Anda di halaman 1dari 11

KEHAMILAN

DENGAN ANEMIA
Anggota:
1. Gheni Mulia
2. Rahmi Fitri
3. N. Ayfia Setra
4. Selsa Yolanda. E
5. Silvy Syuhada
6. Sindi Aristi
7. Siti Zahara
8. Sonia Putri Anyer
Anemia adalah kondisi ibu dengan haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi
ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11gr% pada trimester I dan III
atau kadar <10,5gr% pada trimester II.
Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi,
jenis pengobatannya relatif mudah bahkan murah. Darah akan
bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau
Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan
dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.
Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut; plasma 30%, sel darah 18
%, dan Haemoglobin 19 %.
Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan

Perubahan hermatologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh


karena Perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap
plasenta dan pertumbuhan Payudara. Volume plasma meningkat 45-
65% dimulai pada trimester II kehamilan Dan maksimum terjadi pada
bulan ke-9 dan meningkat sekita 1000 ml, menurun Sedikit
menjelang aterm serta kembali normal pada 3 bulan setelah partus.
Stimulasi Yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen
plasma, yang menyebabkan Peningkatan sekresi aldesteron
(Rukiyah, 2010).
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut
Hidremia Atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah
menjadi kurang Dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga
terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai
berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan Hemoglobin 19%. Secara
fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu Meringankan
kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan
(Manoe, 2010).
Tanda dan gejala anemia pada ibu hamil
Gejala anemia pada ibu hamil bisa tidak terlihat sehingga tak jarang
diabaikan begitu saja. Namun, seiring bertambahnya usia kehamilan,
gejalanya bisa semakin memburuk.
Maka, kenali dan waspadai gejala anemia pada ibu hamil seperti:
1. Tubuh terasa lemah, letih, dan lesu terus menerun
2. Pusing
3. Sesak napas
4. Detak jantung cepat atau tidak teratur
5. Sakit atau nyeri dada
6. Warna kulit, bibir, dan kuku memucat
7. Tangan dan kaki dingin
8. Sulit berkonsentrasi
Penyebab anemia pada ibu hamil
Anemia adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh
kekurangan sel darah merah, lebih rendah daripada
batas normalnya.
Kekurangan darah merah dapat menyebabkan cepat
merasa lelah atau lemah karena organ dalam tubuh
tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi. Anda juga
mungkin mengalami gejala lain seperti; sesak napas,
pusing, atau sakit kepala.
Kondisi ini umumnya diakibatkan oleh masalah
kekurangan gizi pada ibu hamil dan dipengaruhi
perubahan hormon tubuh yang mengubah proses
produksi sel-sel darah.
Beberapa kondisi kesehatan selain anemia seperti
perdarahan, penyakit ginjal, dan gangguan sistem imun
tubuh juga dapat menyebabkan tubuh kekurangan sel
darah merah.
Jenis anemia pada ibu hamil yang sering dialami
1. Anemia defisiensi zat besi
Anemia pada ibu hamil paling sering disebabkan oleh masalah kekurangan zat
besi. Anemia ini disebut dengan anemia defisiensi zat besi.
Zat besi diperlukan untuk membantu tubuh memproduksi sel darah merah segar
yang kaya oksigen dan nutrisi. Aliran darah, oksigen, serta nutrisi sangat penting
untuk mendukung proses tumbuh kembang janin dan memelihara kondisi
plasenta tetap optimal.
Penyebab utama dari defisiensi zat besi adalah kurang makan makanan kaya zat
besi, seperti protein hewani sejak dari sebelum dan semasa hamil
2. Anemia defisiensi folat
Anemia defisiensi folat terjadi ketika tubuh kekurangan asupan asam folat
(vitamin B9) dari makanan. Anemia jenis ini juga bisa terjadi akibat malabsorpsi.
Malabsorpsi artinya tubuh tidak dapat menyerap asam folat secara efektif
sebagaimana mestinya. Hal ini biasanya disebabkan oleh gangguan pencernaan,
seperti penyakit celiac. Fungsi asam folat adalah untuk membentuk protein baru
di dalam tubuh yang menghasilkan sel darah merah dan membentuk DNA pada
janin.
3. Anemia defisiensi vitamin B12
Vitamin B12 diperlukan tubuh untuk membantu produksi sel darah merah. Jika
ibu hamil kurang mengonsumsi makanan tinggi vitamin B12, gejala anemia pada
ibu hamil bisa muncul sebagai akibatnya.
Gangguan pencernaan seperti penyakit celiac dan Crohn juga dapat mengganggu
kerja tubuh menyerap vitamin B12 dengan baik.
Selain itu, kebiasaan minum alkohol saat hamil juga dapat menyebabkan anemia
pada ibu hamil jenis defisiensi vitamin B12.
Faktor yang meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil
Semua wanita hamil berisiko mengalami anemia. Anemia disebabkan
oleh tubuh yang tidak mampu mencukupi kebutuhan pasokan darah,
zat besi, dan asam folat yang lebih banyak dari biasanya semasa
kehamilan.
Anemia juga paling berisiko pada ibu yang memiliki kondisi berikut:
1. Sedang hamil kembar. Semakin banyak bayi yang dikandung,
semakin banyak darah yang dibutuhkan.
2. Dua kali hamil dalam waktu berdekatan.
3. Muntah dan mual di pagi hari (morning sickness).
4. Hamil di usia remaja.
5. Kurang mengonsumsi makanan kaya zat besi dan asam folat.
6. Sudah memiliki anemia sejak sebelum hamil.
Bahaya anemia pada ibu hamil dan janin
Anemia yang parah di trimester pertama dilaporkan dapat
meningkatkan berbagai masalah seperti:
1. Risiko janin lambat atau janin tidak berkembang dalam
kandungan
2. Bayi lahir prematur
3. Memiliki berat badan rendah saat lahir (BBLR)
4. Nilai APGAR score yang rendah

Anemia pada ibu hamil yang parah juga bisa menyebabkan


kerusakan organ vital seperti otak dan jantung hingga kematian.
Selain itu, anemia juga dikaitkan dengan risiko keguguran meski
belum benar-benar ada penelitian valid yang bisa
memastikannya.
Kondisi anemia yang dibiarkan terus berlanjut tanpa pengobatan
akan memperbesar risiko ibu kehilangan banyak darah selama
melahirkan.
Dampak Anemia Pada Kehamilan
Menurut Proverawati (2009) dampak anemia pada kehamilan sampai pasca
persalinan adalah:
a. Trimester Pertama
Abortus, missed abortus, dan kelainan congenital.
b. Trimester Kedua dan Trimester III
Persalinan premature, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin
dalam Rahim, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), mudah terkena infeksi,
Intetlligence Guotient (IQ) rendah (Proverawati, 2009).
Bahaya anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan
antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai
kematian, gestosisdan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga
kematian ibu (Mansjoer, 2008).
c. Saat Inpartu
Gangguan his primer dan sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan
dengan tindakan tinggi, ibu cepat lelah, gangguan perjalanan persalinan perlu
tindakan operatif (Proverawati, 2009).
d. Pascapartus
Antonia uteri menyebabkan perdarahan, retensic plasenta, perlukaan sukar
sembuh, mudah terjadi perperalis, gangguan involusi uteri, kematian ibu tinggi
(perdarahan, infeksi peurperalis, gestrosis) (Proverawati, 2009).
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anemia pada ibu hamil dapat


berupa pencegahan Dan pengobatan, antara lain:
1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan
atau konsumsi Vitamin C sehingga membantu
penyerapan zat besi di dalam Tubuh dan
menghindari zat-inhibitor penghambat penyerapan
Zat besi.
2. Konsumsi suplemen zat besi pada ibu hamil
sebagai Pencegahan anemia.
3. Penambahan jenis zat gizi dalam bahan pangan
agar Meningkatkan kualitas pangan (fortifikasi Fe).
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai