingkat pendidikannya rendah berpengaruh terhadap pemahaman ibu tentang

kesehatan ibu dan anak karena menyebabkan rendahnya pengetahuan ibu tentang

bagaimana perawatan yang akan dilakukan selama kehamilan. Media sosial sangat

membantu ibu didalam memperoleh informasi, karena di media sosial juga ibu

bias mendapatkan informasi tentang seputar kesehatan ibu dan anak atau grup

untuk saling sharing tukar pendapat dan informasi seputar ibu hamil termasuk

tentang pemeriksaan kehamilan. Dengan saling sharing menjadikan pengetahuan

ibu hamil menjadi bertambah dan inovatif sehingga meskipun berpendidikan

rendah mereka memiliki pengetahuan yang baik walaupun tidak menduduki

bangku sekolah tinggi. Persepsi bahwa orang yang berpendidikan tinggi akan

memiliki pengetahuan banyak ataupun baik akan tetapi jikalau mereka tidak

menggali informasi secara terus-menerus, mereka hanya monoton untuk

memahami bidang yang mereka geluti tanpa ingin mengetahui bidang lain yang

bermanfaat. Melalui kelas ibu hamil diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

ibu bagaimana cara perawatan yang dilakukan oleh ibu selama kehamilannya.

3. Hubungan Paritas dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care

Hasil uji statistik dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p =

0,021, dimana p < 0,05. maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna

antara paritas dengan cakupan pelayanan antenatal care.

Ibu yang baru pertama kali hamil maka akan merasakan suatu hal yang

baru dalam hidupnya sehingga sangat memotivasi ibu untuk melakukan

pemeriksaan kehamilannya kepada tenaga kesehatan. Hal ini berbanding terbalik


120

dengan ibu hamil yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang anak

sebelumnya, mereka beranggapan bahwa sudah lebih berpengalaman dalam

kehamilan selanjutnya sehingga tidak termotivasi untuk melakukan pemeriksaan

kehamilan kepada tenaga kesehatan (Manuaba, 2001).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Wuryani, 2019) menyatakan bahwa paritas memiliki pengaruh yang kompleks

terhadap inisiatif untuk melakukan kunjungan ANC.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Safitri et

al., 2016) tentang kontribusi factor predisposisi dan factor enabling terhadap

kepatuhan antenatal care pada ibu hamil bahwa paritas ibu hamil memiliki

kontribusi yang signifikan terhadap kepatuhan ibu hamil melakukan pemeriksaan

antenatal care , paritas ibu yang tinggi menyebabkan kurangnya kesempatan ibu

untuk memeriksakan kehamilannya.

Menurut asumsi peneliti, semakin tinggi paritas ibu maka semakin tinggi

kematian maternal, sehingga pada ibu hamil diharapkan agar lebih sering

memeriksakan diri pada petugas kesehatan secara teratur. Hal ini akan berbeda

jika ibu tersebut sudah memiliki anak > 4, ibu kadang merasa tidak perlu lagi

memeriksakan kehamailannya dengan alas an ibu sudah belajar dari kehamilan

sebelumnya. Sementara ibu tidak memahami bahwa setiap terjadi kehamilan pada

seorang ibu baik keluhan atau masalahnya tidak sama sehingga ibu tidak bias

menjadikan kehamilan sebelumnya sebagai tolak ukur bagi ibu untuk

kehamilannya saat ini.

Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan dengan Kepala Puskesmas

menyatakan bahwa ibu dengan paritas tinggi dan pengetahuan yang baik akan
121

membuat ibu hamil mudah menerima informasi dan melakukan pemeriksaan

kehamilan dengan teratur, Ibu hamil yang berpendidikan tinggi akan

memeriksakan kehamilannya sesuai standar demi menjaga keadaan kesehatan

dirinya dan anak dalam kandungannya,

Hal yang sama juga disampaikan oleh Bidan Koordinator bahwa ibu yang

paritas tinggi berpengaruh terhadap pemahaman ibu tentang kesehatan ibu dan

anak karena rendahnya pengetahuan ibu tentang bagaimana perawatan yang akan

dilakukan selama kehamilan, biasanya hanya mempedomi kehamilan sebelumnya.

Media sosial sangat membantu ibu didalam memperoleh informasi, karena di

media sosial juga ibu bisa mendapatkan informasi tentang seputar kesehatan ibu

dan anak atau grup untuk saling sharing tukar pendapat dan informasi seputar ibu

hamil termasuk tentang pemeriksaan kehamilan. Dengan saling sharing

menjadikan pengetahuan ibu hamil menjadi bertambah dan inovatif sehingga

meskipun berpendidikan rendah mereka memiliki pengetahuan yang baik

walaupun tidak menduduki bangku sekolah tinggi. Melalui kelas ibu hamil

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu bagaimana cara perawatan yang

dilakukan oleh ibu selama kehamilannya.

4. Hubungan Pengetahuan dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care

Hasil uji statistik dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p =

0,000, Dimana p < 0,05. maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan cakupan pelayanan antenatal care.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan (Notoatmodjo,

2007) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan result dan akibat proses


122

penginderaan sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran.

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari

berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk,

petugas kesehatan dan sebagainya.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan

pengeinderaan terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Untuk mendapatkan pengetahuan diperlukan proses

belajar, dengan belajar akan dapat terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan

tingkah laku tersebut bisa mengarah yang lebih baik jika individu tersebut

menganggap bahwa itu bermanfaat, tetapi juga ada kemungkinan mengarah

kepada tingkah laku yang lebih buruk jika individu menganggap objek yang

dipelajari tidak sesuai dengan keyakinannya (Sediaoetama., 2000).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Mamalanggo, 2019) tentang hubungan antara pengetahuan, sikap ibu serta

dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan antenatal care diketahui bahwa

ibu memiliki pengetahuan baik dengan kunjungan antenatal care yang teratur,

sedangkan pengetahuan kurang baik dengan kunjungan antenatal care yang

kurang teratur, terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kunjungan

antenatal care (ANC). Penelitian senada juga dilakukan oleh (Indrastuti &

Mardian, 2019) tentang pemanfaatan pelayanan antenatal care di Puskesmas

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan

pemanfaatan pelayanan antenatal care. Adanya hubungan ini karena distribusi

responden dengan pengetahuan yang baik, lebih memanfaatkan pelayanan

antenatal care dari pada ibu dengan pengetahuan kurang.


123

Menurut asumsi peneliti, pengetahuan sangat berperan dalam menentukan

bagaimana seseorang bertindak. Ketika ibu hamil mengetahui manfaat dan jadwal

antenatal care, maka kemungkinan besar akan melakukan pemeriksaan kehamilan

secara teratur. Apabila ibu hamil memiliki pengetahuan yang rendah tentang

pentingnya kunjungan antenatal maka ibu hamil tersebut tidak rutin

memeriksakan kehamilannya begitu juga sebaliknya. Pengetahuan tersebut dapat

diperoleh dari petugas kesehatan, keluarga atau media massa.

Berdasarkan pernyataan responden yang mengatakan bahwa informasi

tentang kesehatan ibu hamil selama hamil hanya didapat ibu jika ibu tersebut

datang ke fasilitas kesehatan tetapi informasi atau promosi berupa poster, spanduk

atau baliho tidak pernah dilihat oleh ibu. Jika seseorang memiliki pengetahuan

yang baik tentu akan rasional dan akan lebih mudah menerima serta melakukan

kunjungan antenatal care secara teratur.

Pengetahuan tidak hanya didapatkan dari bangku sekolah saja melainkan

juga dengan pengalaman hidup sehari-hari. Dengan pengetahuan yang baik atau

tinggi diharapkan ibu hamil dapat melaksanakan pemeriksaan antenatal care

sesuai standar. Pengetahuan ibu hamil yang tinggi bisa saja disebabkan oleh ibu

mendapatkan informasi tentang kesehatan ibu dan anak dari berbagai sumber, baik

dari petugas kesehatan melalui penyuluhan di posyandu, media sosial dan

elektronik. Meskipun pengetahuan bukan faktor langsung yang berpengaruh

terhadap pelaksanaan pelayanan antenatal, namun pengetahuan merupakan

komponen yang sangat penting. Ibu merupakan orang yang berperan penting di

dalam rumah tangga untuk merawat dan memberikan asuhan kepada anak

anaknya. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan ibu dan anak khusunya
124

pelayanan antenatal care merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kualitas pelayanan antenatal yang diterima ibu. Semakin banyak pengetahuan ibu

tentang kesehatan ibu dan anak semakin mampu pula ibu memberikan asuhan

yang terbaik terhadap kesehatan dirinya maupun anak anaknya .

Menurut Bidan koordinator bahwa pengetahuan sebenarnya bisa didapat

ibu melalui kelas ibu hamil, namun berdasarkan wawancara dengan ibu hamil

mereka jarang mengikuti kelas ibu hamil bahkan ada yang sama sekali tidak

pernah mengikuti kelas ibu hamil tersebut dengan alasan sibuk mengurus anak

yang masih kecil ataupun dengan alasan tidak memahami tentang kelas ibu hamil.

Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh bidan desa yang ada di

Puskesmas Kabupaten Agam, sebagian besar ibu hamil kurang antusias untuk

mengikuti kelas ibu hamil yang dilaksanakan 4 kali, dengan mengikuti kelas ibu

hamil dapat meningkatkan pengetahuan ibu terkait kehamilan sehingga ibu mau

melaksanakan pelayanan antenatal secara rutin, namun dalam pelaksanaanya di

wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Agam masih kurang maksimal. Berdasarkan

keterangan dari bidan desa masih ada ibu hamil yang tidak mengetahui kalau

dirinya hamil sehingga setelah trimester dua baru melakukan pemeriksaan

kehamilan ke sarana kesehatan.

5. Hubungan Sikap dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care

Hasil uji statistik dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p =

0,016, dimana p < 0,05. maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna

antara sikap dengan cakupan pelayanan antenatal care.


125

Hasil penelitian ini diperkuat oleh (Notoatmodjo, 2007) menyatakan suatu

sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk praktek. Terwujudnya sikap menjadi

perbuatan yang nyata (praktek) diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang

memungkinkan. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk

bertindak. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi

terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Dan sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap obyek.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Mamalanggo, 2019) tentang hubungan antara pengetahuan, sikap ibu, serta

dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan antenatal care menunjukkan

hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan antenatal care. Penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Djonis, 2014) tentang hubungan

pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan pemanfaatan antenatal care dimana

sikap ibu hamil memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pemanfaatan

pelayanan antenatal care , dimana sikap seseorang menunjukkan seberapa baik

pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh (Tesfaye et al., 2020) tentang faktor

penghambat pemanfaatan layanan kesehatan ibu di Ethiopia Timur salah satunya

adalah sikap negatif yang dimiliki oleh ibu serta persepsi masyarakat yang keliru.

Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan

yang bermakna antara sikap ibu dengan pelaksanaan pelayanan antenatal yang

berkualitas, sikap merupakan kecendrungan berpikir, berpersepsi dan bertindak.

Sikap melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan seperti rasa suka,

tidak suka, setuju, tidak setuju dan sikap baik dan tidak baik. Sikap dan keyakinan
126

berpengaruah terhadap proses pelaksanaan pelayanan antental care, respon ibu

tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi

keteraturan ANC. Adanya sikap yang baik tentang pelaksanaan pelayanan

antenatal mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan diri dan

janinnya

Dalam penelitian ini sebagian responden bersikap positif dalam

pelaksanaan pelayanan antenatal care. Semakin baik sikap ibu maka semakin

tinggi pula dalam memanfaatkan pelayanan antenatal care sehingga terwujudnya

pelayanan antenatal care yang berkualitas. Begitu pun sebaliknya jika sikap ibu

negative maka semakin rendah pula dalam melaksanakan pelayanan antenatal.

Hasil penelitian inu juga diperkuat dengan hasil penelitian kualitatif

dengan wawancara, bahwa ibu sudah mempunyai sikap yang positif terhadap

pemeriksaan kehamilan, namun masih ada ibu yang belum melakukan

pemeriksaan kehamilan secara rutin dan sesuai dengan standar.

Berdasarkan wawancara dengan Bidan Koordinator masih ada ibu yang

melakukan pemeriksaan awal atau kontak pertama kehamilan setelah mengetahui

hamil lebih dari 3 atau 4 bulan. Sikap ibu ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan

ibu tentang antenatal care, berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada

saat mengumpulkan data, bahwa informasi pelayanan antenatal didapat ibu jika

ibu datang ke fasilitas kesehatan jikalau ibu tidak datang maka ibu tidak

mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu selama hamil dan bahkan ada

yang mengatakan bahwa selama hamil petugas kesehatan tidak pernah

mengunjungi ibu hamil tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sikap yang positif
127

memberikan reaksi atau tingkah laku yang terbuka pada ibu hamil untuk

melaksanakan pemeriksaan kehamilan sementara sikap yang negative.

6. Hubungan Jarak dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care

Hasil uji statistik dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p =

0,007, dimana p < 0,05. maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna

antara jarak dengan cakupan pelayanan antenatal care.

Menurut (Depkes RI, 2006), hubungan antara lokasi pemeriksaan dengan

tempat tinggal ibu hamil dapat diukur dengan satuan jarak, waktu tempuh,

ataupun biaya tempuh bergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya

yang ada. Kondisi geografis secara umum penduduk pedesaan jauh dari

Puskesmas dan maupun rumah sakit sebagai tempat pemeriksaan kehamilan

sering kali menyebabkan ibu hamil sulit untuk melakukan pemeriksaan

kehamilannya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Safitri

et al., 2016) tentang kontribusi factor predisposisi dan factor enabling terhadap

kepatuhan antenatal care pada ibu hamil bahwa jarak pelayanan kesehatan

memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kepatuhan ibu hamil melakukan

pemeriksaan antenatal care , dimana jarak merupakan komponen kedua yang

memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan antenatal.

Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh (Khan, 2012) pada

komunitas ibu di Pakistan yang menyatakan bahwa salah satu penyebab ibu hamil

tidak melakukan kunjungan adalah karena sulitnya ibu hamil dalam mengakses

pelayanan kesehatan akibat lokasinya yang terlalu jauh.


128

Menurut asumsi peneliti dan wawancara mendalam yang telah dilakukan,

semakin jauh jarak fasilitas kesehatan dari tempat tinggal ibu hamil serta semakin

sulit akses menuju ke fasilitas kesehatan akan menurunkan motivasi ibu hamil

untuk melakukan kunjungan ANC, jauhnya jarak akan membuat ibu berfikir dua

kali untuk melakukan kunjungan karena akan memakan banyak tenaga dan waktu

setiap melakukan kunjungan, Ibu yang tidak memiliki transportasi dan harus

berjalan kaki menuju ke tempat pelayanan kesehatan mayoritas memiliki angka

kunjungan kurang dari 4 kali selama kehamilannya sehingga pelayanan yang

diterima ibu berdasarkan standart kuantitasnya tidak terpenuhi.

7. Hubungan Dukungan Suami dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care

Hasil uji statistik dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p =

0,001, dimana p < 0,05. maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna

antara dukungan suami dengan cakupan pelayanan antenatal care.

Dalam pengambilan keputusan untuk melakukan kunjungan ANC

dukungan suami yang paling besar adalah dalam bentuk memberikan izin pada

istrinya untuk melakukan pemeriksaan antenatal care , karena dalam hal ini izin

suami sangat penting bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal

care dan mendukung ibu hamil untuk datang ke pelayanan kesehatan, serta

membantu ibu hamil pada saat-saat penting (Depkes RI, 2006).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rachmawati

et al., 2019) diketahui bahwa kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan

antenatal care (ANC) dipengaruhi oleh faktor dukungan suami, dimana suami

ikut andil didalam kunjungan antenatal yang dilakukan oleh ibu.


129

Penelitian yang dilakukan oleh (Tesfaye et al., 2020) tentang faktor

penghambat pemanfaatan layanan kesehatan ibu di Ethiopia Timur salah satunya

adalah kurangnya keterlibatan suami didalam layanan perawatan kehamilan ibu.

Hal senada juga juga diungkapkan oleh (Uldbjerg et al., 2020) tentang hambatan

dalam pemanfaatan layanan perawatan antenatal di Uganda Utara diketahui bahwa

salah satu faktor yang menghambat di dalam pemanfaatan pelayanan antenatal

adalah kurangnya dukungan suami untuk mendorong ibu hamil memeriksakan

dirinya.

Menurut asumsi peneliti, dukungan yang diberikan suami menyebabkan

perilaku ibu positif sehingga mampu mengajak ibu hamil untuk melakukan

pemeriksaan kehamilan karena berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan

pada ibu hamil, umumnya ibu hamil datang sendiri dan tidak ditemani suami pada

saat memeriksakan kehamilannya ke fasilitas kesehatan.

Dukungan suami sangat memegang peranan penting dalam perilaku ibu

untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya, Hal tersebut oleh karena

kekhawatiran dari keluarga terhadap masa kehamilan yang merupakan gerbang

untuk menghadapi persalinan, semakin baik pemeriksaan kehamilannya maka

pihak keluarga akan semakin tenang untuk menghadapi persalinan, karena dapat

mengetahui kondisi keahmilnnya serta kesehatan ibu dan bayinya.

Sebagai calon seorang ayah, sikap suami terhadap ibu hamil, yang didalam

hal ini adalah istrinya, sangat menentukan rasa sayangnya terhadap kesehatan istri

dan calon anaknya. Melalui dukungan suami yang baik, sebagai pendamping

terdekat ibu, semakin tinggi dorongan yang didapatkan ibu hamil untuk menjaga
130

kehamilnnya, sehingga ibu termotivasi untuk melakukan kunjungan antenatal

sesuai dengan standar.

C. Pembahasan Multivariat

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan variabel yang paling berpengaruh

terhadap Pelaksanaan pelayanan antenatal berkualitas di Puskesmas Kabupaten

Agam tahun 2020 dalah pengetahun ibu dengan nilai Value paling rendah yaitu

0.000 dengan OR 178.373 dengan rentang CI 95% (17.198 – 1849.992) berarti

pengetahuan ibu mempunyai peluang 178 kali untuk mengikuti pelayanan

antenatal care yang baik dan begitu sebaliknya.

Sesuai teori, pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang

dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janinnya secara berkala, yang diikuti

dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Pemeriksaan

antenatal dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan terdidik dalam bidang

kebidanan, yaitu bidan, dokter dan perawat yang sudah terlatih. Tujuannya adalah

untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas

dengan baik dan selamat. Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama

kehamilan, dengan ketentuan satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan

sebelum 14 minggu), satu kali selama trimester kedua (antara 14 sampai dengan

28 minggu), dan dua kali selama trimester ketiga (antara minggu 28 s/d 36

minggu dan setelah 36 minggu) (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu obyek dan pengindraan terjadi melalui indra

penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa, dan raba. Pengetahuan/kognisi


131

merupakan domain yang sangat penting untuk terbetuknya tindakan seseorang.

Pada umumnya seseorang memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber baik

atas inisiatif sendiri maupun orang lain (Notoatmodjo, 2005).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Mamalanggo, 2019) tentang hubungan antara pengetahuan, sikap ibu, serta

dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan antenatal care menunjukan

hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan antenatal care. Penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Djonis, 2014) tentang hubungan

pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan pemanfaatan antenatal care dimana

pengetahuan ibu hamil memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pemanfaatan

pelayanan antenatal care.

Menurut asumsi peneliti pengetahuan ibu hamil terhadap layanan

pemeriksaan kehamilan mempengaruhi kepatuhannya dalam melakukan

pemeriksaan kehamilan. Pengetahuan yang tinggi atau respon yang baik

mencerminkan kepeduliannya terhadap kesehatan diri dan janinnya sehingga

dapat meningkatkan angka kunjungan. Sedangkan pengetahuan yang rendah

membuat ibu hamil kehilangan motivasinya untuk melakukan kunjungan.

Pengetahuan ibu hamil mengenai pelayanan antenatal care dipengaruhi

oleh informasi yang didapat dari bidan maupun kader di wilayah setempat. Ibu

dengan pengetahuan baik terhadap pelayanan antenatal akan mengambil

keputusan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin sesuai dengan Standar

Pelayanan Minimal. Bidan juga harus dilengkapi dengan pelatihan-pelatihan yang

dapat meningkatkan skill dan ketrampilannya dalam memberikan pelayanan

kesehatan ibu dan anak. Begitu juga halnya dengan keterlibatan kader didalam
132

pelaksanaan pelayanan antenatal melalui kegiatan pendampingan terhadap ibu

hamil yang bertujuan memantau kesehatan ibu mulai dari hamil sampai masa nifas

serta memberikan motivasi terhadap ibu hamil.

Disisi lain, hal pendukung kualitas pelayanan menurut peneliti adalah

pelayanan kontiniu yang masih belum berjalan maksimal di Kabupaten Agam,

seperti kemitraan atau jejaring kerja, dengan adanya kerjasama dengan berbagai

sektor, pelaksanaan pelayanan antenatal di Kabupaten Agam akan berjalan dengan

maksimal. Sehingga kualitas pelayananpun akan lebih berkualitas dan dapat

menurunkan angka kematian ibu.

Menurut Bidan koordinator bahwa pengetahuan sebenarnya bisa didapat

ibu melalui kelas ibu hamil, namun berdasarkan wawancara dengan ibu hamil

mereka jarang mengikuti kelas ibu hamil bahkan ada yang sama sekali tidak

pernah mengikuti kelas ibu hamil tersebut dengan alasan sibuk mengurus anak

yang masih kecil ataupun dengan alasan tidak memahami tentang kelas ibu hamil.

Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh bidan desa yang ada di

Puskesmas Kabupaten Agam, sebagian besar ibu hamil kurang antusias untuk

mengikuti kelas ibu hamil yang dilaksanakan 4 kali, dengan mengikuti kelas ibu

hamil dapat meningkatkan pengetahuan ibu terkait kehamilan sehingga ibu mau

melaksanakan pelayanan antenatal secara rutin, namun dalam pelaksanaanya di

wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Agam masih kurang maksimal.


BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengacu pada tujuan

penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Sebagian besar yaitu umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, sikap, jarak

dan dukungan suami memiliki persentase yang tinggi, dimana yang paling

tinggi itu adalah persentase jarak pelayanan kesehatan ada 62 (89,9%)

responden yang baik.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan, paritas,

pengetahuan, sikap, jarak dan dukungan suami dengan cakupan pelayanan

antenatal care di Puskesmas Kabupaten Agam Tahun 2020.

3. Faktor yang paling berpengaruh dalam cakupan pelayanan antenatal care

di Puksesmas Kabupaten Agam adalah pengetahuan.

4. Input berupa kebijakan pelayanan antenatal care (ANC) sudah memenuhi

standar namun perlu peningkatan kemampuan untuk melayani secara

komprehensif untuk pelayanan ANC. Sumber Daya Manusia (SDM) dari

segi kuantitas, Kabupaten Agam masih kekurangan SDM. Secara kualitas

pelayanan ANC yang diberikan bervariasi, hal ini berkaitan sarana

pendukung dalam memberikan pelayanan dan kemampuan komunikasi

petugas. Dukungan dana dalam pelayanan ANC dilapangan sudah cukup

yaitu berasal dari pusat, JKN, bantuan operasional kesehatan (BOK).

Terdapat kekurangan sarana dan prasarana berupa bangunan untuk

133
134

Posyandu yang masih menumpang, rusaknya alat penunjang pelayanan

yang dimiliki bidan seperti tensimeter, alat periksa HB, timbangan dan

lain-lainnya.

5. Proses pelaksanaan pelayanan antenatal dengan 10T belum maksimal

seperti pelaksanaan temu wicara, Peran serta masyarakat dalam pelayanan

antenatal care seperti melalui program P4K belum maksimal, begitu pula

dengan pelaksanaan kelas ibu dan kurangnya keterlibatan kader di dalam

pelayanan antenatal untuk ibu hamil. Dalam hal kemitraan atau jejaring

kerja dengan lintas sector terkait dengan pelaksanaan ANC, bentuk

kegiatannya adalah konseling catin. Monitoring dan evaluasi dilakukan

berjenjang, mulai dari Puskesmas yaitu bidan koordinator, pengelola KIA

dan kepala Puskesmas.

6. Output pencapaian program KIA khususnya pelayanan antenatal care

belum mencapai target sesuai dengan standar pelayanan minimal.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara mendalam dengan informan

maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Dinas Kesehatan perlu mengembangkan upaya peningkatan SDM bidan

melalui pelatihan pengembangan manajemen kinerja pelayanan ANC dan

meningkatkan pembinaan di tiap Puskesmas secara berkala.

2. Kepala Puskesmas perlu menjalankan Standar Operasional Prosedur

(SOP) tentang pelayanan ibu hamil dalam pelayanan ANC sebagai acuan

atau pedoman bagi bidan dalam memberikan pelayanan ibu hamil terarah
135

serta melakukan advokasi kepada camat dan kepala desa dan melibatkan

kader posyandu dalam pelaksanaan program P4K dengan stiker.

3. Peningkatan promosi kesehatan tentang seluruh program yang ada di

Puskesmas sehingga memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang

program-program kesehatan apa saja yang ada di Puskesmas.

4. Perlu adanya pembinaan dan pengarahan kepada tenaga bidan secara

berkala melalui penyeliaan fasilitatif tentang permasalahan yang

berhubungan dengan pelaksanaan pelayanan antenatal care dari Bidan

koordiantor serta penilaian kebutuhan untuk masing-masing bidan

terhadap keterbatasan sarana dan prasarana dalam menunjang pemberian

pelayanan ANC kepada ibu hamil.

5. Bidan desa dalam memberikan pelayanan antenatal harus sesuai dengan

standar pelayanan yang telah ditetapkan dengan pemberian pelayanan

ANC 10 T serta melakukan evaluasi setelah melakukan pelayanan

antenatal, untuk mengetahui penatalaksanaan telah sesuai standar maupun

melakukan tindakan koreksi apabila ada pelayanan yang belum diberikan.

6. Beberapa model penerapan ANC dengan pendekatan multi strategi yang

sudah dilaksanakan di Kabupaten Agam antara lain :


136

Model Penerapan Antenatal Care dengan Pendekatan Multi Strategi


Kencan Ojol Bumil KA ES IKA
(Kelas Calon Pengantin) (Ojek Online Ibu Hamil) (Kader Sahabat Ibu dan Anak))

Petugas KUA Catin Faskes Nagari Bumil Bidan Kader Bumil

Pemeriksaan Kesehatan Sarana Transportasi Pendampingan Terhadap Ibu & Anak

Pelayanan Kesehatan Mendekatkan akses bumil Deteksi Dini Faktor Resti

Pemberian KIE Swadaya Masyarakat Rujukan Kasus Resti


137

Model Penerapan Antenatal Care dengan Pendekatan Multi Strategi


JAMINI
NAGARI P4K (Jaga Ibu Hamil dari Anemi)

Petugas Nagari Masyarakat Dasa Wisma PKK Bumil

Sosialisasi P4K Mencegah anemi

Pemberdayaan Masyarakat Mencegah komplikasi

Pengorganisasian Komponen P4K Menekan AKI dan AKB


138

7. Sebagai kegiatan inovasi, peneliti menyarankan suatu kegiatan yang dapat

meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan ibu dan anak

sekaligus bentuk dukungan suami didalam pelayanan antenatal care

melalui kegiatan “Kelas Suami Peduli Istri” yang disingkat “KSPI”.

Bentuk kegiatan :

KELAS SUAMI PEDULI


ISTRI (KSPI)

 Meningkatkan Pengetahuan tentang


kesehatan Ibu dan Anak
Petugas Kesehatan
 Merubah Sikap dan perilaku Ibu
tentang Kesehatan ibu dan Anak
 Mengajarkan ibu cara memantau
ertumbuhan dan erkembangan Anak
yang Optimal

 Memberikan motivasi pada ibu


 Mendampingi iu hamil selama
Suami pelaksanaan kelas ibu
 Meningkatkan pengetahuan suami
tentang KIA

 Memberdayakan masyarakat
 Peran nagari dalam pelaksanaan kelas
Nagari ibu
 Bentuk dukungan Nagari dalam
kegiatan kelas ibu

 Persalinan aman dan selamat


 Menekan AKI dan AKB

DAFTAR PUSTAKA

Al-Assaf. (2009). Mutu pelayanan kesehatan perspektif internasional. Jakarta :


Buku Kedokteran EGC.

Alanazy, W., Rance, J., & Brown, A. (2019). Exploring maternal and health
professional beliefs about the factors that affect whether women in Saudi
Arabia attend antenatal care clinic appointments. Midwifery, 76, 36–44.
https://doi.org/10.1016/j.midw.2019.05.012

Ayuningtyas, D. (2014). Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan Praktik. Jakarta:Raja


Grafindo Persada.

Azwar. A. (1995). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Bagus G.M.I. (2003). Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi


Edisi 2. Jakarta: EGC.

Cuningham G, F. (2012). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Depkes RI. (2002). Asuhan Antenatal. Pusdiknakes. Jakarta.

Depkes RI. (2006). Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas. Jakarta: Direktorat


Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

Depkes RI. (2010). Capaian Pembangunan Kesehatan, Jakarta.

Dinkes Agam. (2017). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Agam.

Dinkes Agam. (2018). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Agam.

Dinkes Agam. (2019). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Agam.

Dinkes Agam. (2020). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Agam.

Dinkes Provinsi Sumbar. (2020). Lapran Rutin Dinas Kesehatan Provinsi


Sumatera Barat.

Djonis. (2014). Hubungan Pengetahuan dan sikap Ibu Hamil dengan Pemanfaatan
Antenatal Care di Puskesmas Kampung Dalam Pontianak. ABA Journal,
102(4), 24–25. https://doi.org/10.1002/ejsp.2570

Green. (2002). Dalam Notoatmodjo. S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan


Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
Hastono, S. (2007). Analisis Data Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia.

Hasyim Hasanah. (2016). Teknik Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode


Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu Ilmu Sosial), vol.8, no.1, Universitas
Islam Negeri Semarang.

Hefnner I.J and Schust D.J. At a Glance. (2008). Sistem Reproduksi. 2 ed.
Erlangga: Buku Kedokteran dan Kesehatan.

Hutahaean. (2009). Perawatan Antenatal. Jakarta. Salemba Medika.

Iis Sinsin. (2008). Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan.
Jakarta: Alex Media.

Inaya, N. (2019). pendidikan , pekerjaan dan dukungan suami terhadap


keteraturan kunjungan ANC pada ibu hamil trimester III Education , occupat
tion and husband ’s support on the regularity of o ANC visit in third
trimester pregnant . 3(1), 64–70.

Indiarti, M. (2015). Panduan Terbaik A-Z Kehamilan, Persalinan, dan Perawatan


Bayi. Yogyakarta : PT. Indoliterasi.

Indrastuti, A. N., & Mardian. (2019). Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di


Puskesmas. Higeia Journal of Public Health Research and Development,
3(3), 369–381.

Indrayani, T. (2019). Analisis Kualitas Pelayanan Terhadap Cakupan Antenatal


Care (ANC) di Puskesmas Jati jajar Kota Depok Tahun 2019. 7853–7868.

Iqbal. (2006). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.


Jakarta: Ghalia Indonesia.

Jannah, N. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta : Andi


Publisher.

Kellog. (2004). Improving the writing Skils of Cellege Students. Psichonomik


Bulletin & Review. Vol.14.

Kementerian Kesehatan RI. (2007). Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat


Pelayanan Dasar. Jakarta: Depkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2009). Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat


Pelayanan Dasar. Jakarta: Depkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).


Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu Edisi


Kedua, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Khan, I. et. a. (2012). (2012). Impact of Brand Related Attributes on Purchase


Intention ofCustomers. A Study About the Customers of Punjab,
Pakistan.Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business.

Kotler. (1997). Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia jilid satu. Jakarta:
Prentice Hall.

Legiati. Titi dkk. (2012). Perilaku Ibu hamil untuk tes HIV/AIDS di Kelurahan
Bandarharjo dan Tanjung mas Kota Semarang, ejurnal.Undip.ac.id.

Lumempouw, V., Kundre, R., & Bataha, Y. (2016). Hubungan Faktor Sosial
Ekonomi Ibu Hamil Dengan Keteraturan Pemeriksaan Antental Care (Anc)
Di Puskesmas Ranotana Weru Kecamatan Wanea Kota Manado. Jurnal
Keperawatan, 4(2).

Lupiyoadi. (2001). Manajemen Pemasaran Jasa, Teori dan Praktek. Edisi Pertama.
Jakarta: Salemba Empat.

Mamalanggo, A. (2019). Hubungan antara pengetahuan, sikap ibu serta dukungan


petugas kesehatan dengan kunjungan antenatal care (anc) di puskesmas
ranotana weru kota manado. 8(7), 221–227.

Manuaba. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan


Kb. Jakarta: EGC.

Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Manuaba. (2016). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


untuk Pendidikan Bidan.

Manuputty. (2016). Factors Affecting the Number of Antenatal Care Visit at


Public Helath Centre of Jayapura City.

Mardiatun, D. (2015). The Relationship of antenatal Care History and Level of


Iron Consumption with Incidence of Malnutrition at Pregnant Women in
West Nusa Tenggara and Jojakarta (Advances Data Analysis Health
Research 2013). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Malnutrition.
Muninjaya. (2004). Manajemen kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Musbiki I. (2006). Persiapan Menghadapi Persalinan. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Nababan, D., & Sirait, A. (2020). Faktor yang berhubungan dengan kunjungan K4
Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kota Kuala simpang kabupaten Aceh
Tamiang tahun 2019

Notoatmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Pt Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi Cetakkan


Ke Tiga. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2007). . Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta : Rineka.

Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.


Jakarta.

Nurlaelah, Salmah, U., & Ikhsan, M. (2014). Faktor yang berhubungan dengan
kunjungan Antenatal Caredi wilayah kerja Puskesmas Dungkait Kabupaten
Mamuju. 1–13. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/11503

Nursalam dan Kurniati. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi.


Jakarta. Salemba Medika.

Paputungan. (2016). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan


Kehamilan di Puskesmas Tanoyan Kabupaten Bolaang Mongondow. JIDAN
(Jurnal Ilmiah Bidan).

Permenkes No 43. (2016). Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

Pohan. (2003). Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Kesaint Blane : Bekasi.

Prawirohardjo. S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Rachman. M. (2000). Prinsip Penanganan Obstetric-Genikologi dan Bedah


Obstetric. Jakarta: Salemba.

Rachmawati, A. I., Puspitasari, R. D., & Cania, E. (2017). Faktor-faktor yang


Memengaruhi Kunjungan Antenatal Care ( ANC ) Ibu Hamil. Majority,
7(November), 72–76.
Rachmawati, A. I., Puspitasari, R. D., Kedokteran, F., Lampung, U., Obstetri, B.,
Kedokteran, F., & Lampung, U. (2019). Dukungan Keluarga Tidak Baik
sebagai Faktor Risiko Ketidaklengkapan Kunjungan Antenatal Care ( ANC )
Ibu di Puskesmas Sukamaju Bandar Lampung Defect Family Support as A
Risk Factor for The Incompleteness of Mothers ’ s Antenatal Care ( ANC )
Visits In Pus. 8, 103–111.

Ralph C.B dan Pernoll M.L. (2008). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. 9 ed.
Jakarta: EGC; 2008.

Ratnawati, A. E. (2014). Perbedaan Musik Klasik Mozart dan Instrumental Kitaro


Terhadap Kecemasan Ibu Hamil Primigaravida Trimester III Dalam
Menghadapi Persalinan. Universitas Dipenonegoro.

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kementerian RI, Jakarta.

Ryadi. (2016). Statistik Penelitian (Analisi Manual dan IBM SPSS). Yogyakarta.

Safitri, F., Husna, A., Andika, F., & Dhirah, U. H. (2016). Kontribusi Faktor
Predisposisi dan Faktor Enabling terhadap Kepatuhan Antenatal Care pada
Ibu Hamil di Puskesmas Sukamakmur Sibreh. 2(1), 35–45.

Saifuddin, A. B. (2014). Buku Acuan Nasional. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohaardjo.

Saifudin. AB. (2002). Buku Acuan Pelayanan Maternal dan Neonatal. YBNSP.
Jakarta.

Saifudin A.B. (2008). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Bina
Pustaka.

Sediaoetama., A. D. (2000). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia


Jilid I. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.

Setiawati. D. (2013). Kehamilan dan Pemeriksaan Kehamilan. Makassar:


Alauddin University Press.

Siagian. S. P. (2003). Teori dan Praktek Kepemimpinan (cetakan kelima). Jakarta:


Rineka Cipta.

Siagian, S. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia,Bumi Aksara. Jakarta.

Simanjuntak. P. J. (2005). Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia”.


FakultasEkonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Siswosuharjo S dan Chakrawati F. (2012). Panduan Super Lengkap Hamil Sehat.


Yogyakarta: Niaga Swadaya.
Sugandi, Y. S. (2011). Administrasi Publik (Konsep dan Perkembangan Ilmu di
Indonesia. Bandung:Graha Ilmu.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung.

Sumarni, S. (2014). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap


Perilaku ANC. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Universitas
Hasanuddin, 10(4), 200–204.

Tesfaye, G., Chojenta, C., Smith, R., & Loxton, D. (2020). Delaying factors for
maternal health service utilization in eastern Ethiopia: A qualitative
exploratory study. Women and Birth, 33(3), e216–e226.
https://doi.org/10.1016/j.wombi.2019.04.006

Thuladar H and Dhakal N. (2011). Impact Of Antenatal Care on Maternal and


Perinatal Otcome: A Study at Nepal Medical College Teaching Hospital.
Nepal:Departement Of Obstetric and Ginekologi.

Uldbjerg, C. S., Schramm, S., Kaducu, F. O., Ovuga, E., & Sodemann, M. (2020).
Perceived barriers to utilization of antenatal care services in northern
Uganda: A qualitative study. Sexual and Reproductive Healthcare, 23(April
2019). https://doi.org/10.1016/j.srhc.2019.100464

Walsh, V. L. (2008). Buku Ajar Kehamilan Dan Persalinan. Jakarta: Pustaka


Pelajar.

Wiknojosastro H. (2005). Ilmu Kebidanan. 3 ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

World Health Organization (WHO). (2014). Maternal Mortality: World Health


Organization.

Wuryani, M. (2019). Vol 5 No 2 Des 2019. Analisa determinan yang berhubungan


dengan kunjungan ibu hamil di Puskesmas Wakatobi.

Yulaikhah L. (2008). Seri Asuh Kebidanan. Jakarta: EGC.


PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN (PSP)
BAGI RESPONDEN

A. Identitas Peneliti
Nama saya Bismihayati, mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan
Masyarakat Universita Fort De Kock. Saya akan melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Pelayanan
Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam tahun 2020”.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh dan mendapatkan
deskripsi, analisis, interpretasi, serta factor yang paling berpengaruh terhadap
cakupan pelayanan antenatal care di Puskesmas Kabupaten Agam tahun 2020.

C. Manfaat yang Diharapkan pada Responden


Manfaat yang didapat Saudra/ Saudari adalah informasi tentang analisis factor
yang berhubungan dengan cakupan pelayanan antenatal care di Puskesmas
Kabupaten Agam tahun 2020.

D. Perlakuan yang Diharapkan pada Responden


Penelitian ini melibatkan beberapa orang yang akan menjadi objek penelitian
tentang cakupan pelayanan antenatal care, saudara/Saudari akan diobservasi
oleh peneliti pada saat wawancara, kemudian responden akan diminta mengisi
kusioner yang telah disiapkan serta didampingi melakukan pengisian kuisioner
± 15 menit

E. Hak Untuk Undur Diri


Keikutsertaan Saudara/Saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela (tanpa
paksaan) sehingga Saudara/Saudari berhak untuk mengundurkan diri tanpa
menimbulkan konsekuensi yang merugikan.

F. Pemberian Intensif Bagi Responden


Saudara/Saudari yang telah terlibat dalam penelitian ini akan mendapatkan
souvenir berupa bros jilbab sebagai ungkapan terimaksih atas partisipasinya.

G. Bahaya Potensial
Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan Saudara/Saudari
dalam penelitian ini, karena intervensi yang dilakukan berupa pengisian
kuisioner oleh Saudara/Saudari.

H. Kerahasiaan Data
Semua data yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin kerahasiaannya
dan informasi yang berkaitan dengan identitas Saudara/Saudari dan informasi
data hanya digunakan untuk keperluan pengembangan ilmu kesehatan
masyarakat khususnya di bidang KIA.
Contact Person
Peneliti : Bismihayati
No. Telp : 081266475005
Alamat : Lubuk Basung
Lampiran 2
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth: Calon Responden
Di
Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi S2
Kesehatan Masyarakat Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang bermaksud
mengadakan penelitian:
Nama : Bismihayati
NIM : 18131010125
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas
Kabupaten Agam Tahun 2020”. Penelitian ini tidak merugikan responden,
karena kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan di jaga. Apabila anda
menyetujui dengan ini saya memohon kesediaan responden untuk
menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
Atas kesediaan dan kerjasama saudara sebagai responden, Saya ucapkan
terima kasih.

Lubuk Basung, Februari 2020

Bismihayati
Lampiran 3
PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN
PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS
KABUPATEN AGAM TAHUN 2020

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

PENELITIAN TENTANG : Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan


Cakupan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Kabupaten Agam Tahun 2020.
Yang bertanda tangan dibawah ini, Saya :
Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang
dilakukan oleh
Nama : Bismihayati
NIM : 1813101025
Mahasiswi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

Lubuk Basung,………..2020
Responden

(____________________)
Lampiran 4
KISI-KISI KUESIONER

Jumlah Nomor
Tujuan Variabel
Item Item
Untuk memperoleh dan 1. Cakupan Pelayanan 8 1-8

mendapatkan deskripsi, Antenatal Care

analisis, interprestasi serta 2. Pengetahuan 8 10-16

faktor yang paling 3. Sikap 10 17-26

berpengaruh terhadap 4. Jarak 2 27-28

cakupan pelayanan 5. Dukungan Suami 10 29-38

antenatal care
Lampiran 5
KUISIONER
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN
PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS
KABUPATEN AGAM TAHUN 2020
Tanggal wawancara / Pengamatan : ………….. / …… / ……………
Petunjuk pengisian
1. Pilihlah satu jawaban yang menurut anda benar
2. Jawaban tidak boleh lebih dari satu.
3. Mohon menjawab sesuai dengan apa yang anda ketahui tanpa ada unsur
paksaan ataupun rekayasa demi tercapainya hasil yang diinginkan pada
penelitian ini .

A. Indentitas Responden
1. Nama : …………….
2. Umur : …………….
3. Pendidikan : ……………..
4. Pekerjaan
1) Bekerja
2) Tidak Bekerja

B. Paritas (Jumlah Anak)


1. Berapa jumlah anak yang sudah Ibu lahirkan : ……………… orang

C. Cakupan Pelayanan Antenatal Care


1. Apakah selama kehamilan terakhir ibu datang ke pelayanan kesehatan
untuk pemeriksaan kehamilan?
2. Jika ya, berapa kali ibu datang memeriksakan kehamilan sampai
melahirkan
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
3. Pada umur kehamilan berapa, ibu pertama kali memeriksakan
kehamilan?
a. 1 bulan s.d 3 bulan
b. 4 bulan s.d 6 bulan
c. 7 bulan s.d 9 bulan
d. Mau melahirkan saja
4. Pada umur kehamilan 4-6 bulan, berapa kali ibu melakukan periksa
hamil?
a. Tidak pernah
b. 1 kali
c. 2 kali
d. 3 kali
e. 4 kali
5. Pada umur kehamilan 7-9 bulan, berapa kali ibu melakukan periksa
hamil?
a. Tidak pernah
b. 1 kali
c. 2 kali
d. 3 kal
e. 4 kali
6. Apakah selama hamil ibu pernah memeriksakan kehamilan pada
petugas kesehatan ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
7. Jika pernah, kemana ibu memeriksakan kehamilan ini ?
a. Posyandu
b. Puskesmas
c. Rumah
d. Bidan
e. Dukun

8. Apakah sewaktu ibu periksa hamil ke petugas kesehatan, ibu juga


mendapat penjelasan dan nasehat mengenai kesehatan semasa hamil
ini
a. Ya
b. Tidak

D. Pengetahuan :

9. Apakah ibu tahu tentang pemeriksaan kehamilan ?


a. Ya
b. Tidak -------- ke pertanyaan no.3
10. Jika ya, dari mana ibu mendapat penjelasan tentang pemeriksaan
kehamilan?
a. Televisi, radio, majalah
b. Saudara, suami, orangtua, mertua, teman, tetangga
c. Petugas kesehatan
d. Kader kesehatan
11. Apakah ibu tahu tentang tujuan pemeriksaan kehamilan ?
a. Tahu
b. Tidak tahu -------ke pertanyaan no.14

12. Jika ibu tahu, sebutkan 2 tujuan pemeriksaan kehamilan


a. Memastikan kesehatan ibu dan janin
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,
persalinan, nifas
c. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal 4.
Untuk ber KB
d. Untuk menggugurkan

13. Apakah setiap ibu hamil harus mendapatkan pemeriksaan kesehatan ?


a. Ya
b. Tidak ----- Ke pertanyaan no.16

14. Jika ya, apa alasan ibu ?


a. Anak lahir sehat
b. Ibu selamat waktu melahirkan
c. Jika ada kelainan cepat mendapat pertolongan
d. Menjaga kesehatan ibu waktu hamil

15. Bila tidak, apa alasan ibu ?


a. Tidak ada gunanya karena tidak ada keluhan
b. Sudah pergi ke dukun

16. Menurut ibu, dimana tempat pemeriksaan kehamilan yang


seharusnya ?
a. Posyandu
b. Puskesmas
c. Praktek bidan

B. Sikap
Petunjuk : Berilah tanda cheklis (√) pada jawaban yang Anda anggap benar
pada kolom telah disediakan.

Jawaban
Sangat
No. Pernyataan Setu Tidak Sangat
Tidak
ju Setuju Setuju
Setuju
Kunjungan ANC harus dilakukan
17. dengan lengkap

Kunjungan K4 penting dilakukan


18. untuk rencana persiapan melahirkan

Usia kehamilan 28-36 minggu


merupakan masa kehamilan yang
19.
tidak perlu diwaspadai

20. Kunjungan ANC hanya dilakukan


jika ibu hamil mengalami keluhan
saat kehamilan
Pemeriksaan kehamilan hanya
21. membuang-buang waktu

Kondisi badan ibu terasa sehat


sehingga tidak perlu melakukan
22.
pemeriksaan kehamilan

Kunjungan K4 penting untuk


23. mengenali tanda-tanda persalinan

Pemeriksaan kehamilan
24. membutuhkan biaya yang cukup
banyak
Pemeriksaan yang dilakukan pada
perawatan kehamilan (antenatal)
25
hanya pemeriksaan kehamilan saja

Dapat dipastikan tanpa periksa


kehamilan ibu tetap melahirkan
26
bayi sehat

C. Jarak
Petunjuk : Berilah tanda cheklis (√) pada jawaban yang Anda anggap benar
pada kolom telah disediakan.

Jawaban
No. Pernyataan
Ya Tidak
Jarak pelayanan kesehatan jauh dari tempat
27. tinggal ibu yaitu > 30 menit

Akses transportasi mudah menuju tempat


28. pelayanan kesehatan
D. Dukungan Suami
Petunjuk : Berilah tanda cheklis (√) pada jawaban yang Anda anggap benar
pada kolom telah disediakan.

Jawaban
Sangat
No. Pernyataan Tidak Sangat
Tidak Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Suami harus memberikan izin untuk
29. memeriksakan kehamilan ibu

Suami wajib menganjurkan ibu


periksa kehamilan ke pelayanan
30.
kesehatan

Suami wajib menyediakan waktu


untuk mendampingi ibu periksa
31.
kehamilan

Suami wajib menyediakan dana


32. untuk ibu memeriksakan kehamilan

Suami membantu ibu dalam mencari


informasi tentang kesehatan selama
33.
masa kehamilan sekarang

Suami selalu mengingatkan ibu


untuk memeriksakan kehamilan
34.
sekarang

Suami selalu memperhatikan


kesehatan ibu selama masa
35.
kehamilan ini

Suami mengantar ibu untuk


36. melakukan pemeriksaan kehamilan

Suami ikut menemani ibu melakukan


37. pemeriksaan kehamilan

Suami ikut setiap ibu memeriksakan


38. kehamilan
Lampiran 6

Panduan Wawancara
Lampiran
Panduan Wawancara Mendalam Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Cakupan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam

Informan : Kepala Puskesmas


Tanggal wawancara :
Tempat wawancara :
Waktu wawancara :
I. Identitas responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan :
5. Lama Bekerja :

II. Pertanyaan
1. Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk tentang kebijakan
implementasi Pelaksanaan pelayanan Antenatal di Kab.Agam?
(Probing : bentuk kebijakan, surat keputusan, sosialisasi, dan
renstra).
2. Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk tentang proses manajemen
tentang Pelaksanaan pelayanan Antenatal?
(Probing : mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengembangan SDM, motivasi serta pengawasan terhadap
pelaksanaan pelayanan antenatal).
3. Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk tentang sumber daya manusia
(tenaga)?
(Probing : kualitas dalam memberikan pelayanan Antenatal oleh
bidan, kualitas tenaga yang mendapatkan pelatihan atau sosialisasi,
penempatan dan distribusi bidan, hambatan bidan dalam
memberikan pelayanan Antenatal).
4. Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk tentang dukungan dana dalam
pelaksanaan Pelayanan Antenatal ?
(Probing : ada/tidak sumber dana, cukup atau tidak, penyaluran
dananya, pencairan, pemanfaatan, pertanggung jawaban dan
hambatan pelaksanaan Pelayanan Antenatal yang berkaitan dengan
dana).
5. Menurut Bapak/Ibuk bagaimana dengan sarana dan prasarana
untuk pelaksanaan Pelayanan Antenatal?
(probing : jenisnya, ketersediaan, kecukupan, kualitas, kuantitas,
hambatan).
6. Bagaimana sistem pengadaan buku KIA dan stiker P4K di dinas
kesehatan Kab. Agam?
7. Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibuk tentang standar
pelayanan ibu hamil dengan 10T yang dilaksanakan oleh bidan?
(Probing : pelayanan 10T, pencatatan, pelaporan, hambatan dalam
pelaksanan Pelayanan Antenatal).
8. Bagaimana pemantauan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan
validasi data oleh dinas kesehatan Kab.Agam tentang Pelayanan
Antenatal?
(Probing : rencana kerja, surat tugas, notulen, tindak lanjut
kegiatan, hambatan)
Lampiran
Panduan Wawancara Mendalam Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Cakupan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam

Informan : Bidan Koordinator


Tanggal wawancara :
Tempat wawancara :
Waktu wawancara :
I. Identitas responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan :
5. Lama Bekerja :

II. Pertanyaan
1. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang kebijakan implementasi
pelaksanaan pelayanan Antenatal?
(Probing : bentuk kebijakan, surat keputusan, sosialisasi, dan
renstra).
2. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang sumber daya manusia
(tenaga)?
(Probing : kualitas dalam memberikan pelayanan Antenatal oleh
bidan, kualitas tenaga yang mendapatkan pelatihan atau sosialisasi,
penempatan dan distribusi bidan, hambatan bidan dalam
memberikan pelayanan Antenatal).
3. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang dukungan dana dalam
pelaksanaan Pelayanan Antenatal ?
(Probing : ada/tidak sumber dana, cukup atau tidak, penyaluran
dananya, pencairan, pemanfaatan, pertanggung jawaban dan
hambatan pelaksanaan Pelayanan Antenatal yang berkaitan dengan
dana).
4. Menurut Ibuk bagaimana dengan sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan Pelayanan Antenatal?
(probing : jenisnya, ketersediaan, kecukupan, kualitas, kuantitas,
hambatan).
5. Bagaimana sistem pengadaan buku KIA dan stiker P4K di dinas
kesehatan Kab. Agam?
6. Bagaimana menurut pendapat Ibuk tentang standar pelayanan ibu
hamil dengan 10T yang dilaksanakan oleh bidan?
(Probing : pelayanan 10T, pencatatan, pelaporan, hambatan dalam
pelaksanan Pelayanan Antenatal).
7. Bagaimana pemantauan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan
validasi data oleh dinas kesehatan Kab.Agam tentang Pelayanan
Antenatal?
(Probing : rencana kerja, surat tugas, notulen, tindak lanjut
kegiatan, hambatan)
8. Bagaimana pemantauan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan
validasi yang dilakukan kepada bidan pembina wilayah?
(Probing : pelaksanaan sufas dengan memakai daftar tilik)
Lampiran
Panduan Wawancara Mendalam Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Cakupan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam

Informan : Bidan Desa


Tanggal wawancara :
Tempat wawancara :
Waktu wawancara :
I. Identitas responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan :
5. Lama Bekerja :

II. Pertanyaan
1. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang kebijakan implementasi
pelaksanaan pelayanan Antenatal?
(Probing : bentuk kebijakan, surat keputusan, sosialisasi, dan
renstra).
2. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang sumber daya manusia
(tenaga)?
(Probing : kualitas dalam memberikan pelayanan Antenatal oleh
bidan, kualitas tenaga yang mendapatkan pelatihan atau sosialisasi,
penempatan dan distribusi bidan, hambatan bidan dalam
memberikan pelayanan Antenatal).
3. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang dukungan dana dalam
pelaksanaan Pelayanan Antenatal ?
(Probing : ada/tidak sumber dana, cukup atau tidak, penyaluran
dananya, pencairan, pemanfaatan, pertanggung jawaban dan
hambatan pelaksanaan Pelayanan Antenatal yang berkaitan dengan
dana).
4. Menurut Ibuk bagaimana dengan sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan Pelayanan Antenatal?
(probing : jenisnya, ketersediaan, kecukupan, kualitas, kuantitas,
hambatan).
5. Bagaimana sistem pengadaan buku KIA dan stiker P4K di dinas
kesehatan Kab. Agam?
6. Bagaimana menurut pendapat Ibuk tentang standar pelayanan ibu
hamil dengan 10T yang dilaksanakan oleh bidan?
(Probing : pelayanan 10T, pencatatan, pelaporan, hambatan dalam
pelaksanan Pelayanan Antenatal).
7. Bagaimana pemantauan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan
validasi data oleh dinas kesehatan Kab.Agam tentang Pelayanan
Antenatal?
(Probing : rencana kerja, surat tugas, notulen, tindak lanjut
kegiatan, hambatan)
8. Bagaimana pemantauan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan
validasi yang dilakukan Bidan Koordinator kepada bidan pembina
wilayah?
(Probing : pelaksanaan sufas dengan memakai daftar tilik)
Lampiran
Panduan Wawancara Mendalam Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Cakupan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam

Informan : Kader
Tanggal wawancara :
Tempat wawancara :
Waktu wawancara :
I. Identitas responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan :

II. Pertanyaan
1. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang pelaksanaan pelayanan
Antenatal ?
(Probing : buku panduan kader, sosialisasi, dan musyawarah
masyarakat desa).
2. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang sumber daya manusia
(tenaga)?
(Probing : kualitas dalam memberikan pelayanan Antenatal oleh
bidan, kualitas tenaga yang mendapatkan pelatihan atau sosialisasi,
penempatan dan distribusi bidan, hambatan bidan dalam
memberikan pelayanan Antenatal).
3. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang dukungan dana dalam
pelaksanaan Pelayanan Antenatal ?
(Probing : ada/tidak sumber dana, cukup atau tidak, penyaluran
dananya, pencairan, pemanfaatan, pertanggung jawaban dan
hambatan pelaksanaan Pelayanan Antenatal yang berkaitan dengan
dana).
4. Menurut Ibuk bagaimana dengan sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan Pelayanan Antenatal?
(probing : jenisnya, ketersediaan, kecukupan, kualitas, kuantitas,
hambatan).
5. Bagaimana sistem pengadaan buku KIA dan stiker P4K di dinas
kesehatan Kab. Agam?
6. Bagaimana menurut pendapat Ibuk tentang standar pelayanan ibu
hamil dengan 10T yang dilaksanakan oleh bidan?
(Probing : pelayanan 10T, pencatatan, pelaporan, hambatan dalam
pelaksanan Pelayanan Antenatal).
7. Bagaimana pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan
oleh Puskesmas tentang pelaksanaan Pelayanan Antenatal?
(Probing : ketrlibatan kader didalam pemantauan kepada ibu hamil)
Lampiran
Panduan Wawancara Mendalam Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Cakupan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam

Informan : Ibu Hamil


Tanggal wawancara :
Tempat wawancara :
Waktu wawancara :
I. Identitas responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan :

II. Pertanyaan
1. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang pelaksanaan pelayanan
Antenatal ?
(Probing : sosialisasi, dan promosi).
2. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang sumber daya manusia
(tenaga)?
(Probing : kualitas dalam memberikan pelayanan Antenatal oleh
bidan, kualitas tenaga yang mendapatkan pelatihan atau sosialisasi,
penempatan dan distribusi bidan, hambatan bidan dalam
memberikan pelayanan Antenatal).
3. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang dukungan dana dalam
pelaksanaan Pelayanan Antenatal ?
(Probing : ada/tidak sumber dana, cukup atau tidak, penyaluran
dananya, pencairan, pemanfaatan, pertanggung jawaban dan
hambatan pelaksanaan Pelayanan Antenatal yang berkaitan dengan
dana).
4. Menurut Ibuk bagaimana dengan sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan Pelayanan Antenatal?
(probing : jenisnya, ketersediaan, kecukupan, kualitas, kuantitas,
hambatan).
5. Bagaimana menurut pendapat Ibuk tentang standar pelayanan ibu
hamil dengan 10T yang dilaksanakan oleh bidan?
(Probing : pelayanan 10T, pencatatan, pelaporan, hambatan dalam
pelaksanan Pelayanan Antenatal).
6. Bagaimana pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan
oleh Puskesmas tentang pelaksanaan Pelayanan Antenatal?
(Probing : pemantauan petugas terhadap kepada ibu hamil)
Lampiran 8

HASIL PENGOLAHAN DATA MENGGUNAKAN SPSS

Frequencies

Cakupan Jarak
Dukungan
Pelayanan Pengetahuan Sikap Pelayanan
Suami
ANC Kesehatan
Valid 69 69 69 69 69
N
Missing 0 0 0 0 0
Median 14.00 15.00 24.00 3.00 35.00
Mode 13 15 24 3 30
Std. Deviation 1.572 1.601 5.426 .484 6.099
Minimum 10 9 10 2 10
Maximum 18 16 40 4 40
Sum 964 959 1599 209 2313

A. Analisa Univariat

Frequencies
Jarak
Cakupan Umur Pelayana
Pengetahu Pendidi Parita Dukunga
Pelayanan Responde Sikap n
an kan s n Suami
ANC n Kesehata
n
Valid 69 69 69 69 69 69 69 69
N Missin
0 0 0 0 0 0 0 0
g

Frequency Table

Cakupan Pelayanan ANC


Cumulativ
Frequency Percent Valid Percent
e Percent
Kurang Baik 31 44.9 44.9 44.9
Valid Baik 38 55.1 55.1 100.0
Total 69 100.0 100.0
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Beresiko 25 36.2 36.2 36.2
Tidak Beresiko 44 63.8 63.8 100.0
Total 69 100.0 100.0

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 32 46.4 46.4 46.4
Tinggi 37 53.6 53.6 100.0
Total 69 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 29 42.0 42.0 42.0
Tinggi 40 58.0 58.0 100.0
Total 69 100.0 100.0

Paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 35 50.7 50.7 50.7
Tinggi 34 49.3 49.3 100.0
Total 69 100.0 100.0

Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Negatif 26 37.7 37.7 37.7
Positif 43 62.3 62.3 100.0
Total 69 100.0 100.0

Jarak Pelayanan Kesehatan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 7 10.1 10.1 10.1
Baik 62 89.9 89.9 100.0
Total 69 100.0 100.0

Dukungan Suami
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 33 47.8 47.8 47.8
Baik 36 52.2 52.2 100.0
Total 69 100.0 100.0

B. Analisa Bivariat

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Cakupan Pelayanan ANC
69 100.0% 0 .0% 69 100.0%
* Umur Responden
Cakupan Pelayanan ANC
69 100.0% 0 .0% 69 100.0%
* Pengetahuan
Cakupan Pelayanan ANC
69 100.0% 0 .0% 69 100.0%
* Pendidikan
Cakupan Pelayanan ANC
69 100.0% 0 .0% 69 100.0%
* Paritas
Cakupan Pelayanan ANC
69 100.0% 0 .0% 69 100.0%
* Sikap
Cakupan Pelayanan ANC
69 100.0% 0 .0% 69 100.0%
* Pelayanan 10 T
Cakupan Pelayanan ANC
* Jarak Pelayanan 69 100.0% 0 .0% 69 100.0%
Kesehatan
Cakupan Pelayanan ANC
69 100.0% 0 .0% 69 100.0%
* Dukungan Suami

Cakupan Pelayanan ANC * Umur Responden


Crosstab
Umur Responden
Beresiko Tidak Beresiko Total
Cakupan Kurang Baik Count 13 18 31
Pelayanan % within Cakupan
ANC 41.9% 58.1% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 18.8% 26.1% 44.9%
Baik Count 12 26 38
% within Cakupan
31.6% 68.4% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 17.4% 37.7% 55.1%
Total Count 25 44 69
% within Cakupan
36.2% 63.8% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 36.2% 63.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .793 1 .373
Continuity Correctionb .408 1 .523
Likelihood Ratio .791 1 .374
Fisher's Exact Test .453 .261
Linear-by-Linear
.781 1 .377
Association
N of Valid Casesb 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
11.23.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Cakupan Pelayanan ANC
1.565 .582 4.204
(Kurang Baik / Baik)
For cohort Umur Responden = Beresiko 1.328 .711 2.481
For cohort Umur Responden = Tidak
.849 .587 1.227
Beresiko
N of Valid Cases 69

Cakupan Pelayanan ANC * Pengetahuan


Crosstab
Pengetahuan
Rendah Tinggi Total
Cakupan Kurang Baik Count 28 3 31
Pelayanan % within Cakupan
ANC 90.3% 9.7% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 40.6% 4.3% 44.9%
Baik Count 4 34 38
% within Cakupan
10.5% 89.5% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 5.8% 49.3% 55.1%
Total Count 32 37 69
% within Cakupan
46.4% 53.6% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 46.4% 53.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 43.713a 1 .000
Continuity Correctionb 40.563 1 .000
Likelihood Ratio 50.006 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
43.079 1 .000
Association
N of Valid Casesb 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
14.38.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Cakupan Pelayanan ANC (Kurang
79.333 16.368 384.506
Baik / Baik)
For cohort Pengetahuan = Rendah 8.581 3.372 21.837
For cohort Pengetahuan = Tinggi .108 .037 .319
N of Valid Cases 69
Cakupan Pelayanan ANC * Pendidikan
Crosstab
Pendidikan
Rendah Tinggi Total
Cakupan Kurang Baik Count 18 13 31
Pelayanan % within Cakupan
ANC 58.1% 41.9% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 26.1% 18.8% 44.9%
Baik Count 11 27 38
% within Cakupan
28.9% 71.1% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 15.9% 39.1% 55.1%
Total Count 29 40 69
% within Cakupan
42.0% 58.0% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 42.0% 58.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.941 1 .015
Continuity Correctionb 4.806 1 .028
Likelihood Ratio 6.000 1 .014
Fisher's Exact Test .027 .014
Linear-by-Linear
5.855 1 .016
Association
N of Valid Casesb 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
13.03.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Cakupan Pelayanan ANC (Kurang
3.399 1.250 9.240
Baik / Baik)
For cohort Pendidikan = Rendah 2.006 1.122 3.586
For cohort Pendidikan = Tinggi .590 .372 .936
N of Valid Cases 69

Cakupan Pelayanan ANC * Paritas


Crosstab
Paritas
Rendah Tinggi Total
Cakupan Kurang Baik Count 21 10 31
Pelayanan % within Cakupan
ANC 67.7% 32.3% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 30.4% 14.5% 44.9%
Baik Count 14 24 38
% within Cakupan
36.8% 63.2% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 20.3% 34.8% 55.1%
Total Count 35 34 69
% within Cakupan
50.7% 49.3% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 50.7% 49.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.522a 1 .011
Continuity Correctionb 5.344 1 .021
Likelihood Ratio 6.638 1 .010
Fisher's Exact Test .015 .010
Linear-by-Linear
6.427 1 .011
Association
N of Valid Casesb 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
15.28.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Cakupan Pelayanan ANC
3.600 1.323 9.793
(Kurang Baik / Baik)
For cohort Paritas = Rendah 1.839 1.136 2.977
For cohort Paritas = Tinggi .511 .290 .899
N of Valid Cases 69

Cakupan Pelayanan ANC * Sikap


Crosstab
Sikap
Negatif Positif Total
Cakupan Kurang Baik Count 17 14 31
Pelayanan % within Cakupan
ANC 54.8% 45.2% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 24.6% 20.3% 44.9%
Baik Count 9 29 38
% within Cakupan
23.7% 76.3% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 13.0% 42.0% 55.1%
Total Count 26 43 69
% within Cakupan
37.7% 62.3% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 37.7% 62.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Exact
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.057 1 .008
Continuity Correctionb 5.792 1 .016
Likelihood Ratio 7.135 1 .008
Fisher's Exact Test .012 .008
Linear-by-Linear
6.954 1 .008
Association
N of Valid Casesb 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
11.68.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Cakupan Pelayanan ANC
3.913 1.398 10.953
(Kurang Baik / Baik)
For cohort Sikap = Negatif 2.315 1.204 4.453
For cohort Sikap = Positif .592 .386 .906
N of Valid Cases 69

Cakupan Pelayanan ANC * Jarak Pelayanan Kesehatan

Crosstab
Jarak Pelayanan Kesehatan
Kurang Baik Baik Total
Cakupan Kurang Baik Count 7 24 31
Pelayanan % within Cakupan
ANC 22.6% 77.4% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 10.1% 34.8% 44.9%
Baik Count 0 38 38
% within Cakupan
.0% 100.0% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total .0% 55.1% 55.1%
Total Count 7 62 69
% within Cakupan
10.1% 89.9% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 10.1% 89.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 9.549 1 .002
Continuity Correctionb 7.233 1 .007
Likelihood Ratio 12.181 1 .000
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear
9.411 1 .002
Association
N of Valid Casesb 69
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3.14.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort Jarak Pelayanan Kesehatan =
.774 .640 .936
Baik
N of Valid Cases 69

Cakupan Pelayanan ANC * Dukungan Suami


Crosstab
Dukungan Suami
Kurang Baik Baik Total
Cakupan Kurang Baik Count 22 9 31
Pelayanan % within Cakupan
ANC 71.0% 29.0% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 31.9% 13.0% 44.9%
Baik Count 11 27 38
% within Cakupan
28.9% 71.1% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 15.9% 39.1% 55.1%
Total Count 33 36 69
% within Cakupan
47.8% 52.2% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 47.8% 52.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 12.081a 1 .001
Continuity Correctionb 10.456 1 .001
Likelihood Ratio 12.445 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
11.906 1 .001
Association
N of Valid Casesb 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
14.83.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Cakupan Pelayanan ANC
6.000 2.109 17.068
(Kurang Baik / Baik)
For cohort Dukungan Suami = Kurang Baik 2.452 1.419 4.235
For cohort Dukungan Suami = Baik .409 .227 .735
N of Valid Cases 69

C. Analisa Multivariat

Classification Tablea,b
Predicted
Cakupan Pelayanan ANC Percentage
Observed Kurang Baik Baik Correct
Step 0 Cakupan Pelayanan Kurang Baik 0 31 .0
ANC Baik 0 38 100.0
Overall Percentage 55.1

a. Constant is included in the model.


b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 1a Umur Responden .448 .504 .789 1 .375 1.565
Constant -.528 .857 .379 1 .538 .590

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Umur Responden .582 4.204
Constant

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 Pengetahuan 4.374 .805 29.499 1 .000 79.333
Constant -6.320 1.227 26.526 1 .000 .002

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Pengetahuan 16.368 384.506
Constant

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 Pendidikan 1.223 .510 5.747 1 .017 3.399
Constant -1.716 .837 4.207 1 .040 .180

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Pendidikan 1.250 9.240
Constant

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 Paritas 1.281 .511 6.293 1 .012 3.600
Constant -1.686 .786 4.603 1 .032 .185

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Paritas 1.323 9.793
Constant

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 Sikap 1.364 .525 6.747 1 .009 3.913
Constant -2.000 .886 5.092 1 .024 .135

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Sikap 1.398 10.953
Constant

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig.
a
Step 1 Jarak Pelayanan 21.662 15191.569 .000 1 .999
Kesehatan
Constant -42.865 30383.139 .000 1 .999

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
Exp(B) Lower Upper
a
Step 1 Jarak Pelayanan Kesehatan 2557837465.840 .000 .
Constant .000

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 Dukungan 1.792 .533 11.284 1 .001 6.000
Suami
Constant -2.485 .833 8.902 1 .003 .083

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Dukungan Suami 2.109 17.068
Constant

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 2 Pengetahuan 5.034 1.258 16.016 1 .000 153.592
Pendidikan 1.686 1.060 2.528 1 .112 5.398
Paritas 2.201 1.188 3.429 1 .064 9.032
Sikap .803 1.155 .484 1 .487 2.233
Dukungan 1.214 1.227 .979 1 .322 3.366
Suami
Constant -16.632 4.471 13.836 1 .000 .000

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 2 Pengetahuan 13.050 1807.710
Pendidikan .676 43.127
Paritas .879 92.769
Sikap .232 21.477
Dukungan Suami .304 37.246
Constant

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 3 Pengetahuan 5.184 1.193 18.868 1 .000 178.373
Pendidikan 1.682 .936 3.230 1 .072 5.377
Paritas 2.508 1.144 4.807 1 .028 12.279
Constant -13.872 3.772 13.523 1 .000 .000
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 3 Pengetahuan 17.198 1849.992
Pendidikan .859 33.663
Paritas 1.305 115.561
Constant

Anda mungkin juga menyukai