Anda di halaman 1dari 34

1. Latar Belakang.

 AKI,AKB dan AKABA merupakan indicator


penting dlm mengukur status kesehatan
masyarakat dalam mencapai Indonesia Sehat
 AKB sbg salah satu indicator Indeks
Pembangunan Manusia ( Human Development
Index )
 Indonesia rangking 109 dari 174 negara
( HDR, 2000)
 Rangking 112 dari 175 negara ( HDR, 2003 )
 Tertinggal dari Negara ASEAN
( Siangapura 28, Brunei 31,
Malaysia 58, Thailand 74, Filippina
85, Vietnam 109 )
 Hanya lebih baik dibanding

Kamboja 130, Myanmar 131, Laos


135 )
 Selain HDI yg rendah juga HPI

( Human Poverty Index) sbg


salah salah indicator Prevalensi
 Untuk mengukur AKI, AKB,
AKABA masih mengandalkan
survey di masyarakat.
 AKI…..> 400/10.000, AKB

40/1000, dan beragam pd tiap


daerah dan cenderung
stagnan.
 Dalam menanggulangi AKI,
AKB,AKABA dan KEP sudah berbagai
upaya akselerasi telah dilaksanakan :
 Penempatan bidan di desa.

 Safe Motherhood.

 Making Pregnancy Safer ( MPS )

 Revitalisasi Posyandu.

 Dll.
2. Tujuan Survey :
 Merumuskan secara spesifik permasalahan
indicator tsb (AKI,AKB,AKABA,KEP) melalui
kajian dari berbagai aspek yg mencakup :
 Kajian ketepatan besaran dan kecendrungan
AKI,AKB,AKABA dan Prevalensi KEP.
 Kajian factor-faktor yg mendasari dan factor
langsung yang mempengaruhi indicator tsb
diatas serta berbagai kebijakan dan langkah-
langkah strategis yg diperlukan.
3. Faktor-faktor yg berperan dlm AKI,
AKB, AKABA DAN Status Gizi ( KEP )
 Sesuai dgn kerangka
AKI,AKB,AKABA dan Status Gizi,
maka analisis yg dilakukan adalah
terhadap factor-faktor yg
berperanan mempemgaruhi indicator
tsb dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
 Faktor mendasar.

 Faktor langsung.
Penyebab kematian ibu belum
berubah yaitu :
 Perdarahan ( 34 % - 45 % )
terutama HPP.
 Hipertensi pada kehamilan
( 14,5 % - 24 % )
 Infeksi ( 10 % - 10,5 % )
 Partus lama ( 5 % - 6,5 % )
1.Faktor Mendasar :

a. Pendidikan dan status social


ekonomi yg masih rendah.
b. Kemampuan mereka terbatas
dan ini berkaitan dgn tingkat
independensinya utk
mengambil keputusan.
c. Ketidaksetaraan gender.
d. Praktek perawatan tali pusat bayi yg
tidak menguntungkan kesehatan.
e. Ketika terjadi kegawatdaruratan,
pengambilan keputusan masih
berdasar budaya “ masih berdasar
budaya “ berunding “ yg berakibat
keterlambatan merujuk ( tipe
terlambat pertama )
f. Kehamilan ibu tak berarti merubah
pola berkerja bumil sehari-hari,
malahan sering ibu adalah tumpuan
2. Status Keluarga :
a. Masih rendahnya kemampuan ekonomi klg
turut mempengaruhi keputusan apakah ibu
hamil akan bersalin dgn Nakes atau tidak
b. Peran suami masih dan klg masih kurang.
c. Dengan kemampuan ekonomi keluarga yg
masih rendah dan keamanan pangan klg
menjadi penyebab masih rendahnya intake
makanan ( Asupan makanan)
d. Keadaan sanitasi lingkungan yg kurang
mendukung akan mempermudah timbulnya
penyakit infeksi, spt diare, cacingan dll.
3) Status Masyarakat.
a. Pendidikan yg masih rendah
berhubungan berbagai ketidaktahuan,
ketidaksadaran dan salah persepsi ttg
kesehatan.
b. Diperburuk oleh berbagai adat, tradisi,
pantangan,kepercayaan, tahyul yg masih
berkembang di masyarakat yg berisiko
buruk thdp kesehatan.
c. Kemiskinan.
 ==== Maka semua factor tsb berakibat
pd masih rendahnya partisipasi masyarakat
dlm upaya mencegah “ 3 terlambat “ dlm
rangka penyelamatan kesehatan ibu dan
anak terutama bayi baru lahir.
 === “ Budaya pasrah “ pada
kesusahan yg menimpa masih sering
dijumpai dlm menghadapi kesakitan dan
kematian.
 === Kematian dipersepsi sbg takdir
terlihat sangat dominan pd “ Gakin “ dan
keluarga “ Nyaris Miskin “
2) Factor Langsung :
1) Status kesehatan / gizi.
a. Masih tingginya prevalensi kekurangan gizi
dan keadaan anemia baik pd bumil maupun
anak khususnya dipedesaan.
b. Terdapat korelasi antara kondisi kurang
gizi
dan anemia dgn tingginya tingkat kematian
ibu dan anak.
2) Status Reproduksi :

a.Masih banyak dijumpai ibu yg


terlalu muda
utk kawin, hamil dan punya anak.
b. Usia terlalu tua ttp masih
produktif.
c. Kehamilan yg terlalu sering.
d. Jarak kehamilan yg terlalu dekat
 ===== “ 4 terlalu “
3) Perilaku Kesehatan
a. Kesertaan KB pd umumnya sdh
tinggi, namun ketika daya beli alat
kontrasepsi pd sebagian masyarkat
rendah shg ibu-ibu tidak mampu
mengatur jarak kehamilan.
b. Umumnya frekuensi ANC sdh cukup
tinggi tetapi persoalannya adalah
ketidak teraturan ANC yg belum
sesuai 1 – 1 – 2.
c. Rendahnya kualitas pelayanan
dan rendahnya kepatuhan ibu
misalnya dlm hal minum tablet
Fe.
d. Masih banyak keterbatasan
pd pihak ibu utk minta
pertolongan persalinan oleh “
Nakes “ walaupun sudah
mengenal bidan.
e. Penggunaan dan akses
kepelayanan rujukkan
obstetric dan neonatal masih
lemah, antaralain krn kondisi
ekonomi, geografi dan aspek
psikologi.
f. Pola asuh anak yg masih
kurang memadai ikut dlm
meningkatnya resiko anak
thdp kurang gizi
4) Akses terhadap pelayanan
kesehatan.
a. Akses kepelayanan kesehatan
mempunyai korelasi yg kuat dgn
kematian ibu dan anak.
b. Akses thdp pelayanan KB dan
persalinan yg aman dan bersih
masih terbatas.
 Kendalanya adalah :
a. Lokasi sulit dijangkau krn
terbatasnya transportasi
dan biaya.
b.Disebagian daerah nakes
juga jarang ditempat.
c. Masih kurangnya pelayanan
KB dan fasilitasnya.
d. Alat KB masih dianggap
mahal ataupun sdh
kadaluarsa.
e. Rujukan obstetric masih
rendah.
f. Penyediaan obat potensial
spt oxytocin, antibiotic dan
tranfusi darah masih kurang.
5) Kualitas pelayanan kesehatan.
a. Persalinan oleh Nakes masih
61 %, selebihnya ditolong oleh
tenaga tradisional yg lebih
murah, mudah dan bersifat
kekeluargaan.
b. Jumlah, lokasi dan fasilitas
pelayanan kesehatan masih
terbatas.
4. Rekomendasi.

Dilandasi bukti-bukti
empiris dan kenyataan di
lapangan dgn focus kebijakan
pada “ kemiskinan “ dan
“ Desentralisasi “ maka
direkomendasikan sbb :
a) Pemantapan Kebijakan Nasional :
1. Kebijakan nasional MPS perlu
dijadikan payung utk seluruh
upaya yg terpadu.
2. MPS harus dpt mengarahkan
kebijakan akselerasi penurunan
AKI dan AKABA yg terintegrasi dgn
melibatkan lintas sktor dan
program serta masyarakat dan
semua pihak.
3. Kebijakan GSI yg ruang lingkupnya
adalah pemberdayaan masyarakat
perlu menjadi bagian integral dari
MPS shg dpt menggerakkan
masyarakat.
4. Kebijakan revitalisasi Posyandu dlm
arti sesungguhnya sbg salah satu
bentuk peran serta masyarakat.
5. Kemiskinan perlu menjadi perhatian
khusus dlm penurunan AKI/AKABA.
b) Implementasi program di Tingkat
Kabupaten/Kota :
 Dengan payung kebijakan MPS dan
revitalisasi Posyandu, instrument utk
menjamin keberlangsungan pelayanan
kesehatan dlm era yaitu : “
Kewenangan Wajib “ ( KW ) dan ”
Standar Pelayanan Minimal “ yg tertuang
dlm SK Men Kes : No. 1457 / SK / Men
Kes / 2003 perlu digunakan dgn baik.
 Oleh sebab itu diajukan bbrp
rekomendasi yg menyangkut :
a. Advokasi dan Kebijakan :
 Perlu mmberdayakan Din Kes
Kab / Kota dlm melakukan
advokasi pd pihak legislative
utk mengimplementasi
kebijakan nasional agar
mengalokasikan dana kesehatan
yg sangat diperlukan utk
kebijakan operasional
menyangkut :
 Peningkatan SDM.
 Sarana dan Prasarana

kesehatan.
 Manajemen penyelenggaraan

upaya-upaya kesehatan.
 Mutu standar pelayanan

kesehatan ibu dan anak.


 Kemitraan dgn berbagai pihak.
b. Dinas kesehatan kab/kota
menjamin sekurang-kurangnya ada
seorang bidan yg tinggal dan dapat
memberikan pelayanan disuatu
desa, untuk itu:
 Bidan harus terampil dlm APN sesuai
evidence base medicine melalui suatu
pelatihan klinis standar.
 Bidan trampil dlm “ manajemen aktif
kala tiga “ yaitu penanggulangan
perdarahan post partum.
 Bidan trampil dlm asuhan bayi baru lahir.
c. Peningkatan Kinerja dan Mutu
Pelayanan.
1. Pelaksanaan tehnis pelayanan baik
tingkat dasar bidan didesa dan
Puskesmas maupun rujukan
( RSUD ) harus sesuai dgn standar
dlm “ Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal
( Bagian Operasional MPS )
2. Adanya pembinaan thdp
pusat – pusat pelayanan agar
mencapai standar PONED utk
Puskesmas dan PONEK utk
RSUD.
3. Adanya pelatihan utk bidan
agar trampil dlm pelaksanaan
“ Komunikasi Interpersonal
dan Konseling “
d. Pemberdayaan Masyarakat.
e. Monitoring :
 Sistem PWS KIA.

 Pemantauan kinerja program KIA

dilakukan scr teratur dgn indicator


: K1, K4 dan Linakes.
 Monitoring thdp mutu tehnis klinis
suatu pelayanan baik di RSUD, RS
Swasta, RSB, RB, Puskesmas, BPS
sampai Bides. Melalui supervisi :
- Penggunaan Partograf.
- Manajemen aktif kala tiga.
- Pencegahan infeksi.
- Kematian neonatal spt : Hypotermia
dan Aspiksia

Anda mungkin juga menyukai