Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE YANG BERPUSAT


PADA PEREMPUAN DI WILAYAH KERJA PKM LEMBANG
TANGGAL 25 APRIL-13 MEI 2023

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Tugas Praktik Klinik


Stase X di Program Studi Profesi Kebidanan

Dosen Pengampu:
Dr. Meti Widiya Lestari, SST,.M.Keb

Disusun oleh :
SRIYANTI ASTUTI DEWI
NIM.P2.06.24.8.22.037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES


KEMENKES TASIKMALAYA JURUSAN
KEBIDANAN TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat membuat dan
menyelesaikan Laporan Pendahuluan Stase X. Penyusunan laporan ini bertujuan
untuk memenuhi tugas praktik kebidanan Continuity Of Care Yang Berpusat Pada
Perempuan dalam program studi Profesi Bidan. Laporan Pendahuluan ini bisa
diselesaikan tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan
masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu saya mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Hj. Ani Radiati R, S.Pd, M.Kes, selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya
2. Nunung Mulyani, APP,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
3. Dr. Meti Widiya Lestari, SST,M.Keb selaku ketua Program Studi Profesi
Bidan dan selaku pembimbing akademik
4. Tim Penganggung Jawab Praktek Kebidanan Stase X Asuhan Kebidanan
Komprehensif yang Berpusat pada Perempuan
5. Neng Heni Hendrawati, S.Tr.Keb selaku Critical Instructur
6. Serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu.
Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan
dan pengalaman. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan.
Terimakasih.
Garut, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................... 4
C. Ruang Lingkup ............................................................................. 4
D. Manfaat ........................................................................................ 4
E. Lingkup Asuhan............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan .................................................................................... 9
B. Persalinan ..................................................................................... 14
C. Nifas ............................................................................................. 19
D. Bayi Baru Lahir ............................................................................ 21
E. Imunisasi Dasar ............................................................................ 26
F. Keluarga Berencana ...................................................................... 28
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan Kehamilan...................................................... 30
B. Asuhan Kebidanan Persalinan ...................................................... 33
C. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana ....................................... 40
D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir ............................................. 42
E. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui ....................................... 44
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan Kebidanan Kehamilan .............................................. 48
B. Pembahasan Asuhan Kebidanan Persalinan .................................. 49
C. Pembahasan Kebidanan Keluarga Berencana ................................ 49
D. Pembahasan Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui ................... 51
E. Pembahasan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir ......................... 52
F. Pembahasan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan ..................... 53
BAB V PENUTUP

ii
A. Kesimpulan ................................................................................... 56
B. Saran............................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyautan spermatozoa dan
ovum yang dilanjutkan dengan implantasi.Kehamilan dan persalinan
mempunyai resiko terjadinya masalah yang dapat menyebabkan
mordibitas dan mortalitas. Maka dari itu dibutuhkan asuhan kebidanan
secara berkesinambungan (Continuity of Care),yang bertujuan untuk
mengetahui tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu,yang diberikan
mulai dari masa kehamilan,persalinan,nifas,bayi baru lahir,serta pemilihan
metode kontrasepsi keluarga berencana secara komprehensif sehingga
mampu untuk melakukan deteksi dini sehingga ibu dan bayi sehat tidak
ada penyulit maupun komplikasi dan menekan angka kematian bayi.
(Jurnal Akademika Husada 2(2),1-14,2020)
Asuhan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang
diberikan secara menyeluruh di mulai dari ibu hamil, bersalin ,nifas, bayi baru
lahir dan keluarga berencana. Dalam program pemerintah yaitu
mengurangi kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil dengan
upaya keluarga berencana, mengurangi kemungkinan seorang perempuan
menjadi hamil dengan upaya keluarga berencana, mengurangi
kemungkinan seorang perempua hamil mengalami komplikasi dalam
kehamilan, persalinan atau masa nifas dengan melakukan asuhan antenatal dan
persalinan dengan prinsip bersih dan aman,mengurangi kemungkinan
komplikasi persalinan yang berakhir dengan kematian atau kesakitan
melalui pelayanan obstetric dan neonatal esensial dasar dan komprehensif
(Prawirohardjo, 2009;h.56)
Asuhan kehamilan merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika
persalinan, disamping itu juga untuk pertumbuhan dan kesehatan
janin.Perawatan kehamilan yang perlu diperhatikan yaitu perawatan diri
(kulit, gigi mulut, perawatan kuku) payudara, imunisasi, senam hamil,
2

pemeriksaan kehamilan, serta gizi untuk perkembangan janin.Perawatan


kehamilan dipengaruhi oleh faktor pendukung dan faktor faktor penguat,
seperti pengetahuan yang diperoleh melalui pemahaman tentang perawatan
kehamilan. Beberapa faktor yang berpengaruhi antara usia, pendidikan,
pekerjaan, paritas, dukungan keluarga, dan ekonomi (Gamelia, dkk, 2013;
h.111).
Antenatal Care (ANC) yang berkualitas sesuai standar yang telah
ditentukan oleh Pemerintah yaitu 1 kali dalam trimester I, 1 kali trimester II
dan 2 kali trimester III untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu.
Di Jawa Barat menetapkan pelayanan ANC tersebut dengan 10 T.
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Dalam upaya percepatan penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) maka pada tahun 2012 Kementrian Kesehatan mempunyai
program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) yang
diharapkan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu dan Neonatal sebesar
25%. Berdasarkan kasus kemtian ibu pada tahun 2010 ada tiga factor
penyebab kematian Ibu melahirkan adalah persarahan 28%,Eklampsia
24%,Infeksi 11%. Studi kasus ini dilakukan untuk identifikasi asuhan
kebidanan persalinan secara komprehensif dalam Intranatal Care. (Jurnal
Ilmiah Kesehatan 8(2),8083,2019) Asuhan persalinan diberikan kepada klien
saat persalinan dengan memperhatikan prinsip asuhan sayang ibu dan
sayang bayi yang merupakan bagian dari persalinan yang bersih dan
aman.Salah satu bentuk dari asuhan persalinan yaitu menghadirkan keluarga
atau orang-orang terdekat pasien untuk memberikan dukungan bagi ibu
(Prawirohardjo, 2009; h. 336).
Menurut Prawirohardjo (2009; h. 360) bahwa asuhan masa
neonates sangat diprioritaskan karena merupakan masa kritis dari
kematian bayi. Dua pertiga dari kematian bayi terjadi dalam 4 minggu
setelah persalinan, 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7
hari setelah lahir. Dengan pemantauan yang teratur pada waktu nifas dan
bayinya, dapat mencegah mortalitas dan morbiditas ibu dan bayinya. Asuhan
masa nifas dibutuhkan dalam periode ini karena merupakan masa
3

kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama. Pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka
perineum harus diajarkan dan ditanamkan. Status gizi ibu nifas sangat
berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka. Gizi ini berfungsi untuk
membantu proses metabolisme, pemulihan dan pembentukan jaringan
baru. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu nifas bisa didukung oleh Ante
natal care (ANC) yang baik. Keaktifan petugas kesehatan dalam
memberikan penyuluhan saat ANC dapat meningkatkan pengetahuan ibu
nifas dalam mendukung proses penyembuhan luka (Suryati, 2013; h.
26). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan yaitu
mulai dengan seseorang merencanakan jumlah dan jarak kehamilannya
dengan menggunakan KB (Keluarga Berencana), mencegah dan
mengurangi seorang perempuan hamil mengalami komplikasi dalam
kehamilan, persalinan, masa nifas upaya melakukan asuhan kematian atau
kesakitan dengan melakukan Pelayanan Obstetrik Neonatal Esensial Dasar
(Prawirohardjo, 2009; h. 23).
Dinas kesehatan Kabupaten Bandung melalui Seksi Sumber Daya
Kesehatan Sistem Informasi mengadakan pertemuan terkait System
Registrasi Sampel (SRS) AKI dan AKB Kabupaten Bandung Tahun
2020. Pertemuan diadakan di Gedung IDI Kabupaten Bandung dengan
peserta 38 Bidan Koordinator Puskesmas se Kabupaten Bandung.
Pertemua ini bertujuan untuk mencocokan data AKI dan AKB di
Kabupaten Bandung melauli desk dengan Bidan Koordinator Puskesmas se
Kabupaten Bandung. Pertemuan ini adalah desk atau perhitungan SRS tiap
Puskesmas di Kabupaten Bandung. SRS merupakan suatu cara medapatkan
angka statistic vital disuatu negara dengan melakukan sampel dalam
system registrasi yang ada di negara tersebut. SRS yang diambil ini
adalah untuk mengetahui jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten
Bandung. AKI adalah jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan
,persalinan dan pasca persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada
masa tertentu.
4

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan komprehensif
mulai dari kehamilan, bersalin, nifas, KB pascapersalinan dan bayi baru
lahir dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada kehamilan
b. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada persalinan
c. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada nifas
d. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
e. Mampu melakukan asuhan kebidanan keluarga berencana
f. Mampu melakukan asuhan pendokumokumentasian asuhan kebidanan
komprehensif

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Asuhan Kebidanan Komprehensif ini adalah
memberikan Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif dimulai dari
kehamilan, persalinan, asuhan bayi baru lahir, nifas dan KB.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, menentukan analisa data,
menyusun rencana tindakan asuhan, melakukan tindakan asuhan
kebidanan, melakukan evaluasi secara komprehensif pada kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB.
b. Mahasiswa diharapkan mendapat wawasan pengetahuan dan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan kompherensif pada
ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan akseptor KB yang dapat
dijadikan sebagai bekal untuk mengembangkan profesi kebidanan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
5

Diharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi


belajar terhadap materi yang telah diberikan, dan dapat dijadikan sebagai
bahan bacaan serta acuan bagi mahasiswa dalam memberikan asuhan
kebidanan komprehensif.
3. Bagi Klien
Diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan informasi bagi klien
mengenai pentingnya asuhan yang dilakukan pada masa hamil, bersalin,
nifas dan perawatan bayi baru lahir sehingga jika ada komplikasi dapat
diketahui sejak dini.
4. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi lahan praktik agar
lebih meningkatkan pelayanan khususnya dalam mengatasi masalah
kebidanan yang berpengaruh pada mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi
yang masih tinggi.

E. Lingkup Asuhan
1. Anamnesa
Teknik ini dilakukan melalui komunikasi secara langsung dengan
klien dan keluarga untuk memperoleh data yang berhubungan dengan
permasalahan yang akan dijadikan kasus sehingga data diperoleh lebih
akurat.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum, terdiri dari:
1) Pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan keadaan emosional.
2) Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu).
3) Pemeriksaan fisik secara umum mulai dari kepala sampai ujung
kaki klien dengan teknik inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
b. Pemeriksaan khusus
Penulis melakukan pemeriksaan obstetric melalui teknik inspeksi,
palpasi secara Leopold, auskultasi, dan vaginal tocher.
3. Pemeriksaan Penunjang
6

Penulis melakukan pemeriksaan laboratorium dengan sampel


darah dan urin klien untuk menunjang identifikasi masalah klien sebagai
bahan penulisan.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Community Of Care


1) Pengertian
Continuity of care merupakan bagian dari filosofi kebidanan. Continuity of care
mempunyai arti bahwa seorang wanita mengembangkan kemitraan dengan bidan untuk
menerima asuhan selama kehamilan, masa persalinan, masa nifas.(Astuti, 2017)
2) Dimensi
Menurut WHO dalam Astuti (2017), dimensi pertama dari continuity of care yaitu
dimulai saat pra kehamilan, selama kehamilan, persalinan, masa nifas, serta hari-hari awal
dan tahun kehidupan bayi. Dimensi kedua dari Continuity of care yaitu tempat pelayanan
yang menghubungkan berbagai tingkat pelayanan mulai dari rumah, masyarakat, dan
sarana kesehatan. Dengan demikian bidan dapat memberikan asuhan secara
berkesinambungan.
3) Tujuan
Menurut Saifuddin (2014), tujuan umum dilakukan asuhan kehamilan yang
berkesinambungan adalah sebagai berikut :
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
c) Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara optimal.
g) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

B. Proses Manajemen Kebidanan menurut Helen Varney (2010)


Varney (2010) menjelaskan proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang
ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970 an.
a. Manajemen Asuhan Kebidanan sesuai 7 langkah Varney, yaitu :
1) Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
8

Langkah pertama mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi ibu
an bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan
pelvic sesuai indikasi, meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini
atau catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil laboratorium dan
laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar yang diperlukan adalah semua data
yang berasal dari sumber infomasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru
lahir. Bidan mengumpilkan data dasar awal lengkap, bahkan jika ibu dan bayi baru
lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka mendapatkan konsultasi doter
sebagai bagian dari penatalaksanaan kolaborasi.
2) Langkah II : Interpretasi data
Menginterpretasikan data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta
kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus. Kata masalah dan diagnosis
sama–sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai sebuah
diagnosis tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan rencana perawatan
kesehatan yang menyeluruh.
3) Langkah III: Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial berdasarkan masalah dan diagnose saat
ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan, jika memungkinkan, menunggu
dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul.
Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam member perawatan kesehatan yang
aman.
4) Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Langkah keempat mencerminkan sikap kesinambungan proses penatalaksanaan yang tidak
hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal periodic, tetapi juga
saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut, misalnya saat ia
menjalani persalina. Data baru yanf diperoleh terus dikaji dan kemudian di evaluasi.
5) Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Mengembangkan sebuah rencan keperawatan yang menyeluruh ditentukan dengan
mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah
atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupaun yang dapat
diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan.
6) Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secra
keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau
anggota tim kesehatan lainnya. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri, bidan
9

betanggung jawab untuk memastikan implemntasi benar- benar dilakukan. Rencana


asuhan menyeluruh seperti yang sudah diuaraikan pada langkah kelima dilaksankan secara
efisien dan aman.
7) Langkah VII : Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana perawatan yang dilakukan
benar-benar telah mencapai tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang
diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan
perawatan kesehatan.

C. Dokumentasi
“Documen“ berarti satu atau lebih lembar kertas resmi dengan tulisan diatasnya dokumentasi
berisi dokumen atau pencatatan yang berisi bukti atau kesaksian tentang sesuatu atau suatu
pencatatan tentang sesuatu. Dokumentasi dalam bidang kesehatan adalah suatu sistem
pencatatan atau pelaporan informasi atau kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan
semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Dalam pelayanan kebidanan, setelah
melakukan pelayanan semua kegiatan didokumentasikan dengan menggunkan konsep SOAP
yang terdiri dari :
a) S : Menurut persfektif klien. Data ini diperoleh melalui anamnesa atau allow anamnesa
(sebagai langkah I dalam manajemen Varney)
b) O : Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnostic dan pendukung lain. Data
ini termasuk catatan medic pasien yang lalu. (sebagai langkah I dalam manajemen
Varney).
c) A : Analisis/interpretasi berdasarkan data yang terkumpul, dibuat kesimpulan berdasarkan
segala sesuatu yang dapat teridentifikasi diagnosa/masalah. Identifikasi diagnose/masalah
potensial. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter/konsultasi kolaborasi dan
rujukan. (sebagai langkah II, III, IV dalam manajemen Varney).
d) P : Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan (implementasi) dan evaluasi
rencana berdasarkan pada langkah V, VI, VII pada evaluasi dari flowsheet. Planning
termasuk : Asuhan mandiri oleh bidan, kolaborasi/ konsultasi dengan dokter, nakes lain,
tes diagnostic/ laboratorium,konseling penyuluhan Follow up.
D. Kehamilan
Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Usia 37 minggu
1. Data Subjektif
Ibu mengatakan merasa sesak nafas, cemas menjelang persalinannya dan sering buang air
kecil.
10

a. Sering Buang Air Kecil


Pada bulan-bulan pertama kehamialn kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang
mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan
menghilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul.
Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul,
keluhan itu akan kembali (Prawiohardjo, 2011).
b. Sesak nafas
Pada kehamilan 33-36 banyak ibu hamil akan merasa susah bernafas hal ini karena
tekanan bayi yang berada dibawa diafragma menekan paru ibu (putri, 2012).
Cara menangulanginya adalah :
1) jelaskan penyebab fisiologisnya,
2) Merentangkan tangan di atas kepala serta menarik nafas panjang,
3) Mendorong postur tubuh yang baik, melakukan pernafasan interkostal,
4) anjurkan untuk manarik nafas dalam dan lama.
c. Kecemasan
Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab
yang tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa
terancam. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif
yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya. (Kaplan HI & Sadock BJ, 1998).
Dalam trimester pertama wanita harus beradaptasi terhadap perubahan habitus
tubuhnya. Pembesaran uterus menekan kandung kemih dan rektum sehingga dapat
menyebabkan seringnya buang air kecil dan konstipasi. Peningkatan kadar estrogen
dapat menyebabkan penurunan libido pada beberapa ibu hamil, mual dan muntah
terjadi sebagai respon terhadap meningkatnya kadar Human Chorionic Gonadotropin.
Pada saat ini ibu hamil merasa takut mengalami kegagalan dalam kehamilan.
Pada trimester kedua keadaan ibu hamil menjadi lebih baik, kembali bertenaga, mual
muntah mulai menghilang, gerakan janin mulai dirasakan. Menurut budaya
kepercayaan menghubungkan tipe gerakan janin dengan jenis kelamin bayi yang
dikandungnya. Kepercayaan atau budaya tersebut dapat menimbulkan rasa cemas dan
depresi pada sebagian ibu hamil jika kepercayaan tersebut berbeda dengan harapan. Ibu
hamil juga seringkali merasa khawatir tentang kesehatan janin yang dikandungnya akan
lahir cacat.
Pada trimester ketiga kebanyakan ibu hamil mengalami ketidaknyamanan fisik.
Semua sistem kardiovaskular, ginjal, pulmonal, gastrointestinal, endokrin mengalami
perubahan jelas yang dapat menyebabkan sesak nafas saat aktivitas dan rasa panas. Ibu
11

hamil akan 25 memperlihatkan kecemasan yang meningkat saat tanggal persalinan


mendekat (Sukandar, 2009).
2. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum: Baik
b) Kesadaran: Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu. Composmentis adalah
status kesadaran dimana ibu mengalami kesadaran penuh dengan memberikan
respons yang cukup terhadap stimulus yang diberikan (Hidayat dan Uliyah, 2014).
c) Keadaan Emosional: Stabil.
d) Tinggi Badan: Untuk mengetahui apakah ibu dapat bersalin dengan normal. Batas
tinggi badan minimal bagi ibu hamil untuk dapat bersalin secara normal adalah 145
cm. Namun, hal ini tidak menjadi masalah jika janin dalam kandungannya memiliki
taksiran berat janin yang kecil (Kemenkes RI, 2013).
e) Berat Badan: Penambahan berat badan minimal selama kehamilan adalah ≥ 9 kg
(Kemenkes RI, 2013).
f) LILA: Batas minimal LILA bagi ibu hamil adalah 23,5 cm (Kemenkes RI, 2013).
g) Tanda-tanda Vital: Rentang tekanan darah normal pada orang dewasa sehat adalah
100/60 – 140/90 mmHg, tetapi bervariasi tergantung usia dan variable lainnya.
WHO menetapkan hipertensi jika tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan
diastolic ≥ 95 mmHg. Pada wanita dewasa sehat yang tidak hamil memiliki kisaran
denyut jantung 70 denyut per menit dengan rentang normal 60-100 denyut per
menit. Namun selama kehamilan mengalami peningkatan sekitar 15-20 denyut per
menit. Nilai normal untuk suhu per aksila pada orang dewasa yaitu 35,8-37,3° C
(Johnson dan Taylor, 2014). Sedangkan menurut Varney, dkk. (2011), pernapasan
orang dewasa normal adalah antara 16-20 ×/menit.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Muka: Muncul bintik-bintik dengan ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher
(Chloasma Gravidarum) akibat Melanocyte Stimulating Hormone (Mochtar, 2011).
Selain itu, penilaian pada muka juga ditujukan untuk melihat ada tidaknya
pembengkakan pada daerah wajah serta mengkaji kesimetrisan bentuk wajah
(Hidayat dan Uliyah, 2014).
b) Mata: Pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai warna , yang dalam keadaan
normal berwarna putih. Sedangkan pemeriksaan konjungtiva dilakukan untuk
mengkaji munculnya anemia. Konjungtiva yang normal berwarna merah muda
(Hidayat dan Uliyah, 2014). Selain itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap
12

pandangan mata yang kabur terhadap suatu benda untuk mendeteksi kemungkinan
terjadinya pre-eklampsia.
c) Mulut: Untuk mengkaji kelembaban mulut dan mengecek ada tidaknya stomatitis.
d) Gigi/Gusi: Gigi merupakan bagian penting yang harus diperhatikan kebersihannya
sebab berbagai kuman dapat masuk melalui organ ini (Hidayat dan Uliyah, 2014).
Karena pengaruh hormon kehamilan, gusi menjadi mudah berdarah pada awal
kehamilan (Mochtar, 2011).
e) Leher: Dalam keadaan normal, kelenjar tyroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba
sedangkan kelenjar getah bening bisa teraba seperti kacang kecil (Hidayat dan
Uliyah, 2014).
f) Payudara: Menurut Bobak, dkk (2014) dan Prawirohardjo (2010), payudara menjadi
lunak, membesar, vena-vena di bawah kulit lebih terlihat, puting susu membesar,
kehitaman dan tegak, areola meluas dan kehitaman serta muncul strechmark pada
permukaan kulit payudara. Selain itu, menilai kesimetrisan payudara, mendeteksi
kemungkinan adanya benjolan dan mengecek pengeluaran ASI.
g) Perut:
 Inspeksi : Muncul Striae Gravidarum dan Linea Gravidarum pada permukaan
kulit perut akibat Melanocyte Stimulating Hormon (Mochtar, 2011).
 Palpasi : Leopold 1, pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil, menentukan
tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terdapat pada fundus. Leopold 2,
menentukan batas samping rahim kanan dan kiri, menentukan letak punggung
janin dan pada letak lintang, menentukan letak kepala janin.
 Leopold 3, menentukan bagian terbawah janin dan menentukan apakah bagian
terbawah tersebut sudah masuk ke pintu atas panggul atau masih dapat
digerakkan. Leopold 4, pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil dan
menentukan konvergen (Kedua jari-jari pemeriksa menyatu yang berarti bagian
terendah janin belum masuk panggul) atau divergen (Kedua jari-jari pemeriksa
tidak menyatu yang berarti bagian terendah janin sudah masuk panggul) serta
seberapa jauh bagian terbawah janin masuk ke pintu atas panggul (Mochtar,
2011). Denyut jantung janin normal adalah antara 120-160 ×/menit (Kemenkes
RI, 2010). Pada akhir trimester III menjelang persalinan, presentasi normal janin
adalah presentasi kepala dengan letak memanjang dan sikap janin fleksi
(Cunningham, dkk, 2015).
 Tafsiran Berat Janin: Menurut Manuaba, dkk (2012), berat janin dapat ditentukan
dengan rumus Lohnson, yaitu:
13

Jika kepala janin belum masuk ke pintu atas panggul


Berat janin = (TFU – 12) × 155 gram
Jika kepala janin telah masuk ke pintu atas panggul
Berat janin = (TFU – 11) × 155 gram
h) Ano-Genetalia : Pengaruh hormon estrogen dan progesteron adalah pelebaran
pembuluh darah sehingga dapat terjadi varises pada sekitar genetalia. Namun tidak
semua ibu hamil mengalami varises pada daerah tersebut (Mochtar, 2011). Pada
keadaan normal, tidak terdapat hemoroid pada anus.
i) Ektremitas: Tidak ada edema, tidak ada varises dan refleks patella menunjukkan
respons positif.
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Hemoglobin: Wanita hamil dikatakan anemia jika kadar hemoglobin-nya < 10
gram/dL. Jadi, wanita hamil harus memiliki hemoglobin > 10gr/dL (Varney, dkk,
2011).
b) Golongan darah: Untuk mempersiapkan calon pendonor darah jika sewaktu-waktu
diperlukan karena adanya situasi kegawatdaruratan (Kemenkes RI, 2013).
c) USG: Pemeriksaan USG dapat digunakan pada kehamilan muda untuk mendeteksi
letak janin, perlekatan plasenta, lilitan tali pusat, gerakan janin, denyut jantung
janin, mendeteksi tafsiran berat janin dan tafsiran tanggal persalinan serta
mendeteksi adanya kelainan pada kehamilan (Mochtar, 2011).
Protein urine dan glukosa urine: Urine negative untuk protein dan glukosa (Varney,
dkk, 2011).
3. Analisa Data
Perumusan diagnosa kehamilan disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan, seperti
G1P0A0 usia 22 tahun usia kehamilan 37 minggu fisiologis dan janin tunggal hidup.
Perumusan masalah disesuaikan dengan kondisi ibu. Menurut Bobak, dkk (2014) dan
Prawirohardjo (2010), keluhan yang muncul pada kehamilan trimester III meliputi
sering kencing, cemas, sesak nafas. (Mochtar, 2011).
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan rencana asuhan
yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
berdasarkan evidence based kepada ibu dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif. Asuhan kebidanan pada ibu hamil itu meliputi menimbang berat
badan, mengukur tinggi badan, mengukur tekanan darah, mengukur LILA, mengukur
TFU, menentukan status imunisasi dan memberikan imunisasi TT sesuai status
14

imunisasi, memberikan tablet tambah darah, menentukan presentasi janin dan


menghitung DJJ, memberikan konseling mengenai lingkungan yang bersih, kebutuhan
nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan payudara, body mekanik, kebutuhan
seksual, kebutuhan eliminasi, senam hamil, serta persiapan persalinan dan kelahiran
bayi, memberikan pelayanan tes laboratorium sederhana, dan melakukan tatalaksana.
Kemudian untuk mengurangi keluhan yang dirasakan oleh ibu maka diberikan
asuhan komplementer berupa:
Aromaterapi Lavender
Aromaterapi merupakan bagian dari sekian banyak metode pengobatan alami
yang telah dipergunakan sejak berabad-abat. Aromaterapi bersal dari kata aroma yang
berarti harum dan wangi, dan terapi yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau
penyembuhan. Sehingga aromaterapi dapat diartikan sebagai satu cara perawatan tubuh
dan penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial. (Jaelani, 2009).
Aromaterapi menggunakan minyak lavender dipercaya dapat memberikan efek relaksasi
bagi saraf dan otot-otot yang tegang (carminative) sehingga dapat mengurangi
kecemasan. (Dewi, 2013).

(Mclain DE, 2009) Diteliti efek dari tiap kandungan bunga lavender untuk
mencari tahu zat mana yang memiliki efek anti-anxiety (efek anti cemas/relaksasi)
menggunakan Geller conflict test dan Vogel conflict test. Linalool, yang juga merupakan
kandungan utama lavender, memberikan hasil yang signifikan pada kedua tes. Dapat
dikatakan linalool adalah kandungan aktif utama yang berperan pada efek anti cemas
(relaksasi) pada lavender. (Mclain DE, 2009).
E. Persalinan
1. Data Subjektif
Ibu mengatakan merasa mulas dan kelar lendir bercampur darah dari jalan lahir.
Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya perempuan memasuki
kala pendahuluan (preparatory stage of labor), dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a) Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uteri karena
kepala bayi sudah masuk PAP. Pada multigravida tanda ini tidak begitu terlihat. Mulai
menurunnya bagian terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2 minggu menjelang
persalinan. Bila bagian bawah bayi telah turun, maka ibu akan merasa tidak nyaman.
Ketidak nyamanan disebabkan karena adanya tekanan bagian terbawah pada struktur
daerah pelvis, secara spesifik akan mengalami hal berikut :
15

1) Kandung kemih tertekan sedikit, menyebabkan peluang untuk melakukan ekspansi


berkurang, sehingga frekuensi berkemih meningkat.
2) Tekanan oleh sebagian besar bagian janin pada saraf yang melewati foramen
obturator yang menuju kaki, menyebabkan sering terjadi kram kaki.
3) Meningkatnya tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan terjadinya udema
karena bagian terbesar dari janin menghambat darah yang kembali dari bagian
bawah tubuh.
b) Terjadinya his permulaan
Adanya perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan oksitosin
semakin meningkat dan dapat menjalankan fungsinya dengan efektif untuk
menimbulkan kontraksi atau his permulaan. Sifat his permulaan (palsu) adalah seperti,
rasa nyeri ringan di bagian bawah, datang tidak teratur, tidak ada perubahan pada
serviks atau pembawa tanda, durasi pendek, tidak bertambah bila beraktivitas (Rohani,
2011).
2. Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
b) Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan Khusus
1) Obstetri
Abdomen
 Inspeksi : Menurut Mochtar (2011), muncul garis-garis pada permukaan kulit
perut (Striae Gravidarum) dan garis pertengahan pada perut (Linea Gravidarum)
akibat Melanocyte Stimulating Hormon.
 Palpasi : Leopold 1, pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil,
menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terdapat pada fundus.
Leopold 2, menentukan batas samping rahim kanan dan kiri, menentukan letak
punggung janin dan pada letak lintang, menentukan letak kepala janin. Leopold
3, menentukan bagian terbawah janin dan menentukan apakah bagian terbawah
tersebut sudah masuk ke pintu atas panggul atau masih dapat digerakkan.
Leopold 4, pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil dan menentukan
bagian terbawah janin dan berapa jauh bagian terbawah janin masuk ke pintu
atas panggul (Mochtar, 2011).
 Tafsiran Tanggal Persalinan: Bertujuan untuk mengetahui apakah persalinannya
cukup bulan, prematur, atau postmatur.
16

 Tafsiran Berat Janin: Menurut Manuaba, dkk (2012), berat janin dapat
ditentukan dengan rumus Lohnson, yaitu:
Jika kepala janin belum masuk ke pintu atas panggul
Berat janin = (TFU – 12) × 155 gram
Jika kepala janin telah masuk ke pintu atas panggul Berat janin = (TFU – 11) ×
155 gram Auskultasi: Denyut jantung janin normal adalah antara 120-160
×/menit (Kemenkes RI, 2013).
 Bagian Terendah: Pada akhir trimester III menjelang persalinan, presentasi
normal janin adalah presentasi kepala dengan letak memanjang dan sikap janin
fleksi (Cunningham, dkk, 2015).
 Kontraksi: Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi, tergantung pada kala
persalinan ibu tersebut. Kontraksi pada awal persalinan mungkin hanya
berlangsung 15 sampai 20 detik sedangkan pada persalinan kala I fase aktif
berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-rata 60 detik. Informasi
mengenai kontraksi ini membantu untuk membedakan antara konraksi
persalinan sejati dan persalinan palsu (Varney, dkk, 2012).
2) Gynekologi
Ano – Genetalia
 Inspeksi: Pengaruh hormon estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran
pembuluh darah sehingga terjadi varises pada sekitar genetalia. Namun tidak
semua ibu hamil akan mengalami varises pada daerah tersebut (Mochtar, 2011).
Pada keadaan normal, tidak terdapat hemoroid pada anus serta pembengkakan
pada kelenjar bartolini dan kelenjar skene. Pengeluaran pervaginam seperti
bloody show dan air ketuban juga harus dikaji untuk memastikan adanya tanda
dan gejala persalinan (Mochtar, 2011).
 Vaginal Toucher: Pemeriksaan vaginal toucher bertujuan untuk mengkaji
penipisan dan pembukaan serviks, bagian terendah, dan status ketuban. Jika
janin dalam presentasi kepala, moulding, kaput suksedaneum dan posisi janin
perlu dikaji dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan adaptasi janin
dengan panggul ibu (Varney, dkk, 2012). Pembukaan serviks pada fase laten
berlangsung selama 7-8 jam. Sedangkan pada fase aktif dibagi menjadi 3 fase
yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan fase deselerasi yang masing-
masing fase berlangsung selama 2 jam (Mochtar, 2011).
 Kesan Panggul: Bertujuan untuk mengkaji keadekuatan panggul ibu selama
proses persalinan (Varney, dkk, 2012). Panggul paling baik untuk perempuan
17

adalah jenis ginekoid dengan bentuk pintu atas panggul hampir bulat sehingga
membantu kelancaran proses persalinan (Prawirohardjo, 2010).
d) Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin: Selama persalinan, kadar hemoglobin mengalami peningkatan 1,2
gr/100 ml dan akan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca
partum jika tidak kehilangan darah yang abnormal (Varney, dkk, 2012).
2) Cardiotocography (CTG): Bertujuan untuk mengkaji kesejahteraan janin.
3) USG: Pada akhir trimester III menjelang persalinan, pemeriksaan USG
dimaksudkan untuk memastikan presentasi janin, kecukupan air ketuban, tafsiran
berat janin, denyut jantung janin dan mendeteksi adanya komplikasi (Mochtar,
2011).
4) Protein Urine dan glukosa urine: Urine negative untuk protein dan glukosa
(Varney, dkk, 2011).
3. Analisa Data
Perumusan diagnosa persalinan disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan,
perumusan masalah disesuaikan dengan kondisi ibu. Rasa nyeri merupakan permasalahan
yang dapat muncul pada proses persalinan (Varney, dkk, 2012). Kebutuhan ibu bersalin
menurut Leaser & Keanne dalam Varney ( 2010) adalah pemenuhan kebutuhan fisiologis (
makan, minum, oksigenasi, eliminasi, istrirahat dan tidur),kebutuhan pengurangan rasa
nyeri, support person (atau pendampingan dari orang dekat), penerimaan sikap dan
tingkah laku serta pemberian informasi tentang keamanan dan kesejahteraan ibu dan janin.

4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan rencana asuhan
yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
berdasarkan evidence based kepada ibu.
a. Kala I
1) Melakukan pengawasan menggunakan partograf, meliputi mengukur tanda-tanda
vital ibu, menghitung denyut jantung janin, menghitung kontraksi uterus, melakukan
pemeriksaan dalam, serta mencatat produksi urine, aseton, dan protein (WHO,
2013).
2) Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu.
3) Mengatur aktivitas dan posisi ibu.
18

4) Memfasilitasi ibu untuk buang air kecil.


5) Menghadirkan pendamping ibu seperti suami maupun anggota keluarga selama
proses persalinan.
6) Mengajari ibu tentang teknik relaksasi yang benar.
7) Memberikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic rocking, kompres hangat
dingin pada pinggang, berendam dalam air hangat maupun wangi-wangian serta
mengajari ibu tentang teknik relaksasi dengan cara menarik napas panjang secara
berkesinambungan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh ibu.
8) Menginformasikan tentang perkembangan dan kemajuan persalinan pada ibu
maupun keluarga.
b. Kala II
1) Menganjurkan ibu untuk mimilih posisi yang nyaman saat bersalin.
2) Mengajari ibu cara meneran yang benar.
3) Melakukan pertolongan kelahiran bayi sesuai dengan standar asuhan persalinan
normal.
c. Kala III
Melakukan pertolongan kelahiran plasenta sesuai dengan managemen aktif kala III
yang tercantum dalam asuhan persalinan normal.
d. Kala IV
1) Melakukan penjahitan luka jika ada luka pada jalan lahir.
2) Memfasilitasi ibu untuk memperoleh kebersihan diri, istirahat dan nutrisi.
3) Melakukan observasi kala IV sesuai dengan standar asuhan persalinan normal.
Melakukan terapi komplementer yang sesuai dengan kebutuhan klien.
Rebozo
Teknik Rebozo ini dapat membantu untuk menjadi lebih rileks tanpa bantuan
obat apapun. Hal ini membuat teknik ini sangatlah berguna ketika persalinan lama dan
mulai merasa tidak nyaman terhadap persalinan.Gerakan lembut ini sangat membantu
ibu hamil yang akan melahirkan agar lebih merasa nyaman. Dengan adanya lilitan yang
tepat akan membuat ibu merasa dipeluk dan memicu keluarnya hormon oksitosin atau
hormon endorpin supaya persalinan ibu lebih lancar. Biasanya pada ibu hamil trimester
III otot ligamen panggul ibu sering mengalami tegang, jika ibu hamil seringkali
memberikan posisi yang kurang baik, maka posisi rahim bisa miring. Kalau posisi
miring, bayi juga jadi sulit masuk panggul,seharusnya di usia 38 minggu bayi sudah
turun ke panggul, makan dengan gerakan Rebozo ini sangat membantu sekali ketika
ibu bersalin.
19

Adapun posisi lainnya yang bisa dicoba, ibu hamil dengan posisi tiduran dengan
nyaman dengan bagian kepala dan dada lebih tinggi, lalu Rebozo dililitkan pada bagian
bokong oleh perawat atau suami dan gerakkan Rebozo hingga bokong dan
digoyangkan dengan lembut, dengan gerakan yang lembut tersebut ibu merasakan
nyaman, dan janinnya akan merasa rileks didalam perut ibu.

F. Masa Nifas
1. Data Subjektif
Ibu mengeluh merasa khawatir bayi nya kurang ASI karena ASI yang keluar
masih sedikit, ibu mengatakan ini melahirkan 3 hari yang lalu
Masalah menyusui
Masalah menyusui yang sering dialami oleh ibu postpartum adalah mengatur
posisi menyusui yang nyaman, menyusui hanya salah satu payudara saja, dan tidak yakin
ASI dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi. Praktek cara menyusi yang benar perlu
diajarkan pada setiap ibu yang baru saja melahirkan karena menyusui itu sendiri bukan
suatu hal yang relaktif atau instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Proses belajar
menyusui yang baik bukan hanya untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan, tetapi
juga untuk ibu yang pernah menyusui bayinya. Menyusui dengan posisi yang benar maka
hisapan bayi yang kuat sampai seluruh bagian besar kalang payudara merangsang puting
susu dan ujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan
yang berasal dari hisapan bayi akan dilanjutkan ke hipotalamus sehingga akan
merangsang keluarnya oksitosin sehingga terjadi kontraksi sel miopethilium kelenjar-
kelenjar susu, sehingga pengeluaran ASI dilaksanakan. (Soetijiningsih, 2013).
2. Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
b) Pemeriksaan Fisik
1) Payudara: Bertujuan untuk mengkaji ibu menyusui bayinya atau tidak, tanda-tanda
infeksi pada payudara seperti kemerahan dan muncul nanah dari puting susu,
penampilan puting susu dan areola, apakah ada kolostrom atau air susu dan
pengkajian proses menyusui (Varney, dkk, 2012). Produksi air susu akan semakin
banyak pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah melahirkan (Mochtar, 2011).
2) Perut: Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya nyeri pada perut (Varney, dkk, 2012).
Pada beberapa wanita, linea nigra dan strechmark pada perut tidak menghilang
setelah kelahiran bayi (Bobak, dkk, 2014). Tinggi fundus uteri pada masa nifas
dapat dilihat pada tabel 2.8 untuk memastikan proses involusi berjalan lancar.
20

3) Vulva dan Perineum


(a) Pengeluaran Lokhea: Menurut Mochtar (2011), jenis lokhea diantaranya adalah:
 Lokhea rubra (Cruenta), muncul pada hari ke-1-3 pada masa nifas, berwarna
merah kehitaman dan mengandung sel desidua, verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium serta sisa darah.
 Lokhea sanguilenta, lokhea ini muncul pada hari ke-3 – 7 pada masa nifas
berwarna putih bercampur merah karena mengandung sisa darah bercampur
lendir.
 Lokhea serosa, muncul pada hari ke-7 – 14 pada masa nifas, berwarna
kekuningan atau kecoklatan dan mengandung lebih banyak serum, leukosit
dan tidak mengandung darah lagi.
 Lokhea alba, muncul pada hari ke- > 14 pada masa nifas, berwarna putih dan
mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
 Bila pengeluaran lokhea tidak lancar disebut Lochiastasis.
(b) Luka Perineum : Bertujuan untuk mengkaji nyeri, pembengkakan, kemerahan
pada perineum, dan kerapatan jahitan jika ada jahitan (Varney, dkk, 2012).
4) Ekstremitas: Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya edema, nyeri dan kemerahan
(Varney, dkk, 2012). Jika pada masa kehamilan muncul spider nevi, maka akan
menetap pada masa nifas (Bobak, dkk, 2014).
c) Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin: Pada awal masa nifas jumlah hemoglobin sangat bervariasi akibat
fluktuasi volume darah, volume plasma dan kadar volume sel darah merah (Varney,
dkk, 2012).
2) Protein Urine dan glukosa urine: Urine negative untuk protein dan glukosa (Varney,
dkk, 2011).
3. Analisa Data
Perumusan diagnosa masa nifas disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan,
Perumusan maalah disesuaikan dengan kondisi ibu. Menurut Varney, dkk (2012),
ketidaknyamanan yang dirasakan pada ibu nifas adalah nyeri perut setelah lahir, payudara
membesar, nyeri tekan pada payudara dan puting susu.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas disesuaikan dengan rencana
asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
berdasarkan evidence based kepada ibu dan atau keluarga dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada masa nifas, adalah:
21

1) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, lokhea dan cairan
pervaginam lainnya serta payudara.
2) Memberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi, eliminasi, kebersihan diri, istirahat,
mobilisasi dini dan aktivitas, seksual, senam nifas, ASI eksklusif, cara menyusui yang
benar, perawatan payudara dan keluarga berencana.
3) Memberikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan
Komplementer Konsumsi Susu Kedelai terhadap Produksi ASI
Produksi ASI dapat dilancarkan dengan mengkonsumsi, beberapa obat yang
memperlancar ASI dari ekstrak daun katuk, dan susu bubuk maupun cair khusus untuk
ibu menyusui. Ironisnya di pedesaan keberadaan daun katuk susah didapat, apalagi obat
pelancar ASI, sedangkan susu khusus ibu menyusui harganya terlalu mahal bagi warga
desa, dan tidak semua ibu menyukai susu. Alternatif lain untuk menunjang kebutuhan
gizi ibu selama masa nifas adalah dengan konsumsi susu kedelai.
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi ASI yaitu dengan cara
mengkonsumsi susu kedelai yang terbuat dari kacang kedelai. Dipilihnya susu kedelai
untuk meningkatkan produksi ASI karena kedelai mengandung protein 35% yang dapat
membantu meningkatkan produksi ASI karena di dalam susu kedelai terdapat
isoflavon, alkaloid, polifenol, steroid, dan subtansi lainnya yang merangsang hormon
oksitosin dan prolaktin yang efektif dalam meningkatkan dan memperlancar produksi
ASI (Elika, 2018).
Susu kedelai yang merupakan minuman olahan dari sari pati kacang kedelai
memiliki banyak kandungan gizi dan manfaat. Potensinya dalam menstimulasi
hormon oksitoksin dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan
substansi lainnya efektif dalam meningkatkan dan memperlancar produksi ASI.
Reflek prolaktin secara hormonal untuk memproduksi ASI, waktu bayi menghisap
puting payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada puting susu dan areola
ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hipofisis melalui nervos vagus, kemudian ke
lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke
peredaran darah dan sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan
terangsang untuk menghasilkan ASI (Murtiana, 2011).
G. Bayi Baru Lahir
1. Data Subjektif
1) Identitas Bayi
a) Nama: Untuk mengenal bayi.
22

b) Jenis Kelamin: Untuk memberikan informasi pada ibu dan keluarga serta
memfokuskan saat pemeriksaan genetalia.
c) Anak ke-: Untuk mengkaji adanya kemungkinan sibling rivalry.
2) Identitas Orangtua
a) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.
b) Umur: Usia orangtua mempengaruhi kemampuannya dalam mengasuh dan merawat
bayinya.
c) Suku/Bangsa : Asal daerah atau bangsa seorang wanita berpengaruh terhadap pola
pikir mengenai tenaga kesehatan, pola nutrisi dan adat istiadat yang dianut.
d) Agama: Untuk mengetahui keyakinan orangtua sehingga dapat menuntun anaknya
sesuai dengan keyakinannya sejak lahir.
e) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual orangtua yang dapat
mempengaruhi kemampuan dan kebiasaan orangtua dalam mengasuh, merawat dan
memenuhi kebutuhan bayinya.
f) Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pencapaian status gizi
(Hidayat dan Uliyah, 2014). Hal ini dapat dikaitkan dengan pemenuhan nutrisi bagi
bayinya. Orangtua dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi cenderung akan
memberikan susu formula pada bayinya.
g) Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam melakukan
h) follow up terhadap perkembangan bayi.
3) Data Kesehatan
a) Riwayat Kehamilan: Untuk mengetahui beberapa kejadian atau komplikasi yang
terjadi saat mengandung bayi yang baru saja dilahirkan. Sehingga dapat dilakukan
skrining test dengan tepat dan segera.
b) Riwayat Persalinan: Untuk menentukan tindakan segera yang dilakukan pada bayi
baru lahir.
2. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum: Baik
b. Tanda-tanda Vital: Pernapasan normal adalah antara 30-50 kali per menit, dihitung
ketika bayi dalam posisi tenang dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan. Bayi
baru lahir memiliki frekuensi denyut jantung 110-160 denyut per menit dengan rata-
rata kira-kira 130 denyut per menit. Angka normal pada pengukuran suhu bayi
secara aksila adalah 36,5-37,5° C (Johnson dan Taylor, 2014).
23

c. Antropometri : Kisaran berat badan bayi baru lahir adalah 2500-4000 gram, panjang
badan sekitar 48-52 cm, lingkar kepala sekitar 32-37 cm, kira-kira 2 cm lebih besar
dari lingkar dada (30-35 cm) (Ladewig, London dan Olds, 2014). Bayi biasanya
mengalami penurunan berat badan dalam beberapa hari pertama yang harus kembali
normal pada hari ke-10. Sebaiknya bayi dilakukan penimbangan pada hari ke-3 atau
ke-4 dan hari ke-10 untuk memastikan berat badan lahir telah kembali (Johnson dan
Taylor, 2014).
d. Apgar Score: Skor Apgar merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah
lahir dalam hubungannya dengan 5 variabel. Penilaian ini dilakukan pada menit
pertama, menit ke-5 dan menit ke-10. Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan
bahwa bayi berada dalam keadaan baik (Johnson dan Taylor, 2014).
2) Pemeriksaan Fisik Khusus
a. Kulit: Seluruh tubuh bayi harus tampak merah muda, mengindikasikan perfusi
perifer yang baik. Bila bayi berpigmen gelap, tanda-tanda perfusi perifer baik dapat
dikaji dengan mengobservasi membran mukosa, telapak tangan dan kaki. Bila bayi
tampak pucat atau sianosis dengan atau tanpa tanda-tanda distress pernapasan harus
segera dilaporkan pada dokter anak karena dapat mengindikasikan adanya penyakit.
Selain itu, kulit bayi juga harus bersih dari ruam, bercak, memar, tanda- tanda
infeksi dan trauma (Johnson dan Taylor, 2014).
b. Kepala: Fontanel anterior harus teraba datar. Bila cembung, dapat terjadi akibat
peningkatan tekanan intracranial sedangkan fontanel yang cekung dapat
mengindikasikan adanya dehidrasi. Moulding harus sudah menghilang dalam 24 jam
kelahiran. Sefalhematoma pertama kali muncul pada 12 sampai 36 jam setelah
kelahiran dan cenderung semakin besar ukurannya, diperlukan waktu sampai 6
minggu untuk dapat hilang. Adanya memar atau trauma sejak lahir harus diperiksa
untuk memastikan bahwa proses penyembuhan sedang terjadi dan tidak ada tanda-
tanda infeksi (Johnson dan Taylor, 2014).
c. Mata: Inspeksi pada mata bertujuan untuk memastikan bahwa keduanya bersih tanpa
tanda-tanda rabas. Jika terdapat rabas, mata harus dibersihkan dan usapannya dapat
dilakukan jika diindikasikan (Johnson dan Taylor, 2014).
d. Telinga: Periksa telinga untuk memastikan jumlah, bentuk dan posisinya. Telinga
bayi cukup bulan harus memiliki tulang rawan yang cukup agar dapat kembali ke
posisi semulai ketika digerakkan ke depan secara perlahan. Daun telinga harus
berbentuk sempurna dengan lengkungan-lengkungan yang jelas pada bagian atas.
Posisi telinga diperiksa dengan penarikan khayal dari bagian luar kantung mata
24

secara horizontal ke belakang ke arah telinga. Ujung atas daun telinga harus terletak
di atas garis ini. Letak yang lebih rendah dapat berkaitan dengan abnormalitas
kromosom, seperti Trisomi 21. Lubang telinga harus diperiksa kepatenannya.
Adanya kulit tambahan atau aurikel juga harus dicatat dan dapat berhubungan
dengan abnormalitas ginjal (Johnson dan Taylor, 2014).
e. Hidung: Tidak ada kelainan bawaan atau cacat lahir.
f. Mulut: Pemeriksaan pada mulut memerlukan pencahayaan yang baik dan harus
terlihat bersih, lembab dan tidak ada kelainan seperti palatoskisis maupun
labiopalatoskisis (Bibir sumbing) (Johnson dan Taylor, 2014).
g. Leher: Bayi biasanya berleher pendek, yang harus diperiksa adalah kesimetrisannya.
Perabaan pada leher bayi perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya pembengkakan,
seperti kista higroma dan tumor sternomastoid. Bayi harus dapat menggerakkan
kepalanya ke kiri dan ke kanan. Adanya pembentukan selaput kulit mengindikasikan
adanya abnormalitas kromosom, seperti sindrom Turner dan adanya lipatan kulit
yang berlebihan di bagian belakang leher mengindikasikan kemungkinan adanya
Trisomo 21 (Johnson dan Taylor, 2014).
h. Klavikula: Perabaan pada semua klavikula bayi bertujuan untuk memastikan
keutuhannya, terutama pada presentasi bokong atau distosia bahu, karena keduanya
berisiko menyebabkan fraktur klavikula, yang menyebabkan hanya mampu sedikit
bergerak atau bahkan tidak bergerak sama sekali (Johnson dan Taylor, 2014).
i. Dada: Tidak ada retraksi dinding dada bawah yang dalam (WHO, 2013).
j. Umbilikus: Tali pusat dan umbilikus harus diperiksa setiap hari untuk mendeteksi
adanya perdarahan tali pusat, tanda-tanda pelepasan dan infeksi. Biasanya tali pusat
lepas dalam 5-16 hari. Potongan kecil tali pusat dapat tertinggal di umbilikus
sehingga harus diperiksa setiap hari. Tanda awal terjadinya infeksi di sekitar
umbilikus dapat diketahui dengan adanya kemerahan disekitar umbilikus, tali pusat
berbau busuk dan menjadi lengket (Johnson dan Taylor, 2014).
k. Ekstremitas: Bertujuan untuk mengkaji kesimetrisan, ukuran, bentuk dan posturnya.
Panjang kedua kaki juga harus dilakukan dengan meluruskan keduanya. Posisi kaki
dalam kaitannya dengan tungkai juga harus diperiksa untuk mengkaji adanya
kelainan posisi, seperti deformitas anatomi yang menyebabkan tungkai berputar ke
dalam, ke luar, ke atas atau ke bawah. Jumlah jari kaki dan tangan harus lengkap.
Bila bayi aktif, keempat ekstremitas harus dapat bergerak bebas, kurangnya gerakan
dapat berkaitan dengan trauma (Johnson dan Taylor, 2014).
25

l. Punggung: Tanda-tanda abnormalitas pada bagian punggung yaitu spina bifida,


adanya pembengkakan, dan lesung atau bercak kecil berambut (Johnson dan Taylor,
2014).
m. Genetalia: Pada perempuan vagina berlubang, uretra berlubang dan labia minora
telah menutupi labia mayora. Sedangkan pada laki-laki, testis berada dalam skrotum
dan penis berlubang pada ujungnya (Saifuddin, 2011).
n. Anus: Secara perlahan membuka lipatan bokong lalu memastikan tidak ada lesung
atau sinus dan memiliki sfingter ani (Johnson dan Taylor, 2014).
o. Eliminasi: Keluarnya urine dan mekonium harus dicatat karena merupakan indikasi
kepatenan ginjal dan saluran gastrointestinal bagian bawah (Johnson dan Taylor,
2014).
3) Pemeriksaan Refleks
a. Morro: Respon bayi baru lahir akan menghentakkan tangan dan kaki lurus ke arah
luar sedangkan lutut fleksi kemudian tangan akan kembali ke arah dada seperti
posisi dalam pelukan, jari-jari nampak terpisah membentuk huruf C dan bayi
mungkin menangis (Ladewig, dkk., 2014). Refleks ini akan menghilang pada umur
3-4 bulan. Refleks yang menetap lebih dari 4 bulan menunjukkan adanya kerusakan
otak. Refleks tidak simetris menunjukkan adanya hemiparises, fraktur klavikula atau
cedera fleksus brakhialis. Sedangkan tidak adanya respons pada ekstremitas bawah
menunjukkan adanya dislokasi pinggul atau cidera medulla spinalis (Hidayat dan
Uliyah, 2014).
b. Rooting: Setuhan pada pipi atau bibir menyebabkan kepala menoleh ke arah
sentuhan (Ladewig, dkk, 2014). Refleks ini menghilang pada 3-4 bulan, tetapi bisa
menetap sampai umur 12 bulan khususnya selama tidur. Tidak adanya refleks
menunjukkan adanya gangguan neurologi berat (Hidayat dan Uliyah, 2014).
c. Sucking: Bayi menghisap dengan kuat dalam berenspons terhadap stimulasi. Refleks
ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi.
Refleks yang lemah atau tidak ada menunjukkan kelambatan perkembangan atau
keaadaan neurologi yang abnormal (Hidayat dan Uliyah, 2014).
d. Grasping: Respons bayi terhadap stimulasi pada telapak tangan bayi dengan sebuah
objek atau jari pemeriksa akan menggenggam (Jari-jari bayi melengkung) dan
memegang objek tersebut dengan erat (Ladewig, dkk, 2014). Refleks ini menghilang
pada 3-4 bulan. Fleksi yang tidak simetris menunjukkan adanya paralisis. Refleks
menggenggam yang menetap menunjukkan gangguan serebral (Hidayat dan Uliyah,
2014).
26

e. Startle: Bayi meng-ekstensi dan mem-fleksi lengan dalam merespons suara yang
keras, tangan tetap rapat dan refleks ini akan menghilang setelah umur 4 bulan.
Tidak adanya respons menunjukkan adanya gangguan pendengaran (Hidayat dan
Uliyah, 2014).
f. Tonic Neck: Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala diputar ke satu sisi,
lengan dan tungkai ekstensi ke arah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi yang
berlawanan. Normalnya refleks ini tidak terjadi pada setiap kali kepala diputar.
Tampak kira-kira pada umur 2 bulan dan menghilang pada umur 6 bulan (Hidayat
dan Uliyah, 2014).
g. Neck Righting: Bila bayi terlentang, bahu dan badan kemudian pelvis berotasi ke
arah dimana bayi diputar. Respons ini dijumpai selama 10 bulan pertama. Tidak
adanya refleks atau refleks menetap lebih dari 10 bulan menunjukkan adanya
gangguan sistem saraf pusat (Hidayat dan Uliyah, 2014).
h. Babinski: Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi, dijumlah sampai
umur 2 tahun. Bila pengembangan jari kaki dorsofleksi setelah umur 2 tahun
menunjukkan adanya tanda lesi ekstrapiramidal (Hidayat dan Uliyah, 2014).
i. Merangkak: Bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki bila
diletakkan pada abdomen. Bila gerakan tidak simetris menunjukkan adanya
abnormalitas neurologi (Hidayat dan Uliyah, 2014).
j. Menari atau melangkah: Kaki bayi akan bergerak ke atas dan ke bawah bila sedikit
disentuhkan ke permukaan keras. Hal ini dijumpai pada 4-8 minggu pertama
kehidupan. Refleks menetap melebihi 4-8 minggu menunjukkan keadaan abnormal
(Hidayat dan Uliyah, 2014).
k. Ekstruasi: Lidah ekstensi ke arah luar bila disentuh dan dijumpai pada umur 4 bulan.
Esktensi lidah yang persisten menunjukkan adanya sindrom Down (Hidayat dan
Uliyah, 2014).
l. Galant’s: Punggung bergerak ke arah samping bila distimulasi dan dijumpai pada 4-
8 minggu pertama. Tidak adanya refleks menunjukkan adanya lesi medulla spinalis
transversa (Hidayat dan Uliyah, 2014).

3. Analisa Data
Perumusan diagnosa pada bayi baru lahir disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan,
seperti Normal Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan (NCB SMK). Masalah yang dapat
terjadi pada bayi baru lahir adalah bayi kedinginan. Kebutuhan BBL adalah kehangatan,
ASI, pencegahan infeksi dan komplikasi (Depkes RI, 2010).
27

4. Penatalaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan rencana asuhan yang
telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
evidence based kepada bayi, meliputi membersihkan jalan napas, memotong dan merawat
tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara mengeringkan bayi dengan
handuk kering dan melakukan IMD, memberikan vitamin K 1 mg, melakukan pencegahan
infeksi pada tali pusat, kulit dan mata serta memberikan imunisasi Hb-0 (Bobak, dkk.,
2014).
Inisiasi Menyusui Dini
Insiasi menyusui dini dengan cara membantu ibu yang memulai menyusui bayinya
dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. ASI pertama yang berwarna kuningyaitu
kolostrum, merupakan makanan yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir. Kolostrum
memiliki zat gizi yang tepat dan memberikan perlindungan ekstra terhadap infeksi.
Kolostrum juga membersihkan usu bayi. Kita tidak perlu memberi teh atau minuman
lainnya pada bayi untuk tujuan pembersih usu bayi. Bayi biasanya menunjukan isyarat
bahwa ia siap menyusu dengan bergerak menuju payudara ibu atau dengan mengecup-
ngecupkan bibirnya.
Jika bayi pada awalnya mengalami kesulitan menyusu, ibu dapat memberikan
beberapa tetes ASI pada bibir bayi dan puting ibu untuk mendorong bayi mengisap. Ibu
harus menyusui bayinya kapan pun bayi lapar, baik siang maupun malam. Banyak bayi
baru lahir menyusu setiap satu hingga dua jam. Semakin sering bayi menyusu, semakin
banyak produksi ASI ibu (Andina Vita, Yuni Fitriana, 2018).

H. Keluarga Berencana
1. Data Subjektif
Ibu mengatakan ingin ber-KB untuk menjaga jarak kehamilan berikutnya.
Pada asuhan keluarga berencana beberapa pasangan usia subur (PUS) memiliki alasan
untuk menggunakana alat kontrasepsi. Berikut ini adalah salah satu alasan penggunaan
alat kontrasepsi program keluarga berencana yang penting untuk diterapkan pada setiap
keluarga:
Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan
Suami dan istri yang tidak menjalankan program KB berisiko mengalami
kehamilan yang tidak direncanakan. Misalnya, perempuan di atas 35 tahun dan belum
menopause yang melakukan hubungan intim tanpa alat kontrasepsi bisa saja hamil.
Namun kehamilan ini berisiko tinggi dan bisa berdampak fatal pada ibu dan bayi.
28

Begitu juga dengan kehamilan yang terlalu dini setelah melahirkan. Misalnya,
seorang wanita bisa saja melahirkan ketika anak pertama masih berusia di bawah 1 tahun.
Pada kondisi ini, ibu tidak mendapatkan pemulihan yang utuh setelah melahirkan anak
sebelumnya. Hal ini bisa berdampak pada kesehatan fisik maupun mental ibu.
2. Data Objektif
a) Keadaan Umum: Baik
b) Kesadaran: Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu. Composmentis adalah status
kesadaran dimana ibu mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respons yang
cukup terhadap stimulus yang diberikan (Hidayat dan Uliyah, 2014).
c) Keadaan Emosional: Stabil.
d) Tanda-tanda Vital: Pada beberapa metode alat kontrasepsi modern yang digunakan
perlu memperhatikan tekanan darah sistolik dan diastolik. (Varney, dkk, 2012).
e) Pemeriksaan Fisik
1) Payudara: Bertujuan untuk mengkaji apakah ibu menyusui bayinya atau tidak,
tanda-tanda infeksi pada payudara seperti kemerahan dan muncul nanah dari puting
susu, penampilan puting susu dan areola, apakah ada kolostrom atau air susu dan
pengkajian proses menyusui (Varney, dkk, 2012). Produksi air susu akan semakin
banyak pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah melahirkan (Mochtar, 2011).
2) Pemeriksaan Abdomen : Inspeksi-Dilihat pembesaran perutnya apakah membesar
dengan arah memanjang atau melebar, keadaan pusat, pigmentasi di linea alba/nigra,
adakah striae gravidarum atau bekas operasi. Palpasi- Palpasi dilakukan untuk
menentukan, apakah ibu mengalami kehamilan
3) Pemeriksaan Anogenital : Pemeriksaan ini dilakukan dengan di inspeksi apakah ada
flour albus, varises, oedema, tumor atau kelainan lainnya yang dapat mempengaruhi
proses persalinan dan apabila ada kelainan dari anogenital itu sendiri.
3. Analisa Data
Perumusan diagnosa asuhan keluarga berencana disesuaikan dengan nomenklatur
kebidanan, seperti P1A0 usia 22 tahun perencaan ber-KB. Perumusan maalah disesuaikan
dengan kondisi ibu. Menurut Varney, dkk (2012).
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor kb disesuaikan dengan rencana
asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
berdasarkan evidence based kepada ibu dan atau keluarga dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
ABPK
29

Menggunakan ABPK untuk membantu memilih kontrasepsi yang tepat Dalam


melakukan konseling KB agar optimal digunakan suatu Alat Bantu Pengambilan
Keputusan(ABPK) ber-KB. ABPK ber-KB tidak hanya berisi informasi mutakhir seputar
kontrasepsi atau KB namun juga standar proses dan langkah konseling KB yang
berlandaskan pada hak klien KB. Efisiensi penyebaran informasi dengan adanya konseling
akan lebih membuat penyebaran informasi menjadi efisien (Saifudin, 2017). Bentuk
ABPK ber-KB berupa lembar balik yang menarik sehingga membuat ibu lebih partisipasif
untuk bertanya dan bisa memahami apa yang menjadi kebutuhannya. ABPK merupakan
panduan standar pelayanan konseling KB yang tidak hanya berisi informasi mutakhir
seputar kontrasepsi atau KB, namun juga berisi standar proses dan langkah konseling KB
yang berlandaskan pada hak klien KB dan Inform Choice. ABPK juga mempunyai fungsi
ganda, antara lain: membantu pengambilan keputusan metode KB, membantu pemecahan
masalah dalam penggunaan KB,alat bantu kerja bagi provider (tenaga kesehatan),
menyediakan referensi atau info teknis, dan sebagai alat bantu visual untuk pelatihan
provider (tenaga kesehatan) yang baru bertugas (BKKBN, 2018).
30

BAB III

TINJAUAN KASUS KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. N UMUR 19 TAHUN G1P0A0


GRAVIDA 38-39 MINGGU DI PUSKESMAS LEMBANG

Hari/tanggal Pengkajian : Sabtu, 29 April 2023


Tempat Pengkajian : Puskemas Lembang
Waktu Pengkajian : 09.30 WIB
Pengkaji : Sriyanti Astuti Dewi

Identitas Pasien Istri Suami


Nama Ny. N Tn. U
Umur 19 tahun 25 tahun
Agama Islam Islam
Suku Sunda Sunda
Pendidikan SD SD
Pekerjaan IRT Wirausaha
Golongan Darah O -
Alamat Kp. Patrol RT 01/ RW
08, Ds. Dano

S : Ibu datang ke Puskesmas Lembang untuk melakukan pemeriksaan


rutin dan merasa hamil 9 bulan. Ibu mengeluh merasa cemas dengan
kehamilannya menjelang waktu persalinan. HPHT 04-08-2022, TP
11-05-2023. Menstruasi pertama 13 tahun, lamanya 5-7 hari,
siklusnya 28 hari, tidak ada keluhan. Ini merupakan kehamilan ke 1
dan belum pernah keguguran, gerakan janin aktif, dirasakan saat usia
kehamilan 4 bulan, periksa ke bidan 7 kali dan USG ke dokter
kandungan 2 kali. Ini merupakan kehamilan pertama dan tidak pernah
keguguran. Ibu belum pernah menggunakan KB ,status imunisasi TT
= T2. Ibu tidak memiliki penyakit menular, penyakit berat, penyakit
keturunan dan tidak ada alergi obat maupun makanan. Pola gizi ibu
makan 3 kali/hari dengan menu bervariasi dan sedikit sayuran,
minum 6-7 gelas/hari. Pola eliminasi BAK 8-9 kali/hari dan BAB 1
kali/hari. Pola istirahat tidur kurang lebih 6 jam saat malam hari dan 1
jam pada saat siang hari. Pola aktivitas mengerjakan pekerjaan rumah
sendirian. Ibu tidak memiliki kebiasaan merokok, minum alkohol,
31

minum jamu-jamuan dan tidak ada pantangan makanan. Ini


pernikahan pertama, lamanya 17 tahun dan status pernikahan sah.
Kehamilan ini sangat diharapkan suami dan keluarga. Ibu merasakan
ada kehawatiran/cemas pada kehamilan ini. Ibu sudah merencanakan
persiapan persalinan di Puskesmas Lembang.
O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional
stabil. Antropometri BB 66 kg, TB 156 cm, LILA 27 cm. Tanda-
tanda vital TD 110/70 mmHg, Nadi 84 x/menit, R 19x/menit, Suhu
36,3 0C. Pemeriksaan fisik kepala tidak ada kelainan dan tidak ada
nyeri tekan. Wajah simetris, tidak ada cloasma gravidarum, oedema,
dan tidak pucat. Mata simetris, konjungtiva merah muda anemis dan
sklera putih. Mulut dan bibir simetris, tidak stomatitis, tidak ada
karies gigi, gusi tidak berdarah dan gigi tidak berlubang. Leher tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis. Dada
simetris tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan, dan
tidak ada bunyi abnormal. Payudara simetris, tidak ada dimpling,
areola kehitaman, puting menonjol, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan abnormal, ASI+. Abomen tidak ada bekas luka operasi,
terdapat striae gravidarum dan linea nigra. Palpasi:
Leopold I dibagian fundus teraba bulat, lunak tidak melenting
Leopold II dibagian perut kanan ibu teraba bagian memanjang,
dibagian perut kiri ibu teraba bagian kecil janin
Leopold III dibagian perut bawah ibu teraba keras, bulat, melenting,
belum masuk PAP.
Leopold IV konvergen
TFU 33 cm, DJJ 142x/menit, TBJ 3100 gram
Genetalia tidak ada oedema, varises, pembesaran kelejar scene. Anus
tidak ada hemoroid. Ekstremitas atas dan bawah ada oedema, tidak
ada varises, refleks patella+.
A : Ny. N umur 19 tahun G1P0A0 gravida 38-39 minggu
P : 1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien bahwa kondisinya
dan janinnya dalam keadaan baik.
Evaluasi: Klien mengetahui BB 66 kg, TB 156 cm, LILA 27 cm.
Tanda-tanda vital TD 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, R
19x/menit, Suhu 36,3 0C, Usia kehamilan 33 minggu dan TBJ
32

3100 gram.
2. Mengajarkan ibu untuk melakukan terapi menggunakan
aromaterapi lavender untuk mengurangi rasa cemasnya.
Evaluasi: Ibu bersedia melakukannya.
3. KIE mengenai tanda bahaya kehamilan Trimester III diantaranya
air ketuban keluar sebelum waktunya, perdarahan, demam,
gerakan bayi didalam kandungan berkurang atau tidak bergerak,
muntah, bengkak dikaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala
yang hebat dan kejang.
Evaluasi: Ibu mengetahuinya.
4. KIE mengenai tanda-tanda persalinan yaitu keluar lendir
bercampur darah dari jalan lahir, keluar cairan etuban dari jalan
lahir akibat pecahnya selaput ketuban, mules teratur timbul
semakin sering dan semakin lama.
Evaluasi : Ibu mengetahuinya.
5. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu dan apabila merasakan
keluhan.
Evaluasi: Klien bersedia kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan
sesuai jadwal dan apabila terjadi keluhan.
33

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN


PADA NY. N UMUR 19 TAHUN G1P0A0 GRAVIDA 39-40 MINGGU KALA 1 FASE
LATEN DI PUSKESMAS LEMBANG

Hari/tanggal Pengkajian : Selasa, 08 Mei 2023


Tempat Pengkajian : PONED PKM Lembang
Waktu Pengkajian : 05.00 WIB
Pengkaji Pengkajian : Sriyanti Astuti Dewi

S:
Ny. N datang ke PONED PKM Lembang diantar suaminya mengeluh mules-mules sejak
jam 02.00 WIB, nyeri perut, pinggang, belum keluar air-air dan sudah keluar lendir
bercampur darah. Ini kehamilan pertama dan belum pernah keguguran. Riwayat mentruasi
tidak ada keluhan, HPHT 04-08-2022, TP 11-05-2023. Gerakan janin aktif, dirasakan saat
usia kehamilan 4 bulan, periksa ke bidan 7 kali dan USG ke dokter kandungan 2 kali.
sebelum hamil BB 55 kg, setelah hamil 66 kg. Sebelum kehamilan ini ibu belum pernah
menggunakan KB apapun. Ibu tidak ada riwayat penyakit berat, menular, keturunan dan
tidak ada alergi obat maupun makanan. Ini pernikahan pertama, lamanya 1 tahun dan status
pernikahan sah. Pengambilan keputusan suami.
O :
Keaadan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil. Tanda-tanda vital TD
120/80 mmHg, N : 82x /menit, R : 20x /menit, S : 36,3oC. Antropometri BB: 66 kg, TB: 158
cm, Lila 27 cm. Kepala tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan. Wajah tidak ada oedema.
Mata konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada tanda-tanda infeksi dan penglihatan baik.
Leher tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid dan peningkatan vena jugularis. Payudara
simetris, areola kehitaman, puting menonjol, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan dan
sudah terdapat pengeluaran ASI. Abdomen tidak ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra dan
striae gravidarum, Leopold I dibagian fundus teraba bulat, lunak tidak melenting, Leopold II
dibagian perut kanan ibu teraba bagian memanjang, dibagian perut kiri ibu teraba bagian kecil
janin, Leopold III dibagian perut bawah ibu teraba keras, bulat, melenting, belum masuk PAP.
Leopold IV konvergen
TFU 33 cm, TBJ 3100, DJJ 142x/menit gram, His 2x10’15’’. Genetalia tidak oedema, varises,
pembesaran bartolini, scene. VT: v/v tak, portio tebal portio tipis lunak, pembukaan 2 cm,
ketuban +, presentasi kepala, hodge I, tidak ada bagian kecil menumbung. Anus ada hemoroid.
34

Ekstremitas atas simetris, kuku tidak pucat dan tidak ada oedema. Ekstremitas bawah simetris,
kuku tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada varises.
A:
Ny. N Umur 19 Tahun G1P1A0 Gravida 39-40 Minggu Kala 1 Fase Laten.
P:
1. Melakukan pemeriksaan swab antigen
Evaluasi: NR
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
Evaluasi: Ibu dan keluarga mengetahui mengetahui pembukaan 2.
3. Mempersilahkan ibu makan dan minum sebagai pemenuhan nutrisi ibu.
Evaluasi: Ibu bersedia makan roti dan minum air putih.
Menganjurkan ibu Buang Air Keci ketika ada dorongan ingin buang air
4. kecil.
Evaluasi: Ibu bersedia Buang Air Kecil.
5. Mengajarkan ibu tehnik rebozo untuk mengurangi rasa nyeri.
Evaluasi: Ibu merasa nyaman dan rasa nyeri berkurang.
Memberikan aromateraphy untuk mengurangi rasa nyeri persalinan,
6. membuat suasana tenang dan nyaman.
Evaluasi: Ibu merasa nyaman dan rasa nyeri berkurang.
Memantau kemajuan persalinan.
Evaluasi: Keadaan ibu dan kesejahteraan janin terpantau.
Catatan Perkembangan I (KALA I)
Jam 09.00 WIB
S:
Ibu mengeluh mules semakin sering dan kuat.
O:
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil. Penurunan
kepala 3/5, DJJ 146x/menit reguler, his 3x10’30’’. VT v/v tidak ada kelainan, portio tebal
lunak, pembukaan 3 cm, ketuban +, tidak ada bagian terkemuka, presentasi kepala, hodge
II, sisa cairan lendir darah.

A:
Ny. N Umur 19 Tahun G1P1A0 Gravida 39-40 Minggu Kala 1 Fase Laten.
P : Jam 09.00 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
Evaluasi: Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan dan pembukaan 3
cm.
2. Mengajarkan ibu untuk teknik rebozo untuk pengurangan rasa nyeri.
Evaluasi: Ibu bersedia dan melakukan teknik rebozo.
3. Mengajarkan suami dan keluarga untuk merangsang putting susu ibu agar
35

kontraksinya semakin bertambah.


Evaluasi: Kontraksi uterus semakin kuat dan sering.
4. Menawarkan ibu posisi yang nyaman.
Evaluasi: Ibu melakukan teknik rebozo.
5. Memantau kemajuan persalinan.
Evaluasi: Keadaan ibu dan kesejahteraan janin terpantau.

Catatan Perkembangan II (KALA I)


Jam 10.30 WIB
S:
Ibu mengeluh lemas, mules semakin kuat, dan keluar air-air.
O:
Keadaan umum sedikit lemas, kesadaran composmentis. TD 100/70 mmhg, N 82x/menit, R
20x/menit, S 36oC. Penurunan kepala 3/5, DJJ 138x/menit reguler, his 4x10’45’’. VT v/v
tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 4 cm, ketuban -, tidak ada bagian
terkemuka, presentasi kepala, hodge II, mollage -, uuk depan, sisa cairan ketuban mekonial.
A:
Ny. N Umur 19 Tahun G1P1A0 Gravida 39-40 Minggu Kala 1 Fase aktif.
P : Jam 10.30 WIB

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.


Evaluasi: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan ketuban sudah pecah.
2. Memasang infus RL.
Evaluasi: Infus RL terpasang.
3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisinya.
Evaluasi: Ibu bersedia minum.
4. Menganjurkan ibu memilih posisi nyaman.
Evaluasi: Ibu melakukan teknik rebozo.
5. Menganjurkan ibu teknik relaksasi pernafasan.
Evaluasi: Ibu kooperatif dan melakukan relaksasi pernafasan.
6. Menganjurkan suami untuk merangsang putting susu ibu.
Evaluasi: suami bersedia dan ibu kooperatif.
7. Mempersiapkan alat persalinan untuk ibu dan bayi.
Evaluasi: Alat sudah disiapkan.
8. Memantau kemajuan persalinan.
36

Evaluasi: Keadaan ibu dan kesejahteraan janin terpantau.


Catatan Perkembangan III (KALA II)
Jam 11.25 WIB
S:
Ibu mengeluh mules, semakin kuat, sering dan ingin meneran.
O:
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil. Penurunan
kepala 4/5, DJJ 146x/menit reguler, his 5x10’45’’. VT v/v tidak ada kelainan, portio tidak
teraba, pembukaan 10 cm, ketuban -, tidak ada bagian yang menumbung, presentasi kepala,
hodge III+, mollage -, uuk depan, sisa cairan ketuban mekonial. Sudah ada tanda-tanda
persalinan (dorongan ingin meneran, tekanan anus, perineum menonjol dan vulva
membuka).
A:
Ny. N umur 19 Tahun G1P0A0 Kala II.
P : Jam 11.25 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
Evaluasi: Ibu mengetahui pembukaan sudah lengkap.
2. Mendekatkan partus set dan memakai APD lengkap.
Evaluasi: Partus set dan APD lengkap.
3. Menganjurkan keluarga mendampingi ibu.
Evaluasi: Suami mendampingi ibu.
4. Membimbing ibu meneran ketika ada his.
Evaluasi: Ibu kooperatif dan meeran baik.
5. Memberikan dukungan dan pujian.
Evaluasi: Ibu kooperatif.
6. Menganjurkan ibu teknik relaksasi pernafasan.
Evaluasi: Ibu kooperatif dan melakukan relaksasi pernafasan.
7. Menolong persalinan secara APN.
Evaluasi: Bayi lahir spontan langsung menagis pukul 12.05 WIB, bayi
cukup bulan, langsung menangis, kemerahan dan tonus otot kuat.

Catatan Perkembangan IV (KALA III)


Jam 12.06 WIB
S:
Ibu mengeluh lemas dan merasa mules.
37

O:
Keadaan umum lemas, tidak ada janin kedua, kandung kemih tidak penuh, kontraksi uterus
baik, v/v tampak tali pusat memanjang dan ada semburan darah.
A:
Ny. N Umur 19 Tahun P1A0 Kala III.
P : 12.06 WIB
1. Memastikan tidak ada janin kedua.
Evaluasi : Tidak ada janin kedua.
2. Memastikan kandung kemih kosong.
Evaluasi : Kandung kemih tidak penuh
3. Memberitahukan ibu akan disuntik oksitosin 10 IU secara IM.
Evaluasi : Suntik secara IM di paha kanan ibu.
4. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat.
Evaluasi : Jam 12.07 WIB penjepitan dan pemotongan tali pusat dilakukan,
bayi di IMD kan dan ganti kain bersih.
5. Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
Evaluasi : Kearah dorso kranial.
6. Melahirkan plasenta.
Evaluasi : Plasenta lahir lengkap 12.15 WIB
7. Melakukan massase selama 15 detik.
Evaluasi : Kontraksi uterus baik.
8 1. Melakukan eksplorasi untuk memastikan tidak ada sisa plasenta,
kemudian dilakukan pemasangan KB IUD Copper-T
Penatalaksanaan pemasangan KB IUD :
a. Memberikan informasi kepada ibu bahwa akan dilakukan pemasangan
IUD
b. Menyiapakan IUD
c. Menggunting benang IUD
Melakukan pemasangan IUD dengan memegang IUD menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah kemudian dimasukkan perlahan-lahan melalui
vagina dan servik sementara itu tangan kiri melakukan penekanan pada
abdomen bagian bawah dan mencengkeram uterus untuk memastikan
IUD terpasang dengan benar.
9 Cek perdarahan dan laserasi jalan lahir
Hasil : Perdarahan ±150cc, ada luka laserasi mukosa vagina, komisura
38

posterior, kulit prineum (derajat 1)

Catatan Perkembangan III (KALA IV)


Jam 12.15 WIB
S : Ibu merasa bahagia atas kelahiran bayinya dan masih ada mules.
O : Keadaan umum baik, TD 100/70 mmHg, N 86 x/menit, R 22x/menit, S 36,5 º C.
Kontraksi uterus baik. TFU 1 jari dibawah pusat, kandung kemih tidak penuh, perdarahan
normal dan laserasi derajat I.
A:
Ny. N Umur 19 Tahun P1A0 Kala IV.
P : Jam 12.15 WIB
1. Melakukan pengecekan kelengkapan plasenta.
Evaluasi : Plasenta lahir lengkap.
2. Mengecek laserasi.
Evaluasi : Terdapat laserasi derajat 1 mukosa vagina, komisura posterior,
kulit prineum.
3. Memberitahukan ibu akan dilakukan penjahitan.
Evaluasi : Ibu bersedia dijahit.
4. Menyiapkan alat hecting.
Evaluasi : Alat disiapkan lengkap.
5. Melakukan hecting laserasi derajat 1 tanpa anestesi.
Evaluasi : Penjahitan secara jelujur dilakukan.
6. Memastikan kontraksi uterus berkontraksi dengan baik dan estimasi
perdarahan.
Evaluasi : Kontraksi uterus baik dan darah 150 ml.
7. Mengajarkan ibu untuk massase uterus.
Evaluasi : Ibu bersedia dan melakukan massase uterus.
8. Membersihkan ibu dan tempat persalinan.
Evaluasi : Ibu dibersihkan dan tempat persalinan, ibu merasa nyaman.
9. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan dan minum.
Evaluasi : Keluarga memberikan ibu makan dan minum.
10. Melakukan pemantauan TTV, perdarahan, kontraksi uterus, kandung
kemih dan TFU.
Evaluasi : Terpantau dan terlampir dipartograf.
39

11. Membersihkan tempat bersalin dan merendam alat bekas pakai ke dalam
larutan detergent, kemudian cuci bilas sterilkan.
Evaluasi : Peralatan dan tempat sudah bersih
12. Membuka APD dan mencuci tangan.
Evaluasi : APD dibuka dan mencuci tangan dengan sabun.
13. Melengkapi partograf.
Evaluasi : Partograf terlampir.
14. Melakukan kolaborasi dengan meberikan terapi fe 2x1, pct 3x1, amoxilin,
vit A 1x1.
Evaluasi : Ibu bersedia meminumnya.
Memberikan KIE nutrisi, istirahat, perawatan luka perineum, payudara
15. dan ASI Eksklusif.
Evaluasi : Ibu mengerti yang disampaikan bidan mengenai tanda bahaya
nifas, nutrisi, dan ASI Eksklusif.
40

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. N USIA 1


JAM NEONATUS CUKUP BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN
FISIOLOGIS

Hari/tanggal Pengkajian : Selasa, 08 Mei 2023


Tempat Pengkajian : PKM Lembang
Waktu Pengkajian : 13.05 WIB
Pengkaji Pengkajian : Sriyanti Astuti Dewi

Identitas Bayi
Identitas Bayi
Nama : By. Ny. N
Tempat/Tanggal Lahir : Garut, Selasa, 08 Mei 2023
Jam Lahir : 12.05 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan

S : -
O : Keadaan umum baik, tonus otot aktif, menangis kuat, warna kulit
kemerahan.
A : By. Ny. N Usia 1 Jam Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa
Kehamilan Fisiologis
P : 1. Mengeringkan dan mengganti kain basah dengan kain kering.
Evaluasi : Bayi hangat dan kepala tertutupi kain.
2. Menjaga kehangatan bayi
3. Melakukan pemeriksaan antropometri
Evaluasi : N: 148 x/menit, RR: 54 x/menit, S: 36,7, BB: 3545
gr, PB:51 cm, LK/LD: 33/31cm, LP: 30 cm
4. Informed Consent pada ibu bahwa bayinya akan disuntik
vitamin K 1 untuk mencegah perdarahan pada otak dan salep
mata untuk mencegah infeksi pada mata.
Evaluasi : Ibu menyetujui
5. Menyuntikkan Vit. K 1 ,mg (0,5 ml) secara IM di 1/3 paha kiri
lateral.
Evaluasi : Vit K1 sudah disuntikkan
6. Mengoleskan salep mata oxytetrasiklin di mata sebelah kiri dan
41

kanan untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata.


Evaluasi : Salep mata sudah diberikan
7. Mengobservasi KU dan TTV bayi
8. Memberikan ASI On demand. Hasil: Bayi menetek kuat

Catatan Perkembangan I
Jam 14.05 WIB
S : -
O : Keadaan umum baik, TTV S : 36,7 oC, N: 148x/mnt, R : 54x/mnt.
Antropometri BB 3545 gram, PB 51 cm, LK 33, LD 31, LP: 30
cm.
A : By. Ny. N Usia 1 Jam Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa
Kehamilan Fisiologis
P : 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberikan imunisasi HB0 di paha kanan bayi.
Evaluasi : HB0 diberikan 2 jam pertama di paha kanan
anterolateral secara IM dan ibu mengetahui manfaat dari
imunisasi HB0.
3. Menganjurkan ibu memberikan ASI.
Evaluasi : Ibu bersedia memberikannya.
4. Memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga.
Evaluasi : Ibu sangat kooperatif.
42

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA NY. N UMUR 19 TAHUN


P1A0 POSTPARTUM 2 JAM + AKSEPTOR KB IUD FISIOLOGIS

Hari/tanggal Pengkajian : Selasa, 08 Mei 2023


Tempat Pengkajian : PKM Lembang
Waktu Pengkajian : 14.05 WIB
Pengkaji Pengkajian : Sriyanti Astuti Dewi

S:
Ibu merasa ada sedikit mules, mengeluh ASInya belum keluar, sudah BAK ke toilet.

O :
A. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Emosional : Stabil
B. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 81 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 °C
C. Pemeriksaan Fisik
a) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
b) Payudara : Pengeluaran kolostrum +
c) Abdomen : TFU 1 jari dibawah pusat,kontraksi uterus baik,
kandung kemih tidak penuh.
d) Genitalia : Perdarahan kurang lebih 20ccc.

A :
Ny. N umur 19 tahun P1A0 postpartum 2 jam + Akseptor KB IUD fisiologis.
P :
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan.
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti.
2. Memindahkan ibu ke ruang nifas.
3. Menginformasikan mengenai proses involusi uteri serta mengingatkan
43

kembali mengenai teknik masase uterus.


Evaluasi : Ibu mengerti dan dapat melakukannya secara mandiri.
4. Melakukan KIE kepada ibu dan keluarga mengenai proses laktasi dan
menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya meskipun ASI belum
keluar karena isapan bayi dapat merangsang pengeluaran ASI.
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti dan bersedia melakukannya.
5. Menginformasikan mengenai kebutuhan mobilisasi bagi ibu. Ibu mengerti.
6. Melakukan pendokumentasian asuhan. Asuhan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.
44

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA NY. N UMUR 19 TAHUN P1A0
POSTPARTUM 6 JAM FISIOLOGIS DAN AKSEPTOR KB IUD COPPER-T

Hari/tanggal Pengkajian : Selasa, 08 Mei 2023


Tempat Pengkajian : PKM Lembang
Waktu Pengkajian : 14.05 WIB
Pengkaji : Sriyanti Astuti Dewi

S : Ibu mengatakan sangat senang atas kelahiran anak pertamanya


O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional
stabil. Tanda-tanda vital TD 110/70 mmHg, Nadi 82 x/menit, R
19x/menit, Suhu 36 0C. TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus
baik. Ekstremitas atas dan bawah tidak ada oedema, tidak ada
varises. tanda Homan -/-. Perdarahan normal. Luka jahitan bersih
basah. Lochea rubra
A : Ny. N umur 19 tahun P1A0 postpartum 6 jam fisiologis dan
akseptor KB IUD Copper-T.

P :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu
dan keluarga. Ibu dan keluarga mengerti.
2. Melakukan KIE mengenai ASI eksklusif kepada
ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga mengerti.
3. Menginformasikan dan mempraktikan teknik
menyusui yang benar. Ibu mengerti dan dapat
melakukannya
4. Menginformasikan dan mempraktikan teknik pijat
oksitosin dan menganjurkan ibu untuk
mempraktikannya di rumah dengan suami atau
keluarga. Ibu dan keluarga mengerti dan mau
mempraktikannya.
5. Memberikan dan menjelaskan cara konsumsi terapi
oral vitamin A dan Fe500 mg 2x1. Ibu mengerti.
6. Memberitahu jadwal kunjungan nifas atau apabila
ada keluhan. Ibu mengerti.
45

7. Melakukan pendokumentasian asuhan. Asuhan


didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
46

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA NY. N UMUR 19 TAHUN


P1A0 POSTPARTUM 7 HARI FISIOLOGIS DAN AKSEPTOR KB IUD
COPPER-T

Hari/tanggal Pengkajian : Kamis, 11 Mei 2023


Tempat Pengkajian : PMB
Waktu Pengkajian : 14.05 WIB
Pengkaji : Sriyanti Astuti Dewi

S : Ibu tidak memiliki keluhan apapun. Ibu hanya memberikan


bayinya ASI. Ibu makan 3x sehari dengan menu bergizi seimbang,
minum ±6 gelas sehari. Ibu baru BAB 1x dari semenjak
melahirkan. BAK tidak ada keluhan, mandi 2x sehari, ibu ganti
pembalut 4-5x sehari.
O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional
stabil. Konjungtiva merah muda, sklera putih. Tanda-tanda vital
TD 120/70 mmHg, Nadi 82 x/menit, R 19x/menit, Suhu 36 0C.
TFU tidak teraba, diastraksi rekti 2. Ekstremitas atas dan bawah
tidak ada oedema, tidak ada varises. tanda Homan -/-. Lochea
sanguinolenta, terdapat luka jahitan perineum dalam keadaan
kering, tidak berbau, tidak ada hematom, anus tidak ada hemoroid.
A : Ny. N umur 19 tahun P1A0 postpartum 7 Hari fisiologis dan
akseptor KB IUD Copper-T.

P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.


Ibu dan keluarga mengerti.
2. Mengevaluasi kembali mengenai perawatan luka jahitan. Ibu
melakukan perawatan luka jahitan
3. Mengevaluasi kembali mengenai kebutuhan nutrisi bagi ibu
nifas dan menyusui. Ibu memahami.
4. Mengevaluasi kembali mengenai pemberian ASI Ekslusif bagi
bayi. Ibu memahami dan memberikan ASI.
5. Mengevaluasi ibu untuk teratur mengkonsumsi obat dan
vitamin. Ibu memahami
47

6. Mengevaluasi kembali mengenai tanda bahaya nifas kepada ibu


dan keluarga. Ibu dan keluarga memahami.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam nifas di rumah
setiap pagi dan sore hari. Ibu bersedia.
8. Melakukan pendokumentasian asuhan. Sudah di
dokumentasikan dalam bentuk SOAP.
48

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan antara hasil studi
pada pelaksanaan dan penerapan asuhan kebidanan komunitas dalam konteks continuity
of care pada Ny. N umur 19 tahun pada tanggal 25 April - 13 Mei 2023 di Puskesmas
Lembang. Pembahasan ini dibuat berdasarkan landasan teoritis dan studi kasus yang
bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi agar tindakan yang
direncanakan berdasarkan rasional yang relevan yang dapat di analisa secara teoritis
untuk memudahkan memahami kesenjangan dan kesesuaian yang terjadi pada kasus ini.
Dilakukan dengan cara pengumpulan data dasar yang bertujuan mengumpulkan
informasi mengenai keadaan pasien secara lengkap untuk membuat kesimpulan.
A. Pembahasan Asuhan Kehamilan
Data subjektif yang diperoleh pada masa kehamilan yaitu cemas. Menurut teori
Nirwana (2011) pada ibu primigrvida sangat sering muncul rasa cemas karena akan
menghadapi persalinannya adapun cara untuk mengurangi rasa cemasnya yaitu dengan
terapi non farmakologis, untuk penatalaksanaan terapi nonfarmakologis dapat
dilakukan dengan pemberian aromaterapi lavender.
Aromaterapi merupakan bagian dari sekian banyak metode pengobatan alami
yang telah dipergunakan sejak berabad-abat. Aromaterapi bersal dari kata aroma yang
berarti harum dan wangi, dan terapi yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau
penyembuhan. Sehingga aromaterapi dapat diartikan sebagai satu cara perawatan tubuh
dan penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial. (Jaelani, 2009).
Aromaterapi menggunakan minyak lavender dipercaya dapat memberikan efek relaksasi
bagi saraf dan otot-otot yang tegang (carminative) sehingga dapat mengurangi
kecemasan. (Dewi, 2013).
(Mclain DE, 2009) Diteliti efek dari tiap kandungan bunga lavender untuk
mencari tahu zat mana yang memiliki efek anti-anxiety (efek anti cemas/relaksasi)
menggunakan Geller conflict test dan Vogel conflict test. Linalool, yang juga
merupakan kandungan utama lavender, memberikan hasil yang signifikan pada kedua
tes. Dapat dikatakan linalool adalah kandungan aktif utama yang berperan pada efek
anti cemas (relaksasi) pada lavender. (Mclain DE, 2009).
49

B. Pembahasan Asuhan Persalian


Data subjektif yang didapatkan di Kala I ibu datang ke PONED PKM Lembang
jam 05.00 WIB mengeluh mules sejak jam 02.00 WIB disertai keluar lendir campur
darah, belum keluar air-air, nyeri perut dan pinggang jam 10.30 WIB mules bertambah
kuat. Berdasarkan teori menurut prawirohardjo 2014 nyeri diperut merupakan kontraksi
dari uterus, kontraksi itu terjadi karena penurunan hormon progesteron dan peningkatan
hormon oksitosin. Sedangkan keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks. Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh
adanya kontraksi- kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
(Mochtar 2013).
Menurut Judha dkk, 2015 rasa nyeri persalinan adalah manifestasi dari adanya
kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada
pinggang, daerah perut dan menjalar ke arah paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya
pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan serviks ini maka akan
terjadi persalinan.
Nyeri pada persalinan merupakan ketidaknyamanan terhadap respon fisiologis,
yaitu proses penerimaan impuls nyeri menuju syaraf pusat dan respon psikis yang
meliputi rekognosi sensasi, interpretasi rasa nyeri, dan respon terhadap hasil
interpretasi. Nyeri persalinan mulai timbul pada kala I fase laten, yaitu proses
pembukaan serviks sampai 3 cm dan fase aktif, yaitu proses pembukaan serviks dari 4
cm sampai 10 cm. Pada fase aktif menuju puncak pembukaan terjadi peningkatan
intensitas dan frekuensi kontraksi, sehingga respon puncak nyeri berada pada fase ini
(Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2012).
Dalam penatalaksanaan di kala 1 dilakukan asuhan kebidanan komplementer
yaitu dengan teknik rebozo. Salah satu dari banyak kegunaan Rebozo adalah untuk
menyaring atau menggoyangkan perut atau panggul ibu hamil. Getaran seperti itu
sangat penting untuk kenyamanan dan kemudahan pada ibu hamil saat melahirkan.
(Cohen, Susanna.R: 2015) Karena penggunaan rebozo dalam pelaksanaannya, teknik ini
dinamakan teknik rebozo. Teknik rebozo adalah terapi non farmakologi untuk
mempercepat pembukaan serviks pada ibu bersalin (Wulandari, Wahyuni, 2019).
Rebozo merupakan kain selendang/jarik yang menggunakannya di panggul ibu
bersalin, dengan gerakan terkontrol untuk membantu menggerakkan pinggul atau sedikit
mengayunkannya dari sisi ke sisi. Gerakan ini yang memberikan tekanan dengan cara
goyang atau goncangan di bagian panggul secara terus-menerus selama kontraksi,
dimana penekanan tersebut tepatnya diletakkan pada tulang lumbal, sakrum dan
koksigis (Lumbosacral) pasien dengan kain rebozo. Tentunya di daerah lumbosacral ini
50

dimana saraf sensorik rahim dan mulut rahim berjalan bersama saraf simpatis rahim
memasuki sumsum tulang belakang melalui saraf torakal 10, 11, 12 sampai lumbal 1,
impuls nyeri ini dapat diblok dengan memberikan rangsangan pada saraf yang
berdiameter besar dengan teknik rebozo shake the apples atau rebozo sifting while lying
down, sehingga impuls nyeri berjalan dari uterus sepanjang serat-serat saraf c-fiber
menuju ke subtansia gelatinosa di dalam spinal colum, lalu sel-sel tersebut
memproyeksikan pesan nyeri yang berlawanan sepanjang serat-serat saraf a-delta fibers
yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan nyeri tidak dapat
diteruskan ke korteks serebral, maka persepsi di otak nyeri menjadi berkurang.
Mekanisme rebozo inilah yang dapat membantu mengalihkan nyeri persalinan.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Anik Sri Purwanti pada tahun
2020 dalam Jurnal yang berjudul “Effect Of Application Rebozo Techniques On Pain
Intensity And Anxiety Levels To The Mother Gives Birth 1 ST Phase Of Active”
didapatkan bahwa Ada pengaruh penerapan Teknik Rebozo terhadap intensitas nyeri
dan tingkat kecemasan pada persalinan kala I fase aktif. Artinya, efektivitas penggunaan
teknik rebozo dalam upaya pengalihan nyeri pada ibu bersalin sudah terbukti secara
ilmiah dan dapat dijadikan alternatif pilihan terapi non farmakologi untuk pengalihan
nyeri persalinan.
Bayi lahir spontan dalam jurnal Porouw (2020) menurut Teori Rukiah dkk
(2009) kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Hal ini terjadi karena
banyak faktor yang mempengaruhi lamanya persalinan.
Plasenta lahir lengkap pada pukul 12.15 WIB. Kala III berlangsung selama 8
menit. Terdapat laserasi pada jalan lahir derajat I. Perdarahan kala III sebanyak ± 150cc.
Hal ini sejalan dengan teori dalam jurnal Porouw (2020) menurut Rukiah, dkk (2009)
bahwa plasenta lepas dalam 5 – 15 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta,
disertai dengan pengeluaran darah. Setelah plasenta lahir lengkap kemudian di lakukan
pemasangan KB IUD Copper-T. IUD post plasenta adalah IUD yang dipasang dalam
waktu 10 menit setelah lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam (Engender
Health, 2009).Menurut Dewi, (2013), IUD dapat dipasang segera setelah melahirkan
dan sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi). Keuntungan dari IUD pasca plasenta
ini tidak membutuhkan waktu yang lama, dan tidak membutuhkan banyak alat saat
pemasangan karena pada saat plasenta lahir serviks masih membuka sehingga mudah
untuk dipasang, tidak terlalu menimbulkan rasa sakit dan waktu pemasangan dalam 10
menit setelah keluarnya plasenta.
51

memungkinkan angka ekspulsinya lebih kecil. Keuntungan IUD post plasenta pada
masa nifas juga memberikan keuntungan karena tidak mengganggu produksi ASI
sehingga ibu sering menyusui dan proses involusi dapat berjalan dengan lancar.Kala IV
persalinan berlangsung selama 2 jam pertama post partum. Tidak terdapat komplikasi
pada ibu selama kala IV.
Kala IV setelah bayi dan plasenta lahir yaitu tanda vital ibu dalam batas normal,
kontraksi uterus keras, kandung kemih tidak penuh, dan lochea rubra. Pengawasan
dilakukan selama 2 jam pertama, 1 jam pertam setiap 15 menit sekali dan 1 jam kedua
setiap 30 menit sekali. Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam
sesudahnya, adapun observasi yang harus dilakukan pada kala IV yaitu tingkat
kesadaran, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah,nadi, pernafasan dan suhu),
kontraksi uterus dan perdarahan. Hal ini sesuai dengan teori mengenai kala IV
persalinan normal (Bidan dan Dosen Indonesia, 2018 dalam jurnal Porouw, 2020).
C. Pembahasan Asuhan Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap hangat, membersihkan
saluran nafas, mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda
bahaya, memotong dan mengikat tali pusat, melakukan IMD, memberikan suntikan
vitamin K1, memberi salep mata antibiotik pada kedua mata, memberi immunisasi
Hepatitis B, serta melakukan pemeriksaan fisik (Syaputra Lyndon, 2014).
Pada jurnal penelitian Rismawati (2021) Kesuksesan dalam pelaksanaan IMD
sangat bermanfaat bagi ibu maupun bayi. Manfaat yang luar biasa bagi ibu setelah
melakukan IMD terutama dalam produksi hormon oksitosin dan prolaktin, stimulasi
hormon oksitosin akan merangsang kontraksi uterus sehingga dapat menghindari
terjadinya perdarahan pasca persalinan, merangsang pengeluaran colostrum dan
produksi ASI. Bagi bayi, IMD tidak kalah memiliki banyak manfaat antara lain dengan
adanya kontak kulit antara ibu dan bayi akan berdampak pada kestabilan temperatur
tubuh dan sistem pernafasan, pola tidur akan lebih baik, bayi merasa lebih
nyamankarena hubungan psikologis ibu dan bayi terbentuk sejak awal. Maka, hal ini
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan.
Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah pada bayi
baru lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko mengalami perdarahan.
Untuk mencegah terjadinya perdarahan pada semua bayi baru lahir, terutama bayi
BBLR diberikan suntikan vitamin K1 (phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal,
intra muscular pada anterolateral paha kiri. Suntikan vit K1 dilakukan setelah proses
52

IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B 8. Memberi salep mata antibiotik
pada kedua mata untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata.Salep ini sebaiknya
diberikan 1 jam setelah lahir. 9. Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O)
diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular. Imunisasi
Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama
jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari.
D. PEMBAHASAN ASUHAN NFAS
Pembahasan Asuhan Nifas Ny.N melakukan mobilisasi dengan miring ke kiri
dan ke kanan segera setelah melahirkan dan turun sendiri dari tempat tidur ke kamar
mandi setelah 2 jam melahirkan. Mobilisasi dan early ambulation ini perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya tromboflebitis (Jannah, Nurul, 2011). Pada kunjungan
nifas 6 jam post partum ibu sudah BAK ke kamar mandi serta dilakukan pemeriksaan
tanda–tanda vital dengan hasil TD: 110/70 mmHg, Nadi 82 x/menit, R 19x/menit,
Suhu 36 0C. TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik. Ekstremitas atas dan
bawah tidak ada oedema, tidak ada varises. tanda Homan -/-. Perdarahan normal.
Luka jahitan bersih basah. Lochea rubra, keluar colostrum dari ke-2 payudara,
mengajarkan massase fundus uteri. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pemeriksaan
untuk 6 jam post partum yaitu mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
(Jannah, Nurul, 2011).

E. Pembahasan Asuhan KB
KB yang digunakan pada Ny N adalah KB IUD yang dipasang setelah
plasenta lahir atau yang disebut dengan IUD post plasenta yang dilakukan tanggal 08
Mei 2023. IUD post plasenta adalah IUD yang dipasang dalam waktu 10 menit
setelah lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam (Engender Health,
2009).Menurut Dewi, (2013), IUD dapat dipasang segera
53

setelah melahirkan dan sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).


Keuntungan dari IUD pasca plasenta ini tidak membutuhkan waktu
yang lama, dan tidak membutuhkan banyak alat saat pemasangan karena pada
saat plasenta lahir serviks masih membuka sehingga mudah untuk dipasang,
tidak terlalu menimbulkan rasa sakit dan waktu pemasangan dalam 10 menit
setelah keluarnya plasenta memungkinkan angka ekspulsinya lebih kecil.
Keuntungan IUD post plasenta pada masa nifas juga memberikan keuntungan
karena tidak mengganggu produksi ASI sehingga ibu sering menyusui dan
proses involusi dapat berjalan dengan lancar. Sampai sekarang mekanisme
kerja IUD belum diketahui dengan pasti, namun pendapat yang terbanyak ialah
bahwa IUD dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium
yang disertai dengan sebutan leokosit yang dapat menghancurkan blastokista
atau sperma. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan – perubahan
pada pemakaian IUD yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam
uterus.
Penyelidik-penyelidik lain menemukan ketika IUD dipasang maka
kadar prostaglandin dalam uterus meningkat sehingga menimbulkan kontraksi,
dan dengan adanya kontraksi tersebut maka pengembalian uterus ke bentuk
semula akan semakin cepat (Wiknjoastro, 2009). Selama penggunaan IUD Ibu
merasakan manfaat karena IUD adalah kontrasepsi yang tidak mengandung
hormon maka tidak mempengaruhi produksi ASI sehingga kebutuhan nutrisi
pada bayi tetap terpenuhi dan proses laktasi pada ibu berjalan dengan baik.
Karena Ny M belum mengalami haid jadi belum mengetahui kerugiannya.
Menurut Dewi, dkk., (2013), ketika masa haid darah yang keluar menjadi lebih
banyak karena ketika haid terjadi peluruhan dinding rahim. Proses ini
menimbulkan perlukaan di daerah rahim, sehingga apabila IUD mengenai
daerah tersebut, maka akan menambah volume darah yang keluar pada masa
haid. Karena IUD ini juga berbahan dasar padat, maka pada saat dinding rahim
bersentuhan dengan IUD bisa saja terjadi perlukan. Hal inilah yang dapat
mengakibatkan keluarnya bercak darah (spotting) di antara masa haid. Setelah
diobservasi selama 2 minggu Ny “N” tidak mengalami masalah setelah
54

pemasangan IUD, menurut Engender Health,(2009) cepat atau lambatnya


untuk kembali lagi haid salah satunya dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan
progesteron. Prolaktin sendiri adalah hormon yang dapat merangsang kelenjar
susu memproduksi ASI.
Jika ibu menyusui secara efektif, maka akan meningkatkan produksi
hormon prolaktin, dimana peningkatan hormon prolaktin ini dapat menekan
hormon progesteron dan estrogen yang terlibat dalam terjadinya haid. Artinya
jika, ibu menyusui bayi secara efektif tanpa diselang oleh susu formula, maka
untuk terjadinya kembali haid akan lebih lama, bisa sampai satu tahun bahkan
dua tahun. Ny M memilih menggunakan alat kontrasepsi ini karena IUD adalah
alat kontrasepsi yang paling aman sehingga ibu tidak takut untuk hamil lagi,
alat kontrasepsi jangka panjang (10 tahun), ibu tidak perlu lagi ke bidan untuk
suntik Kb tiap bulan. Saat Ny M sudah menggunakan IUD maka penulis selalu
memberikan KIE cara untuk mengontrol sendiri posisi IUD dengan cara
pastikan tangan dalam keadaan bersih, dengan selalu mencucinya terlebih
dahulu menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir, dengan posisi
jongkok masukkan jari tengah ke dalam organ kelamin dimana IUD terpasang,
dan pastikan ibu bisa meraba benang IUD.
Apabila teraba benang maka posisinya tepat, sebaliknya jika teraba
seperti batang korek api berarti posisinya bergeser sehingga ibu harus kontrol
ke tenaga kesehatan. Sebaiknya waktu untuk mengontrol posisi IUD ini adalah
setelah haid dikarenakan jika pengecekan posisi IUD pada saat haid akan
kesulitan untuk menemukan posisinya serta dapat menimbulkan infeksi karena
berhubungan dengan darah saat haid. Pengecekan posisi IUD dirumah ini
membantu ibu sehingga ibu tidak terus - menerus ke tenaga kesehatan, hanya
saja jika ibu mempunyai keluhan yang berlebihan harus segera berkonsultasi
dengan tenaga kesehatan.
55

F. Pembahasan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


Dalam pembuatan dokumentasi asuhan kebidanan, penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dengan praktik. Apa yang ditulis
kedalam asuhan adalah asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan bayi.
56

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pengelolaan data yang penulis dapatkan di lapangan pada
penerapan asuhan kebidanan komunitas dalm konteks continuity of care pada
Ny. N umur 19 tahun tanggal 25 April – 13 Mei 2023 di Puskesmas Lembang.
Dari tahap pengkajian, menentukan diagnosa, melakukan penatalaksanaan
sekaligus evaluasi tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana asuhan serta
mendokumentasikannya dalam bentuk catatan SOAP, maka penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa asuhan yang diberikan pada Ny. N sesuai dengan
standar asuhan kebidanan secara holistic berdasarkan evidance based yang
berpusat pada perempuan, tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik
dilapangan dan hasil yang dicapai sudah sesuai dengan yang diharapkan
dengan melakukan Pemeriksaan dan Pemberian Komunikasi Informasi Edukasi
sesuai yang dibutuhkan klien.
B. Saran
1. Institusi pelayanan
Diharapkan kepada institusi pelayanan untuk dapat meningkatkan
efektifitas pelayanan asuhan kebidanan komunitas dalam konteks continuity
of care berdasarkan evidance based yang berpusat pada perempuan pada
kasus yang di temukan.
2. Institusi pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk menambah sumber
buku pustaka yang terbaru agar membantu mahasiswa dalam meningkatkan
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan ilmu dan teknologi terkini
mengenai asuhan komunitas dalam konteks continuity of care secara
berdasarkan evidance based yang berpusat pada perempuan.
3. Bagi penulis
Untuk keberhasilan dalam asuhan kebidanan selanjutnya penulis
hendaknya mampu melaksanakan asuhan komunitas dalam konteks
57

continuity of care berdasarkan evidance based yang berpusat pada


perempuan yang baik dengan klien, serta meningkatkan komunikasi
terapeutik dengan pasien dan mampu melaksanakan asuhan yang terpadu
dengan klien sesuai kebutuhannya.
58

LAMPIRAN

ANC INC

PEMASANGAN IUD PEMERIKSAAN BBL


59

NIFAS HARI KE 7
60

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang,. N F. 2017. Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap


Adaptasi Nyeri Persalinan Di Klinik Bidan Eka Sri Wahyuni Kec Medan
Denai Tahun 2017. Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
Bagian Obstetri & Ginekologi, FK.Unpad. (1993). Obstetri, Bandung : Elstar
DepKes RI. (2018). Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat
Pelayanan Dasar. Jakarta : Bantuan Bank Dunia IBRD Loan 3298.
Doenges, Marilynn E. (2021). Rencana perawatan maternal bayi : Pedoman
untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan klien. Jakarta : EGC.
Handayani. R. 2020. Hubungan Pemberian ASI Dengan Kualitas Tidur Pada bayi
Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Masam Bondowoso. Skripsi
Universitas Muhammadiyah Jember.
JNKP - KR. (2021). Pelatihan Asuhan Persalinan bersih dan aman. Jakarta :
JHPIEGO.
Maharditha, Viona Pithaloka., Yuniza., 2020. Murbiah. Pengaruh Senam Hamil
Terhadap Kualitas Tidur Pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Kesehatan
Madani Medika, Vol 11, No 02
Maryani, Siti., Amalia, Riza., Sari, Marlynda H N. 2020. Pijat Hamil Sebagai
Terapi Non Farmakologis Dalam Penanganan Ketidaknyamanan
Kehamilan Trimester III. Jurnal Sains Kebidanan
Maulida, Luluk Fajria., Wahyuni, Endang Sri. 2020. Hypnobirthing Sebagai
Upaya Menurunkan Kecemasan Pada Ibu Hamil. GASTER Vol. 18 No. 1
Nanny, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.Jakarta : Salemba Medika
Nanny, dkk. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta : Salemba
Medika
Prawirohardjo, S, (2013). Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S, (2013). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
61

Andarmoyo S, Sulistyo, Suharti. 2013. Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan.


Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Jones, Nelson R. 2006.Teori dan Praktek Konseling dan Terapi (Terjemahan
Helly Prayitno dan Sri Mulyantini). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemenkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.
Llewllyn D. 2001. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. 66th ed. Jakarta:
Hipokratis.
Ekowati R, dkk. 2011. Efek Teknik Masase Effleurage Pada Abdomen Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Pada Disminore Primer Mahasiswi PSIK
FKUB Malang.Poltekes Malang. Retrieved Januari 17, 2014, from
http://Efekteknik- masase-EFFLURAGE –pada abdomen- terhadap-
penurunan intensitas- nyeri-pada-dismenore primer- Mahasiswi-PSIK-
FKUB Malang.
Heri, Priatna. 2007. Exercise Theraphy. Akademi Fisioterapi Surakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Profil Kesehatan Jawa Barat 2018.
Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat; 2019.
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kesehatan. Jumlah PUS dan Peserta KB Aktif
Tahun 2020. [diunduh 28 September 2021]. Tersedia dari:
https://data.tasikmalayakota.go.id/dinas-pengendalian-penduduk-keluarga-
berencana-pemberdayaan-perempuan-dan-perlindungan-anak/jumlah-pus-
dan-peserta-kb-aktif-tahun-2020/
Farahi., Zolotor. Recommendations For Preconception Counseling and Care.
Family Physician. 2013; 88(8): 499-506
Handayani, Ririn. Dkk. Green Tea Extract Increase Er-Α Expression On
Endometrium And Fallopian Tube Of Female Rat (Rattus norvegicus)
Exposed Bycypermethrin. Jurnal Kebidanan. 2018; 7(2): 1-8

Anda mungkin juga menyukai