Dosen Pengampu:
Dr. Meti Widiya Lestari, SST,.M.Keb
Disusun oleh :
SRIYANTI ASTUTI DEWI
NIM.P2.06.24.8.22.037
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat membuat dan
menyelesaikan Laporan Pendahuluan Stase X. Penyusunan laporan ini bertujuan
untuk memenuhi tugas praktik kebidanan Continuity Of Care Yang Berpusat Pada
Perempuan dalam program studi Profesi Bidan. Laporan Pendahuluan ini bisa
diselesaikan tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan
masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu saya mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Hj. Ani Radiati R, S.Pd, M.Kes, selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya
2. Nunung Mulyani, APP,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
3. Dr. Meti Widiya Lestari, SST,M.Keb selaku ketua Program Studi Profesi
Bidan dan selaku pembimbing akademik
4. Tim Penganggung Jawab Praktek Kebidanan Stase X Asuhan Kebidanan
Komprehensif yang Berpusat pada Perempuan
5. Neng Heni Hendrawati, S.Tr.Keb selaku Critical Instructur
6. Serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu.
Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan
dan pengalaman. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan.
Terimakasih.
Garut, Mei 2023
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
A. Kesimpulan ................................................................................... 56
B. Saran............................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyautan spermatozoa dan
ovum yang dilanjutkan dengan implantasi.Kehamilan dan persalinan
mempunyai resiko terjadinya masalah yang dapat menyebabkan
mordibitas dan mortalitas. Maka dari itu dibutuhkan asuhan kebidanan
secara berkesinambungan (Continuity of Care),yang bertujuan untuk
mengetahui tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu,yang diberikan
mulai dari masa kehamilan,persalinan,nifas,bayi baru lahir,serta pemilihan
metode kontrasepsi keluarga berencana secara komprehensif sehingga
mampu untuk melakukan deteksi dini sehingga ibu dan bayi sehat tidak
ada penyulit maupun komplikasi dan menekan angka kematian bayi.
(Jurnal Akademika Husada 2(2),1-14,2020)
Asuhan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang
diberikan secara menyeluruh di mulai dari ibu hamil, bersalin ,nifas, bayi baru
lahir dan keluarga berencana. Dalam program pemerintah yaitu
mengurangi kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil dengan
upaya keluarga berencana, mengurangi kemungkinan seorang perempuan
menjadi hamil dengan upaya keluarga berencana, mengurangi
kemungkinan seorang perempua hamil mengalami komplikasi dalam
kehamilan, persalinan atau masa nifas dengan melakukan asuhan antenatal dan
persalinan dengan prinsip bersih dan aman,mengurangi kemungkinan
komplikasi persalinan yang berakhir dengan kematian atau kesakitan
melalui pelayanan obstetric dan neonatal esensial dasar dan komprehensif
(Prawirohardjo, 2009;h.56)
Asuhan kehamilan merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika
persalinan, disamping itu juga untuk pertumbuhan dan kesehatan
janin.Perawatan kehamilan yang perlu diperhatikan yaitu perawatan diri
(kulit, gigi mulut, perawatan kuku) payudara, imunisasi, senam hamil,
2
kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama. Pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka
perineum harus diajarkan dan ditanamkan. Status gizi ibu nifas sangat
berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka. Gizi ini berfungsi untuk
membantu proses metabolisme, pemulihan dan pembentukan jaringan
baru. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu nifas bisa didukung oleh Ante
natal care (ANC) yang baik. Keaktifan petugas kesehatan dalam
memberikan penyuluhan saat ANC dapat meningkatkan pengetahuan ibu
nifas dalam mendukung proses penyembuhan luka (Suryati, 2013; h.
26). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan yaitu
mulai dengan seseorang merencanakan jumlah dan jarak kehamilannya
dengan menggunakan KB (Keluarga Berencana), mencegah dan
mengurangi seorang perempuan hamil mengalami komplikasi dalam
kehamilan, persalinan, masa nifas upaya melakukan asuhan kematian atau
kesakitan dengan melakukan Pelayanan Obstetrik Neonatal Esensial Dasar
(Prawirohardjo, 2009; h. 23).
Dinas kesehatan Kabupaten Bandung melalui Seksi Sumber Daya
Kesehatan Sistem Informasi mengadakan pertemuan terkait System
Registrasi Sampel (SRS) AKI dan AKB Kabupaten Bandung Tahun
2020. Pertemuan diadakan di Gedung IDI Kabupaten Bandung dengan
peserta 38 Bidan Koordinator Puskesmas se Kabupaten Bandung.
Pertemua ini bertujuan untuk mencocokan data AKI dan AKB di
Kabupaten Bandung melauli desk dengan Bidan Koordinator Puskesmas se
Kabupaten Bandung. Pertemuan ini adalah desk atau perhitungan SRS tiap
Puskesmas di Kabupaten Bandung. SRS merupakan suatu cara medapatkan
angka statistic vital disuatu negara dengan melakukan sampel dalam
system registrasi yang ada di negara tersebut. SRS yang diambil ini
adalah untuk mengetahui jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten
Bandung. AKI adalah jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan
,persalinan dan pasca persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada
masa tertentu.
4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan komprehensif
mulai dari kehamilan, bersalin, nifas, KB pascapersalinan dan bayi baru
lahir dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada kehamilan
b. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada persalinan
c. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada nifas
d. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
e. Mampu melakukan asuhan kebidanan keluarga berencana
f. Mampu melakukan asuhan pendokumokumentasian asuhan kebidanan
komprehensif
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Asuhan Kebidanan Komprehensif ini adalah
memberikan Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif dimulai dari
kehamilan, persalinan, asuhan bayi baru lahir, nifas dan KB.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, menentukan analisa data,
menyusun rencana tindakan asuhan, melakukan tindakan asuhan
kebidanan, melakukan evaluasi secara komprehensif pada kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB.
b. Mahasiswa diharapkan mendapat wawasan pengetahuan dan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan kompherensif pada
ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan akseptor KB yang dapat
dijadikan sebagai bekal untuk mengembangkan profesi kebidanan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
5
E. Lingkup Asuhan
1. Anamnesa
Teknik ini dilakukan melalui komunikasi secara langsung dengan
klien dan keluarga untuk memperoleh data yang berhubungan dengan
permasalahan yang akan dijadikan kasus sehingga data diperoleh lebih
akurat.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum, terdiri dari:
1) Pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan keadaan emosional.
2) Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu).
3) Pemeriksaan fisik secara umum mulai dari kepala sampai ujung
kaki klien dengan teknik inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
b. Pemeriksaan khusus
Penulis melakukan pemeriksaan obstetric melalui teknik inspeksi,
palpasi secara Leopold, auskultasi, dan vaginal tocher.
3. Pemeriksaan Penunjang
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Langkah pertama mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi ibu
an bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan
pelvic sesuai indikasi, meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini
atau catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil laboratorium dan
laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar yang diperlukan adalah semua data
yang berasal dari sumber infomasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru
lahir. Bidan mengumpilkan data dasar awal lengkap, bahkan jika ibu dan bayi baru
lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka mendapatkan konsultasi doter
sebagai bagian dari penatalaksanaan kolaborasi.
2) Langkah II : Interpretasi data
Menginterpretasikan data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta
kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus. Kata masalah dan diagnosis
sama–sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai sebuah
diagnosis tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan rencana perawatan
kesehatan yang menyeluruh.
3) Langkah III: Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial berdasarkan masalah dan diagnose saat
ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan, jika memungkinkan, menunggu
dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul.
Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam member perawatan kesehatan yang
aman.
4) Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Langkah keempat mencerminkan sikap kesinambungan proses penatalaksanaan yang tidak
hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal periodic, tetapi juga
saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut, misalnya saat ia
menjalani persalina. Data baru yanf diperoleh terus dikaji dan kemudian di evaluasi.
5) Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Mengembangkan sebuah rencan keperawatan yang menyeluruh ditentukan dengan
mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah
atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupaun yang dapat
diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan.
6) Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secra
keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau
anggota tim kesehatan lainnya. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri, bidan
9
C. Dokumentasi
“Documen“ berarti satu atau lebih lembar kertas resmi dengan tulisan diatasnya dokumentasi
berisi dokumen atau pencatatan yang berisi bukti atau kesaksian tentang sesuatu atau suatu
pencatatan tentang sesuatu. Dokumentasi dalam bidang kesehatan adalah suatu sistem
pencatatan atau pelaporan informasi atau kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan
semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Dalam pelayanan kebidanan, setelah
melakukan pelayanan semua kegiatan didokumentasikan dengan menggunkan konsep SOAP
yang terdiri dari :
a) S : Menurut persfektif klien. Data ini diperoleh melalui anamnesa atau allow anamnesa
(sebagai langkah I dalam manajemen Varney)
b) O : Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnostic dan pendukung lain. Data
ini termasuk catatan medic pasien yang lalu. (sebagai langkah I dalam manajemen
Varney).
c) A : Analisis/interpretasi berdasarkan data yang terkumpul, dibuat kesimpulan berdasarkan
segala sesuatu yang dapat teridentifikasi diagnosa/masalah. Identifikasi diagnose/masalah
potensial. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter/konsultasi kolaborasi dan
rujukan. (sebagai langkah II, III, IV dalam manajemen Varney).
d) P : Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan (implementasi) dan evaluasi
rencana berdasarkan pada langkah V, VI, VII pada evaluasi dari flowsheet. Planning
termasuk : Asuhan mandiri oleh bidan, kolaborasi/ konsultasi dengan dokter, nakes lain,
tes diagnostic/ laboratorium,konseling penyuluhan Follow up.
D. Kehamilan
Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Usia 37 minggu
1. Data Subjektif
Ibu mengatakan merasa sesak nafas, cemas menjelang persalinannya dan sering buang air
kecil.
10
pandangan mata yang kabur terhadap suatu benda untuk mendeteksi kemungkinan
terjadinya pre-eklampsia.
c) Mulut: Untuk mengkaji kelembaban mulut dan mengecek ada tidaknya stomatitis.
d) Gigi/Gusi: Gigi merupakan bagian penting yang harus diperhatikan kebersihannya
sebab berbagai kuman dapat masuk melalui organ ini (Hidayat dan Uliyah, 2014).
Karena pengaruh hormon kehamilan, gusi menjadi mudah berdarah pada awal
kehamilan (Mochtar, 2011).
e) Leher: Dalam keadaan normal, kelenjar tyroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba
sedangkan kelenjar getah bening bisa teraba seperti kacang kecil (Hidayat dan
Uliyah, 2014).
f) Payudara: Menurut Bobak, dkk (2014) dan Prawirohardjo (2010), payudara menjadi
lunak, membesar, vena-vena di bawah kulit lebih terlihat, puting susu membesar,
kehitaman dan tegak, areola meluas dan kehitaman serta muncul strechmark pada
permukaan kulit payudara. Selain itu, menilai kesimetrisan payudara, mendeteksi
kemungkinan adanya benjolan dan mengecek pengeluaran ASI.
g) Perut:
Inspeksi : Muncul Striae Gravidarum dan Linea Gravidarum pada permukaan
kulit perut akibat Melanocyte Stimulating Hormon (Mochtar, 2011).
Palpasi : Leopold 1, pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil, menentukan
tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terdapat pada fundus. Leopold 2,
menentukan batas samping rahim kanan dan kiri, menentukan letak punggung
janin dan pada letak lintang, menentukan letak kepala janin.
Leopold 3, menentukan bagian terbawah janin dan menentukan apakah bagian
terbawah tersebut sudah masuk ke pintu atas panggul atau masih dapat
digerakkan. Leopold 4, pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil dan
menentukan konvergen (Kedua jari-jari pemeriksa menyatu yang berarti bagian
terendah janin belum masuk panggul) atau divergen (Kedua jari-jari pemeriksa
tidak menyatu yang berarti bagian terendah janin sudah masuk panggul) serta
seberapa jauh bagian terbawah janin masuk ke pintu atas panggul (Mochtar,
2011). Denyut jantung janin normal adalah antara 120-160 ×/menit (Kemenkes
RI, 2010). Pada akhir trimester III menjelang persalinan, presentasi normal janin
adalah presentasi kepala dengan letak memanjang dan sikap janin fleksi
(Cunningham, dkk, 2015).
Tafsiran Berat Janin: Menurut Manuaba, dkk (2012), berat janin dapat ditentukan
dengan rumus Lohnson, yaitu:
13
(Mclain DE, 2009) Diteliti efek dari tiap kandungan bunga lavender untuk
mencari tahu zat mana yang memiliki efek anti-anxiety (efek anti cemas/relaksasi)
menggunakan Geller conflict test dan Vogel conflict test. Linalool, yang juga merupakan
kandungan utama lavender, memberikan hasil yang signifikan pada kedua tes. Dapat
dikatakan linalool adalah kandungan aktif utama yang berperan pada efek anti cemas
(relaksasi) pada lavender. (Mclain DE, 2009).
E. Persalinan
1. Data Subjektif
Ibu mengatakan merasa mulas dan kelar lendir bercampur darah dari jalan lahir.
Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya perempuan memasuki
kala pendahuluan (preparatory stage of labor), dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a) Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uteri karena
kepala bayi sudah masuk PAP. Pada multigravida tanda ini tidak begitu terlihat. Mulai
menurunnya bagian terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2 minggu menjelang
persalinan. Bila bagian bawah bayi telah turun, maka ibu akan merasa tidak nyaman.
Ketidak nyamanan disebabkan karena adanya tekanan bagian terbawah pada struktur
daerah pelvis, secara spesifik akan mengalami hal berikut :
15
Tafsiran Berat Janin: Menurut Manuaba, dkk (2012), berat janin dapat
ditentukan dengan rumus Lohnson, yaitu:
Jika kepala janin belum masuk ke pintu atas panggul
Berat janin = (TFU – 12) × 155 gram
Jika kepala janin telah masuk ke pintu atas panggul Berat janin = (TFU – 11) ×
155 gram Auskultasi: Denyut jantung janin normal adalah antara 120-160
×/menit (Kemenkes RI, 2013).
Bagian Terendah: Pada akhir trimester III menjelang persalinan, presentasi
normal janin adalah presentasi kepala dengan letak memanjang dan sikap janin
fleksi (Cunningham, dkk, 2015).
Kontraksi: Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi, tergantung pada kala
persalinan ibu tersebut. Kontraksi pada awal persalinan mungkin hanya
berlangsung 15 sampai 20 detik sedangkan pada persalinan kala I fase aktif
berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-rata 60 detik. Informasi
mengenai kontraksi ini membantu untuk membedakan antara konraksi
persalinan sejati dan persalinan palsu (Varney, dkk, 2012).
2) Gynekologi
Ano – Genetalia
Inspeksi: Pengaruh hormon estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran
pembuluh darah sehingga terjadi varises pada sekitar genetalia. Namun tidak
semua ibu hamil akan mengalami varises pada daerah tersebut (Mochtar, 2011).
Pada keadaan normal, tidak terdapat hemoroid pada anus serta pembengkakan
pada kelenjar bartolini dan kelenjar skene. Pengeluaran pervaginam seperti
bloody show dan air ketuban juga harus dikaji untuk memastikan adanya tanda
dan gejala persalinan (Mochtar, 2011).
Vaginal Toucher: Pemeriksaan vaginal toucher bertujuan untuk mengkaji
penipisan dan pembukaan serviks, bagian terendah, dan status ketuban. Jika
janin dalam presentasi kepala, moulding, kaput suksedaneum dan posisi janin
perlu dikaji dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan adaptasi janin
dengan panggul ibu (Varney, dkk, 2012). Pembukaan serviks pada fase laten
berlangsung selama 7-8 jam. Sedangkan pada fase aktif dibagi menjadi 3 fase
yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan fase deselerasi yang masing-
masing fase berlangsung selama 2 jam (Mochtar, 2011).
Kesan Panggul: Bertujuan untuk mengkaji keadekuatan panggul ibu selama
proses persalinan (Varney, dkk, 2012). Panggul paling baik untuk perempuan
17
adalah jenis ginekoid dengan bentuk pintu atas panggul hampir bulat sehingga
membantu kelancaran proses persalinan (Prawirohardjo, 2010).
d) Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin: Selama persalinan, kadar hemoglobin mengalami peningkatan 1,2
gr/100 ml dan akan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca
partum jika tidak kehilangan darah yang abnormal (Varney, dkk, 2012).
2) Cardiotocography (CTG): Bertujuan untuk mengkaji kesejahteraan janin.
3) USG: Pada akhir trimester III menjelang persalinan, pemeriksaan USG
dimaksudkan untuk memastikan presentasi janin, kecukupan air ketuban, tafsiran
berat janin, denyut jantung janin dan mendeteksi adanya komplikasi (Mochtar,
2011).
4) Protein Urine dan glukosa urine: Urine negative untuk protein dan glukosa
(Varney, dkk, 2011).
3. Analisa Data
Perumusan diagnosa persalinan disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan,
perumusan masalah disesuaikan dengan kondisi ibu. Rasa nyeri merupakan permasalahan
yang dapat muncul pada proses persalinan (Varney, dkk, 2012). Kebutuhan ibu bersalin
menurut Leaser & Keanne dalam Varney ( 2010) adalah pemenuhan kebutuhan fisiologis (
makan, minum, oksigenasi, eliminasi, istrirahat dan tidur),kebutuhan pengurangan rasa
nyeri, support person (atau pendampingan dari orang dekat), penerimaan sikap dan
tingkah laku serta pemberian informasi tentang keamanan dan kesejahteraan ibu dan janin.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan rencana asuhan
yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
berdasarkan evidence based kepada ibu.
a. Kala I
1) Melakukan pengawasan menggunakan partograf, meliputi mengukur tanda-tanda
vital ibu, menghitung denyut jantung janin, menghitung kontraksi uterus, melakukan
pemeriksaan dalam, serta mencatat produksi urine, aseton, dan protein (WHO,
2013).
2) Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu.
3) Mengatur aktivitas dan posisi ibu.
18
Adapun posisi lainnya yang bisa dicoba, ibu hamil dengan posisi tiduran dengan
nyaman dengan bagian kepala dan dada lebih tinggi, lalu Rebozo dililitkan pada bagian
bokong oleh perawat atau suami dan gerakkan Rebozo hingga bokong dan
digoyangkan dengan lembut, dengan gerakan yang lembut tersebut ibu merasakan
nyaman, dan janinnya akan merasa rileks didalam perut ibu.
F. Masa Nifas
1. Data Subjektif
Ibu mengeluh merasa khawatir bayi nya kurang ASI karena ASI yang keluar
masih sedikit, ibu mengatakan ini melahirkan 3 hari yang lalu
Masalah menyusui
Masalah menyusui yang sering dialami oleh ibu postpartum adalah mengatur
posisi menyusui yang nyaman, menyusui hanya salah satu payudara saja, dan tidak yakin
ASI dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi. Praktek cara menyusi yang benar perlu
diajarkan pada setiap ibu yang baru saja melahirkan karena menyusui itu sendiri bukan
suatu hal yang relaktif atau instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Proses belajar
menyusui yang baik bukan hanya untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan, tetapi
juga untuk ibu yang pernah menyusui bayinya. Menyusui dengan posisi yang benar maka
hisapan bayi yang kuat sampai seluruh bagian besar kalang payudara merangsang puting
susu dan ujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan
yang berasal dari hisapan bayi akan dilanjutkan ke hipotalamus sehingga akan
merangsang keluarnya oksitosin sehingga terjadi kontraksi sel miopethilium kelenjar-
kelenjar susu, sehingga pengeluaran ASI dilaksanakan. (Soetijiningsih, 2013).
2. Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
b) Pemeriksaan Fisik
1) Payudara: Bertujuan untuk mengkaji ibu menyusui bayinya atau tidak, tanda-tanda
infeksi pada payudara seperti kemerahan dan muncul nanah dari puting susu,
penampilan puting susu dan areola, apakah ada kolostrom atau air susu dan
pengkajian proses menyusui (Varney, dkk, 2012). Produksi air susu akan semakin
banyak pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah melahirkan (Mochtar, 2011).
2) Perut: Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya nyeri pada perut (Varney, dkk, 2012).
Pada beberapa wanita, linea nigra dan strechmark pada perut tidak menghilang
setelah kelahiran bayi (Bobak, dkk, 2014). Tinggi fundus uteri pada masa nifas
dapat dilihat pada tabel 2.8 untuk memastikan proses involusi berjalan lancar.
20
1) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, lokhea dan cairan
pervaginam lainnya serta payudara.
2) Memberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi, eliminasi, kebersihan diri, istirahat,
mobilisasi dini dan aktivitas, seksual, senam nifas, ASI eksklusif, cara menyusui yang
benar, perawatan payudara dan keluarga berencana.
3) Memberikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan
Komplementer Konsumsi Susu Kedelai terhadap Produksi ASI
Produksi ASI dapat dilancarkan dengan mengkonsumsi, beberapa obat yang
memperlancar ASI dari ekstrak daun katuk, dan susu bubuk maupun cair khusus untuk
ibu menyusui. Ironisnya di pedesaan keberadaan daun katuk susah didapat, apalagi obat
pelancar ASI, sedangkan susu khusus ibu menyusui harganya terlalu mahal bagi warga
desa, dan tidak semua ibu menyukai susu. Alternatif lain untuk menunjang kebutuhan
gizi ibu selama masa nifas adalah dengan konsumsi susu kedelai.
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi ASI yaitu dengan cara
mengkonsumsi susu kedelai yang terbuat dari kacang kedelai. Dipilihnya susu kedelai
untuk meningkatkan produksi ASI karena kedelai mengandung protein 35% yang dapat
membantu meningkatkan produksi ASI karena di dalam susu kedelai terdapat
isoflavon, alkaloid, polifenol, steroid, dan subtansi lainnya yang merangsang hormon
oksitosin dan prolaktin yang efektif dalam meningkatkan dan memperlancar produksi
ASI (Elika, 2018).
Susu kedelai yang merupakan minuman olahan dari sari pati kacang kedelai
memiliki banyak kandungan gizi dan manfaat. Potensinya dalam menstimulasi
hormon oksitoksin dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan
substansi lainnya efektif dalam meningkatkan dan memperlancar produksi ASI.
Reflek prolaktin secara hormonal untuk memproduksi ASI, waktu bayi menghisap
puting payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada puting susu dan areola
ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hipofisis melalui nervos vagus, kemudian ke
lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke
peredaran darah dan sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan
terangsang untuk menghasilkan ASI (Murtiana, 2011).
G. Bayi Baru Lahir
1. Data Subjektif
1) Identitas Bayi
a) Nama: Untuk mengenal bayi.
22
b) Jenis Kelamin: Untuk memberikan informasi pada ibu dan keluarga serta
memfokuskan saat pemeriksaan genetalia.
c) Anak ke-: Untuk mengkaji adanya kemungkinan sibling rivalry.
2) Identitas Orangtua
a) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.
b) Umur: Usia orangtua mempengaruhi kemampuannya dalam mengasuh dan merawat
bayinya.
c) Suku/Bangsa : Asal daerah atau bangsa seorang wanita berpengaruh terhadap pola
pikir mengenai tenaga kesehatan, pola nutrisi dan adat istiadat yang dianut.
d) Agama: Untuk mengetahui keyakinan orangtua sehingga dapat menuntun anaknya
sesuai dengan keyakinannya sejak lahir.
e) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual orangtua yang dapat
mempengaruhi kemampuan dan kebiasaan orangtua dalam mengasuh, merawat dan
memenuhi kebutuhan bayinya.
f) Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pencapaian status gizi
(Hidayat dan Uliyah, 2014). Hal ini dapat dikaitkan dengan pemenuhan nutrisi bagi
bayinya. Orangtua dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi cenderung akan
memberikan susu formula pada bayinya.
g) Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam melakukan
h) follow up terhadap perkembangan bayi.
3) Data Kesehatan
a) Riwayat Kehamilan: Untuk mengetahui beberapa kejadian atau komplikasi yang
terjadi saat mengandung bayi yang baru saja dilahirkan. Sehingga dapat dilakukan
skrining test dengan tepat dan segera.
b) Riwayat Persalinan: Untuk menentukan tindakan segera yang dilakukan pada bayi
baru lahir.
2. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum: Baik
b. Tanda-tanda Vital: Pernapasan normal adalah antara 30-50 kali per menit, dihitung
ketika bayi dalam posisi tenang dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan. Bayi
baru lahir memiliki frekuensi denyut jantung 110-160 denyut per menit dengan rata-
rata kira-kira 130 denyut per menit. Angka normal pada pengukuran suhu bayi
secara aksila adalah 36,5-37,5° C (Johnson dan Taylor, 2014).
23
c. Antropometri : Kisaran berat badan bayi baru lahir adalah 2500-4000 gram, panjang
badan sekitar 48-52 cm, lingkar kepala sekitar 32-37 cm, kira-kira 2 cm lebih besar
dari lingkar dada (30-35 cm) (Ladewig, London dan Olds, 2014). Bayi biasanya
mengalami penurunan berat badan dalam beberapa hari pertama yang harus kembali
normal pada hari ke-10. Sebaiknya bayi dilakukan penimbangan pada hari ke-3 atau
ke-4 dan hari ke-10 untuk memastikan berat badan lahir telah kembali (Johnson dan
Taylor, 2014).
d. Apgar Score: Skor Apgar merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah
lahir dalam hubungannya dengan 5 variabel. Penilaian ini dilakukan pada menit
pertama, menit ke-5 dan menit ke-10. Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan
bahwa bayi berada dalam keadaan baik (Johnson dan Taylor, 2014).
2) Pemeriksaan Fisik Khusus
a. Kulit: Seluruh tubuh bayi harus tampak merah muda, mengindikasikan perfusi
perifer yang baik. Bila bayi berpigmen gelap, tanda-tanda perfusi perifer baik dapat
dikaji dengan mengobservasi membran mukosa, telapak tangan dan kaki. Bila bayi
tampak pucat atau sianosis dengan atau tanpa tanda-tanda distress pernapasan harus
segera dilaporkan pada dokter anak karena dapat mengindikasikan adanya penyakit.
Selain itu, kulit bayi juga harus bersih dari ruam, bercak, memar, tanda- tanda
infeksi dan trauma (Johnson dan Taylor, 2014).
b. Kepala: Fontanel anterior harus teraba datar. Bila cembung, dapat terjadi akibat
peningkatan tekanan intracranial sedangkan fontanel yang cekung dapat
mengindikasikan adanya dehidrasi. Moulding harus sudah menghilang dalam 24 jam
kelahiran. Sefalhematoma pertama kali muncul pada 12 sampai 36 jam setelah
kelahiran dan cenderung semakin besar ukurannya, diperlukan waktu sampai 6
minggu untuk dapat hilang. Adanya memar atau trauma sejak lahir harus diperiksa
untuk memastikan bahwa proses penyembuhan sedang terjadi dan tidak ada tanda-
tanda infeksi (Johnson dan Taylor, 2014).
c. Mata: Inspeksi pada mata bertujuan untuk memastikan bahwa keduanya bersih tanpa
tanda-tanda rabas. Jika terdapat rabas, mata harus dibersihkan dan usapannya dapat
dilakukan jika diindikasikan (Johnson dan Taylor, 2014).
d. Telinga: Periksa telinga untuk memastikan jumlah, bentuk dan posisinya. Telinga
bayi cukup bulan harus memiliki tulang rawan yang cukup agar dapat kembali ke
posisi semulai ketika digerakkan ke depan secara perlahan. Daun telinga harus
berbentuk sempurna dengan lengkungan-lengkungan yang jelas pada bagian atas.
Posisi telinga diperiksa dengan penarikan khayal dari bagian luar kantung mata
24
secara horizontal ke belakang ke arah telinga. Ujung atas daun telinga harus terletak
di atas garis ini. Letak yang lebih rendah dapat berkaitan dengan abnormalitas
kromosom, seperti Trisomi 21. Lubang telinga harus diperiksa kepatenannya.
Adanya kulit tambahan atau aurikel juga harus dicatat dan dapat berhubungan
dengan abnormalitas ginjal (Johnson dan Taylor, 2014).
e. Hidung: Tidak ada kelainan bawaan atau cacat lahir.
f. Mulut: Pemeriksaan pada mulut memerlukan pencahayaan yang baik dan harus
terlihat bersih, lembab dan tidak ada kelainan seperti palatoskisis maupun
labiopalatoskisis (Bibir sumbing) (Johnson dan Taylor, 2014).
g. Leher: Bayi biasanya berleher pendek, yang harus diperiksa adalah kesimetrisannya.
Perabaan pada leher bayi perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya pembengkakan,
seperti kista higroma dan tumor sternomastoid. Bayi harus dapat menggerakkan
kepalanya ke kiri dan ke kanan. Adanya pembentukan selaput kulit mengindikasikan
adanya abnormalitas kromosom, seperti sindrom Turner dan adanya lipatan kulit
yang berlebihan di bagian belakang leher mengindikasikan kemungkinan adanya
Trisomo 21 (Johnson dan Taylor, 2014).
h. Klavikula: Perabaan pada semua klavikula bayi bertujuan untuk memastikan
keutuhannya, terutama pada presentasi bokong atau distosia bahu, karena keduanya
berisiko menyebabkan fraktur klavikula, yang menyebabkan hanya mampu sedikit
bergerak atau bahkan tidak bergerak sama sekali (Johnson dan Taylor, 2014).
i. Dada: Tidak ada retraksi dinding dada bawah yang dalam (WHO, 2013).
j. Umbilikus: Tali pusat dan umbilikus harus diperiksa setiap hari untuk mendeteksi
adanya perdarahan tali pusat, tanda-tanda pelepasan dan infeksi. Biasanya tali pusat
lepas dalam 5-16 hari. Potongan kecil tali pusat dapat tertinggal di umbilikus
sehingga harus diperiksa setiap hari. Tanda awal terjadinya infeksi di sekitar
umbilikus dapat diketahui dengan adanya kemerahan disekitar umbilikus, tali pusat
berbau busuk dan menjadi lengket (Johnson dan Taylor, 2014).
k. Ekstremitas: Bertujuan untuk mengkaji kesimetrisan, ukuran, bentuk dan posturnya.
Panjang kedua kaki juga harus dilakukan dengan meluruskan keduanya. Posisi kaki
dalam kaitannya dengan tungkai juga harus diperiksa untuk mengkaji adanya
kelainan posisi, seperti deformitas anatomi yang menyebabkan tungkai berputar ke
dalam, ke luar, ke atas atau ke bawah. Jumlah jari kaki dan tangan harus lengkap.
Bila bayi aktif, keempat ekstremitas harus dapat bergerak bebas, kurangnya gerakan
dapat berkaitan dengan trauma (Johnson dan Taylor, 2014).
25
e. Startle: Bayi meng-ekstensi dan mem-fleksi lengan dalam merespons suara yang
keras, tangan tetap rapat dan refleks ini akan menghilang setelah umur 4 bulan.
Tidak adanya respons menunjukkan adanya gangguan pendengaran (Hidayat dan
Uliyah, 2014).
f. Tonic Neck: Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala diputar ke satu sisi,
lengan dan tungkai ekstensi ke arah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi yang
berlawanan. Normalnya refleks ini tidak terjadi pada setiap kali kepala diputar.
Tampak kira-kira pada umur 2 bulan dan menghilang pada umur 6 bulan (Hidayat
dan Uliyah, 2014).
g. Neck Righting: Bila bayi terlentang, bahu dan badan kemudian pelvis berotasi ke
arah dimana bayi diputar. Respons ini dijumpai selama 10 bulan pertama. Tidak
adanya refleks atau refleks menetap lebih dari 10 bulan menunjukkan adanya
gangguan sistem saraf pusat (Hidayat dan Uliyah, 2014).
h. Babinski: Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi, dijumlah sampai
umur 2 tahun. Bila pengembangan jari kaki dorsofleksi setelah umur 2 tahun
menunjukkan adanya tanda lesi ekstrapiramidal (Hidayat dan Uliyah, 2014).
i. Merangkak: Bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki bila
diletakkan pada abdomen. Bila gerakan tidak simetris menunjukkan adanya
abnormalitas neurologi (Hidayat dan Uliyah, 2014).
j. Menari atau melangkah: Kaki bayi akan bergerak ke atas dan ke bawah bila sedikit
disentuhkan ke permukaan keras. Hal ini dijumpai pada 4-8 minggu pertama
kehidupan. Refleks menetap melebihi 4-8 minggu menunjukkan keadaan abnormal
(Hidayat dan Uliyah, 2014).
k. Ekstruasi: Lidah ekstensi ke arah luar bila disentuh dan dijumpai pada umur 4 bulan.
Esktensi lidah yang persisten menunjukkan adanya sindrom Down (Hidayat dan
Uliyah, 2014).
l. Galant’s: Punggung bergerak ke arah samping bila distimulasi dan dijumpai pada 4-
8 minggu pertama. Tidak adanya refleks menunjukkan adanya lesi medulla spinalis
transversa (Hidayat dan Uliyah, 2014).
3. Analisa Data
Perumusan diagnosa pada bayi baru lahir disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan,
seperti Normal Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan (NCB SMK). Masalah yang dapat
terjadi pada bayi baru lahir adalah bayi kedinginan. Kebutuhan BBL adalah kehangatan,
ASI, pencegahan infeksi dan komplikasi (Depkes RI, 2010).
27
4. Penatalaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan rencana asuhan yang
telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
evidence based kepada bayi, meliputi membersihkan jalan napas, memotong dan merawat
tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara mengeringkan bayi dengan
handuk kering dan melakukan IMD, memberikan vitamin K 1 mg, melakukan pencegahan
infeksi pada tali pusat, kulit dan mata serta memberikan imunisasi Hb-0 (Bobak, dkk.,
2014).
Inisiasi Menyusui Dini
Insiasi menyusui dini dengan cara membantu ibu yang memulai menyusui bayinya
dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. ASI pertama yang berwarna kuningyaitu
kolostrum, merupakan makanan yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir. Kolostrum
memiliki zat gizi yang tepat dan memberikan perlindungan ekstra terhadap infeksi.
Kolostrum juga membersihkan usu bayi. Kita tidak perlu memberi teh atau minuman
lainnya pada bayi untuk tujuan pembersih usu bayi. Bayi biasanya menunjukan isyarat
bahwa ia siap menyusu dengan bergerak menuju payudara ibu atau dengan mengecup-
ngecupkan bibirnya.
Jika bayi pada awalnya mengalami kesulitan menyusu, ibu dapat memberikan
beberapa tetes ASI pada bibir bayi dan puting ibu untuk mendorong bayi mengisap. Ibu
harus menyusui bayinya kapan pun bayi lapar, baik siang maupun malam. Banyak bayi
baru lahir menyusu setiap satu hingga dua jam. Semakin sering bayi menyusu, semakin
banyak produksi ASI ibu (Andina Vita, Yuni Fitriana, 2018).
H. Keluarga Berencana
1. Data Subjektif
Ibu mengatakan ingin ber-KB untuk menjaga jarak kehamilan berikutnya.
Pada asuhan keluarga berencana beberapa pasangan usia subur (PUS) memiliki alasan
untuk menggunakana alat kontrasepsi. Berikut ini adalah salah satu alasan penggunaan
alat kontrasepsi program keluarga berencana yang penting untuk diterapkan pada setiap
keluarga:
Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan
Suami dan istri yang tidak menjalankan program KB berisiko mengalami
kehamilan yang tidak direncanakan. Misalnya, perempuan di atas 35 tahun dan belum
menopause yang melakukan hubungan intim tanpa alat kontrasepsi bisa saja hamil.
Namun kehamilan ini berisiko tinggi dan bisa berdampak fatal pada ibu dan bayi.
28
Begitu juga dengan kehamilan yang terlalu dini setelah melahirkan. Misalnya,
seorang wanita bisa saja melahirkan ketika anak pertama masih berusia di bawah 1 tahun.
Pada kondisi ini, ibu tidak mendapatkan pemulihan yang utuh setelah melahirkan anak
sebelumnya. Hal ini bisa berdampak pada kesehatan fisik maupun mental ibu.
2. Data Objektif
a) Keadaan Umum: Baik
b) Kesadaran: Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu. Composmentis adalah status
kesadaran dimana ibu mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respons yang
cukup terhadap stimulus yang diberikan (Hidayat dan Uliyah, 2014).
c) Keadaan Emosional: Stabil.
d) Tanda-tanda Vital: Pada beberapa metode alat kontrasepsi modern yang digunakan
perlu memperhatikan tekanan darah sistolik dan diastolik. (Varney, dkk, 2012).
e) Pemeriksaan Fisik
1) Payudara: Bertujuan untuk mengkaji apakah ibu menyusui bayinya atau tidak,
tanda-tanda infeksi pada payudara seperti kemerahan dan muncul nanah dari puting
susu, penampilan puting susu dan areola, apakah ada kolostrom atau air susu dan
pengkajian proses menyusui (Varney, dkk, 2012). Produksi air susu akan semakin
banyak pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah melahirkan (Mochtar, 2011).
2) Pemeriksaan Abdomen : Inspeksi-Dilihat pembesaran perutnya apakah membesar
dengan arah memanjang atau melebar, keadaan pusat, pigmentasi di linea alba/nigra,
adakah striae gravidarum atau bekas operasi. Palpasi- Palpasi dilakukan untuk
menentukan, apakah ibu mengalami kehamilan
3) Pemeriksaan Anogenital : Pemeriksaan ini dilakukan dengan di inspeksi apakah ada
flour albus, varises, oedema, tumor atau kelainan lainnya yang dapat mempengaruhi
proses persalinan dan apabila ada kelainan dari anogenital itu sendiri.
3. Analisa Data
Perumusan diagnosa asuhan keluarga berencana disesuaikan dengan nomenklatur
kebidanan, seperti P1A0 usia 22 tahun perencaan ber-KB. Perumusan maalah disesuaikan
dengan kondisi ibu. Menurut Varney, dkk (2012).
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor kb disesuaikan dengan rencana
asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
berdasarkan evidence based kepada ibu dan atau keluarga dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
ABPK
29
BAB III
3100 gram.
2. Mengajarkan ibu untuk melakukan terapi menggunakan
aromaterapi lavender untuk mengurangi rasa cemasnya.
Evaluasi: Ibu bersedia melakukannya.
3. KIE mengenai tanda bahaya kehamilan Trimester III diantaranya
air ketuban keluar sebelum waktunya, perdarahan, demam,
gerakan bayi didalam kandungan berkurang atau tidak bergerak,
muntah, bengkak dikaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala
yang hebat dan kejang.
Evaluasi: Ibu mengetahuinya.
4. KIE mengenai tanda-tanda persalinan yaitu keluar lendir
bercampur darah dari jalan lahir, keluar cairan etuban dari jalan
lahir akibat pecahnya selaput ketuban, mules teratur timbul
semakin sering dan semakin lama.
Evaluasi : Ibu mengetahuinya.
5. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu dan apabila merasakan
keluhan.
Evaluasi: Klien bersedia kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan
sesuai jadwal dan apabila terjadi keluhan.
33
S:
Ny. N datang ke PONED PKM Lembang diantar suaminya mengeluh mules-mules sejak
jam 02.00 WIB, nyeri perut, pinggang, belum keluar air-air dan sudah keluar lendir
bercampur darah. Ini kehamilan pertama dan belum pernah keguguran. Riwayat mentruasi
tidak ada keluhan, HPHT 04-08-2022, TP 11-05-2023. Gerakan janin aktif, dirasakan saat
usia kehamilan 4 bulan, periksa ke bidan 7 kali dan USG ke dokter kandungan 2 kali.
sebelum hamil BB 55 kg, setelah hamil 66 kg. Sebelum kehamilan ini ibu belum pernah
menggunakan KB apapun. Ibu tidak ada riwayat penyakit berat, menular, keturunan dan
tidak ada alergi obat maupun makanan. Ini pernikahan pertama, lamanya 1 tahun dan status
pernikahan sah. Pengambilan keputusan suami.
O :
Keaadan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil. Tanda-tanda vital TD
120/80 mmHg, N : 82x /menit, R : 20x /menit, S : 36,3oC. Antropometri BB: 66 kg, TB: 158
cm, Lila 27 cm. Kepala tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan. Wajah tidak ada oedema.
Mata konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada tanda-tanda infeksi dan penglihatan baik.
Leher tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid dan peningkatan vena jugularis. Payudara
simetris, areola kehitaman, puting menonjol, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan dan
sudah terdapat pengeluaran ASI. Abdomen tidak ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra dan
striae gravidarum, Leopold I dibagian fundus teraba bulat, lunak tidak melenting, Leopold II
dibagian perut kanan ibu teraba bagian memanjang, dibagian perut kiri ibu teraba bagian kecil
janin, Leopold III dibagian perut bawah ibu teraba keras, bulat, melenting, belum masuk PAP.
Leopold IV konvergen
TFU 33 cm, TBJ 3100, DJJ 142x/menit gram, His 2x10’15’’. Genetalia tidak oedema, varises,
pembesaran bartolini, scene. VT: v/v tak, portio tebal portio tipis lunak, pembukaan 2 cm,
ketuban +, presentasi kepala, hodge I, tidak ada bagian kecil menumbung. Anus ada hemoroid.
34
Ekstremitas atas simetris, kuku tidak pucat dan tidak ada oedema. Ekstremitas bawah simetris,
kuku tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada varises.
A:
Ny. N Umur 19 Tahun G1P1A0 Gravida 39-40 Minggu Kala 1 Fase Laten.
P:
1. Melakukan pemeriksaan swab antigen
Evaluasi: NR
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
Evaluasi: Ibu dan keluarga mengetahui mengetahui pembukaan 2.
3. Mempersilahkan ibu makan dan minum sebagai pemenuhan nutrisi ibu.
Evaluasi: Ibu bersedia makan roti dan minum air putih.
Menganjurkan ibu Buang Air Keci ketika ada dorongan ingin buang air
4. kecil.
Evaluasi: Ibu bersedia Buang Air Kecil.
5. Mengajarkan ibu tehnik rebozo untuk mengurangi rasa nyeri.
Evaluasi: Ibu merasa nyaman dan rasa nyeri berkurang.
Memberikan aromateraphy untuk mengurangi rasa nyeri persalinan,
6. membuat suasana tenang dan nyaman.
Evaluasi: Ibu merasa nyaman dan rasa nyeri berkurang.
Memantau kemajuan persalinan.
Evaluasi: Keadaan ibu dan kesejahteraan janin terpantau.
Catatan Perkembangan I (KALA I)
Jam 09.00 WIB
S:
Ibu mengeluh mules semakin sering dan kuat.
O:
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil. Penurunan
kepala 3/5, DJJ 146x/menit reguler, his 3x10’30’’. VT v/v tidak ada kelainan, portio tebal
lunak, pembukaan 3 cm, ketuban +, tidak ada bagian terkemuka, presentasi kepala, hodge
II, sisa cairan lendir darah.
A:
Ny. N Umur 19 Tahun G1P1A0 Gravida 39-40 Minggu Kala 1 Fase Laten.
P : Jam 09.00 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
Evaluasi: Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan dan pembukaan 3
cm.
2. Mengajarkan ibu untuk teknik rebozo untuk pengurangan rasa nyeri.
Evaluasi: Ibu bersedia dan melakukan teknik rebozo.
3. Mengajarkan suami dan keluarga untuk merangsang putting susu ibu agar
35
O:
Keadaan umum lemas, tidak ada janin kedua, kandung kemih tidak penuh, kontraksi uterus
baik, v/v tampak tali pusat memanjang dan ada semburan darah.
A:
Ny. N Umur 19 Tahun P1A0 Kala III.
P : 12.06 WIB
1. Memastikan tidak ada janin kedua.
Evaluasi : Tidak ada janin kedua.
2. Memastikan kandung kemih kosong.
Evaluasi : Kandung kemih tidak penuh
3. Memberitahukan ibu akan disuntik oksitosin 10 IU secara IM.
Evaluasi : Suntik secara IM di paha kanan ibu.
4. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat.
Evaluasi : Jam 12.07 WIB penjepitan dan pemotongan tali pusat dilakukan,
bayi di IMD kan dan ganti kain bersih.
5. Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
Evaluasi : Kearah dorso kranial.
6. Melahirkan plasenta.
Evaluasi : Plasenta lahir lengkap 12.15 WIB
7. Melakukan massase selama 15 detik.
Evaluasi : Kontraksi uterus baik.
8 1. Melakukan eksplorasi untuk memastikan tidak ada sisa plasenta,
kemudian dilakukan pemasangan KB IUD Copper-T
Penatalaksanaan pemasangan KB IUD :
a. Memberikan informasi kepada ibu bahwa akan dilakukan pemasangan
IUD
b. Menyiapakan IUD
c. Menggunting benang IUD
Melakukan pemasangan IUD dengan memegang IUD menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah kemudian dimasukkan perlahan-lahan melalui
vagina dan servik sementara itu tangan kiri melakukan penekanan pada
abdomen bagian bawah dan mencengkeram uterus untuk memastikan
IUD terpasang dengan benar.
9 Cek perdarahan dan laserasi jalan lahir
Hasil : Perdarahan ±150cc, ada luka laserasi mukosa vagina, komisura
38
11. Membersihkan tempat bersalin dan merendam alat bekas pakai ke dalam
larutan detergent, kemudian cuci bilas sterilkan.
Evaluasi : Peralatan dan tempat sudah bersih
12. Membuka APD dan mencuci tangan.
Evaluasi : APD dibuka dan mencuci tangan dengan sabun.
13. Melengkapi partograf.
Evaluasi : Partograf terlampir.
14. Melakukan kolaborasi dengan meberikan terapi fe 2x1, pct 3x1, amoxilin,
vit A 1x1.
Evaluasi : Ibu bersedia meminumnya.
Memberikan KIE nutrisi, istirahat, perawatan luka perineum, payudara
15. dan ASI Eksklusif.
Evaluasi : Ibu mengerti yang disampaikan bidan mengenai tanda bahaya
nifas, nutrisi, dan ASI Eksklusif.
40
Identitas Bayi
Identitas Bayi
Nama : By. Ny. N
Tempat/Tanggal Lahir : Garut, Selasa, 08 Mei 2023
Jam Lahir : 12.05 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
S : -
O : Keadaan umum baik, tonus otot aktif, menangis kuat, warna kulit
kemerahan.
A : By. Ny. N Usia 1 Jam Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa
Kehamilan Fisiologis
P : 1. Mengeringkan dan mengganti kain basah dengan kain kering.
Evaluasi : Bayi hangat dan kepala tertutupi kain.
2. Menjaga kehangatan bayi
3. Melakukan pemeriksaan antropometri
Evaluasi : N: 148 x/menit, RR: 54 x/menit, S: 36,7, BB: 3545
gr, PB:51 cm, LK/LD: 33/31cm, LP: 30 cm
4. Informed Consent pada ibu bahwa bayinya akan disuntik
vitamin K 1 untuk mencegah perdarahan pada otak dan salep
mata untuk mencegah infeksi pada mata.
Evaluasi : Ibu menyetujui
5. Menyuntikkan Vit. K 1 ,mg (0,5 ml) secara IM di 1/3 paha kiri
lateral.
Evaluasi : Vit K1 sudah disuntikkan
6. Mengoleskan salep mata oxytetrasiklin di mata sebelah kiri dan
41
Catatan Perkembangan I
Jam 14.05 WIB
S : -
O : Keadaan umum baik, TTV S : 36,7 oC, N: 148x/mnt, R : 54x/mnt.
Antropometri BB 3545 gram, PB 51 cm, LK 33, LD 31, LP: 30
cm.
A : By. Ny. N Usia 1 Jam Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa
Kehamilan Fisiologis
P : 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberikan imunisasi HB0 di paha kanan bayi.
Evaluasi : HB0 diberikan 2 jam pertama di paha kanan
anterolateral secara IM dan ibu mengetahui manfaat dari
imunisasi HB0.
3. Menganjurkan ibu memberikan ASI.
Evaluasi : Ibu bersedia memberikannya.
4. Memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga.
Evaluasi : Ibu sangat kooperatif.
42
S:
Ibu merasa ada sedikit mules, mengeluh ASInya belum keluar, sudah BAK ke toilet.
O :
A. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Emosional : Stabil
B. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 81 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 °C
C. Pemeriksaan Fisik
a) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
b) Payudara : Pengeluaran kolostrum +
c) Abdomen : TFU 1 jari dibawah pusat,kontraksi uterus baik,
kandung kemih tidak penuh.
d) Genitalia : Perdarahan kurang lebih 20ccc.
A :
Ny. N umur 19 tahun P1A0 postpartum 2 jam + Akseptor KB IUD fisiologis.
P :
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan.
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti.
2. Memindahkan ibu ke ruang nifas.
3. Menginformasikan mengenai proses involusi uteri serta mengingatkan
43
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA NY. N UMUR 19 TAHUN P1A0
POSTPARTUM 6 JAM FISIOLOGIS DAN AKSEPTOR KB IUD COPPER-T
P :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu
dan keluarga. Ibu dan keluarga mengerti.
2. Melakukan KIE mengenai ASI eksklusif kepada
ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga mengerti.
3. Menginformasikan dan mempraktikan teknik
menyusui yang benar. Ibu mengerti dan dapat
melakukannya
4. Menginformasikan dan mempraktikan teknik pijat
oksitosin dan menganjurkan ibu untuk
mempraktikannya di rumah dengan suami atau
keluarga. Ibu dan keluarga mengerti dan mau
mempraktikannya.
5. Memberikan dan menjelaskan cara konsumsi terapi
oral vitamin A dan Fe500 mg 2x1. Ibu mengerti.
6. Memberitahu jadwal kunjungan nifas atau apabila
ada keluhan. Ibu mengerti.
45
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan antara hasil studi
pada pelaksanaan dan penerapan asuhan kebidanan komunitas dalam konteks continuity
of care pada Ny. N umur 19 tahun pada tanggal 25 April - 13 Mei 2023 di Puskesmas
Lembang. Pembahasan ini dibuat berdasarkan landasan teoritis dan studi kasus yang
bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi agar tindakan yang
direncanakan berdasarkan rasional yang relevan yang dapat di analisa secara teoritis
untuk memudahkan memahami kesenjangan dan kesesuaian yang terjadi pada kasus ini.
Dilakukan dengan cara pengumpulan data dasar yang bertujuan mengumpulkan
informasi mengenai keadaan pasien secara lengkap untuk membuat kesimpulan.
A. Pembahasan Asuhan Kehamilan
Data subjektif yang diperoleh pada masa kehamilan yaitu cemas. Menurut teori
Nirwana (2011) pada ibu primigrvida sangat sering muncul rasa cemas karena akan
menghadapi persalinannya adapun cara untuk mengurangi rasa cemasnya yaitu dengan
terapi non farmakologis, untuk penatalaksanaan terapi nonfarmakologis dapat
dilakukan dengan pemberian aromaterapi lavender.
Aromaterapi merupakan bagian dari sekian banyak metode pengobatan alami
yang telah dipergunakan sejak berabad-abat. Aromaterapi bersal dari kata aroma yang
berarti harum dan wangi, dan terapi yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau
penyembuhan. Sehingga aromaterapi dapat diartikan sebagai satu cara perawatan tubuh
dan penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial. (Jaelani, 2009).
Aromaterapi menggunakan minyak lavender dipercaya dapat memberikan efek relaksasi
bagi saraf dan otot-otot yang tegang (carminative) sehingga dapat mengurangi
kecemasan. (Dewi, 2013).
(Mclain DE, 2009) Diteliti efek dari tiap kandungan bunga lavender untuk
mencari tahu zat mana yang memiliki efek anti-anxiety (efek anti cemas/relaksasi)
menggunakan Geller conflict test dan Vogel conflict test. Linalool, yang juga
merupakan kandungan utama lavender, memberikan hasil yang signifikan pada kedua
tes. Dapat dikatakan linalool adalah kandungan aktif utama yang berperan pada efek
anti cemas (relaksasi) pada lavender. (Mclain DE, 2009).
49
dimana saraf sensorik rahim dan mulut rahim berjalan bersama saraf simpatis rahim
memasuki sumsum tulang belakang melalui saraf torakal 10, 11, 12 sampai lumbal 1,
impuls nyeri ini dapat diblok dengan memberikan rangsangan pada saraf yang
berdiameter besar dengan teknik rebozo shake the apples atau rebozo sifting while lying
down, sehingga impuls nyeri berjalan dari uterus sepanjang serat-serat saraf c-fiber
menuju ke subtansia gelatinosa di dalam spinal colum, lalu sel-sel tersebut
memproyeksikan pesan nyeri yang berlawanan sepanjang serat-serat saraf a-delta fibers
yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan nyeri tidak dapat
diteruskan ke korteks serebral, maka persepsi di otak nyeri menjadi berkurang.
Mekanisme rebozo inilah yang dapat membantu mengalihkan nyeri persalinan.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Anik Sri Purwanti pada tahun
2020 dalam Jurnal yang berjudul “Effect Of Application Rebozo Techniques On Pain
Intensity And Anxiety Levels To The Mother Gives Birth 1 ST Phase Of Active”
didapatkan bahwa Ada pengaruh penerapan Teknik Rebozo terhadap intensitas nyeri
dan tingkat kecemasan pada persalinan kala I fase aktif. Artinya, efektivitas penggunaan
teknik rebozo dalam upaya pengalihan nyeri pada ibu bersalin sudah terbukti secara
ilmiah dan dapat dijadikan alternatif pilihan terapi non farmakologi untuk pengalihan
nyeri persalinan.
Bayi lahir spontan dalam jurnal Porouw (2020) menurut Teori Rukiah dkk
(2009) kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Hal ini terjadi karena
banyak faktor yang mempengaruhi lamanya persalinan.
Plasenta lahir lengkap pada pukul 12.15 WIB. Kala III berlangsung selama 8
menit. Terdapat laserasi pada jalan lahir derajat I. Perdarahan kala III sebanyak ± 150cc.
Hal ini sejalan dengan teori dalam jurnal Porouw (2020) menurut Rukiah, dkk (2009)
bahwa plasenta lepas dalam 5 – 15 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta,
disertai dengan pengeluaran darah. Setelah plasenta lahir lengkap kemudian di lakukan
pemasangan KB IUD Copper-T. IUD post plasenta adalah IUD yang dipasang dalam
waktu 10 menit setelah lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam (Engender
Health, 2009).Menurut Dewi, (2013), IUD dapat dipasang segera setelah melahirkan
dan sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi). Keuntungan dari IUD pasca plasenta
ini tidak membutuhkan waktu yang lama, dan tidak membutuhkan banyak alat saat
pemasangan karena pada saat plasenta lahir serviks masih membuka sehingga mudah
untuk dipasang, tidak terlalu menimbulkan rasa sakit dan waktu pemasangan dalam 10
menit setelah keluarnya plasenta.
51
memungkinkan angka ekspulsinya lebih kecil. Keuntungan IUD post plasenta pada
masa nifas juga memberikan keuntungan karena tidak mengganggu produksi ASI
sehingga ibu sering menyusui dan proses involusi dapat berjalan dengan lancar.Kala IV
persalinan berlangsung selama 2 jam pertama post partum. Tidak terdapat komplikasi
pada ibu selama kala IV.
Kala IV setelah bayi dan plasenta lahir yaitu tanda vital ibu dalam batas normal,
kontraksi uterus keras, kandung kemih tidak penuh, dan lochea rubra. Pengawasan
dilakukan selama 2 jam pertama, 1 jam pertam setiap 15 menit sekali dan 1 jam kedua
setiap 30 menit sekali. Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam
sesudahnya, adapun observasi yang harus dilakukan pada kala IV yaitu tingkat
kesadaran, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah,nadi, pernafasan dan suhu),
kontraksi uterus dan perdarahan. Hal ini sesuai dengan teori mengenai kala IV
persalinan normal (Bidan dan Dosen Indonesia, 2018 dalam jurnal Porouw, 2020).
C. Pembahasan Asuhan Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap hangat, membersihkan
saluran nafas, mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda
bahaya, memotong dan mengikat tali pusat, melakukan IMD, memberikan suntikan
vitamin K1, memberi salep mata antibiotik pada kedua mata, memberi immunisasi
Hepatitis B, serta melakukan pemeriksaan fisik (Syaputra Lyndon, 2014).
Pada jurnal penelitian Rismawati (2021) Kesuksesan dalam pelaksanaan IMD
sangat bermanfaat bagi ibu maupun bayi. Manfaat yang luar biasa bagi ibu setelah
melakukan IMD terutama dalam produksi hormon oksitosin dan prolaktin, stimulasi
hormon oksitosin akan merangsang kontraksi uterus sehingga dapat menghindari
terjadinya perdarahan pasca persalinan, merangsang pengeluaran colostrum dan
produksi ASI. Bagi bayi, IMD tidak kalah memiliki banyak manfaat antara lain dengan
adanya kontak kulit antara ibu dan bayi akan berdampak pada kestabilan temperatur
tubuh dan sistem pernafasan, pola tidur akan lebih baik, bayi merasa lebih
nyamankarena hubungan psikologis ibu dan bayi terbentuk sejak awal. Maka, hal ini
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan.
Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah pada bayi
baru lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko mengalami perdarahan.
Untuk mencegah terjadinya perdarahan pada semua bayi baru lahir, terutama bayi
BBLR diberikan suntikan vitamin K1 (phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal,
intra muscular pada anterolateral paha kiri. Suntikan vit K1 dilakukan setelah proses
52
IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B 8. Memberi salep mata antibiotik
pada kedua mata untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata.Salep ini sebaiknya
diberikan 1 jam setelah lahir. 9. Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O)
diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular. Imunisasi
Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama
jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari.
D. PEMBAHASAN ASUHAN NFAS
Pembahasan Asuhan Nifas Ny.N melakukan mobilisasi dengan miring ke kiri
dan ke kanan segera setelah melahirkan dan turun sendiri dari tempat tidur ke kamar
mandi setelah 2 jam melahirkan. Mobilisasi dan early ambulation ini perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya tromboflebitis (Jannah, Nurul, 2011). Pada kunjungan
nifas 6 jam post partum ibu sudah BAK ke kamar mandi serta dilakukan pemeriksaan
tanda–tanda vital dengan hasil TD: 110/70 mmHg, Nadi 82 x/menit, R 19x/menit,
Suhu 36 0C. TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik. Ekstremitas atas dan
bawah tidak ada oedema, tidak ada varises. tanda Homan -/-. Perdarahan normal.
Luka jahitan bersih basah. Lochea rubra, keluar colostrum dari ke-2 payudara,
mengajarkan massase fundus uteri. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pemeriksaan
untuk 6 jam post partum yaitu mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
(Jannah, Nurul, 2011).
E. Pembahasan Asuhan KB
KB yang digunakan pada Ny N adalah KB IUD yang dipasang setelah
plasenta lahir atau yang disebut dengan IUD post plasenta yang dilakukan tanggal 08
Mei 2023. IUD post plasenta adalah IUD yang dipasang dalam waktu 10 menit
setelah lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam (Engender Health,
2009).Menurut Dewi, (2013), IUD dapat dipasang segera
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengelolaan data yang penulis dapatkan di lapangan pada
penerapan asuhan kebidanan komunitas dalm konteks continuity of care pada
Ny. N umur 19 tahun tanggal 25 April – 13 Mei 2023 di Puskesmas Lembang.
Dari tahap pengkajian, menentukan diagnosa, melakukan penatalaksanaan
sekaligus evaluasi tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana asuhan serta
mendokumentasikannya dalam bentuk catatan SOAP, maka penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa asuhan yang diberikan pada Ny. N sesuai dengan
standar asuhan kebidanan secara holistic berdasarkan evidance based yang
berpusat pada perempuan, tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik
dilapangan dan hasil yang dicapai sudah sesuai dengan yang diharapkan
dengan melakukan Pemeriksaan dan Pemberian Komunikasi Informasi Edukasi
sesuai yang dibutuhkan klien.
B. Saran
1. Institusi pelayanan
Diharapkan kepada institusi pelayanan untuk dapat meningkatkan
efektifitas pelayanan asuhan kebidanan komunitas dalam konteks continuity
of care berdasarkan evidance based yang berpusat pada perempuan pada
kasus yang di temukan.
2. Institusi pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk menambah sumber
buku pustaka yang terbaru agar membantu mahasiswa dalam meningkatkan
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan ilmu dan teknologi terkini
mengenai asuhan komunitas dalam konteks continuity of care secara
berdasarkan evidance based yang berpusat pada perempuan.
3. Bagi penulis
Untuk keberhasilan dalam asuhan kebidanan selanjutnya penulis
hendaknya mampu melaksanakan asuhan komunitas dalam konteks
57
LAMPIRAN
ANC INC
NIFAS HARI KE 7
60
DAFTAR PUSTAKA