DISUSU OLEH :
NAMA : NUR FATIMA
NIM : P07124117026
KELAS : IIA
PENDAHULUAN
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diingikan. Maka dari itu, pemerintah merencanakan program
atau cara untuk mencegah kehamilan ( sulistiyawaty, 2013).
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki,bayi dan anak
balita serta anak prasekolah.
Program KB
1. Definisi KB
Keluarga brencana meupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan
jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, pemerintah
merencanakan program atau cara untuk mencegah kehamilan.
2. Tujuan program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi sesuatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtra yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (suliastiyawaty, 2013).
Tujuan program KB lainnya yaitu menurunkan angka kelahiran yang
bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakan yang
dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan
). Maksud dari kebijakan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan
anak akibat melahirkan pada usia muda, jarang kelahiran yang terlalu
dekat dan melahirkan pada usia tua (hartanto, 2002).
3. Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan sumber daya manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
4. Pelayanan program keluarag berencana meliputi :
a. Memberikan informasi dan menerima pengaduan konsumen tentang
kotrasepsi aman, sesuai, dan efektif dan klinik KB memberikan
pelayanan tentang status kehamilan, memberikan nasehata dan
pelayanan aborsi, mengobati komplikasi dan sesuai aborsi.
b. Melakukan pemeriksaan serta dapat memberikan informasi tentang
kehamilan, setelah melahirkan dan ibu yang menyusui
c. Memberikan informasi penggunaan metode alat KB pelindung yang
tepat bagi perempuan yang beresiko tinggi karena penyakit kelamin
atau HIV dan usaha untuk mencegah pengeluaran
Data SDKI 1997 menunjukkan pula bahwa perempuan berstatus kawin yang tidak
ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikutnya tetapi tidak
menggunakan cara konstraspsi (unment need) masih cukup tinggi yaitu 9%, yang
terdiri dari 4% berkeinginan menjarangkan kelahiran dan %% ingin membatasi
kelahiran. Angka ini sudah menurun dibandingkan dengan tahun 1994 sebear 11%
dan pada tahun 1991 sebesar 13%. Penyebab masih tingginya angka ini, antara
lain kualitas informasi dan pelayanan KB, serta missed opportunity peayanan KB
pada pasca-persalinan.
Namun, seperti dikemukakan diatas, sekitar 65% ibu hamil mempunyai satu atau
lebih keadaan “4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering dan banyak). Hal ini
menunjukkan bahwa masih jauh lebih banyak terjadi kehamilan yang perlu
dihindari, walaupun angka unment need hanya 9%, yang juga sekaligus
menunjukkan bahwa kesadaran berKB pada pasangan yang paling membutuhkan
pelayanan KB (kerena umur istri terlalu muda/tua, masih mempunyai anak kurang
dari 2 tahun, atau mempunyai anak lebih dari 3) belum mantap.
A. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk
ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK).
Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta
intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai status gizi (ukur lingkat lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Tes laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus.
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus
dilakukan di daerah prevalensi tinggi atau kelompok ber-risiko, pemeriksaan
yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkolosis,
kecacingaj dan thalassemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut
lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar
tersebut.
Di tetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali
selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang di
anjurkan sebagai berikut:
a. minimal 1 kali pada triwulan pertama
b. minimal 1 kali pada triwulan kedua
c. minimal 2 kali pada triwulan ketiga
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan
dan penaganan komplikasi.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal
Kepada ibu hami adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan
perawat
B. Pertolongan persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman eyang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada
kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga
kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu
secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan
kompeten dan di arahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
3. Manajemen aktif kala III
4. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
5. Melaksanankan inisiasi menyusui dini (IMD)
6. Memberikan injeksi vit K1 dan salep mata pada bayi baru lahir
Faktor resiko pada neonates adalah sama dengan factor resiko pada ibu hamil.
Ibu hamil yang memiliki factor resiko akan meningkatkan resiko terjadinya
komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk komplikasi pada neonates
dengan melihat tanda-tanda gejala sebagai berikut :
1. Tidak mau minum/menyusu atau memuntahkan semua.
2. Riwayat kejang
3. Pergerak hanya jika diransang/letargis
4. Frekuensi nafas <=30x/menit dan >=60x/menit
5. Suhu tubuh <=35,5 C dan >=37,5 C
6. Tarikan dinding dada kedalam yang sangatkuat
7. Merintih
8. Adap pustule kulit
9. Nanah banyak dimata
10. Pusar kemerahan meluas kedinding perut
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberianasi
14. BBLR : bayi berat lahir rendah <2.500 gram
15. Kelainan congenital seperti ada celah dibibir dan langit-langit.
Program kespro
Program kespro meliputi :
1. Menyediakan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi yang terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk difabel (seseorang dengan
kemampuan berbeda) dan kelompok marginal termasuk remaja.
2. Menyediakan pelayanan penanganan kehamilan tak diinginkan yang
komprehensif yang terjangkau.
3. Mengembangkan standar pelayanan yang berkualitas di semua strata
pelayanan, termasuk mekanisme rujukan pelayanan kesehatan seksual dan
reproduksi.
4. Melakukan studi untuk mengembangkan pelayanan yang berorientasi pada
kepuasan klien, pengembangan kapasitas dan kualitas provider.
5. Mengembangkan program penanganan kesehatan seksual dan reproduksi
pada situasi bencana, konflik dan situasi darurat lainnya.
6. Mengembangkan model pelayanan KB dan Kespro melalui pendekatan
pengembangan masyarakat.
https://www.academia.edu/8280490/Program-Kesehatan-Reproduksi-Pel-
Integratif