Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

DOSEN : WIDYA PANI., SKM.,SST.,M.Kes

DISUSU OLEH :
NAMA : NUR FATIMA
NIM : P07124117026
KELAS : IIA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALU JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN PALU
TAHUN AJARAN 2019
BAHAN AJAR
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

ProgramStudi : DIII Kebidanan Kelas Reguler


Nama Matakuliah : ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
Jumlah SKS : 5 SKS (T=2, P=1, K=2)
Sasaran Belajar : Mahasiswa DIII Kebidanan
Mata kuliah : Lulus Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas
Prasyarat
Diskripsi Matakuliah : Mata kuliah ini membahas tentang konsep asuhan
kebidanan komunitas sebagai salah satu area praktik
bidan di komunitas dan memberikan pemahaman pada
mahasiswa tentang konsep–konsep dan teori mengenai
kebidanan komunitas, terutama keterkaitannya dengan
issue hak asasi manusia dan gender sehingga mampu
menerapkannya dalam kesehariannya di masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang terjadi.

PENDAHULUAN

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diingikan. Maka dari itu, pemerintah merencanakan program
atau cara untuk mencegah kehamilan ( sulistiyawaty, 2013).

Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki,bayi dan anak
balita serta anak prasekolah.

Pelaksanaan program dan pelayanan kesehatan reproduksi perlu dipantau dan


dievaluasi secara berkala. Banyak indicator yang dapat digunakan dalam
memantau kamjuan program kesehatan reproduksi, namun peril dipilih beberapa
indicator yang dipandang strategis dalam menggambarkan keadaan.
PEMBAHASAN

Program KB

1. Definisi KB
Keluarga brencana meupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan
jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, pemerintah
merencanakan program atau cara untuk mencegah kehamilan.
2. Tujuan program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi sesuatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtra yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (suliastiyawaty, 2013).
Tujuan program KB lainnya yaitu menurunkan angka kelahiran yang
bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakan yang
dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan
). Maksud dari kebijakan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan
anak akibat melahirkan pada usia muda, jarang kelahiran yang terlalu
dekat dan melahirkan pada usia tua (hartanto, 2002).
3. Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan sumber daya manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
4. Pelayanan program keluarag berencana meliputi :
a. Memberikan informasi dan menerima pengaduan konsumen tentang
kotrasepsi aman, sesuai, dan efektif dan klinik KB memberikan
pelayanan tentang status kehamilan, memberikan nasehata dan
pelayanan aborsi, mengobati komplikasi dan sesuai aborsi.
b. Melakukan pemeriksaan serta dapat memberikan informasi tentang
kehamilan, setelah melahirkan dan ibu yang menyusui
c. Memberikan informasi penggunaan metode alat KB pelindung yang
tepat bagi perempuan yang beresiko tinggi karena penyakit kelamin
atau HIV dan usaha untuk mencegah pengeluaran

Keberhasilan program KB dapat dicapai dengan meningkatkan kemampuan


pekerja KB tentang :

1. Kemampuan memberikan informasi tentang obat atau alat kontrasepsi


2. Kemampuan memberikan informasi cara pemilihan obat yang sesuai,
aman dan efektif untuk konsumen KB
3. Kemampuan untuk menerima keluhan konsumen KB dan menjelaskan
cara penanggulangan yang paling sesuai

Program keluarga berencana (KB) di indonesi termasuk yang dianggap berhasi


ditingkat internasional. Hal ini terlihat dari konstribusinya terhadap penurunan
pertumbuhan penduduk, sebagai akibat dari penurunan angka kesuburan total
(total fertility rate, TFR). Menurut SDKI, TFR pada kurun waktu 1967-1970
menurut dari 5,6 menjadi hamper setengahnya dalam 25 tahun, yaitu 2.8 pada
periode 1995-1997.

Cakupan pelayanan KB (contraceptive prevalence rate, CPR) pada tahun 1987


adalah 48%, yang meningkat menjadi 57% pada tahun 1997. Dari proporsi
tersebut 95% menggunakan cara kontrasepsi modern, yang terdiri dari suntikan
KB 21%, pil 15%, IUD 8%, implant 6% tubektomi 3%, vasektomi 0,1% dan
kondom 1% dari data ini terlihat bahwa partisipasi pria dalam berKB masih sangat
rendah, yaitu kurang dari 2%.

Besarnya proporsi peserta KB yang menggunakan suntikan dan KB pada


masyarakat yang tingkat sosioekonominya belum memadai memberikan resiko
drop out KB yang cukup berarti. Proporsi drop out peserta KB (discontinuation
rate) menurut SDKI 1997 adalah 24%. Alas an penghentian antara lain adalah
10% karena efek samping/alas an kesehatan, 6% karena hingin hamil dan 3%
karena kegagalan.

Data SDKI 1997 menunjukkan pula bahwa perempuan berstatus kawin yang tidak
ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikutnya tetapi tidak
menggunakan cara konstraspsi (unment need) masih cukup tinggi yaitu 9%, yang
terdiri dari 4% berkeinginan menjarangkan kelahiran dan %% ingin membatasi
kelahiran. Angka ini sudah menurun dibandingkan dengan tahun 1994 sebear 11%
dan pada tahun 1991 sebesar 13%. Penyebab masih tingginya angka ini, antara
lain kualitas informasi dan pelayanan KB, serta missed opportunity peayanan KB
pada pasca-persalinan.

Namun, seperti dikemukakan diatas, sekitar 65% ibu hamil mempunyai satu atau
lebih keadaan “4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering dan banyak). Hal ini
menunjukkan bahwa masih jauh lebih banyak terjadi kehamilan yang perlu
dihindari, walaupun angka unment need hanya 9%, yang juga sekaligus
menunjukkan bahwa kesadaran berKB pada pasangan yang paling membutuhkan
pelayanan KB (kerena umur istri terlalu muda/tua, masih mempunyai anak kurang
dari 2 tahun, atau mempunyai anak lebih dari 3) belum mantap.

Program Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA)


1 Pengertian program KIA
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
meneteki,bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
2 Tujuan program KIA
Tujuan program kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang
optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju norma keluarga kecil
bahagia sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
a. Meningkatkan kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku),
dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan
teknologi tepat guna dalam ipaya pembinaan kesehatan keluarga
penguyuban sepuluh keluarga, posyandu dan sebagainya
b. Meningkatkan upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri didalam lingkungan keluarga, panguyuban, posyandu,
dan karang balita serta disekolah taman kanak-kanak atau TK.
c. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui.
d. Meningktnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil,ibu bersalin, ibu
nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
3 Prinsip pengelola program KIA
Prinsip pengelolaan program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan
KIA diutamakan pada kegiatan pokok :
a. Peningakatan pelayanan antenatal disetiap fasilitas pelayanan dengan
mutu yang baikserta jangkauan yang setinggi-tingginya
b. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditunjukan kepada
peningkatan pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
c. Peningkatan deteksi dini berisiko tinggi ibu hamil, baik secara oleh
tenaga kesehatan maupun dimasyarakat oleh kader dan dukun bayi serta
penanganan dan pengamatannya secara terus menerus.
d. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari satu bulan)
dengan mutu yang baik dan jangkauan setinggi-tingginya.
4 Pelayanan dan jenis indicator KIA
a. Pelayanan antenatal
Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu selama masa
kehamilan sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
1) Standar minimla 5 T untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
a) Timbang berat badan dan ukur berat badan
b) Ukur tekanan darah
c) Pemberian imunisasi TT lengkap
d) Ukur tinggi fundus uteri
e) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama persalinan
2) Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
persalinan dengan ketentuan minimal 1 kali pada triwulan pertama,
minimal 1 kali pada triwulan ke 2, minimal 2 kali pada triwulan ke
3
b. Pertolongan persalinan
Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan pada
masyarakat :
1) Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum,
bidan, pembantu bidan dan perawat.
2) Dukun bayi
Terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus
Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum perna dilatih oleh
tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum
dinyatakan lulus
c. Deteksi dini ibu hamil berisiko
Faktor resiko pada ibu hamil diantaranya adalah :
1) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Anak lebih dari 4
3) Jarak persalinan yang terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari
2 tahun atau lebih dari 10 tahun
4) Tinggi badan kurang dari 145 cm
5) Berta badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm
6) Riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi, dan riwayat
cacat kongenital.
7) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau
panggul.
d. Pelayanan neonatal
Resiko tinggi pada neonatal meliputi :
1) BBLR atau berta lahir kurang dari 2500 gram
2) Bayi dengan tetanus neonatorum
3) Bayi baru lahir dengan asfiksia
4) Bayi deangn icterus neonatorum yaitu icterus lebih dari 10 hari
setelah lahir
5) Bayi baru lahir dengan sepsis
6) Bayi baru lahir dengan berat lebih dari 4000 gram
7) Bayi pre aterm dan posterm
8) Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
9) Bayi baru lahir dengan persalinan tindakan

PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan


serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA
dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :

1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di


semua fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatana kompeten di
arahkan ke fasilitas kesehtana.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
4. Peningkatan pelayana bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara
adekuat dan pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

A. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk
ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK).
Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta
intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai status gizi (ukur lingkat lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Tes laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus.
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus
dilakukan di daerah prevalensi tinggi atau kelompok ber-risiko, pemeriksaan
yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkolosis,
kecacingaj dan thalassemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut
lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar
tersebut.
Di tetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali
selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang di
anjurkan sebagai berikut:
a. minimal 1 kali pada triwulan pertama
b. minimal 1 kali pada triwulan kedua
c. minimal 2 kali pada triwulan ketiga
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan
dan penaganan komplikasi.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal
Kepada ibu hami adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan
perawat

B. Pertolongan persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman eyang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada
kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga
kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu
secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan
kompeten dan di arahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
3. Manajemen aktif kala III
4. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
5. Melaksanankan inisiasi menyusui dini (IMD)
6. Memberikan injeksi vit K1 dan salep mata pada bayi baru lahir

Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan prtolongan


persalinan adalah: dokter spesialis kebidana, dokter dan bidan

C. Pelayanan kesehatan ibu nifas


Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk
deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan
terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali
dengan ketentuan waktu:
1. Kunjungan nifas pertama pada massa 6 jam sampai 3 hari setelah
persalinan
2. Kunjungan ke dua nifas dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8-14
hari)
3. Kunjungan nifas ketuga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36-42
hari)
Pelayanan yang diberikan adalah:
1. Pemeriksaan tekanan darah,nadi,respirasi dan suhu.
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus)
3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervagina lainya
4. Pemeriksaan payudara dan ajurkan ASI ekslusif 6 bulan
5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebnayak dua kali, pertama
segerah setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemeberian
kapsul vitamin A pertama.
6. Pelayana KB pasca salin.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu
nifas adalah: dokter spesialis, kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

D. pelayana kesehatan neonatus (BBL)


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kompeten kepada neonatus setidaknya 3 kali,
selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas
kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1. Kunjunan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam
setelah lahir
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu harri ke 3
sampai dengan hari ke-7 setelah lahir
3. Kunjungan Neeonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkaan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus, resiko terbesar
kematian neonatus terjadi 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan
bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir difasilitas kesehatan
sangat dianjurkan untuk tetap tinggal difasilitas kesehatan selama 24 jam
pertama. Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan secara komperhensif
dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan
pemeriksaan menggunakan pendekatan manajemen terpadu bayi muda
(MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat yang meliputi :
1. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
neonatus adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.
E. Deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat
Deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan komplikasi
kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi tetap
mempunyai resiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini
oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor resiko dan
komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci
keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang
dilahirkannya.
Faktor resiko pada ibu hamil adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2. Anak lebih dari 4
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan
5. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul
dan tulang belakang
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan
ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis antara lain : tuberkolosis,
kelainan jantung ginjal, hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes
Melitus, Sistematik, Lupus, Eritematosus, dll) tumor dan keganasan
9. Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, kehamilan ektotopik
terganggu, molahidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
congenital
10. Riwayat persalinan dengan komplikassi : persalinan dengan seksio
sesarea, ekstraksivakum/forseps
11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi
masa nifas, psikologis post partum (post partum blues)
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat congenital
13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, moster
14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin besar,
kelainan letak dan posisi janin lebih tua : lintang/obique, sumsang pada
usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
Catatan :Penambahan pada ibu hamil yang normal adalah 9-12 kg
selama masa kehamilan.
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antaralain :
1. Ketuban pecah dini.
2. Perdarahan pervaginan :
a. Aterpartum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
b. Intrapartum :robekan jalan lahir.
c. Post partum :atonia uteri, retensio plasenta,plasenta inkarserata,
kelainan pembekuan darah, subinvolution uteri.
3. Hipertensi pada kehamilan (HDK) :tekanan darah tinggi (sistolik>140
mmHg, distolik>90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
4. Ancaman persalinan premature .
5. Infeksi berat pada kehamilan :demam berdarah,tifus abdomenalis
sepsis.
6. Distosia :persalinan macet, persalinan tak maju.
7. Infeksi masa nifas.

Faktor resiko pada neonates adalah sama dengan factor resiko pada ibu hamil.
Ibu hamil yang memiliki factor resiko akan meningkatkan resiko terjadinya
komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk komplikasi pada neonates
dengan melihat tanda-tanda gejala sebagai berikut :
1. Tidak mau minum/menyusu atau memuntahkan semua.
2. Riwayat kejang
3. Pergerak hanya jika diransang/letargis
4. Frekuensi nafas <=30x/menit dan >=60x/menit
5. Suhu tubuh <=35,5 C dan >=37,5 C
6. Tarikan dinding dada kedalam yang sangatkuat
7. Merintih
8. Adap pustule kulit
9. Nanah banyak dimata
10. Pusar kemerahan meluas kedinding perut
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberianasi
14. BBLR : bayi berat lahir rendah <2.500 gram
15. Kelainan congenital seperti ada celah dibibir dan langit-langit.

Komplikasi pada neonates antara lain:


1. Prematur ritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah<2500 gr)
2. Asfiksia
3. Infeksi bakteri
4. Kejang
5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermia
8. Tetanus neonatorum
9. Masalah pemberian ASI
10. Trauma lahir, sindroma gangguan pernafasan, kelainan kongenital, dll.
F. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitive sesuai standar
oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi
kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat
diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh
tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan maka diperlukan adanya fasilitas
pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan obstetric dan
neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari bidan, puskesmas mampu
PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam.
Pelayanan medis yang dapat dilakukan dipuskesmas mampu PONED meliputi
1. Pelayanan obstetric
2. Pelayanan neonatus

G. Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi


Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus
dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan
dan kematian oleh dokter / bidan / perawat terlatih di polindes, puskesmas,
puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah / swasta.
Puskesmas PONED adakah puskesmas rawat inap yang memiliki
kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan
terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, serta kegawatdaruratan BBL dengan
komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader / masyarakat /
bidan desa, puskesmas dan melakukan rujukan ke RS / RS PONED pada kasus
yang tidak mampu ditangani.
Bayi baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk,
sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian
bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan
pertama kehidupannya.

Komplikasi pada neonatus antara lain :


1. Asfiksia bayi baru lahir
2. Bayi berat lahir rendah (BBLR)
3. Gangguan napas
4. Kejang
5. Infeksi Neonatus
6. Klasifikasi dalam MTBM
H. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode
29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
1. kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.
2. kunjungan bayi satu kali pada umur 3-5 bulan.
3. kunjungan bayi satu kali pada umur 6-8 bulan.
4. kunjungan bayi satu kali pada umur 9-11 bulan.

Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :


1. pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4 DPT/HB 1,2,3,
campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
2. stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6-11 bulan)
4. konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pemdamping ASI, tanda-tanda
sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan buku KIA.
5. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah :
Dokter spesialis anak, dokter, bidan, perawat dibantu oleh tenaga kesehatan
lainnya seperti petugas gizi.
I. Pelayanan kesehatan anak balita
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual
berkembangan pesat, masa ini merupakan masa keemasan atau golden period
diaman terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta
pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan
mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang
Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan
jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan
masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standard yang
meliputi:
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun
2. Stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali dalam setahun
3. Pemberian vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standard dengan menggunakan
pendekatan MTBS.
J. PELAYANAN KB BERKUALITAS
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standard dengan
menghormati hak individu dalm merencanakan kehamilan sehingga diharapkan
dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan
tingkat festilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2
anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin
mempunyai anak.
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi
pasangan usia subur yang ingin menjarangkan dan/atau menghentikan
kehamilanan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi :
1. KB alamiah (system kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).
2. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk)
3. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan
tubektomi)
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan KB kepada masyarakat
adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

Program kespro
Program kespro meliputi :
1. Menyediakan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi yang terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk difabel (seseorang dengan
kemampuan berbeda) dan kelompok marginal termasuk remaja.
2. Menyediakan pelayanan penanganan kehamilan tak diinginkan yang
komprehensif yang terjangkau.
3. Mengembangkan standar pelayanan yang berkualitas di semua strata
pelayanan, termasuk mekanisme rujukan pelayanan kesehatan seksual dan
reproduksi.
4. Melakukan studi untuk mengembangkan pelayanan yang berorientasi pada
kepuasan klien, pengembangan kapasitas dan kualitas provider.
5. Mengembangkan program penanganan kesehatan seksual dan reproduksi
pada situasi bencana, konflik dan situasi darurat lainnya.
6. Mengembangkan model pelayanan KB dan Kespro melalui pendekatan
pengembangan masyarakat.

Pelaksanaan program dan pelayanan kesehatan reproduksi perlu dipantau dan


dievaluasi secara berkala. Banyak indicator yang dapat digunakan dalam
memantau kamjuan program kesehatan reproduksi, namun peril dipilih beberapa
indicator yang dipandang strategis dalam menggambarkan keadaan. Dibawah ini
adalah contoh beberapa indicator strategis yang dapat digunakan, secara komposit,
untuk memantau kemajuan program kesehatan reproduksi (esensial) sebagai
berikut :
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir :
a. Cakupan persalinan oleh tenga kesehatan
b. Proporsi penanganan kasus komplikasi obstetric terhadap
persalinana total
2. Keluarga berencana :
a. Cakupan pelayanan KB (CPR)
b. Presentase kehamilan dengan keadaan “4 terlalu”
3. Pencegahan dan penanggulangan PMS, termasuk HIV/AIDS
a. Trend prevelensi kasus PMS
4. Kebutuhan reproduksi remaja
a. Trend prevelensi kasus kesehatan reproduksi pada remaja
Pemantauan pelayanan kesehatan reproduksi brsifat lebih teknis dan sangat terkait
dengan kualitas pelayanan. Pemantauannya dilaksanakan melalui supervise teknis,
dengan membandingkan pelaksanaan pelayanan terhadap standar pelayanan yang
berlaku. Kesenjangan antara keduanya dijadikan masukan untuk penyususnan
rencana spesifik dalam upaya peningkatan pelayanan.
Pemantauan manajemen program kesehatan reproduksi
1. Penetapan kebijaksanaan dan strategi yang mendukung terlaksananya
pelayanan kesehatan reproduksi yang integrative sesuai kebutuahn klien
2. Penetapan standarpelayanan yang mengacu kepada masing-masing
komponen sesuai dengan kebijaksanaan dan strategi program yang telah
ada
3. Perluasan dan pemerataan pelayanan kesehatan reproduksi integrative
4. Pemantauan dan evaluasi program serta pelayanan kesehatan reproduksi,
dengan menggunakan instrument (indicator) pemantauan yang disepakati
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan

https://www.academia.edu/8280490/Program-Kesehatan-Reproduksi-Pel-
Integratif

Kementrian Kesehatan RI.2010.Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat


Kesehatan Ibu Dan Anak (PWSKIA). Jakarta : Direktorat Jendral Bina Kesehatan
Masyarakat, Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Anda mungkin juga menyukai