Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN HASIL KELOLAAN

ASUHAN KEBIDANAN ASUHAN KELAS PRANIKAH

DAN PRAKONSEPSI PADA NY. E USIA 25 TAHUN

DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS NILAM SARI

KOTA BUKITTINGGI

TAHUN 2022

Disusun oleh:

Efni Pratiwi Murni


2115901210

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan atas Rahmat dan Karunia

NYA lah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kasus Kelolaan ini

dengan judul, “Asuhan Kebidanan Asuhan Kelas Pranikah Pada Ny. E Usia

25 Tahun Di Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi Tahun 2022”.

Makalah Kasus Kelolaan ini di buat sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan siklus pranikah pada kurikulum program studi profesi kebidanan.

Dalam proses penyusunan laporan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Vitria Komala Sari, S.ST, M.Keb selaku pembimbing yang telah membimbing

dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan makalah Tugas

Kelolaan ini.

Dalam penyusunan makalah Tugas Kelolaan ini banyak terdapat

kekurangan namun berkat bimbingan dan bantuan serta semangat dari berbagai

pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah Tugas Kelolaan ini dengan

maksimal, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes selaku Rektor Universitas Fort De Kock

Bukittinggi

2. Ibu Oktavianis, S.ST, M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

3. Ibu Febriniwati Rifdi, S.SiT, M.Biomed selaku Ketua Prodi Profesi

Kebidanan Universitas Fort De Kock yang selalu mendukung dalam

kelancaran kegiatan di Universitas Fort De Kock.

i
4. Semua Dosen Universitas Fort De Kock yang telah banyak memberikan ilmu

dan bimbingannya selama penulis mengikuti pendidikan.

5. Orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan

moril, materil dan spiritual serta pengorbanan dan doa tulus selama peneliti

menjalani program pendidikan.

6. Teman-teman mahasiswi Program Studi Proesi Kebidanan yang telah

memberikan semangat dalam penulisan proposal ini, semoga kebersamaan ini

menjadi kekuatan yang berarti untuk kita terus melangkah maju.

Bukittingi, Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................4
C. Tujuan ...............................................................................................4
D. Manfaat .............................................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Pasangan Usia Subur
1. Pengertian Pasangan Usia Subur..................................................6
B. Konseling
1. Pengertian Konseling ..................................................................7
2. Konseling Pranikah .....................................................................8
3. Tujuan Konseling ........................................................................9
C. Konseling Dalam Kesehatan Reproduksi
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi...............................................10
2. Kesehatan Reproduksi PadaWanita Usia Subur..........................10
D. Program Calon Pengantin .................................................................11
E. KIE Catin Kesehatan Reproduksi.....................................................14

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Data Subjektif ...................................................................................17
B. Data Objektif ....................................................................................18
C. Assesment .........................................................................................19
D. Planning ............................................................................................19

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................26

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ...........................................................................................28
B. Saran .................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pernikahan tidak hanya mempersatukan pasangan laki-laki dan

perempuan. Pernikahan merupakan bertemunya seorang laki-laki dan

seorang wanita yang berbeda ke dalam sebuah ikatan tali perjanjian yang

sakral dengan menjunjung tinggi nilai adat dan agama. Dalam pernikahan

terdapat tanggung jawab, komitmen dan tujuan untuk melanjutkan

keturunan guna membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan

warohmah.

Demi mewujudkan tujuan mulia tersebut tiap pasangan perlu

mempersiapkannya dengan matang. Tidak hanya mempersiapkan fisik,

modal keuangan yang mencukupi, tetapi batin atau mental, serta riwayat

kesehatan maupun kehidupan pribadinya juga perlu dipertimbangkan,

karena hal itu merupakan faktor penting untuk memenuhi kebutuhan

psikologis calon pengantin.

Demi mewujudkan tujuan mulia tersebut tiap pasangan perlu

mempersiapkannya dengan matang. Tidak hanya mempersiapkan fisik,

modal keuangan yang mencukupi, tetapi batin atau mental, serta riwayat

kesehatan maupun kehidupan pribadinya juga perlu dipertimbangkan,

karena hal itu merupakan faktor penting untuk memenuhi kebutuhan

psikologis calon pengantin. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat

1
dilakukan pencegahan terhadap masalah kesehatan mengenai kesuburan

dan penyakit yang diturunkan secara genetik. Masih banyak pasangan

yang menganggap bahwa persiapan dan pemeriksaan pranikah hanya

melakukan Imunisasi Tetanus Toksiod (TT), sehingga persiapan dalam

aspek psikologis jarang sekali menjadi pertimbangan dalam melangkah ke

jenjang pernikahan. Padahal persiapan dan pemeriksaan pranikah tidak

hanya melalui Imunisasi atau vaksinasi dan tidak hanya berkaitan dengan

fertilitas (keturunan), tetapi juga berkaitan dengan pemeriksaan gizi,

kesehatan mental calon pengantin atau aspek psikologis dan fisiologi.

Pada tujuan ketiga SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan untuk semua lapisan usia,

maka Wanita Usia Subur (WUS) termasuk menjadi sasaran program.

Kesehatan WUS merupakan hal yang perlu diperhatikan karena WUS

berada dalam usia reproduksi. Maka salah satu upaya yang dilakukan

untuk meningkatkan derajat kesehatan wanita usia subur yaitu melalui

pelayanan pranikah .

Indonesia menduduki peringkat ke-2 di ASSEAN dan peringkat

ke-8 di dunia untuk kasus perkawinan anak. Diketahui, sekitar 22 dari 34

provinsi di tanah air memiliki angka perkawinan anak yang lebih tinggi

dari rata-rata nasional. Hal ini dianggap mengkhawatirkan. Pasalnya,

pemerintah telah mengatur dengan jelas batas minimal perkawinan

menjadi 19 tahun, dan memperketat aturan dispensasi perkawinan dalam

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan.

2
Menurut Koalisi Perempuan Indonesia (2019) dalam studinya Girls

Not Brides menemukan data, bahwa 1 dari 8 remaja putri Indonesia sudah

melakukan perkawinan sebelum usia 18 tahun. Temuan ini diperkuat

dengan data dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) BPS

tahun 2017 yang menunjukkan presentase perempuan berusia 20-24 tahun

yang sudah pernah kawin di bawah usia 18 tahun sebanyak 25,71 persen.

Dilihat dari aspek geografis, tren angka perkawinan anak dua kali lipat

lebih banyak terjadi pada anak perempuan dari pedesaan dibandingkan

dengan di perkotaan.

Berdasarkan data Bappenas (2021), perkawinan anak dapat

membawa dampak ekonomi yang menyebabkan kerugian ekonomi negara

sekitar 1,7 persen dari Pendapatan Kotor Negara (PDB). Selain dampak

ekonomi, para pengamat menyatakan bahwa perkawinan anak ini

sebenarnya akan berdampak multi-dimensional, karena dapat membawa

implikasi besar terhadap pembangunan, khususnya terkait kualitas dan

daya saing sumber daya manusia kaum muda di masa mendatang.

Walaupun tren angka perkawinan anak mengalami penurunan secara

nasional dari 11,21 persen (2018) menjadi 10,82 persen (2019).

Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Pelayanan

Kesehatan Prakonsepsi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan pada

perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka

menyiapkan perempuan menuju kehamilan yang sehat . Salah satu

3
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan pranikah di masyarakat

yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama atau Puskesmas.

Pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan

seksual secara komprehensif perlu diberikan kepada calaon pengantin.

Maka dibuat suatu program calon pengantin sebagai upaya guna

meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi pasangan yang akan

melaksanakan pernikahan. Program catin bertujuan untuk mewujudkan

keluarga sehat dan menekan angka kematian ibu dan anak. Dengan adanya

program catin melalui pembrian konseling, informasi dan edukasi

kesehatan reproduksi di tingkat puskesmas, diharapkan calon pengantin

dapat mempersiapkan diri menjalani kehidupan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang telah penulis ungkapkan di latar belakang

masalah, maka rumusan masalah yang didapat adalah “Bagaimana

Pencapaian Program Calon Pengantin Di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam

Sari Kota Bukittinggi”

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui bagaimana pencapaian program calon pengantin

diwilayah kerja Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi.

4
D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan pranikah

dan menambah pengetahuan calon pengantin mengenai pemeriksaan

pranikah.

2. Bagi Institusi

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan sumber

referensi di perpustakaan untuk menambah informasi dan wawasan

pembaca.

3. Bagi Profesi Bidan

Dapat dijadikan sebagai bacaan dan masukan serta inovasi dalam

memberikan pelayanan pranikah sehingga calon pengantin lebih

mengerti tentang pentingnya pemeriksaan pranikah pada calon

pengantin

4. Bagi Penulis

Diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama

pendidikan dan mengetahui secara nyata mengenai pelayanan

pranikah.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

A. PASANGAN USIA SUBUR

1. Pengertian Pasangan Usia Subur

Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri dengan rentang

usia antara 15-49 masih haid atau pasangan suami istri yang istri

berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri sudah berumur

50 tahun, tetapi masih haid (BKKBN, 2009 ).

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang

istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau pasangan

suami istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau

istri berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih haid (datang bulan)

(Kurniawati, 2014).

Menurut BKKBN tahun 2011, pasangan usia subur yang bukan

peserta KB adalah sebagai berikut :

a. Hamil

Pasangan Usia Subur yang pada saat pendataan

keluarga/pemutakhiran data keluarga, tidak menggunakan salah

satu alat/cara kontrasepsi, karena sedang hamil.

b. Ingin mempunyai anak.

Pasangan usia subur yang pada saat pendataan keluarga/

pemutakhiran data keluarga, sedang tidak menggunakan salah

6
satu alat/cara kontrasepsi, dan tidak sedang hamil, karena

menginginkan anak segera (batas waktu kurang dari dua tahun)

c. Ingin anak tunda

Adalah pasangan usia subur yang pada saat pendataan

keluarga/pemutakhiran data keluarga, sedang tidak

menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi, tetapi ingin

menunda (batas waktu dua tahun atau lebih) untuk kelahiran

anak berikutnya.

d. Tidak ingin anak lagi

Adalah pasangan usia subur yang pada saat pendataan

keluarga/pemutakhiran data keluarga, sedang tidak

menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi, tetapi juga tidak

menginginkan anak lagi.

B. KONSELING

1. Pengertian Konseling

Konseling adalah suatu bentuk bantuan sekurang – kurangnya

melibatkan dua orang yang disebut sebagai konselor (pemberi

konseling) dan konsei/klien (penerima konseling) (Eny Kusmiran,

2012).

Konseling adalah pertalian pribadi yang dinamis antara dua orang

yang berusaha memecahkan suatu masalah dengan

mempertimbangkannya bersama-sama sehingga pada akhirnya orang

7
menjadi lebih mudah untuk memecahkan maslahnya berdasarkan

penentuan diri sendiri (Eny Kusmiran, 2012).

Konseling adalah suatu situasi pertemuan langsung (face to face).

Seseorangyang telah dilatih dan telah memiliki ketrampilan atau

karena mendapatkepercayaan dari yang lain berusaha membantu

menghadapi, menjelaskan, danmenanggulangi masalah penyesuaian

diri (Eny Kusmiran, 2012).

Konseling kesehatan adalah suatu upaya pemberian bantuan psikis

yangdilakukan oleh konselor berkaitan dengan kesehatan klien yaitu

kondisi sejahtera, baik fisik, mental, maupun social yang bermuara

pada tercapainya tujuan akhir konseling.

2. Konseling Pranikah

Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam hidup seseorang

dan diharapkan terjadi sekali seumur hidup, sehingga perlu

dipersiapkan sebaik dan sematang mungkin. Hal ini dapat dilakukan

konseling dengan beberapa pendekatan, diantaranya adalah pendekatan

humanistik.

Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang

diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan

dengan rencana pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke

konselor untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan dapat

melakukan penyesuaian di kemudian hari secara baik (Latipun, 2010)

8
Konseling pranikah adalah nasehat yang diberikan kepada

pasangan sebelum menikah, menyangkut masalah medis, psikologis,

seksual, dan sosial. Jadi, Konseling Pranikah dimaksudkan untuk

membantu pasangan calon pengantin untuk menganalisis kemungkinan

masalah dan tentangan yang akanmuncul dalam rumah tangga mereka

dan membekali mereka kecakapan untuk memecahkan masalah.

Pranikah adalah masa sebelum adanya perjanjian antara laki-laki

dan perempuan, tujuannya untuk bersuami istri dengan resmi

berdasarkan undang-undang perkawinan agama maupun pemerintah.

3. Tujuan Konseling

a. Mengubah penyesuaian perilaku yang salah

Penyesuaian perilaku yang salah adalah perilaku yang

secara psikologis mengarah pada perilaku patologis. Penyesuaian

perilaku yang salah inilah yang akan diubah menjadi perilaku yang

sehat yang tidak mengandung indikasi adanya hambatan atau

kesulitan mental. Hal ini dilakukan adgar seseorang memiliki

perkembangan yang lebih baik (Namora,2016)

b. Belajar membuat keputusan

Membuat keputusan tidak mudah dilakukan oleh orang

padahal hal itu harus dilakukan sebagai bagian dari tujuan

konseling. Membuat keputusan diawali dari mengidentifikasi

alternatif, memiliki alternatif,menetapkan alternatif serta

memprediksi berbagai konsekuensi dari keputusan tersebut.

9
Menurut Shertzer dan Stone, seseorang harus belajar

memperkirakan konsekuensi yang akan timbul berkenan dengan

pengorbanan pribadi, waktu, tenaga, uang dan lain sebagainya.

c. Mencegah munculnya masalah

Notosoedirjo menyatakan bahwamencegah munculnya

masalah terdiri dari 3 pengertian, yaitu mencegah jangan sampai

mengalami masalah dikemudian hari, mencegah jangan sampai

masalah yang dihadapi berakibat gangguan yang menetap.

C. KOSELING DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting kesehatan bagi

pria maupun wanita, tetapi lebih dititik beratkan pada wanita. Keadaan

penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan

kemampuan bereproduksi serta tekanan sosial pada wanita karena

masalah gender (Eny Kusmiiran,2012).

Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan

kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan

dengan system dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya

kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan.

2. Kesehatan Reproduksi pada wanita usia subur

Menurut WHO, usia subur wanita adalah pada saat mereka berusia

14-49 tahun. Sementara puncak masa subur dan kualitas telur terbaik

wanita berada pada usia 20-30 tahun, sedangkan menurut BKKBN

10
wanita usia subur adalah wanita yang berumur 15-49 tahun baik yang

berstatus kawin atau janda. Wanita usia subur adalah wanita yang usia

baik untuk hamil berkisar 20-35 tahun.

Dalam masa subur wanita tersebut banyak masalah yang

berhubungan dengan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia

semakin hari semakin komplek, seperti penyakit keganasan kanker

serviks, kanker payudara, infeksi HIV/AIDS, kasus-kasus kekerasan

terhadap perempuan, serta permasalahan keluarga berencana yang

selama bertahun-tahun selalu menjadikan wanita sebagai sasaran

utama. Fenomena di lapangan menunjukkan fakta bahwa sedikit

perempuan yang berkunjung ke tenaga kesehatan untuk melakukan

upaya promotive atau preventive. Selain itu terbatas informasi tentang

bagaimana perempuan usia reproduktif menjaga kesehatan dan

mencegah penyakit.

D. PROGRAM CALON PENGANTIN (CATIN)

Kematian ibu di seluruh di dunia sekitar 25-50% (303.000 kasus

kematian) yang disebabkan adanya masalah kesehatan, komplikasi

persalinan, dan nifas. Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi terjadi di

Afrika sebanyak 179.000 jiwa, Asia Selatan sebanyak 69.000 jiwa, dan

Asia Tenggara sebanyak 16.000 jiwa. AKI di negara-negara Asia

Tenggara yaitu Indonesia sebesar 305 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH),

Vietnam sebesar 49 per 100.000 KH, Thailand sebesar 26 per 100.000

11
KH, Brunei sebesar 27 per 100.000 KH, dan Malaysia sebesar 29 per

100.000 KH.(1,2).

Hal ini menunjukkan penyebab salah satunya pelayanan kesehatan

reproduksi dan hak-hak kesehatan reproduksi saat ini masih cenderung

rendah, hal tersebut menyadarkan bahwa pasangan menikah perlu

merencanakan kehamilannya, sehingga mendapatkan keturunan yang

sehat, ibu melahirkan dengan selamat dan derajat kesehatan ibu meningkat

melalui intervensi program kesehatan ibu, namun tidak dapat hanya

dilakukan pada bagian hilir saja yaitu ibu hamil, tetapi harus ditarik lebih

ke hulu adalah kelompok dewasa muda maupun remaja yang maksudnya

bahwa intervensi dilakukan tidak dimulai saat hamil saja namun harus

dimulai saat sebelum hamil yaitu calon pengantin (catin) dengan

pemberian Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kesehatan reproduksi

oleh tenaga kesehatan secara komprehensif kepada umur dewasa muda

atau catin yang akan memasuki gerbang pernikahan, sehingga setiap calon

pengantin mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi maka diperlukan

kolaborasi antara KUA (Kantor Urusan Agama) dan Puskesmas (Pusat

Kesehatan Masyarakat) untuk mewujudkan hal tersebut melalui program

kursus calon pengantin.

Kolaborasi adalah mengatur satu atau lebih susunan pemerintah

atau lembaga publik yang berhubungan secara langsung dengan

stakeholder lembaga swasta/pemerintah yang bertujuan

12
bekerjasama untuk mengimplementasikan kebijakan atau mengatur

program.

Imunisasi yang berkaitan dengan upaya penurunan kematian bayi

diantaranya adalah pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) atau CATIN

kepada calon pengantin wanita dan ibu hamil. Imunisasi tetanus toxoid

CATIN diberikan kepada calon pengantin sebelum menikah sebanyak 1

kali sementara Pada ibu hamil imunisasi TT ini diberikan jika bumil

tersebut belum melengkapi imunisasi sejak dari bayi hingga masa

kehamilan sekarang dan jika bumil telah imunisasi lengkap sejak bayi.

Hingga sebelum ibu hamil maka imunisasi TT boleh tidak diberikan

kepada ibu hamil tersebut. Tujuan imunisasi ini adalah melindungi ibu

terhadap kemungkinan infeksi tetanus bila terluka, memberikan kekebalan

terhadap penyakit tetanus neonatorum kepada bayi yang akan dilahirkan

dengan tingkat perlindungan vaksin sebesar 90-95 %.(depkes RI, 2005).

Pemberian imunisasi Catin tersebut dapat dilakukan di tempat

pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu,

rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Oleh karenanya kunjungan

ibu hamil untuk memeriksakan diri pada tempat-tempat pelayanan

kesehatan tentunya akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan

cakupan pelayanan imunisasi Catin ibu hamil. Imunisasi Tetanus Toxoid

(TT) CATIN adalah antigen yang sangat aman untuk ibu hamil maupun

calon pengantin wanita, tidak ada bahayanya bagi janin yang dikandung

ibu yang mendapat imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

13
Penyakit Tetanus adalah penyakit menular yang tidak ditularkan

dari manusia ke manusia secara langsung. Penyebabnya adalah sejenis

kuman yang dinamakan Clostridium Tetani, kuman ini terutama spora atau

bijinya banyak berada di lingkungan. Basilus Clostridium Tetani, tersebar

luas di tanah dalam bentuk spora, binatang seperti kuda dan kerbau

bertindak sebagai harbour atau persinggahan sementara. Kuman tetanus

dalam kehidupannya tidak memerlukan/kurang oksigen(anaerob). Tetanus

timbul akibat masuknya spora Clostridium Tetani masuk lewat pertahanan

alamiah tubuh, seperti kulit, mukosa, sebagian besar lewat luka tusuk, luka

bakar kotor, patah tulang terbuka dan tali pusat (Achmadi.

U.F, 2000).

E. KIE CATIN KESEHATAN REPRODUKSI

1. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dalam Kesehatan

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan baik dalam

bentuk verbal, non verbal maupun emosional antara komunikator

kepada komunikan, sehingga terjadi proses saling berbagi informasi

satu sama lain untuk mencapai saling pengertian dan saling memiliki

(Everett M. Rogers).

Informasi adalah data yang sudah diproses dan diorganisir untuk

memberi arti bagi penggunanya (Romney dan Steinbart: 2009).

Edukasi atau pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakanuntuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok,

atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan

14
oleh pelaku pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan

konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan.

Definisi kesehatan menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009

adalah “keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun

sosial untuk memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

sosial dan ekonomi” (Undang-undang tentang kesehatan tahun 2009).

Menurut Kementrian Kesehatan dalam Pusat Promosi Kesehatan

(2015), Tujuan KIE dalam kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih

dan sehat

b. Meningkatnya peran serta masyarakat, melalui interaksi antara

petugas kesehatan dengan masyarakat, sehingga dapat

terbangun hubungan yang baik, saling menguntungkan, saling

mengisi, saling dapat memenuhi harapan dengan masyarakat.

c. Menyampaikan informasi yang akurat kepada pengambil

keputusan untuk mendapatkan dukungan kebijakan, dana,

sarana dan sumberdaya lainnya dalam mendukung upaya

pelayanan kesehatan di puskesmas.

d. Menggalang kemitraan di bidang kesehatan.

e. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang dilakukan

oleh petugas puskesmas.

15
2. Kesehatan reproduksi dan seksual

Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan,

kesejahteraan fisik, emosional, mental dan sosial yang utuh

berhubungan dengan reproduksi, bukan hanya bebas dari penyakit atau

kecacatan namun dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem

reproduksi, fungsi serta prosesnya. Individu yang sehat secara

reproduksi memiliki cara pendekatan yang positif dan penuh rasa

hormat terhadap seksualitas dan hubungan seksual, mereka juga

berpotensi untuk merasakan kesenangan dan pengalaman seksual yang

aman, bebas dari paksaan, diskriminasi dan kekerasan (Potter & Perry,

2009).

16
BAB III

TINJAUAN KASUS

Hari / Tanggal Pengkajian : Rabu / 23 Juli 2022

Tempat Pengkajian : Puskesmas Nilam Sari

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas

Nama : Nn. E

Umur : 25 tahun

Suku : Minang

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SI

Pekerjaan : Karyawan swasta

Alamat : Pulai

2. Anamnesa

a. Alasan Kunjungan : Nn. F mengatakan ingin suntik catin

b. Keluhan : Tidak Ada

3. Riwayat Obstetri

Menerche : 13 Tahun

Lamanya : 6-7Hari

Siklus : 28 Hari

Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut

Keluhan : Tidak Ada

17
4. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan dulu

Nn.F mengatakan dulu tidak memiliki penyakit keturunan

seperti jantung, asma paru-paru, dan lain-lain

b. Riwayat kesehatah sekarang

Nn.F mengatakan dulu tidak memiliki penyakit keturunan

seperti jantung, asma paru-paru, dan lain-lain

c. Riwayat kesehatan ginekologi

Nn. F mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit

ginekologi seperti kista, miom dan lain-lain.

5. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Nutrisi

Frekuensi : 3 kali sehari

Porsi : 1 piring nasi sedang + 1 potong ayam + sayur

b. Eliminasi

BAK : 5-6 x sehari

BAB : 2 x sehari

c. Istirahat

Siang : 1 Jam

Malam : 6-7 Jam

d. Personal Hygiene

Mandi : 2 x sehari

Keramas : 3 x seminggu

18
Gosok gigi : 2 x sehari

Ganti baju : 2 x sehari

Ganti pakaian dalam : Setiap kali basah

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : Bersih, Tidak ada kelainan

b. Wajah : Tidak ada kelainan

c. Mata : Sclera putih, Conjungtiva merah muda

d. Mulut : Bersih, Tidak ada kelainan

e. Leher : Tidak ada kelainan

f. Payudara : Tidak dilakukan pemeriksaan

g. Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tidak ada masa

h. Ekstremitas

 Atas :Tidak ada kelainan

 Bawah : Tidak ada kelainan, Reflek Patella +/+

i. Genetalia : Tidak dilakukan

2. Pemeriksaan khusus

TTV

TD : 100/60 mmHg

N : 78x/i

S : 37,3°C

R : 17x/i

BB : 60 kg

19
TB : 150 cm

LILA : 25 cm

3. Data penunjang

Gol Darah : A

HB :13,2

HIV : Negatif

HBSaG : Negatif

Siphilis : Negatif

Plano Test : Negatif

C. ASSESMENT

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan: TT, Psikologi pernikahan,Kespro, masa subur,

perencanaan kehamilan, IMS

D. PLANNING

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan

Menjelaskan kepada calon pengantin hasil pemeriksaan yang

dilakukan, yaitu : Tekanan darah : 120/71, Nadi: 80x/i, suhu : 37°C,

Pernafasan : 16x/i, BB : 49 kg, TB : 150 cm, LILA: 26 cm

Evaluasi : Nn. F sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Memberitahu kepada calon pengantin tentang suntik TT

Imunisasi yang berkaitan dengan upaya penurunan

kematian bayi diantaranya adalah pemberian imunisasi TT

(Tetanus Toxoid) atau CATIN kepada calon pengantin wanita dan

20
ibu hamil. Imunisasi tetanus toxoid CATIN diberikan kepada calon

pengantin sebelum menikah sebanyak 1 kali sementara Pada ibu

hamil imunisasi TT ini diberikan jika bumil tersebut belum

melengkapi imunisasi sejak dari bayi hingga masa kehamilan

sekarang dan jika

bumil telah imunisasi lengkap sejak bayi. Hingga sebelum ibu

hamil maka imunisasi TT boleh tidak diberikan kepada ibu hamil

tersebut. Tujuan imunisasi ini adalah melindungi ibu terhadap

kemungkinan infeksi tetanus bila terluka, memberikan kekebalan

terhadap penyakit tetanus neonatorum kepada bayi yang akan

dilahirkan dengan tingkat perlindungan vaksin sebesar 90-95

%.(depkes RI, 2005).

Pemberian imunisasi Catin tersebut dapat dilakukan di

tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu,

rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Oleh karenanya

kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan diri pada tempat-tempat

pelayanan kesehatan tentunya akan memberikan dampak positif

terhadap peningkatan cakupan pelayanan imunisasi Catin ibu

hamil.(Depkes RI, 2005). Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) CATIN

adalah antigen yang sangat aman untuk ibu hamil maupun calon

pengantin wanita, tidak ada bahayanya bagi janin yang dikandung

ibu yang mendapat imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

21
Penyakit Tetanus adalah penyakit menular yang tidak

ditularkan dari manusia ke manusia secara langsung. Penyebabnya

adalah sejenis kuman yang dinamakan Clostridium Tetani, kuman

ini terutama spora atau bijinya banyak berada di lingkungan.

Basilus Clostridium Tetani, tersebar luas di tanah dalam bentuk

spora, binatang seperti

kuda dan kerbau bertindak sebagai harbour atau persinggahan

sementara. Kuman tetanus dalam kehidupannya tidak

memerlukan/kurang oksigen(anaerob). Tetanus timbul akibat

masuknya spora Clostridium Tetani masuk lewat pertahanan

alamiah tubuh, seperti kulit, mukosa, sebagian besar lewat luka

tusuk, luka bakar kotor, patah tulang terbuka dan tali pusat

(Achmadi.

U.F, 2000).

Evaluasi : Calon pengantin sudah mengerti tentang suntik

TT dan Nn. F sudah di berikan suntik TT.

3. Memberitahu kepada calon pengantin tentang psikologi calon

pengantin

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama untuk

membentuk anak menjadi manusia yang berkarakter. Selain itu,

keluarga juga merupakan unit sosial terkecil yang menjadi pondasi

utama dalam menciptakan penerus bangsa yang berkualitas.

Keluarga yang mampu mewujudkan harapan besar ini adalah

22
keluarga yang di dalamnya tercipta keadaan yang sakinah,

mawaddah , dan rahmah.

Keluarga sakinah adalah keluarga yang tangguh dan di

dalamnya setiap anggota menemukan ketenangan dan

ketenteraman jiwa (Subhan, 2004). Keluarga sakinah

tidak lain adalah keluarga yang bahagia lahir batin, penuh diliputi

cinta kasih dan saling memahami. Keluarga sakinah dapat tercipta

jika terbangun koordinasi dan

komunikasi dua arah yang kuat antara orang tua dan anak dengan

pembentukan karakter anggota keluarga dengan baik. Keluarga

tanpa kekerasan adalah salah satu solusi efektif untuk membuat

seorang istri dan anak merasa nyaman, damai, tentram di rumah.

Bila ada permasalahan dalam keluarga, diharapkan

permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan dengan

jalan damai, dan perceraian adalah putusan akhir ketika

perdamaian dari kedua belah pihak tidak dapat ditemukan kembali.

Namun sayangnya, yang terjadi belakangan ini tidak demikian.

Tingkat perceraian di

Indonesia sangat tinggi. Ditemukan pasangan suami istri bercerai

persatu jam sebanyak 42 pasangan dan selama satu hari sebanyak

1015 pasangan suami istri bercerai di Pengadilan Agama (Sururie,

2017).

23
Evaluasi : Calon pengantin sudah paham tentang psikologi

pernikahan

4. Memberitahun cara menjaga kesehatan reproduksi

Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting kesehatan

bagi pria maupun wanita, tetapi lebih dititik beratkan pada wanita.

Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan

fungsi dan kemampuan bereproduksi serta tekanan sosial pada

wanita karena masalah gender (Eny Kusmiiran,2012).

Cara menjaga kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut :

 Pakai handuk yang lembut, kering, bersih, dan tidak berbau

atau lembab.

 Memakai celana dalam dengan bahan yang mudah menyerap

keringat.

 Pakaian dalam (CD) diganti minimal 2 kali sehari.

 Pastikan area organ intim selalu dalam keadaan kering dan

tidak lembap.

 Bagi wanita, hindari menggunakan sabun wangi, sabun sirih,

deodoran, bedak, dan vaginal douche karena dapat

menyebabkan kulit kelamin rentan iritasi.

 Bagi wanita, sesudah buang air kecil, membersihkan alat

kelamin sebaiknya dilakukan dari arah depan menuju belakang

agar kuman yang terdapat pada anus tidak masuk ke dalam

organ reproduksi.

24
 Bagi wanita yang mulai memasuki masa menstruasi sebaiknya

memperhatikan kebersihan alat reproduksi saat menstruasi.

Evaluasi : Calon pengatin sudah mengetahui cara menjaga

kesehatan reproduksi

5. Menjelaskan masa subur

Menurut MT. Indiarti dan Khotimah Wahyudi, masa subur

adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana

terdapat sel telur matang yang siap dibuahi, sehingga bila

perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka

dimungkinkan terjadi kehamilan. Masa subur merupakan rentang

waktu pada wanita yang terjadi “sebulan” sekali.

Evaluasi : Nn. Sudah mengetahui tentang masa subur

6. Menjelaskan kepada calon pengantin tentang perencanaan

kehamilan

Usia ibu ketika mengalami kehamilan akan mempengaruhi

status kesehatan ibu hamil dan janinnya karena berkaitan dengan

kematangan organ reproduksi dan kondisi psikologis ibu hamil

yaitu kesiapan dan kemampuan menjalani kehamilan. Komplikasi

risiko yang akan dialami oleh ibu hamil yang berusia <20 tahun

seperti keguguran, kelahiran prematur, persalinan sulit, serotinus,

ketuban pecah dini, anemia, melahirkan bayi BBLR. Menurut

Baby dalam Grace 2016 menyebutkan bahwa ibu hamil yang

berusia kurang dari 20 tahun akan memiliki risiko 5,117 kali lebih

25
besar untuk mengalami komplikasi kehamilan apabila

dibandingkan dengan ibu hamil yang berusia 20-35 tahun.

Evaluasi : Nn.F Telah mengetahui bagaimana melakukan

perencanaan kehamilan

7. Menjelaskan tentang Infeksi Menular Seksual (IMS)

Infeksi menular seksual (IMS) merupakan infeksi yang

ditularkan memlalui hubungan seksual, yang popular disebut

penyakit kelamin. Semua tehnik hubungan seks lewat vagina,

dubur atau mulut dapat menjadi wahana penularan penyakit

kelamin. Penyebab infeksi tersebut diantaranya adalah bakteri

(misalnyagonore, sifilis), jamur, virus (misalnya herpes, HIV), atau

parasit (misalnya kutu), penyakit ini dapat menyerang pria maupun

wanita

(UNESCO, 2012).

IMS menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus

dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat

menjalar, sakit berkepanjangan, kemandulan bahkan kematian.

Remaja perempuan perlu menyadari bahwa risiko untuk terkena

IMS lebih besar daripada laki-laki sebab alat reproduksi

perempuan lebih rentan, dan seringkali berakibat lebih parah

karena gejala awal tidak segera dikenali, sedangkan penyakit

berlanjut ke tahap lebih parah (UNESCO, 2012).

26
Penyakit IMS yang sering terjadi di masyarakat diantaranya

gonore, sifilis, klamidia, kondiloma, bakterial vaginosis dan lain-

lain. Penyakit gonore disebabkan bakteri Neisseria Gonorrheae.

Pada laki-laki dikenal sebagai kencing nanah, dengan gejala keluar

cairan kental berwarna kekuningan dari alat kelamin, nyeri di perut

bagian bawah. Pada perempuan sering tanpa gejala. Komplikasi

yang mungkin terjadi, diantaranya radang panggul pada

perempuan, kemungkinan terjadi kemandulan baik pada

perempuan atau laki-laki, infeksi mata pada bayi baru lahir yang

dapat menyebabkan kebutaan, kehamilan ektopik (di luar

kandungan) dan memudahkan penularan infeksi HIV (Dailli,2009).

Penyakit sifilis disebut juga raja singa, disebabkan bakteri

Treponema palidum. Gejala yang timbul tampak luka tunggal,

menonjol dan tidak nyeri, bintil/bercak merah di tubuh yang hilang

dengan sendirinya, dan sering

limfadenopati. Komplikasinya kerusakan pada otak dan jantung,

pada kehamilan dapatditularkan pada bayi, keguguran atau lahir

cacat dan memudahkan penularan infeksi HIV (Holmes, 2005).

Penyakit klamidia disebabkan bakteri Chlamydia

trachomatis. Infeksi ini biasanya kronis, karena 70% perempuan

pada awalnya tidak merasakan gejala apapun sehingga tidak

memeriksakan diri. Gejalanya yaitu keluar

cairan vagina/penis encer berwarna putih kekuningan, nyeri di

27
rongga panggul, pendarahan setelah hubungan seksual (pada

perempuan). Komplikasi yang terjadi biasanya menyertai gonore,

penyakit radang panggul, kemandulan akibat perlekatan pada

saluran falopian, kehamilan ektopik (diluar kandungan), infeksi

mata dan radang paru-paru (pneumonia) pada bayi baru lahir dan

memudahkan penularan infeksi HIV (Dailli, 2009).

Evaluasi : Calon pengntin telah paham tentang IMS

28
BAB IV

PEMBAHASAN

Perkawinan adalah untuk mencapai kehidupan rumah tangga yang

bahagia, tentram, aman serta nyaman. Maka dari itu, setiap calon pengantin

hendaknya mempunyai bekal yang cukup untuk menyiapkan kebutuhan yang

nantinya akan dihadapi dalam membina rumah tangga, baik moril maupun materil

Oleh karenaya sangat dibutuhkan adanya tindakan pencegahan, tindakan

pencegahan ini tidak cukup hanya diterapkan kepada pasangan yang telah

menikah, namun sangat penting untuk diketahui sejak dini oleh pasangan yang

berencana melakukan pernikahan atau pada calon pengantin. Hal ini dilakukan

agar calon pengantin dapat mempersiapkan diri menjalani kehidupan berkeluarga.

Pengkajian yang dilakukan pada Nn. E usia 25 suku minang agama islam

pendidikan terakhir SI bekerja sebagai karyawan swasta yang beralamat di pulai

datang ke puskesmas dengan alasan untuk melaksanakan suntik catin (TT), hal

tersebut berkaitan dengan program pemerintah yaitu Regulasi program suscatin

termuat dalam Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No.

DJ.11/491 tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin. (7) Regulasi pelayanan

kesehatan reproduksi catin tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 61

Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi(10) dan Peraturan Menteri Kesehatan

RI Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil,

Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan

Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual.

29
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Rafika Fariantita pada

jurnalnya yang berjudul “Kolaborasi Pada Program Kursus Calon Pengantin Di

Kabupaten Grobogan” berdasarkan studi pendahuluan bahwa pelaksanaan

kolaborasi program kursus calon pengantin dalam pemberian KIE kesehatan

reproduksi catin di Kabupaten Grobogan diwujudkan adanya Memorandum of

Understanding (MOU) antara Puskesmas dengan KUA, namun sampai saat ini

hanya ada beberapa Puskesmas dan KUA yang telah mempunyai MOU dan yang

lainnya belum mempunyai MOU. MOU terkait hal tersebut sudah berjalan sejak

tahun 2017.

Pada Nn. E kami memberikan konseling tenatng gizi, TT, psikologi calon

pengantin, cara menjaga kesehatan reproduksi, masa subur, perncanaan

kehamilan, dan IMS.

30
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam hidup seseorang

dan diharapkan terjadi sekali seumur hidup, sehingga perlu dipersiapkan sebaik

dan sematang mungkin. Hal ini dapat dilakukan konseling dengan beberapa

pendekatan, diantaranya adalah pendekatan humanistik.

Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang diselenggarakan

kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan dengan rencana

pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke konselor untuk membuat

keputusannya agar lebih mantap dan dapat melakukan penyesuaian di kemudian

hari secara baik (Latipun, 2010)

Kematian ibu di seluruh di dunia sekitar 25-50% (303.000 kasus kematian)

yang disebabkan adanya masalah kesehatan, komplikasi persalinan, dan nifas.

Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi terjadi di Afrika sebanyak 179.000 jiwa,

Asia Selatan sebanyak 69.000 jiwa, dan Asia Tenggara sebanyak 16.000 jiwa.

AKI di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia sebesar 305 per 100.000

Kelahiran Hidup (KH), Vietnam sebesar 49 per 100.000 KH, Thailand sebesar 26

per 100.000 KH, Brunei sebesar 27 per 100.000 KH, dan Malaysia sebesar 29 per

100.000 KH.(1,2).

Hal ini menunjukkan penyebab salah satunya pelayanan kesehatan

reproduksi dan hak-hak kesehatan reproduksi saat ini masih cenderung rendah, hal

31
tersebut menyadarkan bahwa pasangan menikah perlu merencanakan

kehamilannya, sehingga mendapatkan keturunan yang sehat, ibu melahirkan

dengan selamat dan derajat kesehatan ibu meningkat melalui intervensi program

kesehatan ibu, namun tidak dapat hanya dilakukan pada bagian hilir saja yaitu ibu

hamil, tetapi harus ditarik lebih ke hulu adalah kelompok dewasa muda maupun

remaja yang maksudnya bahwa intervensi dilakukan tidak dimulai saat hamil saja

namun harus dimulai saat sebelum hamil yaitu calon pengantin (catin) dengan

pemberian Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kesehatan reproduksi oleh

tenaga kesehatan secara komprehensif kepada umur dewasa muda atau catin yang

akan memasuki gerbang pernikahan, sehingga setiap calon pengantin

mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi maka diperlukan kolaborasi antara

KUA (Kantor Urusan Agama) dan Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)

untuk mewujudkan hal tersebut melalui program kursus calon pengantin.

Pengkajian yang dilakukan pada Nn. F usia 26 suku minang agama islam

pendidikan terakhir SI bekerja sebagai karyawan swasta yang beralamat di

gantiang datang ke puskesmas dengan alasan untuk melaksanakan suntik catin

(TT), hal tersebut berkaitan dengan program pemerintah yaitu Regulasi program

suscatin termuat dalam Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

No. DJ.11/491 tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin. (7) Regulasi

pelayanan kesehatan reproduksi catin tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI

Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi(10) dan Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa

32
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,

Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual.

Pada Nn. F kami memberikan konseling tentang gizi, TT, psikologi calon

pengantin, cara menjaga kesehatan reproduksi, masa subur, perncanaan

kehamilan, dan IMS.

B. SARAN

1. Bagi Nn. E

Diharapkan setelah pemberian konseling Nn. E menjalani

kehidupan rumah tangga yang rukun dan tetap menjalani pendidikan

kesehatan yang sudah diajarkan

2. Bagi lahan praktek

Dapat menjadi meningkatkan mutu dan pelayanan kebidanan di

program CATIN untuk kedepannya.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi dapat menilai kemampuan mahasiswa dalam

melaksanakan asuhan pendidikan kesehatan yang bisa dijadikan evaluasi

akademi terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dan juga bisa

dijadikan sebagai bahan masukan untuk kepustakaan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Analisis data perkawinan usia anak di indonesia. Diakses tanggal 6 Maret 2017.
https://www.unicef.org/indonesia/id/Laporan_Perkawinan_Usia_Anak.pdf.

Dianti R (2022). “Konseling Pranikah Dan Pemberian Informasi Psikologi


Perkawinan Untuk Membentuk Keluarga Sakinah Pada Calon Pengantin
Dikantor Urusan Agama Kecamatan Lubuk Kilangan”, 1(1), 31-36

Fokus Tekan Pernikahan Dini, BKKBN Lakukan Rebranding Program Genre.


Diakses tanggal 5 Maret 2017. http://jatim.bkkbn.go.id/fokus-tekan-
pernikahan-dini-bkkbn-lakukan-rebranding-program-genre

Rafika F & A. Sri (2020). “Kolaborasi Pada Program Kursus Calon Pengantin
Dikabupaten Grobogan”, 9(1),9-10

M. Wira (2018). “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Pra-Nikah Dengan


Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Catin”, 1(2)

Niki A (2021). “Perencanaan Kehamilan Sehat Pada Calon Pengantin Yang


Berniat Menikah Usia Dini Di Kabupatn Semarang Tahun 2020”, 9(3)

Rohmatika D & Eni R (2021). “Pengaruh Kesehatan Dengan Metode Pembrian


Buku Saku Perkasa (Persiapan Keluarga Sehat) Terhadap Kesiapan Menikah
Calon Penganti”, 12(1), 24-23

Titi R (2018). “Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Pada Calon


Pengantin Di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya”, 7(1), 29-30

Maria (2018). “Faktor Resiko Penyakit Infeksi Menular Seksual”, 9(3)


DOKUMENTASI
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul : Kesehatan Reproduksi

Tanggal : 23 Juli 2022

Waktu : 10 Menit

Tempat : Rumah Nn. E

I. Tujuan Instruksional Umum

Pada akhir penyuluhan diharapkan Nn.E dapat memahami dan mampu

menjelaskan kembali tentang cara menjaga kesehatan reproduksi

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan ibu mampu:

a. Menjelaskan mengenai cara menjaga kesehatan reproduksi

III. Pokok Bahasan

Kesehatan reproduksi calon pengantin

IV. Materi

Terlampir.

V. Metode

a. Ceramah.

b. Tanya jawab.
VI. Kegiatan

Metode dan
Tahap Kegiatan Kegiatan penyaji Kegiatan peserta
Media

Pembukaan Salam pembuka Memperhatikan dan Ceramah

(2 menit) Menjelaskan maksud mendengarkan.

dan tujuan penyuluhan.

Penyajian Menyampaikan materi : Memperhatikan dan Ceramah

(6 menit ) Menjelaskan tentang mendengarkan

cara menjaga kesehatan keterangan.

reproduksi

Penutup a. Memberikan a. Bertanya. Tanya jawab

( 2 menit ) kesimpulan dan b. Menjawab

bertanya pada pertanyaan

Audien penyuluhan.

b. Mengevaluasi hasil

penyuluhan dan

salam.
KESEHATAN REPRODUKSI CALON PENGANTIN

Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting kesehatan bagi pria

maupun wanita, tetapi lebih dititik beratkan pada wanita. Keadaan penyakit pada

wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan bereproduksi

serta tekanan sosial pada wanita karena masalah gender (Eny Kusmiiran,2012).

Cara menjaga kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut :

 Pakai handuk yang lembut, kering, bersih, dan tidak berbau atau lembab.

 Memakai celana dalam dengan bahan yang mudah menyerap keringat.

 Pakaian dalam (CD) diganti minimal 2 kali sehari.

 Pastikan area organ intim selalu dalam keadaan kering dan tidak lembap.

 Bagi wanita, hindari menggunakan sabun wangi, sabun sirih, deodoran,

bedak, dan vaginal douche karena dapat menyebabkan kulit kelamin

rentan iritasi.

 Bagi wanita, sesudah buang air kecil, membersihkan alat kelamin

sebaiknya dilakukan dari arah depan menuju belakang agar kuman yang

terdapat pada anus tidak masuk ke dalam organ reproduksi.

 Bagi wanita yang mulai memasuki masa menstruasi sebaiknya

memperhatikan kebersihan alat reproduksi saat menstruasi.


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul : Psikologi Catin

Tanggal : 23 Juli 2022

Waktu : 10 Menit

Tempat : Rumah Nn. E

I. Tujuan Instruksional Umum

Pada akhir penyuluhan diharapkan Nn.E dapat memahami dan mampu

menjelaskan kembali tentang Psikologi catin

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan ibu mampu:

a. Menjelaskan mengenai psikologi catin

III. Pokok Bahasan

Psikologi calon pengantin

IV. Materi

Terlampir.

V. Metode

a. Ceramah.

b. Tanya jawab.
VI. Kegiatan

Metode dan
Tahap Kegiatan Kegiatan penyaji Kegiatan peserta
Media

Pembukaan Salam pembuka Memperhatikan dan Ceramah

(2 menit) Menjelaskan maksud mendengarkan.

dan tujuan penyuluhan.

Penyajian Menyampaikan materi : Memperhatikan dan Ceramah

(6 menit ) Menjelaskan tentang mendengarkan

Psikologi calon keterangan.

pengantin

Penutup a. Memberikan a. Bertanya. Tanya jawab

( 2 menit ) kesimpulan dan b. Menjawab

bertanya pada pertanyaan

Audien penyuluhan.

b. Mengevaluasi hasil

penyuluhan dan

salam.
PSIKOLOGI CALON PENGANTIN

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama untuk membentuk anak

menjadi manusia yang berkarakter. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial

terkecil yang menjadi pondasi utama dalam menciptakan penerus bangsa yang

berkualitas. Keluarga yang mampu mewujudkan harapan besar ini adalah keluarga

yang di dalamnya tercipta keadaan yang sakinah, mawaddah , dan rahmah.

Keluarga sakinah adalah keluarga yang tangguh dan di dalamnya setiap

anggota menemukan ketenangan dan ketenteraman jiwa (Subhan, 2004). Keluarga

sakinah tidak lain adalah keluarga yang bahagia lahir batin, penuh diliputi cinta

kasih dan saling memahami. Keluarga sakinah dapat tercipta jika terbangun

koordinasi dan komunikasi dua arah yang kuat antara orang tua dan anak dengan

pembentukan karakter anggota keluarga dengan baik. Keluarga tanpa kekerasan

adalah salah satu solusi efektif untuk membuat seorang istri dan anak merasa

nyaman, damai, tentram di rumah.

Bila ada permasalahan dalam keluarga, diharapkan permasalahan tersebut

dapat diselesaikan dengan baik dan dengan jalan damai, dan perceraian adalah

putusan akhir ketika perdamaian dari kedua belah pihak tidak dapat ditemukan

kembali. Namun sayangnya, yang terjadi belakangan ini tidak demikian. Tingkat

perceraian di Indonesia sangat tinggi. Ditemukan pasangan suami istri bercerai

persatu jam sebanyak 42 pasangan dan selama satu hari sebanyak 1015 pasangan

suami istri bercerai di Pengadilan Agama (Sururie, 2017).


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul : Imunisasi Tetanus Toxoid

Tanggal : 23 Juli 2022

Waktu : 10 Menit

Tempat : Rumah Nn. E

I. Tujuan Instruksional Umum

Pada akhir penyuluhan diharapkan Nn.E dapat memahami dan mampu

menjelaskan kembali tentang imunisasi TT

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan ibu mampu:

a. Menjelaskan tentang manfaat imunisasi TT

III. Pokok Bahasan

Imunisasi TT

IV. Materi

Terlampir.

V. Metode

a. Ceramah.

b. Tanya jawab.
VI. Kegiatan

Metode dan
Tahap Kegiatan Kegiatan penyaji Kegiatan peserta
Media

Pembukaan Salam pembuka Memperhatikan dan Ceramah

(2 menit) Menjelaskan maksud mendengarkan.

dan tujuan penyuluhan.

Penyajian Menyampaikan materi : Memperhatikan dan Ceramah

(6 menit ) Menjelaskan tentang mendengarkan

imunisasi TT keterangan.

Penutup a. Memberikan a. Bertanya. Tanya jawab

( 2 menit ) kesimpulan dan b. Menjawab

bertanya pada pertanyaan

Audien penyuluhan.

b. Mengevaluasi hasil

penyuluhan dan

salam.
IMUNISASI TETANUS TOXOID

Imunisasi yang berkaitan dengan upaya penurunan kematian bayi

diantaranya adalah pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) atau CATIN

kepada calon pengantin wanita dan ibu hamil. Imunisasi tetanus toxoid CATIN

diberikan kepada calon pengantin sebelum menikah sebanyak 1 kali sementara

Pada ibu hamil imunisasi TT ini diberikan jika bumil tersebut belum melengkapi

imunisasi sejak dari bayi hingga masa kehamilan sekarang dan jika

bumil telah imunisasi lengkap sejak bayi. Hingga sebelum ibu hamil maka

imunisasi TT boleh tidak diberikan kepada ibu hamil tersebut. Tujuan imunisasi

ini adalah melindungi ibu terhadap kemungkinan infeksi tetanus bila terluka,

memberikan kekebalan terhadap penyakit tetanus neonatorum kepada bayi yang

akan dilahirkan dengan tingkat perlindungan vaksin sebesar 90-95 %.(depkes RI,

2005).

Pemberian imunisasi Catin tersebut dapat dilakukan di tempat pelayanan

kesehatan seperti puskesmas, posyandu, rumah sakit dan pelayanan kesehatan

lainnya. Oleh karenanya kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan diri pada

tempat-tempat pelayanan kesehatan tentunya akan memberikan dampak positif

terhadap peningkatan cakupan pelayanan imunisasi Catin ibu hamil.(Depkes RI,

2005). Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) CATIN adalah antigen yang sangat aman

untuk ibu hamil maupun calon pengantin wanita, tidak ada bahayanya bagi janin

yang dikandung ibu yang mendapat imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

Penyakit Tetanus adalah penyakit menular yang tidak ditularkan dari

manusia ke manusia secara langsung. Penyebabnya adalah sejenis kuman yang


dinamakan Clostridium Tetani, kuman ini terutama spora atau bijinya banyak

berada di lingkungan. Basilus Clostridium Tetani, tersebar luas di tanah dalam

bentuk spora, binatang seperti kuda dan kerbau bertindak sebagai harbour atau

persinggahan sementara. Kuman tetanus dalam kehidupannya tidak

memerlukan/kurang oksigen(anaerob). Tetanus timbul akibat masuknya spora

Clostridium Tetani masuk lewat pertahanan alamiah tubuh, seperti kulit, mukosa,

sebagian besar lewat luka tusuk, luka bakar kotor, patah tulang terbuka dan tali

pusat (Achmadi.U.F, 2000).

Anda mungkin juga menyukai