Anda di halaman 1dari 34

HUBUNGAN KECEMASAN PADA IBU NIFAS YANG BEKERJA

DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI

Proposal Penelitian

Oleh :

Nazma
NIM. PO7124319056

POLITEKNIS KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2023
i

KATA PENGANTAR

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................6
A. Konsep Ibu Nifas..........................................................................................................6
B. Konsep Air Susu Ibu (ASI)........................................................................................11
C. Kerangka Pikir...........................................................................................................18
D. Hipotesis Penelitian....................................................................................................19
BAB III..................................................................................................................................21
METODE PENELITIAN.......................................................................................................21
A. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................................21
B. Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................................................21
C. Populasi dan Sampel..................................................................................................22
D. Variabel Penelitian.....................................................................................................22
E. Devinisi Operasional..................................................................................................22
F. Pengumpulan Data.....................................................................................................23
G. Alur Penelitian...........................................................................................................24
H. Pengelolaan Data........................................................................................................25
I. Analisis Data..............................................................................................................26

ii
iii

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) merupakan masa dimana setelah lahirnya plasenta

dan berakhir saat alat kandungan kembali seperti sebelum hamil dan umumnya

terjadi dalam 6 minggu atau ± 40 hari (Walyani, ES dkk, 2017). Menurut

Anggraeni, Y. (2010). Masa nifas terdapat beberapa adaptasi diantaranya

psikologi dan fisiologi dan sosial. Namun tidak semua ibu nifas dapat melewati

hal tersebut dengan baik, dan dapat berdampak pada gangguan psikologis. Salah

satu gangguan psikologis yang terjadi ialah kecemasan.

Ibu yang cemas akan sedikit mengeluarkan ASI dibandingkan ibu yang

tidak cemas. Berdasarkan hasil penelitian Iin Febriana (2011) mengatakan bahwa

terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan kelancaran pengeluaran ASI

ibu post partum primipara. Upaya agar ASI tetap lancar yaitu mulai dari

keinginan ibu yang kuat untuk memberikan nutrisi terbaik yaitu ASI pada

bayinya. Motivasi yang kuat akan berpengaruh terhada fisik dan emosi ibu untuk

menghasilkan ASI. Dengan memiliki keinginan yang kuat dan kasih sayang yang

tulus dan tinggi, maka produksi ASI biasa terpacu. Salah satunya yaitu dukungan

dari suami dan keluarga, karena dukungan dari orang-orang terdekat dapat

mempengaruhi kelancaran pengeluaran ASI dan terhindar dari kecemasan sehinga

1
2

terciptakan suasana yang nyaman di dalam keluarga dan ibu merasa rileks dan

nyaman. Dengan demikian ASI akan terproduksi dengan lancar. Jika suasana hati

ibu merasa nyaman dan gembira akan mempengaruhi kelancaran ASI, sebaliknya

jika ibu merasa cemas dan stress akan menghambat kelancaran pengeluaran ASI

(Qiftiyah, M, 2017)

Air susu ibu (ASI) adalah cairan yang di sekresikan oleh kelenjar payudara

ibu yaitu berupa makanan alamia atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi

yang diproduksi sejak masa kehamilan (Wiji, 2013). Cakupan Asi eksklusif

diseluruh dunia hanya sekitar 36% selama periode 2007-2014. Pencapaian ASI

eksklusif di Indonesia sebesar 54,0% telah mencapai target (Kementerian

Kesehatan RI, 2016). Sedangkan di Sulawesi Utara cakupan bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif adalah 39,42% atau naik dibanding tahun 2015 yang

mempunyai cakupan 33,58% (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, 2016).

Asi adalah sumber gizi terbaik bagi bayi yang baru lahir. ASI merupakan

makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamia. ASI

mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan bayi (WHO, 2011). Pemberian ASI dapat mencegah kematian

pada bayi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian di Ghana yang menunjukan

bahwa 22% kematian bayi baru lahir dapat dicegah dengan memberikan ASI pada

satu jam pertama setelah kelahiran dan dianjurkan diteruskan sampai usia enam

bulan. Pada penelitian di Swesia pada tahun 2000 terbukti bahwa bayi yang tidak

diberikan ASI eksklusif selam 13 minggu pertama dalam kehidupannya memiliki


3

tingkat infeksi pernapasan dan infeksi saluran cerna yang lebih tinggi

dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI (Roesli, 2015).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara internasional menargetkan

angka pemberian ASI eksklusif sebesar 50%. Indonesia telah mencapai target

globalnya sebesar 55,7%. Angka ini masih rendah jika dibandingkan dengan

negara berpenghasilan menengah ke bawah lainnya seperti Sri Lanka (76%),

Kamboja (74%), Mongolia (66%), dan Bangladesh (64%). Demikian pula yang

terungkap, bahwa hampir 90% kematian balita terjadi di negara berkembang dan

40% kematian lebih disebabkan oleh diare dan ISPA yang sebenarnya dapat

dicegah dengan pemberian ASI eksklusif (Pebrianthy et al., 2022).

Target nasional cakupan bayi yang ASI Esklusif yaitu 80% dan secara

nasional cakupan bayi yang mendapatkan ASI Esklusif tahun 2019 yaitu sebesar

67.74% angka tersebut sudah melampaui target Renstra Tahun 2019 yaitu 50%

dan belum mencapai target nasional yang sudah ditetapkan. Pemberian ASI

Esklusif merupakan salah satu intervensi efektif untuk mengurangi angka

kematian bayi (Saputra, 2020).

Berdasarkan latar belakang diatas, sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Kecemasa Pada Ibu Nifas Yang

Bekerja Dengan Kelancaran Pengeluaran ASI”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui hubungan antara

kecemasan dengan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu pasca persalinan”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan kelancaran pengeluaran

ASI pada ibu pasca persalinan

2. Tujuan Khusus

Untuk menganalisis hubungan antara kecemasan dengan kelancaran

pengeluaran ASI pada ibu pasca persalinan

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat dijadikan sarana belajar dalam rangka menambah ilmu

pengetahuan untuk menerapkan teori yang telah penulis dapatkan selama

masa perkuliahan dan juga untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang

hubungan antara kecemasan pada ibu nifas yang bekerja dengan kelancaran

pengeluaran ASI serta diharapkan dapat menjadi informasi atau sumber data

sebagai bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan penulis.

2. Manfaat Bagi Pendidikan


5

Diharapkan penelitian ini akan menambah referensi, sebagai dasar

penelitian khususnya hubungan antara kecemasan pada ibu nifas yang bekerja

dengan kelancaran pengeluaran ASI.

3. Manfaat Bagi Ibu Nifas

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memotivasi ibu nifas

dalam meberikan ASI pada anaknya dengan mengurangi kecemasan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Ibu Nifas

1. Pengertian Ibu Nifas

Masa Nifas adalah masa pemulihan pasca persalinan hingga seluruh

organ reproduksi wanita pulih kembali sebelum kehamilan berikutnya.

Angka kematian ibu di Indonesia masi menjadi salah satu tujuan penting

untuk di turunkan. Pada tahun 2015 AKI tercatat 305 per 100 ribu

kelahiran hidup dari target seharusnya 102 per 100 rubu kelahiran hidup.

Peran tenaga kesehatan selama dan pasca persalinan sangat berperan

dalam penurunan AKI. 68,6% persalinan di Indonesia di bantu oleh bidan,

18,5% di bantu oleh dokter dan 11,8% di bantu oleh tenaga non kesehatan

seperti dukun bayi, dan 0,8% tanpa ada penolong. Penyebab kematian ibu

yang paling banyak adalah perdarahan yang biasanya terjadi selama masa

nifas. Masa nifas merupakan masa pemulihan organ reproduksi pasca

persalinan dan merupakan masa yang penting bagi ibu maupun bayinya.

Kematian ibu menurut World Health Organization (WHO). Kematian

yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan dalam waktu 42 hari setelah

persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak

langsung dari kehamilan atau persalinannya. penyebab langsung dari

kematian tersebut di sebut trias klasik yaitu perdarahan (28%), eklamsia

(24%) dan infeksi (11%). Sedangkan penyebap tidak langsung adalah ibu

6
7

hamil menderita penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada atau

sebelum kehamilan misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes,

hepatitis, anemia, malaria, penyebab tersebut dapat di cegah dengan

pemeriksaan antenatal (Manuaba 2013).

2. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Adapun kebutuhan ibu nifas yang harus terpenuhi yaitu (Dewi, 2013)

a. Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang

terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu hamil

sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Kekurangan gizi

pada ibu menyusui dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu

dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang

anak, bayi mudah sakit, dan mudah terkena infeksi.

b. Ambulasi

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Keutungan dari

ambulasi dini yaitu melancarkan pengeluaran lokea, mengurangi

infeksi puerperium, mempercepat involusi uterus, melancarkan

fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin, meningkatkan

kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan

pengeluaran sisa metabolism.


8

c. Eliminasi

Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu

diusahakan mampu buang air kecil sendiri. Defekasi (buang air

besar) harus ada dalam 3 hari post partum. Jika ada obstipasi dan

timbul koprostase hingga skibala (fase yang mengeras) tertimbun di

rectum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat

dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut) (Dewi &

Sunarsih, 2013).

3. Asuhan Pada Masa Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu

nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai

jadwa yang di anjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan tiga hari pasca

perslinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan,

dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa

nifas dimulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan

(kemenkes, 2016).

1. Kunjungan I (hari ke-1 sampai hari ke-7)

a. Pemberian ASI

Bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara

eksklusif, cara menyatukan mulut bayi dengan putting susu,

mengubah posisi, mengatahui cara memeras ASI dengan tangan

seperlunya, atau dengan metode-metode untuk mencegah nyeri

putting dan perawatan putting.


9

b. Perdarahan

Bidan mengkaji warna dan banyaknya atau jumlah yang

semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan (nadi

cepat dan suhu naik), uterus tidak keras dan TFU naik. Kaji

pasien apakah bisa masase uterus dan mengajarinya, periksa

pembalut untuk memastikan tidak ada darah berlebihan.

c. Involusi uterus

Bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan kepada

pasien mengenai involusi uterus.

d. Pembahasan tentang kelahiran

Kaji perasaan ibu dan adakah pertanyaan tentang proses

tersebut, bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin

atara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik,

komunikasi dan rangsangan. Bidan memberikan penyuluhan

mengenai tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan

rencana menghadapi keadaan darurat.

2. Kunjungan II (hari ke-8 sampai hari ke-28)

a. Bidan memberika informasi mengenai makanan yang seimbang

banyak mengandung protein, makanan berserat dan air sebanyak

8-10 gelas per hari untuk mencegah komplikasi. Menganjurkan

pasien untuk menjaga kebersihan diri, terutama putting susu dan

perineum, mengajarkan senam kegel, serta senam perut yang


10

ringan tergantung pada kodisi ibu dan tingkat diastasis,

menganjurkan untuk cukup tidur ketika bayi sedang tidur.

b. Bidan mengkaji adanya tanda-tanda post partum blues,

melakukan konseling keluarga berencana yaitu pembicaraan

tentang kembalinya masa subur dan melanjutkan hubungan

seksual setelah selesai masa nifas, kebutuhan akan pengandalian

kehamilan. Bidan memberitahu kapan dan bagaimana

menghubungi bidan jika ada tanda-tanda bahaya, misalnya pada

ibu dengan riwayat preeklamsia atau resiko eklamsi memerlukan

penekanan pada tanda-tanda bahaya dari preeklamsia/eklamsia

melakukan perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

3. Kunjungan III (hari ke-29 sampai hari ke-42)

Yang perlu dikaji pada saat kunjungan III yaitu, penapisan adanya

kontrak indikasi terhadap metode keluarga berencana yang belum

dilakukan, riwayat tambahan tentang periode waktu sejak pertemuan

terahir, evaluasi fisik dan panggul spesifik tambahan yang berkaitan

dengan kembalinya saluran reproduksi dan tubuh pada status tidak

hamil. Zat besi atau folat kecukupan diet seperti yang dianjurkan dan

petunjuk untuk makan makanan yang bergizi, menentukan dan

menyediakan metode dan alat KB, merencanakan senam yang lebih

kuat dan menyeluruh setelah otot abdomen kembali normal,

keterampilan membesarkan dan membina anak, rencana untuk


11

asuhan selanjutnya, dan merencana untuk chek-up bayi serta

imunisasi (Dewi & Sunarsih, 2013).

B. Konsep Air Susu Ibu (ASI)

1. Pengertian ASI

Air Susu ibu (ASI) adalah makanan tunggal dan terbaik memenuhi

semua kebutuhan tumbu kembang bayi sampai usia 6 bulan. ASI yang

keluar pertama berwarna kuning, mengandung zat-zat penting yang tidak

dapat diperoleh dari sumber lain yang di sebut sebagai kolostrum. ASI

merupakan emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-

garam organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

yang berguna sebagai makanan yang utama bagi bayi (Astuti, 2015).

Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar

mammae ibu, dan berguna sebagai makanan bayi (Maryuni, 2012).

2. Manfaat ASI

Menurut Wiji (2014), berikut merupakan berbagai manfaat ASI selain

bagi ibu dan bayi, ASI juga bermanfaat bagi keluarga, Negara dan Bumi.

1. Bagi bayi

a. Dapat memulai kehidupannya dengan baik

Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat

badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode

perinatal baik dan mengurangi kemungkinan obesitas.


12

b. Mengandung Antibodi

Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan

immunoglobulin (zat kekebalan atau daya tahan tubuh) dari

ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan cepat

akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru lahir

akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup saat

mencapai usia sekitar 4 bulan. Pada saat kadar immunoglobulin

bawaan dari ibu menurun dan yang di bentuk sendiri oleh tubuh

bayi belum mencukupi, terjadi suatu priode kesenjangan

immunoglobulin pada bayi. Kesenjangan tersebut hanya akan di

hilangkan atau dikurangi dengan pemberian ASI. Air susu ibu

merupakan cairan yang mengandung kekebalan atau daya tahan

tubuh sehingga dapat menjadi pelindungan bayi dari berbagai

penyakit infeksi bakteri, virus dan jamur.

c. ASI mengandung komposisi yang tepat

ASI berasal dari berbagai bahan makanan yang baik untuk

bayi terdiri dari proposi yang seimbang dan cukup kuantitas

semua zat gizi yang di perlukan untuk kehidupan 6 bulan

pertama. Setelah usia 6 bulan bayi harus mulai mendapatkan

makanan pendamping ASI seperti buah-buahan ataupun makanan

lunak dan lembek karena pada usia ini kebutuhan bayi akan zat

gizi menjadi semakin bertambah dengan pertumbuhan dan

perkembangan bayi sedangkan produksi ASI semakin menuru.


13

Tetapi walaupun demikian pemberian ASI juga jangan di

hentikan, ASI dapat terus diberikan sampai bayi berumur 2 tahun

atau lebih.

d. Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan

antara ibu dan bayi

Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan

bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan

perkembangan psikomotor maupun sosial yang lebih baik.

Hormone yang terdapat dalam ASI juga dapat memberikan rasa

kantuk dan rasa nyaman. Hal ini dapat membantu menenangkan

bayi dan membuat bayi tertidur dengan pulas. Secara psikologis

menyusui juga baik bagi bayi dan meningkatkan ikatan dengan

ibu.

e. Terindar dari alergi

Pada bayi baru lahir sistem ige belum sempurna. Pemberian

susu formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat

menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini.

Pemberikan protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan

akan mengurangi kemungkinan alergi.

f. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung

omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak

bayi yang mendapat ASI Eksklusif akan tumbuh optimal dan


14

terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih

cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf.

2. Bagi ibu

a. Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada puting susu ibu merangsang ujung

saraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan

prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekang produksi

estrogen akibatnya tidak ada ovulasi. Pemberian ASI

memberikan 98% metode kontrasepsi yang efesien selama 6

bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja

(eksklusif) dan belum menjadi menstruasi kembali.

b. Aspek kesehatan ibu

Hisapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya

oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi

uterus dan mencegah terjadinya pendarahan pasca persalinan.

Penundaan haid dan berkurangnya pendarahan pasca persalinan

mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian

kaesinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah

dibandingkan yang tidak menyusui.

c. Aspek penurunan berat badan

Pada saat hamil, badan bertambah besar, selain karna ada

janin, juga karena penumbunan lemak padah tubuh, cadangan

lemak ini sebenarnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga


15

dalam proses produksi ASI. Dengan menyusui tubuh akan

menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak

yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Dan jika

timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali

ke keadaan seperti sebelum hamil.

d. Ungkapkan kasih saying

Hubungan batin antara ibu dan bayi akan terjalin erat

karena saat menyusui bayi menempel pada tubuh ibu dan

bersentuhan antara kulit. Bayi juga bisa mendengarkan detak

jantung ibu, merasahkan kehangatan sentuhan kulit ibu dan

dekapan ibu.

3. Bagi keluarga

Memberikan ASI kepada bayi, dapat mengurangi pengeluaran

keluarga. ASI tidak perlu untuk dibeli, sehingga dana yang

seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat

dipergunakan untuk keperluan lain.

Kebahagian keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang,

sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan

hubungan bayi dengan keluarga. Menyusui sangat praktis, karena

dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.

4. Bagi Negara

Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adanya faktor

protektif dan nutrisi yang sesui dalam ASI menjamin status gizi baik
16

serta kesakitan dan kematian anak menurun. Menghemat devisa

Negara, ASI dapat dianggap sebagai kenyataan nasional. Jika semua

ibu menyusui, diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6

miliyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

Mengurangi subsidi untuk rumah sakit, subsidi untuk rumah sakit

berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu

dan bayi, mengurangi komlikasi persalinan dan infeksi nosocomial

serta mngurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit.

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal

sehingga kualitas generasi penenerus bangsa akan terjamin. Anak

yang diberi ASI juga memiliki IQ, EQ, dan SQ yang baik merupakan

kualitas yang baik sebagai penerus bangsa.

5. Bagi bumi

Menyukseskan perlindungan alam, melepaskan susu bubuk dan

menggunakan ASI, bisa menghemat beberapa banyak sampah botol

dan kaleng susu yang dibuang.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI (Astuti, 2015) antara

lain:

1. Faktor bayi

Kurangnya usia gestasi bayi pada saat bayi dilahirkan akan

mempengaruhi reflex hisap bayi. Kondisi kesehatan bayi seperti

kurangnya kemampuan bayi untuk bisa menghisap ASI secara efektif,


17

antara lain akibat struktur mulut dan rahang yang kurang baik, bibir

sumbing, atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI,

juga mempengaruhi produksi ASI, selain itu semakin sering bayi

menyusui dapat memperlancar produksi ASI.

2. Faktor ibu

a. Faktor fisik

Faktor fisik ibu yang mempengaruhi produksi ASI adalah

adanya kelainan endokrin ibu, dan jaringan payudara hipoplastik.

Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI adalah usia ibu, ibu

yang usianya lebih muda atau kurang dari 35 tahun lebih banyak

memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang usianya

lebih tua, tetapi ibu yang sangat muda (kurang dari 20 tahun)

produksi ASI yang juga kurang karena dilihat dari tingkat

kedewasaannya. Produksi ASI juga di pengaruhi oleh nutrisi ibu

dan asupan cairan ibu. Ibu yang menyusui membutuhkan 300-500

kalori tambahan selama masa menyusui.

b. Faktor psikologis

Ibu yang berada dalam keadaan stress, kacau, marah dan

sedih, kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta pasangan

kepada ibu dapat mempengaruhi kurangnya produksi ASI. Selain

itu ibu juga khawatir bahwa ASI nya tidak mencukupi untuk

kebutuhan bayinya serta adanya perubahan maternal attainment,


18

terutama pada ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai bayi

atau primipara.

c. Faktor sosial budaya

Adanya mitos serta persepsi yang salah mengenai ASI dan

media yang memasarkan susu formula, serta kurangnya dukungan

masyarakat menjadi hal-hal yang dapat mempengaruhi ibu dalam

menyusui. Ibu berkerja.

C. Kerangka Pikir

a. Karangka pikir penelitian

Karangka berpikir adalah sebuah model atau gambaran yang berupa

konsep yang didalamnya menjelaskan tentang hubungan antara variable

yang satu dengan variable yang lainya. Sebaiknya kerangka berpikir

dibuat dalam bentuk diagram atau skema, dengan tujuan untuk

mempermudah memahami beberapa variable data yang akan dipelajari

pada tahap selanjutnya (Yudi Marihot, Sapta Sari, 2022).


19

Ibu Post Partum

Faktor yang mempengaruhi produksi ASI

Pola Nutrisi Pola Istirahat Faktor Isapan


Faktor Psikologi
dan sosial 1. Makanan 1. Tidur siang 1. Riwayat
2. Minuman 1-2 jam IMD
1. Emosional
3. Sayur 2. Malam ibu 2. Frekuensi
2. Paritas
4. Buah- tidur 7-8 menyusui
3. Umur
buahan jam

Ibu Nifas Kelancaran Produksi ASI

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Sumber : Bimrew Sendekie Belay, 2022)

b. Kerangka Konsep

Kelancaran
Ibun Nifas
Pengeluaran ASI

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis (atau ada pula yang menyebutkan dengan istila hipotesa)

dapat di artikan secara sederhana sebagai dugaan sementara. Hipotesis

berasal dari bahasa yunani hypo yang berarti dibawah dan thesis yang berarti

pendirian, pendapat yang ditegakkan, dan kepastian. Jika dimaknai secara


20

bebas, maka hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masi diragukan.

Untuk bisa memastikan kebenaran hipotesis, maka harus diuji atau

dibuktikan kebenarannya secara empiris (Mulyi et al,. 2018)


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain dengan

jenis analitik mengunakan metode cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu

nifas yang berkunjung ke puskesmas kamonji sebanyak 15 orang. Variabel

independen adalah kecemasan pada ibu nifas dan variabel dependen adalah

kelancaran pengeluaran ASI.

Pada peneitian ini, peneliti akan melakukan pengambilan sampel

sebanyak 15 responden. Pengambilan sampel dengan teknik probability

sampling secara simple random sampling. Pengumpulan data secara primer

dengan menggunakan kuesioner kecemasan pada ibu nifas dan obserasi

kelancaran pengeluaran ASI. Kemudian dianalisis dengan menggunakan uji

eksak dari fisher.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah Puskesmas Kamonji pada

bulan Juni dan Juli. Adapun pemilihan lokasi berdasarkan atas pertimbangan,

antara lain :

1. Berdasarkan data tahun 2021, cakupan bayi kurang dari 6 bulan yang

mendapatkan ASI Esklusif masih rendah.

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan kecemasan pada

ibu nifas yang bekerja dengan kelancaran pengeluaran ASI.

21
22

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terjadi atas objek atau

subjek yang mempunyai karakteristik kualitas tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 15

responden yaitu Ibu nifas.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiono, 2018). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 15

responden Ibu nifas.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Sugiyono, 2018). Variabel dalam penelitian ini terdiri atas

variabel bebas yaitu tingkat kecemasan dan variabel terikat pengeluaran ASI.

E. Devinisi Operasional

1. Kecemasan

Definisi : Perasaan khawatir, gelisah dan cemas yang tidak

menentu yang dirasakan oleh ibu nifas.

Alat Ukur : Kusioner Zung Self-Rating Anxiety Scale

(SAS/SRAS)

Cara Ukur : Pengisian Kusioner


23

Skala Ukur : Ordinal

Hasil Ukur : Tidak cemas jika skor jawabannya antara 20-59

Cemas jika jawaban antara 60-80.

2. Pengeluaran ASI

Definisi : Jumlah air susu ibu (ASI) yang keluar dari

payudara ibu sejak hari pertama sampai hari kedua

setelah melahirkan.

Skala Ukur : Nominal

Hasil Ukur : Banyak jika volume ASI hari ke 1>300ml/4 jam

Kurang jika volume ASI hari ke 1 <300ml/24 Jam

3. Ibu Nifas

Definisi : Masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa

beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali

pusat sampai minggu ke enam setelah melahirkan.

F. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh penelitian dari alat ukur

yang digunakan oleh peneliti dalam bentuk kuensioner (Sugiyono

2017). Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

diadopsi dari penelitian (Fadli,2020) dengan jumlah 15 pernyataan.

Kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner Zung Self-Rating Anxiety

Scale (SAS/SRAS) yang berhubungan dengan tingkat kecemasan,

dengan mengikuti skala Likert. Selalu (SL) diberi nilai 5, sering (SR)
24

diberi nilai 4, Kadang-Kadang (KK) diberi nilai 3, Jarang (JR) diberi

nilai 2 dan Tidak Perna (TP) diberi nilai 1.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau informasi yang telah tersedia dari

hasil pengumpulan data untuk keperluan tertentu, yang dapat

digunakan sebagian atau seluruhnya sebagai sumber penelitian

(Sugiyono 2017). Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, data dari Dinas Kesehatan

Kota Palu dan catatan-catatan dari Puskesmas kamonji Kota Palu

G. Alur Penelitian

1. Langkah Awal

a. Meminta izin penelitian dari prodi S.Tr. Kebidanan untuk pengambilan

data awal yang ditunjukan untuk Dinas Kesehatan Kota Palu dan

Puskesmas Kamonji

b. Pengambilan data awal di Dinas Kesehatan palu dan Puskesmas

kamonji, serta melakukan survey awal sebelumnya peneliti mencari

informasi ibu nifas di wilayah kerja puskesmas kamonji.

2. Pelaksanaan

a. Mengantar surat penelitian ke puskesmas kamonji kota palu, setelah

surat penelitian diterima kepala Puskesmas Kamonji Kota Palu.

b. Melapor ke bidan kordinator puskesmas kamonji Kota Palu untuk

menyampaikan melakukan penelitian di ruangan bersalin.

c. Melakukan penelitian dengan menerapkan protokol kesehatan


25

d. Mengambil sampel penilitian dengan cara memeriksa data pasien ibu

Nifas di Puskesmas kamonji.

e. Memberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian serta penjelasan

mengikuti penelitian (PSP) kepada responden yang dilakukan secara

luring.

f. Responden diberikan informed consent serta lembar persetujuan

responden atas ketersediaan mengikuti penelitian.

g. Penelitian memberikan kuesioner secara luring kepada ibu Nifas hari

pertama pengukuran kecemasan dan pada hari kedua diukur

pengeluaran ASI. Tentunya dengan protokol kesehatan.

h. Melakukan kunjungan rumah untuk melakukan observasi terhadap

pengeluaran ASI (Lembar observasi)

i. Penelitian memberikan kode pada lembar kuesioner

j. Selanjutnya peneliti melakukan tabulasi hasil kuesioner dengan

memeriksa kelengkapan dan keseragaman

k. Memberikan kode pada data yang akan disusun.

l. Melakukan tabulasi serta memasukkan/input data, responden.

m. Membersihkan data yang kurang dan memperjelas data yang

dikumpulkan.

H. Pengelolaan Data

a. Editing, mengedit data hasil pengisian kuesioner

b. Coding membuat lembaran kode yang terdiri dari tabel dibuat sesuai

dengan data yang diambil dari hasil penelitian di puskesmas kamonji


26

c. Data. Entry, mengisi kolom dengan kode sesuai dengan jawaban

masing-masing pernyataan

d. Tabulasi Data, Proses memasukan data ke dalam bentuk table yang

telah diberi kode sesuai dengan hasil penelitian.

e. Editing, pengeditan data dilakukan untuk melengkapi kekurangan atau

menghilangkan kesalahan yang terdapat pada data mentah.

f. Processing, proses setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar serta

telah dikode jawaban responden pada kuesioner ke dalam aplikasi

pengelolahan data di komputer

g. Cleaning Data, dicek kembali data yang sudah dimasukkan apakah

sudah benar atau ada kesalahan.

I. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian untuk mengatahui distribusi dan persen dari setiap variabel.

Analisa data yang dilakukan dengan cara manual. Analisa data dilakukan

dengan formulasi distribusi frekuensi dengan rumus :

f
P= x 100 %
n

Keterangan:

P = Persentase

f = jumlah jawaban dari setiap alternatif

n = banyaknya responden yang menjawap


27

2. Analisis bivariat

Analisis bivariate adalah analisa yang dilakukan terhadap dua

variabel yang saling berhubungan atau berkorelasi (Notoatmadjo, 2017).

Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat dua variabel yaitu

variabel bebas dan variabel terikat yang diduga mempunyai hubungan.

Maka penelitian akan melakukan perhitungan uji statistik dengan rumus

Chi-square.

Keputusan untuk menguji kemaknaan digunakan batas kemampuan

5% (a=0,05). Melalui perhitungan uji Chi-square selanjutnya ditarik

kesimpulan bila p value < 0,05 artinya Ho ditolak Ha diterima, yang

menunjukan ada hubungan bermakna antara variabel independent dengan

variabel dependent bila p value > 0,05 artinya Ho diterima Ha ditolak,

yang menunjukan tidak ada hubungan bermakna antara variabel

independent dengan variabel dependent. Adapun rumus uji chi square

sebagai berikut:
2
2 Σ( o−E)
x=
E

Keterangan :

X2 : chi square

Fo : frekuensi obsesi

fE : frekuensi harapan

Hasil uji hipotesis dengan tingkat kemaknaan 0,05 dimana dinyatakan

berhubungan jika p ≤ dari 0,05 dan tidak terdapat hubungan jika p > 0,05.

Dengan syarat uji sebagai berikut:


28

1. Nilai 0 tidak ditemukan pada setiap cell atau kolom pada hasil

penilaian dan disebut juga sebagai expected count dan nilai kenyataan.

2. Jika tabel itu adalah tabel 2x2 maka akan sangat tidak dianjurkan atau

tidak perbolehkan adanya nilai kolom tersebut yang memiliki nilai

kenyataan dibawah nilai dari 5

3. Apabila bentuk tabel dari 2x2, missal 2x3, maka jumlah cell dengan

frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak bole lebih dari 20%

4. Jika terdapat nilai cell seperti pernyataan tersebut diatas maka dapat

dilakukan uji alternatif menggunakan Fisher exact test.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, W. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika


Astuti, Sri dkk. (2015). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Bandung: Erlangga
Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. (2016). Profil Kesehatan Profinsi
Sulawesi Utara.
Diftiyah M. (2017). Studi Tingkat Kecemasan Ibu Post Partum Terhadap
Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas Hari ke 5 (di BPM Asri dan Periode
Permata Bunda). Dunia Sehat.
Dewi, V. N.L & Sunarsih, T. (2013). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Febriana, I. (2011). Hubungan Tingkat Kecemasan Pada Primipara Dengan
Kelancaran Pengeluaran ASI Pada 2-4 Hari Postpartum Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Lubuk Kilangan. Diakses Pada 05 Mei 2023.
Hardiani, R.S. (2017). Status Paritas dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pengeluaran ASI
pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan. Diakses Pada 07 April 2023.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Profil Kesehatan Indonesia.
Manuaba. (2013). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Qiftiyah, M. (2017). Studi Tingkat Kecemasan Ibu Post Parttum Terhadap
Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas Hari ke-5. Di Akses Pada 07 April 2023.
Roesli. (2015). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Exklusif. Jakarta. Pustaka Bunda.
Saputra Y. A. (2020). Hubungan Dukungan Suami Dengan Keberhasilan Pemberian
ASI Eksklusif di Wilaya Kerja Puskesmas Pusat Damai Kabupaten Songgau.
Tanjungpura Journal Of Nursing Pradice and Education. 2(1).
https://doi.org/10.26418/tjnpe.v21/39840.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : Alfabeta.
Walyani, ES & Purwoastuti. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Baru press.
Wiji , R. N. (2013). ASI dan Panduan ASI Menyusui. Yokyakarta : Nuhu Medika.
Yudi Marihot, Sapta Sari & Anis Endang. (2022). Buku Metode Penelitian dan
Kuantitatif. Jurnal Multidisiplin Madani. Vol 1.
Yuliani, F. (2011). Perilaku Pantangan Pada Ibu Nifas di BPS “A” Balongtani Jabon
Sidoarjo. Hospital Majapahit, 3 (1), 54-73. Diambil dari
http://ejournal.stikesmajapahit.ac.index.php/HM/article/view136.

29
30

Anda mungkin juga menyukai