Anda di halaman 1dari 44

HUBUNGAN PENDAMPINGAN SUAMI DENGAN

KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM


MENGHADAPI PERSALINAN DI KLINIK
BERSALIN JULIANTI NASUTION
TAHUN 2023

Oleh
MASANI TELAUMBANUA
NIM : 220211057

PROPOSAL

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2023

1
2

HUBUNGAN PENDAMPINGAN SUAMI DENGAN


KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM
MENGHADAPI PERSALINAN DI KLINIK
BERSALIN JULIANTI NASUTION
TAHUN 2023

PROPOSAL

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Kebidanan (S.Keb) di Program Studi Kebidanan
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia

Oleh
MASANI TELAUMBANUA
NIM : 220211057

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2023
3

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 6
A. Kehamilan Primigravida................................................................ 6
B. Persalinan....................................................................................... 6
C. Kecemasan..................................................................................... 21
D. Pendampingan Persalinan.............................................................. 31
E. Kerangka Konsep........................................................................... 39
F. Hipotesis........................................................................................ 39
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 40
A. Jenis Penelitian.............................................................................. 40
B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 40
C. Populasi, Sample dan Teknik Sampling........................................ 41
D. Metode Pengumpulan Data............................................................ 42
E. Uji Validitas dan Reliabilitas......................................................... 44
F. Definisi Operasional...................................................................... 46
G. Aspek Pengukuran......................................................................... 46
H. Etika Penelitian.............................................................................. 48
I. Metode Pengolahan Data............................................................... 48
J. Analisa Data................................................................................... 49
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh

perempuan hamil. Namun selama proses persalinan khususnya pada kala I

masalah dapat timbul pada ibu seperti sulit tidur, ketakutan, kesepian, stres,

marah, keletihan, kecewa, perasaan putus asa, terutama kecemasan dalam

menghadapi persalinan (Murray dan Gayle, 2017). Kecemasan yang dialami

oleh ibu bersalin semakin lama akan semakin meningkat seiring dengan

semakin seringnya kontraksi pada abdomen sehingga keadaan ini akan

membuat ibu stress pada saat persalinan. Stress psikologis yang dialami

ibu pada saat akan bersalin menyebabkan meningkatnya rasa nyeri dan

cemas (Kartikasari, 2019).

Ibu hamil sering kali diliputi kecemasan, terutama pada wanita yang

baru pertama kali hamil, terutama menjelang proses persalinan. Ibu yang

akan bersalin mempunyai emosi berlebihan sehingga menimbulkan suatu

kecemasan tinggi, keadaan dimana ibu selalu memikirkan hal buruk yang

mungkin terjadi. Menurut Bahiyatun (2020), rasa cemas dan khawatir

semakin meningkat memasuki usia kehamilan tujuh bulan keatas dan

menjelang persalinan, dimana ibu mulai membayangkan proses persalinan

yang menegangkan, rasa sakit yang dialami, bahkan kematian pada saat

persalinan. Depkes RI (2019) menyatakan bahwa di Indonesia pada tahun

2018 terdapat 107 juta orang (28,7%) ibu hamil yang mengalami kecemasan
5

dalam menghadapi proses persalinan. Penelitian yang dilakukan pada ibu

primigravida 22,5% mengalami cemas ringan, 30% mengalami cemas

sedang, 27,5% mengalami kecemasan berat, dan 20% mengalami

kecemasan sangat berat (Sarifah, 2018). Sedangkan penelitian yang

dilakukan di Surabaya, Jawa Timur 2016sebanyak (41,7%) ibu mengalami

kecemasan menjelang persalinan. Pada penelitian Mukhadiono, Widyo

Subagyo, Dyah Wahyuningsih di Yogyakarta Jawa Timur mayoritas

mengalami kecemasan berat (60,7%), mengalami kecemasan sedang

(33,9%), dan hanya 3 orang (5,4%) yang mengalami kecemasan ringan.

Efek dari kecemasan dalam persalinan dapat mengakibatkan kadar

katekolamin yang berlebihan pada kala 1 menyebabkan turunnya aliran

darah ke rahim, turunnya kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke

plasenta, turunnya oksigen yang tersedia untuk janin serta dapat

meningkatkan lamanya persalinan kala 1 (Simkin, 2018).

Tingkat kecemasan primigravida dalam menghadapi kelahiran bayi

pada wanita yang hamil untuk pertama kali lebih tinggi dari pada wanita

yang sudah hamil untuk kedua kalinya. Timbulnya kecemasan pada

primigravida dipengaruhi oleh perubahan fisik yang terjadi selama

kehamilannya. Kecemasan pada ibu hamil dapat timbul khususnya pada

trisemester ketiga kehamilan hingga persalinan, dengan semakin dekatnya

jadwal persalinan, terutama pada kehamilan pertama, wajar jika timbul

perasaan cemas atau takut karena kehamilan merupakan pengalaman

pertama atau baru (Maimunah, 2018). Kecemasan akan berdampak negatif

pada ibu hamil sejak masa kehamilan hingga persalinan, seperti janin yang
6

gelisah sehingga menghambat pertumbuhannya, melemahkan kontraksi

otot-otot rahim. Dampak tersebut dapat membahayakan ibu dan janin.

(Novitasari, 2019) Sebuah penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa ibu

hamil dengan tingkat kecemasan yang tinggi memiliki resiko melahirkan

bayi prematur bahkan keguguran (Astria, 2019). Selain berdampak pada

proses persalinan, kecemasan pada ibu hamil juga dapat berpengaruh pada

tumbuh kembang anak. Kecemasan yang terjadi terutama pada trisemester

ketiga dapat mengakibatkan penurunan berat lahir dan peningkatan aktivitas

HHA (Hipotalamus-HipofisisAdrenal) yang menyebabkan perubahan

produksi hormon steroid, rusaknya perilaku sosial dan angka fertilitas saat

dewasa. Selain itu, kecemasan pada masa kehamilan berkaitan dengan

masalah emosional, gangguan hiperaktivitas, dan gangguan perkembangan

kognitif pada anak (Shahhosseini, 2019).

Untuk mengurangi kecemasan pada saat persalinan ialah dengan

adanya kehadiran pendamping, seperti suami, ibu kandung, saudara atau

sahabat perempuan ibu. Kehadiran orang kedua atau pendamping atau

penolong persalinan dapat memberi kenyamanan pada saat bersalin.

Kehadiran pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek

positif terhadap persalinan, yaitu dapat menurunkan morbiditas,

mengurangi rasa sakit, mempersingkat persalinan, dan menurunkan angka

persalinan dengan operasi termasuk bedah caesar (Marmi, 2019).

Dukungan orang terdekat, khususnya suami sangat dibutuhkan agar

suasana batin ibu hamil lebih tenang dan tidak terganggu oleh kecemasan.

Peran suami ini sangatlah penting karena suami merupakan main supporter
7

(pendukung utama) pada masa kehamilan (Taufik, 2019) menunjukan

beberapa peran serta suami dalam menghadapiproses persalinan diantaranya

adalah harus mempersiapkan dana yang ekstra, member waktu luang untuk

selalu bersama dengan ibu hamil, sehingga ibu hamil bisa merasa bahagia.

Kedua, tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan

berada pada rentang kecemasan ringan seperti: pusing, mual dan merasakan

gerakan janin yang tidak seperti biasanya. Ketiga, ada hubungan yang

sangat bermakna antara peran serta suami dengan tingkat kecemasan yang

dapat membuat perjalanan kehamilan ibu hamil semakin lancar dan aman

sehingga proses persalinan mudah.

Dukungan suami juga dapat berupa dorongan, motivasi terhadap

istri baik secara moral maupun material serta dukungan fisik, psikologis,

emosi, informasi, penilaian dan finansial. Dukungan minimal berupa

sentuhan dan kata-kata pujian yang membuat nyaman serta memberi

penguatan pada saat proses persalinan berlangsung hasilnya akan

mengurangi durasi kelahiran (Marni, 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Nelisa, dkk (2018) pendampingan

suami pada persalinan istri dapat memberikan semangat serta motivasi bagi

istri dalam persalinan. Selain itu, dengan kehadiran suami disamping istri

pada saat persalinan akan memberikan rasa aman dan nyaman serta

mengurangi perasaan cemas istri saat bersalin. Berdasarkan hal tersebut,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

”Hubungan Pendampingan Suami dengan Kecemasan Ibu Primigravida

Dalam Menghadapi Persalinan di Klinik Bersalin Tahun 2023”.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah ”Apakah ada Hubungan Pendampingan Suami dengan

Kecemasan Ibu Primigravida Dalam Menghadapi Persalinan di Klinik

Bersalin Julianti Nasution Tahun 2023”.

C. Tujuan Penelitian

C.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pendampingan Suami dengan

Kecemasan Ibu Primigravida Dalam Menghadapi Persalinan di Klinik

Bersalin Julianti Nasution Tahun 2023.

C.2 Tujuan Khusus

1. Diperoleh gambaran distribusi frekuensi pendampingan suami

pada proses persalinan di Klinik Bersalin Julianti Nasution Tahun

2023

2. Untuk mendeskripsikan distribusi intensitas kecemasan ibu

primigravida di Klinik Bersalin Julianti Nasution Tahun 2023

D. Manfaat Penelitian

D.1 Manfaat Teoritis

1. Data atau informasi hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan, memperluas wawasan dan pengalaman peneliti dalam

mengidentifikasi pengaruh pendampingan suami terhadap

pengurangan rasa cemas ibu primigravida pada proses persalinan

kala I.
9

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan

keilmuan dalam mengimplementasikan asuhan pada ibu

primigravida yang mengalami kecemasan.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

pustaka dan dapat mengembangkan penelitian.

D.2 Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan bagi klinik bersalin dalam melakukan

konseling pada suami untuk mencegah kecemasan pada ibu bersalin dan

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien, khususnya ibu

hamil dan ibu bersalin dalam menghadapi proses persalinan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

A.1 Kehamilan Primigravida

Kehamilan adalah proses yang normal, alamiah yang diawali dengan

pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin dan dimulai sejak

konsepsi sampai persalinan (Dewi & Sunarsih, 2021). Gravida adalah istilah

yang digunakan dalam kebidanan yang artinya seorang wanita yang sedang

hamil. Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung didalam

tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan

diakhiri dengan proses persalinan (Prawiroharjho, 2020). Primi berarti

pertama. Primigravida adalah seorang wanita hamil untuk pertama kali.

Kehamilan terjadi apabila ada dua pertemuan dan persenyawaan antara sel

telur (ovum) dan mani (spermatozoa) lamanya kehamilan mulai dari ovulasi

sampai partus kira-kira 280 hari atau 40 minggu kehamilan. Primigravida

adalah suatu proses kehamilan yang sedang dialami oleh seorang wanita

untuk pertama kalinya. Kehamilan pertama merupakan pengalaman baru

yang dapat menimbulkan stress bagi ibu dan suami, Beberapa yang dapat

diduga dan yang tidak dapat diduga sehingga menimbulkan konflik

persalinan. Kesiapan wanita untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai

anak ditentukan oleh kesiapan fisik, kesiapan mental, emosi, psikologis

kesiapan sosial dan ekonomi. Secara umum, seorang wanita dikatakan siap

secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika

10
11

tubuhnya berhenti tumbuh) yaitu sekitar usia 20 tahun, sehingga usia 20

tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik (BKKBN, 2020).

A.2 Perubahan Psikologis Kehamilan

a) Trimester I

Setelah konsepsi kadar hormon progesterone dan estrogen dalam

tubuh meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual muntah

pada pagi hari, lemah, lelah, dan membesarnya payudara. Ibu

merasa tidak sehat dan sering 12 saling membenci kehamilannya,

banyak ibu merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan

kesedihan

b) Trimester II

Biasanya adalah saat ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa

dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman

karena hamil sudah berkurang, ibu sudah menerima kehamilannya

dan mulai dapat menggunakan energy dan pikirannya secara lebih

kontruktif. Pada trimester ini ibu dapat merasakan gerakan bayinya

dan mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang di luar

dari dirinya sendiri.

c) Trimester III

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester

ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek.

Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari

bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama

hamil, pada trimester tiga ini sejumlah ketakutan muncul, wanita


12

mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupan

sendiri, seperti : apakah nantinya bayinya akan lahir abnormal,

terkait kelahiran dan persalinan (nyeri saat persalinan) inilah ibu

memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan

bidan (Varney, 2019).

B. Persalinan

B.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari

janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan

ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sari dan Kurnia 2018).

Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai

secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian

selama prose persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi

belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu

lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada di dalam kondisi sehat.

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi

persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara

progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sari dan Kurnia, 2018).

B.2 Jenis Persalinan

Jenis persalinan dibagi dalam 2 kategori, yang pertama yaitu jenis

persalinan berdasarkan bentuk terjadinya dan jenis persalinan menurut


13

lama kehamilan dan berat janin. Jenis persalinan menurut berdasarkan

bentuk terjadinya di bagi menjadi persalinan spontan, persalinan buatan,

dan persalinan anjuran. Sedangkan jenis persalinan menurut lama

kehamilan dan berat janin di bagi menjadi abortus, partus immaturus,

partrus prematurus, persalinan aterm, partus serotinus, atau postmaturus,

dan partus presipitatus.

1. Jenis persalinan berdasarkan bentuk terjadinya

a. Persalinan Spontan

Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan

kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir (Sari dan Kurnia,

2018). Persalinan normal disebut juga partus spontan yaitu proses

lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu

sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi

yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Sari dan Kurnia,

2018).

b. Persalinan Buatan

Persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung

dengan bantuan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forceps

atau dilakukan operasi section caesarea (Sari dan Kurnia, 2018).

c. Persalinan Anjuran

Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya

pemberian pitosin dan prostaglandin (Sari dan Kurnia, 2018).


14

B.3 Tanda-Tanda Persalinan

Menurut Manuaba (2000) dalam oleh Sari dan Kurnia (2017) telah

disebutkan bahwa tanda-tanda persalinan dibagi menjadi dua fase, yaitu

tanda bahwa persalinan sudah dekat dan tanda timbulnya persalinan

(inpartu). Tanda-Tanda Bahwa Persalinan Sudah dekat :

a. Terjadi Lightening

Menjelang minggu ke 36 kehamilan, tanda pada primigravida

adalah terjadinya penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah

masuk pintu atas panggul yang disebabkan: kontraksi Braxton Hicks,

ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, dan gaya

berat janin dimana kepala ke arah bawah. Masuknya bayi ke pintu atas

panggul menyebabkan ibu merasakan:

1) Ringan di bagian atas perut, dan rasa sesaknya berkurang.

2) Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal.

3) Kesulitan berjalan.

4) Sering buang air kecil (follaksuria).

Gambaran Lightening pada primigravida menunjukkan hubungan

normal antara ketiga P, yaitu Power, Passege, Passenger. Sedangkan pada

multipara gambarannya tidak begitu jelas, karena kepala janin baru masuk

pintu atas panggul menjelang persalinan.

b. Terjadinya his permulaan

Pada sewaktu umur kehamilan masih muda, yaitu sejak trimester

pertama kehamilan uterus akan sering mengalami kontraksi ringan. Pada


15

trimester kedua dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Fenomena

ini dikemukakan pertama kali oleh Braxton Hicks pada tahun 1872 sehingga

disebut sebagai kontraksi braxton hicks. Sampai bulan terakhir kehamilan

biasanya kontraksi ini sangat jarang dan meningkat pada satu atau dua

minggu sebelum persalinan. Kontraksi ini terjadi karena adanya perubahan

keseimbangan estrogen dam progesteron sehingga terjadi peningkatan

jumlah reseptor oksitosin dan gap junction diantara sel-sel miometrium

(Sari dan Kurnia, 2017).

Dengan semakin tuanya kehamilan, pengeluaran estrogen dan

progesteron semakin berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan

kontraksi yang lebih sering, yang dikenal sebagai his palsu, dengan sifat

sebagai berikut:

1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah.

2) Datangnya tidak teratur.

3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda.

4) Durasinya pendek.

5) Tidak bertambah bila beraktivitas.

Adapun, tanda-tanda timbulnya persalinan (inpartu) : Pada fase ini

sudah memasuki tanda-tanda inpartu:

a. Terjadinya His Persalinan

His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa

nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi

rahim yan dimulai pada 2 face maker yang letaknya di dekat cornu

uteri. His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan


16

tertentu disebut his efektif. His efektif mempunyai sifat adanya

dominan kontraksi uterus pada fundus uteri (fundal dominance),

kondisi berlangsung secara sinkron dan harmonis, adanya intensitas

kontraksi yang maksimal diantara dua kontraksi, irama teratur dan

frekuensi yng kian sering, lama his berkisar 45-60 detik.

Pengaruh his ini dapat menimbulkan desakan didaerah uterus

(meningkat) terjadi penurunan janin, terjadi penebalan pada dinding

korpus uteri, terjadi peregangan dan penipisan pada istmus uteri, serta

terjadinya pembukaan pada kanalis servikalis.

His persalinan memiliki sifat sebagai berikut:

1) Pinggang terasa sakit dan mulai menjalar ke depan.

2) Teratur dengan interval yang makin pendek dan kekuatannya

makin besar.

3) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks.Penambahan

aktivitas (seperti berjalan) maka his tersebut semakin

meningkat.

b. Keluarnya lendir becampur darah (show)

Lendir ini berasal dari pembukaan kanalis servikalis. Sedangkan

pengeluaran darahnya disebabkan oleh robeknya pembuluh darah

waktu serviks membuka.

c. Terkadang disertai ketuban pecah

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya

selaput ketuban menjelang persalinan. Jika ketuban sudah pecah, maka

ditargetkan persalinan dapat berlngsung dalam 24 jam. Namun, apabila


17

persalinan tidak tercapai, maka persalinan harus diakhiri dengan

tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau sectio caesarea.

d. Dilatasi dan Effacement

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-

angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau

pemendekan kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm menjadi

hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang tipis

seperti kertas.

B.4 Fase Dalam Persalinan Kala I

Kala I disebut juga sebagai kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada permulaan his,

kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih

dapat berjalan-jalan (Sari dan Kurnia, 2017). Proses pembukaan serviks

sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu:

1. Fase Laten

Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat

sampai mencapai ukuran 3 cm.

2. Fase Aktif, dibagi dala 3 fase lagi, yaitu:

a) Fase Akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi

menjadi 4 cm.

b) Fase Dilatasi Maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

c) Fase Deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam

waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.


18

Namun, lamanya kala I untuk primigravida dan multigravida

berbeda. Untuk primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan

multigravida berlangsung 8 jam. Berdasarkan hitungan Friedman,

pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida

2cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan

lengkap dapat diperkirakan. Fase-fase diatas dialami oleh primigravida

juga multigravida. Namun mekanisme pembukaan serviks berbeda

antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri

internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar

dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum. Pada multigravida

ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Kemudian ostium uteri

internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks

terjadi pada saat yang sama. Kala I selesai apabila pembukaan

serviks telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira

12 jam, sedangkan multigravida 7 jam (Sari dan Kurnia, 2017). Dalam

beberapa buku, proses membukanya serviks disebut dengan berbagai

istilah: melembek (softening), menipis (thinned out), obliterasi atau

pendataran (obliterated), mendatar dan tertarik ke atas (effaced and

taken up), dan membuka (dilatation).

B.5 Perubahan Psikologis pada Ibu Bersalin

Bentuk-bentuk perubahan psikologis:

1. Perasaan takut ketika hendak melahirkan. Hal ini merupakan hal

yang wajar, apalagi bagi ibu yang pertama kali akan melahirkan.
19

2. Perasaan cemas pra-melahirkan. Menjelang proses persalinan,

tidak sedikit calaon ibu yang mengalami rasa takut saat proses

kelahiran. Padahal rasa cemas itulah yang justru memicu rasa sakit

saat melahirkan.

3. Rasa sakit. Muncul karena mau melahirkan, mereka merasa

tegang dan takut, akibat telah mendengar berbagai cerita seram

seputar melahirkan. Perasaan ini selanjutnya membuat jalur lahir

menjadi mengeras dan menyempit. Pada saat kontraksi alamiah

mendorong kepala bayi untuk mulai melewati jalur lahir,

terjadi resistensi yang kuat. Ini yang menyebabkan rasa sakit yang

dialami seorang ibu.

4. Depresi. Dikarenakan keadaan ini cukup berbahaya, disarankan

agar ibu yang ingin melahirkan agar tidak depresi, sehingga ia

harus ditemani anggota keluarga karena ibu yang melahirkan

rawan depresi.

5. Perasaan sedih jika persalinan tidak berjalan sesuai denagan

harapan ibu dan keluarga.

6. Ragu-ragu dalam menghadapi persalinan dan ragu akan

kemampuannya dalam merawat bayinya kelak.

7. Perasaan tidak enak, sering berpikir apakah persalinan akan

berjalan normal.

8. Menganggap persalinan sebagai cobaan

9. Sering berpikir apakah penolong persalinan dapat sabar dan

bijaksana dalam menolongnya.


20

10. Sering berpikir apakah bayinya akan normal atau tidak.

Perubahan-perubahan psikologis dalam persalinan, dapat diatasi

dengan berbagai cara sebagai berikut:

a) Teknik relaksasi

Diharapkan ibu telah memperoleh pengetahuan tentang teknik relaksasi

pada saat pemeriksaan kehamilan ritinatau Antenatal Care/ANC, bila

ibu belum mendapatkan, ibu harus diajarkan dahulu teknik relaksasi

dengan tepat.

b) Hypnobirthing

Untuk mendapatkan proses melahirkan dengan alami, nyaman, dan

lancar, tentunya memerlukan persiapan secara holistikdan dilakukan

sejak proses kehamilan. Ibu hamil dan pasangannya yang mengikuti

pelatihan hypnobirthing berperan sebagai subjek aktif, sedangkan

petugas kesehatan berperan sebagai fasilitator untuk memandu sang

subjek mencapai keadaan alfa. Disini ibu diajarkan untuk berpikir

tenang dan positif sehingga proses melahirkan bisa dihadapi dengan

tenang.

c) Dukungan fisik dan psikologis dari keluarga dan tenaga kesehatan

(Asuhan Sayang Ibu).

Dalam hal ini, keluarga sang ibu diminta untuk terus mendukung dan

menemani ibu dan membantu memenuhi kebutuhannya, hal ini baik

untuk keadaan psikologisnya, dengan begitu ibu tidak merasa

sendirian.
21

d) Senam Hamil

Pada saat calon ibu mengandung, disarankan untuk mengikuti senam

hamil. Pada senam hamil ini diajarkan teknik pernapasan, cara meneran

saat mengeluarkan bayi, dan keterampilan dalam menenangkan diri

atau kecemasan saat proses melahirkan.

e) Mobilitas

Diusahakan ibu untuk tetap tegar dan bergerak, dengan berjalan- jalan

atau mengubah posisi tidur, itu akan memungkinkan ibu dapat

menguasai keadaan dan proses persalinan sendiri dapat berjalan dengan

baik.

f) Memberi Informasi

Ibu dan keluarga harus diberi informasi yang selengkap-lengkapnya

tentang semua perkembangan dan kemajuan selama proses persalinan.

Setiap tindakan dan intervensi yang dilakukan harus di antisipasi dan

dijelaskan, dan ibu diikut sertakan dalam pengambilan keputusan

klinis.

g) Percakapan

Saat inpartu ibu membutuhkan waktu untuk bercakap-cakap atau diam.

Jika proses persalinan sedang berlangsung, maka kesunyian, simpatik,

dan keakraban yang disukainya. Pada tahap ini, ibu akan merasa lelah,

setiap kontraksi akan memerlukan konsentrasi penuh dan semua

cadangan emosional dan fisik dikerahkannya. Kesunyian yang sangat


22

dibutuhkan, bisa diberikan dalam bentuk sentuhan atau ekspresi wajah

dari orang-orang sekitarnya.

h) Dorongan Semangat

Adakalanya ibu merasa putus asa. Bidan harus berusaha memberikan

dorongan dan semangat pada ibu selama persalinan. Dengan beberapa

kata yang diucapkan secara lembut setelah kontraksi atau beberapa

pujian non verbal pada saat terjadi kontraksi akan sangat memberi

semangat atau dorongan pada ibu. Bidan harus berusaha untuk dapat

berkomunikasi dengan memberi respon yang hangat dan antusias,

maka kemungkinan besar persalinan akan berjalan lancar.

i) Menghadirkan Pendamping Saat Persalinan

Penelitian menunjukkan bahwa kehadiran seseorang pendamping pada

saat persalinan dapat menimbulkan efek positif terhadap persalinan,

antara lain dapat menurunkan angka morbiditas, mengurangi rasa sakit,

persalinan lebih singkat, dan menurunnya persalinan dengan tindakan

(Hodnett, 1999, Klau dan Kennel, 2000 dalam Sari dan Kurnia, 2017).

C. Kecemasan

C.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan (ansietas) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya.Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Ansietas

dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.

Ansietas berbeda dengan takut, yang merupakan penilaian intelektual


23

terhadap bahaya. Ansietas adalah respon emosional dari penilaian itu

(Stuart, 2017). Sarwono (2019) menjelaskan kecemasan merupakan takut

yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasanya. Kecemasan selalu

menampakkan diri dalam berbagai bentuk intensitas, karena kecemasan

merupakan sikap dasariah bagi setiap manusia dalam menghadapi setiap

bahaya yang mengancam keseluruhan manusia sebagai pribadi dalam

eksistensinya (Pieter, 2020). Gangguan cemas disebabkan oleh situasi atau

objek yang sebenarnya tidak membahayakan yang mengakibatkan situasi

atau objek tersebut dihindari secara khusus atau dihadapi dengan perasaan

terancam. Perasaan tersebut tidak berkurang walaupun mengetahui bahwa

orang lain menganggap tidak berbahaya atau mengancam (Ibrahim, 2017).

Dari berbagai pengertian kecemasan (anxiety) yang telah dipaparkan

diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi takut, khawatir,

dan emosi dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan

merupakan pengalaman samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak

berdaya serta tidak menentu yang disebabkan oleh suatu hal yang belum

jelas

C.2 Jenis Kecemasan

Menurut Kaplan dan Sadock (1997) dalam Susilowati (2018),

kecemasan dibagi menjadi dua yaitu:

a. Kecemasan normal

Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan,

perubahan, pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba

dan penemuan identitasnya sendiri dan arti hidup.


24

b. Kecemasan patologi; Kecemasan patologi adalah respon yang tidak

sesuai terhadap stimulus yang diberikan berdasarkan pada intensitas

dan durasinya.

C.3 Gejala Klinis Cemas

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang

mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut:

1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,

mudah tersinggung;

2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut;

3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang;

4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan;

5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat;

6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,

gangguan percernaan, ganguan perkemihan, sakit kepala dan lain

sebagainya.

Selain keluhan-keluhan cemas secara umum di atas, ada lagi

kelompok cemas yang lebih berat yaitu gangguan cemas menyeluruh,

gangguan panik, gangguan phobik dan gangguan obsesif-kompulsif

(Hawari, 2019).

C.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Shives (2000) dalam Solehati dan Cecep (2019)

mengatakan, bahwa faktor yang berkontribusi pada terjadinya kecemasan

meliputi ancaman pada:


25

a) Konsep diri,

b) Personal security system,

c) Kepercayaan, lingkungan,

d) Fungsi peran, hubungan interpersonal, dan

e) Status kesehatan.

Menurut Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI (2000) dalam

Solehati dan Cecep (2019), faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

antara lain sebagai berikut.

1. Perkembangan kepribadian

2. Tingkat maturasi

3. Tingkat pengetahuan

4. Karakteristik stimulus

5. Karakteristik individu

C.5 Tingkat Kecemasan

Seorang individu mengalami kecemasan yang bervariasi, mulai dari

cemas ringan sampai dengan panik. Menurut Stuart dan Sundeen (1998)

dalam Solehati dan Cecep (2017), kecemasan dapat digolongkan dalam

beberapa tingkat, yaitu sebagai berikut :

1) Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan kehidupan

sehari-hari. Ketegangan dalam kehidupan sehari-hari akan

menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya. Individu terdorong untuk belajar yang akan

menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.


26

2) Kecemasan sedang

Kecemasan pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan

menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal-hal yang

dianggapnya penting saat itu dan mengesampingkan hal-hal lain

sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat

melakukan sesuatu yang lebih terarah.

3) Kecemasan berat

Kecemasan ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

seseorang cenderung untuk memusatkan pada ssesuatu yang terinci

dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Individu tak

mampu berpikir lagi dan membutuhkan banyak pengarahan atau

tuntunan.

4) Panik

Tingkat panik ditandai dengan lahan persepsi yang sudah

terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri

lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberikan

pengarahan atau tuntunan, serta terjadinya peningkatan aktivitas

motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang

lain, persepsi menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

Tingkatan ini tidak sejalan dengan kehidupan seseorang jika

berlangsung terus-menerus dalam waktu yang lama sehingga

terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian (Solehati dan Cecep,

2017).

C. 6 Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan


27

Proses persalinan merupakan peristiwa yang melelahkan sekaligus

beresiko. Tidak mengherankan, calon ibu yang akan melahirkan diselimuti

perasaan takut, panik, dan gugup. Ibu menanti kehadiran bayinya sebagai

bagian dari dirinya. Terdapat perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya

tidak lahir tepat pada waktunya. Ibu takut terhadap hidupnya dan

bayinya dan tidak tahu kapan akan melahirkan. Ibu merasa takut akan rasa

sakit dan bahaya yang akan timbul pada saat melahirkan (Adelina, 2019).

Menurut Musbikin dalam Adelina (2018), kecemasan menjelang

persalinan tak kalah hebatnya ibu harus menghadapi rasa sakit saat bersalin,

gangguan saat melahirkan, dan aneka kekhawatiran lainnya. Sikap tenang

sangat membantu kelancaran persalinan. Untuk itu, lakukan persiapan

berikut:

1. Memilih tempat bersalin yang memadai

2. Pendampingan oleh pasangan

3. Hindari kisah buruk

Proses kelahiran anak adalah alami asalkan kondisi fisik

memadai tidak akan mengalami banyak kesulitan, akan tetapi proses

kelahiran ini masih sering diselimuti misteri, ketidaktahuan dan rasa

takut dalam pikiran banyak orang. Ada kalanya hal in disebabkan oleh

informasi dan pengertian yang salah tentang berfungsinya tubuh secara

normal. Akhirnya proses kelahiran itu sendiri mungkin menjadi lebih sulit

pada ibu yang ketakutan, sehingga ketegangannya menghambat proses

alami dan justru mengakibatkan rasa sakit yang dicemaskan (Susilowati,

2019).
28

Menurut kartono (2016) dalam Prasetyani (2018) penyebab

kecemasan dalam menghadapi persalinan adalah:

1. Takut mati; sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah fenomena

fisiologis yang normal, namun tidak terlepas diri risiko-risiko dan

bahaya kematian. Bahkan pada proses kelahiran yang normal

sekalipun senantiasa disertai pendarahan dan kesakitan-kesakitan

yang hebat. Peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan-

ketakutan, khususnya takut mati, baik kematian dirinya sendiri

maupun anak bayi yang akan di lahirkan.

2. Trauma kelahiran; berkaitan dengan perasaan takut mati yang ada

pada wanita pada saat melahirkan bayinya dan ketakutan lahir

(takut dilahirkan di dunia ini) pada bayi, yang dikenal sebagai

trauma kelahiran. Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan

berpisahnya bayi dari rahim ibunya. Ketakutan ini merupakan

ketakutan “hipotetis” untuk dilahirkan di dunia takut terpisah dari

ibunya.

3. Perasaan bersalah; wanita banyak melakukan identifikasi terhadap

ibunya dalam semua aktivitas reproduksinya. Jika identifikasi ini

menjadi salah dan wanita tersebut banyak mengembangkan

mekanisme rasa bersalah dan rasa berdosa terhadap ibunya. Maka

peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi

sebagai ibu yang bahagia sebab selalu saja dibebani atau dikejar-

kejar rasa berdosa. Perasaan berdosa terhadap ibu ini erat


29

hubungannya dengan ketakutan akan mati pada saat wanita tersebut

melahirkan bayinya.

4. Ketakutan riil; pada setiap wanita hamil, kecemasan untuk

melahirkan bayinya bisa diperkuat oleh sebab-sebab konkret

lainnya. Misalnya, takut bayinya lahir cacat atau lahir dalam kondisi

patologis, takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh

dosa-dosa ibu itu sendiri di masa silam. Takut kalau beban hidupnya

akan menjadi semakin berat oleh lahirnya sang bayi, munculnya

elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau

tidak dipisahkan dari bayinya, takut kehilangan bayinya yang sering

muncul sejak masa kehamilan sampai waktu melahirkan bayinya.

C.7 Skala Pengukur Tingkat Kecemasan

Persepsi kecemasan dapat diukur menggunakan alat pengukur

kecemasan berupa skala kecemasan. Angka kecemasan didapatkan dengan

menggunakan kuesioner kecemasan Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)

untuk mengetahui adanya suatu kecemasan sebagai ciri kepribadian yang

diciptakan oleh Janet Taylor pada tahun 1953 (Taylor, 1953). Kuesioner ini

terdiri dari 50 pertanyaan dengan jawaban benar atau salah yang harus

dijawab oleh subjek sesuai dengan refleksi dari dirinya sendiri sebagai

penentu tingkat kecemasan pada pribadi tersebut. Sehingga mampu

memberikan tingkat kecemasan yang berbeda setiap individunya (Hawari

dalam Wijaya, 2018).

TMAS merupakan kuesioner yang mampu menghubungkan

kecemasan secara langsung dengan kinerja pada suatu daerah. Dan mampu
30

mengukur tingkat kecemasan dengan menggunakan skor dalam menentukan

kinerja tertentu pada individu. TMAS telah terbukti handal validitas dan

reliabilitasnya dengan menggunakan reliabilitas test-retest. Terdapat faktor

umum yang terkandung dalam skala kecemasan tersebut, yaitu : kecemasan

kronik atau kekhawatiran, peningkatan reaktivitas psikologis, gangguan

tidur terkait ketegangan batin, perasaan tidak mampu, dan ketegangan

motoric. (Hawari dalam Wijaya, 2018).

D. Pendampingan Persalinan

D. 1 Pengertian Pendampingan Suami

Pendampingan suami sering dikenal dengan istilah lain yaitu

dukungan yang berupa simpati, yang merupakan bukti kasih sayang,

perhatian dan keinginan untuk mendengarkan keluh kesah orang lain.

Kebutuhan, kemampuan dan sumber dukungan mengalami perubahan

sepanjang kehidupan seseorang. Keluarga merupakan lingkungan pertama

yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya. Dukungan suami

merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga berupa informasi

dan nasehat. yang mana membuat penerima dukungan akan merasa

disayang dan dihargai (Aprianawati dkk, 2018). Dukungan suami

menjadikan suami mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian sehingga

akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.

Dukungan dibagi menjadi dua, dukungan eksternal dan internal.

Dukungan keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan,

tetangga,sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi,

tempat ibadah dan praktisi kesehatan. Dukungan keluarga dari internal


31

antara lain dukungan dari suami dan istri, dari saudara kandung atau

dukungan dari anak (Setiadi, 2019).

D.2 Peran Suami Pada Kala I Persalinan

1. Pendamping persalinan bisa membantu ibu mengalihkan perhatian

dari rasa nyeri yang sudah mulai muncul. Misalnya, menemani ibu

berjalan-jalan, bercerita atau menonton televisi.

2. Pendamping persalinan bisa membuatkan minuman segar yang

nantinya berguna untuk memberi ekstra energi dan mencegah

dehidrasi. Pendamping persalinan bisa selalu mengingatkan ibu

untuk minum setiap beberapa jam sekali dan buang air kecil setiap

dua jam sekali.

3. Pada saat nyeri atau kontraksi timbul, pendamping persalinan bisa

mengajak ibu berbicara sambil memberikan pujian bila ibu berhasil

melewati setiap kontraksi yang terjadi.

4. Pendamping persalinan bisa membantu ibu untuk mengganti

posisi tubuh ketika ibu mulai terlihat stres atau lelah.

5. Pendamping persalinan bisa memberikan pijatan lembut di

punggung kaki atau pundak ibu (Maryunani, 2017).

D.3 Manfaat Pendampingan Suami dalam Persalinan

a) Memberi rasa tenang dan penguat psikis pada istri


32

Suami adalah orang terdekat yang dapat memberikan rasa aman

dan tenang yang diharapkan istri selama proses persalinan.

Ditengah kondisi yang tidak nyaman, istri memerlukan pegangan,

dukungan dan semangat untuk mengurangi kecemasan dan

ketakukannya.

b) Selalu ada bila dibutuhkan

Dengan berada di samping istri, suami siap membantu apa saja

yang dibutuhkan istri.

c) Kedekatan emosi suami-istri bertambah

Suami akan melihat sendiri perjuangan hidup dan mati sang istri

saat melahirkan anak sehingga membuatnya semakin sayang

kepada istrinya.

d) Menumbuhkan naluri kebapakan

e) Suami akan lebih menghargai istri

Melihat pengorbanan istri saat persalinan suami akan dapat lebih

menghargai istrinya dan menjaga perilakunya. Karena dia akan

mengingat bagaimana besarnya pengorbanan istrinya.

f) Membantu keberhasilan IMD

IMD merupakan Inisiasi Menyusui Dini yang akan digalakkan

oleh pemerintah untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi.

IMD akan tercapai dengan adanya dukungan dari suami terhadap

istrinya.

g) Pemenuhan nutrisi
33

Nutrisi ibu saat melahirkan akan terpenuhi karena tugas

pendamping adalah memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

tubuh ibu yaitu dengan cara pemberian makan dan minum saat

kontraksi rahim ibu mulai melemah.

h) Membantu mengurangi rasa nyeri saat persalinan

Dengan adanya pendamping maka akan memberikan rasa

nyaman dan aman bagi ibu yang sedang mengalami persalinan

karena adanya dukungan dari orang yang paling di sayang

sehingga mampu mengurangi rasa sakit dan nyeri yang dialami

(Sari dan Kurnia, 2019).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran pendamping persalinan

Menurut Hamilton dalam Sari dan Kurnia (2019) faktor-faktor yang

mempengaruhi peran pendampingan persalinan antara lain: sosial,

ekonomi, budaya, lingkungan, pengetahuan, umur dan pendidikan.

E. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendampingan Suami Kecemasan dalam


Persalinan pada Ibu
Primigravida

D. Hipotesis Penelitian

Ada Hubungan Pendampingan Suami Dengan Kecemasan Ibu

Primigravida Dalam Menghadapi Persalinan di Klinik Bersalin Julianti

Nasution Tahun 2023.


34
35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Dipilihnya cross

sectional karena peneliti ingin mengetahui perbedaan intensitas kecemasan

pada pasien antara yang mengalami pendampingan suami dengan yang tidak

mengalami pendampingan suami pada ibu inpartu primigravida kala I di Klinik

Bersalin Julianti Nasution.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Julianti Nasution yang

terletak di Jalan Jati Pasar IV No.15 Sei Mencirim, Sunggal, Kabupaten Deli

Serdang. Alasan pemilihan Klinik Bersalin Julianti Nasution sebagai tempat

penelitian karena jumlah ibu bersalin di klinik tersebut cukup banyak,

diperkirakan 35 orang perbulan, sehingga memungkinkan peneliti untuk

mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober 2023-Januari 2024 yaitu

mulai melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar

proposal, penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir.


36

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di Klinik Bersalin

Julianti Nasution, yaitu sebanyak 35 orang dari Desember 2023 sampai

dengan Januari 2024..

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang bersalin di

Klinik Bersalin Julianti Nasution sebanyak 35 orang.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan Total

Sampling.

D. Metode Pengumpulan Data

1.Data Primer

a. Data rekam medik Antenatal Care ibu bersalin di Klinik Bersalin

Julianti Nasution pada bulan November-Desember 2023.

b. Kuisioner data Identitas Pribadi

c. Kuesioner pendampingan suami berbentuk pertanyaan tertutup

dengan 20 pertanyaan, dengan pilihan jawaban dikotomi choice yaitu :

apabila suami mendampingi ketika istrinya akan melahirkan dengan

melakukan tindakan (skor 1) dan apabila suami mendampingi ketika

istrinya akan melahirkan dengan tidak melakukan tindakan (skor 0).

Indikator penilaian : Melakukan tindakan kode :1, dan tidak melakukan

tindakan kode 0.
37

d. Kuesioner kecemasan menghadapi persalinan diukur dengan

kuesioner yang berasal dari T-MASH (Taylor Manifest AnxietyScale).

T-Mash berisi 50 butir pernyataan dengan bentuk pernyataan-

pernyataan yang menggambarkan kecenderungan mengalami

kecemasan, yang ditandai dengan kata-kata “sering”,”jarang”, dan

“tidak pernah”. Responden diminta untuk memilih jawaban “Ya” bila

pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan dirinya dan jawaban

“Tidak” apabila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan keadaan

dirinya. Tinggi atau rendahnya kecemasan ditentukan oleh tinggi

rendahnya total nilai yang diperolehnya. Semakin tinggi total nilai yang

diperoleh maka tingkat kecemasannya juga semakin tinggi. Kuesioner

T-MASH terdiri atas 13 pernyataan unfavorable dan 37 pernyataan

favorable. Setiap jawaban dari pernyataan favorable bernilai 1 untuk

jawaban “Ya” dan 0 untuk jawaban “tidak”. Pada pernyataan

unfavorable bernilai 1 untuk jawaban “tidak” dan bernilai 0 untuk

jawaban “Ya”. Dari sejumlah kuesioner yang telah memenuhi syarat

dan bisa digunakan untuk penelitian, kemudian dihitung dan hasilnya

dalam bentuk skala, yaitu: a). Skor 0-16 ; Kecemasan ringan, b). Skor

17-33; Kecemasan sedang, c). Skor 34-50 ; Kecemasan berat.

2.Prosedur Penelitian

a. Peneliti melakukan survei awal penelitian di lokasi penelitian dan

melakukan kajian literature dari hasil penelitian terdahulu


38

b. Peneliti menemui calon responden dan menjelaskan tentang tujuan dan

manfaat penelitian, selanjutnya calon responden yang menyutujui untuk

dijadikan responden diminta untuk menandatangani lembar informed

consent

c. Peneliti memberikan kuesioner yang meliputi kecemasan dan

pendampingan suami dan menjelaskan bagaimana cara mengisi

kuesioner dan peneliti menunggu sampai responden menyelesaikan

pengisian kuesioner, responden bisa bertanya bila ada pertanyaan yang

belum dipahami.

d. Selanjutnya setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan dan

analisis data. Kemudian dimasukkan ke dalam komputer dan

dianalisis.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur

penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji validitas adalah uji

yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang

digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur Sugiharto dan Sitinjak

(2017). Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan. Kriteria validitas instrument penelitian yaitu jika nilai

probabilitas Sig.(2-tailed) total X < dari taraf signifikan (α) sebesar 0,05

juga ditandai dengan simbol ** atau *, maka butir instrument dapat

dinyatakan valid.
39

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau diandalkan, dimana hasil pengukuran tetap

konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang

sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Kriteria dari reliabilitas

instrument penelitian yaitu nilai Croncbach’s Alpha yang diperoleh

kemudian dibandingkan dengan r product pada tabel dengan ketentuan jika

rhitung > rtabel dengan taraf signifikan 0,444 maka butir instrument dinyatakan

reliabel atau dapat diandalkan. Namun, jika r hitung < rtabel maka butir

instrument dinyatakan tidak reliabel.

F. Definisi Operasional

Definisi Indikator
No Variabel Alat Ukur Skala
Operasional Penilaian
1. Pendampingan Pendampingan suami Kuesioner 1. Baik = Ordinal
Suami adalah suatu tindakan yang tertutup 14-20
dilakukan suami dalam dengan 20
bentuk dukungan pertanyaan 2. Cukup =
emosional, instrumental, 7-13
penilaian dan informatif
untuk mendampingi 3. Kurang =
istrinya ketika akan 0-6
melahirkan
40

2. Kecemasan Kecemasan adalah respon Kuesioner 1. Ringan: Ordinal


psikologis yang dialami tertutup 0 - 16
oleh ibu inpartu yang
primigravida saat proses berasal 2. Sedang:
persalinan dari 17 - 33
T- MASH
Taylor 3. Berat:
Test 34- 50

G. Aspek Pengukuran

Adapun aspek pengukuran dalam penelitian ini adalah pengambilan data

dilakukan melalui lembar observasi data pribadi, Lembar Kuesioner

Pendampingan suami dan Tingkat Kecemasan dengan Skala Ukur T-MASH

(Taylor Manifest Anxiety Scale) untuk mengobservasi tingkat kecemasaan

didampingi atau tidak oleh suami pada saat persalinan.

1.Pendampingan Suami

Kuesioner pendampingan suami berbentuk pertanyaan tertutup

dengan 20 pertanyaan, dengan pilihan jawaban dikotomi choice yaitu :

apabila suami mendampingi ketika istrinya akan melahirkan dengan

melakukan tindakan (skor 1) dan apabila suami mendampingi ketika

istrinya akan melahirkan dengan tidak melakukan tindakan (skor 0).

Indikator penilaian :

a). Melakukan tindakan, kode 1

b).Tidak melakukan tindakan, kode 0


41

2.Tingkat Kecemasaan

Kuesioner kecemasan menghadapi persalinan diukur dengan kuesioner

yang berasal dari T-MASH (Taylor Manifest AnxietyScale). T-Mash

berisi 50 butir pernyataan dengan bentuk pernyataan-pernyataan yang

menggambarkan kecenderungan mengalami kecemasan, yang ditandai

dengan kata-kata “sering”,”jarang”, dan “tidak pernah”. Responden

diminta untuk memilih jawaban “Ya” bila pernyataan tersebut sesuai

dengan keadaan dirinya dan jawaban “Tidak” apabila pernyataan

tersebut tidak sesuai dengan keadaan dirinya. Tinggi atau rendahnya

kecemasan ditentukan oleh tinggi rendahnya total nilai yang diperolehnya.

Semakin tinggi total nilai yang diperoleh maka tingkat kecemasannya juga

semakin tinggi. Kuesioner T-MASH terdiri atas 13 pernyataan unfavorable

dan 37 pernyataan favorable. Setiap jawaban dari pernyataan favorable

bernilai 1 untuk jawaban “Ya” dan 0 untuk jawaban “tidak”. Pada

pernyataan unfavorable bernilai 1 untuk jawaban “tidak” dan bernilai 0

untuk jawaban “Ya”. Dari sejumlah kuesioner yang telah memenuhi

syarat dan bisa digunakan untuk penelitian, kemudian dihitung dan

hasilnya dalam bentuk skala, yaitu: a). Skor 0 – 16; kecemasan ringan

b). Skor 17- 33; kecemasan sedang

c). Skor 34 – 50; kecemasan berat,

H. Etika Penelitian

Penelitian ini melibatkan makhluk hidup maka dilakukan ethical clearance

di komisi Etik Universitas Sari Mutiara Indonesia dan telah lulus uji etik.
42

Prinsip etik yang diterapkan selama pengumpulan data dari responden

meliputi : respect for person menghormati harkat dan martabat manusia dengan

memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian serta menanyakan kesediaan

ibu menjadi responden), beneficience dan non-malefience (tidak merugikan

yaitu penelitian ini tidak memberikan efek membahayakan ibu dan janin) dan

respect for justice (prinsip keadilan yaitu pada penelitian ini seluruh responden

diperlakukan sama oleh peneliti).

I. Metode Pengolahan Data

1.Editing

Peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan, kejelasan, dan kesesuaian

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing data mulai dari

karakteristik responden, penilaian kuesioner.

2. Coding

Peneliti melakukan Coding data yaitu peneliti membuat kode untuk

hasil penelitian yang didapat. Pada variabel independen yaitu tingkat

kecemasan peneliti menggunakan kode jawaban berupa 1= kecemasan

ringan, 2= kecemasan sedang, 3= kecemasan berat.

3. Entry

Peneliti melakukan entry data, data karakteristik, kecemasan dan

pendampingan yang sudah diubah menjadi kode ke dalam mesin

pengolah data. Pemrosesan data dilakukan dengan memasukkan data ke

paket program komputer yang sesuai dengan variabel masing-masing.

Pada saat ini, peneliti juga melakukan cleaning data, yaitu peneliti
43

memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan kedalam mesin

pengolah data sesuai dengan sebenarnya.

4. Tabulating

Selanjutnya, peneliti melakukan tabulating data berupa data

pendampingan suami yang sudah diberi kode dan kecemasan ibu yang

sudah diberi kode dengan memasukkan hasil penelitian kedalam tabel

kemudian diolah dengan bantuan komputer.

J. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel yang diteliti, dimana gambaran distribusi

dijelaskan sesuai dengan skala pengukuran datanya (Dahlan, S. 2018).

Gambaran distribusi frekuensi untuk masing-masing variabel disajikan

dalam bentuk tabel dan narasi. Analisia Univariat dalam penelitian ini

digunakan untuk mengetahui gambaran pendampingan suami dan tingkat

kecemasan ibu inpartu pada proses persalinan.

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diteliti yaitu

dukungan suami dan tingkat kecemasan ibu inpartu dalam menghadapi

persalinan. Analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh 2 variabel,

yaitu pengaruh pendampingan suami terhadap pengurangan rasa cemas

pada proses persalinan ibu kala I. Dalam menganalisis data secara

bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi-


44

Square, dengan taraf signifikan 95% (α=0,05). Teknik analisa ini

emnggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α 5%, sehingga jika

dalam perhitungan statistik nilai P (P-value) <0,05 menunjukkkan ada

hubungan antara variabel bebas dan terikat. Besarannya koefisien

kontigensi dapat digunakan untuk memberikan penilaian tingkat

kekuatan dua variabel (Arikunto, 2018).

Anda mungkin juga menyukai